Rangkuman Diskusi Praktikum Bi

3
DISKUSI PRAKTIKUM I (SSO-ASMA) KELOMPOK B1 1. Pak Sutaman, umur 55 tahun (Berat badan : 75 kg, tinggi badan : 165 cm), mantan atlet angkat besi, sudah lama menderita hipertensi berat (tekanan darah 180/110 mmHg) dan beberapa bulan yang lalu, oleh dokter ahli jantung dia didiagnosis menderita penyakit gagal jantung (heart failure). Perlu diketahui juga Pak Sutaman ini seorang penderita asma kronik. Menjelang musim hujan dan udara dingin, Pak Sutaman memeriksakan dirinya ke Puskesmas untuk memperoleh pengobatan agar asmanya tidak sering kambuh dan mengalami sesak napas akut. Obat anti asma apa yang sebaiknya diberikan kepada Pak Sutaman? P-drugs : Ipratropium Bromida, karena penyakit penyerta hipertensi berat dan gagal jantung maka kelompok pilihan obat adalah antimuskarinik yang bekerja merelaksasikan otot polos dengan menghambat reseptornya. Preparat per inhalasi sehingga langsung ke target organ otot polos bronkiolus dan meminimalisir efek sistemik. Cat : - Tidak diberikan B2 agonis meskipun efikasi lebih tinggi karena dapat meningkatkan kontraksi jantung melalui reseptor, tidak langsung ke otot jantung memperparah hipertensi. Tidak diberikan Theophyllin karena hambatan PDE (fosfodiesterase) cAMP meningkat kontraksi otot jantung tapi kekuatan otot tidak meningkat. Tidak diberikan Kortikosteroid karena dapat meretensi Na kuat K keluar banyak Edema, Hipokalemia (interaksi dengan digitalis bahaya untuk jantung) - Kemungkinan besar pasien juga mengkonsumsi Digoksin yg bekerja dengan menghambat pompa Na-K-ATPase. Sehingga ion Na tetap dalam sel, tdk bs keluar, potensial mebran dalam sel semakin positif, ion Ca masuk, berikatan dgn troponin C, meningkatkan kontraksi miokard. 2. Ibu Sri (35 tahun, berat badan : 65 kg, tinggi badan : 155 cm) seorang penderita asma. Saat ini dia gravid 8 bulan 2 minggu dan menderita pre-eclampsia. Pada suatu

description

Ini adalah Singkatan Praktek Bi

Transcript of Rangkuman Diskusi Praktikum Bi

Page 1: Rangkuman Diskusi Praktikum Bi

DISKUSI PRAKTIKUM I (SSO-ASMA) KELOMPOK B1

1. Pak Sutaman, umur 55 tahun (Berat badan : 75 kg, tinggi badan : 165 cm), mantan atlet angkat besi, sudah lama menderita hipertensi berat (tekanan darah 180/110 mmHg) dan beberapa bulan yang lalu, oleh dokter ahli jantung dia didiagnosis menderita penyakit gagal jantung (heart failure). Perlu diketahui juga Pak Sutaman ini seorang penderita asma kronik. Menjelang musim hujan dan udara dingin, Pak Sutaman memeriksakan dirinya ke Puskesmas untuk memperoleh pengobatan agar asmanya tidak sering kambuh dan mengalami sesak napas akut. Obat anti asma apa yang sebaiknya diberikan kepada Pak Sutaman?

P-drugs : Ipratropium Bromida, karena penyakit penyerta hipertensi berat dan gagal jantung maka kelompok pilihan obat adalah antimuskarinik yang bekerja merelaksasikan otot polos dengan menghambat reseptornya. Preparat per inhalasi sehingga langsung ke target organ otot polos bronkiolus dan meminimalisir efek sistemik.Cat :- Tidak diberikan B2 agonis meskipun efikasi lebih tinggi karena dapat

meningkatkan kontraksi jantung melalui reseptor, tidak langsung ke otot jantung memperparah hipertensi. Tidak diberikan Theophyllin karena hambatan PDE (fosfodiesterase) cAMP meningkat kontraksi otot jantung tapi kekuatan otot tidak meningkat. Tidak diberikan Kortikosteroid karena dapat meretensi Na kuat K keluar banyak Edema, Hipokalemia (interaksi dengan digitalis bahaya untuk jantung)

- Kemungkinan besar pasien juga mengkonsumsi Digoksin yg bekerja dengan menghambat pompa Na-K-ATPase. Sehingga ion Na tetap dalam sel, tdk bs keluar, potensial mebran dalam sel semakin positif, ion Ca masuk, berikatan dgn troponin C, meningkatkan kontraksi miokard.

2. Ibu Sri (35 tahun, berat badan : 65 kg, tinggi badan : 155 cm) seorang penderita asma. Saat ini dia gravid 8 bulan 2 minggu dan menderita pre-eclampsia. Pada suatu malam, akibat perubahan cuaca, asmanya kambuh. Dia mengalami sesak napas akut yang disertai napas berbunyi. Tentukan obat anti asma yang aman untuk ibu Sri!

P-drugs : Ipratropium BromidaCat :- Tidak diberikan B2 agonis karena lipofilicity sangat tinggi, meskipun per inhalasi

dapat masuk sirkulasi, masuk ke jantung, merangsang reseptor B1 yang meningkatkan kronotropik dan inotropik jantung aritmia, cardiac arrest. Pada Pembuluh darah, reseptor yang dominan lebih banyak adalah Alfa 1, Beta 2 lebih sedikit. Efek yg diharapkan menurunkan tekanan darah muncul apabila diberikan juga Alfa 1 bloker (Prazosin) slow injection. Fenomena ini disebut dereversal phenomenon. Reseptor B2 juga berefek merelaksasikan uterus, padahal pasien sudah 8,5 bulan, sehingga dapat mengakibatkan DELAYED POST PARTUM DEATH.

- Tidak diberikan theophyllin karena meningkatkan tekanan darah

Page 2: Rangkuman Diskusi Praktikum Bi

- Tidak diberikan kortikosteroid karena meretensi Na edema, padahal ibu hamil trimester akhir sdh edema. Selain itu juga menimbulkan efek diabetogenik bayi makrosomia

3. Asma Kronik, Nocturnal Asthma Attack, Menopause, 62 tahun, Operasi batu buli-buli, sakit pada tulang belakang, berat badan 160 kg, tinggi badan 170 cm, Tekanan darah : 100/70. Sesak napas saat tidur malam hari

P-drugs : B2 agonis long acting (Salmeterol), karena DOA long acting 12 jam. Sedang short acting 4 jam. Pasien ingin tidur nyenyak pada malam hari sehingga diberikan yang long acting.Cat :- Post operasi batu buli-buli tidak diberikan antimuskarinik, karena dapat

terjadi retensio urine, padahal setelah operasi biasanya pasien sudah mengalami hal tersebut

- Sakit dan ngilu tulang belakang osteoporosis, tidak diberikan kortikosteroid karena akan semakin memperparah (kortikosteroid lebih dominan merangsang osteoklas daripada osteoblas dalam proses remodelling tulang)

- Noctural asthma attack tidak diberikan metylxanthine karena bersifat stimulan