Eksplorasi Justifikasi dan Rasionalisasi Mahasiswa dalam ...
Rasionalisasi Pemilihan Obat Herbal Sebagai Terapi Alternatif Pengobatan
-
Upload
ria-fitricia-dels -
Category
Documents
-
view
51 -
download
4
description
Transcript of Rasionalisasi Pemilihan Obat Herbal Sebagai Terapi Alternatif Pengobatan
Rasionalisasi Pemilihan Obat Herbal sebagai Terapi Alternatif Pengobatan
Maraknya kejadian penyakit yang dicurigai sebagai efek samping dari penggunaan
jangka panjang obat kimia menjadi momok masyarakat. Para pasien yang menderita suatu
penyakit semakin enggan berobat ke dokter hanya karena takut efek samping obat. Miris
memang, selain harus membayar mahal obat kimia, pasien harus menanggung efek samping
karena obat tersebut. Bahkan parahnya, penyakit tersebut bukannya sembuh, malah makin
bertambah dengan penyakit akibat efek samping obat tersebut.
Hal ini sangat meresahkan masyarakat. Pada akhirnya, masyarakat mulai kembali ke
pengobatan tradisional. Obat herbal menjadi salah satu pilihan. Disamping harganya yang
relatif murah, momok penggunaan zat kimia sedikit bisa diredam karena bahannya berasal
dari alam.
Masyarakat pengguna obat herbal kian meningkat. Namun, belum terdaftar angka
kesembuhan karena terapi ini. Beberapa testimoni pasien sering menyebutkan kesembuhan
namun secara ilmiah belum dapat dibutikan. Sebenarnya, obat tradisional juga dikenal
sebagai terapi penyembuh di bidang kedokteran. Hal inila yang seharusnya diketahui
masyarakat.
Perbedaan obat kimia dan obat herbal berada pada uji yang telah dilakukan. Obat
kimia yang digunakan para dokter memiliki kandungan zat yang telah diuji dosis efektif dan
keamannya ke hewan percobaan dan manusia. Sedangkan obat tradisional kebanyakan
berasal dari pengalaman nenek moyang yang menggunakannya.
Obat tradisional yang masih berupa tanaman obat yang direbus atau dimasak banyak
dipercaya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dilemanya adalah berapa banyak
tanaman yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya. Pada prinsipnya, ada
kandungan zat dalam tanaman tersebut yang dapat menyembuhkan suatu penyakit. Namun,
karena perbedaan tekstur tanah, unsur hara dan cuaca pada setiap daerah, bisa jadi kandungan
zat tersebut berbeda untuk setiap tanaman. Hal ini menjadi masalah karena setiap zat obat
hanya akan memberikan respon apabila jumlahnya cukup dan malah akan memberikan efek
samping apabila diberikan dalam jumlah yang berlebihan.
Belum lagi banyaknya kandungan zat dalam satu tanaman yang mungkin
menyebabkan efek lain dari yang diharapkan. Untungnya, kandungan zat dalam tanaman obat
masuk ke dalam tubuh melalui penyerapan dari saluran cerna sehingga efek toksik jarang
muncul karena zat masuk secara perlahan-lahan.
Seiring kebutuhan masyarakat akan obat herbal, berbagai penelitian tentang
kandungan zat, efektifitas dan keamanan dosis serta efek samping yang muncul mulai
dilakukan. Obat herbal pun mulai dikenal di dunia kedokteran. Sampai saat ini, obat
tradisional dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan uji yang telah dilakukan, yaitu : jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah golongan obat tradisional yang berupa
campuran dari berbagai jenis tanaman yang telah terbukti secara empiris dapat
menyembuhkan penyakit. Jamu dapat berupa serbuk seduhan, pil, atau cairan. Dosisnya pun
dibuat berdasarkan pengalaman pengguna sebelumnya. Tak banyak berbeda dengan jamu,
kelompok obat herbal berstandar pun sebenarnya berasal dari tanaman tradisional warisan
para leluhur. Namun, golongan obat ini telah diuji secara pre klinis. Uji ini memberikan
informasi tentang kandungan zat yang berfungsi menyembuhkan penyakit tertentu, cara
pengambilan ekstrak zat berkhasiat dari tanaman itu, maupun jumlah zat yang dapat
menyebabkan keracunan dari tanaman tersebut. Pembuatan obat herbal berstandar ini juga
menggunakan teknologi yang modern dan didukung dengan higienitas yang tinggi.
Golongan tertinggi secara ilmiah dari obat tradisional adalah fitofarmaka. Obat ini
telah diuji secara ilmiah pada manusia. Artinya penggunaan fitofarmaka hampir bisa
disamakan dengan penggunaan obat kimia, perbedaannya adalah pada bahan bakunya,
fitofarnmakan berasala dari tanaman tradisonal sedangkan obat kimia berasal dari bahan
kimia yang telah diolah. Tanaman yang dijadikan bahan baku pada fitofarmaka pun telah
terstandar.
Hal inilah yang harus diketahui oleh masyarakat pengguna tanaman tradisional.
Jangan hanya berfikir bahwa tanaman pasti lebih baik untuk kesehatan. Setiap zat yang
masuk ke dalam tubuh akan berefek baik kalau diberikan dalam dosis yang sesuai, bila
berlebihan dapat menjadi racun. Oleh karena itu dibutuhkan uji pre klinis dan klinis seperti
pada obat tradisional berstandar dan fitofarmaka untuk mendapatkan pembuktian secara
ilmiah manfaat dan dosis yang tepat dari zat dalam tanaman tradisional agar dapat
menyembuhkan penyakit tertentu.