RASIONALITAS PETANI PADI MEMILIH KOMODITAS JERUK SIAM … · 2020. 3. 31. · “Bukanlah...
Transcript of RASIONALITAS PETANI PADI MEMILIH KOMODITAS JERUK SIAM … · 2020. 3. 31. · “Bukanlah...
RASIONALITAS PETANI PADI MEMILIH KOMODITAS JERUK
SIAM UNTUK USAHATANI DI DESA KENCONG KECAMATAN
KENCONG KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Oleh
Desi Indriana
NIM 151510601146
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
RASIONALITAS PETANI PADI MEMILIH KOMODITAS JERUK
SIAM UNTUK USAHATANI DI DESA KENCONG KECAMATAN
KENCONG KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Oleh
Desi Indriana
NIM 151510601146
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayahku Sutikno dan Ibuku Ning Rahayu yang telah memberikan kasih
sayang, serta beribu-ribu doa yang selalu mengiringi langkah dan
keberhasilanku
2. Adik - adikku yang telah memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa.
3. Guru-guru sejak TK, SD, MTs, SMA, Perguruan Tinggi terhormat yang telah
memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran dan dedikasi
yang tinggi.
4. Teman-teman SD, MTs, SMA yang telah memberikan dukungan dan
semangat.
5. Teman- teman Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember tahun Angkatan 2015, terimakasih kebersamaan, kekompakannya,
dan dukungannya.
6. Almamater Fakultas Pertanian Universitas Jember.
iii
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar
kesanggupannya”
(QS. Al Baqarah : 286)
“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya
menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”
(H.R. Muslim)
“Bukanlah orang-orang yang paling baik dari pada kamu siapa yang
meninggalkan dunianya karena akhirat, dan tidak pula meninggalkan akhiratnya
karena dunianya, sehingga ia dapat kedua-duanya semua. Karena di dunia itu
penyampaikan akhirat. Dan jangankah kamu jadi memberatkan atas sesama
manusia“.
(H.R Muslim)
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Desi Indriana
NIM : 151510601146
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
“Rasionalitas Petani Padi Memilih Komoditas Jeruk Siam Untuk Usahatani
di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember” adalah benar-
benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya,
belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya
bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 08 Nopember 2019
Yang Menyatakan,
Desi Indriana
NIM 1515106011146
v
SKRIPSI
RASIONALITAS PETANI PADI MEMILIH KOMODITAS JERUK
SIAM UNTUK USAHATANI DI DESA KENCONG KECAMATAN
KENCONG KABUPATEN JEMBER
Oleh :
Desi Indriana
NIM. 151510601146
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Skripsi : Djoko Soejono, SP., MP.
NIP. 197001151997021002
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Rasionalitas Petani Padi Memilih Komoditas Jeruk Siam
Untuk Usahatani di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember”
telah diuji dan disahkan pada:
Hari, tanggal : Jumat, 08 Nopember 2019
Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing Skripsi
Djoko Soejono, SP, MP.
NIP 197001151997021002
Tim Penguji
Dosen Penguji I,
Dr. Ir. Jani Januar, MT.
NIP 195901021988031002
Dosen Penguji II,
Agus Supriono, SP., M. Si.
NIP 196908111995121001
Mengesahkan,
Dekan,
Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D.
NIP 196005061987021001
vii
RINGKASAN
Rasionalitas Petani Padi Memilih Komoditas Jeruk Siam Untuk Usahatani Di Desa Kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Desi Indriana. 151510601146; 2019: 140;
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi/ Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu komponen yang
penting untuk diperhatikan dalam mendukung pembangunan nasional. Sektor
pertanian sangat baik untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dalam hal
sandang dan pangan. Pengelolaan yang baik dalam hal manajemen juga sangat
diperlukan selama berusahatani. Hal ini sangat sering dilakukan oleh para
produsen, dengan tujuan untuk mencapai profit yang maksimal dari usahanya
tersebut. Sub sektor pangan merupakan salah satu sektor yang terpenting dan
banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan. Selain sektor pangan sub sektor
hortikultura juaga merupakan salah satu yang banyak diproduksi. Sehingga
banyak peralihan jenis tanaman dari pangan ke hortikultura. Khususnya di Desa
Kencong dimana banyak lahan sawah yang dulunya untuk usahatani padi saat ini
berganti menjadi tanaman jeruk siam. Meskipun tergolong baru usahatani jeruk
siam di Desa Kencong saat ini sudah mengalami peningkatan dapat dilihat luas
lahan jeruk siam di Desa Kencong merupakan salah satu yang terluas di
Kecamatan Kencong yaitu 31 Ha. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan yang
dikemukakan oleh Popkin (1979) bahwa petani rasional adalah terbuka terhadap
pasar dan siap mengambil risiko sepanjang kesempatan itu ada. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan rasionalitas petani padi memilih
beralih usahatani jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan Kencong.
Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja di Desa kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan purposive sampling, dengan memilih sesuai dengan kriteria yang
ditentukan peneliti sehingga mampu menjawab semua pertanyaan dari peneliti
disini peneliti memilih lima responden. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara secara mendalam untuk memperoleh data secara langsung dari lapang
dengan menggunakan wawancara tersetruktur kepada responden. Analisis data
viii
yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah adalah analisis data model
interaktif Miles and Huberman. Kompenen ini saling berinteraksi dan berkaitan
satu sama lain.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rasionalitas petani padi memilih
usahatani jeruk siam di Desa Kencong Kabupaten Jember berdasarkan asumsi dari
teori Popkin (1979) adalah pertama, investasi dan spekulasi disini petani padi
yang beralih usahatani jeruk siam menganggap bahwa hasil dari usahatani jeruk
siam dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang dan jangka pendek.
Kedua, risiko dan asuransi dalam usahatani jeruk siam lebih besar risikonya
namun hasil sangat memuaskan, asuransi yang berasal dari desa belum ada
sehingga menggunakan asuransi pribadi. Ketiga, free riders dengan memilih
beralih usahatani jeruk siam petani – petani lain ikut terbantu karena mudah dalam
memsarkan dan cepat dalam memperoleh hasilnya dengan adanya peluncur.
Keempat, hubungan patron klien yang timbal balik dalan usahatani jeruk siam
sehingga petani dan pihak patron saling memperkuat diri. Alasan – alasan tersebut
merupakan alasan rasionalitas petani padi memilih beralih usahatani jeruk siam di
Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
ix
SUMMARY
Rationality of Farmers Choosing Siam Citrus Commodities for Farm
Management in Kencong Village, Kencong Sub District, Jember Regency.
Desi Indriana. 151510601146; 2019: 140; Agribusiness Study Program, Faculty
of Agriculture, University of Jember.
The development of the agricultural sector is one important component to
consider in supporting national development. The agricultural sector is very good
to be developed to meet the needs in terms of clothing and food. Good
management in terms of management is also very necessary during the venture.
This is very often done by producers, with the aim of achieving maximum profit
from the business. The food sub-sector is one of the most important sectors and is
widely produced to meet needs. In addition to the food sector, the also horticulture
sub sector is one of the many produced. So that many transitions of food types
from food to horticulture. Especially in the village of Kencong where many paddy
fields that were once used for rice farm management are now turning into
conjoined orange plants. Although it is classified as a new tangerine farm
management in Kencong Village, now it has increased, it can be seen that the area
of tangerine in Kencong Village is one of the largest in Kencong Sub District,
which is 31 Ha. Based on this, it is stated by Popkin (1979) that rational farmers
are open to the market and ready to take risks as long as the opportunity exists. So
that this study aims to explain the rationality of rice farmers choosing switch farm
management of siam oranges in Kencong Village, Kencong Sub District.
The determination of the research area was carried out deliberately in the
Kencong Village, Kencong Sub District, Jember Regency. The sampling method
is done by purposive sampling, by choosing according to the criteria determined
by the researcher so that he is able to answer all questions from the researcher
here the researcher chooses five respondents. Data collection used in-depth
interviews to obtain data directly from the field used structured interviews with
respondents. The tools of the data used to analyze the problem formulation is the
analysis of Miles and Huberman's interactive model data. This component
interacts and is related to one another.
x
The results of the reseach showed that the rationality of rice farmers
choosing the farm management of siam oranges in Kencong Village, Jember
Regency based on the assumptions of the theory of Popkin (1979), is first,
investment and speculation here that rice farmers who switch to siam farm
management assume that the results of siam oranges can be used as an investment
long term and short term. Second, the risks and insurance in the farm management
of siam oranges is greater, but the results are very satisfying, insurance originating
from villages does not yet exist, so it used personal insurance. Third, free riders
by choosing to switch to farm management siam oranges - other farmers are
helped because it is easy to market and quickly get results with the launcher.
Fourth, reciprocal client patron relationships in the farm management of siam
oranges so that farmers and patrons strengthen one another. These reasons are the
reasons for the rationality of rice farmers to switch to conjoining citrus farm
management in Kencong Village, Kencong Sub District, Jember Regency.
xi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rasionalitas Petani Padi
Memilih Komoditas Jeruk Siam Untuk Usahatani di Desa Kencong Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jember;
2. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D., selaku Koordinator Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember;
3. Djoko Soejono, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Ir. Jani
Januar MT selaku Dosen Penguji I, dan Agus Supriono, SP., M.Si selaku
Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, nasihat, saran, dan motivasi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
4. Agus Supriono, SP., MSi., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama masa studi;
5. Mustapit, SP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi selama masa studi.
6. Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Sutikno dan Ibunda Ning Rahayu
yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan doa yang tiada henti
kepada saya. Adik – adik saya, dan keluarga besar saya yang selalu
memberikan semangat dan doa kepada saya;
7. Petani jeruk di Desa Kencong yang telah mengizinkan dan meluangkan
waktunya untuk membantu saya dalam memperoleh data penelitian selama di
lapang dan penyelesaian skripsi ini;
xii
8. Sahabat dan teman-teman saya Nur, Rinda, Indah, Suni, Siska, Krisnawati,
Zamiyah yang telah memberikan semangat, motivasi, dan banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini;
9. Teman-teman satu Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan semangat kepada saya selama ini;
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2015 Fakultas
Pertanian Universitas Jember atas semangat dan kebersamaan yang telah
diberikan selama ini;
11. Teman-teman KKN saya Risma, Nurul, Bella, Sheilla, Tiwi, Erwin dan
Engga yang selalu memberi semangat, dan dorongan dalam penyelesaian
skripsi ini;
12. Teman-teman magang saya Puput, Yani, Novia, Ilham yang selalu memberi
semangat dalam penyelesaian skripsi ini;
13. Teman-teman SD, MTs dan SMA saya yang selalu memberi semangat dalam
penyelesaian skripsi.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Jember, 08 Nopember 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PEMBIMBING ................................................................................v
PENGESAHAN .................................................................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY .......................................................................................................... ix
PRAKATA ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 9
1.3.1 Tujuan ................................................................................................. 9
1.3.2 Manfaat ............................................................................................. 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................11
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 11
2.2 Landasan Teori.................................................................................. 13
2.2.1 Komoditas Jeruk siam ....................................................................... 13
2.2.2 Teori Pengambilan Keputusan .......................................................... 20
2.2.3 Rasionalitas Petani ............................................................................ 22
2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 27
xiv
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................30
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ........................................... 30
3.2 Metode Penelitian............................................................................ 30
3.3 Metode Penentuan Informan ......................................................... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 33
3.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 33
3.6 Uji Keabsahan Data ........................................................................ 36
3.7 Terminologi ..................................................................................... 37
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................39
4.1 Gambaran Umun Desa Kencong ................................................... 39
4.1.1 Sejarah Desa Kencong .................................................................. 39
4.1.2 Keadaan Geografis dan Pemerintahan .................................... 39
4.1.2 Keadaan dan Jenis Penggunaan Tanah ............................................. 41
4.1.3 Demografi Desa Kencong ................................................................. 41
4.1.4 Sarana dan Prasarana ........................................................................ 44
4.1.4.2 Sarana Transportasi di Desa Kencong ........................................... 45
4.1.4.3 Sarana Irigasi di Desa Kencong ..................................................... 45
4.1.5 Potensi Pertanian di Desa Kencong .................................................. 46
4.1.6 Agribisnis Jeruk Siam di Desa Kencong .......................................... 46
4.2 Rasionalitas Petani Padi Memilih Beralih Usahatani Jeruk di
Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember .......... 49
4.2.1 Investasi dan Spekulasi ..................................................................... 49
4.2.2 Desa (Risiko dan Asuransi) .............................................................. 57
4.2.3 Free Riders ....................................................................................... 63
4.2.4 Hubungan – Hubungan Patron Klien ................................................ 69
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................76
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 76
5.2 Saran ................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................78
LAMPIRAN ..........................................................................................................81
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Rata-Rata Luas, Share dan Pertumbuhan Lahan Buah – Buahan
di Indonesia Tahun 2013-2017.......................................................
2
1.2 Rata – Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Indonesia Tahun 2015-2017...........................................................
3
1.3 Rata-Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 dan 2017........
4
1.4 Rata – Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Kecamatan Kabupaten Jember Tahun 2015-2018..........................
6
1.5 Rata-rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam
Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.......
7
1.6 Luas lahan Jeruk Siam di Kecamatan Kencong Tahun 2019.......... 8
3.1 Profil Informan................................................................................ 31
4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kencong.............................. 40
4.2 Tataguna Lahan............................................................................... 41
4.3 Jumlah Penduduk............................................................................ 42
4.4 Komposisi Usia Penduduk.............................................................. 42
4.5 Klasifikasi Agama dan Suku di Desa Kencong.............................. 43
4.6 Klasifikasi Angkatan Bekerja......................................................... 43
4.7 Pekerjaan dan Mata Pencaharian.................................................... 44
4.8 Sarana Pendidikan........................................................................... 45
4.9 Investasi dan Spekulasi Petani Jeruk di Desa Kencong.................. 53
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Jarak Taman Jeruk Siam.................................................................... 16
2.2 Penanaman Jeruk Siam...................................................................... 17
2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 29
3.1 Model Interaktif Miles dan Huberman ............................................. 34
3.2 Bagan Triangulasi Sumber ............................................................... 37
4.1 Rasionalitas Petani............................................................................ 49
4.2 Pola jawaban Informan Terkait Rasionalitas Petani dalam Risiko
dan Asuransi .....................................................................................
57
4.3 Pola jawaban Informan Terkait Rasionalitas Petani dalam Risiko
dan Asuransi .....................................................................................
60
4.4 Pola jawaban Informan Terkait Rasionalitas Petani dalam Free
Riders ................................................................................................
64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Rata-Rata Luas Lahan Buah di Indonesia 2011-2014............ 81
2. Data Rata – Rata Share Luas Lahan Buah di Indonesia Tahun
2011-2014.......................................................................................
82
3. Data Rata – Rata Pertumbuhan Luas Lahan Buah di Indonesia
Tahun 2011-2014............................................................................
83
4. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2015-2017...........................................................
84
5. Data Rata-Rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Provinsi
Di Indonesia Tahun 2015-2017......................................................
85
6. Data Rata-Rata Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017........................................
86
7. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016 dan 2017.................
87
8. Data Rata-Rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016 dan 2017..................
88
9. Data Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016 dan 2017..................
89
10. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.............................................
90
11. Data Rata-Rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2018......................
91
12. Data Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kecamatan
di Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.........................................
92
13 Data Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di Kabupaten
Jember.............................................................................................
93
14 Data Share Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember...........................................................................
94
xviii
15 Data Pertumbuhan Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember...........................................................................
95
16 Reduksi Data................................................................................... 96
17 Display Data.................................................................................... 106
18 Panduan Wawancara....................................................................... 115
19 Dokumentasi................................................................................... 118
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian hortikultura merupakan sektor yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Hortikultura juga merupakan komoditas yang menjadi
salah satu kebutuhan pokok manusia karena selalu tersedia dengan jumlah yang
cukup banyak, mudah didapat, dan memiliki harga yang sangat terjangkau untuk
masyarakat. Subsektor hortikultura terbagi menjadi tiga yaitu hortikultura sayur,
buah dan tanaman hias. Khususnya hortikultura buah yang banyak dikembangkan
oleh masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan mudah
untuk dikembangkan (Arfadi et al, 2018).
Tanaman subsektor hortikultura buah di Indonesia memilik banyak jenis,
hal ini dipengaruhi kecocokan karakteristik lahan serta luas wilayah di Indonesia
yang memungkinkan pengembangan komoditas buah. Berdasarkan RENSTRA
tahun 2014-2019 tentang komoditas buah – buahan strategis yang berorientasi
ekspor dan substitusi impor yang perlu dikembangkan kedepan adalah: (a) jeruk,
(b) mangga, (c) manggis, (d) nanas dan (e) salak pada khususnya jeruk siam
karena memiliki nilai ekonimis tinggi.
Hal ini sesuai dengan luas lahan budidaya tanaman tersebut dimana dari
kelima tanaman tersebut yang termasuk komoditas strategis buah – buahan diatas
memiliki luas lahan yang perkembangannya cukup tinggi dibandingkan buah –
buahan lainnya. Ada 27 jenis buah – buahan tahunan yang dibudidayakan di
Indonesia, namun yang memiliki luas lahan budidaya tertinggi diantaranya (a)
mangga, (b) pisang, (c) rambutan, (d) durian, (e) nangka, (f) jeruk dan (g) jeruk
siam. Buah – buahan tersebut merupakan buah yang rata – rata luas lahannya
tetringgi daripada buah-buahan lainnya. Khususnya buah jeruk siam yang
merupakan buah yang banyak dibudidayakan dilahan tegal ini memiliki luas lahan
terluas dibandingkan tanaman tahunan yang dibudidayakan secara komersil.
Berikut merupakan luas lahan ragam buah yang banyak dibudidayakan di
Indonesia tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
2
Tabel 1.1 Rata-Rata Luas, Share dan Pertumbuhan Lahan Buah – Buahan
di Indonesia, Tahun 2013-2017 No Jenis Buah Rata – rata
luas lahan
(Ha)
Rata-
rata
share
(%)
Rangking Rata-rata
pertumbuhan
(%)
Rangking
1 Alpukat 22.263 2,55 11 0,04 8
2 Belimbing 3.115 0,36 24 -0,01 16
3 Duku/langsat 25.066 2,87 10 0,05 5
4 Durian 65.315 7,47 4 0,00 12
5 Jambu biji 9.520 1,09 18 -0,02 17
6 Jambu air 13.270 1,52 14 0,00 13
7 Jeruk
siam/keprok 48.155
5,51 6 0,03 10
8 Jeruk besar 5.286 0,60 20 0,09 4
9 Jeruk** 52.333 4,49 7 -0,32 27
10 Mangga 235.810 26,97 1 0,09 3
11 Manggis 16.857 1,93 12 -0,01 15
12 Nangka/cempedak 56.787 6,50 5 -0,03 20
13 Nenas 15.189 1,74 13 0,10 1
14 Pepaya 11.070 1,27 16 -0,02 19
15 Pisang 102.841 11,76 2 -0,01 14
16 Rambutan 100.796 11,53 3 -0,03 21
17 Salak 27.489 3,14 9 0,05 7
18 Sawo 10.368 1,19 17 0,03 9
19 Markisa 1.705 0,20 25 -0,05 23
20 Sirsak 4.674 0,53 21 0,05 6
21 Sukun 11.384 1,30 15 -0,02 18
22 Apel 3.625 0,41 23 -0,08 25
23 Anggur 242 0,03 27 -0,11 26
24 Melon 7.177 0,82 19 0,09 2
25 Semangka 33.617 3,85 8 0,02 11
26 Blewah 3.797 0,43 22 -0,04 22
27 Stroberi 832 0,10 26 -0,07 24
Indonesia 888.580 100 -0,20
Sumber: Data BPS diolah lampiran 1-3.
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dicermati bahwa jeruk siam termasuk buah-
buahan sepuluh besar di Indonesia. Diantara prioritas komoditas strategis yang
pertumbuhan positif adalah: (a) mangga 0,09, (b) jeruk siam 0,03, (c) salak 0,05,
(d) nanas 0,10, dan (e) manggis memiliki nilai negatif yaitu (-0,01). Khususnya
diantara pertumbuhan buah - buahan yang positif jeruk siam yang paling rendah
pertumbuhannya dimana hanya 0,03. Hal ini memperlihatkan bahwa tren jeruk
siam menurun dibandingkan buah unggulan lainnya seperti: (a) mangga, (b)
nanas, dan (c) salak. Adapun di Indonesia buah jeruk siam hampir semua wilayah
mengusahakan yang terbesar di Jawa Timur.
3
Jeruk siam merupakan buah yang banyak dibudidayakan secara komersil
pada lahan sawah/tegal. Jeruk siam tersebar hampir diseluruh Indonesia
khususnya di Jawa Timur yang memiliki rata-rata luas lahan ranking 1 di
Indonesia. Provinsi Jawa Timur yang wilayahnya masih banyak dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian. Tabel dibawah merupakan tabel yang memperlihatkan
luas lahan jeruk siam di Indonesia menurut provinsi.
Tabel 1.2 Rata – Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Indonesia, Tahun 2015-2017. No Provinsi Rata –
rata luas
lahan
(Ha)
Rata-
rata
share
luas
lahan
(%)
Ranking Rata-rata
pertumbuhan
(%)
Ranking
1 Aceh 286,4 0,51 16 0,74 6
2 Sumatra Utara 6623,3 11,91 3 0,01 23
3 Sumatra Barat 1625,1 2,93 7 0,09 20
4 Riau 481,1 0,85 13 0,18 15
5 Jambi 374,1 0,67 14 -0,06 28
6 Sumatra Selatan 538,1 0,97 12 0,45 9
7 Bengkulu 207,0 0,37 21 0,16 17
8 Lampung 231,9 0,42 18 0,42 10
9 Kepulauan Bangka
Belitung 100,4 0,18 25 -0,43 33
10 Kepualauan Riau 8,2 0,01 31 0,17 16
11 DKI Jakarta 0,3 0,00 33 0,00 26
12 Jawa Barat 1264,0 2,30 8 -0,16 31
13 DI Yogyakarta 91,5 0,17 26 0,00 25
14 Jawa Timur 19787,1 34,99 1 0,21 12
15 Banten 23,1 0,04 29 0,20 14
16 Bali 8743,3 15,74 2 -0,01 27
17 Nusa Tenggara Barat 137,4 0,25 22 1,06 5
18 Nusa Tenggara Timur 545,5 0,98 11 0,22 11
19 Kalimantan Barat 5697,0 10,28 4 -0,08 29
20 Kalimantan Tengan 316,3 0,57 15 0,14 18
21 Kalimantan Selatan 3914,0 7,04 5 0,05 21
22 Kalimantan Timur 246,7 0,44 17 0,20 13
23 Kalimantan Utara 229,1 0,40 19 1,50 3
24 Sulawesi Utara 11,6 0,02 30 1,34 4
25 Sulawesi Tengah 56,6 0,10 28 -0,28 32
26 Sulawesi Selatan 887,7 1,60 9 0,65 7
27 Sulawesi Tenggara 2078,5 3,70 6 0,11 19
28 Gorontalo 88,8 0,16 27 0,65 8
29 Sulawesi Barat 864,2 1,55 10 -0,14 30
30 Maluku 215,4 0,39 20 0,00 24
31 Maluku Utara 109,1 0,20 24 0,04 22
32 Papua Barat 2,9 0,01 32 13,40 1
33 Papua 133,4 0,23 23 5,47 2
Total 55918,6 100 0,80
Sumber: Data BPS diolah lampiran 4-6.
4
Berdasarkan data di atas dapat dicermati bahwa jeruk siam diusahakan pada
setiap provinsi di Indonesia. Khususnya di Jawa Timur dimana pertumbuhan jeruk
siam positif yaitu 0,21 berarti ada penambahan pertumbuhan yang cenderung
melambat dan tidak sebagus didaerah – daerah lain sehingga Jawa Timur diposisi
12. Jawa Timur jeruk siam diusahakan disemua kebupaten. Berdasarkan Ashari
dkk (2014) dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/CT.140/8/2012
mengklasifikasikan hortikultura jeruk di Jawa Tmur yang terbagi berdasarkan
empat tipe kelas anatara lain: (a) inisiasi, (b) penumbuhan, (c) pengembangan dan
(d) pemantapan. Kawasan Kabupaten: (a) Jember, (b) Malang, (c) Lumajang, dan
(d) Banyuwangi berada pada tipe kelas pemantapan.
Tabel 1.3 Rata-Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2016 dan 2017. No Kabupaten Kota Rata – rata
luas lahan
(Ha)
Rata-rata
share luas
lahan (%)
Rangking Pertumbuhan
luas lahan (%)
Rangking
1 Pacitan 82,825 0,27 10 0,37 7
2 Ponorogo 458,81 1,49 4 0,38 6
3 Trenggalek 10,89 0,03 22 -0,01 19
4 Tulungagung 50,605 0,19 12 0,68 2
5 Blitar 130,67 0,41 7 0,24 10
6 Kediri 42,62 0,14 14 0,47 4
7 Malang 1477,645 4,39 3 0,07 16
8 Lumajang 353,965 1,03 5 0,00 18
9 Jember 25658,505 45,74 1 -7,48 29
10 Banyuwangi 16068,39 43,59 2 -0,33 23
11 Bondowoso 35,375 0,10 16 -0,09 22
12 Situbondo 2,87 0,01 28 -0,68 24
13 Probolinggo 11,215 0,02 24 -2,35 27
14 Pasuruan 114,685 0,28 9 -0,92 25
15 Sidoarjo 3,9 0,01 26 0,29 9
16 Mojokerto 26,345 0,08 17 0,02 17
17 Jombang 1,485 0,00 30 -3,60 28
18 Nganjuk 140,155 0,40 8 -0,05 21
19 Madiun 8,225 0,03 23 0,45 5
20 Magetan 50,52 0,15 13 0,15 13
21 Ngawi 17,095 0,04 21 -1,33 26
22 Bojonegoro 36,58 0,11 15 0,11 14
23 Tuban 85,875 0,26 11 0,08 15
24 Lamongan 0,87 0,00 29 0,66 3
25 Gresik 28,44 0,04 20 -41,42 30
26 Bangkalan 18,185 0,06 19 0,30 8
27 Sampang 1,92 0,01 27 0,98 1
28 Pamekasan 22,25 0,07 18 0,22 11
29 Sumenep 4,675 0,01 25 -0,02 20
30 Batu 334,315 1,03 6 0,20 12
Total 45279,905 100,00 -52,61
Sumber: Data BPS diolah lampiran 7-9.
5
Provinsi Jawa Timur yang memiliki rata-rata luas lahan terluas di Indonesia
dan di Jawa Timur jeruk siam tersebar di seluruh kabupaten. Jeruk siam di
Provinsi Jawa Timur yang tersebar diseluruh kabupaten terdapat beberapa
kabupaten sentra berdasarakan luas lahan antara lain kabupaten: (a) Jember, (b)
Banyuwangi, (c) Malang, (d) Ponorogo, dan (e) Lumajang. Kabupaten Jember
adalah kabupaten yang memiliki rata-rata luas lahan jeruk siam terluas. Berikut ini
merupakan tabel data yang menjukkan luas lahan jeruk siam di Jawa Timur
berdasarkan kabupaten.
Berdasarkan data di Provinsi Jawa Timur jeruk siam tersebar di seluruh
kabupaten dengan luas lahan yang beragam. Khususnya Kabupaten Jember yang
menempati ranking satu pada luas lahan jeruk siam di Jawa Timur, namun
pertumbuhannya negatif dan sangat tinggi penurunanya hingga mencapai (-7,48)
hal ini ditunjukan pada tabel diatas yang berarti ada penurunan luas lahan jeruk
siam di Jember. Jeruk siam di Kabupaten Jember tersebar hampir diseluruh
kecamatan dimana pada setiap kecamatan ada yang beberapa masih dalam
pengembangan baru, sehingga perkebangan luas lahannya cukup tinggi.
Jeruk siam di Kabupaten Jember yang merupakan sentra adalah kecamatan
(a) Umbulsari, (b) Semboro, (c) Sumberbaru, (d) Jombang, dan (d) Kencong.
Kabupaten Jember mengembangkan jeruk siam disemua kecamatan-kecamatan
ada yang merupakan pengembangan baru dan ada yang sudah lama. Khusunya
Kecamatan Kencong dimana merupakan daerah pengembangan baru jeruk siam di
Kabupaten Jember. Berdasarkan Dinas Pertanain di Kabupaten Jember luas lahan
jeruk siam dapat dilihat pada Tabel 1.4.
6
Tabel 1.4 Rata – Rata Luas Lahan, Share dan Pertumbuhan Jeruk Siam di
Kecamatan Kabupaten Jember, Tahun 2015-2018. No Kecamatan Rata –
rata luas
lahan (ha)
Rata-
rata
share
(%)
Ranking Rata-rata
pertumbuhan
(%)
Ranking
1 Kencong 127,62 2,91 5 3,0 2
2 Gumukmas 98,27 2,08 6 0,4 13
3 Puger 0,16 0,00 25 0,0 21
4 Wuluhan 0,83 0,02 16 0,2 18
5 Ambulu 1,96 0,03 14 1,9 5
6 Tempurejo 1,27 0,03 13 -0,7 31
7 Silo 0,00 0,00 28 0,0 21
8 Mayang 0,12 0,00 24 0,6 11
9 Mumbulsari 1,42 0,02 15 2,6 3
10 Jenggawah 17,42 0,31 10 2,0 4
11 Ajung 27,34 0,62 8 0,4 14
12 Rambipuji 0,33 0,01 20 4,9 1
13 Balung 0,62 0,01 19 0,0 21
14 Umbulsari 2574,96 55,11 1 0,4 15
15 Semboro 1177,83 23,21 2 0,8 9
16 Jombang 214,14 5,20 4 0,0 28
17 Sumberbaru 383,49 8,35 3 0,3 16
18 Tanggul 53,32 1,21 7 0,2 17
19 Bangsalsari 24,90 0,62 9 0,1 20
20 Panti 6,21 0,13 11 0,5 12
21 Sukorambi 0,79 0,01 18 0,1 19
22 Arjasa 0,52 0,01 17 0,7 10
23 Pakusari 0,00 0,00 28 0,0 21
24 Kalisat 0,13 0,00 23 -0,4 30
25 Ledokombo 0,00 0,00 28 0,0 21
26 Sumberjambe 0,22 0,00 22 -0,4 29
27 Sukowono 0,00 0,00 28 0,0 21
28 Jelbuk 0,04 0,00 27 1,1 6
29 Kaliwates 0,10 0,00 26 0,0 21
30 Sumbersari 0,41 0,01 21 0,9 8
31 Patrang 3,51 0,08 12 1,1 7
Total 4717,92 100 20,6
Sumber: Data Dinas Pertanian diolah lampiran 10-12.
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa di Kabupaten Jember tidak
semua kecamatan membudidayakan jeruk siam, dapat dilihat bahwa ada beberapa
kecamatan-kecamatan yang belum membudidayakan jeruk siam. Jeruk siam di
Kabupaten Jember yang memiliki lahan terluas adalah Kecamatan Umbulsari dan
Kecamatan Semboro. Kecamatan-kecamatan lain yang merupakan daerah sentra
antara lain: (a) Kencong, (b) sumberbaru, dan (c) Jombang. Khusunya Kecamatan
Kencong yang merupakan daerah pengembangan baru komoditas jeruk siam dan
didukung dengan produksinya.
7
Tabel 1.5 Rata – Rata Produksi, Share dan Pertumbuhan Produksi Jeruk
Siam di Kecamatan Kabupaten, Tahun Jember 2015-2018. No Kecamatan Rata – rata
produksi
(kw)
Rata-rata
share
(%)
Ranking Rata –rata
Pertumbuhan
(%)
Ranking
1 Kencong 61.128 3,60 5 4,19 3 2 Gumukmas 31.702 1,93 6 0,15 14 3 Puger 19 0,00 26 0,00 18 4 Wuluhan 368 0,02 16 -0,03 24 5 Ambulu 770 0,04 13 1,39 7 6 Tempurejo 578 0,04 14 -0,67 31 7 Silo 0 0,00 28 0,00 18 8 Mayang 54 0,00 25 0,14 15 9 Mumbulsari 576 0,03 15 2,63 4 10 Jenggawah 7.144 0,38 10 2,07 6 11 Ajung 12.886 0,76 8 0,57 9 12 Rambipuji 157 0,01 20 6,64 1 13 Balung 182 0,01 19 -0,28 28 14 Umbulsari 988.416 55,57 1 0,33 10 15 Semboro 339.516 19,77 2 0,19 13 16 Jombang 93.582 5,95 4 -0,03 25 17 Sumberbaru 153.358 9,40 3 -0,05 26 18 Tanggul 26.799 1,55 7 0,32 11 19 Bangsalsari 8.396 0,55 9 -0,05 27 20 Panti 5.484 0,27 11 2,18 5 21 Sukorambi 324 0,02 18 0,00 17 22 Arjasa 274 0,02 17 4,26 2 23 Pakusari 0 0,00 28 0,00 18 24 Kalisat 68 0,00 23 -0,30 29 25 Ledokombo 0 0,00 28 0,00 18 26 Sumberjambe 99 0,01 22 -0,49 30 27 Sukowono 0 0,00 28 0,00 18 28 Jelbuk 8 0,00 27 0,02 16 29 Kaliwates 87 0,00 24 0,00 18 30 Sumbersari 108 0,01 21 0,25 12 31 Patrang 1.205 0,07 12 0,73 8 Total 1.733.287 100,00 24
Sumber: Data Badan Pusat Statistika diolah lampiran 13-15
Produksi jeruk siam di Kabupaten Jember berdasarkan data dari tahun 2015-
2018 rata-rata produksi tertinggi yaitu Kecamatan Umbulsari namun
pertumbuhannya cenderung menurun. Sedangkan untuk kecamatan lain yang
merupakan daerah pengembangan baru jeruk siam produksinya cenderung stagnan
dengan kenaikan sedikit demi sedikit. Daerah – daerah tersebut adalah (a)
Rambipuji, (b) Arjasa, dan (c) Kencong. Khusunya daerah Kecamatan Kencong
yang mengalami kenaikan pada luas lahan dan produksinya.
8
Kecamatan Kencong merupakan daerah pengembangan baru jeruk siam di
Kabupaten Jember, dilihat dari luas lahan dan produksinya yang selaras dengan
menempati posisi yang cukup tinggi pada share dan pertumbuhannya. Daerah
Kencong yang merupakan pengembangan baru dan ada peningkatan pada setiap
tahunnya namun cenderung stagnan. Hal ini didasari karena di Kecamatan
Kencong semua desa melakukan budidaya jeruk siam.
Tabel 1.6 Luas Lahan Jeruk Siam di Kecamatan Kencong Tahun 2019.
No Desa Luas lahan (ha) Share (%)
1 Wonorejo 20 11,70
2 Kencong 31 18,13
3 Cakru 46 26,90
4 Paseban 22 12,87
5 Kraton 52 30,41
Total 171 100
Sumber: UPTD Gumukmas 2019.
Luas lahan jeruk siam di Kecamatan Kencong adalah 171 ha yang tersebar
di seluruh desa. Luas lahan jeruk siam tertinggi di Kecamatan Kencong berada di
Desa Cakru yang lahannya merupakan lahan tegalan. Desa-desa lain yang
membudidayakan jeruk siam kebanyakan pada lahan tegal akan tetapi Desa
Kencong yang daerahnya cenderung basah melakukan budidaya jeruk siam di
lahan sawah yang seharusnya untuk usahatani padi. Menurut pernyataan dari
UPTD Pertanian Gumukmas tahun 2019 bahwa di Desa Kencong terjadi konversi
lahan padi yang dijadikan lahan jeruk siam.
Masyarakat Desa Kencong yang menjadi petani jeruk siam kebanyakan dari
petani padi dan lahan yang digunakan merupakan lahan usahatani padi yang
beralih jenis tanaman jeruk siam. Petani jeruk siam di Desa Kencong yang berani
beralih jenis tanaman yang menurut sebagian petani disana karena dengan
membudidayakan jeruk siam ketika tanaman sudah remaja dapat dipanen
beberapa kali dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja untuk perawatan.
Manfaat dari kelebihan usahatani jeruk siam tersebut juga diikuti dengan adanya
risiko – risiko yang dihadapi anatara lain: (a) modal yang dikeluarkan cukup
besar, (b) gestasion period atau jarak tanam sampai panen cukup lama, dan (c)
harga yang cenderung fluktuasi. Namun, kebanyakan petani yang beralih ke
tanaman jeruk siam karena mereka melihat petani – petani lain yang sudah
9
melakukan usahatani jeruk siam memiliki tingkat ekonomi yang lebih mapan dan
mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka. sehingga mereka cenderung ikut-
ikutan membudidayakan jeruk siam dengan sudah memperhitungkan risiko-risiko
yang akan dihadapi kedepannya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Popkin (1979), yang mengatakan
bahwa petani pada hakekatnya ingin meningkatkan ekonominya dan berani
mengambil risiko. Dalam teori yang kemukakan oleh Popkin yang penerapannya
sesuai dengan petani Desa Kencong. Petani memilih beralih jenis tanaman jeruk
siam karena menurut mereka lebih menguntungkan dan dapat diandalkan untuk
kehidupan para petani. Petani beranggapan bahwa dalam usahatani padi
keuntungan atau manfaat yang didapat tidak terlalu besar seperti dalam satu tahun
tanaman padi dan palawija lain dapat panen selama 3 kali dan sudah adanya
kelompok tani yang menaungi petani padi. Sedangkan pada usahatani jeruk siam
keuntungan atau manfaat yang diperoleh adalah dalam satu kali tanam dapat di
panen beberapa kali secara berkala ketika tanaman jeruk sudah masa panen, hasil
yang diperoleh dalam satu kali panen dapat menutupi modal awal dan banyaknya
kemudahan dalam usahatani jeruk siam dalam memperoleh pinjaman akan tetapi
risiko yang dihadapi cukup besar seperti risiko harga dan kriminalitas.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah rasionalitas petani beralih dari tanaman padi ketanaman
jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan lebih dalam mengenai
rasionalitas petani padi memilih beralih ke pertanian jeruk siam di Desa Kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
10
1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan kajian dalam
pemerintah Kabupaten Jember untuk mengatur kebijakan dan bantuan yang
berkaitan dengan pengembangan usahatani jeruk siam.
2. Bagi petani, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan memilih tanaman jeruk siam.
2. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Fatmawati (2017) melakukan penelitian, dengan judul “Petani padi ditengah
peralihan menjadi petani sawit: pilihan petani untuk mempertahankan atau beralih
jenis tanaman di Desa Air Hitam Kabupaten Batubara”. Salah satu tujuan
penelitiannya adalah alasan rasional petani memilih beralih menjadi petani
tanaman sawit. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif Miles dan
Huberman dengan menggunakan pendekatan teori Popkin (1979) dengan empat
asumsi yaitu (a) investasi dan spekulasi, (b) risiko dan asuransi, (c) free riders
atau pembonceng dan (d) hubungan patron klien. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan rasionalitas petani padi beralih ke pertanian kelapa sawit denggan
menggunakan asumsi popkin.
Pertama, investasi dan spekulasi adalah petani selalu melakukan tindakan
yang sesuai dengan pilihan rasionalnya sehingga begitu banyak hal yang bisa
menjamin kelangsungan hidup mereka dimasa depan, investasi yang dilakukan
oleh petani sawit adalah dengan memiliki anak denan pendidikan yang tinggi
merupakan suatu simpanan dihari tua nanti. Investasi ini dilakukan sehingga
mereka merasa aman jika terjadi kegagalan panen, petani padi mengganti tanaman
dengan kelapa sawit karena lebih menguntunkan karena kecenderungan petani
yang lebih berorientasi pada nilai ekonomi dalam berusaha tani dimana mereka
lebih menyukai menggunakan strategi berinvestasi yang lebih mengutamakan
kepentingan pribadi berupa hewan ternak, tanah, anak dan benda – benda berharga
lainnya yang mereka miliki.
Kedua, desa (risiko dan asuransi), risiko pertama yang harus dihadapi jika
terjadi kegagalan menanam sawit, tinkat kriminalitas (pencurian) yang cukup
tinggi sehingga merugikan petani, semakin berkurangnya tingkat komunikasi
antar petani akrena petani sawit tidak setiap hari harus sering kesawah, lahan yang
digunakan untuk menanam sawit adalah lahan satu-satunya meka petani harus
membeli beras. Asuransi – asuransi yang menjadi pertimbangan petani sawit
12
antara lain harga jual buah yang tinggi, hana membutuhkan modal penanaman,
tanaman sawit tidak rentan terhadap hama, tanaman dapat dipanen secara kontinu,
pengelolaan dapat dikerjakan sendiri.
Ketiga, free riders maksudnya adanya orang – oranng yang ingin menambil
keuntungan tanpa harus berkontribusi, disini adanya orang yang menjadi calo
biasanya petani akan mempertimbangkan terlebih dahulu keputusan yan akan
diambilnya. Petani harus mendapatkan keuntungan dari hasil panen yag
didapatkannya karena kalau tidak petani akan kehilangan sumberdaya dan modal
dan orang yang tidak terlibat tersebut akan tetap memperoleh keuntungan.
Keempat, hubungan patron klien, hubungan yang terjalin antara petani dengan
tuan tanah/agen. Petani baisanya memperoleh modal untuk mengelola usahatani
dengan meminjam dari agen yang tidak membungakan pinjamannya, namun
syaratnya harus menjual hasil panennya kepada agen tersebut. Sehingga
rasionalitas petani melakukan peralihan menjadi tanaman sawit karena perawatan
yang mudah, tidak rentan terhadap hama, biaya pemeliharaan sawit lebih murah,
peralihan karena mengikuti petani lain dan panen sawit dapat dilakukan secara
kontinyu.
Putri (2017) melakukan penelitian, dengan judul “Rasionalitas 5 Petani
Sayuran (Studi Kasus di Negari Sungai Namnam Kecamatan Lembah Gumanti
Kabupaten Solok)”. Salah satu tujuannya untuk mendeskripsikan rasionalitas 5
petani dalam melakukan peralihan tanaman markisa ke tanaman sayur – sayuran.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah
faktor yang membuat terjadinya peralihan komoditi pertanian didaerah ini adalah
menurunnya harga, hama yang banyak dan harga tanaman lain yang tinggi, serta
ikut – ikutan karena petani lain melakukan peralihan tanaman pertaniannya.
Sehingga muncul rasionalitas instrumental dipemikiran petani yang membuatnya
ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, bahkan menguntungkan disetiap
panennya. Sehingga beberapa tindakan rasionalpun dilakukan seperti mencari
informasi tanaman lain, mengetahui harga pasar dan mencari bibit.
Winarni (2017) melakukan penelitian, dengan judul “Petani Pisang Organik
di Desa Kandangtepus Kabupaten Lumajang”. Salah satu tujuan penelitiannya
13
untuk mendeskripsikan tentang petani pisang organik di Kandangtepus Kabupaten
Lumajang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Rasionalitas yang
berkembang dikalangan petani dikaitkan dengan pemikiran Weber (Siahaan,
1986) dimana menurut Weber dasar rasionalitas tindakan sosial dibedakan dalam
4 tipe yang diantaranya adalah zweck rational, wertrational action, affectual
action, traditional action. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama,
budidaya pisang organik dengan menggunakan pupuk kandang yang dilakukan
oleh para petani di Desa Kandangtepus seolah-olah telah menjadi tradisi yang
sudang berkembang dari masa lampau tindakan ini termasuk pada tipe tradisional
action.
Kedua, struktur sosial petani pisang di Desa Kandangtepus telah mengalami
perubahan, dari yang semula pertaniannya hanya bersifat subsisten kini
berorientasi pada kepentingan ekonomi atau bersifat komersil. Tindakan petani
tersebut jika dikategorikan pada tipe rasionalitas Weber termasuk pada tipe zweck
rational action, dimana petani dalam melakukan tindakan tersebut didasarkan
pada pertimbangan – pertimbangan yang rasional dengan melihat kondisi
lingkungan eksternalnya dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi. Ketiga,
selain untuk kepentingan ekonomi dan mempertahankan warisan tradisional,
penggunaan pupuk kandang dilakukan atas kecintaan petani terhadap
lingkungannya yang termasuk pada tipe affectual action. Jadi pertanian organik
yang hanya dilakukan petani pisang organik didasarkan 3 tipe pada rasionalitas
tindakan Weber yang bermula dari tradisonal action, zweckrational action dan
affectional action.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komoditas Jeruk siam
Menurut AAK (1994), jeruk siam merupakan sebagian kecil dari sekian
banyak spesies dan varietas jaruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Famili
Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani
mengelompokkan semua anggota famili kedalam 7 subfamili dan 130 genus.
Sedangkan yan menjadi induk tanaman jeruk siam adalah subfamili Aurantioidae
yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi – bagi dalam
14
beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk siam tergolong dalam rumpun Citriae
dan subtribe Citrinae, dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk
siam berasal termasuk didalamnya jeruk siam. Secara sistematis klasifikasi jeruk
siam adalah sebagai berikut:
Famili : Rutaceae
Subfamili : Aurantioidae
Tribe : Citriae
Subtribe : Citrinae
Genus : Citrus
Subgenus : Eucitrus, papeda
Spesies : Citrus nobilis
Varietas : Citrus nobilis LOUR var. Microcarpa Hassk.
Tanaman jeruk siam mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut
(bercabang enek kecil) serta akar – akar rambut. Panjang akar tunggang bisa
mencapai 4 meter. Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter.
Perakaran jeruk siam tergantung pada banyaknya unsur didalam tanah dan
umumnya dikedalaman 0,15-0,50 meter. Umumnya batang pohon jeruk siam
dibudidayakan secara komersial mempunyai tinggi antara 2,5-3 meter tajuk pohon
tidak beraturan, dalam kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan
berpencar.
Jeruk siam mempunyai ciri khas dengan kulit buahnya tipis sekitar 2 mm,
permukaannya halus, licin, mengkilap dan menempel lekat pada daging buahnya.
Dasar buahnya berleher pendek sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji
buahnya berbentuk oval, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9
cmx 0,6 cm dan jumlah biji perbuah sekitar 20 biji. Daging buah jeruk siam lunak
dengan rasa manis dan harum. Produksi buahnya cukup lebat dengan berat
perbuah sekitar 75,6 gram. Satu pohon rata – rata dapat menghasilkan sekitar 7,3
kg buah (AAK, 1994).
2.2.1.1 Teknik Budidaya Jeruk Siam
1. Pembibitan
15
a. Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa
penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit,
miripdnegan induknya (true to type), subur, berdiameter 2-3 cm, permukaan
batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan
memilikisertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya
jeruk didapatakan dengan cara generatif dan vegetatif. Akar tunggang yang
dimiliki memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan
menyerap hara lebih baik.
b. Teknik Penyemaian Bibit
Cara generative dengan mengambil biji buah degan memeras buah yang
telah dipotong. Biji dikerigkan disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.
Areal persemaian memiliki tanah yang subur, tanah diolah sedalam 30-40 cm dan
dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m. Jarak petakan 0,5-1 meter,
sebelum ditanami diberi pupuk kandang. Cara vegetatif metode yang lazim
dilakukan dengan penyambunggan tunas pucuk dan penempelan mata tempel.
Mempersiapkan batang bawah yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat
dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran
terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda.
2. Sistem Penanaman dan Jarak Tanam
Sistem penanaman ada bermacam – macam diantaranya yaitu empat persegi
panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau
heksagonal dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi berpotogan diagonal
ditengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudidan tanaman tengah
dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanam dilahan
denan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat
tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah
sebagai berikut 5 x 5 m, 5 x 8 m atau 6 x 6 m. Menurut Tim Penulis ( 2002),
kebutuhan bibit untuk lahan seluas 1 ha dengan jarak tanam (8x8)m, dibutuhkan
bibit jeruk siam sebanyak 171 pohon. Sedangkan untuk jarak tanam (6x6)m,
dibutuhkan bibit sebanyak 304 pohon. Jumlah ini sudah termasuk bibit cadangan
16
sebanyak 10%. Pertumbuhan jeruk siam cenderung melebar sehingga diperlukan
h]jarak tanam yang cukup lebar. Jarak tanam yang bisa dipilih adalah (6x6)m,
(7x7)m atau (8x8)m. Setelah jarak tanamnya ditentukan, dilanjutkan dengan
penentuan pola barisannya agar tanaman teratur dan penggunaan lahannya.
Gambar 2.1 Jarak Tanaman Penanaman Jeruk Siam
3. Pengisian Lubang Tanam
Cara mengisi lubang tanam, pertama tanah yang subur dicampur dengan
kompos/pupuk kandang dengan perbandingan 1:3 atau 1:4, dicampur TSP, KCl
masing – masing 1kg, kalau tanah rendah diberi dolomit. Campuran tanah ini
dimasukan sedikit demi sedikit sambil diaduk – aduk jangan diinajk, stelah terisi
tanah sekitar 30-40 cm. Pada waktu hampir penuh diberi ajir bambu atau kayu
ditenah lubang tanam. Lubang dipenuhu sampai cembung, kemudian dibiarkan
beberpa hari sampai tanah stabil (Pracaya, 2003).
4. Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan
supaya tidak ada kesulitan dalam penyiraman. Waktu permulaan penanaman
memerlaukan banyak air, jangan sampai kekeringgan. Bibit yang ditanam bisa
sistem stump, cabutan, bibit yang dikeringkan atau dalam polybag (kantong
plastik). Cara penanaman pohon jeruk ditempat ajir ditancapkan dibuat lubang
lebih besar dari polybag, keranjan atau polybag diiris atau digunting pelan –
17
pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan kedalam lubang sedalam leher
akar, setelah tanaman dimasukkan kedalam lubang kemudian ditaburi furadan,
curater, ternik atau insektisida untuk mencegah serangan nematoda atau rayap.
Disekitar tanaman diberi mulsa untuk menghindari kekeringgan dan tumbuhnya
gulma (Pracaya, 2003).
Gambar 2.2 Penanaman Jeruk Siam
5. Pemeliharaan Tanaman
Pertama penyiraman tanaman jeruk memerlukan air yang cukup, oleh
karena itu pada waktu tidak ada hujan dilakukan penyiraman pada saat
pembungaan dan pembuahan, untuk memudahkan penyiraman pada musim
kemarau dibuat cekukan disekitar batang, sebalikanya pada saat musim hujan
dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang. Kedua pemberian
mulsa untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah
tumbuhnya gulma. Ketiga penyiangan bia tumbuh gulma segera disiang supaya
tidak banyak unsur hara tanah yang terambil. Keempat pengggemburan bila tanah
kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan
baik. Kelima pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang – cabang yang sakit
misalnya terserang jamr upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang
yang hampir patah, terlalu rimbun, tumbuh tunas dibawah okulasi atau sambungan
(Pracaya, 2003)
18
6. Pemupukan
Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah gembur yakni tanah yang
mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh oksigen,
kaya akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat
dibutuhkan tanaman, sebab disamping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan
menampungnya, humus juga menahan zat – zat organik lainnya yang tidak mudah
ikut larut aliran air. Huus dibutuhkan untuk media pertumbuhan mycorrhiza.
Mycorrhiza bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis mutualisme.
7. Hama dan Penyakit
Hama dalam tanaman jeruk siam adalah ulat penggerek daun , gejala yang
ditimbulkan adalah terdapat terowongan yang bentuknya melingkar-lingkar
berwarna putih mengilap kehijauan atau kekuningan. Penyebabnya adalah ulat
penggerek daun. Ulat ini disebut juga ulat minerder karena merusak daun dengan
membuat terowongan yang mirip tambang (mine). Hama ini sering menyerang
pembibitan dan tanaman jeruk yang berada didataran rendah terutama pada saat
musim kemarau. Pengendalian secara mekanis ulat atau kepompongnya
dibinasakan dengan cara dipencet, secara kimia denganpenyemprotan insektisida
yang bersifat sistemik sperti Buldok 25 EC, Confidor 200SL, Supracide 40 EC.
Jika yang diserang bibitnya dapat dicegah dengan menanam tanaman pelindung,
berupa turi diantara bedengan atau bisa membuat atap bedeng bibit yang agak
rendah.
Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk akar, batan,
cabang, ranting, daun, bunga, pucuk – pucuk daun dan buah. Serangan hama pada
setiap areal kebun, tingkat seranan berbeda – beda. Keadaan iklim, kesuburan
tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempeunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah sedini mungkin.
Jenis – jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat dibedakan
menjadi beberapa golongan yakni penyakit yang disebabkan oleh jamur dan
bakteri, penyakit yang disebabkan oeh virus, nematoda, kurangnya zat makanan
(Tim Penulis, 2002).
19
Jeruk siam termasuk jenis buah – buahan yang digemari. Pada jeruk siam
penyakit yang saat ini sering menyerang adalah CVPD (Citrus Vein Phloem
Degeneration). Penyakit ini menyebabkan pohon jeruk mati karena tanaman yang
sudah terserang CVPD sulit dikendalikan. Penyebab penyakit CVPD adalah
bakteri liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan
phloem, akibatnya sel – sel phloem mengalami degenerasi sehingga menghambat
tenaman menyerap nutrisi. Gejala penyakit CVPD dibagi menjadi dua
diantaranya: Pertama, Gejala luar yang nampak pada tanaman muda adanya
kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhannya mencuat ke atas, daun-daun
kecil dan belang – belang kekuningan. Tanaman biasanya menghasilkan buah
berkualitas jelek. Kedua, gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD
adalah phloem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari phloem tulang daun
tanaman sehat, dinding tebal tersebut adalah beberapa lapis sel yang berdesak-
desakan didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara
berlebihan butir – butir halus zat pati. Cara pengendaliannya adalah memilih bibit
jeruk bebas penyakit, serangga vektor, antibiotika oksitetrasiklin, eradikasi,
karantina, pengairan, pemupukan dan pemetaan daerah serangan CVPD (Saputra
dkk., 2012).
Penyakit fisiologis disebut juga penyakit nonpatogen. Penyakit ini bukan
disebabkan oleh hama atau organisme penyebab penyakit lainnya, seperti
cendawan, virus dan bakteri. Penyebab penyakit fisiologis adalah keadaan iklim,
kandungan hara tanah atau kondisi daerah penenaman yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Beberapa penyakit nonpatogen pada tanaman jeruk siam
diantaranya sebagai berikut. Pertama, kekurangan unsur hara. Gejala yang
ditimbulkan adalah pertumbuhan tanaman lamban dan warna tanaman menjadi
hijau pucat secara menyeluruh. Gejala diatas disebabkan oleh ketersediaan unsur
nitrogen yang tidak tercukupi, nitrogen banyak hilang karena terguyur air hujan.
Pengendaliannya dengan melakukan pemupukan pupuk N yang dapat diserap
cepat oleh tanaman. Kedua, kekurangan unsur besi. Gejala muncul pada tulang –
tulang daun yang masih muda menguning., tetapi tanaman yang baru mengalami
klorosis ringan daun – daunnya berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan
20
diantara tulang – tulang daunnya. Pada klorosis yang sedang, daunnya mempunyai
bagian – bagian yang benar – benar berwarna kuning, tetapi tulang daun yang
kecil tetap berwarna hijau normal. Pada klorosis berat, daun – daun menjadi
berwarna pucat seperti jerami kering, tulang daun yang tengah tidak hijau lagi.
Seluruh bagian daun lantas menjadi kering, timbul bercak-bercak cokelat dan
akhirnya daun gugur. Gejala – gejala diatas disebabkan oleh kekurangan unsur
besi, keadaan ini biasa terjadipada tanaman jeruk yang ditanam ditanah alkalis
atau tanah berkapur (Tim Penulis, 2002).
8. Panen
Pertama pemetikan buah jaruk siam harus dilakukan dengan baik dan pada
saat yag tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik
sekaligus, sebab diantaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Hal
yang perlu dilakukan dalam pemetikan buah jeruk antara lain kulit buah harus
sudah berubah warna orange, buah sudah tidak terasa terlalu keras, buah bagian
bawah sudah agak empuk, jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon,
jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap, tangkai buah yang terlalu
panjang harus dipotong dengan gunting, usahakan agar buah jeruk tidak jatuh
supaya dagging buah dan kulitnya tidak rusak, pemetikan buah jeruk dipohon
yang tinggi harus mempergunakan tangga, jangan memetik buah jeruk dengan
cara memanjat pohon.Perlakuan terhadap buah jeruk setelah dipetik yaitu buah
jeruk harus dibersihkan dengan air sabun untuk menghilankan sisa obat – obat
yang masih menempe, buah yang basah harus dikeringkan, buah yang sakit atau
rusak harus dipisahkan dari buah sehat, buah yang besar harus dipisahkan dari
buah yang keil, sebelum dikirim buah disimpan 1-2 malam ditempat yang teduh.
2.2.2 Teori Pengambilan Keputusan
Menurut G.R. Terry dalam Syamsi (2000), pengambilan keputusan adalah
sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria – kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin. Pengambilan keputusan diperlukan saat menginginkan
keadaan yang diharapkan. Alternatif – alternatif yang lebih dari satu diperlukan
suatu tindakan untuk memutuskan atau memilih kriteria yang sesuai dengan
21
tujuan yang diharapkan. Adanya alternatif tersebut pengambil keputusan individu
maupun kelompok harus dengan bijak dalam menentukan keputusan yang akan
diambil.
Nurkolis (2003), menyatakan bahwa keputusan adalah metodologi untuk
menstruktur dan menganalisa situasi yang tidak pasti atau berisiko. Keputusan
lebih bersifat perspektif daripada deskriptif. Pengambilan keputusan adalah
seperangkat langkah yang diambil individu atau kelompok dalam memecahkan
suatu masalah. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap suatu
masalah yang dihadapi. Masalah adalah suatu keadaan penyimpangan antara suatu
keadaan saat ini dengan suatu keadaan yang diinginkan. Pengambilan keputusan
menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi (hasil tidak sesuai dengan
ekspektasi). Informasi dari berbagai sumber tersebut disaring, diproses dan
ditafsirkan melalui persepsi-persepsi individu.
Herjanto (2009), menyatakan bahwa pengambilan keputusan dapat terjadi
dalam berbagai kondisi, salah satu kondisi yang dihadapi pengambil keputusan
yaitu kondisi berisiko (risk). Kondisi berisiko mengacu kepada situasi dimana
terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan dan
probabilitas setiap hasil diketahui atau dapat diperkirakan oleh pengambil
keputusan. Adapun pengertian risiko lain menurut Vaughan dalam Darmawi
(2013), menyatakan bahwa risiko memiliki suatu definisi sebagai peluang
kehilangan (chance of loss), kemungkinan kerugian (possibility of loss) dan
ketidakpastian (uncertanty).
Pengambilan keputusan memiliki fungsi diantaranya pengambilan
keputusan secara individual atau kelompok baik secara institusional maupun
organisasi sifatnya futuristik. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain). Tujuan
yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif maupun
tidak kontradiktif). Pengambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan
keputusan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi (Hasan dan Iqbal,
2004).
22
2.2.3 Rasionalitas Petani
Menurut Popkin (1979), petani rasional adalah individu akan memilih
keputusan dengan memaksimalkan pemanfaatan sumbedaya yang dapat diakses,
individu akan mengoptimalkan pilihan – pilihannya dalam kondisi tertentu yang
memang menjadi pilihannya, sehingga pada prinsipnya petani bersikap
mengambil posisi yang dapat menguntungkan dirinya. Petani pada hakekatnya
ingin meningkatkan ekonominya dan berani mengambil risiko, namun dengan
penuh perhitungan untung rugi. Petani juga ingin mendapatkan akses pasar
mereka ingin kaya dan dapat menerapkan praktek untung rugi. Ada 4 asumsi
rasionalitas petani yang dikemukakan Popkin antara lain:
1. Investasi dan Spekulasi
Melalui pendekatan ekonomi politik, Popkin (1979) berpendapat sama
dengan argumen ekonomi moral bahwa petani itu enggan mengambil risiko ketika
mereka mengevaluasi strategi – strategi ekonomi. Dimana mereka lebih menyukai
strategi-strategi kecil tetapi mendatangkan hasil yang pasti, dari pada strategi yang
mendatangkan hasil yang banyak namun juga akan mendatangkan resiko yang
lebih besar berupa kegagalan panen total. Akan tetapi bagi Popkin, walaupun
petani sangat miskin dan dekat dengan garis bahaya, banyak dijumpai para petani
masih memiliki sedikit kelebihan dan kemudian melakukan tindakan-tindakan
insvestasi yang beresiko. Suatu bukti bahwa walaupun mereka itu miskin dan
enggan beresiko, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka melakukan
tindakan-tindakan investasi.
Popkin (1979), menambahkan para petani berencana dan berinvestasi
selama siklus tanam dan siklus-siklus kehidupan, dan mereka prioritaskan pada
investasi itu untuk hari tua. Selanjutnya mengambil keputusan antara investasi
jangka panjang dan jangka pendek, dimana para petani juga harus memilih antara
investasi untuk tujuan umum atau untuk investasi tujuan pribadi, baik dalam
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Petani juga mengambil keputusan
berinvestasi dalam bentuk anak-anak, hewan ternak, tanah, dan dalam bentuk
benda-benda milik pribadi dan sebagainya.
23
Kemudian Popkin (1979), menambahkan bahwa kebutuhan investasi ini,
dimana kita dapat membedakan sekurang-kurangnya dua krisis subsistensi yaitu
subsistensi jangka pendek, dimana terdapat ancaman bahaya kelaparan yang
sangat dekat terhadap sepasang suami-istri petani. Ada pula krisis dalam jangka
panjang, yaitu dimana sepasang suami-istri petani itu dapat merasa aman dan
tenang untuk jangka waktu yang lama tetapi tanpa adanya cadangan-cadangan
(resources) untuk membangun dan mempertahankan keluarganya untuk
keamanan jangka panjang atau untuk selama hidup mereka.
2. Desa (Risiko dan Asuransi)
Menurut Popkin (1979), analisis ekonomi moral desa menekankan
pentingnya norma dan mengansumsikan bahwa norma dan prosedur desa dan
pertukaran patron-klien ditetapkan dan ditentukan secara budaya. Analisa dengan
pendekatan ekonomi politik mengenai resiko dan asuransi yang ada di desa yaitu
adanya ketidak konsistenan dan konflik-konflik diantara norma-norma
menunjukan bahwa norma tersebut tidak dapat secara langsung dan begitu saja
menentukan tindakan-tindakan, bahwa pengambilan keputusan itu termasuk
dalam penilaian kebutuhan, bahwa dalam pengambilan keputusan itu termasuk
dalam penilaian kebutuhan, dan bahwa prinsip-prinsip dalam pengambilan
keputusan itu tidak begitu mudah untuk dilakukan dan dipertahankan. Masalah-
masalah pengaplikasian norma-norma itu biasanya membawa kepada
ketidakpastian dalam mengandalkan kepada lembaga-lembaga desa untuk
kesejahteraan dan asuransi masa depan. Akibatnya, para petani akan lebih
memilih investasi-investasi pribadi untuk kesejahteraan masa depan mereka
melalui anak-anak dan tabungan dari pada berinvestasi dan mengandalkan pada
resiprositas dan asuransi masa depan yang berasal dari desa.
Popkin (1979), menambahkan bahwa logika dalam berinvestasi yang sama
juga dapat diterapkan pada desa-desa sama halnya pada pasar-pasar, sumbangan-
sumbangan kepada desa, partisipasi dalam program-program asuransi dan
kesejateraan, dan pertukaran-pertukaran antara patron-klien, semua hal ini
ditentukan oleh logika investasi. Karena, semangkin dekat orang-orang dengan
titik bahaya, maka semangkin berhati-hati mereka dalam berinvestasi. Dengan
24
kata lain, permintaan teradap asuransi akan meningkat dengan semangkin
meningkatnya resiko hidup, tetapi suplai akan turun dengan menurunnya peluang
premi-premi yang akan dibayarkan.
Ketidakpastian hal ini, Popkin menggambarkan bahwa kaum tani akan
mengandalkan investasi-investasi pribadi atau keluarga demi keamanan jangka
panjang mereka, dan dengan demikian mereka akan tertarik pada keuntungan
jangka pendek dari pada keuntungan pada jangka panjang dari desa. Mereka akan
berusaha memperbaiki keamanan jangka panjang mereka dengan cara berpindah
kepada posisi yang dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi serta kecil
variasinya (yang seringkali berusaha beralih dari buruh tani menjadi penyewa,
kepada pemilik tanah kecil menjadi tuan tanah). Konflik ekonomi dalam
perpindahan kepada posisi – posisi yang lebih aman didalam desa, dengan
demikian tidak dapat dihindari lagi (Popkin, 1979).
3. Free Riders (Pembonceng – pembonceng)
Menurut Popkin (1979), hukum dan tata tertib pemutusan perkara
(adjudition), atas hak-hak kepemilikan harta, ritus-ritus keagamaan, irigasi dan
pengendalian banjir, serta pajak-pajak dan bakti tenaga kepada negara dan tuan
tanah, sumuanya itu adalah esensial dalam kehidupan ekonomi setempat. Dalam
hal ini aksi terkoordinir diperlukan untuk penyediaan barang-barang dan
pendistribusian keuntungankeuntungan bersama dan dapat dibagi-bagi. Dalam hal
ini ekonomi politik berfokus kepada faktor-faktor yang sulit untuk diperoleh
bahkan dengan tindakan kolektif terkoordinir sekalipun. Kecuali jika keuntungan-
keuntungan yang diharapkan itu melebihi pengorbanan-pengorbanan, penduduk
desa dapat diduga tidak akan memberikan sumbangan apapun kepada tindakan
kolektif tersebut.
Berdasarkan Popkin (1979), ada pun pilihan tindakan secara kolektif yang
akan dilakukan menggunakan prinsip moral yaitu dengan menekankan : (1)
Pengorbanan yang harus dikeluarkan termasuk risikonya, (2) Hasil yang mungkin
diterima, bila menguntungkan maka mereka akan ikut bila tidak mereka bersikap
pasif (3) Proses aksi yaitu dipertimbangkan tingkat keberhasilannya apakah lebih
bermanfaat secara kolektif atau tidak, (4) Kepercayaan pada kemampuan seorang
25
pemimpin. Dengan demikian aksi-aksi kolektif tersebut dapat dinilai mendatang
keuntungan bagi mereka saja yang diikuti atau didukung. Dalam menimbang-
nimbang konstribusi tersebut, seorang petani dapat diharapkan akan
memperitungkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pengorbanan-pengorbanan
dan keuntungan-keuntungan seperti: (1) Pengeluaran sumberdaya-sumberdaya,
bila seorang petani berkonstribusi kepada suatu tindakan kolektif, ia harus
mengeluarkan sumberdaya - sumberdaya yang berharga. Tambahan pula ia bisa
dihukum karena ikut berpartisipasi bila tindakan itu gagal. (2) Ganjaran-ganjaran
positif, nilai dari keuntungan-keuntungan langsung dan tidak langsung. (3)
Peluang bagi tidankannya untuk memperoleh ganjaran (keampuhan), keefektifan,
konstribusi tergantung pada konstribusi marginalnya kepada keberhasilan usaha
tersebut. (4) Kepemimpinan yang mantap dan dapat dipercaya, puncak
keberhasilan suatu usaha sering kali tergantung dari isi sumberdaya-sumberdaya
yang dimobilisir tetapi juga pada keahlian memimpin pemobilisasian sumberdaya-
sumberdaya itu.
4. Hubungan Patron Klien
Menurut Popkin (1979), hubungan patron-klien merupakan suatu hubungan
eksploitasi untuk mendapatkan sumber daya murah, yaitu tenaga kerja. Dimana
petani diberi kesempatan untuk hal-hal kecil seperti mencari butir-butir padi yang
tersisa agar mereka tidak meminta bayaran sebagai tenaga kerja permanen, dan
petani harus bekerja keras untuk dapat memperbaiki standar hidup tradisional
mereka dan hubungan tersebut tidaklah ada dengan sendirinya, tetapi semata-mata
sebagai kemampuan tuan tanah/patron untuk mengindividukan hubungan-
hubungan itu, serta mengahambat kekuatan tawar-menawar kolektif petani. Hal
ini berarti bahwa sumberdaya-sumberdaya yang akan diinvestasikan oleh patron
bukan hanya untuk memperbaiki keamanan dan subsistensi si klien/petani. Tetapi,
juga untuk menjaga agar hubungan-hubungan itu tetap timbal-balik, serta dapat
menghambat petani dalam mendapatkan keterampilan yang dapat merubah
keseimbangan kekuatan. Dimana, pada hakekatnya Popkin menegaskan bahwa
yang berlaku bukan prinsip moral melainkan prinsip rasional serta hubungan
patron-klien sebagai hubungan untuk memperkuat diri.
26
Menurut Popkin dalam Sairin (2002), bahwa petani adalah manusia yang
bertindak tidak hanya berdasarkan aspek moral, akan tetapi petani adalah
manusisa yang penuh dengan perhitungan untung rugi. Ekonomi yang rasional
pada masyarakat bertujuan untuk pemaksimalan dalam segala aktifitas ekonomi.
Popkin berkeyakinan bahwa rasionalitas untung rugi merupakan tonggak dari
sistem perekonomian. Popkin berkeyakinan bahwa ketika kaum petani melibatkan
diri dalam ekonomi pasar, menanamkan tanaman komoditi atau menjual tenaga
kepasar, hal tersebut terjadi karena etika subsistensi mereka terancam, melainkan
karena melihat pasar lebih memberi peluang.
Menurut Popkin dalam Sairin (2002), desa petani tradisional jauh dari
kondisi harmonis dan penuh dengan eksploitasi. Menurut Popkin desa – desa
petani lebih tepat dipandang sebagai korporasi, bukan sebagai oknum, dan
hubungan patron klien harus dilihat sebagai eksploitasi bukan sebagai hubungan
paternal. Ketika kaum petani sampai pada kondisi desa yang sekarang ini mereka
miliki, maka desa itu adalah desa yang lebih baik keadaannya daripada desa
tradisional, dengan mereka yang terdahulu. Desa tertutup ini bukanlah desa seperti
yang dibayangkan kaum ekonomi moral. Pembayaran pajak secara kolektif,
ternyata bukan mekanisme untuk meringankan beban golongan miskin sebagai
aturan pembagian beban pajak diantara warga desa sama sekali tidak jelas.
Golongan kaya didesa belum tentu membayar pajak dalam presentase yang lebih
besar dari pada golongan miskin. Bahkan bisa jadi justru sebaliknya, golongan
kaya memiliki pengaruh untuk memperkecil jatah pajaknya dan melimpahkan sisa
pajaknya ke pundak golongan miskin (Sairin, 2002).
Idealisasi desa petani tertutup tidak bisa dipahami jika melaui ekonomi
rasional, sebab petani dipandang sebagai makhluk yang rasional. Ia
mempertimbangkan berbagai macam alternative yang ada, yang dapat
meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan mereka atau paling tidak
dapat mempertahankan apa yang sedang dinikmati, baik bagi diri maupun bagi
keluarganya. Oleh sebab itu, tidak setuju dengan asumsi ekonomi moral yang
menyatakan bahwa para petani enggan mengambil resiko ketika mereka
mengevaluasi strategi, dimana mereka lebih suka strategi kecil tapi mendatangkan
27
hasil yang pasti daripada strategi yang bisa menghasilkan banyak tapi risiko yang
lebih besar yang berupa kegagalan panenan total. Sebaliknya, dalam
kenyataannya, menurut ekonomi rasional, para petani melakukan investasi, baik
berjangka panjang maupun berjangka pendek, dan dengan demikian mereka
melakukan baik investasi berisiko maupun investasi aman. Adapun alternative
investasi yang bisa dipilih oleh petani meliputi bentuk anak, ternak, tanah dan
bentuk benda milik pribadi atau bentuk milik keluarga atau dengan cara lain
mengeluarkan surplus – surplus produksi mereka melalui desa, pada program –
program asuransi atau kesejahteraan, atau melalui perbaikan desa (Damsar, 2009).
2.3 Kerangka Pemikiran
Usahatani di Kecamatan Kencong tersebar di 5 desa yaitu (a) Desa Cakru,
(b) Desa Kraton, (c) Desa Paseban, (d) Desa Wonorejo dan (e) Desa Kencong.
Khususnya di Desa Kencong dibeberapa lahan persawahan. Jeruk siam yang ada
di Desa Kencong cenderung masih baru dibandingkan daerah – daerah lain di
Kecamatan Kencong. Dimana di Desa Kraton lahan yang digunakan untuk
usahatani jeruk siam sesuai yaitu lahan sawah irigasi tadah hujan. Sedangkan di
Desa Kencong usahatani jeruk siam masih cukup baru karena menurut UPTD
Pertanian Gumukmas lahan sawah disana cenderung basah sehingga untuk
ditanami selain tanaman padi membutuhkan pengolahan lahan.
Usahatani jeruk siam di Desa Kencong yang masih baru ini merupakan
peralihan dari usahatani padi. Lahan yang digunakan untuk usahatani padi di Desa
Kencong adalah lahan yang cenderung basah yang cocok untuk tanaman padi.
Petani memiliki sumberdaya lahan dimana lahan tersebut seharusnya dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan usahatani padi karena lahan sawah
disana yang cenderung basah yang cocok untuk usahatani padi, akan tetapi pada
kenyataannya petani disana banyak yang beralih dari usahatani padi ke usahatani
jeruk siam dilahan yang sama. Peralihan jenis tanaman yang dilakukan oleh petani
di Desa Kencong dari padi ke tanaman jeruk siam perlu dilihat bagaimana
rasionalitas petani padi memilih beralih ketanaman jeruk siam, karena jika dilihat
28
dari lahan yang digunakan lebih cocok untuk usahatani padi dibandikan tanaman
jeruk siam atau tanaman lain.
Peralihan jenis tanaman tersebut sesuai dengan pikiran rasional petani
dimana sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Fatmawati (2017) dimana petani
padi beralih memilih menjadi petani sawit dengan hasil penelitian tersebut adalah
Pertama, investasi dan spekulasi yang dilakukan adalah investasi jangka panjang
dan jangka pendek. Kedua, risiko yang dihadapi adalah kriminalitas dan asuransi
yang diperoleh adalah harga yang sudah pasti. Ketiga, free riders yang ada disana
adalah adanya calo saat ada bantuan. Keempat, hubungan patron klien adalah
hubungan petani dengan agen.. Peralihan tanaman padi dari jeruk siam di Desa
Kencong ini didasari oleh kebutuhan ekonomi yang diharapkan oleh petani akan
meningkat ketika mereka menajadi petani jeruk siam. Peluang ekonomi yang
tinggi inilah yang membuat petani melakukan peralihan jenis tanaman ini suatu
bentuk pikiran rasional petani dalam beralih jenis tanaman.
Keberalihan jenis tanaman yang ada di Desa Kencong sesuai dengan teroi
rasionalitas petani menurut Popkin (1979), dimana petani rasional adalah individu
akan memilih keputusan dengan memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya yang
dapat diakses, individu akan mengoptimalkan pilihan – pilihannya dalam kondisi
tertentu yang memang menjadi pilihannya, sehingga pada prinsipnya petani
bersikap mengambil posisi yang dapat menguntungkan dirinya. Rasionalitas
petani dalam menentukan pilihannya diantaranya adalah (1) investasi dan
spekulasi, (2) risiko dan asuransi, (3) pembonceng – pembonceng atau free riders
dan (4) hubungan patron klien. Penelitian ini akan diteliti dengan menggunakan
alat analisis miles dan huberman yang sesuai dengan penelitian kualitatif.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai rasionalitas petani dalam beralih
jenis tanaman dari tanaman padi ke tanaman jeruk siam di Desa Kencong.
Rasionalitas petani padi memilih jeruk siam untuk usahatani mereka di Desa
Kencong dengan menggunakan teori rasionalitas petani dari Popkin.
29
Usahatani Jeruk Siam di Desa Kencong
Rasionalitas petani
Miles and Huberman
Rasionalitas petani (Popkin 1979)
1. 1. Investasi dan Spekulasi
2. 2. Desa (Risiko dan Asuransi
3. 3. Free rider
4. 4. Hubungan Patron Klien
Rasionalitas Petani Beralih dari Tanaman Padi ke Tanaman
Jeruk Siam di Desa Kencong
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
1. Lahan padi yang dialih
menjadi lahan jeruk
2. Lahan basah
3. Sawah irigasi
Desa
Cakru
Desa
Kraton Desa
Kencong
Desa
Paseban
Desa
Wonorejo
Penelitian terdahulu
menurut Fatmawati
(2017) dengan hasil:
1. 1. Investasi dan
spekulasi yang
dilakukan adalah
investasi jangka
panjang dan jangka
pendek.
2. 2. Risiko yang
dihadapi adalah
kriminalitas dan
asuransi yang
diperoleh adalah
harga yang sudah
pasti.
3. 3. Free riders yang
ada disana adalah
adanya calo saat ada
bantuan.
4. 4. Hubungan patron
klien adalah
hubungan petani
dengan agen.
30
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ini didasarkan pada purposive method (secara
sengaja), yaitu dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi dalam Adiguno, 2014).
Daerah penelitian dipilih dengan dasar pertimbangan bahwa di Desa Kencong
Kecamatan Kencong merupakan (a) salah satu sentra penghasil jeruk siam dengan
pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Jember, (b) salah satu lokasi yang yang
memiliki lahan pertanian yang cukup luas dengan lahan yang masih subur dan (c)
Desa Kencong merupakan desa yang sebagaian lahannya merupakan lahan basah
dan memiliki banyak rawa. Masyarakat petani yang ada di Desa Kencong mulai
banyak yang beralih jenis tanaman dari tanaman padi ke tanaman jeruk siam.
Berdasarkan hal tersebut maka Desa Kencong Kecamatan Kencong cocok untuk
dijadikan lokasi penelitian mengenai rasionalitas petani padi memilih usahatani
jeruk siam.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Faisal
(2003), penelitian deskriptif (descriptive research) merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Metode deskriptif dalam
penelitian digunakan untuk menerangkan tentang gambaran daerah penelitian dan
menjelaskan bagaimana rasionalitas petani padi memilih komoditas jeruk siam
untuk usahatani di Desa Kencong Kecamatan Kencong. Sedangkan untuk tipe
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
31
Menurut Creswell dalam Fitrah dan Luthfiyah (2017), penelitian studi kasus
adalah penelitian yang tujuannya untuk mengetahui hal secara lebih mendalam
terhadap kasus yang diteliti dan penelitian studi kasus ini hanya berlaku untuk
penelitian yang bersifat eksplanatori.
3.3 Metode Penentuan Informan
Teknik pengambilan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Menurut Usman dan Akbar (2004), teknik purposive sampling merupakan teknik
penentuan anggota sampel secara sengaja berdasarkan tujuan atau pertimbangan yang
telah ditentukan oleh peneliti. Pertimbangan tertentu ini misalnya, orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan oleh peneliti.
Di Desa Kencong ada 39 petani jeruk siam dengan 21 orang petani jeruk yang
tidak beralih dari padi karena sudah dilahan tegal, 14 petani yang masih satu kali tanam
dan dipilih 7 informan untuk melengkapi data – data dalam penelitian ini karena sudah
melakukan dua kali tanam jeruk siam dilahan sawah yang seharusnya untuk usahatani
padi. Berikut merupakan daftar profil – profil informan.
Tabel 3.1 Profil Informan No Nama Kriteria
Luas Lahan Pendidikan Usia
1. H. Hanif 13 ha SMA 35
2. Sugianto ¼ ha S1 51
3. Sulikat 1 ha SD 51
4. Mat Tinggal ¼ ha SD 49
5. Supriono ¼ ha SD 36
6. Supri 3 ha SMP 43
7. Endrowati ¼ ha SMP 43
Sumber: Data Primer dioalah tahun 2019.
Berdasarkan pada persyaratan yang disebutkan diatas, bahwa informan
yang ditentukan dalam penelitian ini adalah petani padi yang beralih usahatani
jeruk siam di Desa Kencong. Petani dijadikan informan penelitian ini sebanyak 7
orang petani yang memiliki lahan jeruk siam. Satu dari ketujuh informan tersebut
merupakan informan kunci. H. Hanif merupakan informan kunci dimana beliau
merupakan seorang petani jeruk dengan lahan terluas dan merupakan orang yang
berpengaruh dalam usahatani jeruk di Desa Kencong karena memberikan jasa
penjagaan jeruk di Desa kencong.
32
1. H. Hanif
Memiliki lahan yang sangat luas di Desa Kencong dan merupakan seorang
yang cukup berpengaruh dalam usahatani jeruk di Desa Kencong. H. Hanif
mulai melakukan usahatani jeruk siam dari tahun 2008 dan sudah melakukan
usahatani jeruk siam 2 kali.
2. Sugianto
Memiliki lahan seluas ¼ ha dan pekerjaan utamanya seorang pengajar.
Sugianto mulai melakukan usahatani jeruk dari tahun 2010 dan sudah
melakukan usahatani jeruk siam 2 kali.
3. Sulikat
Memiliki lahan seluas 1 ha yang digunakan sebagai lahan usahatani jeruk di
Desa Kencong. Sulikat mulai usahatani jeruk sejak tahun 2010 dan sudah
melakukan usahatani jeruk siam 2 kali.
4. Mat Tinggal
Memiliki lahan seluas ¼ ha yang berada di Desa Kencong. Mat Tinggal
melakukan usahatani jeruk sejak tahun 2010 dan sudah melakukan usahatani
jeruk siam 2 kali.
5. Supriono
Memiliki lahan seluas ¼ ha yang berada di Desa Kencong dan Supriono
merupakan petani jeruk siam yang masih baru dari tahun 2011 dan sudah
melakukan usahatani jeruk siam 2 kali.
6. Supri
Memiliki lahan yang luas yaitu 3 ha dan merupakan petani jeruk siam yang
sudah lama. Supri ini merupakan orang yang cukup berpengaruh dalam
usahatani jeruk siam karena memiliki jaringan ke pedagang – pedagang besar
dan sudah melakukan usahatani jeruk siam 2 kali.
7. Endrowati
Ibu Endrowati merupakan petani jeruk siam yang sekaligus sebagai pedagang
pengumpul dan penyetor. Ibu Endrowati memiliki peran penting dalam
usahatani Jeruk yang ada di Desa Kencong dan sudah melakukan usahatani
jeruk siam 2 kali.
33
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode. Data primer dan
sekunder dikumpulkan selama melaksanakan penelitian. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
1. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yang
pertama adalah dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth
interview). Wawancara mendalam yaitu percakapan dua arah dalam suasana
kesetaraan, akrab, dan informal yang dibantu dengan panduan wawancara
(Sugiyono, 2014). Wawancara dilakukan pada sejumlah responden yang
dianggap sebagai orang yang memenuhi kriteria penelitian dalam menggali
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara ini nantinya digunakan sebagai data primer. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu dengan melakukan
wawancara secara tersetruktur kepada responden dengan alat bantu kuesioner.
2. Observasi merupakan pengamatan secara langsung kepada kegiatan usahatani
jeruk siam, sehingga kita dapat mengetahui secara nyata kegiatan usahatani
jeruk yang dilakukan para petani (Wade dan Tavris, 2008). Observasi
digunakan untuk mengetahui keadaan sesungguhnya yang ada dilapang.
Kegunaan observasi memungkinkan untuk lebih mengkroscek kebenaran data
hasil wawancara, sehingga data yang dioleh lebih meyakinkan. Data yang
diperoleh dari observasi adalah data primer
3. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, catatan harian dan lain – lain
(Nursalam, 2008). Dokumentasi sebagai metode pengumpulan oleh peneliti
untuk pengambilan data dari berbagai informasi atau sumber baik berupa jurnal
ilmiah, buku, hasil penelitian maupun dokumen – dokumen data dari
lembaga/instansi yang terkait dari Badan Pusat Statistika. Data dokumentasi
yang diperoleh adalah data sekunder berupa gambaran umum atau profil desa
terkait. Jenis data yang diperoleh dalam hal ini adalah data primer yang berupa
data mengenai gambaran umum daerah penelitian dan semua hal yang
berkaitan dengan topik penelitian.
34
3.5 Metode Analisis Data
Data penelitian kualitatif diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam dan dilakukan
secara terus menerus sampai jenuh. Metode analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola dan satuan uraian dasar
sehingga dapat dirumuskan hipotesis yang disarankan dalam data. Analisis data
digunakan untuk mencari jawaban dari rumusan masalah rasionalitas petani
memilih pertanian jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten
Jember.
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah
adalah analisis data model interaktif. Komponen ini saling berinteraksi dan
berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pengumpulan data, oleh karenanya analisa data dapat dilakukan sebelum, selama
dan setelah proses pengumpulan data dilapangan. Analisa data merupakan hal
yang penting karena kondisi penelitian yang mempunyai kemungkinan perubahan
selama proses pengumpulan data dilapangan. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pada saat pengumpulan data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh
(Sugiyono, 2014).
Gambar 3.1 Model Interaktif Miles dan Huberman (1994).
Data collection
Data reduction Conclusion:
drawing/verifying
Data display
35
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi pengumpulan data mentah yang dikumpulkan
dalam suatu penelitian. Data mentah tersebut dapat berupa hasil wawancara dan
observasi yang masih perlu diolah lebih lanjut. Data mentah yang digunakan
dalam penelitian adalah berupa data – data wawancara dengan informan yang
berkaitan dengan rasionalitas petani padi beralih komoditas jeruk siam di Desa
Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Data – data diperoleh dari hasil
percakapan wawancara mendalam dengan informan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan merangkum, memilih hal – hal pokok,
memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kegiatan reduksi data yang
sudah dilakukan dalam penelitian meliputi percakapan hasil wawancara,
pengamatan melalui observasi dan pengumpulan dokumentasi yang berhubungan
dengan fokus penelitian kepada hal – hal penting yang berhubungan dengan
rasionalitas petani memilih usahatani jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan
Kencong Kabupaten Jember.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi mengenai
rasionalitas petani memilih usahatani jeruk siam yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penelitian kualitatif
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar ketegori, flowchart atau sejenisnya untuk menyajikan data dari hasil
penelitian. Penelitian ini, secara teknis data – data yang disajikan dalam bentuk
teks naratif, tabel, foto dan bagan sehingga data lebih jelas, sehingga mudah untuk
menjabarkannya. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada
saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotik itu berkembang atau tidak.
Data yang disajikan dalam penelitian ini berbentuk matriks, bagan dan naratif
dimana informasi disajikan dalam bentuk matriks diikuti dengan penjelasan
36
mengenai data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian rasionalitas petani
padi memilih komoditas jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang
sebelumnya belum ada, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi dapat
berubah dikarenakan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan dapat
berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Proses penarikan kesimpulan
dalam penelitian dilakukan dengan cara mendiskusikan data – data hasil temuan
dilapangan dengan teori – teori yang dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Peneliti
masih harus mengkonfirmasi, mempertajam dan merevisi kesimpulan –
kesimpulan yang telah dibuat sampai kesimpulan final berupa proposisi –
proposisi ilmiah mengenai realitas yang diteliti mengenai rasionalitas petani padi
memilih komoditas jeruk siam di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten
Jember.
3.6 Uji Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
validasi dan reabilitas menurut versi positivsm dan disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2004). Uji keabsahan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi merupakan teknik
pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dilakukan dengan
cara pengumpulan data yang sama dengan sumber atau informan yang berbeda.
Triangulasi sumber yang akan dilakukan pada penelitian yaitu dengan wawancara
lebih dari satu petani yang beralih dari tanaman padi ke tanaman jeruk siam siam
di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember, dibawah ini
merupakan bagan triangulasi sumber.
37
Gambar 3.2 Bagan Triangulasi Sumber
3.7 Terminologi
1. Investasi dan spekulasi merupakan investasi yang dilakukan oleh petani jeruk
siam berupa investasi jangka panjang dan jangka pendek di Desa Kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
2. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dilakukan oleh petani jeruk
siam dalam waktu yang lama sebagai simpanan modal dimasa depan di Desa
Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
3. Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dilakukan oleh petani jeruk
siam, investasi ini dapat segera dicairkan dan digunakan dalam waktu dekat di
Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
4. Risiko dan Asuransi merupakan risiko yang dihadapi petani jeruk siam di Desa
Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
5. Free Riders adalah orang – orang yang tidak berkontribusi dalam usahatani
jeruk siam namun mengambil keuntungan dari usaha petani di Desa Kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
6. Peluncur adalah orang yang menawarkan jasa perantara antara petani dengan
pedagang di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.
7. Hubungan patron klien adalah hubunan antara petani dengan
tengkulak/pedagang besar yang ada di Desa Kencong Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember.
8. Tengkulak merupkan pembeli jeruk siam dari petani langsung dan dijual
kepedagang besar di Desa Kencong Kecamatan Kencong.
Wawancara Mendalam
Sumber C
Sumber B
Sumber A
38
9. Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli jeruk siam dari tengkulak
maupun petani serta mengirim jeruk siam kepasar di Desa Kencong Kecamatan
Kencong Kabupaten Jember.
10. Rasionalitas petani merupakan tindakan petani dalam memilih komoditas jeruk
siam sebagai pengganti komoditas padi di Desa Kencong Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember.
11. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dari 25 Februari 2019 sampai
dengan 10 Mei 2019 di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten
Jember.
39
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umun Desa Kencong
4.1.1 Sejarah Desa Kencong
Kencong merupakan nama desa dan kecamatan yang berada di jajaran
pantai dibagian selatan Kabupaten Jember. Wilayah ini menjadi jalur perjalanan
tilik desa yang dilakukan rombongan besar Raja Hayam Wuruk, raja yang
termashur Kerajaan Majapahit pada tahun 1359 Masehi. Wilayah kencong
merupakan lembah dataran rendah yang sedikit dataran tinggi sampai ke titik nol
pesisir pantai selatan. Wilayah yang terlihat “kemilauan kekuningan emas” ketika
panen padi dengan bulir-bulir padi yang menguning, sehingga wilayah ini
bagaikan “kencono” yang berwarna kekuningan keemasan. Kesuburan bagaikan
“kencono” ini menjadi daya tarik para “plancong” alias para migrant / pendatang
untuk menetap di wilayah “kencono” yang kemudian terucapkan dengan ucapan
“Kencong”. Para “plancong” turut membentuk nama “Kencong” sebagai tempat
tinggal atau singgah para plancong.
Awal abad ke-19 Masehi, para peneliti Eropa seperti Thomas W. Horsfield
(1804) dan Frans Wilhelm Junghuhn (1844) juga melakukan penelitian di wilayah
“Kindjung” begitu sebutan dalam lidah orang Eropa untuk Kencong. Pada periode
selanjutnya, tahun 1920-an di Kencong dibangun Suiker Fabriek (Pabrik Gula)
Gunungsari. Kencong merupakan tanah yang subur berkilauan bulir-bulir padi
ketika panen seperi emas dengan warna kencono. Sehingga, kesuburan tanah
“Kencono” menjadi akar dari penamaan nama Kencong yang subur.
4.1.2 Keadaan Geografis dan Pemerintahan
Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember merupakan salah
satu dari 5 desa yang ada di Kecamatan Kencong. Desa Kencong memiliki luas
wilayah 1.224,80 Ha dan ketinggian 9 mdpl. Desa Kencong memiliki 6 dusun, 37
rukun warga dan 175 rukun tangga. Desa Kencong memiliki luas sawah 805 Ha,
luas tegalan 287,81 Ha, luas tanmbak/kolam 0,40 Ha dan luas perkebuanan 70,03
40
Ha. Desa Kencong memiliki luas lahan pertanian yang cukup luas. Batas wilayah
Desa Kencong yaitu:
a. Sebelah Utara : Desa Wringinagung
b. Sebelah Selatan : Desa Kraton
c. Sebelah Timur : Desa Wonorejo
d. Sebelah Barat : Desa Jombang
Desa Kencong terletak cukup jauh dari kota karena termasuk daerah Jember
selatan. Jumlah penduduk di Desa Kencong sebanyak 27.806 dan kepadatan
penduduk 2.270 jiwa/km2. Rincian penduduk yang berjenis kelamin laki – laki
14.057 jiwa, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan 13.749 jiwa. Mayoritas
mata pencaharian penduduk Desa Kencong sebagai petani. Kelurahan Desa
Kencong berstatus swadaya yaitu desa yang daerahnya terisolir dengan daerah
lainnya, meta pencaharian homoden yang bersifat agraris, hubungan antar
manusia masih erat dan pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
Sebuah desa tentunya tidak akan pernah terlepas dari adanya pemerintah
desa yang turut membangun desa agar lebih berkembang. Pemerintah desa yang
terdiri dari kepala desa beserta jajarannya. Berikut susunan pemerintah Desa
Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember yang disajikan pada Tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kencong
No Jabatan Nama
1. Kepala Desa Ahmadi
2. Sekretaris Desa Yoni Setiawan, sh
3. Badan Pemusyawaratan Desa M. Umar Hasyim
Sekretariat Desa
4. KA. Urusan Perencanaan Yudha Endarta
5. KA. Urusan Keuangan Dadut Ariyadi
6. KA. Urusan Tata Usaha dan Umum Tutik Suwarni
7. KA. Seksi Pemerintahan Amat Sugiono
8. KA. Seksi Kesejahteraan Mukhlasin Hasyim
9. KA. Seksi Pelayanan Saiful Bahri
10. Staf Perencanaan Fresti Ariesti Prihastini
11. Staf Keuangan Novi Triana
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
41
4.1.2 Keadaan dan Jenis Penggunaan Tanah
Desa Kencong memiliki total luas wilayah 1.224,80 Ha, keseluruhan total
luas tersebut digunakan untuk berbagai macam kegiatan diantaranya lahan
pertanaian, pemukiman, perkebunan, tanah kas desa, fasilitas umum. Dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tataguna lahan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Sawah 809
2 Tegal/ladang 164,39
3 Pemukiman 127
4 Perkebunan 70,03
5 Tanah Kas Desa 22,38
6 Fasilitas Umum 32
Jumlah 1.224,80
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
Berdasarkan Tabel di atas menyatakan bahwa tataguna lahan di Desa
Kencong terbagi menjadi enam diantaranya sawah, tegal/ladang, pemukiman,
perkebunan, tanah kas desa dan fasilitas umum. Dimana sawah di desa kencong
memiliki luas 809 ha, tegal/ladang seluas 164,39 ha, pemukiman seluas 127 ha,
perkebunan seluas 70,03 ha, tanah kas desa seluas 22,38 ha dan fasilitas umum
seluas 32 ha. Sebagaian besar lahan di Desa Kencong merupakan lahan
persawahan dimana sawah tersebut banyak diguanakn sebagai lahan pertanian
pangan diantaranya padi dan jagung. Desa Kencong memiliki jumlah produksi
pangan tinggi untuk tanaman padi.
4.1.3 Demografi Desa Kencong
Desa Kencong merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk paling
banyak dibandingan desa lain di Kecamatan Kencong. Total jumlah penduduk
Desa Kencong secara keseluruhan adalah sebanyak 27.806 jiwa. Berikut
merupakan tabel yang berisi tentang jumlah penduduk, komposisi usia penduduk,
klasifikasi agama dan suku pada tabel berikut.
42
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk
Klasifikasi Jumlah
Jumlah Laki – laki (orang) 14.057
Jumlah Perempuan (orang) 13.749
Jumlah Total (orang) 27.806
Jumlah Kepala Keluarga (KK) 8.335
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 2.270
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa
kencong sebanyak 27.809 orang dimana terbagi laki – laki dan perempuan.
Jumlah penduduk tersebut terbagi menjadi 8.335 kepala keluarga di Desa
Kencong. Kepadatan jiwa di Desa Kencong adalah 2.270 jiwa/km2. Hal ini
menunjukkan bahwa di Desa Kencong penduduknya terbanyak dari desa lain di
Kecamatan Kencong.
Tabel 4.4 Komposisi Usia Penduduk
Laki–laki (Tahun) Jumlah (Orang) Perempuan (Tahun) Jumlah(Orang)
Usia 0-6 1.334 Usia 0-6 1.280
Usia 7-12 1.108 Usia 7-12 1.043
Usia 13-18 1.287 Usia 13-18 1.273
Usia 19-25 1.450 Usia 19-25 1.373
Usia 26-40 2.838 Usia 26-40 2.861
Usia 41-55 3.014 Usia 41-55 3.091
Usia 56-65 1.874 Usia 56-65 1.800
Usia 65-75 1.152 Usia 65-75 1.028
Usia > 75 120 Usia > 75 156
Jumlah 14.057 Jumlah 13.749
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk di Desa Kencong
terbagi menjadi beberapa komposisi usia dan dalam komposisi tersebut hampir
seimbang antara jumlah penduduk laki – laki dan perempuan. Komposisi usia
terbanyak adalah pada usia 41-55 tahun penduduk laki – laki maupun perempuan.
Jumlah penduduk di Desa Kencong terbagi merata.
43
Tabel 4.5 Klasifikasi Agama dan Suku di Desa Kencong
AGAMA Laki–laki (Orang) Perempuan (Orang) Jumlah
Islam 7.772 7.093 14.865
Budha 1 5 6
Hindu 4 5 9
Kristen 78 67 145
Katolik 10 13 23
Konghuchu 14 11 25
SUKU Laki - laki Perempuan Jumlah
Cina 83 89 172
Jawa 5.809 5.690 11.499
Madura 729 917 1.646
Lain-lain 60 57 117
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
Berdasarkan klasifikasi agama dan suku di Desa Kencong terbagi menjadi
beberapa agama dan suku. Agama di Desa Kencong terdiri dari isalam, budha,
hindu, kristen, katolik dan konghuchu. Sedangkan untuk suku terbagi diantaranya
cina, jawa, madura dan lain – lain. Desa Kencong merupakan desa yang memiliki
berbagai jenis agama dan suku yang hidup dengan damai tidak pernah terjadi
konflik antar suku maupun agama.
Tabel 4.6 Klasifikasi Angkatan Bekerja
Kualitas Angkatan Jumlah (Orang)
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan
tidak bekerja
1.050
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah
tangga
3.562
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 2.672
Jumlah penduduk usia 19-56 tahun yang bekerja tidak tentu 1.731
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak
bekerja
44
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 15
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
Berdasarkan klasifikasi angkatan bekerja di Desa Kencong masih cukup
sedikit. Sedangkan jumlah penduduk yang menjadi ibu rumah tangga cukup tinggi
lebih besar dibandingkan penduduk yang bekerja penuh. Pekerjaan yang
dilakukan oleh penduduk di Desa Kencong bermacam – macam mata pencaharian
yang dilakukan. Khususnya pada bidang pertanian, penduduk yang bekerja penuh
ini kebanyakan bekerja di bidang pertanian dan bidang lainnya, dapat dilihat pada
Tabel dibawah sebagai beriku.
44
Tabel 4.7 Pekerjaan dan Mata Pencaharian Jenis Pekerjaan Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang) Jumlah
Petani 8.640 6.188 14.828
Buruh Tani 1.262 1.074 2.336
Buruh Migran 163 94 257
Pegawai Negeri Sipil 88 51 139
Pengrajin 22 11 33
Pedagang barang kelontong 502 542 1.044
Montir 65 0 65
Dokter Swasta 4 3 7
Ahli Pengobatan Alternatif 5 0 5
TNI 22 0 22
POLRI 12 1 13
Pengusaha Kecil, menengah dan
besar
56 0 56
Pedagang keliling 85 68 153
Pembantu rumah tangga 30 183 213
Dukun Tradisional 0 2 2
Karyawan Perusahaan Swasta 171 183 354
Karyawan Perusahaan Pemerintah 75 35 110
Purnawirawan/Pensiunan 67 69 139
Pemulung 56 39 95
Karyawan Honorer 102 69 171
Jumlah Total 11.427 8.612 20.039
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk Desa Kencong dapat dilihat bahwa
paling banyak dibidak pertanian khusunya menjadi petani. Banyak penduduk di
Desa Kencong menjadi petani karena memang lahan pertanian di Desa Kencong
cukup luas dan memiliki potensi cukup baik untuk pengembangan dibidang
pertanian kedepannya. Bekerja dibidang petanian banyak dipilih oleh penduduk
Desa Kencong Karena disana potensi petaniannya cukup bagus pada padi dan
tanaman lain.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
4.1.4.1 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana pendudung yang ada di Desa Kencong
untuk pendidikan penduduk di Desa kencong. Sarana pendidikan merupakan salah
satu sarana yang sangat dibutuhkan. Sarana pendidikan di Desa Kencong terbagi
menjadi beberapa jenis sarana pendidikan dapat dilihat pad Tabel dibawah.
45
Tabel 4.8 Sarana Pendidikan
Jenis Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)
Perguruan Tinggi 1
Sekolah Menengah Atas 4
Sekolah Menengah pertama 2
Sekolah Dasar 15
Taman Kanak – kanak 8
PAUD 4
Sumber: Profil Desa Kencong Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas sarana pendidikan di Desa Kencong sangat
lengkap sampai pada jenjang perguruan tinggi. Sarana pendidikan di Desa
Kencong mendukung dengan banyaknya sarana pendidikan yang ada disana.
adanya sarana pendidikan di Desa Kencong mempermudah penduduk dalam
memperoleh pendidikan formal.
4.1.4.2 Sarana Transportasi di Desa Kencong
Kondisi jalan di Desa Kencong sudah sangat baik 42,55 km jalan sudah
aspal dan tidak ada jalan yang rusak. Sarana transportasi yang sangat bagus ini
sangat mendukung untuk berjalannya mobilitas masyarakat. Transportasi jalan
yang mendukung membuat berjalannya pendistribusian kebutuhan di Desa
Kencong berjalan dengan baik. Sarana transportasi sangat mendukung dalam
berjalannya usaha petanian yang ada di Desa Kencong karena hasil panen dapat
segera terangkut dan tidak memerlukan waktu yang lama. Sehingga memudahkan
proses pengangkutan hasil pertanian dari sawah untuk dikirim keluar kota.
4.1.4.3 Sarana Irigasi di Desa Kencong
Sarana irigasi sangat bagus di Desa Kencong sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan air di lahan petanian. Klasifikasi panjang saluran irigasi di Desa
Kencong terbagi menjadi tiga antara lain: (a) panjang saluran sekunder yaitu 8000
meter, (b) panjang saluran tersier yaitu 3.500 meter dan (c) pintu pembagi air ada
3 unit. Saluran irigasi ini menyebar diseluruh Desa Kencong sehingga pertanian
disana cukup subur dan menghasilkan produk pertanian sangat baik. Adanya
saluran irigasi ini membuat petani lebih mudah memperoleh air untuk mengairi
lahan pertanian disana. Saluran irigasi ini membagu petani dalam melakukan
irigasi pada lahan disana dan dapat menghasilkan produk pertanian yang bagus.
46
4.1.5 Potensi Pertanian di Desa Kencong
Desa Kencong memiliki potensi pertanian yang tinggi, hal ini terlihat dari
mayoritas masyarakat Desa Kencong yang bekerja sebagai petani. Ketersediaan
lahan subur juga menjadikan pertanian sebagai sektor utama ekonomi masyarakat
Desa Kencong. Sebagian petani meruapakan petani tanaman pangan karena
menjadi komoditas unggulan berdasarkan luas panen dan nilai produksi. Luas
lahan sawah di Desa Kencong 809 Ha. Luas lahan sawah yang berada di Desa
Kencong merupakan tertinggi kedua di Kecamatan Kencong.
Kondisi lahan pertanian dan irigasi sawah yang bagus membuat Desa
Kencong sangat berpotensi untuk digunakan sebagai lahan pertanian padi. Padi di
Desa Kencong menjadi komoditas unggulan berdasarkan luas lahan dan nilai
produksi. Kebutuhan air untuk padi yang lebih banyak daripada komoditas
lainnya dapat tercukupi secara merata. Hal ini tidak terlepas dari peran
kelompoktani pangan yang tergabung dalam gabungan kelompoktani (Gapoktan).
Keberadaan gapoktan sangat membantu dalam pembagian air, distribusi pupuk
maupun bantuan pemerintah lainnya.
Desa Kencong tidak hanya komoditas pangan yang dibudidayakan ada
beberapa jenis komoditas lain seperti: (a) perkebunan, (b) perikanan, (c)
peternakan dan (d) buah – buahan. Khususnya komoditas buah – buahan di Desa
Kencong sudah mulai banyak yang membudidayakan, walaupun lahan yang
digunakan lahan sawah irigasi. Komoditas buah yang saat ini banyak
dibudidayakan adalah jeruk siam/keprok, pepeaya, mangga dan pisang. Hal ini
terlihat dari hasil buah – buahan Desa Kencong yang baik dan meningkat.
4.1.6 Agribisnis Jeruk Siam di Desa Kencong
Jeruk siam di Desa Kencong yang merupakan lahan pengembangan baru
memiliki potensi yang cukup bagus. Pemilihan komoditas jeruk siam sebagai
usahatani karena perawatannya yang mudah dan hasil yang diperoleh cukup besar.
Perawatan yang mudah inilah yang menjadi pertimbangan karena petani tidak
harus melakukan perawatan di sawah dan tingkat keberhasilan panen sangat
tinggi.
47
Permintaan akan buah – buahan yang cukup tinggi membuat petani disana
banyak yang melakukan usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam yang
dilakukan masih tergolong baru, namun permintaan akan jeruk siam yang
tergolong banyak membuat para petani disana melakukan usahatani jeruk siam.
Walaupun untuk panen jeruk cukup lama dari mulai tanam petani tetap banyak
yang melakukan budidaya, sebab petani masih dapat bekerja diluar melakukan
perawatan pada jeruk siam.
Petani umumnya tidak hanya mengusahakan jeruk siam, akan tetapi tetap
mengusahakan padi. Usahatani padi dilatar belakangi kebutuhan keluarga petani
untuk mengonsumsi nasi. Petani masih berpikir tradisional dengan tetap
mengusahakan padi mereka tidak perlu membeli beras. Padi juga ditaman guna
menutupi biaya produksi dan dari padi dapat digunakan sebagai modal untuk
usahatani jeruk siam. Jeruk siam memiliki nilai ekonomis yang tinggi bagi petani,
karena memiliki hasil yang besar sehingga dalam satu kali panen sudah dapat
menutupi modal awal.
Budidaya jeruk siam di Desa Kencong hampir sama dengan jeruk siam di
wilayah lain. Jarak tanam tiap pohon 4 meter persegi hal ini dilakukan agar
tanaman dapat menghasilkan panen yang maksimal. Jarak tanam antar pohon 4
meter dilakukan karena tanaman jeruk siam yang melebar sehingga butuh jarak
yang cukup lebar. Dengan jarak tanam tersebut jeruk siam akan tumbuh maksimal
dan memiliki umur lebih panjang. Jarak tanam yang lebar dapat mempermudah
dalam perawatan dan pemanenan. Diameter lubang penanaman yaitu 50 cm sesuai
dengan luas ideal. Pemupukan biasanya menggunakan pupuk kimia dan pupuk
organik. Drainase ini sangat diperhatikan dalam penanam jeruk siam di Desa
Kencong karena lahan yang cenderung lembab, sehingga petani jeruk siam sangat
memeprhatikan dalam drainase agar tanaman tumbuh baik.
Pemanenan pada jeruk siam di Desa Kencong diantaranya: pertama,
pemetikan buah jaruk siam harus dilakukan dengan baik dan pada saat yag tepat.
Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab
diantaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Hal yang perlu
dilakukan dalam pemetikan buah jeruk antara lain kulit buah harus sudah berubah
48
warna orange, buah sudah tidak terasa terlalu keras, buah bagian bawah sudah
agak empuk, jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, jangan
memetik buah sebelum embun pagi lenyap, tangkai buah yang terlalu panjang
harus dipotong dengan gunting, usahakan agar buah jeruk tidak jatuh supaya
dagging buah dan kulitnya tidak rusak, pemetikan buah jeruk dipohon yang tinggi
harus mempergunakan tangga, jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat
pohon.Perlakuan terhadap buah jeruk setelah dipetik yaitu buah jeruk harus
dibersihkan dengan air sabun untuk menghilankan sisa obat – obat yang masih
menempe, buah yang basah harus dikeringkan, buah yang sakit atau rusak harus
dipisahkan dari buah sehat, buah yang besar harus dipisahkan dari buah yang keil,
sebelum dikirim buah disimpan 1-2 malam ditempat yang teduh, seandainya jeruk
terpaksa ditumpuk maka tumpukan jeruk tersebut tidak boleh terlalu tingi karena
udara didalam tumpukan menjadi panas dan lembab.
Pemasaran jeruk siam di Desa Kencang sama dengan di desa lain petani
tidak secara langsung menjual jeruk siam ke pasar namun melalui beberapa
lembaga pemasaran. Petani biasanya menjual jeruk siam mereka pada pihak
pemborong atau pedagang pengumpul yang nantinya akan dijual kepasar.
Pemasaran jeruk siam dilakukan petani secara secara individu tetapi kadang –
kadang ada yang memasarkan secara kelompok dalam satu daerah yang sama
yang saling berdekatan. Sehingga dalam memasarkan jeruk siam ada dua cara
yang dilakukan petani di Desa Kencong yaitu memasarkan kepada pedagang yang
datang atau memasarkan ke pasar secara langsung. Namun, dalam memasarkan
langsung kepasar masih sangat jarang dilakukan oleh petani karena membutuhkan
biaya yang cukup besar.
49
4.2 Rasionalitas Petani Beralih dari Tanaman Padi ke Tanaman Jeruk Siam
di Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
Dalam menentukan suatu pilihan, petani mendasarkan tindakannya tersebut
pada rasionalitas. Rasionalitas petani menurut Popkin (1979), dalam menentukan
pilahan diantaranya adalah (1) investasi dan spekulasi, (2) resiko dan asuransi, (3)
free riders, dan (4) hubungan-hubungan patron-klien. Perilaku petani dalam
memilih untuk beralih jenis tanaman dari padi ketanaman jeruk siam sesuai
rasionalitas atas dasar kemauannya sesuai dalam teori Popkin.
Gambar. 4.1 Rasionalitas Petani
4.2.1 Investasi dan Spekulasi
Petani akan mengambil keputusan antara investasi jangka panjang atau
jangka pendek yang dapat menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan pada
hari tua. Hal ini juga dilakukan oleh petani di Desa Kencong dimana mereka juga
melakukan investasi berupa tanah/sawah, hewan ternak, anak – anak dan benda –
benda pribadi. Pilihan investasi yang banyak dilakukan petani di Desa Kencong
adalah investasi jangka panjang dimana mereka beranggapan bahwa dengan
investasi jangka panjang petani merasa aman dalam jangka waktu yang lama.
Petani yang rasional selalu memperhitungkan setiap apa saja yang
investasikan. Investasi yang dilakukan biasanya pada siklus tanam dan siklus –
siklus kehidupan. Petani akan memutuskan antara investasi jangka pendek dan
jangka panjang dimana tujuan investasi petani berupa tujuan pribadi. Investasi
yang dilakukan dengan tujuan pribadi banyak dipilih karena kebanyakan petani
Rasionalitas Petani
Investasi dan Spekulasi
Risiko dan Asuransi
Pembonceng – pembonceng (free
riders)
Hubungan Patron Klien
50
tidak mengandalkan dari pihak manapun hanya dari keluarga. Investasi tujuan
pribadi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang selalu diperhitungkan
oleh petani di Desa Kencong.
Petani di Desa Kencong yang beralih ke tanaman jeruk siam dari tanaman
padi karena mereka ingin melakukan investasi dalam jangka panjang. Petani
disana beranggapan dengan beralih ketanaman jeruk siam hasil yang mereka
peroleh dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang. Petani padi yang
beralih usahatani jeruk siam di Desa Kencong karena mereka sudah melihat petani
– petani lain yang melakukan budidaya jeruk siam memiliki tingkat ekonomi lebih
tinggi. Hasil yang didapat dari tanaman jeruk siam menurut petani lebih besar
daripada saat melakukan budidaya padi.
Usahatani jeruk siam yang menjanjikan ekonomi tinggi membuat petani
beralih ketanaman jeruk siam. Karena hal itu seorang petani melakukan investasi
jangka panjang untuk kelangsungan hidup mereka di hari tua. Petani memilih
investasi ke usahatani jeruk siam karena hasil yang diperoleh dapat dijadikan
sebagai investasi jangka panjang dan jangka pendek dimana petani dapat merasa
aman dalam jangka panjang. Usahatani jeruk siam membutuhkan modal awal
yang besar sehingga tidak semua petani melakukan peralihan jenis tanaman dari
tanaman padi ketanaman jeruk siam
Kriteria investasi petani berbeda – beda mereka memilih invetasi yang
sesuai dengan kemampuannya. Petani di Desa Kencong banyak yang melakukan
investasi jangka panjang karena dengan investasi jangka panjang mereka merasa
aman dalam waktu yang lama. Khususnya untuk petani padi yang beralih ke
tanaman jeruk siam. Petani yang sudah beralih ke usahatani jeruk siam mereka
melakukan investasi dalam jangka panjang karena hasil dari usahatani jeruk siam
yang besar dalam satu kali panen dapat mengembalikan modal awal, sehingga sisa
dari panen selanjutnya dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang dalam
berupa anak – anak dan tanah.
Pilihan investasi yang dilakukan petani tersebut merupakan keputusan yang
sudah diperhitungkan karena tindakan tersebut secara rasional atas kehendak
mereka sendiri. Petani padi yang beralih usahatani jeruk siam melakukan investasi
51
dalam jangka panjang karena dapat memberikan rasa aman di hari tua mereka.
Petani melakukan usahatani jeruk siam dapat melakukan investasi jangka panjang
dan jangka pendek secara bersamaan. Petani melihat petani lain yang terlebih
dahulu berusahatani jeruk siam dapat melakukan investasi jangka pendek dan
jangka panjang sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan petani padi beralih
usahatani jeruk siam.
Investasi jangka panjang yang dilakukan petani berupa anak – anak dan
tanah/sawah. Investasi dalam bentuk anak-anak maksudnya petani berharap
dengan memiliki anak berpendidikan tinggi mereka berharap anak – anak mereka
memiliki pekerjaan yang lebih baik dan anak – anak tersebut dapat memberikan
atau mengembalikan apa yang sudah diberikan oleh orangtuanya di kemudian
hari. Sedangkan untuk investasi dalam bentuk hewan ternak biasanya dilakukan
petani yang tidak hanya bekerja sebagai petani namun mereka memiliki pekerjaan
lain sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya ketika terjadi kegagalan panen
karena mereka masih memiliki simpanan berupa hewan ternak. Investasi jangka
pendek berupa benda – benda pribadi seperti emas, mobil dan tabungan.
Investasai jangka pendek ini untuk mencegah ancaman bahaya kelaparan yang
diakibatkan dari gagal panen.
Petani melakukan investasi dalam usahatani jeruk karena mereka ingin
memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak – anak mereka. Anak – anak
tersebut merupakan salah satu investasi pribadi yang dilakukan petani untuk hari
tua mereka. Pendidikan tinggi yang diberikan kepada anak – anaknya diharapkan
di hari tua petani memperoleh hasil dari investasi yang mereka lakukan tersebut.
Petani yang memiliki lahan yang banyak mereka tidak hanya berinvestasi pada
anak – anak, namun petani juga melakukan investasi berupa tanah/ lahan, hewan
ternak dan benda – benda pribadi. Menurut Popkin (1979), dalam menentukan
suatu pilihan untuk memeproleh kesejahteraan yang lebih baik, petani melakukan
tindakan – tindakan yang menjadi pilihannya. Para petani berencana dan
berinvestasi selama siklus tanam dan siklus – siklus kehidupan dan mereka
prioritaskan berinvestasi pada hari tua. Oleh karena itu jarang petani yang tidak
melakukan investasi
52
Investasi yang banyak dilakukan dari petani padi yang beralih ketanaman
jeruk siam adalah investasi jangka panjang dan jangka pendek. Berdasarkan
jawaban dari tujuh informan yang diwawancarai dengan kriteria yang berbeda –
beda, mereka memiliki pilihan investasi yang berbeda juga. Informan yang
pertama adalah H. Hanif yang memiliki luas lahan 13 ha dan bekerja sebagai
petani memilih melakukan investasi dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Informan kedua yaitu Sugianto memilih melakukan usahatani jeruk dari padi
karena dengan melakukan usahatani jeruk siam dapat menambah ekonomi
sehingga dapat digunakan untuk tabungan sekolah anak-anak yang dijadikan
investasi jangka panjang. Informan ketiga yaitu Sulikat memilih usahatani jeruk
siam dari padi karena dengan usahatani jeruk siam hasilnya lebih menjanjikan dan
memiliki peluang yang cukup besar. Informan keempat yaitu Supri melakukan
alih lahan padi ke tanaman jeruk siam karena dengan berusahatani jeruk siam
tidak setiap hari pergi ke lahan sehingga dapat mencari pekerjaan sampingan lain.
Informan kelima Ibu Endrowati yang juga petani padi beralih ke jeruk siam
sekaligus pedagang jeruk memilih jeruk karena mudah dalam perawatannya dan
peminatnya banyak. Informan keenam, Mat Tingggal melakukan investasi berupa
anak – anak karena dianggap dapat dijadikan investasi masa depannya. Informan
ketujuh, Supri melakukan investasi pada tanah dan anak - anak. Investasi yang
dilakukan oleh petani ini dimaksudkan untuk hari tua mereka agar memiliki
kehidupan yang layak dan dapat menikmati hasil dari investasi yang mereka
lakukan. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
dilapang yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan petani di Desa Kencong.
Berikut merupakan Tabel 4.9 investasi dan spekulasi petani jeruk siam di Desa
Kencong.
53
Tabel 4.9 Investasi dan Spekulasi Petani Jeruk di Desa Kencong No Nama Kriteria Petani Investasi
Luas
Lahan
Pekerjaan Usia Pendidikan
1 H. Hanif 13 ha petani jeruk 35 SMA Tanah dan
benda pribadi
2 Sugianto ¼ ha Petani
jeruk/PNS
51 S1 Anak –anak
3 Sulikat 1 ha Petani
Jeruk/Buruh
51 SD Tanah
4 Supriono ¼ ha Petani
jeruk/buruh
36 SD Hewan ternak
5 Ibu Endrowati ¼ ha Petani
jeruk/pedagang
43 SMP Anak dan
Benda pribadi
6 Mat Tinggal ¼ ha Petani
jeruk/buruh
49 SD Anak – anak
7 Supri 3 ha Petani Jeruk 43 SMP Anak dan
tanah
Sumber: Data Primer diolah 2019.
Berdasarkan hasil dari penelitian investasi yang dilakukan petani
kebanyakan berorientasi dalam investasi jangka panjang dan investasi jangka
pendek. Di Desa Kencong ditemukan bahwa alasan petani menjadikan hewan
ternak dan benda – benda pribadi sebagai investasi jangka pendek. Petani
berorientasi dalam investasi jangka pendek berupa hewan ternak dan benda –
benda pribadi yang mudah dijual. Petani selalu memikirkan apa saja yang akan
terjadi setelah memilih tindakan tertentu dengan selalu mempertimbangkan
sebelum melakukan investasi sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya
kelaparan ketika terjadi kegagalan panen. Investasi jangka panjang yang biasanya
dilakukan petani yaitu melakukan investasi berupa anak – anak dan tanah.
Investasi jangka panjang yang dilakukan petani biasanya berorientasi pada
investasi hari tua.
Menurut Popkin (1979), meskipun petani sangat miskin dan dekat dengan
garis bahaya, banyak dijumpai para petani masih memiliki sedikit kelebihan dan
kemudian melakukan tindakan-tindakan investasi yang beresiko. Suatu bukti
bahwa walaupun petani itu miskin dan enggan beresiko, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa mereka tidak melakukan tindakan-tindakan investasi.
Rasionalitas petani padi memilih komoditas jeruk siam untuk usahatani di Desa
Kencong karena mereka dapat berinvestasi dalam jangka panjang dan jangka
pendek.
54
Keputusan petani di Desa Kencong dalam memilih untuk beralih jenis
tanaman padi karena mereka ingin seperti petani lainnya yang bisa berinvestasi
jangka panjang. Investasi jangka panjang yang dimaksudkan yaitu dalam bentuk
anak – anak, tanah dan untuk tanam selanjutnya. Hal ini diperkuat dengan
penjelasan informan sebagai beriku:
“ya sawah itu tanah, sama dikembangkan di jeruk sama padi terus wes
munyer – munyer, pokok kalo tanam jeruk itu ya saya ada beberapa
lahan yang saya tanam padi jadi hasil dari jeruk bisa buat modal lagi,
tapi kalo padi itu bisa buat makan biar gak beli beras, jeruk itu enak
mbak hasilnya bisa buat beli itu tadi”(H. Hanif, 04 Mei 2019).
“[...] ada itu buat beli tanah sedikit, sama buat modal lagi untuk
kedepannya, jadi kalo jeruk itu hasilnya bisa terkumpul soalnya
sekali panen kan bisa dapat beberapa ton”( Sulikat, 05 Mei 2019).
“ dapat buat kalo panjang ya ada itu buat beli lahan sedikit tapi
nyelengi asel jeruk ket awal duduk mekgor saiki tok”( Supriono, 09
Mei 2019).
Pernyataan dari informan diatas memilih untuk beralih dari padi ketanaman
jeruk siam karena hasil yang diperoleh dari usahatani jeruk dapat digunakan untuk
investasi jangka panjang yang berupa tanah dan tanaman selanjutnya. Investasi
tersebut dilakukan agar petani memiliki simpanan berupa tanah yang digunakan
pada hari tua mereka karena nilai ekonomi tanah yang selalu meningkat. Petani
tidak hanya investasi dalam bentuk tanah tetapi juga untuk modal budidaya
selanjutnya. Investasi tersebut dilakukan petani agar dapat terhindar dari ancaman
bahaya kelaparan dengan menjual tanahnya untuk biaya hari tuanya.
Tujuan selanjutnya dalam investasi jangka panjang yang dilakukan petani
dengan beralih dari padi ke tanaman jeruk siam yaitu uang hasil usahatani jeruk
siam mereka dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang dalam bentuk anak
– anak. Penjelasan tersebut diperkuat dengan pernyataan Sugianto, Supri dan Ibu
Endrowati
“[.....] hasilnya untuk hari tua menyekolahkan anak – anak, kan kalo
anak –anak biar bisa sarjana terus dapat kerja bagus kan itu nanti bisa
memperbaiki ekonomi keluarga [....]”( Sugianto, 04 Mei 2019).
55
“ [.....] menyekolahkan anak – anak itu pasti mbak, kalo dari jeruk ini
hasilnya bisa buat menabung jadi nantinya bisa buat anak – anak
sekolah ”( Supri, 09 Mei 2019).
“yo simpan sama nyekolahne anak kan biaya sekolah itu semakin
tinggi jenjangnya semakin banyak, jadi kalo tanam jeruk ini bisa buat
arep – arep kedepannya sudah ada yang dapat diharapkan untuk
memenuhi kebutuhan anak – anak buat sekolah jadi anak bisa sekolah
sampek tinggi” (Ibu Endrowati, 09 Mei 2019).
Menurut pernyataan Sugianto, Supri dan Ibu Endrowati bahwa petani
memilih untuk beralih tanaman padi ke jeruk siam karena hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk investasi jangka panjang yang berupa simpanan untuk
anak – anak sekolah. Petani berusaha untuk memberikan pendidikan terbaik
kepada anak – anaknya setinggi mungkin dengan harapan anak – anak mereka
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian masing – masing dan
investasi yang mereka lakukan itu dapat kembali kepada petani itu sendiri. Anak –
anak yang memiliki pendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi investasi jangka
panjang. Tujuannya agar di hari tua petani dapat menikmati hasil dari investasi
yang sudah dikeluarkan tersebut dan berharap anak – anak akan memeperlakukan
mereka secara baik dan investasi yang mereka keluarkan tidak sia – sia. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Popkin (1979), yaitu dimana sepasang suami istri petani
dapat merasa aman dan tenang untuk jangka waktu yang lama untuk membangun
dan mempertahankan keluarganya untuk keamanan jangka panjang atau selama
hidup mereka dari hasil investasinya.
Investasi jangka pendek yang dilakukan petani dari hasil usahatani jeruk
adalah dalam bentuk benda – benda pribadi dan hewan ternak. Investasi berupa
benda pribadi berupa barang – barang pribadi yang mudah untuk di jual.
Keputusan petani dalam berinvestasi jangka pendek ini diambil untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendek mereka. investasi jangka pendek yang dilakukan petani
dengan barang – barang yang mudah untuk dijual ketika terjadi kegagalan panen
atau hasil panen yang kurang maksimal, sehingga benda – benda pribadi dan
hewan ternak tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sementara
56
mereka. Penjelasan tersebut diperkuat dengan pernyataan Supriari H. Hanif,
Supri dan Ibu Endrowati.
“benda – benda pribadi ya mobil itu mbak, salon (sound system),
selain buat beli tanah itu sebelum terkekumpul ya saya gunakan buat
beli barang – barang lain” (H. Hanif, 04 Mei 2019)
“[....].dikumpulne iso dadi ngeneki (perhiasan), iso tuku mobil”(Ibu
Endrowati, 09 Mei 2019)
“kebutuhan sehari – hari sisane dikumpulkan bisa jadi seperti ini
(perhiasan), bisa beli mobil..” (Ibu Endrowati, 09 Mei 2019)
“[....] beli hewan ternak nanti kan jadi banyak bisa dijual anaknya kalo
ada kebutuhan mendesak, jadi kalo beli ternak ini kalo ada kebutuhan
yang tiba – tiba bisa langsung dijual” ( Supri, 09 Mei 2019).
Menurut pernyataan dari informan diatas dapat dilihat bahwa petani
memilih untuk beralih jenis tanaman dari padi ketanaman jeruk siam karena hasil
dari usahatani jeruk lebih menguntungkan tidak hanya dapat dijadikan investasi
jangka panjang tetapi juga dapat dijadikan investasi jangka pendek. Petani
berpikir dengan investasi jangka pendek bisa langsung digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari. Hasil dari usahatani jeruk dapat digunakan
petani untuk membeli benda – benda pribadi seperti mobil dan perhiasan yang
dapat dijual kapan saja saat petani membutuhkan uang dalam waktu cepat. Petani
juga berorientasi investasi jangka pendek dalam bentuk hewan ternak yang mudah
dijual ketika membutuhkan biaya untuk perawatan jeruk siam mereka, dengan
investasi jangka pendek tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
yang mendesak.
Petani padi yang memilih beralih usahatani jeruk melakukan investasi
jangka panjang dan jangka pendek. Investasi jangka panjang yang banyak
dilakukan oleh petani padi yang beralih usahatani jeruk yaitu dalam bentuk
tanah/lahan bagi yang memiliki lahan luas dan investasi pada anak – anak.
Investasi tersebut banyak dilakukan petani padi yang beralih usahatani jeruk siam
karena mereka berharap mendapat rasa aman di hari tua. Investasi jangka pendek
petani padi yang beralih usahatani jeruk siam adalah dalam bentuk benda – benda
pribadi sepeti emas, mobil dan hewan ternak yang mudah dijual dan dapat
57
memperoleh uang dengan cepat. Petani melakukan investasi jangka pendek karena
sebagai persiapan jika terjadi krisis subistensi jangka pendek dimana terdapat
ancaman bahaya kelaparan yang sangat dekat terhadap keluarga petani.
4.2.2 Desa (Risiko dan Asuransi)
Petani melakukan pengambilan keputusan dalam beralih dari padi ke
tanaman jeruk siam sudah memperhitungkan risiko yang akan dihadapi
kedepannya. Usahatani jeruk siam masih cukup baru di Desa Kencong, banyak
petani yang saat ini mulai melakukan usahatani jeruk siam. Petani beranggapan
bahwa dengan melakukan usahatani jeruk siam risiko yang mereka hadapi
berkurang dibandingkan dengan padi karena jeruk siam yang cukup tahan akan
hama penyakit. Tanaman jeruk siam tidak seperti tanaman padi yang dapat
mengalami kegagalan panen. Risiko tanaman padi yang cukup besar merupakan
salah satu alasan petani padi beralih ketanaman jeruk siam.
Gambar 4.2. Rasioanalitas Petani dalam Risiko dan Asuransi
Menurut Popkin (1979), dengan ketidakpastian yang ada bahwa kaum tani
akan mengandalkan investasi - investasi pribadi atau keluarga demi keamanan
jangka panjang mereka dan dengan demikian mereka akan tertarik pada
keuntungan jangka pendek dari pada keuntungan jangka panjang dari desa. Petani
akan berusaha memperbaiki keamanan jangka panjang mereka dengan cara
berpindah posisi yang dapat menghasilkan pendapatan lebih tinggi serta kecil
variasinya. Rasionalitas petani padi beralih ke tanaman jeruk siam karena ingin
Risiko
Risiko
Budidaya
Risiko
Panen
Penyakit
Harga
Pencuri
58
mengurangi risiko budidaya karena dengan beralih ketanaman jeruk siam risiko
budidaya lebih kecil, sehingga petani memilih beralih dari tanaman padi ke
tanaman jeruk siam.
Rasionalitas petani padi beralih ke tanaman jeruk siam di Desa Kencong
salah satunya karena ingin menghindari risiko budidaya dimana pada usahatani
padi risiko budidaya lebih besar dibandingkan jeruk siam. Usahatani jeruk siam
dipilih petani untuk meminimalisir risiko budidaya dalam usahatani padi, dimana
dalam usahatani padi risiko yang sering dihadapi adalah hama, penyakit dan
kegagalan panen namun dalam usahatani jeruk risiko yang dihadapi saat budidaya
dapat diminimalisir seperti penyakit dan jamur yang lebih kecil risikonya
dibandingkan usahatani padi, sehingga hal tersebut yang menjadi salah satu
tindakan rasional yang dilakukan untuk menghindari risiko yang ada. Penjelasan
tersebut dapat diperkuat dengan pernyataan informan Sugianto dan Supri sebagai
berikut:
“ya itu mbak penyakit jeruk virus jamur, apalagi sekarang banyak
penyakit, sehingga banyak yang dibongkar tapi kalo padi itu lebih
banyak bisa gagal panen” ( Sugianto, 04 Mei 2019).
“Penyakit yo jamur kutu koyok tumo dek godong itu menyebabkan
kekeringan pada batang. ”( Supri, 09 Mei 2019).
Menurut pemaparan Sugianto dan Supri bahwa petani sering kali
mengahadapi risiko yang berhubungan dengan hama dan penyakit saat melakukan
usahatani padi. Petani padi yang beralih ke tanaman jeruk siam beranggapan
bahwa risiko yang dihadapi akan berkurang, karena hama dan penyakit pada
tanaman jeruk disana masih belum terlalu banyak. Hal inilah yang menjadi salah
satu alasan petani padi beralih jenis tanaman jeruk siam, dengan menanam jeruk
siam petani tidak harus setiap hari kesawah karena perawatan jeruk siam tidak
membutuhkan perawatan setiap hari. Hal inilah yang membuat petani padi beralih
usahtani jeruk siam, karena bukan hanya mengurangi risiko tetapi juga untuk
menambah ekonomi mereka.
59
Risiko dalam usahatani jeruk siam tidak hanya terjadi pada saat budidaya
akan tetapi ada risiko harga dimana risiko harga ini lebih besar kemungkinannya
terjadi saat musim jeruk tiba. Risiko pada usahatani jeruk siam tidak hanya pada
harga saat panen tetapi juga risiko pencurian, dimana risiko ini yang sering terjadi.
Harga yang saat ini turun untuk jeruk siam membuat petani sulit mencari hasil
ditambah adanya pencuri yang biasanya mengambil buah yang sudah masak,
sehingga petani harus melakukan usaha untuk pengendalian dari pencurian buah
tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan H. Hanif. Hanif dan Ibu Endrowati.
“harga kuwi, sama ya ada biasanya kalo orang ngambil untuk dimakan
orang mencari rumput” (H. Hanif, 04 Mei 2019).
“yo risikone yo rego kuwi mau, tapi lek rego larang yo risikone
tambah mbak maling mau tambah akeh lek risiko koyok penyakit kan
sek kenek ditanggulangi tapi yo saiki rego murah aku yo enek senenge
enek gake, senenge maling gak enek tapi susae kuwi modale suwi
mbalike”( Supri, 09 Mei 2019).
“ya risikonya ya harga itu tadi, tapi kalau harga mahal ya risikonya
tambah banyak mbak pencuri tambah banyak kalau risiko kayak
penyakit masih bisa di atasi ya tapi kalo sekarang harga murah ya ada
senangnya ada enggaknya, senengnya gak ada pencuri tapi susahnya
modalnya lama kembalinya”( Supri, 09 Mei 2019).
“yo kuwi mau wes pencuri kuwi maleng mau lak gak enek yo uwes
enak wes. Pokok yo risikone kuwi wes maleng lak gak enek kuwi yo
enak wes, lek wes keterak maling yo piro – piroo yo entek”( Mat, 05
Mei 2019).
“ya itu tadi sudah pencuri itu pencuri tadi kalo gak ada sudah enak.
Pokok ya risikonya itu sudah pencuri kalo gak ada itu ya enak, kalau
sudah ada pencuri ya berapa saja habis”( Mat, 05 Mei 2019).
“maleng kuwi akeh yo, maleng jeruk ada contohnya ya suami saya
pernah nyewo disini gak disambang kepaten mertua saya meninggal
wayah ngunduh entek garek saitik”. (Ibu Endrowati, 09 Mei 2019).
“pencuri itu banyak, pencuri jeruk ada contohnya ya suami saya
pernah menyewa disini enggak dilihat atau dicek karena ada mertua
saya meninggal waktu panen habis tinggal sedikit” (Ibu Endrowati, 09
Mei 2019).
60
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa petani sering menghadapi risiko yang
berhubungan dengan panen. Petani harus sering mengecek ke sawah saat buah
sudah mulai masak karena jika jarang dicek buah bisa hilang, sehingga perlu
adanya pengecekan yang intensif agar buah dapat dipanen semua. Risiko panen
ada dua yaitu pencurian dan risiko harga saat musim panen dimana harga jeruk
saat musim panen turun dan petani harus menjual walaupun cuma hasil sedikit
karena jika tidak dipanen merusak perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Herjanto (2009), bahwa pengambilan keputusan dapat terjadi dalam
berbagai kondisi, salah satu kondisi yang dihadapi pengambil keputusan yaitu
kondisi berisiko (risk). Setiap petani menentukan pilihan selalu memiliki risiko
dan petani bukan berarti tidak berani mengambil risiko tersebut. Oleh karena itu,
petani petani sangat membutuhkan adanya asuransi yang bersal dari lembaga –
lembaga yang berasal dari desa dan diharapkan dapat menjamin dimasa depan.
Gambar 4.3 Rasionalitas Petani dalam Risiko dan Asuransi
Menurut Popkin (1979), adanya masalah – masalah dalam pengaplikasian
norma biasanya membawa kepada ketidakpastian dalam mengandalkan kepada
lembaga – lembaga desa untuk kesejahteraan dan asuransi masa depan.
Ketidakpastian ini akan membuat kaum tani mengandalkan investasi – investasi
pribadi demi keamanan jangka panjang mereka. Petani akan memilih untuk
melakukan investasi pribadi yang bersala dari keluarga dibandingkan yang bersal
dari desa. Asuransi yang berasal dari desa tidak tersalur secara merata sehingga
membuat petani lebih memilih mengandalkan dari pribadi mereka.
Asuransi Asuransi
Desa Kesejahteraan
Petani Belum Pasti
Kurang
Mendukung
Asuransi
Pribadi
61
Asuransi yang berasal dari lembaga desa yang diharapkan dapat menjamin
kesejahteraan hidup petani, namun nyatanya karena adanya masalah
pengaplikasian norma dalam asuransi tersebut sehingga sering membawa
ketidakpastian dalam mengandalkan asuransi dari lembaga – lembaga desa.
Sehingga petani lebih memilih investasi pribadi sebagai asuransi kesejahteraan
mereka melalui anak – anak dimana anak – anak dianggap dapat membantu
meneruskan usaha petani dan tabungan pribadi dibandingkan asuransi yang
berasal dari desa. Hal ini didukung oleh pernyataan H. Hanif dan Sugianto.
“ya kan kalo kelompok tani iku cuma kalo ada keruwetan pembelian
rabok iku, saya juga gak pernah dapat saya gak diikutkan, saya
memilih mandiri kalo jeruk ini, soalnya kan belum ada di desa sini
asuransi atau kelompok tani untuk tanaman hortikultura”(H. Hanif, 04
Mei 2019).
“ya belum mendukung, sekarang itu gak sama, kalo dulu itu ada PPL,
dulu ada penyuluh dulu tapi itu dari pertanian”( Sugianto, 04 Mei
2019)
Menurut H. Hanif dan Sugianto menyatakan bahwa petani merasa tidak
begitu didukung dan mereka tidak terlalu berharap dengan asuransi yang berasal
dari desa. Petani lebih mengandalkan tabungan pribadi mereka untuk asuransi
kesejehteraan dimasa depan. Asuransi yang berasal dari desa kurang mendukung
petani jeruk, walaupun biasanya ada bantuan namun tidak semua petani
memperoleh. Petani padi tidak pernah mendapatkan dukungan dari lembaga –
lembaga desa sehingga membuat petani memilih melakukan asuransi pribadi
dengan melakukan usahatani jeruk siam. Asuransi pribadi yang dilakukan adalah
melakukan usahatani dengan modal dan tanpa bantuan dari desa.
Sebagian besar petani yang memilih melakukan asuransi pribadi karena
asuransi yang berasal dari lembaga desa hanya diberikan kepada orang – orang
tertentu yang memiliki hubungan dekat dengan pengurus dari lembaga desa yang
ada disana. Petani padi di Desa Kencong memilih beralih salah satunya karena
alasan ini dimana lembaga hanya memberikan bantuan mereka kepada orang –
orang yang cukup dekat dengan mereka. Petani padi akhirnya memilih beralih ke
62
usahatani jeruk siam karena asuransi pribadi yang mereka keluarkan sesuai
dengan hasil yang akan mereka peroleh. Pernyataan ini didukung oleh Supri dan
Ibu Endrowati.
“belum bisa mensejahterakan karena kan kurang merata dalam
pemberian bantuan apalagi untuk jeruk ini malah tidak ada sama
sekali, paling ada dari pihak swasta tapi kan ada uang tebusannya”. (
Supriono, 09 Mei 2019).
“ya tidak ada kepastian, makanya lebih memilih investasi pribadi dan
tabungan daripada dari desa, seng kenal yo entok”. (Ibu Endrowati, 09
Mei 2019).
Berdasarkan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa asuransi yang
berasal dari desa masih belum ada untuk memberikan kesejahteraan bagi petani.
Ketika petani membudidayakan padi modal yang harus dikeluarkan cukup besar
dan masalah serangan hama yang besar yang mengakibatkan panen tidak
maksimal sampai terjadi kegagalan panen dan asuransi yang berasal dari desa
tidak diberikan secara mereta, sehingga bagi petani yang memiliki modal banyak
mereka lebih memilih beralih jenis tanaman jeruk siam yang memiliki ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit. Sekarang sudah banyak dijumpai lahan
yang dulunya pertanian padi sekarang menjadi lahan jeruk siam.
Petani memilih beralih ketanaman jeruk siam karena bagi mereka asuransi
pribadi yang mereka keluarkan tidak akan sia – sia. Asuransi yang berasal dari
lembaga sebenarnya ada hanya pada tanaman tertentu seperti sayur namun ketidak
merataan dalam pembagian asuransi tersebutlah yang membuat petani padi beralih
ketanaman jeruk siam. Tanaman padi yang rentan terhadap serangan hama
penyakit dan membutuhkan perawatan yang membutuhkan modal banyak,
sehingga jika tidak mendapat bantuan dari lembaga desa petani merasa cukup
keberatan. Tidak adanya kepastian asuransi yang diberasal dari lembaga inilah
yang membuat petani memilih beralih ketanaman jeruk siam dengan melakukan
asuransi pribadi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sulikat dan Ibu Endrowati.
63
“menjaga agar buah tidak hilang, pasti buah bisa hilang diambil orang
ya itu buah ya risikonya itu sama ya harga, tapi yang paling penting
kalo sudah jeruk mulai berbuah itu ya saya jaga sendiri” ( Sulikat, 05
Mei 2019).
“ya tidak ada kepastian ada ppl tapi gak pernah ada disini sosialisasi
buat petani jeruk, makanya lebih memilih investasi pribadi dan
tabungan daripada dari desa, seng kenal yo entok” (Ibu Endrowati, 09
Mei 2019).
Sesuai dengan pernyataan diatas bahwasannya petani lebih memilih asuransi
pribadi saat melakukan usahatani jeruk siam karena pada saat mereka menanam
padi tidak ada asuransi desa yang dapat memberikan kepastian dan kesejahteraan
bagi petani. Modal dalam usahatani jeruk siam yang cukup besar akan tetapi
petani berusaha untuk dapat melakukan asuransi sebagai jaminan kesejahteraan
mereka. Petani melakukan asuransi tersebut sebagai pelindung saat ada risiko –
risiko mengancam mereka. Adanya risiko pencurian petani berusaha dengan
menjaga jeruk siam mereka agar tidak hilang dan saat terjadi suatu kendala
mereka tidak mengandalkan asuransi yang berasal dari desa namun mereka lebih
memilih asuransi pribadi karena tidak terikat dengan pihak manapun. Usahatani
jeruk siam yang belum ada asuransi yang berasal dari desa lebih dipilih petani
karena hasil yang diperoleh cukup memuaskan walaupun belum ada sedikit
bantuan maupun asuransi yang berasal dari desa.
4.2.3 Free Riders
Rasionalitas petani dalam hal ini adalah dengan adanya seseorang yang
tidak berkontribusi tetapi ikut memperoleh manfaat dari usaha petani. Rasionalitas
petani padi beralih tanaman jeruk siam di Desa Kencong karena dalam melakukan
peralihan jenis tanaman membawa manfaat bagi petani dengan hadirnya perantara
atau peluncur antara petani dengan pedagang tindakan tersebut dapat
mempengaruhi tindakan orang lain dalam mengambil keputusan hal yang serupa.
Adanya seorang pembonceng – pembonceng dalam usahatani jeruk siam ini
dianggap dapat mempengaruhi petani lain.
64
Gambar 4.4 Rasionalitas Petani dalam Free Riders
Free Riders atau pembonceng – pembonceng yang dimaksudkan adalah
oknum yang mengambil keuntungan dari petani tanpa ikut berkontribusi dalam
hubungan yang dilakukan oleh petani dengan pembeli. Free riders tersebut hanya
menjadi perantara dan mereka mempertimbangkan apa yang akan diperoleh dari
hubungan yang terjadi antara petani dengan pembeli. Adanya jasa perantara
seperti peluncur tersebut mempengaruhi petani – petani lain untuk beralih
ketanaman jeruk siam karena dapat berhubungan dengan pedagang besar
walaupun melalui oknum yang tidak ikut berkontribusi namun ikut menikmati
hasil dari petani dan pembeli. Petani akan menjual jeruk siam mereka jika ada
salah satu petani yang menjual pada pihak tersebut karena jika tidak ikut menjual
maka risiko akan pencurian semakin besar, karena ketika salah satu jeruk siam
disatu wilayah ada yang belum terjual maka akan menghadapi risiko pencurian
cukup besar. Penjelasan tersebut dapat diperkuat dengan pernyataan dari H. Hanif
dan Sulikat yang merupakan orang yang memiliki pengalaman cukup lama dalam
usahatani jeruk.
“dalakne jerukku dikekne dek juragan – juragan engko dikekne dek
pasar, teros sewan menyewan kuwi yo enek mbak, nanti itu ngasih ke
kepeluncur tapi lek dek jeruk biasane peluncur iki entok teko
pedagang yo teko petani dadi akeh entoke sek gurong lak main rego
pisan malah akeh mbak”. (H. Hanif, 04 Mei 2019).
“menjualkan jeruk saya ke pedagang – pedagang besar nanti dikirim
kepasar, terus dalam menyewa juga ada nanti itu sama ngasih ke
peluncur itu tapi kalou di jeruk biasanya peluncur itu dapat dari dua –
duanya petani sama pedagang jadi banyak dapatnya apalagi kalo yang
bermain harga juga tambah banyak”. (H. Hanif, 04 Mei 2019).
Free Riders Perantara Antara
Petani Dengan
Pedagang
Membawa Manfaat Bagi
Petani Dengan Mendatangkan
Pembeli
65
“ya lewat petani dijual apa enggak, dicarikan pedagang sana - sana itu
biasanya ada yang sampek dari jawa tengah tulungagung sampek,
terus harganya mahal tapi orang seperti itu jika ada kerugian dipihak
petani mereka tidak ikut campur tapi banyak petani yang mengikuti
menawarkan ke peluncur tersebut”.( Sulikat, 05 Mei 2019)
H. Hanif dan Sulikat menyatakan bahwa salah satu tindakan rasional yang
dilakukan petani dalam peralih jenis tanaman padi ke tanaman jeruk siam karena
petani yang memiliki lahan luas menanam jeruk dan menjual hasilnya melalui
peluncur tersebut. Petani lain akan mengikuti petani jeruk siam yang memiliki
lahan luas menjual melalui peluncur, sehingga mereka mengikuti menjual melalui
peluncur karena dapat mengetahui pembeli dan memperoleh chanel lebih banyak
dan dengan free riders petani dapat memilih pembeli – pembeli yang berani
menwar dengan harga yang lebih tinggi. Adanya free riders atau pembonceng –
pembonceng tersebut mempermudah petani dalam menjual jeruk siam mereka
daripada dalam usahatani padi mereka tidak dapat bertemu langsung dengan
pembeli, sehingga banyak petani – petani lain yang mengikuti beralih ke tanaman
jeruk siam karena banyaknya kemudahan yang didapatkan. Jadi petani tidak perlu
memikirkan kemana mereka harus menjual jeruknya karena dengan adanya
peluncur tersebut mereka sudah dapat memperoleh pedagang. Adanya orang
tersebut oleh beberapa petani sangat dibutuhkan.
Adanya pembonceng – pembonceng tersebut membuat petani lebih mudah
dalam menjual jeruk siam mereka, walaupun dengan adanya free riders ada
sejumlah uang yang harus di keluarkan. Sekarang kebanyakan petani yang
meminta kepada free riders untuk dicarikan pedagang karena mereka memiliki
pengaruh dan dapat mendatangkan pembeli dari berbagai kota. Dengan adanya
pihak peluncur membuat petani menjadi ikut menjual jeruk siam mereka kepada
pedagang yang ditawarkan oleh peluncur tersebut. Pernyataan tersebut didukung
oleh pendapat dari Ibu Endrowati.
“ada yo ada ngono kuwi yo dek kene koyok peluncur seng gowo
pedagang ngono kuwi yo mbak. Tapi yo lek wong ngono kuwi iki yo
kan gowo pedagang ngono, tapi lek peluncur kuwi yo engko entok
66
satus rongatus perkelo teko pedagange tapi engko yo entok teko
petani pisan”( Supri, 09 Mei 2019).
“ada orang seperti itu disini seperti peluncur (perantara) yang
membawa pedagang seperti itu mbak. Tapi ya orang seperti ya bawa
pedagang kan, tapi kalo peluncur itu nanti bisa dapat setaur duaratus
perkilo teko pedagange tapi nanti nanti juga dapat dari petani juga”(
Supri, 09 Mei 2019).
“Kadang ya petani yang minta dicarikan pembeli kadang memang dari
pembeli yang nyuruh, jadi jika ada satu petani yang jual nanti petani
lain ikut dijual melalui itu”.(Ibu Endrowati, 09 Mei 2019).
Berdasarkan pernyataan infroman bahwa banyak petani yang minta
dicarikan peluncur yang dapat mempertemukan mereka dengan pedagang,
walaupun dengan hal tersebut petani harus mengeluarkan beberapa dari hasil yang
diperoleh. Sesuai dengan pernyataan Fatmawati (2017), hubungan petani dengan
pembonceng-pemboceng (Free Riders) yang dimaksudkan disini yaitu bahwa
adanya oknum yang ingin mengambil keuntungan tanpa harus ikut berkonstribusi
dalam hubungan yang dilakukan oleh petani dengan agen. Dimana oknum
tersebut dalam melakukan suatu tindakan, tentu akan menimbang-nimbang hal-hal
apa saja yang akan diperolehnya dari hubungan yang terjalin antara agen dan
petani tersebut.
Oknum – oknum peluncur saat ini dalam usahatani jeruk memiki pengaruh
yang besar karena dengan adanya oknum – oknum tersebut kebanyakan pedagang
menggunakan jasa mereka sehingga petani tidak dapat langsung mencari dagang
sendiri. Petani akan lebih mudah dalam menjual jeruk siam mereka dan dapat
memilih kepada siapa mereka harus menjual. Petani dapat menentukan sendiri
pembeli yang mereka inginkan karena adanya oknum – oknum tersebut mereka
mempunyai banyak calon pembeli yang diharapkan oleh petani. Sehingga saat
petani akan panen mereka sudah tidak susah untuk memilih pedagang mana yang
akan membeli jeruk mereka.
Menurut Popkin (1979), adapun pilihan tindakan secara kolektif yang akan
dilakukan oleh petani menggunakan prinsip moral yaitu dengan menekankan: (1)
pengorbanan yang harus dikeluarkan termasuk resikonya, (2) hasil yang mungkin
67
diterima, bila menguntungkan maka mereka akan ikut dan bila tidak mereka
bersifat pasif (3) proses aksi yaitu dipertimbangkan tingkat keberhasilannya
apakah bermanfaat secara kolektif atau tidak, (4) kepercayaan pada kemampuan
seseorang pemimpin. Dengan demikian, aksi-aksi kolektif tersebut dapat dinilai
mendatangkan keuntungan bagi mereka saja yang diikuti atau didukung oleh
petani. Pikiran rasional petani dalam memilih beralih jenis tanaman dari padi ke
jeruk karena dalam aksi kolektif ini mereka sudah mempertimbangkan tingkat
keberhasilan dan manfaat secara kelompok.
Pembonceng – pembonceng atau free riders yang ada di Desa Kencong
dalam usahatani jeruk cukup banyak, sehingga ada pengorbanan yang harus
dikeluarkan termasuk risikonya oleh petani. Pembonceng – pembonceng yang
dimaksudkan adalah seseorang yang tidak berkontribusi dalam usahatani tetapi
mereka ikut menikmati hasilnya. Petani rasional memilih beralih jenis tanaman
dari padi ke jeruk karena mereka berharap dengan melakukan usahatani jeruk
hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan sebelumnya dan lebih mudah dalam
proses penjualannya. Ketika menggunakan jasa peluncur ada pengorbanan dan
risiko yang harus dikeluarkan petani tetap memilih menanam jeruk siam.
Pengorbanan dan risiko tersebut pasti terjadi saat petani menentukan suatu
pilihan, pernyataan ini didukung oleh pendapat Sugianto.
“Ya ada tapi kalo yang jujur ya kalo yang gak jujur itu ada, seperti
teman saya itu ada peluncur yang gak jujur sampek sekarang belum
dibayar, jadi sebelum menggunakan jasanya peluncur itu sudah harus
memperhitungkan pengorbanan dan risikonya [....]”.( Sugianto, 04
Mei 2019).
Sugianto menyatakan bahwa dengan adanya oknum free riders tersebut
memang dapat mempengaruhi petani untuk menaman jeruk siam karena dengan
adanya oknum tersebut mempermudah petani dalam memperoleh pedagang.
Adanya free riders juga ada pengorbanan dan risiko yang akan dihadapi, karena
oknum free riders yang tidak memberikan jasa mereka dengan cuma – cuma dan
mereka tidak ikut bertanggung jawab jika ada suatu kecurangan yang dilakukan
oleh pedagang yang membeli dari petani jeruk siam. Di Desa Kencong biasanya
68
oknum free riders tersebut disebut peluncur dimana peluncur – peluncur tersebut
tidak semua bersikap jujur sehingga petani sudah memperhitungkan pengorbanan
dan risiko yang akan dihadapi.
Rasionalitas petani padi beralih ketanaman jeruk siam selain dapat
memperhitungkan pengorbanan yang harus dikeluarkan beserta risikonya. Mereka
juga dapat membantu petani lain dengan mereka melakukan usahatani jeruk siam
maka petani lain akan terpengaruh dan dengan adanya seorang peluncur membuat
petani – petani padi lain ikut beralih ketanaman jeruk siam. Peran seorang
peluncur cukup berpengaruh karena mereka membantu petani jeruk siam lain
untuk memperoleh pedagang dengan harga yang lebih tinggi. Adanya peluncur
tersebut petani – petani padi lain ikut beralih ketanaman jeruk siam karena
peluang untuk memperoleh harga yang tinggi.
Adanya free riders atau yang biasa disebut peluncur oleh petani jeruk siam
di Desa Kencong membantu petani dalam menjual jeruk siam mereka. Perilaku
rasional petani padi memilih beralih jeruk siam karena adanya free riders atau
peluncur yang membantu dalam proses penjualan jeruk siam dari petani. Peluncur
memang tidak ikut berkontribusi dalam proses budidaya petani namun petani
dengan adanya peluncur merasa terbantu dan semakin banyak petani yang ikut
menanam jeruk siam, sesuai pernyataan H. Hanif dan Sulikat.
“ya membantu kalo yang jujur itu jadi ya lebih cepet terjual dan
mambantu menurut saya, apalagi kalo sampek mendatangkan
pedagang besar itu semakin banyak petani yang mencari jasanya”. (H.
Hanif, 04 Mei 2019).
Pernyataan H.Hanif diperkuat oleh pernyataan Sulikat sebagai berikut
“[.....] ya membantu gampangane ben cepet keluar, lek gak ada itu yo
pedagang gak datang, dengan adanya orang – orang itu ya membantu
petani sekali makanya sekarang banyak yang ngikut nanem jeruk
siam”.( Sulikat, 05 Mei 2019).
H. Hanif dan Sulikat menyatakan bahwa ketika ada petani yang memiliki
lahan luas menjual melalui free riders atau peluncur maka petani lain akan ikut
menjual jeruk siamnya ke free riders tersebut. Posisi petani dalam hal ini yang
69
memiliki lahan yang luas memiliki pengaruh kepada petani lain dalam mengambil
keputusan ikut beralih ke tanaman jeruk siam atau tidak. Apabila petani yang
memiliki lahan luas menjual jeruknya melalui free riders atau peluncur maka
petani lain ikut menjual ke peluncur tersebut. Posisi peluncur juga menjadi salah
satu yang memiliki pengaruh dalam peralihan usahtani padi ke usahatani jeruk
siam petani di Desa Kencong. Adanya free riders dianggap membantu petani dan
menjadi alasan petani beralih ke tanaman jeruk siam.
4.2.4 Hubungan – Hubungan Patron Klien
Menurut Popkin (1979), hubungan patron-klien merupakan suatu hubungan
eksploitasi untuk mendapatkan sumberdaya murah, yaitu tenaga kerja. Dimana
petani diberi kesempatan untuk hal-hal kecil agar mereka tidak meminta bayaran
sebagai tenaga kerja permanen, dan petani harus bekerja keras untuk dapat
memperbaiki standar hidup tradisional mereka dan hubungan tersebut tidaklah ada
dengan sendirinya, tetapi semata-mata sebagai kemampuan tuan tanah/patron
untuk mengindividukan hubungan – hubungan itu, serta menghambat kekuatan
tawar-menawar kolektif petani. Hal ini berarti bahwa sumberdaya – sumberdaya
yang akan diinvestasikan oleh patron bukan hanya untuk memperbaiki keamanan
dan subsistensi pihak klien/petani tetapi juga untuk menjaga agar hubungan –
hubunganitu tetap timbal balik serta dapat menghambat petani dalam
mendapatkan keterampilan yang dapat merubah keseimbangan kekuatan.
Hubungan ekploitasi untuk memperoleh sumbedaya murah ini sebenarnya
untuk kepentingan kedua belah pihak antara patron dan klien. Dengan petani
meminjam modal kepada pihak pedagang/patron petani dapat memperoleh modal
dengan mudah dan menggantinya dengan buah jeruk siam yang mereka
budidayakan. Pihak patron/pedagang memperoleh sumberdaya murah karena
mereka sudah memberikan investasi mereka pada petani sehingga akan diganti
dengan buah jeruk siam yang sudah menjadi jaminan pada awal. Hal ini didukung
oleh jawaban H. Hanif dan Supri.
“buahnya itu mbak wes gak iso didol dek endi – endi, saumpomo bon
wes yo engko jeruke yo didol dek juragan kuwi, kyok petani kudu
70
meloki rego teko pedagang tapi kadang enek seng sek nawar tapi gak
kabeh pedagang sebagian tok mbak, jadi kadang wes enek perjanjian
teko awal ngono”.(H. Hanif, 04 Mei 2019).
“Buahnya itu mbak sudah gak bisa dijual kemana – mana, misalkan
bon atau pinjam terlebih dahulu ya nanti jeruknya dijual ke pedagang
itu, jadi ya petani harganya ngikuti mereka tapi ada kadang – kadang
yang memberikan penawaran harga tapi gak semua pedagang mau
memberikan penawaran hanya sebagian saja mbak, jadi biasanya
sudaha ada perjanian diawal”. (H. Hanif, 04 Mei 2019).
“yo engko kuwi regone lak saumpomo umume 4250 engko yo dituku
4000 ngono dadi yo gak podo karo rego umume tapi gawe seng
minjam didagang lo kuwi lek ora minjem yo regone melu rego umum.
Petani opo ae lek wes nyileh duwit rego yo wes standar”( Supri, 09
Mei 2019).
“ya nanti itu harganya kalo harga umumnya 4250 nanti dibeli 4000
seperti itu jadi gak sama seperti harga umum tapi buat yang minjem
dipedagang kalo yang gak minjem ya harganya mengikuti harga
umum. Petani apa saja kalo sudah minjem uang harga ya sudah
standar”( Supri, 09 Mei 2019).
Berdasarkan pernyataan informan bahwa jika petani meminjam modal ke
pedagang maka mereka harus mengembalikan dalam bentuk buah. Pihak
pedagang yang merupakan patron memiliki kemampuan untuk memperoleh
sumberdaya murah karena mereka memberikan pinjaman modal kepada petani
terlebih dahulu. Sehingga mereka dapat menghambat proses tawar menawar
petani dalam menjual jeruk siam mereka, karena petani sudah tidak dapat menjual
ke pedagang lain dan harga yang diterima petani adalah harga kesepakan dari
pedagang tersebut. Hubungan patron klien memang menghambat petani dalam
proses tawar – menawar tetapi sudah ada perjanjian diawal bahwa harga
mengikuti harga pasaran yang ada, sehingga petani tidak perlu menawarkan harga.
Hubungan patron klien yang menjadi alasan petani padi memilih beralih
usahatani jeruk siam karena di usahatani jeruk siam hubungan patron klien tidak
saling merugikan salah satu pihak. Hubungan patron klien terlihat merugikan
pihak klien sebenarnya hubungan ini untuk saling memperkuat diri kedua belah
pihak. Usahatani jeruk siam hubungan patron klien terbentuk karena banyaknya
petani yang membutuhkan. Hubungan patron klien ini memang dapat
71
menghambat proses tawar menawar petani, namun petani tidak dirugikan mereka
tidak dapat menawar karena sudah ada ketentuan harga yang ditetapkan dan sesuai
dengan harapan petani.
Petani tidak dapat melakukan proses tawar menawar mereka sudah
mendapatkan harga sesuai dengan harga pasar apabila sudah ada perjanjian yang
dibuat diawal. Petani tidak dirugikan dengan jaminan yang mereka berikan. Jika
tidak ada pihak patron/pedagang yang memberikan bantuan modal ke petani,
petani akan kesusahan dalam memperoleh modal karena tidak semua petani
memiliki pekerjaan sampingan. Pihak patron tidak mempersulit saat petani jeruk
siam membutuhkan bantuan modal, sehingga walaupun petani jeruk harus
menjual jeruk mereka ke pedagang yang memberikan mereka modal petani tidak
merasa keberatan. Petani dengam meminjam modal kepada pihak pedagang tidak
dapat melakukan proses menawar mereka tidak merasa dirugikan karena sudah
ada harga yang disesuaikan diawal. Proses tawar menawar petani menjadi
berkurang karena sudah terjadi harga kesepakan diawal perjanjian saat petani
meminta pinjaman atau panjer terlebih dahulu. Petani yang meminjam modal
kepada pedagang kebanyakan mereka sudah tau apa saja syarat yang harus mereka
lakukan untuk mengembalikan pinjaman yang berasar dari pedagang, jadi petani
walaupun harganya dibawah harga pasaran tidak merasa dirugikan. Hal ini
didukung oleh jawaban informan Sulikat.
“harganya tetep, jualnya disitu jadi gak bisa jual kemana – mana kalo
jual harus dipedang itu, jadi ya harus kepedagang itu nanti kalo gak
dijual kesitu ya kita sendiri malah repot nantinya kalo sampek gak
bisa ngembalikan, kan kita pinjam disitu pedagang itu kan ya uangnya
juga buat modal kalo dijual keorang lain ya gimana”.( Sulikat, 05 Mei
2019).
Sulikat menyatakan bahwa petani tidak dapat menjual buah mereka ke
pedagang lain karena mereka sudah terikat dengan pinjaman modal yang
diperoleh dari pihak pedagang atau patron. Petani di Desa Kencong sudah biasa
meminjam modal kepada pedagang jika ada kepentingan yang mendesak sehingga
mereka tidak begitu mempermasalahkan harga yang ditentukan oleh pedagang.
72
Petani sudah tidak dapat meminta harga lebih tinggi karena sudah ada perjanjian
dari awal harga sudah ditentukan oleh pembeli saat petani meminjam modal,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan tersebut memperbaiki keamanan
dan subsistensi klien/petani.
Alasan petani di Desa Kencong didasarkan atas sikap rasionalnya, dimana
dalam memilih beralih ketanaman jeruk siam petani lebih mudah memperoleh
modal dari meminjam kepada pedagang jeruk. Kemudian modal yang dikeluarkan
oleh pihak patron tersebut bermanfaat untuk memperbaiki keamanan dari pihak
petani. Petani jeruk siam lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman modal karena
ada banyak pihak yang memberikan bantuan modal. Salah satunya pihak pembeli
sebagai pihak patron ini akan memberikan sejumlah modal kepada petani yang
akan menjadi investasi bagi pihak pembeli sebagai pihak patron. Salah satu alasan
petani padi di Desa Kencong memilih usahatani jeruk siam adalah dengan adanya
kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal yang tidak memberatkan petani,
sehingga hubungan yang terjalin antara petani dan pembeli (tengkulak/pedagang
besar) berjalan dengan baik karena memberikan kemudahan. Hal ini didukung
dengan pernyataan informan dibawah ini.
“kalo gak ada biasanya pinjam atau itu minta panjer dulu ke
pedagangnya, soalnya kalo dijeruk ini banyak pedagang yang
memberikan pinjaman soalnya mereka kan ingin mendapatkan
jeruknya juga, kalo gak gitu kan banyak pedagang atau tengkulak
lain”.( Supriono, 09 Mei 2019).
“kalo gak ada biasanya pinjam atau itu minta panjer dulu ke
pedagangnya, soalnya kalo dijeruk ini banyak pedagang yang
memberikan pinjaman soalnya mereka kan ingin mendapatkan
jeruknya juga, kalo gak gitu kan banyak pedagang atau tengkulak
lain”.( Supri, 09 Mei 2019).
Supri menyatakan bahwa petani kebanyakan yang tidak memiliki modal
meminjam ke pedagang untuk membeli kebutuhan. Petani meminjam ke pedagang
karena lebih mudah dan yang menjadi jaminan hanya buah jeruk siam. Pihak
patron atau pembeli meminjami modal kepada petani karena mereka
73
mengganggap hal tersebut sebagai investasi untuk mereka memperoleh
sumberdaya murah, dengan pedagang memberi pinjaman secara otomatis pihak
petani menjual jeruk siam mereka ke pedagang tersebut. Pihak petani jika sudah
memperoleh pinjaman modal dari pedagang mereka memberikan jaminan dengan
buah jeruk siam mereka pada saat panen harus di jual kepada pedagang yang
memberikan modal tersebut. Pihak pedagang dengan memberikan pinjaman
modal kepada petani juga dapat memperoleh sumberdaya murah.
Hubungan ini sebenarnya tidak hanya untuk memperkuat salah satu pihak
karena kedua pihak saling membutuhkan. Petani sebagai pihak klien
membutuhkan modal dan pihak klien membutuhkan buah yang dibudidayakan
petani. Jadi hubungan ini memperkuat diri kedua belah pihak dan tidak saling
merugikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supri.
“Ya sama kayak biasanya buah dijual ke pedagang itu caranya, nanti
jadi petani jika butuh modal lagi lebih gampang kayak hubungan
timbal balik gitu mbak, kan jadinya kita sama – sama tidak dirugikan
soalnya sama – sama butuh”.( Supriono, 09 Mei 2019).
Supri yang menyatakan bahwa sebenarnya alasan petani padi beralih ke
tanaman jeruk siam di Desa Kencong karena mereka beranggapan dengan
melakukan usahatani jeruk siam mereka dapat dengan mudah mendapatkan modal
karena banyaknya pedagang jeruk siam. Petani selain mendapatkan modal mereka
juga mendapatkan kejelasan akan harga dan pembeli yang akan membeli jeruk
siam mereka. Petani tidak perlu mencari pembeli karena dengan adanya pinjaman
modal tersebut sudah sama sebagai panjer, jadi ketika terjadi penurunan harga
atau permintaan jeruk siam dipasar turun petani sudah tidak khawatir. Tindakan
rasional petani tersebut juga memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri selain
mendapatkan modal mereka tidak perlu khawatir ketika jeruk siam mereka sudah
mencapai waktu panen karena sudah ada pembeli yang pasti.
Hubungan timbal balik ini merupakan alasan rasional petani padi beralih
ketanaman jeruk siam. Petani membutuhkan modal yang cepat untuk usahatani
mereka tetapi saat mereka masih menjadi petani padi mereka tidak dapat
74
memperoleh modal dengan cepat. Alasan inilah yang membuat petani padi beralih
ketanaman jeruk siam selain mudah memperoleh modal mereka juga mengurangi
risiko kerugian yang lebih besar. adanya hubungan antara pedagang dan petani
memunculkan prinsip rasional bahwa hubungan ini untuk memperkuat diri.
Hubungan ini memang terlihat seperti menguntungkan salah satu pihak,
namun sebenarnya pihak petani juga memperoleh keuntungan. Memperkuat diri
disini maksudnya petani dan pedagang saling memperkuat diri. Pihak petani dapat
memperoleh modal dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan mereka dan pihak
pedagang memperkuat diri dengan mendapatkan jaminan buah yang digunakan
petani sebagai jaminan modal pinjaman mereka. Hubungan ini tidak hanya
memperkuat diri pihak pedagang/patron namun juga pihak petani sebagai klien.
Hubungan yang terjadi antara pedagang dengan petani jeruk siam di Desa
Kencong sangat baik. Petani jeruk siam lebih mudah dalam memperoleh modal
untuk usahatani jeruk mereka. Salah satu alasan rasional petani padi beralih
usahatani jeruk siam karena kemudahan dalam memperoleh modal untuk
usahatani jeruk siam mereka. Banyak pedagang yang memberikan pinjaman
modal kepada petani jeruk dengan jaminan buah jeruk siam yang petani hasilkan
harus dijual kepada pedagang yang memberikan pinjaman. Pinjaman yang
diberikan pihak pedagang sesuai dengan yang petani butuhkan. Petani harus
memiliki jaminan buah jeruk siam mereka untuk meminjam modal dari pedagang
dan petani harus menjual jeruk siam kepada pedagang tersebut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan informan Supri.
“ya ada pokok harus itu buahnya dijual ke pedagang itu, kalo enggak
ya nanti akan didenda atau harus mengembalikan lebih banyak
soalnya kan uang yang dikeluarkan pegangang itu juga sebagai modal
mereka pastinya mereka gak mau rugi”. ( Supriono, 09 Mei 2019).
Supri yang mengatakan bahwa petani tidak dapat menjual buah jeruk siam
mereka ke pedagang lain karena mereka sudah ada perjanjian dengan pihak
pedagang. Hubungan ini memang terlihat untuk memperkuat diri dari salah satu
pihak khususnya pihak pedagang, namun petani juga membutuhkan modal untuk
usahatani jeruk siam mereka sehingga petani menganggap hubungan ini sebagai
75
hubungan timbal balik karena saling membutuhkan. Pedagang membutuhkan
petani jeruk siam dan petani membutuhkan pedagang untuk mempermudah
penjualan jeruk siam mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Popkin (1979),
bahwa yang berlaku bukan prinsip moral melainkan prinsip rasional. Hubungan
ini prinsipnya rasional dimana petani padi memilih beralih ke tanaman jeruk
karena pada saat melakukan usahatani jeruk siam banyak kemudahan yang
didapatkan petani khususnya dalam memperoleh modal.
76
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Rasionalitas petani dalam beralih jenis tanaman dari padi ke tanaman jeruk di
Desa Kencong diantaranya karena petani dengan beralih jenis tanaman mereka
dapat melakukan investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek.
Investasi jangka panjang yang dilakukan petani adalah dalam bentuk
tanah/sawah dan dalam bentuk anak – anak. Investasi jangka pendek yang
dilakukan petani dalam bentuk hewan ternak dan benda – benda pribadi yang
dapat menghasilkan uang dalam waktu cepat untuk memenuhi kebutuhan yang
mendesak.
2. Selain investasi itu, rasionalitas petani padi beralih ketanaman jeruk siam
karena untuk meminimalisir risiko kegagalan panen pada usahatani padi yang
banyak terjadi, sehingga beralih usahatani jeruk siam dimana walaupun risiko
yang dihadapi cukup besar tetapi hasil yang diperoleh masih menguntungkan.
Petani memilih tanaman jeruk siam karena risiko kegagalan panen lebih kecil
dibandingkan dengan padi dan perawatannya tidak terlalu intens sehingga
dapat melakukan pekerjaan lain.
3. Petani juga memperhitungkan dengan adanya seorang perantara atau peluncur
dalam usahatani jeruk maka mereka lebih mudah dalam memperoleh pedagang
yang berani membeli jeruk siam mereka dengan harga yang lebih tinggi
walaupun harus mengeluarkan biaya. Adanya perantara tersebut menjadikan
petani lebih mudah dalam menjual hasil panen mereka, sehingga petani tidak
perlu khawatir ketika sudah masa panen.
4. Alasan rasional selanjutnya yang membuat petani padi beralih ke tanaman
jeruk siam karena dapat memperoleh modal lebih cepat dan mudah, kemudian
petani juga mendapatkan jaminan pembeli yang akan membeli buah jeruk siam
mereka. Adanya hubungan antara pembeli dan petani mempermudah petani
dalam memperoleh pinjaman modal dan menjamin panen mereka terjual.
77
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian,bahwa rasionalitas petani beralih dari
tanaman padi ketanaman jeruk siam tidak hanya rasionalitas ekonomi akan tetapi
juga terdapat rasionalitas sosial yang dapat digunakan dalam pengembangan teori
rasionalitas kedepannya.
78
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk siam. Yogyakarta: Kanisius.
Adiguno, Rhemo., L. Sitombing., A.T. Hutajulu. 2014. Analisis Akses Pangan di
Provinsi Sumatera Utara. Agroekonomi, 30(1): 1-13.
Arfadi, A. P., Amanah, S., & Sulistiawati, A. (2018). Aksesibilitas dan
Pemanfaatan Informasi Pertanian Accessibility and Utilization of
Agricultural information by Horticultural, 2(1), 123–132.
Badan Pusat Statistika. Statistik Produksi Hortikultura 2014. Jakarta: Kementrian
Pertanian.
Badan Pusat Statistika. Statistik Tanaman Buah – buahan dan Sayuran Tahunan
2017. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Badan Pusat Statistika. Kabupaten Jember dalam Angka 2017. Jember:
Kementrian Pertanian.
Damsar. 2009.Sosiologi Ekonomi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Darmawi, H. 2013. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Faisal, S. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fitrah, M. dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Fatmawati, D. 2017. Petani Padi di Tengah Peralihan Menjadi Petani Sawit:
Pilihan Petani Untuk Mempertahankan atau Beralih Jenis Tanaman Di
Desa Air Hitam Kabupaten Batubara. Skripsi. USU:Sumatera Utara.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Halid, A., A. Murtisari, I. Abuya. 2014. Analisis Perbandingan Usahatani Cabai
Rawit dan Tomat dengan Pendekatan Risiko Investasi di Desa Tolite Jaya
Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Perspektif dan
Pembiayaan Pembangunan Daerah, 1(14): 191-196.
Hasan, M dan Iqbal. 2004. Pokok – Pokok Materi Pengambilan Keputusan.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Herjanto, E. 2009. Sains Manajemen-Analisis Kuantitatif untuk Pengambilan
Keputusan. Jakarta: Grasindo.
79
Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jwa
Timur Tahun 2015-2019. Surabaya: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.
Miles, M. B dan A. M. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. California :
SAGE Publication, Inc.
Moleng, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Modal dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Popkin, S.L. 1979. The rational peasant : The Political Economi Of Rural Society
In Vietnam. England : University of California Press, Ltd.
Pracaya. 2003. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pasca Panen. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Putri, A. N. 2017. Rasionalitas 5 Petani Sayuran (Studi Kasus: Di Nagari Sungai
Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok). Diploma Thesis.
Universitas Andalas.
Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian
Pertanian RI.
Sairin, S., Pujo Semedi, Bambang Hudayana. 2002. Pengantar Antropologi
Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saputra, S, Swastika dan Nurmili. 2012. Pengendalian Penyakit CVPD. Bptp
Riau.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta : Bina
Aksara.
Tim Penulis. 2002. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Jakarta:
Penebar Swadaya.
UPTD GUMUKMAS. 2019. Peningkatan dan Pengembangan Jeruk Siam.
Usman, H. dan P. S. Akbar. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
80
Wade, C dan T. Carol. 2008. Psikologi. Yogyakarta : Kanisius
Winarni, Ayu. 2016. Petani Pisang Organik di Desa Kandangtepus Lumajang.
Skrpisi, UNEJ: Jember.
81
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Rata-Rata Luas Lahan Buah di Indonesia Tahun 2011-2014
2011 2012 2013 2014
1 Alpukat 21.653 20.985 22.214 24.200 22.263 11
2 Belimbing 3.145 3.192 3.117 3.006 3.115 24
3 Duku/langsat 21.282 29.211 26.560 23.212 25.066 10
4 Durian 69.045 63.189 61.246 67.779 65.315 4
5 Jambu biji 9.644 9.753 9.654 9.028 9.520 18
6 Jambu air 13.423 13.393 13.036 13.227 13.270 14
7 Jeruk siam/keprok 47.181 46.187 48.154 51.098 48.155 7
8 Jeruk besar 4.507 5.608 5.362 5.665 5.286 20
9 Jeruk** 51.688 51.795 53.516 52.333 6
10 Mangga 208.280 219.666 247.239 268.053 235.810 1
11 Manggis 16.180 17.852 18.200 15.197 16.857 12
12 Nangka/cempedak 60.896 57.340 53.217 55.693 56.787 5
13 Nenas 12.335 16.997 15.807 15.617 15.189 13
14 Pepaya 11.055 11.702 11.304 10.217 11.070 16
15 Pisang 104.156 103.157 103.449 100.600 102.841 2
16 Rambutan 116.991 96.287 87.063 102.843 100.796 3
17 Salak 24.729 26.941 29.711 28.575 27.489 9
18 Sawo 10.103 10.342 10.018 11.009 10.368 17
19 Markisa 1.747 1.712 1.899 1.462 1.705 25
20 Sirsak 4.221 4.687 4.886 4.900 4.674 21
21 Sukun 12.015 11.117 11.214 11.190 11.384 15
22 Apel 3.728 4.265 3.734 2.773 3.625 23
23 Anggur 390 193 167 219 242 27
24 Melon 6.343 7.110 7.068 8.185 7.177 19
25 Semangka 33.445 33.012 32.210 35.802 33.617 8
26 Blewah 5.123 4.341 2.289 3.435 3.797 22
27 Stroberi 987 810 745 787 832 26
874.292 870.844 883.079 873.772Total
Jenis BuahTahun Rata-Rata
Luas LahanRangkingNo
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
82
Lampiran 2. Data Rata – Rata Share Luas Lahan Buah di Indonesia Tahun
2011-2014
2011 2012 2013 2014
1 Alpukat 2,48 2,40 2,54 2,77 2,55 11
2 Belimbing 0,36 0,37 0,36 0,34 0,36 24
3 Duku/langsat 2,43 3,34 3,04 2,65 2,87 10
4 Durian 7,90 7,23 7,01 7,75 7,47 4
5 Jambu biji 1,10 1,12 1,10 1,03 1,09 18
6 Jambu air 1,54 1,53 1,49 1,51 1,52 14
7 Jeruk siam/keprok 5,40 5,28 5,51 5,84 5,51 6
8 Jeruk besar 0,52 0,64 0,61 0,65 0,60 20
9 Jeruk** 5,91 5,92 6,12 0,00 4,49 7
10 Mangga 23,82 25,13 28,28 30,66 26,97 1
11 Manggis 1,85 2,04 2,08 1,74 1,93 12
12 Nangka/cempedak 6,97 6,56 6,09 6,37 6,50 5
13 Nenas 1,41 1,94 1,81 1,79 1,74 13
14 Pepaya 1,26 1,34 1,29 1,17 1,27 16
15 Pisang 11,91 11,80 11,83 11,51 11,76 2
16 Rambutan 13,38 11,01 9,96 11,76 11,53 3
17 Salak 2,83 3,08 3,40 3,27 3,14 9
18 Sawo 1,16 1,18 1,15 1,26 1,19 17
19 Markisa 0,20 0,20 0,22 0,17 0,20 25
20 Sirsak 0,48 0,54 0,56 0,56 0,53 21
21 Sukun 1,37 1,27 1,28 1,28 1,30 15
22 Apel 0,43 0,49 0,43 0,32 0,41 23
23 Anggur 0,04 0,02 0,02 0,03 0,03 27
24 Melon 0,73 0,81 0,81 0,94 0,82 19
25 Semangka 3,83 3,78 3,68 4,09 3,85 8
26 Blewah 0,59 0,50 0,26 0,39 0,43 22
27 Stroberi 0,11 0,09 0,09 0,09 0,10 26
100 100 101 100 100,00Total
Jenis BuahShare Luas Lahan (%) Rata-Rata Share
Luas LahanRangkingNo
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
83
Lampiran 3. Data Rata – Rata Pertumbuhan Luas Lahan Buah di Indonesia Tahun
2011-2014
2012 2013 2014
1 Alpukat -0,03 0,06 0,09 0,04 8
2 Belimbing 0,01 -0,02 -0,04 -0,01 16
3 Duku/langsat 0,37 -0,09 -0,13 0,05 5
4 Durian -0,08 -0,03 0,11 0,00 12
5 Jambu biji 0,01 -0,01 -0,06 -0,02 17
6 Jambu air 0,00 -0,03 0,01 0,00 13
7 Jeruk siam/keprok -0,02 0,04 0,06 0,03 10
8 Jeruk besar 0,24 -0,04 0,06 0,09 4
9 Jeruk** 0,00 0,03 -1,00 -0,32 27
10 Mangga 0,05 0,13 0,08 0,09 3
11 Manggis 0,10 0,02 -0,17 -0,01 15
12 Nangka/cempedak -0,06 -0,07 0,05 -0,03 20
13 Nenas 0,38 -0,07 -0,01 0,10 1
14 Pepaya 0,06 -0,03 -0,10 -0,02 19
15 Pisang -0,01 0,00 -0,03 -0,01 14
16 Rambutan -0,18 -0,10 0,18 -0,03 21
17 Salak 0,09 0,10 -0,04 0,05 7
18 Sawo 0,02 -0,03 0,10 0,03 9
19 Markisa -0,02 0,11 -0,23 -0,05 23
20 Sirsak 0,11 0,04 0,00 0,05 6
21 Sukun -0,07 0,01 0,00 -0,02 18
22 Apel 0,14 -0,12 -0,26 -0,08 25
23 Anggur -0,51 -0,13 0,31 -0,11 26
24 Melon 0,12 -0,01 0,16 0,09 2
25 Semangka -0,01 -0,02 0,11 0,02 11
26 Blewah -0,15 -0,47 0,50 -0,04 22
27 Stroberi -0,18 -0,08 0,06 -0,07 24
0,40 -0,83 -0,18 -0,20
Rangking
Total
No Jenis BuahTahun
Rata-Rata
Pertumbuhan
Luas Lahan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
84
Lampiran 4. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2015-2017
2015 2016 2017
1 Aceh 184 198,07 477,01 286,4 16
2 Sumatra Utara 6.532 6.662,51 6.675,25 6623,3 3
3 Sumatra Barat 1.601 1.431,79 1.842,56 1625,1 7
4 Riau 381 568,6 493,79 481,1 13
5 Jambi 387 397,74 337,42 374,1 14
6 Sumatra Selatan 448 382,15 784,11 538,1 12
7 Bengkulu 199 172,47 249,46 207,0 21
8 lampung 166 203 326,7 231,9 18
9 Kepulauan Bangka Belitung 143 125,68 32,65 100,4 25
10 Kepualauan Riau 7 8,12 9,51 8,2 31
11 DKI Jakarta 0 0 0,94 0,3 33
12 Jawa Barat 1.603 1.097,85 1.091,10 1264,0 8
13 DI Yogyakarta 95 85,36 94,09 91,5 26
14 Jawa Timur 15.116 25.846,02 18.399,29 19787,1 1
15 Banten 20 20,98 28,2 23,1 29
16 Bali 8.815 8.747,36 8.667,44 8743,3 2
17 Nusa Tenggara Barat 125 61,95 225,13 137,4 22
18 Nusa Tenggara Timur 470 487,22 679,19 545,5 11
19 Kalimantan Barat 6.204 5.688,26 5.198,72 5697,0 4
20 Kalimantan Tengan 285 295,6 368,2 316,3 15
21 Kalimantan Selatan 3.774 3.794,25 4.173,61 3914,0 5
22 Kalimantan Timur 200 253,58 286,51 246,7 17
23 Kalimantan Utara 71 254,67 361,53 229,1 19
24 Sulawesi Utara 4 13,88 16,79 11,6 30
25 Sulawesi Tengah 74 57,02 38,73 56,6 28
26 Sulawesi Selatan 653 590,65 1.419,45 887,7 9
27 Sulawesi Tenggara 1.760 2.456,05 2.019,41 2078,5 6
28 Gorontalo 69 56,74 140,69 88,8 27
29 Sulawesi Barat 934 1.014,39 644,24 864,2 10
30 Maluku 213 218,64 214,51 215,4 20
31 Maluku Utara 101 118,11 108,12 109,1 24
32 Papua Barat 3 0,19 5,46 2,9 32
33 Papua 17 205,42 177,75 133,4 23
50654 61514,32 55587,56
Rangking
Total
No
Provinsi Tahun Rata-Rata
Luas Lahan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
85
Lampiran 5. Data Rata-Rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Provinsi Di
Indonesia Tahun 2015-2017
2015 2016 2017
1 Aceh 0,36 0,32 0,86 0,51 16
2 Sumatra Utara 12,90 10,83 12,01 11,91 3
3 Sumatra Barat 3,16 2,33 3,31 2,93 7
4 Riau 0,75 0,92 0,89 0,85 13
5 Jambi 0,76 0,65 0,61 0,67 14
6 Sumatra Selatan 0,88 0,62 1,41 0,97 12
7 Bengkulu 0,39 0,28 0,45 0,37 21
8 lampung 0,33 0,33 0,59 0,42 18
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,28 0,20 0,06 0,18 25
10 Kepualauan Riau 0,01 0,01 0,02 0,01 31
11 DKI Jakarta 0,00 0,00 0,00 0,00 33
12 Jawa Barat 3,16 1,78 1,96 2,30 8
13 DI Yogyakarta 0,19 0,14 0,17 0,17 26
14 Jawa Timur 29,84 42,02 33,10 34,99 1
15 Banten 0,04 0,03 0,05 0,04 29
16 Bali 17,40 14,22 15,59 15,74 2
17 Nusa Tenggara Barat 0,25 0,10 0,41 0,25 22
18 Nusa Tenggara Timur 0,93 0,79 1,22 0,98 11
19 Kalimantan Barat 12,25 9,25 9,35 10,28 4
20 Kalimantan Tengan 0,56 0,48 0,66 0,57 15
21 Kalimantan Selatan 7,45 6,17 7,51 7,04 5
22 Kalimantan Timur 0,39 0,41 0,52 0,44 17
23 Kalimantan Utara 0,14 0,41 0,65 0,40 19
24 Sulawesi Utara 0,01 0,02 0,03 0,02 30
25 Sulawesi Tengah 0,15 0,09 0,07 0,10 28
26 Sulawesi Selatan 1,29 0,96 2,55 1,60 9
27 Sulawesi Tenggara 3,47 3,99 3,63 3,70 6
28 Gorontalo 0,14 0,09 0,25 0,16 27
29 Sulawesi Barat 1,84 1,65 1,16 1,55 10
30 Maluku 0,42 0,36 0,39 0,39 20
31 Maluku Utara 0,20 0,19 0,19 0,20 24
32 Papua Barat 0,01 0,00 0,01 0,01 32
33 Papua 0,03 0,33 0,32 0,23 23
100,00 100,00 100,00 100,00
Provinsi
Total
Share Luas Lahan (%)Rata-Rata
Share Luas
Lahan RankingNo
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
86
Lampiran 6. Data Rata-Rata Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Provinsi Di Indonesia Tahun 2015-2017.
2016 2017
1 Aceh 0,08 1,4 0,74 6
2 Sumatra Utara 0,02 0,0 0,01 23
3 Sumatra Barat -0,11 0,3 0,09 20
4 Riau 0,49 -0,1 0,18 15
5 Jambi 0,03 -0,2 -0,06 28
6 Sumatra Selatan -0,15 1,1 0,45 9
7 Bengkulu -0,13 0,4 0,16 17
8 lampung 0,22 0,6 0,42 10
9 Kepulauan Bangka Belitung -0,12 -0,7 -0,43 33
10 Kepualauan Riau 0,16 0,2 0,17 16
11 DKI Jakarta 0,00 0,0 0,00 26
12 Jawa Barat -0,32 0,0 -0,16 31
13 DI Yogyakarta -0,10 0,1 0,00 25
14 Jawa Timur 0,71 -0,3 0,21 12
15 Banten 0,05 0,3 0,20 14
16 Bali -0,01 0,0 -0,01 27
17 Nusa Tenggara Barat -0,50 2,6 1,06 5
18 Nusa Tenggara Timur 0,04 0,4 0,22 11
19 Kalimantan Barat -0,08 -0,1 -0,08 29
20 Kalimantan Tengan 0,04 0,2 0,14 18
21 Kalimantan Selatan 0,01 0,1 0,05 21
22 Kalimantan Timur 0,27 0,1 0,20 13
23 Kalimantan Utara 2,59 0,4 1,50 3
24 Sulawesi Utara 2,47 0,2 1,34 4
25 Sulawesi Tengah -0,23 -0,3 -0,28 32
26 Sulawesi Selatan -0,10 1,4 0,65 7
27 Sulawesi Tenggara 0,40 -0,2 0,11 19
28 Gorontalo -0,18 1,5 0,65 8
29 Sulawesi Barat 0,09 -0,4 -0,14 30
30 Maluku 0,03 0,0 0,00 24
31 Maluku Utara 0,17 -0,1 0,04 22
32 Papua Barat -0,94 27,7 13,40 1
33 Papua 11,08 -0,1 5,47 2
15,97 36,66 0,80
Pertumbuhan Rata-Rata
Pertumbuhan
Luas Lahan Ranking
Total
No Provinsi
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
87
Lampiran 7. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kabupaten di
Jawa Timur Tahun 2016 Dan 2017.
2016 2017
1 Pacitan 64,13 101,52 82,825 11
2 Ponorogo 351,54 566,08 458,81 4
3 Trenggalek 10,95 10,83 10,89 23
4 Tulungagung 24,48 76,73 50,605 12
5 Blitar 113,15 148,19 130,67 8
6 Kediri 29,6 55,64 42,62 14
7 Malang 1.421,85 1.533,44 1477,645 3
8 Lumajang 354,12 353,81 353,965 5
9 Jember 45.905,92 5.411,09 25658,505 1
10 Banyuwangi 18.347,58 13.789,20 16068,39 2
11 Bondowoso 36,83 33,92 35,375 16
12 Situbondo 3,6 2,14 2,87 27
13 Probolinggo 17,27 5,16 11,215 22
14 Pasuruan 150,8 78,57 114,685 9
15 Sidoarjo 3,23 4,57 3,9 26
16 Mojokerto 26,03 26,66 26,345 18
17 Jombang 2,44 0,53 1,485 29
18 Nganjuk 143,87 136,44 140,155 7
19 Madiun 5,81 10,64 8,225 24
20 Magetan 46,47 54,57 50,52 13
21 Ngawi 23,91 10,28 17,095 21
22 Bojonegoro 34,45 38,71 36,58 15
23 Tuban 82,34 89,41 85,875 10
24 Lamongan 0,44 1,3 0,87 30
25 Gresik 55,57 1,31 28,44 17
26 Bangkalan 14,95 21,42 18,185 20
27 Sampang 0,08 3,76 1,92 28
28 Pamekasan 19,5 25 22,25 19
29 Sumenep 4,73 4,62 4,675 25
30 Batu 296,25 372,38 334,315 6
67591,89 22967,92 45279,905Total
No Kabupaten/kota
TahunRata-Rata Luas
LahanRangking
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
88
Lampiran 8. Data Rata-Rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut
Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2016 Dan 2017.
2016 2017
1 Pacitan 0,09 0,44 0,27 10
2 Ponorogo 0,52 2,46 1,49 4
3 Trenggalek 0,02 0,05 0,03 22
4 Tulungagung 0,04 0,33 0,19 12
5 Blitar 0,17 0,65 0,41 7
6 Kediri 0,04 0,24 0,14 14
7 Malang 2,10 6,68 4,39 3
8 Lumajang 0,52 1,54 1,03 5
9 Jember 67,92 23,56 45,74 1
10 Banyuwangi 27,14 60,04 43,59 2
11 Bondowoso 0,05 0,15 0,10 16
12 Situbondo 0,01 0,01 0,01 28
13 Probolinggo 0,03 0,02 0,02 24
14 Pasuruan 0,22 0,34 0,28 9
15 Sidoarjo 0,00 0,02 0,01 26
16 Mojokerto 0,04 0,12 0,08 17
17 Jombang 0,00 0,00 0,00 30
18 Nganjuk 0,21 0,59 0,40 8
19 Madiun 0,01 0,05 0,03 23
20 Magetan 0,07 0,24 0,15 13
21 Ngawi 0,04 0,04 0,04 21
22 Bojonegoro 0,05 0,17 0,11 15
23 Tuban 0,12 0,39 0,26 11
24 Lamongan 0,00 0,01 0,00 29
25 Gresik 0,08 0,01 0,04 20
26 Bangkalan 0,02 0,09 0,06 19
27 Sampang 0,00 0,02 0,01 27
28 Pamekasan 0,03 0,11 0,07 18
29 Sumenep 0,01 0,02 0,01 25
30 Batu 0,44 1,62 1,03 6
100 100 100,00
rangking
Total
No Kabupaten/kota
Share (%) rata-rata
share luas
lahan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
89
Lampiran 9. Data Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Timur Tahun 2015-2018.
Pertumbuhan
2017
1 Pacitan 0,37 7
2 Ponorogo 0,38 6
3 Trenggalek -0,01 19
4 Tulungagung 0,68 2
5 Blitar 0,24 10
6 Kediri 0,47 4
7 Malang 0,07 16
8 Lumajang 0,00 18
9 Jember -7,48 29
10 Banyuwangi -0,33 23
11 Bondowoso -0,09 22
12 Situbondo -0,68 24
13 Probolinggo -2,35 27
14 Pasuruan -0,92 25
15 Sidoarjo 0,29 9
16 Mojokerto 0,02 17
17 Jombang -3,60 28
18 Nganjuk -0,05 21
19 Madiun 0,45 5
20 Magetan 0,15 13
21 Ngawi -1,33 26
22 Bojonegoro 0,11 14
23 Tuban 0,08 15
24 Lamongan 0,66 3
25 Gresik -41,42 30
26 Bangkalan 0,30 8
27 Sampang 0,98 1
28 Pamekasan 0,22 11
29 Sumenep -0,02 20
30 Batu 0,20 12
-52,61
No Kabupaten/kota rangking
Total Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
90
Lampiran 10. Data Rata-Rata Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.
No Kecamatan Tahun Rata-Rata
Luas
Lahan/ha
Ranking
2015 2016 2017 2018
1 Kencong 16,71 167,11 164,47 162,17 127,62 5
2 Gumukmas 65,79 55,10 110,36 161,84 98,27 6
3 Puger 0,00 0,00 0,00 0,63 0,16 23
4 Wuluhan 0,74 0,74 0,74 1,11 0,83 16
5 Ambulu 0,47 0,35 1,29 5,72 1,96 13
6 Tempurejo 2,55 0,00 2,55 0,00 1,27 15
7 Silo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
8 Mayang 0,16 0,05 0,07 0,22 0,12 25
9 Mumbulsari 0,16 0,82 0,82 3,88 1,42 14
10 Jenggawah 3,05 10,27 10,27 46,08 17,42 10
11 Ajung 15,49 28,62 30,06 35,18 27,34 8
12 Rambipuji 0,02 0,35 0,94 0,00 0,33 21
13 Balung 0,00 0,00 1,23 1,23 0,62 18
14 Umbulsari 1927,27 1725,33 2404,81 4242,43 2574,96 1
15 Semboro 710,49 745,27 745,27 2510,28 1177,83 2
16 Jombang 229,93 214,64 197,37 214,64 214,14 4
17 Sumberbaru 366,78 233,74 329,30 604,14 383,49 3
18 Tanggul 46,37 46,37 46,30 74,24 53,32 7
19 Bangsalsari 19,74 29,81 31,62 18,42 24,90 9
20 Panti 4,27 4,27 4,60 11,67 6,21 11
21 Sukorambi 0,00 0,00 1,36 1,81 0,79 17
22 Arjasa 1,70 0,06 0,06 0,26 0,52 19
23 Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
24 Kalisat 0,28 0,23 0,00 0,00 0,13 24
25 Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
26 Sumberjambe 0,14 0,00 0,41 0,35 0,22 22
27 Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
28 Jelbuk 0,00 0,00 0,03 0,14 0,04 27
29 Kaliwates 0,00 0,00 0,00 0,40 0,10 26
30 Sumbersari 0,17 0,27 0,30 0,90 0,41 20
31 Patrang 2,85 4,11 1,32 5,77 3,51 12
Total 3415,13 3267,52 4085,55 8103,50 4717,92
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Jember
91
Lampiran 11. Data Rata-rata Share Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kecamatan
di Kabupaten Jember tahun 2015-2018
No Kecamatan share/Tahun Rata-Rata
share Luas
Lahan
Ranking
2015 2016 2017 2018
1 Kencong 0,49 5,11 4,03 2,00 2,91 5
2 Gumukmas 1,93 1,69 2,70 2,00 2,08 6
3 Puger 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 25
4 Wuluhan 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 16
5 Ambulu 0,01 0,01 0,03 0,07 0,03 14
6 Tempurejo 0,07 0,00 0,06 0,00 0,03 13
7 Silo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
8 Mayang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24
9 Mumbulsari 0,00 0,03 0,02 0,05 0,02 15
10 Jenggawah 0,09 0,31 0,25 0,57 0,31 10
11 Ajung 0,45 0,88 0,74 0,43 0,62 8
12 Rambipuji 0,00 0,01 0,02 0,00 0,01 20
13 Balung 0,00 0,00 0,03 0,02 0,01 19
14 Umbulsari 56,43 52,80 58,86 52,35 55,11 1
15 Semboro 20,80 22,81 18,24 30,98 23,21 2
16 Jombang 6,73 6,57 4,83 2,65 5,20 4
17 Sumberbaru 10,74 7,15 8,06 7,46 8,35 3
18 Tanggul 1,36 1,42 1,13 0,92 1,21 7
19 Bangsalsari 0,58 0,91 0,77 0,23 0,62 9
20 Panti 0,13 0,13 0,11 0,14 0,13 11
21 Sukorambi 0,00 0,00 0,03 0,02 0,01 18
22 Arjasa 0,05 0,00 0,00 0,00 0,01 17
23 Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
24 Kalisat 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 23
25 Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
26 Sumberjambe 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 22
27 Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
28 Jelbuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27
29 Kaliwates 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26
30 Sumbersari 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 21
31 Patrang 0,08 0,13 0,03 0,07 0,08 12
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Jember
92
Lampiran 12. Data Pertumbuhan Luas Lahan Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.
No Kecamatan pertumbuhan/Tahun
Rata-Rata Ranking 2016 2017 2018
1 Kencong 9,0 -0,02 -0,01 3,0 2
2 Gumukmas -0,2 1,00 0,47 0,4 13
3 Puger 0,0 0,00 0,00 0,0 21
4 Wuluhan 0,0 0,00 0,50 0,2 18
5 Ambulu -0,2 2,66 3,42 1,9 5
6 Tempurejo -1,0 0,00 -1,00 -0,7 31
7 Silo 0,0 0,00 0,00 0,0 21
8 Mayang -0,7 0,33 2,30 0,6 11
9 Mumbulsari 4,0 0,00 3,72 2,6 3
10 Jenggawah 2,4 0,00 3,48 2,0 4
11 Ajung 0,8 0,05 0,17 0,4 14
12 Rambipuji 14,0 1,72 -1,00 4,9 1
13 Balung 0,0 0,00 0,00 0,0 21
14 Umbulsari -0,1 0,39 0,76 0,4 15
15 Semboro 0,0 0,00 2,37 0,8 9
16 Jombang -0,1 -0,08 0,09 0,0 28
17 Sumberbaru -0,4 0,41 0,83 0,3 16
18 Tanggul 0,0 0,00 0,60 0,2 17
19 Bangsalsari 0,5 0,06 -0,42 0,1 20
20 Panti 0,0 0,08 1,54 0,5 12
21 Sukorambi 0,0 0,00 0,33 0,1 19
22 Arjasa -1,0 0,00 3,03 0,7 10
23 Pakusari 0,0 0,00 0,00 0,0 21
24 Kalisat -0,2 -1,00 0,00 -0,4 30
25 Ledokombo 0,0 0,00 0,00 0,0 21
26 Sumberjambe -1,0 0,00 -0,15 -0,4 29
27 Sukowono 0,0 0,00 0,00 0,0 21
28 Jelbuk 0,0 0,00 3,25 1,1 6
29 Kaliwates 0,0 0,00 0,00 0,0 21
30 Sumbersari 0,6 0,09 2,03 0,9 8
31 Patrang 0,4 -0,68 3,39 1,1 7
Total 27,1 5,0 29,7 20,6
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Jember
93
Lampiran 13. Data Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di Kabupaten
Jember Tahun 2015-2018.
No Kecamatan Tahun /kw
Rata-Rata 2015 2016 2017 2018
1 Kencong 6.768 93.671 75.009 69.062 61.128
2 Gumukmas 25.075 28.357 58.615 14.760 31.702
3 Puger 0 0 0 76 19
4 Wuluhan 368 394 372 337 368
5 Ambulu 194 219 661 2007 770
6 Tempurejo 1.152 0 1.161 0 578
7 Silo 0 0 0 0 0 8 Mayang 79 45 29 64 54 9 Mumbulsari 81 590 419 1215 576
10 Jenggawah 1.286 6.305 4.578 16.408 7.144 11 Ajung 6.003 16.486 13.654 15.401 12.886
12 Rambipuji 9 185 435 0 157 13 Balung 0 0 624 105 182
14 Umbulsari 776.979 584.808 1.073.157 1.518.720 988.416
15 Semboro 271.478 293.811 337.344 455.431 339.516
16 Jombang 90.564 132.209 84.003 67.550 93.582
17 Sumberbaru 161.417 147.858 171.178 132.979 153.358
18 Tanggul 18.247 26.125 24.145 38.678 26.799
19 Bangsalsari 7.200 13.594 12.070 720 8.396
20 Panti 1.573 2.563 2.210 15.589 5.484
21 Sukorambi 0 0 643 651 324
22 Arjasa 621 31 28 415 274
23 Pakusari 0 0 0 0 0
24 Kalisat 129 142 0 0 68
25 Ledokombo 0 0 0 0 0
26 Sumberjambe 64 0 216 114 99
27 Sukowono 0 0 0 0 0
28 Jelbuk 0 0 16 17 8
29 Kaliwates 0 0 0 348 87
30 Sumbersari 68 124 127 114 108
31 Patrang 1.067 1.250 546 1.957 1.205
Total 1.370.422 1.348.767 1.861.240 2.352.718 1.733.287
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember
94
Lampiran 14. Data Share Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di Kabupaten
Jember Tahun 2015-2018.
No Kecamatan Share/Tahun Rata-rata
share (%) ranking
2015 2016 2017 2018
1 Kencong 0,49 6,94 4,03 2,94 3,60 5
2 Gumukmas 1,83 2,10 3,15 0,63 1,93 6
3 Puger 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26
4 Wuluhan 0,03 0,03 0,02 0,01 0,02 16
5 Ambulu 0,01 0,02 0,04 0,09 0,04 13
6 Tempurejo 0,08 0,00 0,06 0,00 0,04 14
7 Silo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
8 Mayang 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 25
9 Mumbulsari 0,01 0,04 0,02 0,05 0,03 15
10 Jenggawah 0,09 0,47 0,25 0,70 0,38 10
11 Ajung 0,44 1,22 0,73 0,65 0,76 8
12 Rambipuji 0,00 0,01 0,02 0,00 0,01 20
13 Balung 0,00 0,00 0,03 0,00 0,01 19
14 Umbulsari 56,70 43,36 57,66 64,55 55,57 1
15 Semboro 19,81 21,78 18,12 19,36 19,77 2
16 Jombang 6,61 9,80 4,51 2,87 5,95 4
17 Sumberbaru 11,78 10,96 9,20 5,65 9,40 3
18 Tanggul 1,33 1,94 1,30 1,64 1,55 7
19 Bangsalsari 0,53 1,01 0,65 0,03 0,55 9
20 Panti 0,11 0,19 0,12 0,66 0,27 11
21 Sukorambi 0,00 0,00 0,03 0,03 0,02 18
22 Arjasa 0,05 0,00 0,00 0,02 0,02 17
23 Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
24 Kalisat 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 23
25 Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
26 Sumberjambe 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 22
27 Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28
28 Jelbuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27
29 Kaliwates 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 24
30 Sumbersari 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 21
31 Patrang 0,08 0,09 0,03 0,08 0,07 12
Total 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember
95
Lampiran 15. Data Pertumbuhan Produksi Jeruk Siam Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember Tahun 2015-2018.
No Kecamatan
pertumbuhan/tahun rata-
rata
share
(%)
RANKING 2016 2017
2018
1 Kencong 12,84 -0,20 -0,08 4,19 3
2 Gumukmas 0,13 1,07 -0,75 0,15 14
3 Puger 0,00 0,00 0,00 0,00 18
4 Wuluhan 0,07 -0,06 -0,09 -0,03 24
5 Ambulu 0,13 2,02 2,04 1,39 7
6 Tempurejo -1,00 0,00 -1,00 -0,67 31
7 Silo 0,00 0,00 0,00 0,00 18
8 Mayang -0,43 -0,36 1,21 0,14 15
9 Mumbulsari 6,28 -0,29 1,90 2,63 4
10 Jenggawah 3,90 -0,27 2,58 2,07 6
11 Ajung 1,75 -0,17 0,13 0,57 9
12 Rambipuji 19,56 1,35 -1,00 6,64 1
13 Balung 0,00 0,00 -0,83 -0,28 28
14 Umbulsari -0,25 0,84 0,42 0,33 10
15 Semboro 0,08 0,15 0,35 0,19 13
16 Jombang 0,46 -0,36 -0,20 -0,03 25
17 Sumberbaru -0,08 0,16 -0,22 -0,05 26
18 Tanggul 0,43 -0,08 0,60 0,32 11
19 Bangsalsari 0,89 -0,11 -0,94 -0,05 27
20 Panti 0,63 -0,14 6,05 2,18 5
21 Sukorambi 0,00 0,00 0,01 0,00 17
22 Arjasa -0,95 -0,10 13,82 4,26 2
23 Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 18
24 Kalisat 0,10 -1,00 0,00 -0,30 29
25 Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 18
26 Sumberjambe -1,00 0,00 -0,47 -0,49 30
27 Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 18
28 Jelbuk 0,00 0,00 0,06 0,02 16
29 Kaliwates 0,00 0,00 0,00 0,00 18
30 Sumbersari 0,82 0,02 -0,10 0,25 12
31 Patrang 0,17 -0,56 2,58 0,73 8
Total 24
Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember
96
Lampiran 16. Reduksi Data
I. Kode Reduksi Data
Tema Keterangan
1 Rasionalitas petani padi beralih ke jeruk siam
IS : Investasi dan Spekulasi
DS : Desa (Risiko dan Asuransi)
FR : Free Rider
HPK : Hubungan Patron Klien
II. Rasionalitas petani padi beralih ke usahatani jeruk siam
No Informasi Investasi dan Spekulasi
Investasi (petani melakukan investasi yang
berisiko)
1. H. Hanif. Hanif
(Sabtu, 4 Mei
2019)
pingin memperoleh duwet gedi, ya terus kalo jeruk
itu gak ruwet lak padi ruwet terus tenaga kerjanya
banyak, kalo jeruk cuma 2 kali dalam 1 tahun
perawatannyaa gak ruwet. Hasilnya juga lebih
menguntungkan jeruk.
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
tapi ya kalo dibandingkan padi yang lebih cepet, tapi
kalo jeruk ini agak lama dan modalnya ya besar jadi
ya sekitar 4 tahun waktu sudah banyak buah itu
sudah bisa kembali mbak investasi, kalo buahnya
bagus itu malah gak sampek 4 tahun normalnya.
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
.....modal awal banyak jadi ya sudah saya
perhitungkan kalo 3 tahun itu sadah bisa mulai buah
dan sudah bisa dipanen.....buat beli tanah sedikit kalo
ada sisa itu
4. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
lek dek jeruk iki ini kerjaan harian, enak kan jeruk ini
hasilnya lumayan kadang rugi kadang bati kuwi kan
umum enak lah
97
No. Informasi Investasi dan Spekulasi
Investasi ( Tujuan pribadi)
1. H. Hanif. Hanif
(Sabtu, 4 Mei
2019)
pingin duwe duwet akeh
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
ya itu mbak untuk menambah ekomoni
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
ya mengejar penghasilan kan jeruk mahal, sekarang
sulit. Dulu sampek harga 7000 per kilo sekarang
3500 – 4000 gak nutut, disawah tapi lain dipasar.
4. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
....Pingin koyok laine entok asil gedi meningkat
ngono ekonomine
5. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
yo awale sih tanam awal – awale kuwi sukses dadi
diterosne dilanjut lanjut lanjut.
No. Informan Investasi dan Spekulasi
Investasi (Jangka Panjang)
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
ya sawah itu tanah, sama dikembangkan di jeruk
sama padi terus wes munyer – munyer, pokok kalo
tanam jeruk itu ya saya ada beberapa lahan yang saya
tanam padi jadi hasil dari jeruk bisa buat modal lagi,
tapi kalo padi itu bisa buat makan biar gak beli beras,
jeruk itu enak mbak hasilnya bisa buat beli itu tadi
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
[.....] hasilnya untuk hari tua menyekolahkan anak –
anak, kan kalo anak –anak biar bisa sarjana terus
dapat kerja bagus kan itu nanti bisa memperbaiki
ekonomi keluarga [....]
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
ada itu buat beli tanah sedikit, sama buat modal lagi
untuk kedepannya, jadi kalo jeruk itu hasilnya bisa
98
terkumpul soalnya sekali panen kan bisa dapat
beberapa ton
4. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
[.....] menyekolahkan anak – anak itu pasti mbak,
kalo dari jeruk ini hasilnya bisa buat menabung jadi
nantinya bisa buat anak – anak sekolah
5. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
yo simpan sama nyekolahne anak kan biaya sekolah
itu semakin tinggi jenjangnya semakin banyak, jadi
kalo tanam jeruk ini bisa buat arep – arep
kedepannya sudah ada yang dapat diharapkan untuk
memenuhi kebutuhan anak – anak buat sekolah jadi
anak bisa sekolah sampek tinggi
6. Supri (Jumat, 09
Mei 2019)
kalo panjangnya ya ada itu buat beli lahan sedikit tapi
nyelengi asel jeruk ket awal duduk mekgor saiki tok.
No. Informasi Investasi dan Spekulasi
Investasi (jangka pendek)
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
benda – benda pribadi ya mobil itu mbak, salon
(sound system), selain buat beli tanah itu sebelum
terkeumpul ya saya gunakan buat beli barang –
barang lain
2. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
[....] beli hewan ternak nanti kan jadi banyak bisa
dijual anaknya kalo ada kebutuhan mendesak, jadi
kalo beli ternak ini kalo ada kebutuhan yang tiba –
tiba bisa langsung dijual
3. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
.....dikumpulne iso dadi ngeneki (perhiasan), iso tuku
mobil.....
No. Informasi Investasi dan Spekulasi
Investasi (krisis subsistensi jangka panjang)
99
1. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
ya digunakan untuk kebutuhan sehari – hari ya
lebihnya disimpan tapi sekarang harganya murah ya
buah kebutuhan sekahari – hari.
2. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
yo iya kalo bisa menabung , untuk menabung.
3. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
sebagaian sebagai kebutuhan sehari – hari sisane yo
simpan....
No. Informan Desa
Risiko budidaya
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
ya virus......
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
penyakit jeruk virus jamur , apalagi sekarang banyak
penyakit, sehingga banyak yang dibongkar tapi kalo
padi itu lebih banyak bisa gagal panen
3. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
Penyakit yo jamur kutu koyok tumo dek godong itu
menyebabkan kekeringan pada batang.
No. Informan Desa
Risiko Panen
1. H. Hanif (Sabtu, 4
Mei 2019)
harga kuwi, sama ya ada biasanya kalo orang ngambil
untuk dimakan orang mencari rumput
2. Sugianto
(Sabtu,04Mei2019)
risiko pencurian, harga sekarang ini anjlok terus
3. Mat (Minggu, 05
Mei 2019)
yo kuwi mau wes pencuri kuwi maleng mau lak gak
enek yo uwes enak wes. Pokok yo risikone kuwi wes
maleng lak gak enek kuwi yo enak wes, lek wes
100
keterak maling yo piro – piroo yo entek.
4. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
maleng kuwi akeh yo, maleng jeruk ada contohnya ya
suami saya pernah nyewo disini gak disambang
kepaten mertua saya meninggal wayah ngunduh habis
5. Supri (Jumat, 09
Mei 2019)
yo risikone yo rego kuwi mau, tapi lek rego larang yo
risikone tambah mbak maling mau tambah akeh lek
risiko koyok penyakit kan sek kenek ditanggulangi
tapi yo saiki rego murah aku yo enek senenge enek
gake, senenge maling gak enek tapi susae kuwi
modale suwi mbalike.
No. Informasi Desa
Asuransi (lembaga –lembaga desa)
1. H. Hanif (Sabtu, 4
Mei 2019)
ya kan kalo kelompok tani iku cuma kalo ada
keruwetan pembelian rabok iku, saya juga gak
pernah dapat saya gak diikutkan, saya memilih
mandiri kalo jeruk ini, soalnya kan belum ada di desa
sini asuransi atau kelompok tani untuk tanaman
hortikultura
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
ya belum mendukung, sekarang itu gak sama, kalo
dulu itu ada PPL, dulu ada penyuluh dulu tapi itu dari
pertanian
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
.....kadang ya diundang kumpulan ya ikut.
No. Informan Desa
Asuransi (kesejahteraan belum pasti)
1. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
.....belum bisa mensejahterakan petani
101
2. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
kalo lembaga belum bisa mensejahterakan kalo dari
usaha petanibagus bisa sejahtera......
3. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
belum bisa mensejahterakan karena kan kurang merata
dalam pemberian bantuan apalagi untuk jeruk ini
malah tidak ada sama sekali, paling ada dari pihak
swasta tapi kan ada uang tebusannya
No. Informan Desa
Asuransi pribadi
1. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
menjaga agar buah tidak hilang, pasti buah bisa hilang
diambil orang ya itu buah ya risikonya itu sama ya
harga, tapi yang paling penting kalo sudah jeruk mulai
berbuah itu ya saya jaga sendiri
2. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
ya tidak ada kepastian ada ppl tapi gak pernah ada
disini sosialisasi buat petani jeruk, makanya lebih
memilih investasi pribadi dan tabungan daripada dari
desa, seng kenal yo entok
No. Informan Free Rider
Perantara antara petani dengan pedagang
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
dalakne jerukku dikekne dek juragan – juragan engko
dikekne dek pasar, teros sewan menyewan kuwi yo
enek mbak, nanti itu ngasih ke kepeluncur tapi lek dek
jeruk biasane peluncur iki entok teko pedagang yo teko
petani dadi akeh entoke sek gurong lak main rego pisan
malah akeh mbak
2. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
ya itu kalo makelar tergantung itu nanti mau dijual
kwitanlan atau ditebas, ya kalo biasanya kalo ditebas.....
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
ya lewat petani dijual apa enggak, dicarikan pedagang
sana - sana itu biasanya ada yang sampek dari jawa
tengah tulungagung sampek, terus harganya mahal tapi
102
orang seperti itu jika ada kerugian dipihak petani
mereka tidak ikut campur tapi banyak petani yang
mengikuti menawarkan ke peluncur tersebut
4. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
penjual itu ke orang itu. ya tergantung orangnya ada
yang minta berapa ....
5. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
Kadang ya petani yang minta dicarikan pembeli kadang
memang dari pembeli yang nyuruh, jadi jika ada satu
petani yang jual nanti petani lain ikut dijual melalui itu
6. Supri (Jumat, 09
Mei 2019)
ada yo ada ngono kuwi yo dek kene koyok peluncur
seng gowo pedagang ngono kuwi yo mbak. Tapi yo lek
wong ngono kuwi iki yo kan gowo pedagang ngono,
tapi lek peluncur kuwi yo engko entok satus rongatus
perkelo tego pedagange tapi engko yo entok teko petani
pisan.
No. Informan Free Rider
Pengorbanan yang harus dikeluarkan dan risikonya
1. Sugianto (Sabtu,
04 Mei 2019)
Ya ada tapi kalo yang jujur ya kalo yang gak jujur itu
ada, seperti teman saya itu ada peluncur yang gak
jujur sampek sekarang belum dibayar, jadi sebelum
menggunakan jasanya peluncur itu sudah harus
memperhitungkan pengorbanan dan risikonya [....]
No. Informan Free Rider
membantu petani
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
ya membantu kalo yang jujur itu jadi ya lebih cepet
terjual dan mambantu menurut saya, apalagi kalo
sampek mendatangkan pedagang besar itu semakin
banyak petani yang mencari jasanya
2. Sugianto (Sabtu, ya mambentu itu sebenarnya ya tapi kalo yang jujur.....
103
04 Mei 2019)
3. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
[.....] ya membantu gampangane ben cepet keluar, lek
gak ada itu yo pedagang gak datang, dengan adanya
orang – orang itu ya membantu petani sekali makanya
sekarang banyak yang ngikut nanem jeruk siam
4. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
iya merasa terbantu.
5. Ibu Endrowati
(Jumat, 09 Mei
2019)
ya merasa terbantu apalagi seperti saya kan dagang.
No. Informan Hubungan Patron Klien
Hub. Eksploitasi untuk memperoleh sumberdaya
murah
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
buahnya itu mbak wes gak iso didol dek endi – endi,
saumpomo bon wes yo engko jeruke yo didol dek
juragan kuwi, kyok petani kudu meloki rego teko
pedagang tapi kadang enek seng sek nawar tapi gak
kabeh pedagang sebagian tok mbak, jadi kadang wes
enek perjanjian teko awal ngono
2. Supri (Jumat, 09
Mei 2019)
yo engko kuwi regone lak saumpomo umume 4250
engko yo dituku 4000 ngono dadi yo gak podo karo
rego umume tapi gawe seng minjam didagang lo kuwi
lek ora minjem yo regone melu rego umum. Petani opo
ae lek wes nyileh duwit rego yo wes standar.
No. Informan Hubungan Patron Klien
Menghambat proses tawar menawar petani
1. Sulikat (Minggu, harganya tetep, jualnya disitu jadi gak bisa jual kemana
104
05 Mei 2019) – mana kalo jual harus dipedang itu, jadi ya harus
kepedagang itu nanti kalo gak dijual kesitu ya kita
sendiri malah repot nantinya kalo sampek gak bisa
ngembalikan, kan kita pinjam disitu pedagang itu kan
ya uangnya juga buat modal kalo dijual keorang lain ya
gimana
No. Informan Hubungan Patron Klien
Investasi yang dikeluarkan patron untuk
memperbaiki keamanan klien/petani
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
pribadi, tapi ya kalo gak ada biasanya itu pinjam dari
pembeli
2. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
....pinjam ke pembeli juga kalo gak punya uang untuk
beli obat.
3. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
kalo gak ada biasanya pinjam atau itu minta panjer dulu
ke pedagangnya, soalnya kalo dijeruk ini banyak
pedagang yang memberikan pinjaman soalnya mereka
kan ingin mendapatkan jeruknya juga, kalo gak gitu
kan banyak pedagang atau tengkulak lain
No. Informan Hubungan Patron Klien
Menghambat proses tawar menawar petani
1. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
harganya tetep, jualnya disitu jadi gak bisa jual kemana
– mana kalo jual harus dipedang itu, jadi ya harus
kepedagang itu nanti kalo gak dijual kesitu ya kita
sendiri malah repot nantinya kalo sampek gak bisa
ngembalikan, kan kita pinjam disitu pedagang itu kan
ya uangnya juga buat modal kalo dijual keorang lain ya
gimana
105
No. Informan Hubungan Patron Klien
Menjaga hubungan tetap timbal balik
1. H. Hanif (Sabtu,
4 Mei 2019)
buah mbak, terus ada hitam diatas putih
2. Sulikat (Minggu,
05 Mei 2019)
yo jeruknya dijual disitu lek pinjam dagang.
3. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
Ya sama kayak biasanya buah dijual ke pedagang itu
caranya, nanti jadi petani jika butuh modal lagi lebih
gampang kayak hubungan timbal balik gitu mbak, kan
jadinya kita sama – sama tidak dirugikan soalnya sama
– sama butuh
No. Informan Hubungan Patron Klien
Hub. Untuk memperkuat diri
1. Supriono (Jumat,
09 Mei 2019)
ya ada pokok harus itu buahnya dijual ke pedagang itu,
kalo enggak ya nanti akan didenda atau harus
mengembalikan lebih banyak soalnya kan uang yang
dikeluarkan pegangang itu juga sebagai modal mereka
pastinya mereka gak mau rugi.
106
Lampiran 17 Display data
A. Investasi dan Spekulasi beralih jenis tanaman jeruk siam
Tabel 1.1 Investasi dan spekulasi petani jeruk di Desa Kencong
No Nama Kriteria Petani Investasi
Luas
Lahan
Pekerjaan Usia Pendidikan
1 H. Hanif 13 ha petani jeruk 35 SMA Tanah dan
benda pribadi
2 Sugianto ¼ ha Petani
jeruk/PNS
51 SD Anak –anak
3 Sulikat 1 ha Petani
Jeruk/Buruh
51 SD Tanah
4 Supriono ¼ ha Petani
jeruk/buruh
36 SD Anak –anak
dan Hewan
ternak
5 Endrowati ¼ ha Petani
jeruk/pedagang
43 SMP Anak dan
Benda pribadi
6 Mat Tinggal ¼ ha Petani
jeruk/buruh
49 SD Anak – anak
7 Supri 3 ha Petani Jeruk 43 SMP Anak dan
tanah
Sumber: Data Primer diolah 2019
107
B. Risiko dan Asuransi
Pola 1
Risiko Risiko
budidaya
“ya virus....”(h.hanif, 4 Mei 2019)
“ya itu mbak penyakit jeruk virus
jamur, apalagi sekarang banyak
penyakit, sehingga banyak yang
dibongkar tapi kalo padi itu lebih
banyak bisa gagal panen” (
Sugianto 4 Mei 2019)
“Penyakit yo jamur kutu koyok
tumo dek godong itu
menyebabkan ke-keringan pada
batang”( Supriono, 09 Mei 2019)
Risiko
panen
“harga kuwi, sama ya ada biasanya
kalo orang ngambil untuk dimakan
orang mencari rumput” (H.Hanafi, 4
Mei 2019)
“risiko pencurian, harga sekarang
ini anjlok terus” ( Sugianto, 4 Mei
2019)
“maleng kuwi akeh yo,
maleng jeruk ada contohnya
ya suami saya pernah nyewo
disini gak disambang kepaten
mertua saya meninggal wayah
ngunduh entek dadi milihi”.
(Ibu Endrowati, 09 Mei 2019)
Penyakit
Pencurian
Harga
“yo risikone yo rego kuwi mau,
tapi lek rego larang yo risikone
tambah mbak maling mau tambah
akeh lek risiko koyok penyakit kan
sek kenek ditanggulangi tapi yo
saiki rego murah aku yo enek
senenge enek gake, senenge
maling gak enek tapi susae kuwi
modale suwi mbalike”( Supri, 09
Mei 2019)
“yo kuwi mau wes pencuri
kuwi maleng mau lak gak enek
yo uwes enak wes. Pokok yo
risikone kuwi wes maleng lak
gak enek kuwi yo enak wes,
lek wes keterak maling yo piro
– piroo yo entek”( Mat, 05 Mei
2019)
108
Pola 2
Asuransi Asuransi
desa
“ya kan kalo kelompok tani iku
cuma kalo ada keruwetan pembelian
rabok iku, saya juga gak pernah
dapat saya gak diikutkan, saya
memilih mandiri kalo jeruk ini,
soalnya kan belum ada di desa sini
asuransi atau kelompok tani untuk
tanaman hortikultura”H. Hanif, 4
Mei 2019)
“ya belum mendukung, sekarang
itu gak sama, kalo dulu itu ada
PPL, dulu ada penyuluh dulu tapi
itu dari pertanian”( Sugianto 4 Mei
2019)
“sistem kelompok tani ada, kadang
ya diundang kumpulan ya ikut”(
Sulikat 5 Mei 2019)
“kurang mendukung tapi dulu
kadang – kadang ngasih obat jeruk
itu”( Supriono 09 Mei 2019)
“.....belum bisa mensejahterakan
petani”.( Sugianto 4 Mei 2019)
“kalo lembaga belum bisa men-
sejahterakan kalo dari usaha petani
bagus bisa sejahtera......”.(. Sulikat 5
Mei 2019)
“belum bisa mensejahterakan karena
kan kurang merata dalam pemberian
bantuan apalagi untuk jeruk ini
malah tidak ada sama sekali, paling
ada dari pihak swasta tapi kan ada
uang tebusannya”. (. Supriono 09
Mei 2019)
Kesejahteraan
petani belum
pasti
Kurang
mendukung
Asuransi
Pribadi
“menjaga agar buah tidak hilang, pasti
buah bisa hilang diambil orang ya itu
buah ya risikonya itu sama ya harga,
tapi yang paling penting kalo sudah
jeruk mulai berbuah itu ya saya jaga
sendiri” ( Sulikat, 5 Mei 2019)
“ya tidak ada kepastian ada ppl tapi gak
pernah ada disini sosialisasi buat petani
jeruk, makanya lebih memilih investasi
pribadi dan tabungan daripada dari
desa, seng kenal yo entok”. (Ibu
Endrowati, 09 Mei 2019)
109
C. Free Rider
Pola 1
Free
Riders
Perantara
antara petani
dengan
pedagang
“dalakne jerukku dikekne dek juragan –
juragan engko dikekne dek pasar, teros
sewan menyewan kuwi yo enek mbak,
nanti itu ngasih ke kepeluncur tapi lek dek
jeruk biasane peluncur iki entok teko
pedagang yo teko petani dadi akeh entoke
sek gurong lak main rego pisan malah akeh
mbak”. (H.Hanif, 4 Mei 2019)
“ya lewat petani dijual apa enggak,
dicarikan pedagang sana - sana itu biasanya
ada yang sampek dari jawa tengah
tulungagung sampek, terus harganya mahal
tapi orang seperti itu jika ada kerugian
dipihak petani mereka tidak ikut campur
tapi banyak petani yang mengikuti
menawarkan ke peluncur tersebut”.( Sulikat
5 Mei 2019)
Kadang ya petani yang minta dicarikan
pembeli kadang memang dari pembeli
yang nyuruh, jadi jika ada satu petani
yang jual nanti petani lain ikut dijual
melalui itu”.(Ibu Endrowati, 09 Mei
2019)
“penjual itu ke orang itu. ya tergantung
orangnya ada yang minta berapa ....”.(
Supriono 09 Mei 2019)
“ya itu kalo makelar tergantung itu
nanti mau dijual kwitanlan atau ditebas,
ya kalo biasanya kalo ditebas.....”.(
Sugianto 4 Mei 2019)
“ada yo ada ngono kuwi yo dek kene
koyok peluncur seng gowo pedagang
ngono kuwi yo mbak. Tapi yo lek wong
ngono kuwi iki yo kan gowo pedagang
ngono, tapi lek peluncur kuwi yo engko
entok satus rongatus perkelo tego
pedagange tapi engko yo entok teko
petani pisan”( Supri, 09 Mei 2019)
110
Pola 2
Pola 3
Free
Riders
Pengorbanan
yang harus
dikeluarkan
beserta
risikonya
“Ya ada tapi kalo yang jujur ya kalo
yang gak jujur itu ada, seperti teman
saya itu ada peluncur yang gak jujur
sampek sekarang belum dibayar, jadi
sebelum menggunakan jasanya peluncur
itu sudah harus memperhitungkan
pengorbanan dan risikonya [....]”.(
Sugianto, 04 Mei 2019)
Free
Riders
“ya membantu kalo yang jujur itu jadi ya
lebih cepet terjual dan mambantu menurut
saya, apalagi kalo sampek mendatangkan
pedagang besar itu semakin banyak petani
yang mencari jasanya”. (H. Hanif, 04 Mei
2019)
“ya merasa terbantu apalagi seperti
saya kan dagang”(Ibu Endrowati, 09
Mei 2019)
“iya merasa terbantu”( Supriono, 09
Mei 2019)
“[.....] ya membantu gampangane ben
cepet keluar, lek gak ada itu yo pedagang
gak datang, dengan adanya orang – orang
itu ya membantu petani sekali makanya
sekarang banyak yang ngikut nanem jeruk
siam”.( Sulikat, 05 Mei 2019)
“ya mambentu itu sebenarnya ya tapi
kalo yang jujur.....”( Sugianto 4 Mei
2019)
Petani
merasa
terbantu
111
D. Hubungan Patron Klien
Pola 1
Pola 2
Hubungan
Patron Klien
Hub.
Eksploitasi
untuk
memperoleh
sumberdaya
murah
“buahnya itu mbak wes gak iso
didol dek endi – endi, saumpomo
bon wes yo engko jeruke yo didol
dek juragan kuwi, kyok petani
kudu meloki rego teko pedagang
tapi kadang enek seng sek nawar
tapi gak kabeh pedagang sebagian
tok mbak, jadi kadang wes enek
perjanjian teko awal ngono”.(H.
Hanif, 04 Mei 2019)”
“yo engko kuwi regone lak
saumpomo umume 4250 engko yo
dituku 4000 ngono dadi yo gak
podo karo rego umume tapi gawe
seng minjam didagang lo kuwi lek
ora minjem yo regone melu rego
umum. Petani opo ae lek wes
nyileh duwit rego yo wes standar”(
Supri, 09 Mei 2019)
Hubungan
Patron Klien
Menghambat
proses tawar
menawar petani
“harganya tetep, jualnya disitu jadi
gak bisa jual kemana – mana kalo
jual harus dipedang itu, jadi ya harus
kepedagang itu nanti kalo gak dijual
kesitu ya kita sendiri malah repot
nantinya kalo sampek gak bisa
ngembalikan, kan kita pinjam disitu
pedagang itu kan ya uangnya juga
buat modal kalo dijual keorang lain
ya gimana”.( Sulikat, 05 Mei 2019)
112
Pola 3
Pola 4
Hubungan
Patron Klien
Investasi yang
dikeluarkan
patron untuk
memperbaiki
keamanan
klien/petani
“pribadi, tapi ya kalo gak ada
biasanya itu pinjam dari
pembeli”.(H. Hanif, 4 Mei 2019)
“....pinjam ke pembeli juga kalo
gak punya uang untuk beli
obat”.( Sulikat 5 Mei 2019)
“kalo gak ada biasanya pinjam
atau itu minta panjer dulu ke
pedagangnya, soalnya kalo
dijeruk ini banyak pedagang
yang memberikan pinjaman
soalnya mereka kan ingin
mendapatkan jeruknya juga,
kalo gak gitu kan banyak
pedagang atau tengkulak lain”.
( Supri, 09 Mei 2019)
Hubungan
Patron Klien
Menjaga
hubungan tetap
timbal balik
“buah mbak, terus ada hitam
diatas putih”.(H. Hanif, 4 Mei
2019)
“yo jeruknya dijual disitu lek
pinjam dagang”.( Sulikat 5
Mei 2019)
“Ya sama kayak biasanya buah
dijual ke pedagang itu caranya,
nanti jadi petani jika butuh
modal lagi lebih gampang
kayak hubungan timbal balik
gitu mbak, kan jadinya kita
sama – sama tidak dirugikan
soalnya sama – sama butuh”.(
Supri, 09 Mei 2019)
113
Pola 5
Hubungan
Patron Klien
Hub. Untuk
memperkuat
diri
“ya ada pokok harus itu
buahnya dijual ke pedagang
itu, kalo enggak ya nanti akan
didenda atau harus
mengembalikan lebih banyak
soalnya kan uang yang
dikeluarkan pegangang itu
juga sebagai modal mereka
pastinya mereka gak mau
rugi”. ( Supriono 09 Mei
2019)
114
Lampiran 18. Panduan Wawancara
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PANDUAN WAWANCARA
JUDUL : Rasionalitas Petani Padi Memilih Usahatani Jeruk Siam di
Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
LOKASI : Desa Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Jumlah Anggota Keluarga : Orang
Lama Kegiatan Usaha tani : Tahun
Status Kepemilikan Lahan :
Pewawancara
Nama : Desi Indriana
NIM : 151510601146
Tanggal Wawancara :
Informan
( )
115
A. Informasi Umum
1. Berapa anggota keluarga anda?
2. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai petani?
3. Bagaimana anda awal mula melakukan usahatani jeruk siam?
4. Apa saja kendala dalam menanam jeruk siam?
5. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut?
6. Bagaimana proses budidaya jeruk siam?
7. Apa saja input yang digunakan dalam budidaya jeruk siam?
8. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan?
B. Rasionalitas Petani Padi Memilih Usahatani Jeruk di Desa Kencong
Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
1. Apa yang menjadi dasar anda sehingga memilih beralih jenis tanaman jeruk
siam yang anda tanam saat ini?
2. Apa tujuan anda lebih memilih membudidayakan jeruk siam daripada tanaman
padi?
3. Bagaimana perkiraan perhitungan investasi anda saat melakukan usahatani
jeruk siam?
4. Investasi – investasi apa saja yang anda lakukan saat melakukan usahatani
jeruk siam?
5. Menurut Anda dalam usahatani usahatani jeruk siam berapa lama investasi
anda kembali?
6. Apakah ada adat/kebudayaan/kebiasaaan di desa yang mengatur petani?
7. Apakah lembaga – lembaga desa tersebut mendukung Anda dalam melakukan
usahatani jeruk siam?
8. Apakah dengan Anda tergabung pada lembaga tersebut asuransi yang anda
dapat disana sudah dapat mensejahterakan dimasa depan?
9. Risiko apa saja yang anda hadapi ketika menanam jeruk siam?
10. Apakah dalam usahatani jeruk ada oknum – oknum yang ingin mengambil
keuntungan tanpa ikut berkontribusi?
11. Seperti apa oknum – oknum tersebut?
116
12. Bagaimana pendapat Anda dengan adanya oknum – oknum tersebut?
13. Apakah dengan adanya oknum tersebut Anda merasa terbantu?
14. Bagaimana Anda dalam memperoleh modal untuk usahatani jeruk siam?
15. Bagaimana cara Anda dalam mengembalikan modal jika Anda memperoleh
modal dari orang lain?
16. Apakah ada syarat – syarat yang ditentukan oleh pemberi modal kepada petani
jeruk siam?
17. Kepada siapa Anda biasanya memperoleh perlengkapan dalam usahatani jeruk
siam?
18. Apakah hasil panen jeruk tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari- hari?
117
Lampiran 19. Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara dengan petani di Desa Kencong
Gambar 2. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
118
Gambar 3. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
Gambar 4. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
119
Gambar 5. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
Gambar 6. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
120
Gambar 7. Wawancara dengan petani jeruk siam di Desa Kencong
Gambar 8. Lahan Jeruk Siam Di Desa Kencong
121
Gambar 9. Lahan sawah di Desa Kencong
122