RANGKUMAN PROMKES BAB 3,4,5.docx
Transcript of RANGKUMAN PROMKES BAB 3,4,5.docx
1
MODEL -MODEL DALAM PROMOSI
KESEHATAN
MODEL KEYAKINAN KESEHATAN
(HEALTH BELIEF MODEL)
TRANSTEORITICAL
MODEL (TTM)
TEORI SEBAB AKIBAT
MODEL TRANSAKSIONAL STRES dan KOPING
THEORY OF REASONED
ACTION ( TRA)
Aplikasi model keyakinan kesehatan
Kelemahan model keyakinan kesehatan
Tahapan perubahan
Proses perubahan
Keseimbangan putusan
Keberhasilan diri
percobaan
Prinsip pertama
Prinsip kedua Prinsip ketiga
Aplikasi model transaksional stres dan kopiing
Aplikasi TRA
Keuntungan TRA
Kelemahan TRA
MODEL DAN NILAI DALAM PROMOSI KESEHATAN
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang mewakili suatu hal yang nyata. Model dalam kebidanan adalah aplikasi struktur kebidanan yang memungkinkan seorang bidan untuk menerapkannya sebagai cara mereka bekerja.
Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharg, kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku. Model dalam promosi kesehatan antara lain : model keyakinan kesehatan ( health belief model ), transteoritical model (TTM), teori sebab akibat, model transaksional stres dan koping, theory of reasoned Action (TRA), serta health field concept.
A. MODEL KEYAKINAN KESEHATAN (HEALTH BELIEF MODEL)
Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk meramalkan prilaku peningkatan kesehatan. Menurut model keyakinan kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang mempengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan serta penilaian terhadap keuntungan dan kerugian. Misalnya ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka ( perceived threat of injury or illness ) mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakit benar-benar mengancam dirinya. Jika ancaman meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan dan derajat keparahan yang dirasakan, mungkin dapat menciptakan masalah kesehatan sendiri sesuai dengan kondisi. Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu variabel demografi, variabel sosiopsikologis dan variabel struktural.
Aplikasi model keyakinan kesehatan yaitu perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai perilaku. Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom untuk penderita HIV/AIDS, dan gosok gigi. Adapun kelemahan dari model kayakinan kesehatan yaitu,
- Model keyakinan kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan dalam dalam permasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian akademis.
- Model keyakinan kesehatan didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan,seperti pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional.
- Model keyakinan kesehatan hanya memperhatikan keyakinan kesehatan. - Analisis model ini menunjukan bahwa prediktor dapat berubah sewaktu-waktu
Contoh dari model keyakinan kesehatan ini yaitu pemeriksaan pencegahan dan imunisasi, dalam imunisasi ini memberi kesan bahwa orang yang mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal berikut:1. Kemungkinan terkena penyakit tinggi ( rentan penyakit )
2
2. Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius3. Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegahan penyakit4. Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil beberapa penelitian model
ini menunjukkan kebalikannya.
B. TRANSTEORITICAL MODEL (TTM)
Model transteoritikal adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertindak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Ada lima konstruksi yaitu tahapan perubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan, keberhasilan diri, dan godaan/ percobaan.
1. Tahapan perubahanTahapan perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui enam tahap yaitu prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi, pemeliharaan, dan pemutusan.
2. Proses-proses perubahanProse perubahan adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang digunakan orang untuk maju melalui beberapa tahap, yaitu proses kesadaran dan evaluasi lingkup kembali, diantara kontemplasi dan prekontemplasi, evaluasi diri kembali, diantara kontemplasi dan persiapan, pembebasab diri, diantara persiapan dan tindakan, sangat ditekankan, antara tindakan dan pemeliharaan kontingensi manajemen,dan kontrol stimulus ditekankan.
3. Keseimbangan putusanPada tahap ini mencerminkan individu relatif menimbang pro dan kontra dari perubahan.
4. Keberhasilan diriPada tahap ini orang percaya bahwa situasi khusus mereka dapat mengatasi situasi risiko tinggi tanpa risiko kekambuhan untuk kebiasaan yang tidak sehat.
5. PercobaanPada tahap ini mencerminkan intensitas mendesak untuk terlibat dalam kebiasaan tertentu ketika di tengah-tengah situasi yang sulit.
C. TEORI SEBAB AKIBAT
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan. Pada teori sebab akibat apa yang dialami manusia pasti ada penyebabnya, pengetahuan tentang sebab akibat mendorong seseorang untuk bertindak hati- hati dan fokus pada tujuan yang terbentuk akibat. Teori ilmiah dari berbagai lapangan ilmu secara umum sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kuasalitas), melalui cara tersebut, ilmu pengetahuan dapat ditemukan. Sejatinya kausalitas terkait erat dengan prinsip-prinsip senagai berikut.
3
1. Prinsip pertama : prinsip kausalitas meniscayakan setiap setiap kondisi (akibat) pasti mempunyai sebab. Misalnya sesuatu benda pasti ada yang membuatnya, setiap bergerak pasti ada penggeraknya.
2. Prinsip kedua :menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab; jika ada sebab maka ada akibat dan begitu pun sebaliknya. Misalnya, jika orang tidak makan diniscayakan lapar atau jika orang lapar pasti belum makan.
3. Prinsip ketiga :hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang meniscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab akibat di alam. Prinsipnya adalah menjelaskan keselarasan suatu kondisi yang bergantung pada sebab akibatnya. Jika kita memahami teopri sebab akibat maka promosi kesehatan akan mejadi jelas, contohnya jika kita mempunyai perilaku konsumsi lemak berlebih mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol, dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan kanker paru. Upaya promosi kesehatan pada teori sebab akibat lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif yang mencegah masalah kesehatan pada individu, kelompok atau masyarakat.
D. MODEL TRANSAKSIONAL STRES DAN KOPING
Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuhyang terganggu karena tekanan psikologis. Stres juga dapat memprngaruhi penyakit fisik karena dengan kejiwaan yang terganggu maka daya tahan tubuh pun akan lemah dan rendah. Banyak hal yang memicu stres diantaranya rasa khawatir, kesal, keletihan,frustasi dll, hal ini biasanya dapat diatasi dengan konsultasi ke psikiater.
Setresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal dan eksternal sehingga mempengaruhi tindak kesejahteraandan membutuhkan kesehatan fisik maupun psikologis unyuk mengembalikan keseimbangan.
Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat membantu individu mempertahankan adaptasi psikososial selama periode menegangkan. Ada dua cara atau strategi menghadapi stres, cara pertama adalah respons berfokus pada masalah (problem focus responses )yaitu respons diarahkan pada peristiwa eksternal, stres dihilangkan dengan memecahkan atau mengendalikan masalah, cara kedua adalah respons berfokus pada emosi ( emotion focus), yaitu respon diarahkan pada reaksi emosional individu / internal, stres dapat dihilingkan dengan cara mengatur konsekuensi stres emosional dari peristiwa dan cenderung digunakan untuk menangani masalah yang tidak terkendali.
Model transaksional stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang stresor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya, penilaian primer yaitu penilaian seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali menentang, atau relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi menghadapi stresordan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapinya.
Aplikasi model transaksional stres dan koping ini berguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, pengaruh stres pada orang tidak semuanya sama,
4
stres dapat mennyebabkan penyakit dan pengalaman negatif.faktor penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu mempengaruhi dan bagaimana orang mencari perawatan medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Contohnya pemahaman gaya hidup pasien kanker yang mencari berbagai perawatan.
E. THEORY OF REASONED ACTION (TRA)
TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis. Teori ini banyak digunakan untuk menentukan faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan antara keyakinan, sikap, kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik unntuk perilaku, artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang adalah mengatahui kehendak orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung – rugi dari prilaku tersebut dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu.
Aplikasi TRA adalah untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, misalnya penggunaan alat kontrasepsi. TRA juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), misalnya tindakan keselamatan dalam pertambanga batubara, ketidakhadiran karyawan, dan perilaku konsumen.
Keuntungan TRA adalah memberiksn pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam hal-hal yang bersifat operasional, fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang. Pada model ini harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki, misalnya terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang dialami dari tumbuh kembang anak.
Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkolerasi sedang, kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau mempengaruhi kehendak dan perilaku. TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal.hal ni berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.
5
PETA KONSEP PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
6
PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
Strategi Global
(Global Strategy)
Strategi Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa
Charter)
Advokasi
(Advocacy)
Dukungan Sosial
(Social Support)
Pemberdayaan Masyarakat
(Empowerment Community)
PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
A. STRATEGI GLOBAL
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri
dari 3 hal, yaitu:
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain terse but
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan at au penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi,
dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara
formal inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukun~an dari para
pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para
pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau
fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait
dengan masalah kesehatan (sasaran tertier)
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan
masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan
sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya
bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terliadap kesehatan. Bentuk
7
kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran
utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai
tingkat (sasaran sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
langsung. Tujuan utama pember¬dayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi
promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan
untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income gener¬ating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana
sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-
kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat" untuk
kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
B. STRATEGI BERDASARKAN OTAWA CHARTER
Konferensi lnternasional Promosi Kesehatan di Ottawa¬ Canada pada tahun 1986
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan, dan
sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya,
ada paraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak
lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya.
Dengan perkataan lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
8
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah
kota, agar mereka menyediakan sarana¬prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung
tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-
tempat umum antara lain: tersedianya temp at sampah, tersedianya temp at buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-
perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-tempat
umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall, dan sebagainya,
harus menyedia¬kan sarana-prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Sudah nienjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan
kesehatan itu ada "provider" dan "con¬sumer". Penyelenggara (penyedia)
pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta dan masyarakat adalah sebagai
pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah,
harus direorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan hanya sekadar pengguna atau
penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara juga,
dalam batas¬-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini
adalah, para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
harus melibatkan, bahkan member¬dayakan masyarakat agar mereka juga dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga
seka¬ligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan masayarakat. Dalam
mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.
4. Keterampilan individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang rerdiri dari individu, keluarga,
dan kelompok-kelompok. Oleh sebab, itu, kesehatan masyarakat akan terwujud
apabila kesehatan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok¬kelompok
terse but terwujud. Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-
individu (personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah
sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatan kesehatan mereka ini adalah mem¬berikan pemahaman-pemahaman
kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman
9
ini lebih bersifat individual daripada massa.
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka
di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk
kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus men¬dorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa
adanya kegiatan masya¬rakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang
kon¬dusif untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara
serta meningkatkan kesehatan mereka.
10
PETA KONSEP ETIKA PROMOSI KESEHATAN
11
ETIKA PROMOSI KESEHATAN
Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku
Menetapkan Sasaran
Menetapkan Tujuan
Menetapkan Pesan Pokok
Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi
Menetapkan Kegiatan Operasional
Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi
Hubungan dengan klien
Kepedulian terhadap determinan sosial dan hubungannya dengan
kesehatan
Pertimbangan-pertimbangan etis
Determinan sosial
berkaitan dengan
kesehatan
ETIKA PROMOSI KESEHATAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial
ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan
untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,
derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan
kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu
dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan.
Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan
teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan
bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan .Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan
informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma
pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif.
Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
12
kesehatan masyarakat.
A. MENETAPKAN SASARAN
1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
B. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
13
C. MENETAPKAN PESAN POKOK
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program
yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang
memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7
Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
1. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2. Program lingkungan sehat
3. Program upaya kesehatan
4. Program pengembangan sumber daya kesehatan
5. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7. Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai
penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10
pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
1. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
2. Program perbaikan gizi
3. Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
4. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
5. Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
6. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
7. Program keselamatan dan kesehatan kerja
8. Program anti tembakau, alkohol dan madat
9. Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
10. Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas
D. MENETAPKAN METODE DAN SALURAN KOMUNIKASI
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan
perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi
yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio
visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
E. MENETAPKAN KEGIATAN OPERASIONAL
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah menetapkan
kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar:
14
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan
pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat
kesehatan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan
penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan :
Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi, Pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat
8. Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
9. Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
10. Dukungan sumber daya kesehatan
11. Misi Pembangunan Kesehatan
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan
kesehatan (DepKes RI, 1999)
13. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program
pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam
semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem
Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional
berwawasan kesehatan.
15. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan
kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
15
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus
diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif
dan rehabilitatif.
21. Strategi Pembangunan Kesehatan
22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional,
mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk
mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan
adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus
memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan
sehat dan pembentukan perilaku sehat.
F. MENETAPKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi
Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan
terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku
oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui,
diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene
untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau
bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan
sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana
lokal seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan
identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat
ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan
anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi
orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk memilih beberapa perubaha
perilaku yang diharapkan dapat diterapkan
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut
melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku
16
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai
kelompok sasaran
G. HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah
perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal
PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas.
Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat
setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk,
1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat
serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan
menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam
promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup
untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana
mereka bekerja.
H. KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN SOSIAL DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor
internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau
subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar
subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam
bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian –
penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku)
dan Non Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3
faktor utama yaitu :
17
a. Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
c. Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau
stimulus diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan
tindakan yang akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau
berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat
d. Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.
I. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi,
dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada
klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka
akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak
kompoten bisa kerjakan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Heri D. J.. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGCM. Ridwan. 2009. Promosi Kesehatan dalam Rangka Perubahan Perilaku. Jurnal Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba MedikaKesehatan “Metro Sai Wawai” Volime II No. 2 Edisi Desember 2009, ISSN:19779-469X
19
MODEL DAN NILAI DALAM PROMOSI KESEHATAN, PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
DAN ETIKA PROMOSI KESEHATAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
Disusun oleh:
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
2013
20
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya kami
akhirnya dapat menyelesaikan makalah dengan Model Dan Nilai Dalam Promosi
Kesehatan, Pendekatan Promosi Kesehatan Dan Etika Promosi Kesehatan.
Makalah ini terdiri dari beberapa pembahasan tentang seputar Promosi Kesehatan yang
saat ini melanda di dalam kehidupan kita.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, kami berharap agar pembaca dan
penggunanya mendapat pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana yang tertera dalam tujuan
belajar setiap pembahasan.
Mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,
maka kami selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik sehingga buku
ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.
Sukabumi, April 2013
Penyusun
21i