Rasio Kelamin Ikan Guppy

24
Makalah Ilmiah Biologi Perikanan NISBAH KELAMIN (Sex Ratio) PADA IKAN HIAS GAPI (Poecilia reticulata) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Dosen Penanggung Jawab: Dr. Miswar Budi Mulya, M.S Oleh: Kelompok V/Genap M. Ridho Santoso 120302014 Tiur Natalia Manalu 120302028 Marco Brema Barus 120302064 Putri Permata Sari Sirait 120302066 BIOLOGI PERIKANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Transcript of Rasio Kelamin Ikan Guppy

Page 1: Rasio Kelamin Ikan Guppy

Makalah Ilmiah Biologi Perikanan

NISBAH KELAMIN (Sex Ratio) PADA IKAN HIAS GAPI

(Poecilia reticulata) DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA

Dosen Penanggung Jawab:

Dr. Miswar Budi Mulya, M.S

Oleh:

Kelompok V/Genap

M. Ridho Santoso 120302014

Tiur Natalia Manalu 120302028

Marco Brema Barus 120302064

Putri Permata Sari Sirait 120302066

BIOLOGI PERIKANAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: Rasio Kelamin Ikan Guppy

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dengan keragaman spesies ikan hias,

baik ikan hias air laut maupun air tawar. Ikan hias air laut sekitar 650 spesies, sudah

teridentifikasi 480 spesies dan diperdagangkan sekitar 200 spesies. Sedangkan jumlah

spesies ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies

ikan hias yang ada di seluruh dunia. Ikan hias air tawar yang dibudidayakan di

Indonesia tidak hanya komoditas ikan hias lokal saja tetapi ikan hias air tawar asal

impor seperti Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus), Black Ghost

(Apteronotus albifrons), Discus (Symphysodon discus), Guppy (Poecilia reticulata), dan

Kardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) juga telah dibudidayakan. Jumlah ikan hias

yang diperdagangkan Indonesia mencapai 1.600 jenis, dimana 750 jenis diantaranya

adalah ikan hias air tawar. Iklim Indonesia yang tropis cocok untuk budidaya berbagai

jenis ikan hias dan memungkinkan dapat berproduksi sepanjang tahun. Sumberdaya

alamnya juga mendukung yaitu lahan masih luas, sumber air melimpah, dan pakan

alami juga masih banyak ketersediaannya di alam. Pembudidayaannya tidak terlalu sulit

karena didukung oleh iklim Indonesia yang sesuai (Rohmawati, 2010).

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas

perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan

sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri

untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para

pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan

hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil ataupun skala rumah

tangga, selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Keberadaan ikan hias di

Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia, sebagian besar adalah ikan yang diimpor

kemudian dikembangkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memenuhi

para penggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias merupakan ikan untuk dilihat

keindahaan akan warna dan corak yang berbeda dari setiap jenis dan memiliki daya

tarik tersendiri, serta ikan untuk pajangan/hiasan (Sihombing, 2013).

Berdasarkan data profil perikanan budidaya, perkembangan ekspor ikan hias di

Indonesia cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 64,8% per tahun dalam

Page 3: Rasio Kelamin Ikan Guppy

3

volume. Di tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi pangsa pasar ikan

hias sebesar 15 % dari permintaan dunia yang di dominasi oleh Singapura sebagai

pengekspor air tawar, ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan neon merupakan spesies

yang mendominasi, yaitu sekitar 25% dari pasar dunia dengan nilai hampir 14% dari

nilai total. Pengembangan budidaya ikan Guppy di Singapura sudah menjadi industri

yang menguntungkan sejak lama sebagaimana dilaporka Pada ikan hias, perbedaan

penampilan karena pengaruh sex (sexual dimorphisms) sangat besar. Secara umum, ikan

jantan memiliki bentuk dan warna yang lebih menarik Identifikasi jenis kelamin

dilakukan secara morfologi dan histologi. Identifikasi morfologi dilakukan secara

langsung dengan mengamati sirip anal, sirip caudal, warna dan bentuk tubuh. Ikan

Guppy jantan pada sirip analnya termodifikasi menjadi gonopodium (alat penyalur

sperma), sirip ekornya memanjang, bentuk tubuhnya ramping serta warna pada tubuh

dan siripnya sudah terbentuk. Sedangkan ikan betina sirip analnya tetap membentuk

sirip, sirip ekornya pendek, bentuk tubuhnya besar (gemuk), warna siripnya cerah,

sedangkan tubuhnya tidak berwarna (Huwoyon, dkk., 2009).

Ikan gapi merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak

dibudidayakan sebagai komoditas ekspor. Ikan ini digemari karena mudah dipelihara,

dan memiliki variasi wama yang indah, terutama jantannya. Penampakan morfologi

ikan gapi jantan sangat berbeda dengan betina. Ikan gapi jantan mempunyai wama

tubuh yang cemerlang dengan pola wama yang beragam, sedangkan wama tubuh betina

umumnya monoton. Wama tubuh, bentuk sirip ekor dan pola warna tubuh ikan gapi

terkait dengan jenis kelamin. Adanya perbedaan dalam penampakan tersebut

menyebabkan ikan gapi jantan lebih tinggi harganya, sehingga budidaya ikan gapi

monoseks jantan sangat diminati oleh para akuakulturi (Zairin, dkk., 2002).

Ikan gapi jantan umumnya memiliki bentuk dan corak warna sirip ekor yang

lebih menarik dan cemerlang sehingga lebih banyak diminati. Dalam rangka

meningkatkan nilai ekonomis ikan gapi (Poecilia reticulata Peters), maka dilakukan

upaya untuk menghasilkan individu jantan secara massal. Karena ikan gapi bersifat

ovovivipar dan diduga bahwa diferensiasi kelamin terjadi sebelum lahir. Disisi lain juga

diharapkan dapat diketahui efek temperatur terhadap rasio kelamin ikan gapi. Pada ikan

channel catfish, temperatur pemeliharaan (29 - 30ºC) dapat memberikan efek pada rasio

kelamin keturunannya (Arfah, dkk., 2005).

Page 4: Rasio Kelamin Ikan Guppy

4

Guppy (Poecilia reticulata, Peters 1860) merupakan ikan hias yang mempunyai

nilai komersil tinggi baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Variasi warna

yang menarik dan corak sirip yang beragam, sehingga guppy banyak diminati dan

memiliki nilai penjualan sekitar 25% dari pasar dunia. Berdasarkan morfologisnya,

guppy jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan corak warna tubuh dan

sirip yang lebih cemerlang dari pada guppy betina, sehingga permintaan guppy jantan

lebih banyak dari pada guppy betina. Produksi guppy kelamin jantan dapat diperoleh

dengan cara menggunakan teknologi seks reversal yang melibatkan determinasi dan

diferensiasi kelamin. Pada umumnya gonad ikan sangat berhubungan dengan

determinasi kelamin dan diferensiasi kelamin dimana perkembangannya dapat

diarahkan oleh faktor dalam atau faktor luar. Determinasi kelamin dapat diartikan

sebagai variabel dari penentuan seks secara genetik dan proses lingkungan, sedangkan

seks diferensiasi diartikan sebagai proses fisiologis yang mengarah pada perkembangan

testis dan ovarium dari gonad (Mulyasih, dkk., 2012).

Dalam rangka meningkatkan nilai ekonomis ikan hias terutama di kalangan

peternak, maka dilakukan upaya untuk menghasilkan individu ikan berkelamin sejenis

(jantan/betina) secara massal. Diantara beberapa cara untuk memproduksi ikan

berkelamin sejenis adalah dengan teknik alih kelamin (sex reversol). Teknologi

pengarahan kelamin (sex reversal) merupakan salah satu teknik produksi monosex, yang

menerapkan rekayasa hormonal untuk merubah karakter seksual betina ke jantan

(maskulinisasi) atau dari jantan menjadi betina (feminisasi). Dalam aplikasi sex

reversal, maskulinisasi ikan dapat dilakukan dengan pemberian hormon steroid seperti

hormon 17c-metiltestosteron, testosteron. Sedangkan estrogen merupakan hormon

betina terdapat dalam sejumlah besar pada ikan betina, yang efektif saat ini estradiol

17p, estrion, estriol ethuni estradiol (Mardiana, 2009).

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai pengetahuan awal

mengenai aspek reproduksi ikan Gapi/guppy (Poecilia reticulate) terkait nisbah kelamin

dan teknologi pengarahan kelamin (sex reversal) yang umum digunakan untuk

mendapatkan ikan berkelamin jantan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Page 5: Rasio Kelamin Ikan Guppy

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gapi/Guppy (Poecilia reticulata)

Menurut Ukhroy (2008), ikan guppy memiliki habitat asli di perairan dangkal,

sungai, parit dan danau. Calon induk yang baik biasanya minimal telah berumur 4-6 bulan

dengan perbandingan jantan dan betina 1: 2. Induk betina dipilih yang berukuran besar dan

berwarna cemerlang. Sedangkan induk jantan yang digunakan memiliki ciri-ciri berwarna

cerah dan ekornya mengembang lebar. Adapun klasifikasi ikan guppy adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Cyprinodontoidei

Famili : Poecilidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticulata

Ikan gapi berasal dari daerah Amerika Selatan, tepatnya di daerah Amazon. Ikan

gapi merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki penampilan morfologis

cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap kondisi perairan yang kurang baik.

Selain hidup di perairan tawar, ikan gapi juga mampu beradaptasi di perairan payau

serta pada kisaran suhu antara 25-28o

C dengan pH sekitar ± 7,0. Ikan gapi bersifat

omnivora dan memiliki panjang tubuh sekitar 5-6 cm. Ikan gapi merupakan ikan yang

bersifat ovovivipar yaitu ikan yang bertelur dan melahirkan. Selama di dalam perut

induknya, embrio mendapat makanan bukan langsung dari induknya melainkan dari

kuning telur. Ikan gapi memiliki gonad yang cepat berkembang yaitu 3 minggu setelah

larva lahir gonopodium pada jantan telah berkembang, karena itu ikan gapi dikenal

sebagai ikan yang berkembang biak cepat. Dalam satu kali perkawinan, seekor ikan gapi

melahirkan secara parsial sampai 3 kali dengan interval waktu 1 bulan. Pada saat

fertilisasi, sperma yang masuk dalam tubuh induk betina dapat bertahan hingga 6 bulan,

sehingga dalam waktu 6 bulan tersebut ikan dapat melahirkan walaupun tidak terjadi

perkawinan kembali. Ikan gapi dapat menghasilkan anak dengan rata-rata terendah 30-

80 ekor, namun ada juga yang dapat menghasilkan sampai ratusan ekor (Utomo, 2008).

Page 6: Rasio Kelamin Ikan Guppy

6

Golongan ikan ovovipar melahirkan anak seperti halnya vivipar, namun

pekembangan anak di dalam kandungan induk mendapatkan makanan dari persediaan

kuning telur yang tersedia non placental. Dalam perkembangan yang demikian anak

mendapat keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk melalui penyerapan zat-

zat yang dikeluarkan oleh uterus. Zat tersebut disebut “Susu uterin“ atau embriotrophe.

Spesies ikan ovovivipar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada

embrio ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung telur yaitu kantung yang di

luar tubuh dan kantung didalam tubuh. Kantung kuning telur dalam tubuh sebagai hasil

perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh pada bagian

dalam. Butir-butir kuning telur dari kantung luar bergerak ke bagian kantung dalam

terus ke usus untuk dicerna. Berbeda dengan golongan ikan vivipar dan ovovipar, maka

ikan ovipar yang merupakan mayoritas dari ikan yang ada pada waktupemijahan

membuahi telurnya di luar tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh

ikan jantan dengan berbagai cara. Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut

pada waktu pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi

dengan baik (Omar, 2011).

Gambar 1. Ciri morfologis gapi betina dan jantan

Siklus hidup gapi melewati berbagai tahap yaitu larva, juvenile, dewasa dan

masa pertumbuhan maksimum. Ikan gapi dapat memiliki pertumbuhan yang optimum di

daerah yang mempunyai pencahayaan yang cukup baik, selain berpangaruh juga

Page 7: Rasio Kelamin Ikan Guppy

7

terhadap keaktifan dan kecemerlangan warna tubuh. Perbedaan antara ikan gapi jantan

dan ikan betina telihat dari ciri-ciri morfologisnya. Ikan gapi jantan memiliki ukuran

tubuh yang lebih kecil dibandingkan ikan betina, ikan gapi jantan memiliki ekor lebih

lebar dan warna ekor yang lebih cemerlang dibandingkan betina. Pada ikan gapi jantan,

sirip anal mengalami modifikasi menjadi gonopodium. Ikan gapi pada habitat alami

untuk ikan betina dapat mencapai ukuran maksimal 7 cm, lebih panjang dari jantan yang

panjangnya kurang dari 4 cm (Ukhroy, 2008).

2.2 Rasio Kelamin Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata)

Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan

betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan 50% betina

merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies. Namun pada kenyataanya di alam

perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang

disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai

makanan. Penyimpangan dari kondisi ideal tersebut disebabkan oleh faktor tingkah laku

ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya. Keseimbangan rasio

kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan,

populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan

jantan dan betina dalam kondisi perairan yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina

(Agus, 2008).

Komposisi jantan dan betina dalam populasi merupakan faktor penting untuk

kelestarian populasi. Untuk mempertahankan keberlangsungan spesies, perbandingan

hewan jantan dan betina diharapkan seimbang. Rasio jantan lebih tinggi dapat

mengganggu kelestarian spesies dengan asumsi bahwa peluang jantan untuk melakukan

perkawinan dan menghasilkan keturunan akan lebih rendah karena jumlah hewan betina

yang terdapat dalam populasi tersebut lebih sedikit. Gangguan pada kelestarian populasi

ini kemungkinan dapat lebih buruk jika terjadi penangkapan spesies tertentu saja oleh

manusia. Perbedaan jumlah individu hasil tangkapan dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain besar kecilnya armada dan tipe alat tangkap, lokasi penangkapan, waktu

penangkapan dan perilaku ikan yang ditangkap. Ikan–ikan yang mempunyai kebiasaan

menetap di dasar perairan (demersal) memiliki peluang lebih sering tertangkap

(Candramila dan Junardi, 2012).

Page 8: Rasio Kelamin Ikan Guppy

8

Pemijahan Ikan guppy berlangsung secara massal dengan rasio jantan dan betina

1 : 2 dengan padat tebar 15 ekor/ 50 liter. Pemijahan ditandai dengan guppy jantan yang

mengejar-ngejar betina dan selalu menanduk-nandukï bagian anus betina serta

terkadang menempelkan badannya ke badan betina. Setelah 4 - 7 hari, biasanya anak-

anak ikan guppy berenang di permukaan air. Setelah itu, dapat dipisahkan dari

induknya. Jumlah anak gapi dari setiap kelahiran berkisar antara 50-200 ekor dengan

perbandingan jenis kelamin sekitar 1 : 1. Anak ikan gapi yang lahir dipisah dari induk

agar tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan. Selain itu, agar induk

tersebut mendapatkan makanan yang cukup sehingga kehamilan keduanya dapat

menghasilkan anak dengan jumlah yang maksimal. Anak ikan yang baru lahir belum

membutuhkan makanan. Setelah berumur satu hari, anak ikan diberi makan

naupli Artemia atau kutu air yang kecil. dapat pula diberi kuning telur yang sudah

direbus dan dihancurkan sebelumnya. (Tjakrawidjaja, 2006).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sex Ratio/Nisbah Kelamin

1. Tingkah laku Ikan

Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan

internal dan eksternal. Yang termasuk pengaruh lingkungan eksternal adalah oksigen,

cahaya, salinitas dan faktor linkungan lainnya. Yang termasuk faktor internal adalah

kematangan goand, pertumbuhan. Manfaat mengetahui tingkah lalu ikan antara lain:

meningkatkan efisiensi alat tangkap. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa

setiap jenis ikan mempunyai swimming depth (kedalaman renang) yang berbeda-beda.

Selain itu membantu dalam manajemen perikanan,dengan mengetahui kapan suatu jenis

ikan melakukan pemijahan, kapan ikan tersebut telah dewasa maka pengaturan

penangkapan ikan berkelanjutan dengan mudah dapat dilakuan. Dalam manajemen

penangapan ikan, suatu daerah penangkapan (fishing ground) dapat dilakukan

penutupan jika daerah tersebut merupakan tempat pemijahan (spawning ground), kapan

ikan tersebut melakukan pemijahan harus diketahui dengan mengetahui tingkah laku

ikan tersebut. Berkaitan dengan mekanisme alat tangkap dan dengan tingkah laku ikan,

sering di jumpai berbagai kegagalan dikarenakan kurangnya pengetahuan yang cukup

tentang tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Dengan memahami

Page 9: Rasio Kelamin Ikan Guppy

9

pengetahuan tentang tingkah laku ikan, diharapkan dapat mengoptimalkan efisiensi

suatu alat tangkap (Ratna, 2011).

Nisbah kelamin ikan dapat dikatakan tidak seimbang karena perbedaan tingkah

laku ikan, dimana ikan betina kurang aktif dalam air dibandingkan dengan ikan jantan

pada tingkat kematangan gonad yang sama. Adanya fluktuasi rasio kelamin juga

kemungkinan disebabkan karena perbedaan musirn kemarau dan musim hujan. Ada

kemungkinan ini karena adanya perilaku menggerombol, yang biasanya dilakukan

diantara individu ikan (khususnya ikan pelagis kecil) yang mempunyai ukuran hampir

sama, didasari oleh kesamaan jenis tertentu pula. Untuk mempertahankan kelestarian

populasi diharapkan perbandingan ikan jantan dan betina berada dalam kondisi

seimbang atau sedapat-dapatnya ikan betina lebih banyak (Sulistiono, dkk., 2001).

Beberapa jenis ikan karang selalu dijumpai dalam keadaan berkelompok, dan

beberapa jenis yang lain selalu dalam pasangan atau menyendiri. Namun sebagian

besar jenis ikan karang adalah teritorial. Jenis teritorial umumnya melindungi

wilayahnya sebagai daerah tertutup bagi jenis lain untuk kepentingan pasokan makanan,

tempat tinggal atau untuk daerah pemijahan dan pembesaran anak. Jenis teritorial akan

bertingkah laku agresif terjadap jenis lain yang memasuki wilayahnya. Beberapa jenis

memiliki wilayah yang sangat luas atau memisahkan daerah pencarian makan dan

daerah untuk tidur (Agus, 2008).

Pada ikan guppy akan memodifikasi sirip ekornya (pada ikan jantan) untuk

dilingkarkan pada tubuh betina, untuk kemudian keduanya secara bersama-sama

melepaskan sperma dan telur. Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu pembuahan terjadi di

dalam tubuh, embrio disimpan dan terus berkembang dalam tubuh induk, akan

dilahirkan sebagai anak setelah kurang lebih 20 hari masa kehamilan. Ikan betina

mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya sehingga dari satu kali perkawinan dapat

melahirkan sampai tiga kali dengan jarak waktu antar kehamilan 7-43 hari, dengan

selang waktu antara melahirkan anak dengan pemisahan induk betina dari jantannya

berkisar 16-35 hari. Nisbah 1 : 1 cenderung berubah, apabila jumlah telur yang

dihasilkan oleh induk betina rendah, atau apabila induk jantan dapat mengeluarkan

spermanya beberapa kali, maka perbandingan kelaminnya akan lebih banyak induk

betina (Fahmi, 2001).

Page 10: Rasio Kelamin Ikan Guppy

10

2. Laju Mortalitas

Laju mortalitas total dapat digunakan untuk menduga mortalitas penangkapan dan

mortalitas alami. Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab

selain penangkapan, seperti pemangsaan, termasuk kanibalisme, penyakit, stres,

pemijahan, kelaparan dan usia tua. Laju mortalitas akan berbeda pada spesies yang sama

dengan wilayah yang berbeda tergantung dari kepadatan pemangsaan dan pesaing yang

kelimpahannya dipengaruhi oleh kegiatan Penangkapan. Predasi merupakan faktor

eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami. Nilai laju mortalitas alami

berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bartalanffy yaitu K dan L∞.

Semakin tinggi nilai K (pertumbuhan cepat) maka mortalitas alami (M) juga semakin

tinggi dan begitu pun sebaliknya. Nilai M juga berkaitan dengan nilai L∞ karena

pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Faktor yang mempengaruhi nilai M

adalah suhu rata-rata perairan selain faktor panjang maksimum secara teoritis (L∞) dan

laju pertumbuhan. Sedangkan mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi

akibat aktivitas penangkapan. Laju eksploitasi (E) didefinisikan sebagai bagian suatu

kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebut hidup (Agus, 2008).

Mortalitas penangkapan disebabkan kecepatan eksploitasi suatu stok karena

kegiatan manusia (penangkapan) selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor

penyebab kematian berpengaruh terhadap populasi. Sedangkan pengharapan kematian

tahunan penyebab alamiah adalah peluang dimana seekor ikan mati oleh proses alamiah

selama periode waktu yang diamati. Kematian alami merupakan parameter yang tidak

dapat dikontrol dan diamati secara langsung maka yang perlu dikontrol adalah dua

besaran yang berhubungan secara langsung dengan mortalitas penangkapan. ikan yang

memiliki mortalitas tinggi adalah ikan yang mempunyai siklus hidup pendek, pada

populasinya hanya terdapat sedikit variasi umur dan pergantian stok yang berjalan

relatif cepat serta mempunyai daya produksi yang lebih tinggi (Anita, 2011).

Laju eksploitasi adalah jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah

total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun penangkapan. Suatu stok

yang dieksploitasi secara optimum, maka laju mortalitas penagkapannya akan setara

dengan laju mortalitas alaminya atau. Penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu

faktor yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam

pengkajian stok ikan. Laju mortalitas merupakan kecepatan kematian yang dialami ikan

Page 11: Rasio Kelamin Ikan Guppy

11

dalam kurun waktu tertentu. Sebab-sebab mortalitas pada suatu populasi antara lain

karena kegiatan penangkapan (fishing), pemangsaan (predation), penyakit, dan ketuaan.

Mortalitas penangkapan lebih tinggi daripada mortalitas alami, dapat diartikan bahwa

kematian akibat penangkapan lebih tinggi daripada kematian pada habitatnya.

Tingginya intensitas penangkapan yang tidak terkendali menyebabkan ukuran rata - rata

ikan yang tertangkap semakin kecil dan nilai ekonomisnya akan semakin rendah pula

(Alan, 2009).

Tangkap lebih pertumbuhan yaitu tertangkapnya ikan-ikan muda yang akan

berpotensi sebagai stok sumberdaya perikanan sebelum mereka mencapai ukuran yang

pantas untuk ditangkap sedangkan lebih tangkap rekruitmen yaitu bila jumlah ikan-ikan

dewasa di dalam stok terlalu banyak dieksploitasi sehingga reproduksi ikan-ikan muda

juga berkurang. Gejala over eksploitasi dapat ditandai dengan menurunnya hasil

tangkapan per upaya penangkapan, semakin kecilnya ukuran ikan yang tertangkap, dan

bergesernya fishing ground ke daerah yang lebih jauh dari pantai. Laju eksploitasi

menunjukan besarnya tingkat pengusahaan suatu stok perikanan. Nilai laju eksploitasi

diperoleh dari perbandingan antara laju mortalitas penangkapan dengan nilai laju

mortalitas total. Sedangkan pendugaan stok (Y/R) merupakan salah satu model yang

biasa dipergunakan sebagai dasar bagi strategi pengelolaan perikanan di samping

model–model stok rekruitmen dan surplus produksi (Anita, 2011).

Berdasarkan morfologisnya ikan guppy jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih

ramping dengan corak warna tubuh dan sirip yang lebih cemerlang dari pada guppy

betina sehingga mortalitas penangkapan ikan guppy jantan lebih banyak dari pada ikan

guppy betina. Ikan Guppy jantan mempunyai nilai ekonomis tinggi dikarenakan variasi

warna yang dimilikinya menarik serta wujud sirip yang bermacam sehingga permintaan

akan ikan guppy jantan tersebut sangat tinggi. Jika secara berkala kegiatan penangkapan

dan pengupayaan ikan guppy jantan yang berlebihan berlanjut maka akan

mempengaruhi nisbah kelamin dari ikan tersebut diperairan. Pemeliharaan serta proses

pemijahan ikan guppy mudah dan tak mempunyai pengaruh pada pergantian temperatur

serta kualitar air yang lain. Sekarang ini ada lebih kurang 30 jenis ikan Guppy

berdasarkan pola warna serta wujud siripnya, yang sebagian besar adalah komoditi

ekspor (Agus, 2008).

Page 12: Rasio Kelamin Ikan Guppy

12

3. Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau

berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan

jumlah. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar.

Faktor dalam merupakan faktor yang sukar dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin,

umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama dalam mempengaruhi pertumbuhan

adalah makanan dan suhu perairan, namun masih ada faktor luar lainnya yang

mempengaruhi seperti, kandungan oksigen terlarut, amonia, salinitas, dan fotoperiod

(panjang hari). Sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan tertentu sebagian besar

energinya digunakan untuk pemeliharaan tubuh, aktivitas dan produksi. Hanya sepertiga

bagian yang digunakan untuk pertumbuhan (Alan, 2009).

Pertumbuhan ikan merupakan hasil dari konsumsi, asimilasi makanan oleh tubuh

organisme. Seperti hewan yang lain, prosses pertumbuhan ikan tergantung jenis ikan

dan kemampuan hidupnya beserta lingkungannya. Ketersediaan makanan yang terbatas

kemungkinan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecilnya ukuran

tubuh ikan. Tetapi pada ikan ukuran kecil seperti anohovy, gambusid, dan sebagainya.

Jumlah populasi juga tergantung adanya predator. Pengukuran panjang ikan dalam

penelitiuan biologi, hendaknya mengikuti suatu ketentuan yang umum diggunakan.

Panjang ikan dapat diukur dengan mengguakan system metric atau lainnya, tetapi

system metric sangat dianjurkan untuk dipakai. Sebagian energI ikan, diakumulasikan

untuk pertumbuhan jaringan somatif dan reproduksi. Saat ini banyak ilmuan dalam

bidang perikanan yang menggunakan sampel ikan dari populasinya untuk

memperkirakan pertumbuhan ikan tersebut. Dalam hal ini, metode utama yang

digunakan untuk menghitung atau mengukur panjang rata-rata dan berat rata-rata pada

ikan dengan umur yang berbeda (Anita, 2011).

Perbedaan pertumbuhan jantan dan betina pada ikan guppy dewasa terutama

dapat dilihat dari panjang tubuhnya. Panjang total tubuh ikan guppy betina berkisar

antara 4–6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil sekitar 2.5–3.5 cm. Ikan jantan memang

lebih kecil dari ikan betina sebab ikan betina harus mengandung sehingga tubuhnya

lebih besar. Ikan jantan relatif lebih langsing dibandingkan dengan ikan betina yang

mempunyai bentuk perut yang gendut. Gupi merupakan anggota suku Poecilidae yang

berukuran kecil. Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan

Page 13: Rasio Kelamin Ikan Guppy

13

bentuk tubuhnya, maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Meskipun kecil, ikan

guppy termasuk kanibal atau memangsa bangsanya sendiri. Ikan guppy liar warnanya

lebih sederhana, meski jantannya tetap berwarna-warni dengan dua buah bintik hitam

seperti mata di sisi badan yang satu di bawah sirip punggung dan yang lainnya di atas

sirip dubur. Ikan guppy liar betina bertubuh tambun dengan warna kuning kecoklatan

dan susunan sisik yang membentuk pola seperti jala dan perut gendut berwarna putih

(Alan, 2009)

2.3 Diferensiasi Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata)

Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur

pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai

sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki ukuran dan jumlah

telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki

jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan

hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran

butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan

Tilapia. Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi

dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk proses-

proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan

sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada

perkembangan gonad (Lisnawati, 2012).

Diferensiasi kelamin merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi

jaringan yang definitif melalui serangkaian kejadian yang memungkinkan kelamin

genotip terekspresi menjadi seks fenotip. Pada kondisi normal, genotip betina akan

terekspresi menjadi fenotip betina begitu pula dengan genotip jantan yang akan

terekspresi menjadi fenotip jantan dengan perbandingan 1:1. Tetapi apabila proses

diferensiasi kelamin mengalami intervensi dengan bahan-bahan seperti hormon maka

akan mengalami perkembangan gonad yang berlawanan. Proses diferensisasi kelamin

pada betina ditandai dengan meiosis oogonia dan memperbanyak sel-sel somatik

membentuk rongga ovari. Sedangkan difereniasi kelamin pada jantan ditandai dengan

munculnya spermatogonia serta pembentukan sistem vaskuler pada testis. Perubahan

Page 14: Rasio Kelamin Ikan Guppy

14

lingkungan yang terjadi di dalam atau di luar tubuh akan diterima oleh indra

disampaikan ke sistem syaraf pusat, setelah itu dikirim ke hypotalamus, kemudian

memerintahkan kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon gonadotropin yang

masuk ke dalam darah dan dibawa kembali ke gonad sebagai petunjuk untuk memulai

pembentukan gonad (Ukhroy, 2008)

Jenis kelamin suatu individu ditentukan bersama oleh faktor genetis dan

lingkungan. Faktor genetis yang menentukan jenis kelamin adalah kromosom.

Kromosom yang memegang peran utama dalam menetukan jenis kelamin disebut

kromosom seks atau gonosom, sedangkan yang tidak menentukan jenis kelamin disebut

kromosom biasa atau autosom. Diferensiasi gonad diatur oleh mekanisme genetik

melalui sistem endokrin embrio, akan tetapi ada kemungkinan faktor-faktor eksternal

dan internal lainnya ikut pula dalam mengatur proses ini. Dalam pertumbuhan suatu

spesies fungsi masing-masing organ dipengaruhi oleh umur dan ukuran individu

tersebut. Pada awal perkembangan embrio, faktor genetislah yang menentukan arah

perkembangan organ kelamin primer yaitu testis atau ovari. Seterusnya gonad yang

telah terarahkan akan menghasilkan hormone kelamin dan gamet sesuai dengan kelamin

yang ditentukan, kemudian hormon kelamin akan mengatur kelanjutan diferensiasi.

Jenis kelamin ikan yang sesuai dengan keinginan dapat diperoleh dengan pemberian

hormon steroid, manipulasi kromosom atau kombinasi keduanya (Mardiana, 2009).

Fisiologi kelamin dapat dipengaruhi dengan menggunakan hormon steroid.

Hormon tersebut pada awalnya ikut menetukan diferensiasi kelamin. Selanjutnya

hormon ini dapat menentukan ciri-ciri kelamin eksternal, ovulasi, spermiasi, tingkah

laku kawin ikan, pemijahan, dan produksi feromon. Jadi yang dipengaruhi pada awalnya

adalah diferensiasi kelamin dalam arti kata organ reproduksinya sendiri. Baru diikuti

ciri-ciri kelamin eksternal. Perkembangan gonad meliputi dua fase yaitu fase

pertumbuhan dan fase pematangan yang dikendalikan oleh sistem endokrin. Pada fase

awal pertumbuhan gonad, diferensiasi kelamin belum tuntas sehingga masih bisa

diarahkan dengan pemberian hormon steroid. Keberhasilan pembalikan kelamin

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu metode pemberian hormon yang

diterapkan, dosis hormon, lamanya perlakuan, waktu saat dimulainya perlakuan, umur

ikan, dan jenis ikan serta suhu air selama perlakuan Q.

Page 15: Rasio Kelamin Ikan Guppy

15

Penggunaan hormon steroid pada ikan guppy (Poecilia reticulate) dalam

pengarahan kelamin dipengaruhi oleh jenis, dosis, waktu pemberian, lama pemberian,

cara pemberian dan suhu. Perlakuan hormon steroid untuk mengarahkan kelamin pada

ikan guppy secara eksogenus harus dimulai pada waktu yang tepat. Waktu yang tepat

untuk perlakuan tersebut adalah sebelum diferensiasi kelamin dimulai yaitu pada saat

stadia larva atau pada saat ikan baru mulai makan. Masa diferensiasi kelamin pada ikan

bersifat spesifik tergantung spesies. Pada ikan guppy tersebut diferensiasi kelamin

berlangsung pada saat ikan dilahirkan sehingga pemberian hormon sebaiknya dilakukan

pada tahap embrio di dalam tubuh induknya. Dalam aplikasinya penggunaan hormon

sintetis dapat menimbulkan stress sehingga kelangsungan hidup ikan menjadi rendah,

harganya cukup tinggi, dan dari segi kesehatan dapat bersifat karsinogenik pada ikan

tersebut (Ukhroy, 2008).

2.4 Sex Reversal pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata)

Dalam budidaya ikan produksi kelamin tunggal jantan atau betina dengan teknik

pengarahan kelamin (sex reversal) dapat dilakukan dengan cara hormonal, kromosonal,

atau kombinasi keduanya. Pengarahan kelamin memberikan keuntungan secara

ekonomis dari berbagai segi misalnya laju pertumbuhan, dan tujuan estetik. Pengarahan

kelamin bertujuan untuk mengarahkan kelamin ikan dari betina genetik menjadi jantan

fungsional ataupun sebaliknya dengan rangsangan hormon steroid pada fase

pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin dan belum ada pembentukan

steroid. Hormon steroid yang sering digunakan diantaranya adalah androgen dan

estrogen. Androgen merupakan hormon perangsang sifat-sifat jantan sedangkan

estrogen merupakan hormon-hormon perangsang sifat-sifat betina.

1. Suhu

Proses pengarahan jenis kelamin dapat dilakukan dengan manipulasi suhu

lingkungan. Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi-reaksi

kimia dalam tubuh seperti laju metabolisme. Proporsi jantan pada ikan gapi lebih tinggi

daripada betina pada bulan-bulan musim panas di daerah temperate. Ikan jantan bisa

dikenali dengan adanya modifikasi sirip anal menjadi organ reproduksi (gonopodium)

dan bentuk tubuh yang ramping. hormon testosteron dan ketotestosteron pada ikan

terbukti meningkat perlahan-lahan dan menjadi lebih cepat pada musim panas. Selain

Page 16: Rasio Kelamin Ikan Guppy

16

itu, faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah kemampuan sperma Y dalam

membuahi telur lebih tinggi daripada yang X, atau kelangsungan hidup ikan jantan lebih

tinggi daripada ikan betina. Energi yang tersedia untuk pemeliharaan sel, pertumbuhan,

gerak dan reproduksi ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Hubungan antara

pakan dan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah nafsu makan.

Nafsu makan akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu, namun pada kisaran

di atas suhu optimumnya nafsu makan akan menurun kembali (Arfah, dkk., 2005).

Waktu kelahiran anak ikan gapi cenderung semakin singkat dengan

meningkatnya suhu pemeliharaan induk. Induk yang dipelihara pada suhu 27°C

melahirkan pada hari ke-18 sampai 22, sedangkan suhu 30°C hanya memerlukan 4-12

hari untuk melahirkan anaknya. Dengan meningkatnya suhu, daya kerja enzim

penetasan dan senyawa-senyawa kimia lainnya akan terpacu untuk melunakkan khorion.

Enzim tersebut dihasilkan oleh kelenjar khusus di dalam tubuh embrio dan bersifat peka

terhadap kondisi di luar tubuh terutama suhu. Pembelahan sel telur yang lebih cepat

akan mengakibatkan induk lebih cepat melahirkan. Waktu kelahiran dapat juga terjadi

secara bertahap apabila perkembangan telur yang tidak seragam dari satu kali

pembuahan. (Sudrajat, 2007).

2. Madu

Keberhasilan pengarahan kelamin jantan pada ikan gapi diduga terkait dengan

kadar kalium dan mineral lainnya yang terdapat dalam madu. Dalam setiap 100 gram

madu terkandung 205–1676 ppm Kalium, 49–51 ppm Kalsium, 19–35 ppm Magnesium

dan 18 ppm Natrium. Ikan gapi yang merupakan jenis ikan air tawar mempunyai cairan

tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya sehingga air cenderung

masuk ke tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermeabel.

Diduga masuknya madu pada saat perendaman induk ini bersamaan dengan masuknya

air secara difusi ke dalam tubuh, kemudian masuk ke peredaran darah dan mencapai

organ target (embrio). Tingginya kandungan kalium menyebabkan perubahan kolesterol

yang terdapat dalam semua jaringan tubuh anak menjadi pregnenolon. Pregnenolon

merupakan sumber dari biosintetis hormon-hormon steroid oleh kelenjar adrenal, steroid

tersebut berpengaruh terhadap pembentukkan testosteron. Hormon testosteron akan

mempengaruhi perkembangan dari genital jantan, karakteristik seks sekunder jantan dan

spermatogenesis. Proses perendaman yang efektif dilakukan pada saat embrio mencapai

Page 17: Rasio Kelamin Ikan Guppy

17

fase bintik mata karena pada saat itu perkembangan otak masih sangat labil sehingga

mudah untuk diarahkan. Perlakuan dengan madu dengan dosis 200 ml/kg pakan

terhadap besarnya rasio jenis kelamin jantan ikan yang diberikan secara oral mampu

memberi pengaruh yang nyata sebesar 93,33% (Soelistyowati, dkk., 2007).

Gambar 2. Induk ikan gapi (Poecilia reticulata Peters) jantan dan betina

Gambar 3. Gonad ikan gapi (Poecilia reticulata Peters) jantan dan betina

Chrysin merupakan salah satu zat yang terdapat dalam madu , yang mana zat ini

memiliki fungsi sebagai aromatase inhibitor. Crhysin adalah salah satu jenis dari

flavanoid yang diakui sebagai salah satu penghambat kerja dari enzim yang terlibat

dalam produksi estrogen sehingga mengakibatkan banyakanya hormone testosteron

Page 18: Rasio Kelamin Ikan Guppy

18

yang akan mengarahkan kelamin menjadi jantan. Lama perendaman madu tidak

mempengaruhi kelangsungan hidup ikan guppy. Kelangsungan hidup pada masing-

masing perlakuan diduga karena persaingan dalam mendapatkan makanan. Adapun

kematian pada anakan ikan guppy diduga dipengaruhi oleh faktor penanganan dalam

pemeliharaan anak guppy, seperti pada saat induk guppy diambil dari akuarium dan

terbawa oleh selang penyiponan pada saat pergantian air (Nofita, dkk., 2013)

Calon induk ikan gapi jantan dan betina dipelihara secara terpisah sampai

matang gonad dalam akuarium yang berukuran 60x30x28 cm. Pemberian pakan berupa

lawa Chironomus dilakukan dengan frekuensi 3 kali/hari pada pagi, siang dan sore.

Penyiponan dilakukan tiap pagi dan sore hari dengan pergantian air 20%o setiap pagi

untuk menjaga kualitas air pemeliharaan. Pemijahan dilakukan secara massal dengan

perbandingan induk jantan dan betina l:2. Percampuran anatra induk jantan dan betina

dilakukan selama 4 hari dan selanjutnya induk jantan dan betina dipisahkan. Ikan-ikan

yang menunjukkan gejala tingkat kematangan gonad lanjut ditandai dengan pembesaran

pada bagian perut dan warna hitam pada sekitar daerah perutnya. Pada hari ke 12

setelah pembuahan, induk betina direndam madu selama 10 jam dengan dosis madu 60

ml/I. Setelah perendaman, induk dipindahkan ke akuarium berukuran 20x20x20 cm

untuk dipelihara sampai terlihat melahirkan anak (Mardiana, 2009).

3. 17q-Metiltestosteron

Salah satu jenis hormon steroid ini yaitu 17q-metiltestosteron. Hormon ini

merupakan hormon sintetik yang molekulnya sudah diubah. Mekanisme rangsangan

pembentukan gonad jantan dengan menggunakan hormon 17s' metiltestosteron (hormon

steroid) dimulai dari penyerapan hormon ke dalam tubuh ikan secara difusi dan

disekresikan melalui saluran darah. hormon 17q-metiltestosteron dapat merangsang

perkembangan sel-sel granulosa dan setelah mencapai perkembangan tertentu sel-sel

granulose akan melepaskan estradiol. Estradiol akan merangsang hati untuk membentuk

vitellogenin yang akan merangsang proses vitellogenesis didalam ovarium. Setelah

mencapai tingkat tertentu proses vitellogenesis berakhir dan sel-sel granulosa akan

mengsekresikan Gonadotropin Hormon selanjutnya dialirkan ke dalam darah untuk

merangsang kematangan gonad akhir dari oosit. Pembentukan oosit yang lebih awal

dipacu dengan hormone testosteron tersebut, maka akan cepat pula masa perubahan sel

kelamin yang ditandai dengan pembentukan sperma (Muslim, 2010).

Page 19: Rasio Kelamin Ikan Guppy

19

Gambar 3. Preparat Histologi Gonad ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters)

Diduga bahwa hormon MT ikut memberikan kontribusi terhadap perkembangan

embrio ikan gapi sehingga kelahirannya menjadi lebih cepat, sesuai. MT dan androgen

umumnya memiliki sifat anabolik yang mampu merangsang pertumbuhan. Hormon

androgen bertanggung jawab terhadap penampakan karakter dan fungsi kelamin jantan.

Pada ikan gapi kerja honnon androgen yang dihasilkan secara endogenus terhadap

penampakan karakter kelamin sekunder terlihat dengan penampakan karakter kelamin

sekunder untuk semua perlakuan antara umur 1,5 bulan sampai 2 bulan. Bila ikan gapi

tumbuh normal maka bentuk sirip ekor, wama dan pola warna tubuhnya akan tampak

jelas setelah ikan berumur dua bulan. Pada ikan hias sering dijumpal kasus rasio yang

tidak seimbang antara prosentase keturunan jantan dan betina. Dengan tingkat dosis

hormon MT 400 mg/kg pakan dan masa pemberian pakan selama 1 hari, prosentase ikan

jantan yang diperoleh hanya sebesar 64%. Perendaman 24 jam menghasilkan 100%

jantan. Demikian pula dengan melipatduakan lama waktu perendaman menjadi 48 jam

diperoleh persentase jantan yang juga 100%. Ini menunjukkan bahwa pada dosis 2

Page 20: Rasio Kelamin Ikan Guppy

20

mg/1, perendaman selama 24 jam dan 48 jam efektif untuk perubahan kelamin dari

betina menjadi jantan, sehingga menghasilkan keturunan yang 100 % jantan. Semakin

lama waktu perendaman semakin cepat induk melahirkan anaknya. (Zairin, 2002).

4. Aromatase inhibitor

Aromatase inhibitor sebagai alternatif merupakan bahan kimia bukan hormon

yang bersifat nonsteroid (imidazole) dan telah digunakan untuk terapi penyembuhan dan

pengobatan kanker pada manusia serta mudah terurai sehingga tidak mencemari

lingkungan perairan. Aromatase inhibitor berfungsi menghambat kerja aromatase dalam

sintesa estrogen sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen

yang mengarah pada tidak aktifnya transkripsi dari gen aromatase sebagai feedbacknya.

Penurunan rasio estrogen terhadap androgen mengakibatkan terjadinya perubahan

penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan, dengan kata lain terjadi

maskulinisasi karakteristik seksual sekunder. Aromatase inhibitor (fadrozole) telah

terbukti dapat menimbulkan efek maskulinisasi dengan meningkatkan persentase jantan

pada ikan nila (Oreochromis sp.) mencapai 96% melalui pakan. Pada ikan salmon

(Onchorhyncus tsahawytscha) aromatase inhibitor (imidazole) telah menghasilkan

jantan fungsional sebesar 20% melalui perendaman telur. Pada ikan nila merah

(Oreochromis sp.) dengan perendaman telur fase bintik mata dapat memaskulinisasi

ikan sampai 82,22% (Zairin, 2002).

Aromatase inhibitor masuk ke dalam tubuh larva ikan gapi melalui proses difusi

karena perbedaan konsentrasi antara media perendaman dengan larva. Seperti halnya

hormon aromatase inhibitor diduga masuk secara difusi. Aromatase inhibitor yang

masuk ke dalam sel akan langsung berhubungan dengan sisi aktif dari enzim dan

mengikatnya sehingga sisi aktif tersebut tidak ditempati oleh substrat alami. Pemberian

aromatase inhibitor (imadazole) pada periode waktu 9-13 hari setelah menetas melalui

pemberian pakan dengan dosis 500 mg/kg dapat menghasilkan persentase kelamin

jantan sebesar 74 %. masa diferensiasi ikan terjadi hingga 30 hari setelah menetas, dan

waktu yang paling efektif melalui pemberian pakan karena daya serapnya lebih tinggi

dan dapat langsung digunakan untuk diferensiasi kelamin pada organ target yang

dibandingkan dengan perendaman larva pada umur yang sama. keberhasilan pengarahan

kelamin melalui penghambatan aromatisasi dipengaruhi oleh dosis yang digunakan,

lama perlakuan, dan waktu perlakuan terhadap larva (Sudrajat, 2007).

Page 21: Rasio Kelamin Ikan Guppy

21

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ikan gapi (Poecilia reticulata) berasal dari daerah Amerika Selatan, tepatnya di

daerah Amazon. Ikan gapi merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki

penampilan morfologis cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap kondisi

perairan yang kurang baik.

Siklus hidup gapi melewati berbagai tahap yaitu larva, juvenile, dewasa dan

masa pertumbuhan maksimum. Ikan gapi dapat memiliki pertumbuhan yang optimum di

daerah yang mempunyai pencahayaan yang cukup baik, selain berpangaruh juga

terhadap keaktifan dan kecemerlangan warna tubuh.

Perbedaan antara ikan gapi jantan dan ikan betina telihat dari ciri-ciri

morfologisnya. Ikan gapi jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan

ikan betina, ikan gapi jantan memiliki ekor lebih lebar dan warna ekor yang lebih

cemerlang dibandingkan betina. Pada ikan gapi jantan, sirip anal mengalami modifikasi

menjadi gonopodium. Ikan gapi pada habitat alami untuk ikan betina dapat mencapai

ukuran maksimal 7 cm, lebih panjang dari jantan yang panjangnya kurang dari 4 cm.

Perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola

distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan

keseimbangan rantai makanan. Penyimpangan dari kondisi ideal tersebut disebabkan

oleh faktor tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya.

Keseimbangan rasio.

Diferensiasi kelamin merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi

jaringan yang definitif melalui serangkaian kejadian yang memungkinkan kelamin

genotip terekspresi menjadi seks fenotip.

Faktor genetis yang menentukan jenis kelamin adalah kromosom. Kromosom

yang memegang peran utama dalam menetukan jenis kelamin disebut kromosom seks

atau gonosom, sedangkan yang tidak menentukan jenis kelamin disebut kromosom

biasa atau autosom

Fisiologi kelamin dapat dipengaruhi dengan menggunakan hormon steroid.

Hormon tersebut pada awalnya ikut menetukan diferensiasi kelamin. Selanjutnya

Page 22: Rasio Kelamin Ikan Guppy

22

hormon ini dapat menentukan ciri-ciri kelamin eksternal, ovulasi, spermiasi, tingkah

laku kawin ikan, pemijahan, dan produksi feromon.

Pengarahan kelamin (Sex reversal) bertujuan untuk mengarahkan kelamin ikan

dari betina genetik menjadi jantan fungsional ataupun sebaliknya dengan rangsangan

hormon steroid pada fase pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin dan

belum ada pembentukan steroid.

Proporsi jantan pada ikan gapi lebih tinggi daripada betina pada bulan-bulan

musim panas di daerah temperate. Ikan jantan bisa dikenali dengan adanya modifikasi.

Hormon testosteron dan ketotestosteron pada ikan terbukti meningkat perlahan-lahan

dan menjadi lebih cepat pada musim panas.

Hormon 17q-metiltestosteron dapat merangsang perkembangan sel-sel granulosa

dan setelah mencapai perkembangan tertentu sel-sel granulose akan melepaskan

estradiol. Estradiol akan merangsang hati untuk membentuk vitellogenin yang akan

merangsang proses vitellogenesis didalam ovarium. Setelah mencapai tingkat tertentu

proses vitellogenesis berakhir dan sel-sel granulosa akan mengsekresikan Gonadotropin

Hormon selanjutnya dialirkan ke dalam darah untuk merangsang kematangan gonad

akhir dari oosit. Pembentukan oosit yang lebih awal dipacu dengan hormone testosteron

tersebut, maka akan cepat pula masa perubahan sel kelamin yang ditandai dengan

pembentukan sperma.

Aromatase inhibitor berfungsi menghambat kerja aromatase dalam sintesa

estrogen sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang

mengarah pada tidak aktifnya transkripsi dari gen aromatase sebagai feedbacknya.

Penurunan rasio estrogen terhadap androgen mengakibatkan terjadinya perubahan

penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan.

3.2 Saran

Dalam kegiatan pengarahan kelamin (sex reversal) ikan Guppy (Poecilia

reticulata) dalam lingkup budidaya sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang bersifat

alami seperti madu dan aromatase inhibitor, karena bahan sintetis bersifat karsinogenik

dimana pada kelebihan waktu perendaman dapat menyebabkan tekanan pada gonad

serta mortalitas ikan dan pada pemberian dosis yang berlebihan menyebabkan stress dan

timbulnya penyakit pada ikan.

Page 23: Rasio Kelamin Ikan Guppy

23

DAFTAR PUSTAKA

Agus, H. F. 2008. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2 Α

(Pgf2 Α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Kurisi

(Nemipterus furcosus). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Anita, A. 2012. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Laborarium Kimia Fisik. Jurusan

Kimia Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro, Semarang.

Arfah, S. H., Mariam dan Alimuddin. 2005. Pengaruh Suhu Terhadap Reproduksi dan

Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia Reticulata Peters). Jurnal Akuakultur

Indonesia. Volume IV, Nomor 1: 1–4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Candramila, W dan Junardi. 2012. Komposisi, Keanekaragaman dan Rasio Kelamin

Ikan Elasmobranchii Asal Sungai Kakap Kalimantan Barat. Biospecies. Volume I,

Nomor 2:41 – 46. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Fahmi. 2001. Tingkah Laku Reproduksi pada Ikan. Jurnal Oseana.Volume XXVI,

Nomor 1: 17 – 24. Lembaga Penelitian Perikanan Indonesia, Jakarta.

Huwoyon, G. H., Rustidja dan Rudhy, G. 2008. Pengaruh Pemberian Hormon

Methyltestosterone pada Larva Ikan Guppy (Poecilia Reticulata) Terhadap

Perubahan Jenis Kelamin. Jurnal Zoo Indonesia. Volume XVII, Nomor 2: 49-54.

Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang.

Lisnawati. 2012. Komposisi Lambung dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreohromis

niloticus). Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya. Universitas Setia Budi, Jakarta.

Mardiana, T. Y. 2009. Teknologi Pengarahan Kelamin Ikan Menggunakan Madu. Pena

Akuatika Volume I No 1:5-9. Fakultas Perikanan. Universitas Pekalongan,

Pekalongan.

Mulyasih, D., Tarsim dan Munti, S. 2012. Penggunaan Suhu Dan Dosis Propolis Yang

Berbeda Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poecilia Reticulata). E-Jurnal

Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Volume I No 1:7-12. Fakultas

Pertanian, Universitas Negeri Lampung, Lampung.

Muslim. 2010. Peningkatan persentase Ikan guppy (Poecilia reticulata) Jantan dengan

Perendaman Induk Bunting Dalam Larutan Hormon 17q-metiltestosteron Dosis 2

mg/l dengan Lama Perendaman Berbeda. Volume II, Nomor 1:61-66. Fakultas

Pertanian. Universitas Sriwijaya, Indralaya.

Nofita, E. S. 2013. Penggunaan Madu Dalam Optimasi Produksi Ikan Guppy (Poecilia

Reticulata) Jantan dengan Perendaman Waktu yang Berbeda. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta, Padang.

Page 24: Rasio Kelamin Ikan Guppy

24

Omar, G.E. 2011. Sistem Reproduksi. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

Ratna. 2011.Selektivitas Alat Tangkap Berbagi Ikan Domersal. Fakultas Biologi.

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Rohmawati, O. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar

Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sihombing, F, Wayan, F. A dan Dewi, R. K. 2013. Kontribusi Pendapatan Nelayan

Ikan Hias Terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga di Desa Serangan. E-Jurnal

Agribisnis dan Agrowisata. Volume II, Nomor 4. Fakultas Pertanian, Universitas

Udayana, Bali.

Soelistyowati, D. T., Martati, E dan Arfah, H. Efektivitas Madu Terhadap Pengarahan

Kelamin Ikan Gapi (Poecilia Reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia.

Volume VI, Nomor 2: 155–160. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Sudrajat, A. O, Astutik, I dan Arfah, H. 2007. Seks Reversal Ikan Nila Merah

(Oreochromis Sp.) Melalui Perendaman Larva Menggunakan Aromatase

Inhibitor. Jurnal Akuakultur Indonesia. Volume VI, Nomor 1: 103–108. Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sulistiono, Mia, R. J dan Yunizar, E. 2001. Reproduksi Ikan Belanak (Mugil

Dussumieri) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa timur. Jurnal Iktiologi Indonesia.

Volume I, Nomor 2:3l-37. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Tjakrawidjaja, A. J. 2006. Dimorfisme Seksual dan Nisbah Kelamin Ikan Arwana

(Scleropages Spp.). Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume VI, Nomor 2:4-7. Pusat

Penelitian Biologi – LIPI, Jakarta.

Ukhroy, N. U. 2008. Efektivitas Propolis Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy

Poecilia Reticulata. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu Terhadap

Nisbah Kelamin Ikan Gapi ( Poecilia Reticulata Peters ). Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zairin, M. J. R., Yunianti, A., Dewi, dan Sumantadinata. 2002. Pengaruh Lama Waktu

Perendaman Induk di dalam Larutan Hormon 17α-Metiltestosteron Terhadap

Nisbah Kelamin Anak Ikan Gapi, Poecilia Reticulata. Jurnal Akuakultur

Indonesia, Volume I, Nomor 1:31-35. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.