RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL ( KUE KARAH ...repository.utu.ac.id/347/1/BAB I_V.pdf ·...
Transcript of RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL ( KUE KARAH ...repository.utu.ac.id/347/1/BAB I_V.pdf ·...
RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL
( KUE KARAH ) SECARA ERGONOMI
( Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat)
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar
Disusu Oleh :
Nama : Khairul Anwar
Nim : 07C10207021
Bidang : Manajemen Rekayasa & Sistem Produksi
J U R U S A N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
U N I V E R S I T A S T E U K U U M A R
M E U L A B O H
2 0 1 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha kecil di bidang makanan ringan semangkin berkembang dan
terbukti mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Namun, industri
skala kecil banyak sekali mengalami permasalahan khususnya dalam proses
pembuatan produknya. Proses produksi secara manual sering kali kita temukan
dalam industri rumah tangga, ( Sagala, A. Baginda, 2012 ).
Menjalankan suatu pengembangan usaha tentu akan menghadapi beberapa
resiko permasalahan yang dapat mempengaruhi hasil usahanya tersebut, apabila
tidak diantisipasi maka bisa saja resiko permasalahan itu terjadi. Permasalahan itu
terdapat dari faktor internal dan eksternal. (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).
Resiko permasalahan internal, dalam menjalankan usaha pada setiap suatu
kelompok usaha kecil, dibutuhkan suatu perangkat untuk mendukung jalanya
usaha tersebut yaitu sumber daya manusia (SDM) yang handal sesuai dengan
kebutuhan. Hubungan lingkungan kerja yang aman dan nyaman patut diperhatikan
sehingga menjadi timbal balik dengan lingkungan fisik dan ekosistem yang
kondusif.
Resiko permasalahan eksternal, kemajuan teknologi dapat membantu
pihak pengelola dalam hal meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Apabila
pihak produsen kurang memanfaatkan perkembangan teknologi , maka secara
2
tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang pada
akhirnya akan kalah dalam bersaing dipasar, (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).
Jenis-jenis kue tradisional Aceh, sangat banyak di jumpain di kota-kota
besar di Aceh yang bergerak dalam bidang industri kecil rumah tangga, dari kue
kering hingga kue basah diantaranya adalah kue kembang loyang, kue sepit, kue
bhoi, kue lempat, pisang sale, hingga kue karah, kue tradisional aceh yang cukup
populer salah satunya adalah kue karah, (Ridha., Fahmi, 2012).
Kue karah adalah sejenis makanan ringan yang cukup populer dikalangan
masyarakat Aceh, yang terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga sering juga
berbentuk lipat dua. Masyarakat Aceh menjadikan kue ini juga sebagai bagian
dari adat dan upacara-upacara tradisional, khususnya di Aceh Barat, pada upacara
pernikahan dan juga acara-acara kematian. Misalnya, di Khanduri Peuet Ploeh.
Namun, kue ini juga dikenal akrab oleh masyarakat di beberapa kabupaten lainya
di Aceh, (www.acehpedia.org , 2012)
Selama proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual dan
tradisional, operator terlihat pada sikap postur kerja yang dilakukan pada posisi
duduk jongkok didepan wadah penggorengan, sehingga operator mengalami
temperatur suhu badan yang berlebihan akibat lingkungan kerja yang panas, dan
juga keluhan pada bagian tangan, lengan, bahu dan pinggang, dikarenakan sikap
kerja yang cukup lama dan di lakukan terus-menerus secara berulang lebih kurang
4-5 jam per hari, (Pengakuan operator pembuat kue karah, 14 May 2014)
Suatu penelitian terhadap pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau
berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja, hal tersebut
3
dikarenakan adanya kontraksi otot selama melakukan proses tersebut. Otot-otot
akan menegang dan pembuluh darah akan mengecil hingga menimbulkan keluhan
musculoskeletal. Keluhan ini berupa rasa nyeri pada bagian-bagian otot skeletal
yang mendapat pembebanan yang melebihi batas kemampuan operator,
(Suma’mur, 1993).
Agar seseorang dapat bekerja dengan baik maka perlu kenyamanan
lingkungan tempat kerja, karena lingkungan kerja fisik yang tidak nyaman
terutama bekerja pada tekanan panas dapat mengurangi kesehatan pekerja.
Ketidaknyamanan kerja fisik mengakibatkan perubahan fungsional pada organ
tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebih-lebihan mengakibatkan rasa letih,
kantuk, mengurangi kestabilan tubuh, yang pada akhirnya menimbulkan tingkat
stres, (Grandjean, 1986)
Suhu panas berakibat menurunya prestasi kerja fikir dan penurunan sangat
hebat sesudah 23C. suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu
reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak,
mengganggu koordinasi saraf perasa dan saraf motoris, (suma’mur, 1996).
Paparan panas dilingkungan kerja meningkatkan aliran darah, untuk
membawa panas tersebut kepermukaan tubuh. Akibat aliran darah tersebut, kulit
tubuh mengalami dilidrasi dan membuka pori-pori untuk mengeluarkan panas
pengeluaran keringat. Mekanisme penguapan mengakibatkan tubuh menjadi
dingin dan temperatur tubuh menurun, (Prece 1994). Tubuh mempunyai kadar air
yang tinggi. Komponen air di dalam tubuh dikenal sebagai cairan tubuh dan
mengandung elektrolit dan mineral seperti sodium, potassium, kalsium dan
4
klorida. Keseimbangan air tubuh diatur oleh hormon antidiuretik (ADH) yang
mempertahankan issosmotik plasma. Peningkatan osmolalitas plasma merangsang
rasa haus maupun pelepasan ADH. Kehilangan air melalui keringat dapat terjadi
pada temperatur yang tinggi. Keluarnya keringat berarti keluarnya air dan
elektrolit yang pada akhirnya mempengaruhi kesetimbangan garam diatur oleh
hormon aldosteron dengan tujuan mempertahankan volume ekstrasellular
(hipovolemia) mengganggu curah jantung, mengurangi alir balik vena ke jantung,
(Prece 1994).
Pengaruh bekerja terus-menerus secara berulang dalam jangka waktu yang
lama dapat menaikan berat beban dan frekuensi yang tinggi, hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kelelahan, karena otot menerima tekanan akibat beban
kerja yang terus menerus secara berulang (repetitif), sehingga akan
mengakibatkan rasa sakit yang berujung pada penurunan performans kerja.
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).
Sikap kerja merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat
kenyamanan kerja. Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkan keluhan
fisik seperti rasa nyeri pada otot. Adanya ketidaknyamanan kerja tentu
meningkatkan beban kerja dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Dari
sudut pandang kesehatan, kondisi jongkok ataupun duduk jongkok pada
ketinggian rendah (10 cm) posisi tulang punggung terlihat sangat membungkuk
dan seluruh berat tubuh banyak ditopang oleh kaki, akibatnya terjadi pembebanan
yang berlebihan pada otot kaki dan punggung, Hal ini merupakan salah satu
penyebab munculnya keluhan Musculoskeletal pada tulang belakang dan sakit
5
pinggang, (Sriwarno, A. Bagus 2008).
Kegiatan manual material handling yang dilakukan secara repetitif pernah
diteliti oleh Muslimah, Etika, (2006). Penelitian lain yang membahas mengenai
beban kerja adalah penelitian dari Wignjosoebroto, Sritomo (2008). Penelitian ini
bertujuan untuk merancang peralatan kerja yang ergonomis untuk mengatasi
keluhan sakit pada bagian leher, punggung, dan pinggang ketika bekerja
dengan menggunakan peralatan yang sebelumnya.
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bekerja pada kondisi tidak
nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Setiap tahun terjadi 1,1
juta kematian yang di sebabkan penyakit atau yang di sebabkan oleh pekerjaan.
Sekitar 300,000 kematian tejadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah
kematian karena akibat kerja dimana di pekirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan yang tidak aman dan nyaman, penyebab kematian yang
berhubungan dengan pekerjaan sebagaimana pada grafik dibawah ini.
Gambar 1.1. Grafik Penyakit Yang Di Akibatkan Oleh Pekerjaan Di Dunia
Dari gambar di atas, bahwa peyebab utama kematian adalah kanker,
sedangkan kelompok penyebab lain adalah Pneumoconiosis penyakit neurogis dan
6
penyakit gijal. Selain penyebab kematian, masalah kesehatan lain terutama adalah
ketulian , gangguan Musculoskeletal, gangguan reproduksi, ( International Labor
Organization (ILO), 1999 ).
Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang didapat dari Puskesmas
Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, terdapat 7 jenis penyakit
terberat yang dialami pada tahun 2013 diantaranya adalah Common Cold, Sistem
Jaringan Otot, ISPA ( Saluran Pernapasan ), Hypotensi, Lukak Lambng,
Hypertensi, Penyakit Kulit. Sebagamana pada grfik dibawah ini.
Gambar 1.2. Grafik Jenis Penderita Penyakit Di Kecamatan Meureubo 2013
Berdasarkan gambar diatas, ada 7 jenis penyakit terberat yang di alami
Masyarakat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat 2013, jenis dan
keterangan penyakit tersebut adalah.
1. Common Cold, adalah penyakit flu yang mempengaruhi saluran
pernafasan, dan memiliki gejala yang mirip seperti tenggorokan sakit,
hidung tersumbat atau pun meler, hingga batuk.
2. Sistem Jaringan Otot, adalah suatu kecederaan otot yang di akibatkan
pada gangguan sistem tulang dan otot, seperti asam urat, jari kesemutan,
7
keropos tulang ( Osteoporosis ), Nyeri otot, radang sendi, sakit pinggang,
dan pegal-pegal di betis.
3. ISPA ( Saluran Pernapasan ), adalah singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut, dimana melibatkan organ saluran pernapasan mulai
dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Saluran pernafasan adalah organ
tubuh yang memiliki fungsi menyalurkan udara atmosfer ke paru-paru
begitu pula sebaliknya.
4. Hypotensi, adalah tekanan darah yang rendah sehingga tidak mencukupi
untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat, Hipotensi timbul akibat
penurunan curah jantung atau penurunan resitensi perifer
5. Lukak Lambung, merupakan penyakit yang terjadi apabila dinding
lambung rusak akibat mukus yang menyelimutinya rusak. Hal ini di
akibatkan sesorang menderita penyakit maag kronis, yang tidak segera
diobati sehingga menyebabkan luka atau tukak lambung.
6. Hypertensi, adalah tekanan darah tinggi atau penyakit kelainan jantung
dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
7. Penyakit Kulit, adalah suatu penyakit yang di akibatkan oleh adanya
kontraksi infeksi seperti, bakteri, alergi, virus dan daya tahan tubuh
lemah, sehingga menimbulkan penyakit seperti, panu, kadas, kurab, kudis,
eksim, hingga jerawat.
(www.google.com )
Data Rekapitulasi 7 jenis penyakit terbesar yang di alami Masyarakat
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dapat di lihat pada Lampiran A.
8
Mengacu kepada fenomena yang telah peneliti uraikan, maka peneliti
tertarik untuk meneliti kasus tersebut dengan tema judul “RANCANGAN MESIN
PEMBUAT KUE TRADISIONAL (KUE KARAH) SECARA ERGONOM
(Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat)”. Pekerjaan
pembuatan kue karah secara manual ini menarik untuk diteliti karena terlihat
adanya sikap atau posisi kerja dan kondisi kerja tidak ergonomis dan tidak
nyaman yang dirasakan operator akibat pekerjaan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini adalah fasilitas kerja yang tidak nyaman
sehingga menimbulkan keluhan Musculoskeletal rasa sakit pada otot skeletal
karena posisi kerja yang terlalu rendah, menyebabkan sikap postur kerja operator
dalam posisi duduk jangkok dan membungkuk di depan wadah penggorengan
dengan temperatur suhu yang tinggi atau panas, dalam jangka waktu yang lama
dan di lakukan secara terus menerus selama lebih kurang 4-5 jam kerja, serta
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan menurunkan produktifitas kerja
operator pembuat kue karah.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis postur kerja operator
pembuat kue karah dengan menggunakan metode QEC, serta merancang mesin
kerja operator yang sesuai dengan pola kerja pembuatan kue karah
9
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai bahan pertimbangan mengenai usulan fasilitas kerja, rancangan
mesin pembuatan kue karah.
2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa dapat menerapkan
prinsip-prinsip ergonomi yang telah dipelajari dalam merancang fasilitas
kerja yang ergonomis.
3. Bagi fakultas Teknik, khususnya jurusan teknik Industri. Diharapkan dapat
menjadi referensi dan sumber bacaan, baik untuk kepentingan pribadi
maupun untuk kepentingan kajian pembelajaran dan pengembangan
penelitian selanjutnya.
1.5 Batasan Masalah dan Asumsi
Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin
dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dan asumsi. Batasan masalah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian difokuskan pada operator pembuat kue karah
2. Penilaian postur kerja dilakukan dengan metode (QEC)
3. Dalam penelitian ini, kekuatan pengelasan, dan proses manufaktur yang
digunakan untuk membuat mesin bantu ini tidak dibahas.
4. Usulan rancangan mesin pembuatan kue karah secara ergonomi dilakukan
tanpa mempertimbangkan biaya.
10
5. Tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.
6. Pengukuran antropometri hanya dilakukan untuk beberapa dimensi tubuh
yang dibutuhkan dalam merancang mesin.
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, dalam keadaan baik.
2. Proses produksi berlangsung secara normal.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika
penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian
serta sistematikan penulisan tugas akhir.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menampilkan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau
pencapaian tujuan penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Mengungkapkan langkah-langkah penelitian yang meliputi penjelasan tiap
tahapan mulai dari awal penelitian hingga penyelesaian laporan secara ringkas
disertai kerangka konseptual, Flow chart penelitian dan Flow Proses Chart
proses produksi kue karah.
11
BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Menyajikan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai
bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada
pemecahan masalah.
BAB V : ANALISIS HASIL PEMECAHAN MASALAH
Menganalisis hasil pengolahan data yang dilakukan dan dilanjutkan
dengan pemecahan masalah.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Membuat kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian
ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan
tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi
disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai
macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,
perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi,
dan teknik industri, ( Eko Nurmianto, 2004 ).
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan
mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi
masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh
adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja
13
Secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia
pekerja dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat
sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang
membentuk sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai
disiplin ilmu, salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang
banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan
fisiologi. Selain itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan
fungsi kerangka otot dan dimensi tubuh manusia, ( Eko Nurmianto, 2004 ).
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontrak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
2.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi
Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup
yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :
14
a. Anthropometric
Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri
fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari
dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi
mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri merupakan ketidaksesuaian
antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini
dengan memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.
b. Cognitive
Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di
bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun
dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi
ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.
Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dan mesin.
c. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal
tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan
masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain
kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai kemampuan
manusia.
d. Cardiovaskular
Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk
jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi
tingginya permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain
15
kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.
e. Psychomotor
Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor.
Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk
disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan
performansi pekerjaan, ( Tarwaka, 2004 ).
2.2. Postur Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja
yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi
timbulnya cedera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.
Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja
untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu
mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap
keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode,
yaitu:
1. Ovako Working Postures Analysis system (OWAS)
2. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
3. Rapid Entire Body Assesment (REBA)
4. The Quick Exposure Check (QEC)
16
2.3. Quick Exposure Check (QEC)
Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu alat untuk penilaian terhadap
resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot (work-related
musculoskeletal disorders/WMDs) di tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko
yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (shoulder/arm),
pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck), ( Li, Guangyan dan Peter
Buckle, 2005 ).
Alat ini mempunyai fungsi utama sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMDs
2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-
beda.
3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi
gangguan resiko yang ada.
4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.
5. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja.
Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan
penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian diperoleh skor
dengan kategori level tindakan, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).
Exposure Level (E) dihitung berdasarkan persentase antara total skor
actual exposure (X) dengan total skor maksimum (Xmax) yaitu
17
Dimana :
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur
(punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher +
vibrasi + visual + langkah + stres).
Xmax = total skor maksimum postur kerja (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher).
Xmax adalah konstanta untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor
maksimum (Xmax = 162) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau
berdiri dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan
tenaga/beban yang relatif rendah. Untuk pemberian skor maksimum (Xmax=176)
apabila dilakukan manual handling, yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan
membawa beban. Adapun tabel-tabel dalam penilaian postur kerja dengan
menggunakan Quick Exposure Check (QEC) dapat dilihat pada Tabel 2.1, 2.2, dan
2.3.
Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC
FFaakkttoorr KKooddee 11 22 33
BBeellaakkaanngg
((bbaacckk)) AA HHaammppiirr nneettrraall
BBeerrppuuttaarr aattaauu
bbeennggkkookk
sseeddiikkiitt
CCeennddeerruunngg
bbeerrppuuttaarr aattaauu
bbeennggkkookk
FFrreekkuueennssii
ppeerrggeerraakkaann
bbaaggiiaann
bbeellaakkaanngg
BB ≤≤33 //mmnntt KKiirraa--kkiirraa
88//mmnntt ≥≥1122//mmnntt
TTiinnggggii ttuuggaass CC
PPaaddaa aattaauu
sseettiinnggggii
ppiinnggggaanngg
SSeettiinnggggii ddaaddaa SSeettiinnggggii bbaahhuu
18
Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC ( Lanjutan )
FFaakkttoorr KKooddee 11 22 33
GGeerraakkaann
bbaahhuu//lleennggaann DD SSeesseekkaallii
RReegguulleerr//tteerraattuurr
ddeennggaann jjeeddaa HHaammppiirr kkoonnttiinnuu
PPoossttuurr
ppeerrggeellaannggaann
ttaannggaann//ttaannggaann
EE HHaammppiirr
lluurruuss BBeennggkkookk//bbeerrppuuttaarr
PPeerrggeerraakkaann
ppeerrggeellaannggaann FF ≤≤1100 mmnntt 1111--2200 mmnntt >>2200 mmnntt
PPoossttuurr lleehheerr GG HHaammppiirr
nneettrraall
KKaaddaanngg--kkaaddaanngg
bbeennggkkoo//bbeerrppuuttaarr
sseeccaarraa bbeerrlleebbiihhaann
ppaaddaa kkeeppaallaa//lleehheerr
BBeennggkkookk//bbeerrppuuttaarr
sseeccaarraa bbeerrlleebbiihhaann
ppaaddaa kkeeppaallaa//lleehheerr
Sumber : www. hse.gov.uk
Tabel 2.2. Penilaian Pekerja QEC
Faktor Kode 1 2 3 4
Beban A < 5 kg 6 - 10 kg 11 - 20 kg >20 kg
Durasi B < 2 jam 2 – 4 jam > 4 jam
Kekuatan tangan
C < 1 kg 1 - 4 kg > 4 kg
Vibrasi D Tidak
ada/kecil Sedang Tinggi
Visual E Tidak
diperlukan
Diperlukan
untuk melihat
detail
Langkah F Tidak susah Kadang- kadang
susah
Lebih
sering
susah
Tingkat stress G Tidak ada Kecil Sedang Tinggi
Sumber : www. hse.gov.uk
Penilaian skor QEC adalah dengan cara menghubungkan penilaian
terhadap pekerja dan penilaian terhadap pengamat untuk mendapatkan penilaian
19
pada bagian tubuh punggung, lengan, pergelangan tangan, dan leher.
Kemudian terdapat penilaian terhadap getaran, langkah, penglihatan dan tingkat
stres, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).
Contoh :
Pada kuisioner QEC untuk penilaian skor pengamat diperoleh untuk postur
punggung yaitu A3 dengan kategori sangat bengkok kemudian pada penilaian
pekerja diperoleh untuk beban pengangkatan yang dilakukan secara manual
yaitu H3 dengan kategori sangat berat. Maka pada tabel isian QEC akan diperoleh
nilai 10, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).
PUNGGUNG A1 A2
H1 2 4
A3 6 8
H3 6 8 10 H4 8 10 12
score 1 10
Tabel 2.3. Nilai Level Tindakan QEC
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
Tindakan Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50%
71-88
2
Diperlukan beberapa
waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu
dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Sumber : www. hse.gov.uk
2.3.1. Keuntungan dan Kekurangan Metode ( QEC )
Penilaian dengan metode QEC memiliki beberapa keuntungan dan
20
juga beberapa kekurangan, yaitu ;
Keuntungan metode QEC :
1. Dapat mencakup sejumlah besar faktor fisik terhadap pekerjaan yang
memiliki resiko gangguan otot.
2. Mempertimbangkan kebutuhan dari pengguna dan dapat digunakan oleh
pengguna yang belum berpengalaman.
3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi dari faktor resiko terhadap
pekerjaan dengan banyak stasiun kerja.
4. Memiliki tingkat sensitifitas dan kemudahan penggunaan yang baik.
5. Memiliki tingkat reliabilitas antar dan intra peneliti yang baik.
6. Mudah dipelajari dan cepat dipahami.
Kekurangan metode QEC :
1. Metode ini hanya berfokus kepada faktor-faktor tempat kerja fisik.
2. Skor penilaian antara hipotesis dengan tingkat tindakan yang disarankan
perlu divalidasi lebih lanjut.
3. Pelatihan tambahan mungkin diperlukan untuk pengguna pemula sebagai
peningkatan penilaian reliabilitas.
2.4. Perancangan
Perancangan secara umum dapat diartikan sebagai penggambaran,
perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen
terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan dapat
dibagi atas:
21
1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide
perusahaan sendiri.
2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan
ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.
( Kim, K.Y.,Wang,Y. dan ,Muogboh,O.S, 2004 ).
Dalam sebuah kalimat, kata "perancangan" bisa digunakan baik sebagai
kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses
untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk
menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,
proposal, atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya
memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang
biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari
perancangan yang sudah ada sebelumnya, (Kim, K.Y.,Wang,Y. dan
,Muogboh,O.S, 2004).
2.4.1. Metode Perancangan Produk
Metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar,
yaitu metode kreatif dan metode rasional, (Cross, Nigel. 1994).
a. Metode Kreatif
Metode kreatif adalah metode perancangan yang bertujuan untuk
membantu merangsang pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi
gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas, atau dengan cara
memperluas area pencarian solusi. Ada beberapa metode perancangan yang
22
ditujukan untuk merangsang cara berpikir kreatif. Cara-cara yang terdapat dalam
metode ini antara lain:
1. Brainstorming
Brainstorming adalah metode kreatif yang paling banyak dipakai. Ini
adalah suatu metode untuk menghasilkan ide dalam jumlah banyak, yang sebagian
besar kemudian akan dibuang, tapi beberapa ide yang menarik akan ditindak
lanjuti. Brainstorming biasanya dilakukan dalam suatu kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 8 orang yang beraneka ragam, tidak hanya para ahli tapi juga
mereka yang mengenal masalahnya. Tiap-tiap anggota memberikan idenya,
kemudian ketua kelompok mengumpulkan semua ide untuk dievaluasi.
2. Synectics
Pemikiran yang kreatif seringkali digambarkan pada pemikiran analogis,
pada kemampuan untuk melihat persamaan atau hubungan antara topik-topik
yang jelas perbedaannya. Penggunaan pemikiran analogis yang terbentuk
pada metode perancangan kreatif disebut sebagai Synetics. Seperti
Brainstorming, Synetics adalah suatu kelompok aktivitas dimana sikap kritis
sangat berperan, dan anggota kelompok berusaha untuk membangun,
mengkombinasikan dan mengembangkan ide- ide penyelesaian kreatif dalam
menyelesaikan masalah. Synetics berbeda dengan brainstorming, dimana
kelompok mencoba untuk bekerja bersama untuk memperoleh solusi
permasalahan, daripada membangkitkan banyak ide, (Cross, Nigel. 1994 ).
3. Perluasan Daerah Penelitian
Bentuk penghalang berpikir kreatif yang paling umum adalah
23
mengasumsikan batasan yang lebih sempit dimana solusi dilihat. Teknik-teknik
kreatif adalah bantuan untuk memperluas daerah penelitian. Beberapa teknik
kreatif untuk memperluas area penelitian adalah transformation, random input,
Why? dan counter planning, (Cross, Nigel. 1994 ).
4. Proses Kreatif
Metode di atas dipakai untuk membangkitkan ide kreatif. Selain kreatif,
ide orisinil dapat muncul secara spontan tanpa penggunaan bantuan untuk berpikir
kreatif. Proses kreatif adalah munculnya suatu ide orisinal secara tiba-tiba.
b. Metode Rasional
Metode rasional menganjurkan suatu pendekatan sistematis dalam
perancangan. Tetapi metode rasional sering memiliki tujuan yang hampir sama
dengan metode kreatif, seperti memperluas daerah pencarian untuk mendapat
solusi potensial, atau memfasilitasi kelompok kerja dan kelompok pengambil
keputusan. Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan lawan
atau kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang mencurigai metode
rasional, mereka khawatir jika metode ini dapat mengekang kreativitas,
(Cross, Nigel. 1994).
2.5. Teori Pengambilan Data ( Populasi dan Sampel )
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita.
banyaknya pengamatan suatu populasi disebut ukuran populasi. Seandainya ada
600 siswa disekolah itu yang akan kita golongkan menurut golongan darahnya,
maka dikatakan kita memiliki populasi berukuran 600. (Moh.Nazir. 1983)
24
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel
sendiri secara harafiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
(Moh.Nazir. 1983)
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus
valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin
diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya
orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh
dua pertimbangan:
1. Akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan)
dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada
dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya bias atau
kekeliruan adalah populasi.
2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat
presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi
kita dengan karakteristik populasi.
25
2.5.1. Rumus Pengambilan Sampel Penelitian
Pada prinsipnya penggunaan rumus penarikan sampel penelitian
digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Contoh misalnya, bila populasi
penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah
populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu
dimaksudkan untuk memperkecil jumlah pengambilan sampel atau mempersempit
wilayah populasi agar teknis penelitian menjadi lancar dan efisien. Salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan
rumus Slovin (Sevilla, 1960).
Rumus Slovin
12
dN
Nn
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
2d
= galat pendugaan
Sebagai contoh, Jika yang akan kita teliti itu sebanyak 20.000 orang
karyawan, Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran
ketidaktelitian sebesar 10% , maka menurut rumus Slovin ini akan diperoleh
sampel sebesar.
sampeln 1005.99
01.200
000.20
12
1.0000.20
000.20
26
Tabel 2.4. Jenis penelitian dan Ukuran Sampel Minimum
No Jenis penelitian Ukuran Sampel Minimum
1 Deskriptif 10% dari populasi
2 Korelasi 30 subjek
3 Kausal-komperatif 30 subjek per kelompok
4 Eksperiman 50 subjek per kelompok
Sumber: Sumanto (1990) dalam Wirartha (2006)
2.6. Antropometri dalam Sistem Manusia-Mesin
Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh
manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor
- faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang
terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas
dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk
mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja, (
Liliana Y.P. 2007 ).
Persoalan yang muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan
dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan
antropometri tenaga kerja Indonesia. Permasalahan ini timbul karena semuanya
itu didesain bukan oleh orang Indonesia dan tidak berdasarkan pada data
antropometri tenaga kerja Indonesia, meskipun akhirnya hasil rancangan tersebut
akan dioperasikan oleh orang Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengukuran
data antropometri orang Indonesia untuk menjawab permasalahan yang
timbul, ( Liliana Y.P. 2007 ).
27
Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan harus
disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis
akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penggunanya, (Liliana Y.P.
2007 ).
Peranan ergonomi dalam sistem kerja adalah untuk melindungi tenaga
kerja dari pengaruh negatif akibat pemakaian peralatan atau mesin yang tidak
serasi dengan gerakan kerja manusia. Dalam hal ini, ergonomi membuat peralatan
sesuai dengan pengguna sehingga memungkinkan terjadinya sikap kerja yang
alamiah pada tenaga kerja. Kondisi ini dapat mengurangi timbulnya penyakit
akibat kerja dan bahaya kecelakaan. Dengan menerapkan prinsip ergonomi di
tempat kerja dapat mengurangi beban kerja, yang artinya tenaga kerja dapat
memaksimalkan sistem kerjanya. Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang
sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi
dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya, ( Liliana
Y.P. 2007 ).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pekerja
adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja yang tidak ergonomis dalam arti desain
yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna. Melalui data antropometri akan
didapatkan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang akan dirancang sesuai dengan pekerja yang akan menggunakan produk
tersbut. Dalam hal ini, perancang produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
28
rancangannya tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90%-95% dari
populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu
menggunakan dengan selayaknya, ( Liliana Y.P. 2007 ).
2.7. Antropometri
Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada umumnya
memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara
lain dalam hal :
o Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)
o Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan
sebagainya.
o Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer.
o Perancangan lingkungan kerja fisik.
( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).
Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi
dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range
ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian
(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam
proses perancangan, terutama untuk produk yang berorientasi ekspor, ( Sritomo
Wignjosoebroto, 1995 ).
29
Beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia dan
seorang perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut, yaitu :
a. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan
bertambah besar dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan.
b. Jenis kelamin (Sex) Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan
lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk
beberapa ukuran tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.
c. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan
memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Posisi tubuh (Posture). Posisi tubuh akan mempengaruhi terhadap ukuran
tubuh oleh sebab itu.
e. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya
persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Misalnya: buruh
dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
f. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk
perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu,
dan lain-lain).
g. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang
berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orang
30
akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.
h. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut
jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti ini.
2.7.1. Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri
Perancangan suatu fasilitas kerja ataupun produk hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip perancangan yang ada, yaitu:
1. Prinsip perancangan fasilitas kerja bagi individu dengan ukuran yang
ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran
produksi, yaitu:
a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).
Untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
ditetapkan dengan cara :
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar seperti 90th,
95th atau 99 persentil.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan
31
nilai persentil yang paling rendah (1st, 5th, 10th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk
ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5th persentil untuk dimensi
maksimum dan 95th persentil untuk dimensi minimumnya, ( Sritomo
Wignjosoebroto, 1995 ).
2. Prinsip perancangan fasilitas dengan ukuran rata-rata.
Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka
yang berada dalam ukuran rata-rata, ( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).
Berdasarkan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah-langkah
yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk
mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan
tersebut.
c. Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah rancangan
tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel (adjustable) atau ukuran rata-rata.
d. Pilih persentase populasi yang diikuti ; 90th, 95th, 99th atau nilai
persentil yang lain yang dikehendaki.
e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya, tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan
32
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan.
3. Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
Beberapa bagian tertentu dari peralatan atau fasilitas dapat dirancang
sehingga alat dapat disesuaikan dengan individu pemakainya. Biasanya mencakup
persentil 5 wanita sampai persentil 95 pria dari karakteristik yang relevan.
Gambar 2.1. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk
33
Tabel 2.5. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk
No. Nama Dimensi
1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
2 Tinggi mata posisi berdiri tegak
3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak
4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak
6 Tinggi tubuh posisi duduk
7 Tinggi mata posisi duduk
8 Tinggi bahu posisi duduk
9 Tinggi siku posisi duduk
10 Tebal atau lebar paha
11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut
12 Panjang paha diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis
13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk
14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha
15 Lebar dari bahu
16 Lebar pinggul/pantat
17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar)
18 Lebar perut
19 Panjang siku diukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak Lurus
20 Lebar kepala
21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari
22 Lebar telapak tangan
23 Lebar tangan posisi tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan
24 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas
25 Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)
26 Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan
Sritomo Wignjosoebroto, 1995
2.7.2. Dimensi Antropometri
Dimensi anthropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu.
Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang
akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakannya, ( Eko, Nurmianto, 1998 ).
34
1. Posisi Duduk Samping
a. Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur
jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas
kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan
dan lutut membentuk sudut siku-siku.
b. Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang
menonjol pada saat subjek duduk tegak.
c. Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian
dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.
d. Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan.
Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan
lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.
e. Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk
tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan
atas paha.
f. Tinggi Popliteal (TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari lantai sampai bagian bawah paha.
g. pinggul Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk
tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sampai
lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah
35
membentuk sudut siku-siku.
h. Pinggul Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek
duduk dan ukur horisontal dari bagian terluar pinggul sampai ke lutut.
Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
2. Posisi Berdiri.
a. Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan
bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara
wajar.
b. Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur
subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai
pergelangan tangan.
c. Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal
hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
d. Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara
subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan
e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri
tegak
f. Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan
ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara
36
horisontal.
3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.
a. Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
horisontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri
tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan
direntangkan secara horisontal ke depan.
4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan
a. Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk
tegak dan ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri
samping bagian terluar pinggul sisi kanan
b. Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal
antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas
merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.
a. Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak
horisontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari
terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan
direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.
2.7.3. Rumus Pengujian Data Antropometri
Ada beberapa rumus pengujian data antrapometri diantaranya adalah :
1. Uji Keseragaman Data
Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas
37
data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu
populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap
perhitungan yaitu:
a. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :
n
XX
i ………………………………………………………….( 2. 1 )
Dimana ;
X = Nilai rata - rata
iX = Nilai data
n = Jumlah data
b. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:
Untuk sampel :
1
)( 2
n
XXi ……………………………………………………..( 2.2 )
Dimana:
= Standar deviasi:
X = Nilai rata - rata
iX = Nilai data
n = Jumlah data
c. Nilai Maksimum dan Minimum
Nilai maksimum merupakan nilai yang paling besar diantara data yang
diperoleh. Nilai maksimum dapat diperoleh dengan mengurutkan data sesuai dengan
38
nilainya. Nilai minimum merupakan nilai yang paling kecil diantara data yang
diperoleh. Untuk mendapatkan nilai minimum juga sama dengan nilai maksimum.
d. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah
(BKB) dengan rumus:
kXBKA dan kXBKB …………………………..(2.3)
Jika X min > BKB dan Xmaks < BKA maka Data Seragam
Jika X min < BKB dan Xmaks > BKA maka Data Tidak Seragam
Dimana ;
= Standar deviasi:
X = Nilai rata - rata
k = Harga indek tingkat kepercayaan, yaitu :
Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1
Tingkat kepercayaan 68% - 95% harga k adalah 2
Tingkat kepercayaan 95% - 100% harga k adalah 3
2. Uji Kecukupan Data
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah
diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi
oleh:
a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari
hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.
b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya
probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat
ketelitian yang telah ditentukan.
39
Rumus uji kecukupan data:
…………………………………………( 2.4 )
Dimana:
N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan
N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan
S = Tingkat ketelitian
Dengan ketentuan :
Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup
Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.
Nilai S untuk ketelitian tertentu ditunjukan pada tabel 2.7. berikut :
Tabel 2.6. Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian Nilai
5% 0,05
10% 0,1
Sumber : Winjosoebroto, S. 1995.
2.7.4. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai
mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD
(standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
40
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau
lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi adalah sama dengan atau
lebih rendah dari 95 persentil. 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih
rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel teori
probabilitas distribusi normal. Adapun gambar kurva distribusi normal dan tabel
perhitungan persentil dapat dilihat pada Gambar 2.10, ( Poerwanto, 2008 ).
Gambar 2.2. Kurva DistribusiNormal.
Adapun pemakaian nilai-nilai percentiles yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data anthropometri dalam tabel 2.6. berikut:
Tabel 2.7. Macam Percentile dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
Percentile Calculation
1-st X - 2.325 x
2.5-th X - 1.960 x
5-th X - 1.645 x
10-th X - 1.280 x
50-th X
90-th X + 1.28o x
95-th X + 1.645 x
97.5-th X + 1.960 x
99-th X + 2.325 x
Sumber : Nurmianto, Eko 2008
41
2.7.5. Uji Kenormalan Data dengan Komlogorov Smirnov Test
Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya
dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah
0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05
maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov
Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal.
Pada dasarnya uji normalitas merupakan perbandingan antara data yang kita
miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang
sama dengan data kita. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan
salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai
distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test.
Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data
(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score
dan diasumsikan normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang
akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak
berbeda dengan normal baku, ( Andi, S. 2008 ).
Adapun yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov
adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi
kumulatif yang diharapkan (actual observed cumulative frequency dengan
expected cumulative frequency), ( Andi, S. 2008 ).
42
Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:
1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan
terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.
2. Kemudian susunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif dari nilai
pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X).
3. Hitunglah nilai Z dengan rumus :
XXiZ
…………………………………………………….( 2.5 )
Dimana :
Z = satuan baku pada distribusi normal
Xi = data ke-i
X = nilai rata-rata
σ = standar deviasi
4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva
normal) dan notasikan dengan Fe (X).
5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).
6. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ialah selisih absolut terbesar Fs(xi) dan
Ft(xi) yang juga disebut deviasi maksimum D, ditulis sebagai berikut :
)()( itis xFxFD maks = 1,2,3,….N……………………….( 2.6 )
7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan Dα, maka kriteria
pengambilan keputusannya adalah:
o Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα.
o Ho diterima artinya data berdistribusi normal.
43
2.8. Peta - Peta Kerja
Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat
komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap
awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja, antara lain:
1. Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi
ukuran pekerjaan, dan lain-lain.
2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan
produksi, dan lain-lain.
3. Waktu operasi untuk setiap proses atau elemen kegiatan di samping total
waktu penyelesaiannya.
4. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan.
Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang
dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai
akhirnya produk jadi dan siap dipasarkan. Apabila dilakukan studi yang seksama
terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja
dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang
mungkin dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak
perlu, ( Sritomo, 1995 )
2.8.1. Lambang-Lambang yang Digunakan
Menurut Sutalaksana (2006), ASME (American Society of Mechanical
engineering) telah membuat lambang-lambang standar yang terdiri dari lima
44
lambang seperti pada Tabel 2.9. Selain lima lambang standar, terdapat juga
lambang aktivitas gabungan yang digunakan untuk mencatat kegiatan yang
memang terjadi selama proses berlangsung.
Tabel 2.8. Lambang-Lambang yang Digunakan
No. Lambang Arti Contoh
1. Lingkaran
Operasi, benda kerja mengalami perubahan sifat atau bentuk, baik fisik maupun kimiawi.
Memukul, menghaluskan, dan mengukur, menghidupkan mesin, mengetik.
2. Segiempat
Pemeriksaan, terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.
Mengukur dimensi dan memeriksa kehalusan, menguji kwalitas atau kwantitas bahan
3. Tanda Panah
Transportasi, terjadi bila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan bagian dari proses operasi.
Suatu obyek dipindahkan dari tempat perakitan ke gudang penyimpanan dan pemindahan barang dari mesin bubut ke mesin frais.
4. Huruf D
Menunggu, terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu.
Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain, menunggu diperiksa, dan lain sebagainya.
5. Segitiga
Penyimpanan, terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Dokumen-dokumen dan bahan baku disimpan dalam gudang.
6. Lingkaran dalam
Segiempat
Aktivitas gabungan, terjadi apabila antara aktivitas dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
Perakitan benda kerja.
Sumber : sultalaksana, I. Z, 2006
45
2.8.2. Macam-Macam Peta Kerja
Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua
kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
keseluruhan.
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
setempat.
Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk
membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan
kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang
biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan
antara kedua macam kegiatan di atas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu
produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling
berhubungan, ( sultalaksana, I. Z, 2006 )
Hasil perbaikan keadaan sekarang dinyatakan dalam peta-peta kerja yang
menggambarkan cara yang diusulkan. Bila dibuat flowchart dari langkah-langkah
untuk melakukan perbaikan kerja, masing-masing peta kerja yang termasuk dalam
kedua kelompok di atas, antara lain:
1. Peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.
Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu :
a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
46
c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)
d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)
e. Diagram Aliran (Flow Diagram)
2. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.
Yang termasuk peta kerja setempat yaitu :
a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
( sultalaksana, I. Z, 2006 )
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini metodologi penelitian digunakan sebagai acuan untuk
menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Tahapan-tahapan di dalam
suatu penelitian, pengerjaannya harus dilakukan dengan cermat, kritis dan
sistematis.
Hasil dari suatu tahapan merupakan masukan bagi tahapan selanjutnya,
dan menguraikan sistem penelitian secara rinci dan tepat sasaran. Melakukan
pengumpulan data baik melalui buku-buku maupun melalui studi pengamatan,
melakukan sistem berdasarkan data untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
metode yang di ambil dalam penelitian ini, sampai dengan menarik kesimpulan
dari permasalahan yang di teliti.
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif
(Deskriptif Research).
Deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia,
suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pristiwa
pada masa sekarang. Penelitian deskriptif sering juga di sebut sebagai penelitian
survei karena data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara dan
penyebaran kuesioner, ( Moh, Nazir,. 1988 )
48
Dalam penelitian ini akan dilakukan indentifikasi ergonomi yang
mengasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi
atau belum. Metode yang digunakan adalah Quich Exposure Checklist (QEC).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sejak di keluarkanya SK
pembimbing (TGA), dan direncanakan berakhir pada bulan September 2014.
Secara kesrluruhan, waktu penelitian dapat dilihat tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel. 3.1 Pelaksanaan Rencana Penelitian
Kegiatan
Tahun Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Indentifikasi dan Perumusan Masalah
Diskusi Ide Proposal Studi Pengamatan dan Literatur
Pembuatan Proposal Konsultasi Proposal Penyebaran Kuesioner Pengumpulan Data Primer dan Skunder
Pengolahan Data Primer dan Skunder
Analisa Pemecahan Masalah Penyusunan Laporan Penelitian
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah operator yang bekerja pada stasiun pembuat kue
tradisioanl (kue Karah) tepatnya di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat
.objek yang di teliti adalah operator pembuat kue tradisional (kue karah).
49
Pembuatan kue karah merupakan perusahaan industri kecil makanan tradisional
Aceh, kususnya di Aceh Barat dengan melihat kondisi postur kerja yang di alami
oleh operator pembuat kue karah apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Independen
Variabel independen yang berpengaruh terhadap perancangan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Postur kerja
kerja aktual akan dinilai untuk menilai postur kerja yang dapat
menimbulkan resiko cedera otot setelah itu akan dijadikan pertimbangan untuk
memberikan usulan perancangan fasilitas baru yang sesuai dengan pola kerja
operator yang lebih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan resiko
cedera otot.
2. Antropometri tubuh operator
Pengukuran data antropometri tubuh operator pembuat kue karah
digunakan untuk mendapatkan dimensi dari bagian tubuh operator yang akan
dijadikan dasar perancangan fasilitas kerja yang baru agar terjadi kesesuaian
fasilitas kerja dengan dimensi tubuh operator pembuat kue karah.
3.4.2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang mempengaruhi perancangan penelitian adalah
adanya cedera otot yang dialami oleh operator. Dengan usulan rancangan fasilitas
50
kerja yang sesuai dengan pola pembuatan kue karah dan sesuai dengan dimensi
tubuh operator, diharapkan akan meminimalkan resiko cedera otot operator.
3.4.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu rancangan pikiran dalam melakukan
penelitian yang teratur dan terarah. Kerangka konseptual menguraikan konsep
berpikir sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah dengan bentuk diagram,
yang memperhatikan hubungan antarvariabel keputusan untuk dapat dianalisis, (
Haryoko, Sapto, 2008 ).
Adapun kerangka konseptual untuk rancangan penelitian ini ditunjukkan
pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1. kerangka konseptual penelitian
51
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah:
1. Tabel postur kerja QEC untuk penilaian postur kerja operator.
2. Kamera handphone ASIAFONE digital 1600X1200 Optical Aspheric Lens
2 Megapixel.
3. Meteran siku, untuk menentukan batas titik pengukuran dimensi tubuh.
4. Meteran saku, untuk pengukuran dimensi tubuk secara vertikal dan
horizoltal ( tegak lurus ).
5. Meteran kain, untuk pengukuran dimensi lengkuk tubuh.
6. Stopwatch, Digunakan untuk mengambil data waktu siklus pembuatan kue
karah
3.6. Pengolahan Data
Data yang diperoleh berasal dari pengrajin kue tradisional yaitu pada
proses pembuatan kue karah secara manual dan tradisional. Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data, untuk dapat di gunakan
dalam penelitian, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Data postur kerja operator, data ini dikumpulkan melalui pengamatan
langsung di lapangan dengan mengambil sampel operator yang bekerja
pada bagian pembuat kue karah dengan menggunakan daftar tabel isian
postur kerja dengan metode QEC.
b. Data antropometri operator, data ini dikumpulkan melalui pengukuran
dimensi tubuh operator yang diperlukan dalam usulan perancangan alat
52
bantu kerja, dengan alat ukur meter dengan sampel operator yang bekerja
di bagian pembuatan kue karah, yang meliputi data antropometri : uji
keseragaman data, uji kecukupan data dan uji kenormalan data
3.7. Analisis dan Pemecahan Masalah
Analisis dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Analisis kondisi kerja aktual dengan cara melakukan analisis hasil postur
kerja dengan metode QEC.
2. Perancangan fasilitas mesin kerja usulan. Dalam melakukan perancangan
mesin kerja secara semi otomatis, yang menjadi pertimbangannya adalah
dimensi dan bentuk yang ergonomi yang sama dengan pola kerja
pembuatan kue karah dan sesuai dimensi operator.
3.7.1. Tahapan Pengolahan Data
Dalam mengumpulkan informasi dan data-data yang perlukan , maka
peneliti melakukan serangkaian kegiatan dalam penelitian ini agar data yang di
ambil terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai sehingga tepat pada
sasaran penelitian, untuk memperjelas maka dapat dilihat Flow chart langkah-
langkah tahapan penyelesaian penelitian, pada gambar 3.2. dibwah ini :
53
Gambar 3.2. Flow chart langkah-langkah Tahapan Penyelesaian Penelitian
54
3.7.2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan rumus Slovin.
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa Desa di
antaranya adalah Meureubo, Bakti Jaya, Balee, Bulo, Gunong Kleng, Langung,
Mesjid Tuha, Pasi Aceh Baro, Pasi Aceh Tunong, Pasi Mesjid, Paya baro Ranto
Panyang, Paya Peunaga, Peunaga Cut Ujung, Peunaga Pasi, Peunaga Rayeuk,
Pucok Reudeup, Pulo Reungoh Ranto Panyang, Ranto Panyang Barat, Ranto
Panyang Timur, Ranub Dong, Reudeup, Sumber Batu, Ujung Tanjong, Ujong
Tanoh Darat, Ujong Drei.
Dari desa-desa tersebut terdapat beberapa usaha pengrajin kue tradisional
(Kue Karah) yang aktif dan terdaftar di “ DINAS KOPERASI USAHA KECIL
DAN MENENGAH ” di antaranya adalah desa Meureubo, Langung, Ujung Drien,
Ujung Tanjung, Peunaga, jumlah populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) di
Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2. Data Pengrajin Kue tradisional (Kue Karah) Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat.
No Nama Desa Populasi Sampel
1 Meureubo 6 5 2 Langung 74 18 3 Ujung Drien 7 5 4 Ujung Tanjung 1 1 5 Peunaga 2 1
Total 90 30 Sumber : hasil pengolahan data
Data pengrajin kue tradisional (kue karah) di Kecamatan Meureubo,
Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada lampiran B.
55
Contoh pengambilan data sampel desa langung dengan rumus slovin pada
tingkat kelonggaran ketelian 20%.
Rumus Slovin : 12
dN
Nn
= sampeln 187,18
96.3
74
12
2.074
74
3.7.3. Proses Produksi Pembuatan Kue Karah Aktual
Pada proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual atau
tradisional memiliki berbagai tahapan produksi, berikut adalah Flow Process
Chart pembuatan kue karah aktual.
Gambar 3.3. Flow Proses Chart Proses Produksi Kue Karah Aktual
56
3.7.4. Perhitungan Produksi Kue Tradisional (Kue Karah)
Proses produksi pembuatan kue karah di lakukan selama 4-5 jam kerja
dengan produksi 3 menit perunit produksi, berikut perhitungan produksi
pembuatan kue karah yang di lakukan selama 4 jam kerja.
Produksi produk per/jam unitmenit
menit30
2
60
Proses produksi produk kue karah selama 4 jam kerja
Produksi produk selama 4 jam kerja = 30 Unit X 4 Jam kerja
= 120 Unit produksi
3.7.5. Pemecahan Masalah
Hasil dari analisis yang telah dilakukan, selanjutnya akan ditindak lanjuti
dengan memberikan solusi atau pemecahan masalah yang berguna untuk
mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat terelalisasi dengan semestinya.
3.7.6. Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi
butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil
penelitian. Sedangkan saran yang diberikan akan diarahkan pada fasilitas
rancangan mesin kerja operator pembuat kue karah yang bermanfaat bagi
perusahaan dan penelitian-penelitian berikutnya.
57
3.7.7. Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah
Pengambilan Adonan
Ke Gudang Penyimpanan Cetakan
Mengambil Alat Cetakan
Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat
Bantu
Meletakan Alat Cetakan Kewadah
Penampungan Adonan
58
Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah (Lanjutan )
Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat
Bantu
Mengangkat dan Meniriskan kue
Ke Wadah Penirisan
Meniriskan kue Ke Wadah Penirisan
Penyimpanan
59
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di lakukan pada penelitian ini merupakan data
primer dengan melalui pengisian penyebaran kuisioner pengamatan postur kerja
dengan QEC, pengukuran data antropometri dengan alat ukur meter, observasi
dan wawancara terhadap operator pada stasiun pembuatan kue karah dan juga di
lengkapi dengan data skunder, yaitu, data rekapitulasi kesehatan masyarakat yang
ada di puskesmaes Meureubo, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat,
pada lampiran A, dan data populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) yang
terdapat di kantor dinas koperasi industri kecil dan menengah perindustrian dan
perdagangan Kabupaten Aceh Barat, pada lampiran B.
4.1.1. Elemen Kegiatan Pada Kondisi Aktual
Elemen kerja pada kondisi aktual pembuatan kue karah memiliki beberapa
jenis kegiatan yanag terdiri dari beberapa tahapan proses pembuatan kue
karah, diantaranya adalah proses pengambilan adonan ke gudang penyimpanan
cetakan, mengambil alat cetakan, mengetuk alat cetakan dengan alat bantu,
meletakan alat cetakan kewadah penampungan adanan, melipat dan membentuk
kue dengan alat bantu, mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan,
meniriskan kue ke wadah penirisan dan penyimpanan, kegiatan tahapan-tahapan
tersebut dapat dilihat dalam blok diagram pada Gambar 4.1.
60
Gambar 4.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Kue Karah
Dari beberapa proses kerja pembuatan kue karah ini yang di lakukan
secara manual dan tradisional terlihat postur kerja yang tidak ergonomi, maka dari
itu akan dilakukan pengamatan dari postur kerja terhadap operator dengan metode
QEC untuk menilai level tindakan yang dilakukan oleh operator.
Untuk membuktikan adanya resiko kerja yang tidak ergonomi, maka
dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC. Penilaian
postur kerja bertujuan untuk mengetahui elemen gerakan atau kegiatan yang
61
dapat menyebabakan munculnya resiko akibat kerja, hasil data dari kenyebaran
kuesioner Quick Exposure Check (QEC) dapat di lihat pada lampiran C.
4.1.2. Data Antropometri
Dalam perancangan mesin pembuat kue karah secara ergonomi, dibutuhkan
beberapa dimensi tubuh operator agar dapat disesuaikan dengan dimensi mesin
kue karah yang akan dirancang. Sehingga pada saat akan melakukan proses
produksi pembuatan kue karah dengan menggunakan mesin ini, tidak
menyebabkan resiko keluhan sakit otot, pengukuran dimensi tubuh dilakuakan
dengan alat ukur meter, pemilihan dimensi bagian tubuh yang akan diukur
ditentukan berdasarkan rancangan mesin yang akan dirancang untuk mendapatkan
postur kerja yang ergonomis serta aman dan nyaman.
Adapun dimensi antropometri yang diukur yaitu :
a. Tinggi Mata Berdiri (TMB) digunakan untuk menentukan tinggi batang
besi mesin.
b. Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk menentukan jarak jangkauan
tangan operator terhadap kontrol panel mesin.
c. Diameter Genggaman Tangan (DGT) digunakan untuk gengaman tangan
batang engkol besi dudukan mesin dan dudukan alas kompor.
Data dimensi tubuh yang diperlukan dalam perancangan mesin pembuat
kue karah secara ergonomi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
62
Tabel 4.1. Data Antropometri 30 Operator Pembuat Kue Karah
No JT (cm) TMB (cm) DGT (cm)
1 74,3 140 3,752 72,8 131 4,253 74,9 136 3,75
4 76,1 143 4,25
5 73 133 4,25
6 76 143 3,75
7 76,3 143 3,75
8 73 136 4,25
9 72 141 4,25
10 77 130 4,2511 72 144 4,25
12 76,1 131 4,25
13 73 140 4,25
14 72,9 140 4,00
15 74,2 134 4,25
16 73,1 133 4,00
17 75,1 143 4,25
18 73,3 142 4,25
19 74,5 144 4,20
20 72,9 131 4,35
21 77 143 3,75
22 76 144 4,25
23 73,4 141 4,25
24 71,9 133 4,25
25 73,3 142 4,25
26 74 143 3,75
27 75 144 4,25
28 72,3 140 4,25
29 71,8 133 4,00
30 74,3 141 4,25Sumber : Hasil Dari Pengukuran Dimensi Tubuh 30 Operator
Data dimensi tubuh yang telah ada selanjutnya akan diolah dengan
melakukan beberapa pengujian yang terdiri dari uji keseragaman data, uji
kecukupan data dan uji kenormalan data, dimensi tubuh operator pembuat kue
karah dapat dilihat pada lampiran D.
63
4.2. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini adalah pengolahan yang berkaitan
untuk merancang mesin pembuat kue tradisional (kue karah) secara ergonomi.
Berikut akan diuraikan secara lengkap pengolahan data dari tugas akhir ini.
4.2.1. Pengolahan Data Postur Kerja Dengan Metode QEC
Kegiatan kerja menunjukkan operator sedang pengambilan adonan ke gudang
penyimpanan cetakan secara manual dan tradisional. Gambaran kerja aktual pada
proses produksi pembuatan kue karah dapat di lihat pada gambar 4.2. di bawah
ini.
1. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan
Gambar 4.2. Pengambilan Adonan Ke GudangPenyimpanan Cetakan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan pengambilan
adonan ke gudang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.2, dan penilaian skor
QEC pada tabel 4.3.
64
Tabel 4.2. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yang
dibengkokkanN. Anda menggunakan peralatan
bergetar:N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A2H1
L1
K2
B2 J1
C2@
D2
M2
E1
F3
N1
P1
G2Q1
65
Tabel 4.3. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengambil Alat Cetakan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRESTOTAL 24 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 2J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
66
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
pengambilan adonan ke gudang penyimpanan cetakan.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 14 + 18 + 24 + 6 + 4 + 1 + 1 + 3 = 71
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Pengambilan Adonan
Ke Gudang Penyimpanan Cetakan
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan pengambilan
adonan ke gudang penyimpanan cetakan adalah 2. Tindakan yang diperlukan
adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.
8,43%100162
71(%) XE
67
Kegiatan kerja menunjukkan operator sedang mengambil alat cetakan
secara manual dan tradisional. Gambaran kerja aktual pada proses produksi
pembuatan kue karah dapat di lihat pada gambar 4.3. di bawah ini.
2. Mengambil Alat cetakan
Gambar 4.3. Mengambil Alat Cetakan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengambil alat
cetakan dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.6.
68
Tabel 4.5. Kegiatan Mengambil Alat Cetakan
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
H. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
I. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
I. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
O. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamP. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
J. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu Q. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
K. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
R. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
L. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yang
dibengkokkanS. Anda menggunakan peralatan
bergetar:N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
M. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
R. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
N. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
S. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A2H1
L1
K2
B2 J1
C2@
D2
M2
E1
F3
N1
P1
G2Q1
69
Tabel 4.6. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengambil Alat Cetakan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRESTOTAL 24 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 2J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
70
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
mengambil alat cetakan ke tali gantungan.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 14 + 18 + 24 + 6 + 4 + 1 + 1 + 3 = 71
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Mengambil Alat Cetakan
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan mengambil
alat cetakan adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah diperlukan beberapa
waktu ke depan.
8,43%100162
71(%) XE
71
Gambar 4.4. menunjukkan operator sedang mengetuk alat cetakan dengan
alat bantu secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan
terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan
pembuatan kue karah.
3. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu
Gambar 4.4. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengetuk alat
cetakan dengan alat bantu pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.8,
dan penilaian skor QEC pada tabel 4.9.
72
Tabel 4.8. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yang
dibengkokkanN. Anda menggunakan peralatan
bergetar:N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A2H1
L2
K1
B2 J1
C2@
D3
M2
E2
F3
N2
P2
G1Q2
73
Tabel 4.9. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 6 Score 1 2
Score 1 4 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 4
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 4Score 4 6
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 6 STRESTOTAL 22 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 2J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
74
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
mengetuk alat cetakan dengan alat bantu.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 14+ 18 + 22 + 6 + 4 + 4 + 4 + 2 = 74
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Nilai Level Tindakan QEC MengetukAlat Cetakan Dengan Alat Bantu
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 45,6%, maka level tindakan untuk kegiatan mengetuk alat
cetakan dengan alat bantu adalah2 . Tindakan yang diperlukan adalah diperlukan
beberapa waktu ke depan.
6,45%100162
74(%) XE
75
Gambar 4.5. Menunjukkan operator sedang meletakan alat cetakan ke
wadah penampungan adonan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur
kerja yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu
melakukan proses kegiatan pembuatan kue karah.
4. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan
Gambar 4.5. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan meletakan alat
cetakan ke wadah penampungan adonan pada proses kerja manual dapat dilihat
pada Tabel 4.11, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.12.
76
Tabel 4.11. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yangdibengkokkan
N. Anda menggunakan peralatanbergetar:
N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A2H1
L1
K2
B2 J1
C2@
D2
M2
E2
F3
N1
P1
G2Q1
77
Tabel 4.12. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah
Penampungan Adonan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 6 TOTAL 1Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRESTOTAL 26 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 1J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
78
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
meletakan alat cetakan ke wadah penampungan adonan.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 14 + 18 + 26 + 6 + 4 + 1 + 1 + 1 = 71
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Meletakan Alat Cetakan Ke
Wadah Penampungan Adonan
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan meletakan
alat cetakan ke wadah penampungan adonan adalah 2. Tindakan yang diperlukan
adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.
8,43%100162
71(%) XE
79
Gambar 4.6. menunjukkan operator sedang melipat dan membentuk kue
dengan alat bantu secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di
lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses
kegiatan pembuatan kue karah.
5. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu
Gambar 4.6. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan melipat dan
membentuk kue dengan alat bantu pada proses kerja manual dapat dilihat pada
Tabel 4.14, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.15.
80
Tabel 4.14. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yang
dibengkokkanN. Anda menggunakan peralatan
bergetar:N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A2H1
L2
K1
B2 J1
C2@
D2
M2
E2
F3
N1
P2
G2Q2
81
Tabel 4.15. Penilaian Skor QEC Pada Kegiatan Melipat dan Membentuk Kue
Dengan Alat Bantu
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 6 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 4
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 8H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 4 STRESTOTAL 20 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 2J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
82
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
melipat dan membentuk kue dengan alat bantu.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 14 + 18 + 20 + 8 + 4 + 1 + 4 + 2 = 71
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Melipat dan Membentuk Kue
Dengan Alat Bantu
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan melipat dan
membentuk kue dengan alat bantu adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah
diperlukan beberapa waktu ke depan.
8,43%100162
71(%) XE
83
Gambar 4.7. menunjukkan operator sedang mengangkat dan meniriskan
kue ke wadah penirisan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja
yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan
proses kegiatan pembuatan kue karah.
6. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Gambar 4.7. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengangkat
dan meniriskan kue ke wadah penirisan pada proses kerja manual dapat dilihat
pada Tabel 4.17, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.18.
84
Tabel 4.17. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue KarahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yangdibengkokkan
N. Anda menggunakan peralatanbergetar:
N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A1H1
L2
K1
B2 J1
C2
D1
M2
E2
F2
N1
P2
G1Q1
85
Tabel 4.18. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengangkat dan Meniriskan Kue
Ke Wadah Penirisan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 4 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 4
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 4 Score 2 4 Score 2 4
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 2 STRESTOTAL 18 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 14 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 1J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
86
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan seperti terlihat di bawah ini:
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 10 + 14 + 18 + 6 + 4 + 1 + 4 + 1 = 58
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban relatif
rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Mengangkat dan Meniriskan
Kue Ke Wadah Penirisan
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 35,8%, maka level tindakan untuk kegiatan mengangkat
dan meniriskan kue ke wadah penirisan adalah 2. Tindakan yang diperlukan
adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.
8,35%100162
58(%) XE
87
Gambar 4.8. menunjukkan operator sedang meniriskan kue ke wadah
penirisan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan
terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan
pembuatan kue karah.
7. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Gambar 4.8. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan meniriskan kue
ke wadah penirisan pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.20, dan
penilaian skor QEC pada tabel 4.21.
88
Tabel 4.20. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan
Nama : Noni Pekerjaan : operator pembuat kue karahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yangdibengkokkan
N. Anda menggunakan peralatanbergetar:
N1 kurang dari 1 jam per hariN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A1H1
L1
K1
B2 J1
C1
D1
M2
E2
F2
N1
P1
G1Q1
89
Tabel 4.21. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Meniriskan KueKe Wadah Penirisan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 4 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 2
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 2 Score 2 4 Score 2 2
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 4H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 2 STRESTOTAL 18 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 10 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 1J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
90
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
meniriskan kue ke wadah penirisan.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 10 + 10 + 18 + 4 + 4 + 1 + 1 + 1 = 49
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Meniriskan Kue
Ke Wadah Penirisan
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 35,2%, maka level tindakan untuk kegiatan meniriskan
kue ke wadah penirisan adalah 1. Tindakan yang diperlukan adalah aman
2,35%100162
57(%) XE
91
.Gambar 4.9. menunjukkan operator sedang penyimpanan secara manual
dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja
yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan pembuatan kue karah.
8. Penyimpanan
Gambar 4.9. Penyimpanan
Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan penyimpanan
hasil produk pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.23, dan
penilaian skor QEC pada tabel 4.24.
92
Tabel 4.23. Penyimpanan Hasil Produk
Nama : Noni Pekerjaan : operator pembuat kue karahPENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN
A. Ketika melakukan pekerjaan,punggungnya
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok,A3 Sangat bengkok
H. Berat maksimum yang diangkatsecara manual dalam pekerjaanini
H1 Ringan (5 kg atau kurang)H2 Sedang (6 hingga 10 kg)H3 Berat (11 hingga 20 kg)H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : Untuk pekerjaan duduk atau berdiri,
apakah punggung kebayakan keadaanstaitis ?
B1 Tidak, B2 Ya Untuk pekerjaan mengangkat,
membawa, mendorong / menarik,pegerakan punggung
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenitatau kurang
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit)B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit
atau lebih)
J. Rata-rata berapa lama waktuyang dihabihkan untukpekerjaan ini?
J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga4jam
J3 Lebih dari 4 jamK. Ketika melaksanakan
pekerjaan ini dengan satutangan, berat maksimum yangdiangkat :
K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)K2 Sedang (1 hingga 4 kg)K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C. Ketika melakukan pekerjaan,apakah tangan
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dadaC3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
dalam pekerjaan ini?L1 Rendah (hampir tidak ada secara
detil)L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
hal)
D. Apakah pergerakan bahu atautangan
D1 Tidak sering (Beberapa gerakintermitten)
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaatberhenti)
D3 Sangat sering (Gerakan hampir teruskontinu)
M. Anda menjalankan peralatanselama:
M1 Kurang dari 1 jam per hariM2 Antara 1 dan 4 jam per hariM3 lebih dari 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan denganE1 Pergelangan tangan yang hampir lurusE2 Pergelangan tangan yangdibengkokkan
N. Anda menggunakan peralatanbergetar:
N1 TidakN2 Antara 1 dan 4 jam per hariN3 Lebih dari 4 jam per hari
F. Apakah gerakan yang samadiulangi?
F1 10 kali per menit atau kurangF2 11 hingga 20 kali per menitF3 lebih dari 20 kali per menit
P. Anda merasa sulit dalampekerjaan ini?
P1 Tidak perna, P2 Kadang,P3 Sering
G. Ketika melakukan kegiatan tersebutapakah kepala/leher bengkok atauberputar?
G1 Tidak,G2 Ya, kadang-kadangG3 Ya, terus-menerus
Q. Secara umum pekerjaan ini:Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
A1H1
L1
K1
B2 J1
C1
D1
M2
E1
F1
N1
P1
G1Q1
93
Tabel 4.24. Penilaian Skor QEC pada Kegiata
Penyimpanan Hasil Produk
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 2 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 2
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 2 Score 2 2 Score 2 2
J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 4H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKANH3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4
B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARANJ1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 2 TOTAL 1Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITANH1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 2 STRESTOTAL 10 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 10 1 2 3 4J1 2 4 6J2 4 6 8 TOTAL 1J3 6 8 10
Score 6
TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,Jumlah 1-3 & TukManual Handling)
94
Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan
penyimpanan hasil produk.
X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +
bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)
X = 10 + 10 + 10 + 4 + 4 + 1 + 1 + 1 = 41
Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri
dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban
relatif rendah Xmaks = 162
Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level
tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan
Penyimpanan Hasil Produk
Persentase
Skor
Total Skor
Exposure
Level
TindakanTindakan
0-40% 32-70 1 Aman
41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat
71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga
Karena nilai E = 25,3%, maka level tindakan untuk kegiatan penyimpanan
hasil produk adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah aman.
Rekapitulasi dari hasil penilaian seluruh elemen kegiatan proses
pembuatan kue karah dapat dilihat pada Tabel 4.26.
3,25%100162
41(%) XE
95
Tabel 4.26. Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Dari KeseluruKegiatan Dengan Metode QEC
No Uraian Elemen KegiatanExposure
(%)Kreteria Tindakan
1 Pengambilan adonan ke gudangpenyimpanan cetakan
43,8 Diperlukan beberapawaktu ke depan
2 Mengambil alat cetakan43,6 Diperlukan beberapa
waktu ke depan
3 Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu45,6 Diperlukan beberapa
waktu ke depan
4 Meletakan alat cetakan kewadahpenampungan adonan
43,8 Diperlukan beberapawaktu ke depan
5 Melipat dan membentuk kue dengan alatbantu
43,8 Diperlukan beberapawaktu ke depan
6 Mengangkat dan meniriskan kue ke wadahpenirisan
35,8Aman
7 Meniriskan kue ke wadah penirisan30,2
Aman
8 Penyimpanan25,3
Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Data QEC
4.2.2. Gambar Mesin dan Penentuan Dimensi Mesin
Gambar 4.10. Usulan Rancangan Mesin Pembuat Kue Karah
(TMB)
(DGT)
Control Panel
JK
96
4.2.3. Pengolahan Data Antropometri
Data antropometri yang telah diukur selanjutnya diolah dengan melakukan
perhitungan uji keseragaman data, uji kecukupan data, dan uji kenormalan data
Dimensi tubuh yang diperlukan untuk merancang alat bantu mesin pembuat kue
karah adalah Tinggi Mata Berdiri (TMB), Jangkauan Tangan (JT), dan Diameter
Genggaman Tangan (DGT). Ada beberapa rumus pengujian data antrapometri
diantaranya adalah :
1. Uji Keseragaman Data
Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas
data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu
populasi yang sama. Uji keseragaman data melalui tahap-tahap perhitungan yaitu:
a. Nilai rata-rata
b. Nilai standar deviasi
c. Nilai maksimum dan minimum
d. Nilai BKA dan BKB
Berikut adalah cara melakukan perhitungan rata-rata, standar deviasi dan
nilai maksimum dan minimum pada dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB).
Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata,
standar deviasi, nilai minimum dan maksimum pada masing-masing pengukuran,
seperti nilai rata-rata adalah dengan menggunakan persamaan 2.1.
a. Nilai rata-rata
Contoh :
Nilai rata-rata pada data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah :
97
13930
141...131140
Dimana:
n = Banyaknya pengamatan
ΣXn = Jumlah pengamatan ke-n
X = X rata-rata
b. Nilai Standar Deviasi
Untuk menentukan nilai standar deviasi yaitu standar penyimpangan dari
nilai rata-ratanya pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.2.
Contoh :
Nilai Standar Deviasi pada data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah :
87,4130
)139141(...)139131()139140( 222
c. Nilai maksimum dan minimum
Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari data hasil pengukuran setelah
data diurutkan, sedangkan nilai minimum adalah nilai terkecil dari data hasil
pengukuran setelah data diurutkan. Nilai maksimum dan nilai minimum pada
dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB), adalah:
Xmaks = 144
Xmin = 130
98
d. Nilai BKA dan BKB
Hasil uji keseragaman data pada Tinggi Mata Berdiri (TMB) dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan persamaan 2.3.
Di peroleh,
k = 2
= 4,87
X = 138,74 = 139 cm
149)87,4(21392 XBKA
291)87,4(21392 XBKB
Ketentuan,
Jika X min > BKB dan Xmaks < BKA maka Data Seragam
Jika X min < BKB dan Xmaks > BKA maka Data Tidak Seragam
Peta kontrol untuk data diameter Tinggi Mata Berdiri dapat di lihat Pada
gambar 4.11 dibawah ini.
Gambar 4.11 Peta Kontrol Diameter Tinggi Mata Berdiri
99
Hasil Perhitungan keseragaman data untuk dimensi Tinggi Mata Berdiri
(TMB) dapat dilihat pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27. Uji Keseragaman Data Dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB)
No TMB (cm) BKA BKB Keterangan
1 140 149 129 Seragam
2 131 149 129 Seragam
3 136 149 129 Seragam
4 143 149 129 Seragam
5 133 149 129 Seragam
6 143 149 129 Seragam
7 143 149 129 Seragam
8 136 149 129 Seragam
9 141 149 129 Seragam
10 130 149 129 Seragam
11 144 149 129 Seragam
12 131 149 129 Saragam
13 140 149 129 Seragam
14 140 149 129 Seragam
15 134 149 129 Seragam
16 133 149 129 Seragam
17 143 149 129 Saragam
18 142 149 129 Seragam
19 144 149 129 Seragam
20 131 149 129 Seragam
21 143 149 129 Seragam
22 144 149 129 Seragam
23 141 149 129 Seragam
24 133 149 129 Seragam
25 142 149 129 Seragam
26 143 149 129 Seragam
27 144 149 129 Seragam
28 140 149 129 Seragam
29 133 149 129 Seragam
30 141 149 129 Seragam
Sumber : Hasil Pengolahan Data
100
Hasil Perhitungan keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh
antropometri operator pembuatan kue tradisional (kue karah) dapat dilihat pada
Tabel 4.28. uji keseragaman data.
Tabel. 4.28. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data
No Dimensi X Xmax Xmin BKA BKB Ket
1 JT 74,1 1,58 77 71,8 77,2 70,9 Seragam
2 TMB 139 4,87 144 130 149 129 Seragam
3 DGT 4,12 0,20 4,25 3,75 4,52 3,72 Seragam
Sumber : hasil Pengolahan Data (Uji Keseragaman Data)
2. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran
apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data
sampel yang diambil sudah mewakili populasi. Untuk melakukan uji kecukupan
data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan
persamaan 2.4.
Contoh perhitungan uji kecukupan data untuk dimensi. Tinggi Mata
Berdiri (TMB)
Data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah
Xi = 140 + 131 +… + 131 + 141 = 4162
Xi2 = 1402 + 1312 + ...+ 1312 + 1412 = 578096
( Xi ) 2 = ( 578096 cm ) 2 = 17322244
Maka:
906080989,14162
(4162))578096(3040'
22
N
101
Keterangan :
Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup
Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data
Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat N` < N (1.90 < 30), maka
dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup. Uji kecukupan data pada
dimensi antropometri lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.29. berikut.
Tabel. 4.29. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data
No Dimensi N Xi Xi2 ( Xi ) 2 N’ Keterangan
1 JT 30 2221,5 164574,75 4935062,25 0,70 Cukup
2 TMB 30 4162 578096 17322244 1,90 Cukup
3 DGT 30 123,7 511,265 15301,69 3,79 Cukup
Sumber : Hasil Pengolahan Data (Uji Kecukupan Data)
3. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki
distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik
inferensial). Alat uji yang digunakan disebut dengan uji Kolmogorov-Smirnov (uji
K-S). Dalam uji kolmogorov–smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi
frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi kumulatif yang
diharapkan dengan menggunakan persamaan 2.5.
Contoh perhitungan uji Kolmogorov Smirnof untuk dimensi Diameter
Tinggi Mata Berdiri (TMB), Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian
kenormalan data Tinggi Bahu Berdiri Tegak yaitu :
102
1) Data dari hasil pengamatan diurutkan dari data X terkecil sampai
data X yang terbesar, terlihat pada tabel 4.30.
Tabel 4.30. Data Antropometri X Terkecil Sampai X Terbesar
No Data 1- 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
130 131 131 131 131 133 133 133 134 136
No Data 11- 20
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
136 140 140 140 140 141 141 141 142 142
No Data 21- 30
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
143 143 143 143 143 143 144 144 144 144
2) Dari data pengamatan yang telah kita urutkan dan diberi nomor,
selanjutnya hitung nilai Fa(X)-nya, yaitu dengan:
F(X) = nomor data / total data
Misalnya, data nomor 1 dan jumlah datanya 30, maka :
033333333,030
1)( XFa
3) Hitung nilai Z, dimana nilai Z untuk pengamatan 1 adalah :
848049281,187,4
139130
Z
XXZ
4) Dari nilai Z yang didapat, cari nilai Fe(X) dengan melihat tabel
distribusi normal. Nilai Z = -1,848049281, maka pada tabel distribusi
normal kita mendapati, Z-1,848059281 = 0,0359. Nilai tersebut kita
notasikan dengan Fe(X).
103
5) Hitung selisih nilai Fa(X) dengan Fe(X) dan diberi tanda
mutlak, serta notasikan dengan D.
Didapat :
Fa(X) = 0,033333333
Fe(X) = 0,0359
Maka :
D = |Fa(X) – Fe(X)|
=|0,033333333-0,0359|
= -0,002566667
6) Setelah mendapatkan semua nilai D, maka cari Dmaks dan bandingkan
dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel.
7) Dmaks untuk dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah, 0 ,3913 dan
Dα adalah, 0 , 8 1 0 6 , maka: kesimpulannya adalah data tersebut
berdistribusi normal karena D ≤ Dα, yaitu, 0,3913 ≤ 0,8106.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
o Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα.
o Ho diterima artinya data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorof-Smirnov pada
dimensi Tinggi Mata Berdiri setelah dilakukan perhitungan dari seluruh sampel
maka dapat dilihat dari perhitungan akhir yang dapat dilihat pada Tabel 4.31.
104
Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Uji Kenormalan DataDimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB)
No xi xbar Stdev Z Fa(x) Fe(x)D hitung mex|Fa(x)-Fe(x)|
D tabelmex
1 130 139 4,87 -1.848049281 0,033333333 0,0359 -0,002566667 0,8106
2 131 139 4,87 -1.642710472 0,066666667 0,0548 0,011866667 0,8106
3 131 139 4,87 -1.642710472 0.1 0.0537 0.0463 0,8106
4 131 139 4,87 -1.642710472 0.133333333 0.0537 0.079633333 0,8106
5 131 139 4,87 -1.642710472 0.166666667 0.0537 0.112966667 0,8106
6 133 139 4,87 -1.232032854 0.2 0.1112 0.0888 0,8106
7 133 139 4,87 -1.232032854 0.233333333 0.1112 0.122133333 0,8106
8 133 139 4,87 -1.232032854 0.266666667 0.1112 0.155466667 0,8106
9 134 139 4,87 -1.026694045 0.3 0.1515 0.1485 0,8106
10 136 139 4,87 -0.616016427 0.333333333 0.2643 0.069033333 0,8106
11 136 139 4,87 -0.616016427 0.366666667 0.2643 0.102366667 0,8106
12 140 139 4,87 0.205338809 0.4 0.5948 -0.1948 0,8106
13 140 139 4,87 0.205338809 0.433333333 0.5948 -0.161466667 0,8106
14 140 139 4,87 0.205338809 0.466666667 0.5948 -0.128133333 0,8106
15 140 139 4,87 0.205338809 0.5 0.5987 -0.0987 0,8106
16 141 139 4,87 0.410677618 0.533333333 0.6736 -0.140266667 0,8106
17 141 139 4,87 0.410677618 0.566666667 0.6736 -0.106933333 0,8106
18 141 139 4,87 0.410677618 0.6 0.6772 -0.0772 0,8106
19 142 139 4,87 0.616016427 0.633333333 0.6772 -0.043866667 0,8106
20 142 139 4,87 0.616016427 0.666666667 0.6772 -0.010533333 0,8106
21 143 139 4,87 0.821355236 0.7 0.8078 -0.1078 0,8106
22 143 139 4,87 0.821355236 0.733333333 0.8078 -0.074466667 0,8106
23 143 139 4,87 0.821355236 0.766666667 0.8078 -0.041133333 0,8106
24 143 139 4,87 0.821355236 0.8 0.8106 -0.0106 0,8106
25 143 139 4,87 0.821355236 0.833333333 0.8106 0.022733333 0,8106
26 143 139 4,87 0.821355236 0.866666667 0.8106 0.056066667 0,8106
27 144 139 4,87 1.026694045 0.9 0.5753 0.3247 0,8106
28 144 139 4,87 1.026694045 0.933333333 0.5753 0.358033333 0,8106
29 144 139 4,87 1.026694045 0.966666667 0.5753 0.391366667 0,8106
30 144 139 4,87 1.026694045 1 0.5753 0.4247 0,8106
Sumber : Pengolahan Data (Uji Kenornalan Data)
105
Untuk hasil rekapitulasi uji kenormalan pada dimensi- dimensi yang lain
dapat dilihat pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov pada
Dimensi Antropometri Pekerja
No dimensi XFa
(X) Z
Fe
(X)
D
max
D
tabelKet
1 JT 74,1 0,4 1,58 -0,474683544 0,9706 0,1367 0,9706 Normal
2 TMB 139 0.9 4,78 1.026694045 0,8106 0,3914 0,8106 Normal
3 DGT 4,12 1 0,20 0,65 0,7549 0,2451 0,7549 Normal
Sumber : Pengolahan Data (Uji Kenornalan Data)
4.2.4. Perhitungan Persentil
Setelah diperoleh data antropometri dari pengukuran seluruh pekerja,
selanjutnya akan ditentukan nilai persentil. Nilai persentil yang dicari adalah nilai
persentil 5, 50, dan 95. Contoh penentuan nilai persentil adalah sebagai berikut.
Perhitungan persentil Tinggi Mata Berdiri (TMB).
P5 = X - 1,645 ( )
= 139 – 1,645 ( 4,78 )
= 131,1369 = 132 cm
P50 = X
= 139 cm
P95 = X + 1,645 ( )
= 139 + 1,645 ( 4,78 )
= 146,8631 = 147 cm
106
Nilai-nilai persentil untuk seluruh dimensi dapat dilihat pada Tabel 4.33.
Tabel 4.33. Rekapitulasi Perhitungan Persentil ke-5, 50, dan 95 untukSeluruh Dimensi Antropometri
No Dimensi X P5 P50 P95
1 JT 74,05 1.58 72 74,05 77
2 TMB 139 4,78 131 139 147
3 DGT 4,12 0,20 3,791 4,12 5
Sumber : Hasil pengolahan Data ( Perhitungan Persentil )
Data perhitungan dimensi tubuh yang lain dapat dilihat pada lampiran E
4.3. Perancangan Produk
Sebelum dilakukan perancangan produk, perlu dilakukan perhitungan
persentil yang akan digunakan untuk mengetahui nilai yang menyatakan bahwa
pada persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut, tujuannya untuk memberikan rasa nyaman
kepada operator ketika menggunakan mesin tersebut dengan menggunakan
perhitungan persentil P50.
Pengolahan data untuk menentukan dimensi rancangan mesin pembuat
kue tradisional (kue karah) secara ergonomi ini, menggunakan prinsip penggunaan
data antropometri yang rata-rata. Dimensi mesin tersebut adalah:
1. Tinggi Batang Besi Mesin
a. Dimensi Tubuh : Tinggi Mata Berdiri (TMB)
b. Ukuran Data : Rata-rata
c. Kelonggaran : Tidak Ada
d. Tinggi Batang Besi Mesin : 139 cm
107
2. Jarak Panel Terhadap Operator
a. Dimensi Tubuh : Jangkauan Tangan (JT)
b. Ukuran Data : Rata-rata
c. Kelonggaran : Tidak Ada
d. Jarak Panel Terhadap Operator : 74,05 cm
3. Diameter Genggaman Tangan Terhadap Besi Engkol
e. Dimensi Genggaman Tangan : (DGT)
f. Ukuran Data : Rata-rata
g. Kelonggaran : Tidak Ada
h. Diameter Genggaman Tangan : 4,12 cm
Perhitungan persentil untuk dimensi tubuh yang telah diperoleh, sesuai
dengan hasil perhitungan tersebut, terlihat pada Gambar 4.12, dibawah ini:
Gambar 4.12. Ukuran Dimensi Mesin
(TMB)139cm
(DGT)4,12cm
Control Panel
(JK)74,05cm
(DGT)4,12cm
108
4.3.1. Gambaran Rancangan Mesin Pembuat Kue Karah
Tampak Samping Kanan Tampak Samping Kiri
Tampak Depan Tampak Belakang
109
BAB V
ANALISIS HASIL PEMECAHAN MASALAH
Dari studi awal pengukuran dan pengolahan data yang telah dilakukan
pada bab IV diperoleh analisa pengukuran kerja aktual dilakukan pada operator
pembuatan kue karah, di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.
Diantaranya adalah :
5.1. Analisis Postur Kerja Aktual
Elemen-elemen kegiatan pada proses pembuatan kue karah banyak
dilakukan dengan postur kerja yang tidak ergonomi. Rekapitulasi penilaian level
tindakan QEC dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Dari Keseluru Kegiatan Dengan
Metode QEC Pada Operator Pembuat Kue Karah
No Uraian Elemen Kegiatan Exposure
(%) Kreteria Tindakan
1 Pengambilan adonan ke gudang penyimpanan cetakan
43,8 Diperlukan beberapa waktu ke depan
2 Mengambil alat cetakan 43,8 Diperlukan beberapa
waktu ke depan
3 Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu 45,6 Diperlukan beberapa
waktu ke depan
4 Meletakan alat cetakan kewadah penampungan adonan
43,8 Diperlukan beberapa waktu ke depan
5 Melipat dan membentuk kue dengan alat bantu
43,8 Diperlukan beberapa waktu ke depan
6 Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan
35,8 Aman
7 Meniriskan kue ke wadah penirisan 30,2
Aman
8 Penyimpanan 25,3
Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Data QEC
110
Dari hasil penilaian QEC pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa perbedaan keluhan yang terjadi pada setiap elemen kegiatan. Hal ini
disebabkan karena:
1. Pada elemen kegiatan mengambil adonan ke gudang penyimpanan cetakan
nyaitu, diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%), hal ini dikarenakan
pada saat melakukan kegiatan mengambil adonan ke gudang penyimpanan
cetakan operator mengalami posisi gerakan tubuh sering dan sesaat
berhenti dengan keadaan posisi duduk jongkok.
2. Pada elemen kegiatan mengambil alat cetakan terdapat penilaian nyaitu,
diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%), hal ini dikarenakan pada
saat melakukan kegiatan mengambil alat khusus operator mengalami
posisi tubuh yang cukup bengkok dengan keadaan posisi duduk jongkok
3. Pada elemen kegiatan mengetuk alat cetakan dengan alat bantu terdapat
penilaian yaitu, diperlukan beberapa waktu ke depan (45,6%), hal ini
dikarenakan beban kerja yang dilakukan secara terus menerus lebih dari 20
kali permenit dan diperlukan ketelitian penglihatan yang tinggi.
4. Pada elemen kegiatan meletakan alat cetakan kewadah penampungan
adonan terdapat penilaian diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%),
hal ini dikarenakan pekerjaan dilakukan dengan posisi tangan yang
dibengkokokan dan gerakan postur tubuh yang tidak nyaman.
5. Pada elemen kegiatan melipat dan membentuk kue dengan alat bantu
terdapat penilaian tindakan diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%),
hal ini dikarenakan posisi tubuh operator yang bengkok dan dengan
111
keadaan tangan yang rata dada.
6. Pada elemen kegiatan Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan
terdapat penilaian ( 35,8%), atau posisi kerja aman, hal ini dikarenakan
posisi kerja dengan punggung hampir netral dan berat beben kerja rendah.
7. Pada elemen kegiatan meniriskan kue ke wadah penirisan terdapat
penilaian kerja (30,2%,) dengan posisi kerja aman, hal ini dikarenakan
posisi tangan operator yang dilakukan dibawah pinggang.
8. Pada elemen kegiatan penyimpanan terdapat penilaian kerja (25,3%,)
dengan posisi kerja aman, hal ini dikarenakan berat beban kerja yang
diangkat rendah dan tanpa melakukan ketelitian penglihatan yang tinggi.
Dari hasil analisis postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa postur kerja yang tidak ergonomis, sehingga diperlukan perancangan
terhadap fasilitas kerja untuk mengurangi keluhan postur kerja operator.
5.2. Analisis Data Antropometri
Dalam analisis ini akan dibahas mengenai beberapa dimensi tubuh yang
dipakai dalam merancang mesin pembuat kue tradisional (kue karah) secara
ergonomi yang dapat mengurangi cedera otot dikarenakan postur kerja aktual
yang selama ini dilakukan tidak ergonomi dan dilakukan secara manual atau
tradisional, Untuk dapat merancang mesin kue karah maka diperlukan beberapa
dimensi tubuh yang dibutuhkan dalam merancang mesin usulan ini yaitu:
a. Tinggi Mata Berdiri (TMB) digunakan untuk menentukan tinggi batang
besi mesin, yaitu 139 cm
112
b. Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk menentukan jarak jangkauan
tangan operator terhadap box panel mesin, yaitu 74,05 cm
c. Diameter Genggaman Tangan (DGT) digunakan untuk gengaman tangan
batang engkol besi dudukan mesin dan alas kompor yaitu , 4,12 cm
5.3. Perbandingan Antara Metode Kerja Aktual dan Usulan
Perbandingan antara metode kerja aktual dan metode kerja usulan dapat
pada tabel 5.2. berikut.
Tabel 5.2. Metode Kerja Kktual dan Usulan
No Uraian Elemen Kegiatan Aktual Usulan
Waktu Kelelahan Kerja
1 Pengambilan adonan ke gudang penyimpanan cetakan
20 Detik 10
2 Mengambil alat cetakan 5 Detik -
3 Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu 60 Deik -
4 Meletakan alat cetakan kewadah penampungan adonan
5 Detik -
5 Melipat dan membentuk kue dengan alat bantu 10 Detik 10 Detik
6 Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan
5 Detik 5 Detik
7 Meniriskan kue ke wadah penirisan 10 Detik 10 Detik
8 Penyimpanan 5 Detik 5 Detik
Total Waktu 120 Detik 40 Detik
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa metode kerja usulan dengan
menggunakan mesin pembuat kue karah dapat menghilangkan waktu kelelahan
kerja yang selama ini dilakukan dari berbagai uraian elemen kegiatan kerja aktual,
113
yaitu, mengambil alat cetakan, mengetuk alat cetakan dengan alat bantu,
meletakan alat cetakan kewadah penampungan adanan, dengan pengurangan
waktu kelelahan total siklus pembuatan kue karah sebersar 70 detik, dan di
tambah kegiatan tambahan setelah perangcangan yaitu 10 detik sehingga total
kelelahan menjadi 50 detik untuk kegiatan produksi kue karah dengan
menggunakan mesin.
5.4. Gambaran Mesin dan Komponen Mesin
Untuk memperjelas gambaran mesin dan komponen mesin dapat dilihat
pada keterangan gambar di bawah ini.
Gambar 5.1. Gambar Mesin dan Komponen Mesin
Control Panel
(1) Kontrol panel Power, Timer, Saklar Trafo
(2) Elektro M otor (Dinamo)
(6) Tiang Besi Mesin
(5) Puli Mesin
(4) Engkolan Pedal dudukan M esin
(8)Alas Dudukan Kom por
(7) Engkolan Pedal Dudukan Alas Kompor
(9) Kaki Msen
(3) Mesin Getar
114
Bagian utama komponen mesin pembuat kue karah yang sangat penting
dalam mendukung fungsi mesin dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Kontrol Panel
Kontrol panel digunakan sebagai alat kontrol mesin yang terdiri dari
beberapa alat kontrol diantaranya adalah :
a. Tombol power on/off digunakan sebagai alat kontrol untuk
menghidupkan dan mematikan mesin.
b. Timer digunakan sebagai alat kontrol mesin yang berfumgsi untuk
mengaturan waktu siklus penghidupan mesin disaat beroperasi.
c. sklar trafo digunakan sebagai alat kontrol mesin untuk pengaturan
putaran mesin disaat beroperasi.
2. Elektro Motor
Elektro motor digunakan sebagai alat pengerak putaran puli mesin dengan
menghubungkan tali kipas dan puli mesin didalam gear box mesin, elektro
motor dioperasikan dengan timer sesuai dengan waktu siklus yang
ditentukan operator.
3. Mesin Getar
Mesin getar digunakan sebagai alat penggetar mesin sehingga adonan kue
jatuh kewadah penggorengan secara terus menerus, mesin getar
dioperasikan dengan timer sesuai dengan waktu siklus yang ditentukan
operator.
4. Ekolan pedal mesin
Ekolan pedal mesin digunakan sebagai alat penyetelan dudukan mesin dan
115
kompor sehingga kedudukanya dapat disesuaikan sebagaimana semestinya
dengan cara memutar pedal mesin tersebut.
5. Puli Mesin
Puli mesin digunakan sebagai alat peletak cetakan kue karah yang
dihubungkan dengan poros besi puli yang berbentu lempengan besi bulat
alat cetakan juga dilengkapi dengan tuas kelok yang berfungsi untuk
menutup lubang-lubang cetakan.
6. Tiang Besi Mesin
Tingan besi mesin digunakan sebagai alat penyanggak mesin dengan
membentuk gear sehingga terlihat seperti besi ulir pada badan besi yang
berfungsi sebagai naik turunya mesin kue karah dan mesin juga bisa di
putar kekanan dan kekiri.
7. Alas Dudukan Kompor
Alas dudukan kompor digunakan sebagai alat dudukan kompor yang
dilengkapi enkolan pedal, sehingga dudukan kompor dapat disesuaikan
dengan baik dudukan kompor berbentuk empat persegi lempengan
8. Kaki Mesin
Kaki mesin digunakan sebagai alat penopang seruluh badan mesin dan
juga sebagai menyeimbang kedudukan badan mesin yang terbuat dari
lempengan besi padat .
116
5.4.1. Proses Produksi Pembuatan Kue Karah Usulan
Pada proses produksi pembuatan kue karah yang secara semi otomatis
dengan menggunakan mesin kue karah memiliki berbagai tahapan produksi,
berikut adalah Flow Process Chart pembuatan kue karah usulan.
Gambar 5.2. Flow Proses Chart Proses Produksi Kue Karah Aktual
5.5. Standard Operating Procedure (SOP)
Perancangan SOP berdasarkan usulan mesin pembuat kue tradisional (kue
karah) adalah sebagai berikut:
117
1. Persiapan Start Mesin
a. Masukan Adonan Kue Kewadah Penampungan Adonan Kue
b. Setel kedudukan kopor pada posisi lurus puli mesin
2. Start Mesin
a. Atur waktu siklus operasi mesin pada timer mesin (Kontrol Panel)
b. Tekan tombal power mesin pada posisi ON (Kontrol Panel)
c. Atur Putaran mesin pada saklar trafo (Kontrol Panel)
3. Mematikan Mesin
a. Tutup wadah penampungan adonan ( Alat Cetakan)
b. Tekan tombol power mesin pada pasisi OFF (Kontrol Panel)
5.6. Perbandingan Kondisi Kerja Aktual dengan Usulan
Dari hasil perancangan fasilitas kerja maka akan diperoleh kondisi yang
baru pada proses pembuatan kue karah sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah.
Adanya beberapa perbaikan kondisi kerja antara lain pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Perbandingan Kondisi Kerja Aktual dan Usulan
No
Aktual Usulan
1
Operator dibagian pengambilan alat cetakan
harus mengambil alat dan meletakan alat
cetakan tersebut dengan postur kerja yang
tidak aman dan nyaman dikarenakan badan
operator harus berputar
Operator dibagian kegiatan pengambilan alat
cetakan dan meletakan alat cetakan tidak lagi
di lakukan karena perancangan mesin sudah di
lengkapi dengan fasilitas penganti alat cetakan
tersebut
2
Operator dibagian mengetuk alat cetakan
dengan alat bantu harus mengatami
kegiatan mengetuk secara terus- menerus
dengan postur kerja yang tidak ergonomi
Operator dibagian mengetuk alat cetakan
dengan alat bantu tidak lagi mengalami
kegiatan pengetukan karenakan perancangan
mesin sudah di lengkapi dengan mesin getar
DAFTAR PUSTAKA
Grandjen, E., 1986. Fitting the task to the man. A textbook of occupational
ergonomic. New york : Philadelphia
Prece, S. A,. and wilson, patofisiogi konsep klinik proses – proses penyakit,
jakarta : penerbit kedokteran EGC
Kozier, G., 1987. Fundamentals of nursing, new jesey butterworth publisher
Suma’mur P,K., 1996. Higienes perusahaan dan kesehatan kerja, jakarta : CV haji
Masagung
Internet, www.google.com. analisa resiko permasalahan berwirausaha, faktor
internal dan eksternal. (2011)
Suma’mur, prinsip ergonomi di tempat kerja. ITB, 1993
Sriwarno, A. Bagus. Efek Ketinggian Permukaan Duduk Terhadap Beban Kerja
Dalam Posisi Kerja Jongkok. Bandung: ITB, 2008.
Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna
Widya, Surabaya, 2004.
Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,
Uniba Press, Surakarta, 2004.
Li, Guangyan dan Peter Buckle. Quick Exposure Checklist (QEC)for the
Assessment of Workplace Risks for WMSDs. Newyork: CRC Press
LLC. 2005
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan.
Jakarta: Prestasi,Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
( LANJUTAN )
Kim, K.Y.,Wang,Y.,Muogboh,O.S., and Nnaji, B.O.,Design Formalism for
CollaborativeAssembly Design, Comput. Aided Des., 36, 849–871, 2004
(the special issue on Distributed CAD).
Cross, Nigel. 1994. Engineering Design Method. New York : John Wiley & Sons
.Inc
Liliana Y.P. 2007. Pertimbangan Antropometri pada Pendesainan. Seminar
Nasiona lII. SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,
Surabaya, 1995.p.60
Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik,
Jakarta, Kencana, 2008, p.307-311
Sutalaksana, I.Z., dkk. 2006. ”Teknik perancangan sistem kerja”. ITB, Bandung.
Moh. Nazir,. Definisi Metode Deskriptif, Metode Penelitian, Jakarta 1988.
www.acehpedia.org
http://Ads .Wordpress.com/Resiko Usaha/2011
http://www.harianaceh.co.id/10 kuliner khas tradisional aceh/2014
http//www.acehpedia.org/makanan tradisional aceh/, kue karah, 2012