RANCANGAN ALAT UJI GESER PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT … · 2013. 7. 22. · RANCANGAN ALAT UJI GESER...

120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user RANCANGAN ALAT UJI GESER PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT ALAM DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK KETERULANGAN HASIL PENGUJIAN Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SANDI BUDIYONO I 1308531 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of RANCANGAN ALAT UJI GESER PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT … · 2013. 7. 22. · RANCANGAN ALAT UJI GESER...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    RANCANGAN ALAT UJI GESER PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT ALAM DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK

    KETERULANGAN HASIL PENGUJIAN

    Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    SANDI BUDIYONO I 1308531

    JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang

    telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

    Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan skripsi ini, penulis telah

    mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang

    sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya,

    ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

    1. Orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan doa, kasih sayang

    dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    2. Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ir. Lobes Herdiman, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    4. Taufiq Rochman, STP, MT, selaku Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan

    Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    5. Ilham Priadythama, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I dan Ir. Lobes

    Herdiman, M.T, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

    waktunya, dan sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

    6. Wakhid Ahmad J, ST, MT, selaku dosen penguji skripsi I dan Ir. Munifah,

    MSIE, MT, selaku dosen penguji skripsi II yang telah memberikan masukan

    dan perbaikan terhadap skripsi ini.

    7. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan

    pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran

    penyelesaian skripsi ini.

    8. Teman-teman Transfer Teknik Industri angkatan ’08, terima kasih atas

    semangat, kekompakan serta bantuan kalian selama ini. Semoga persahabatan

    kita akan terus terjaga.

    9. Keluarga besar bengkel bubut milling Huma, terima kasih atas tempat, waktu

    dan proses permesinan serta masukan yang bermanfaat bagi penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    10. Seseorang yang senantiasa ada untuk mendampingi, memberikan dukungan

    dan doanya. Terima kasih untuk kesabarannya selama ini.

    11. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

    segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir

    ini.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun

    siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir

    ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan

    terbuka sangat mengharapkan berbagai masukan maupun kritikan dari pembaca.

    Surakarta, 24 Januari 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    ABSTRAK

    Sandi Budiyono, NIM: I 1308531. RANCANGAN ALAT UJI GESER PADA BAHAN KOMPOSIT SERAT ALAM DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK KETERULANGAN KETERULANGAN HASIL PENGUJIAN. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.

    Kekuatan geser merupakan salah satu sifat mekanik penting dari komposit serat alam. Sifat ini adalah informasi yang sangat berguna bagi penelitian di daerah ini. Untuk mengukur sifat-sifat mekanik ini, perangkat tertentu harus dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik komposit serat alam sebagai spesimen tersebut. Penelitian ini difokuskan pada perancangan aspek keterulangan hasil pengujiannya.

    Metode pengujian geser disesuaikan dengan standar ASTM D5379-98. Standar geometri spesimen pengujian geser berukuran 76mm x 20mm x 12mm (P xLxT) dan terdapat takikan 90o (V-notch) pada tengah-tengah spesimen dengan kedalaman 4 mm yang dikombinasikan dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan Laboratorium Pengendalian Kualitas (LSK) Universitas Sebelas Maret Surakarta LSK , standar ini akan menjadi acuan untuk mengembangkan desain alat uji geser. Pada tahap akhir desain, performasi keterulangan alat uji diukur menggunakan Analisis Varians (ANOVA) untuk spesimen medium density fiberboard (MDF).

    Hasil penelitian ini adalah alat uji geser modular untuk pengujian geser komposit serat alam dengan menggunakan tenaga hidrolik power pack sebagai penggerak utama. Pencekaman spesimen secara khusus dirancang untuk komposit serat alam yang umumnya bersifat rapuh dan getas. Uji ANOVA menunjukkan perangkat ini dinilai baik ditinjau dari aspek keterulangan hasil pengujian dengan keakurasian dibawah 5%. Kata kunci: alat uji geser, pengujian geser, komposit serat alam, ASTM D5379-98 xix + 112 halaman; 39 gambar; 25 tabel; 4 lampiran Daftar Pustaka: 31 (1979-2010)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    ABSTRACT

    Sandi Budiyono, NIM: I 1308531. THE DESIGN OF NATURAL FIBER COMPOSITE SHEAR TESTER WITH REPEATABILITY CONSIDERATION OF THE TEST RESULT. THESIS. Surakarta: Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, January 2010.

    Shear strength is one of important mechanical properties of natural fiber composite. This properties is a very useful information for the research in these area. In order to measure this property, a specific device must be designed considering the characteristic of the natural fiber composite as its specimen. This research was focused on designing repeatability aspect for its testing result.

    The method of shear testing was complied to the standard of ASTM D5379-98. The standard specimen geometry 76mm x 20mm x 12mm (HxWxT) and 90o V-notched in the middle with 4 mm depth combined with the requirement of LSK Laboratory of Sebelas Maret University, this standard would be a reference to develop the design of the shear tester. At the end of the design phase, there was a repeatability performance test using Analysis of Variance (ANOVA) for the medium density fiberboard specimen.

    The result of this study was a modular shear tester device for natural fiber composite using hydraulic power pack as a prime mover. The gripper is specifically designed for natural fiber composite which is commonly brittle and fragile. The ANOVA test showed this device is performed well in term of repeatability aspect under 5% accuracy. Keywords: shear tester, shear testing, natural fiber composite, ASTM D5379-98. xix + 112 pages, 39 drawings, 25 table, 4 attachments Bibliography: 31 (1979-2010)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    LEMBAR VALIDASI.................................................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ............... iv

    SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... v

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

    ABSTRAK .................................................................................................... viii

    ABSTRACT .................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ...................................................................... I - 1

    1.2 Perumusan Masalah .............................................................. I - 3

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. I - 3

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ I - 3

    1.5 Batasan Masalah .................................................................... I - 4

    1.6 Asumsi Penelitian.................................................................. I - 4

    1.7 Sistematika Penulisan............................................................ I - 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Komposit Serat Alam (Composite Natural Fiber) ................ II - 1

    2.1.1 Karakteristik PadaKomposit Serat Alam .................... II - 1

    2.1.2 Pengujian Pada Bahan Komposit Serat Alam ............. II - 2

    2.1.3 Spesimen Pada Bahan Komposit Serat Alam ............. II - 3

    2.2 Alat Uji Geser ....................................................................... II - 4

    2.2.1 Deskripsi Alat Uji Geser ............................................. II - 4

    2.2.2 Teknologi Atau Konstruksi Pada Alat Uji Geser ........ II - 6

    2.2.3 Mekanika Fluida (Hidrolik) ........................................ II - 10

    2.2.4 Load Cell ..................................................................... II - 17

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    2.2.5 Sistem Kendali Alat Uji Geser .................................... II - 19

    2.3 Statistik Pengujian Pada Alat Uji Geser ................................ II - 22

    2.3.1 Perancangan Eksperimen ............................................ II - 23

    2.4 Penelitian Penunjang ............................................................. II - 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Identifikasi Masalah .............................................................. III - 2

    3.1.1 Studi Pustaka ............................................................... III – 2

    3.1.2 Studi Lapangan ........................................................... III – 2

    3.1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ III - 3

    3.1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... III - 3

    3.2 Tahap Pengumpulan Dan Pengolahan Data .......................... III - 3

    3.2.1 Pengujian Geser ASTM D5379-98 ............................. III - 3

    3.2.2 Identifikasi Alat Uji Geser .......................................... III - 3

    3.2.3 Konsep Rancangan Alat Uji Geser ............................. III - 4

    3.2.4 Bill of Materials Alat Uji Geser .................................. III - 4

    3.3 Perancangan Alat Uji Geser .................................................. III - 5

    3.3.1 Mekanika Struktur Rancangan Alat Uji Geser ........... III - 5

    3.3.2 Elemen Penggerak Alat Uji Geser .............................. III - 5

    3.3.3 Rangkaian Pengendali Alat Uji Geser ........................ III - 5

    3.3.4 Running Test Alat Uji Geser ....................................... III - 5

    3.3.5 Kalibrasi Alat Uji Geser .............................................. III - 5

    3.4 Pengujian Data Hasil Pengujian Geser ................................. III - 6

    3.5 Analisis Dan Interpretasi Hasil ............................................. III - 6

    3.6 Kesimpulan Rancangan Alat Uji Geser ................................ III - 6

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 Pengumpulan Data ................................................................ IV - 1

    4.1.1 Pengujian Geser ASTM D5379-98 ............................. IV - 1

    4.1.2 Identifikasi Alat Uji Geser .......................................... IV - 3

    4.1.3 Konsep Rancangan Alat Uji Geser ............................. IV - 8

    4.1.4 Bill of Materials Alat Uji geser ................................... IV - 12

    4.2 Perhitungan Teknik Dan Penentuan Komponen ................... IV - 24

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    4.2.1 Mekanika Struktur Rancangan Alat Uji Geser ........... IV - 25

    4.2.2 Elemen Mesin Penggerak Alat Uji Geser ................... IV - 32

    4.2.3 Rangkaian Pengendali Alat Uji Geser ........................ IV - 35

    4.2.4 Estimasi Biaya Alat Uji Geser .................................... IV - 37

    4.2.5 Spesifikasi Alat Uji Geser ........................................... IV - 40

    4.3 Pengujian Data Hasil Pengujian Geser ................................. IV - 41

    4.3.1 Pengujian Hasil Pembebanan Geser ........................... IV - 42

    4.3.2 Pengujian Hasil Perhitungan Kekuatan Geser ............ IV - 53

    BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

    5.1 Analisis Alat Uji Geser

    5.1.1 Analisis Rancangan Alat Uji Geser ............................ V - 1

    5.1.2 Analisa Bahan Penyusun Alat Uji Geser .................... V - 3

    5.1.3 Analisa Hasil Pengujian Geser .................................... V - 5

    5.2 Interpretsi Hasil Alat Uji Geser ............................................. V - 6

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ........................................................................... VI - 1

    6.2 Saran ...................................................................................... VI - 1

    DAFTAR PUSTAKA

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-1

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian,

    perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian, tujuan dan manfaat

    penelitian, batasan masalah, asumsi yang yang diangkat dalam penelitian serta

    sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.

    1.1 LATAR BELAKANG

    Pada era globalisasi sekarang ini, dunia manufaktur mengalami

    perkembangan pesat, mengikuti perubahan dan tuntutan pasar untuk menghasilkan

    material atau bahan dasar alternatif sebagai pengganti bahan-bahan komersial

    yang kini harganya semakin mahal. Banyak penelitian yang berfokus pada

    penemuan bahan dasar organik karena bahan dasar organik dapat dijadikan

    sebagai alternatif pengganti bahan dasar anorganik (Setjadi, 2005). Berbagai

    bahan organik, komposit serat alam merupakan bahan yang banyak diteliti

    disebabkan Indonesia merupakan penghasil serat alam yang kaya, komposit serat

    alam adalah bahan yang ramah lingkungan. Dalam penelitian tersebut sifat-sifat

    mekanik menjadi salah satu bahasan yang paling penting. Beberapa sifat mekanik

    komposit serat alam menjadi patokan untuk aplikasinya. Sifat-sifat mekanik dapat

    diketahui melalui pengujian mekanik. Beberapa pengujian mekanik, pengujian

    geser merupakan salah satu yang terpenting karena aplikasi komposit dalam

    bentuk papan atau struktur sering kali mengalami pembebanan geser.

    Pengujian geser (shear tester) merupakan salah satu pengujian dalam

    menentukan seberapa jauh terpenuhinya standar spesifikasi dari karakteristik

    bahan yang digunakan untuk proses pengujian terhadap material, dimana material

    didesak melalui dua arah yang berbeda dengan besar gaya yang sama sampai

    terjadi proses deformasi (perubahan bentuk) atau displacement (proses pergeseran

    objek atau perubahan posisi titik awal dan posisi akhir dari sebuah objek)

    spesimen untuk mengetahui karaketristik maupun sifat mekanik dari suatu

    material (Nee, 1998). Keperluan pengujian geser komposit serat alam, pengujian

    geser memerlukan alat uji geser dalam menjalankan aplikasi pengujian. Kegunaan

    alat uji geser komposit serat alam adalah mengetahui seberapa besar ketahanan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-2

    geser maksimum yang dapat ditahan oleh material komposit serat alam pada

    kondisi tegangan efektif dan pembebanan secara berkelanjutan, sehingga

    memungkinkan terjadinya displacement pada material yang diujikan (Nee, 1998).

    Komposit serat alam merupakan jenis komposit organik, sehingga alat uji geser

    komposit serat alam dapat digunakan untuk jenis komposit organik lain dengan

    beban pergeseran maksimal sebesar 100 MPa sesuai pada literature Properties

    And Performace of Natural-Fibre Composite, Pickering, 2008.

    Ketersediaan alat uji geser menjadi tuntutan tersendiri untuk mengetahui

    karakteristik dari bahan atau material yang akan diujikan. Saat ini alat uji geser

    yang tersedia di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

    adalah berupa universal testing machine di Laboratorium Material Fakultas

    Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret. Alat uji ini pada dasarnya adalah alat uji

    tarik yang kemudian dimodifikasi fungsinya sehingga dapat digunakan sebagai

    alat uji geser. Alat uji universal mempunyai besar kapasitas pembebanan hingga

    100 ton. Alat uji universal merupakan alat penguji material dengan kekuatan

    tinggi seperti halnya logam. Pada pengujian menggunakan material jenis logam

    steel 37 dengan batas patah ( Bs ) 370 N/mm2 didapatkan nilai rata-rata pengujian

    340 MPa dari 5 kali proses pengujian alat uji universal. Pengujian geser pada

    komposit serat alam (natural fiber composite) dapat menggunakan fasilitas alat uji

    dengan besar beban atau regangan yang mampu diberikan alat uji universal

    (universal testing machine) ini tetapi nilai hasil pengujiannya cenderung tidak

    akurat karena kekuatan tarik komposit serat alam jauh lebih kecil dari logam atau

    maksimum hanya pada kisaran 100 MPa.

    Alat uji geser memiliki beberapa aspek penting dalam pengujian geser.

    Aspek keakurasian dan kepresisian yang ditunjukkan oleh hasil pengujian

    spesimen hanya diketahui setelah dilakukan beberapa kali pengujian geser

    terhadap spesimen. Satu atau beberapa kali pengujian geser spesimen sudah cukup

    untuk menunjukkan aspek keakurasian dari alat uji tersebut, tetapi untuk

    mendapatkan kepresisian hasil pengujian membutuhkan pengujian yang dilakukan

    berulang-ulang. Pengujian yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan

    kepresisian sehingga aspek keterulangan hasil pengujian alat uji dapat

    disimpulkan (Davis, 2004). Dalam perancangan alat uji mekanik, kepresisian alat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-3

    merupakan aspek pertama yang harus dipenuhi karena keakurasian alat dapat

    diselesaikan relatif lebih mudah, yaitu dengan kalibrasi alat uji. Ketersediaan alat

    uji geser komposit serat alam pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

    Surakarta di Laboratorium Sistem Kualitas Jurusan Teknik Industri merupakan

    penyelesaian perancangan proses pembuatan komposit serat alam yang saat ini

    sedang dikembangkan, oleh karena itu alat uji diperlukan sebagai media penguji

    komposit tersebut.

    Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa perancangan alat uji geser untuk

    bahan komposit serat alam sangat diperlukan dalam perkembangan penelitian

    komposit serat alam di masa mendatang.

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok

    permasalahan dari tugas akhir ini yaitu ”Bagaimana merancang alat uji geser

    untuk bahan komposit serat alam dengan memperhatikan kepresisian alat terhadap

    spesimen dan aspek keterulangan hasil pengujian?”.

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan utama yang dicapai dari penelitian ini yaitu merancang alat uji geser

    untuk bahan komposit serat alam dengan memperhatikan aspek keterulangan hasil

    pengujian. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Menentukan konstruksi alat uji geser untuk menunjang aspek keterulangan

    hasil pengujian.

    2. Melakukan pengujian alat uji geser terhadap karakteristik komposit serat alam

    dalam aspek keterulangan hasil pengujian.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan alat uji

    geser dengan memperhatikan aspek keterulangan hasil pengujian terhadap

    spesimen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-4

    1.5 BATASAN MASALAH

    Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Spesifikasi alat uji terhadap spesimen memenuhi kriteria standarisasi ASTM

    D5379/D5379M – 98.

    2. Spesimen yang akan diujikan berupa MDF (medium density fiberboard)

    dengan geometri panjang spesimen 76 mm, lebar 20 mm dan tebal spesimen

    12 mm, tegangan geser maksimum spesimen sebesar 100 MPa disesuaikan

    dengan kekuatan tarik maksimum serat alam menurut literatur Pickering,

    2008.

    3. Beban tegangan lokal terhadap alat uji geser sebesar 4 Hz atau berkisar antara

    30 – 33 bar.

    1.6 ASUMSI

    Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Kekuatan geser setiap spesimen diasumsikan sama untuk jenis dan komposisi

    bahan yang sama.

    2. Perancangan konstruksi tidak mempertimbangkan gesekan, selip antara

    spesimen dengan alat uji diasumsikan tidak ada.

    3. Kalibrasi alat dilakukan berdasarkan beban akibat gesekan pada kondisi

    konstan.

    1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas akhir,

    seperti diuraikan di bawah ini.

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah

    yang diangkat dalam perancangan alat uji geser, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, penetapan

    asumsi-asumsi serta sistematika yang digunakan dalam perancangan

    alat uji geser sebagai alat pengujian geser pada bahan komposit serat

    alam.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini memberi penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori

    yang digunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta

    memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan oleh

    penulis sebagai kerangka pemecahan masalah guna mendapatkan

    desain rancangan alat uji geser.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini berisikan gambaran terstruktur tahap-tahap proses pelaksanaan

    penelitian dan tahapan pengerjaan pengolahan data yang digambarkan

    dalam diagram alir (flow chart).

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan

    dalam proses pengolahan data sesuai dengan langkah-langkah

    pemecahan masalah yang dikembangkan pada bab sebelumnya.

    BAB V ANALISIS & INTERPRETASI HASIL

    Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap

    pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan.

    BAB VI KESI MPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan

    masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan

    atas permasalahan yang dibahas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam

    penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta

    menganalisa permasalahan yang ada.

    2.1 KOMPOSIT SERAT ALAM (COMPOSITE NATURAL FIBER)

    Serat alam merupakan hasil dari bahan tanaman berserat yang diproduksi

    sebagai hasil dari fotosintesa. Pada sub-bab berikut dibahas mengenai

    karakteristik pada komposit serat alam (composite natural fiber), pengujian geser

    pada bahan komposit serat alam, dan spesimen pengujian geser pada bahan

    komposit serat alam.

    2.1.1 Karakteristik Pada Komposit Serat Alam

    Composite natural fiber atau komposit serat alam memiliki keuntungan

    dibandingkan dengan serat sintetis, seperti mudah didapatkan, berat lebih ringan,

    mampu melalui proses manufaktur atau pengolahan secara alami, dan ramah

    lingkungan. Komposit serat alam merupakan bahan alternatif baru, mempunyai

    kekuatan dan kekakuan yang relatif tinggi dan tidak menyebabkan iritasi pada

    kulit. Keuntungan yang lainnya adalah kualitas dapat divariasikan dan memiliki

    stabilitas panas yang rendah (Lokantara, 2007).

    Karakterisasi bahan komposit menjadi sulit dipahami, karena perkembangan

    penelitian bahan alternatif pengganti anorganik yang semakin luas. Hal ini

    menyebabkan pengembangan metode pengujian dan teknik yang sudah ada terus

    diverifikasi dan dikaji ulang. Faktor kesulitan lain yang timbul dalam pengujian

    komposit juga muncul pada saat proses pengujian komposit serat alam karena

    keragaman yang melekat dari sifat geometris, fisik, dan mekanis dari jenis serat

    yang digunakan (Pickering, 2008).

    Pickering (2008), menjelaskan bahwa laporan literatur ilmiah pada sifat

    mekanik komposit serat alam memiliki kriteria dan standar nilai yang berbeda-

    beda. Hal ini sangat sulit untuk menyajikan dalam satu tabel yang berisi daftar

    karakteristik komposit serat alam, karena keanekaragaman serat yang digunakan,

    kondisi kelembaban yang berbeda, dan metode pengujian yang berbeda.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-2

    Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan komposit serat alam

    Kelebihan Kekurangan

    Berat spesifikasi bahan lebih ringan dibandingkan jenis komposit campuran bahan semen (matriks).

    Banyaknya variabilitas.

    Sumber daya yang dapat diperbarui dengan produksi gas emisi CO2 yang rendah.

    Ketahanan produksi air (kelembaban) rendah.

    Produksi pengolahan ramah lingkungan. Ketahanan terhadap api rendah.

    Tahan pada listrik / tegangan tinggi. Ketegaran bahan rendah.

    Pengatur suhu yang bagus dan insulating propertis sederhana.

    Adhesi serat dan matriks yang kurang.

    Sumber: Pickering, 2008

    2.1.2 Pengujian Pada Bahan Komposit Serat Alam

    Menurut Pickering (2008), penelitian terhadap material komposit serat alam

    telah melampaui metode uji yang ditentukan dalam standar. Literatur untuk

    karakterisasi komposit serat alam sebagian besar seperti pada pengujian logam,

    kayu, polimers, dan komposit berserat lainnya. Pengetahuan karakteristik

    komposit serat alam lebih detail dilakukan pada pengujian mekanik yaitu jenis

    pengujian geser yang terurai, sebagai berikut:

    1. Pengujian geser (shear tester).

    Iosipescu merupakan metode pengujian geser terpopuler. Karakteristik

    konfigurasi dan pengujian spesimen ditunjukkan pada gambar 2.1 dan gambar

    2.2. Metode uji diuraikan dalam standar ASTM D5379-98 menggunakan

    Wyoming Shear Test Fixture yang diaplikasikan pada mesin uji universal.

    Tegangan geser rata-rata di seluruh bagian bertakik (V-notch) spesimen

    dihitung dengan menggunakan rumusan:

    AF

    P= ............................................................................................... 2.1

    dengan;

    F = beban yang diterapkan (N)

    A = luasan area (mm2)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-3

    Gambar 2.1 Karakteristik konfigurasi pengujian geser Sumber: Pickering, 2008

    Gambar 2.2 Konsep dasar pengujian geser komposit

    Sumber: Junaidi, 2009

    2.1.3 Spesimen Pada Bahan Komposit Serat Alam

    Spesimen atau bahan komposit serat alam yang akan diuji ditentukan sesuai

    standar masing-masing pengujian. Standar pengujian yang dipakai adalah standar

    ASTM (American Society for Testing and Material). ASTM dibentuk pertama

    kali pada tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk mengatasi

    bahan baku besi pada rel kereta api yang selalu bermasalah. Sekarang ini, ASTM

    mempunyai lebih dari 12.000 buah standarisasi. Standar ASTM banyak digunakan

    pada negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademis maupun

    industri (http://id.wikipedia.org, 2010). Contoh spesimen beserta geometri yang

    telah mengacu pada standar ASTM D5379-98 sebagai spesimen dalam pengujian

    alat uji geser, sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-4

    1. Pengujian geser (shear tester).

    Dimensi spesimen uji geser menggunakan standar ASTM D5379-98.

    Gambar 2.3 menunjukkan tipe spesimen standar geometri untuk pengujian

    geser.

    Gambar 2.3 Spesimen uji geser standar ASTM D5379-98 Sumber: ASTM international, 1999

    dengan;

    L = Panjang spesimen = 76 mm

    d1 = Lebar spesimen = 20 mm

    d2 = V-notch spesimen = 4 mm

    h = Tebal spesimen = as required = 12 mm

    w = Lebar takikan dalam = 12 mm

    r = radius takikan dalam = 1,3 mm

    2.2 ALAT UJI GESER

    Sub-bab ini membahas kajian teori tentang alat uji geser pada bahan

    komposit serat alam. Pembahasan dimulai dari deskripsi alat uji geser, teknologi

    atau konstruksi pada alat uji geser, cara kerja alat uji geser dengan sistem hidrolik,

    dan proses pembacaan hasil pengujian geser.

    2.2.1 Deskripsi Alat Uji Geser

    Alat uji geser merupakan seperangkat peralatan untuk mengetahui seberapa

    besar ketahanan geser maksimum yang dapat ditahan oleh material pada kondisi

    tegangan efektif dan pembebanan secara berkelanjutan, sehingga memungkinkan

    terjadinya displacement pada material yang diujikan (Nee, 1998).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-5

    Beberapa jenis proses pengujian geser, salah satunya adalah pengujian

    Biaxial Iosipescu dilakukan untuk memilih geometri spesimen yang tepat dan

    memuat kondisi untuk pengukuran kekuatan geser searah pada komposit

    (Kumosa, 1999). Efek nonlinear diperiksa sehubungan dengan berbagai koefisien

    geseran, pemindahan, pemuatan sudut, dan perlengkapan non-linier menggunakan

    teknik penghitungan elemen berhingga. Hal ini menunjukkan bahwa efek non-

    linear bernilai kecil untuk tegangan yang terjadi pada pusat spesimen standar

    Iosipescu, tetapi penting untuk menekankan pendekatan takikan (V-notch)

    sedalam 4 mm yang diterapkan dalam metode pengujian geser. Dalam beberapa

    kasus, perbedaan signifikan dalam tekanan atau kompresi dihitung untuk koefisien

    geseran yang berbeda yang telah diamati (Kumosa, 1999).

    Metode pengujian geser diarahkan untuk mengukur karakteristik properti

    dari material yang homogen pada tiap tingkat lapisan. Pada proses pengujian

    geser, benda uji diberikan takikan berbentuk V-notch (sudut 90o) pada bagian sisi

    tepi (ASTM D5379-98) yang bernilai subjektif terhadap pengujian. Disadari

    bahwa dikenakannya sudut 90o (V-notch) pada sisi tepi benda uji, menunjukkan

    nilai kesalahan atau error yang cukup tinggi dikarenakan proses pengujian

    berjalan secara geser melintang. Namun, koreksi nilai perlu diberlakukan karena

    orientasi sudut 0o memberikan efek atau pengaruh pada tegangan tekan lokal

    (pressure weight).

    Dengan demikian, hasil dari diberikannya sudut 90o dapat memberikan nilai

    tegangan geser yang rendah dan mungkin juga terlalu tinggi pada proses

    pengujian geser (Iosipescu test).

    Gambar 2.4 (a) Grafik pengujian geser Iosipescu; (b) Hasil uji geser

    Iosipescu dengan takikan sudut 90o

    Sumber: Pickering, 2008; ASTM international, 1999

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-6

    Gambar 2.5 Iosipescu failure and Iosipescu stretching for polymer Sumber: ASTM international, 1999

    2.2.2 Teknologi Atau Konstruksi Pada Alat Uji Geser

    Terjadinya regangan geser murni merupakan hasil uji dan evaluasi dengan

    memantau secara terpisah pembacaan alat ukur dari ketegangan dan kompresi

    regangan (Munro, 1990). Keadaan regangan geser murni (seperti yang telah

    didefinisikan dari pembacaan ketegangan dari alat pengukur kompresi) dapat

    dihasilkan melalui sudut 90o (V-notch) dari proses pengujian geser, tidak melalui

    pengujian sudut 0o (spesimen pengujian memiliki permukaan yang halus dan

    paralel) (Munro, 1990). Teknologi atau konstruksi pada alat uji geser dijelaskan

    pada landasan teori kekuatan bahan (strength of material) dan konstruksi bahan.

    Pertimbangan dalam menetukan bahan atau material yang digunakan dalam

    perancangan alat uji geser, sebagai berikut:

    1. Kekuatan bahan (strength of material).

    Dalam perencanaan struktur, semua elemen harus diberikan ukuran

    tertentu. Ukuran harus diproporsikan cukup kuat untuk memikul setiap gaya

    yang mungkin terjadi. Setiap elemen struktur juga harus cukup kaku sehingga

    tidak melengkung atau berubah bentuk berlebihan pada saat struktur

    digunakan. Setiap elemen struktur juga tidak boleh terlalu langsing, sehingga

    tidak kehilangan kestabilan akibat adanya gaya tekan. Perencananaan struktur

    meliputi penentuan proporsi elemen struktur yang memenuhi kekuatan

    (strength), kekakuan (stiffness) dan stabilitas (stability) setiap elemen struktur.

    Kekuatan material dapat didefinisikan sebagai kesanggupan suatu material

    terhadap gaya. Kekuatan material (σ atau τ) dipengaruhi oleh besarnya momen

    tahanan (W), tegangan ijin material (σijin atau τijin), dan panjang material (l).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-7

    Modulus irisan elastis setiap material berbeda-beda, tergantung dari dimensi

    dan geometri penampang melintangnya. Tabel 2.2 menunjukkan beberapa

    contoh rumus perhitungan momen inersia (I) dan momen tahanan (W) untuk

    beberapa geometri melintang material.

    Tabel 2.2 Perhitungan kekuatan material

    Profil I (mm4) W (mm3)

    2064

    44 DD »

    p

    1032

    33 DD »

    p

    6

    3bh

    6

    3bh

    12

    4h

    6

    3h

    20)(

    64

    4444 dDdD

    -»-

    p

    DdD

    DdD

    10)(

    32

    4444 -»

    -p

    12

    44 dD -

    hdD

    6

    44 -

    Sumber: Strength of Material, 1991

    2. Tegangan.

    Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar. Ini

    diukur dalam bentuk gaya per satuan luas (Alfred, 1983). Tegangan diuraikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-8

    menjadi komponen yang tegak lurus dan sejajar dengan arah potongan suatu

    penampang.

    Dalam praktek teknik, gaya umumnya diberikan dalam satuan pound atau

    newton dan luas yang menahan dalam satuan inchi persegi atau millimeter

    persegi. Sehingga tegangan dinyatakan dalam pound per inchi persegi yang

    disingkat menjadi psi, atau newton per-milimeter persegi (MPa). Besarnya

    gaya persatuan luas pada bahan tersebut disebut sebagai tegangan dan lazimnya

    ditunjukkan dengan huruf Yunani s (sigma) (Kurniawan, 2000).

    a. Tegangan aksial atau normal yaitu tegangan yang gaya-nya bekerja searah

    dengan luas penampang benda.

    s = ¦ = AFDD

    ..................................................................................... 2.2

    dengan;

    F = beban yang diterapkan (N)

    A = luasan area (mm2)

    b. Tegangan geser adalah intensitas gaya pada suatu titik yang sejajar terhadap

    penampang atau sejajar terhadap permukaan yang mengalami tegangan.

    t = n = AVDD

    ..................................................................................... 2.3

    dengan;

    V = beban geser (N)

    A = luasan area (mm2)

    Satuan tegangan adalah satuan gaya per satuan luas. Dalam sistem

    internasional (SI) satuan tegangan, adalah:

    Pa = pascal = Newton/meter2 = N/m2

    1 KPa = 1 kilopascal = 103 Pa

    1 MPa = 1 megapascal = 106 Pa = 106 N/m2 = 1 N/mm2

    Pada batang-batang yang menahan gaya aksial, tegangan yang bekerja pada

    potongan yang tegak lurus terhadap sumbu batang adalah tegangan normal

    saja, tegangan geser tidak terjadi. Arah potongan ini juga memberikan

    tegangan normal maksimum dibandingkan arah-arah potongan lainnya.

    Perjanjian tanda disamakan dengan gaya aksial, yaitu positif (+) untuk

    tegangan tarik dan negatif (-) untuk tegangan tekan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-9

    3. Regangan.

    Regangan adalah perubahan bentuk. Semua bagian bahan yang mengalami

    gaya-gaya luar, dan selanjutnya tegangan dalam akan mengalami perubahan

    bentuk. Perubahan bentuk total (total deformation) yang dihasilkan oleh suatu

    bahan atau benda dinyatakan dengan huruf Yunani d (delta). Jika panjang

    adalah L, perubahan bentuk per satuan panjang dinyatakan dengan huruf

    Yunani e (epsilon).

    Lde = ............................................................................................. 2.4

    4. Hukum Hooke (Hooke's Law).

    Hampir pada semua material logam, pengujian geser merupakan tahap

    awal dalam percobaan terhadap material logam yang diujikan. Hubungan

    antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan pergeseran

    bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva

    pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke yaitu rasio tegangan

    (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.

    Stress: σ = AF

    ................................................................................ 2.5

    dengan;

    F = beban yang diterapkan (N)

    A = luasan area (m2)

    Strain: ε = LLD

    .............................................................................. 2.6

    dengan;

    LD = perubahan panjang (mm)

    L = panjang awal (mm)

    Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

    E = es

    ......................................................................................... 2.7

    Regangan geser dilambangkan γ merupakan tangen θ. Pada grafik tegangan

    (sumbu vertikal) versus regangan (sumbu horisontal) di daerah elastis, nilai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-10

    tangens adalah selalu konstan, yang pada bahan tertentu nilainya juga sudah

    pasti (konstan).

    Tangens a = ppes

    ......................................................................... 2.8

    dengan;

    σp = tegangan pada batas elastik (N/ mm2)

    ep = regangan pada batas elastik (N/ mm2)

    2.2.3 Mekanika Fluida (Hidrolik)

    Pada sistem kerja alat uji geser, mekanisasi pengerak utama pada alat uji

    adalah dengan menggunakan sistem penggerak hidrolik. Kata hidrolik (hidraulik,

    hydraulic) berasal dan kata Yunani “hydro” yang berarti “air”. atau “zat cair”

    atau “fluida cair”, bermakna semua benda atau zat yang berhubungan dengan

    “air”. Didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan air.

    Sekarang kita mendefinisikan “hidrolik” sebagai pemindahan, pengaturan, gaya-

    gaya dan gerakan-gerakan zat cair (Punarwan, 2005). Jika suatu zat cair dikenakan

    tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan tidak bertambah

    atau berkurang kekuatannya (Archimedes Law).

    Menurut Punarwan (2005), penggunaan cairan digunakan sebagai sarana

    perpindahan energi. Minyak mineral adalah cairan yang sering digunakan, tetapi

    dapat digunakan pula cairan sintetis, seperti air atau emulsi minyak air.

    Hidromekanika (mekanika zat alir atau mekanika fluida) dibagi menjadi 2, yaitu:

    1. Hidrostatika adalah mekanika fluida atau zat cair diam (teori kesetimbangan

    dalam cairan).

    2. Hidrodinamika adalah mekanika fluida yang bergerak (ilmu aliran).

    Beberapa sifat khusus sistem penggerak hidrolik, yaitu:

    1. Gaya yang tinggi (berupa momen putar) dengan ukuran yang kompak, yaitu

    berupa kepadatan tenaga yang tinggi.

    2. Penyesuaian gaya otomatis.

    3. Dapat bergerak dari keadaan diam meskipun pada beban penuh.

    4. Pengubahan (pengendalian atau pengaturan) tanpa tingkatan dan kecepatan,

    momen putar (torsi), gaya langkah yang dapat dilakukan dengan mudah.

    5. Perlindungan terhadap beban berlebih yang sederhana.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-11

    6. Sesuai untuk mengendalikan proses gerakan yang cepat dan untuk gerakan

    sangat lambat yang akurat.

    7. Penumpukan energi yang relatif sederhana dengan menggunakan gas.

    8. Dapat dikombinasikan dengan tranformasi yang tidak terpusat dari energi

    hidrolik kembali ke energi mekanik, dapat diperoleh sistem penggerak sentral

    yang sederhana sehingga dapat ekonomis.

    Barangkali satu kelebihan yang tak dimiliki energi lainnya, bahwa energi

    hidrolik adalah salah satu sistem yang paling serbaguna dalam mengubah dan

    memindahkan tenaga. Terbukti dari sifat kekakuannya namun mempunyai sifat

    kefleksibilitasan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-12

    Tabel 2.3 Perbandingan berbagai sistem energi

    No Kriteria Hidrolik Pneumatik Elektrik / Elektronik Mekanik

    1. Pembawa energi Oli (secara umum). Udara. Elektron. Poros, batang penghubung, sabuk, roda dll.

    2. Perpindahan energi Pipa, selang, tabung, lubang. Pipa, selang, tabung, lubang. Kabel atau bahan yang bersifat konduksi.

    Poros, batang penghubung, sabuk, roda dll.

    3. Konversi dari dan ke energi mekanik

    Pompa, Silinder, Motor Hidrolik. Kompresor, silinder, motor pneumatik (PN)

    Generator, baterai, motor listrik (E), magnet, selenoid, motor induksi.

    4. Besaran karakter terpenting

    Tekanan P (30…400 bar) Debit Q. Tekanan P (sekitar 6 bar) Debit Q. Tegangan (V), Arus (I). Gaya, torsi, putaran, kecepatan.

    5. Efisiensi perpindahan energi

    Baik sekali atau sempurna, kompak, harga layak dengan teknologi. Operasi sampai 400 bar. Merubah ke gerakan linear sederhana dg silinder.

    Baik, terbatas karena tekanan maksimal hanya 6 bar.

    Cukup baik, koefien motor listrik 1/10 x dibanding motor hidrolik. Menghudung dan memutus mudah melalui switch.

    Baik, Sebab konversi energi tak diperlukan. Keterbatasannya terlihat pada kemampuan pengontrolannya.

    6. Keakuratan gerakan Sempurna, sebab oli tidak dapat dikompresi. Cukup baik, sebab udara bersifat kompresibel.

    Sangant bervariasi, kadang tinggi kadang rendah.

    Baik sekali, disebabkan kaitan antara komponen pasti.

    7. Efisiensi Cukup – Baik, kerugian volume dan gesekan selama konversi tergantung pengontrolannya dengan katup-katup.

    Baik, sepanjang energi ini tersedia sebagai sumber energi utama.

    Baik, disini tak perlu proses konversi. Ada kemungkinan kerugian-kerugian gesekan.

    8. Kemampuan untuk dikontrol

    Sempurna, dengan katup-katup (dapat ditingkatkan lagi dengan dikombinasikan energi listrik).

    Sempurna, dengan katup-katup (dapat ditingkatkan lagi dengan dikombinasikan energi listrik).

    Untuk tenaga kecil : sempurna, untuk tenaga besar : cukup-baik. Dg switch, relay, variable resistor dll.

    Cukup-Baik, melalui perpindahan roda gigi dan sistem perpindahan mekanisme bertingkat.

    9. Pembangkitan gerakan lurus

    Sangat mudah, menggunakan silinder. Sangat mudah, menggunakan silinder.

    Sedikit lebih rumit, dengan menggunakan motor linear.

    Sederhana dengan mekanisme engkol, poros pendek (spindle) dll.

    10. Hubungan pemberian sinyal dari sistem hidrolik dengan sistem

    Operasi pneumatik dengan katup-katup kontrol arah.

    Pengontrolan dengan elektromagnet (solenoid, switch, swit tekanan dll).

    Digerakkan atau dilepas dengan pompa, motor hidrolik, silinder, gerakan katup melalui cam dan lintasan.

    Sumber: Punarwan, 2005

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-13

    Menurut Punarwan (2005), alat berat merupakan aplikasi dari hidrolik.

    Hidrolik merupakan aplikasi dari mekanika fluida. Mekanika fluida merupakan

    aplikasi ilmu fisika. Hukum-hukum fisika yang mengatur fluida cair sederhana

    ilmu mekanika benda padat dan lebih sederhana lagi dari sebelumnya

    dibandingkan dengan hukum-hukum yang mengatur ilmu-ilmu udara, panas, uap,

    gas, elektron, sinar, gelombang, magnet dan sebagainya lebih menguntungkan

    mempelajari ilmu mekanika awal. Beberapa hal hidrolik serupa dengan pneumatik

    (pneumatics-ilmu yang mempelajari pemanfaatan udara bertekanan untuk

    perpindahan energi) terutama pada prinsip kerja dan komponen-komponennya.

    Oli bertekanan adalah media pemindah energi yang sehabis dipakai oleh elemen

    kerja (silinder atau pompa hidrolik) dikembalikan ke penampung (reservoir atau

    tangki), tidak langsung dibuang ke atmosfer seperti udara bekas pada sistem

    pneumatik.

    Dalam sistem hidrolik, fluida cair berfungsi sebagai penerus gaya. Zat cair

    pada praktiknya memiliki sifat tak dapat dikompresi (incompressible), berbeda

    dengan fluidagas yang mudah dikompresi (compressible). Karena fluida yang

    digunakan harus bertekanan, kemudian diteruskan ke segala arah secara merata

    dengan memberikan arah gerakan yang halus. Ini didukung dengan sifatnya yang

    selalu menyesuaikan bentuk yang ditempatinya dan tidak dapat dikompresi.

    Kemampuan yang diuraikan di atas menghasilkan peningkatan kelipatan yang

    besar pada gaya kerjanya.

    Kesimpulan sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindah tenaga dengan

    mempergunakan zat cair atau fluida sebagai media atau perantara. Karena sifat

    cairan yang selalu menyesuaikan bentuk yang ditempatinya mengalir ke segala

    arah dan dapat melewati berbagai ukuran dan bentuk.

    Prinsip inilah yang dipergunakan pada alat pengangkat hidrolik. Dengan

    membuat perbandingan diameter yang berbeda akan mempengaruhi gaya penekan

    dan gaya angkat yang didapatnya. Pada gambar 2.6, bila diameter piston penekan

    dibuat lebih kecil dari piston penerima beban atau pengangkat beban akan

    memberikan gaya tekan yang ringan tetapi gaya tekan itu kemudian diteruskan

    menjadi gaya dorong ke atas yang besar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-14

    Gambar 2.6 Perbandingan gaya pada pengungkit hidrolik Sumber: Punarwan, 2005

    Sebagai penggerak pompa hidrolik dapat digunakan motor listrik atau motor

    penggerak mula. Setelah oli hidrolik dipompa pada tekanan tertentu, kemudian

    disalurkan ke katup kontrol arah yang bertugas mengatur kemana cairan hidrolik

    itu dialirkan. Diagram alir sistem hidrolik dapat dilihat pada gambar 2.7.

    Urutan aliran dimulai dari pembangkit berupa motor listrik atau motor bakar

    yang menggerakkan pompa oli, kemudian pompa oli meningkatkan tekanan oli

    yang ditampung pada reservoir. Melalui katup kontrol hidrolik, oli bertekanan

    dialirkan ke pemakai berupa elemen kerja silinder atau motor hidrolik yang

    mengubah energi hidrolik itu menjadi energi gerak atau mekanis. Urutan

    energinya dari motor listrik atau bakar ke silinder hidrolik berturut-turut: energi

    listrik atau mekanis – energi hidrolik – energi hidrolik – energi mekanis.

    Gambar 2.7 Diagram aliran sistem hidrolik Sumber: Punarwan, 2005

    Semakin besar beban yang harus di geser, diangkat, dipreskan atau ditekan

    pada tekanan tertentu memerlukan tekanan yang relatif tinggi. Semakin cepat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-15

    gerak perpindahan beban, debit (volume yang dihasikan per satuan waktu) pompa

    hidrolik harus semakin besar. Dengan kata lain gaya yang dihasilkan tergantung

    pada tekanan kerja dan kecepatan gerak perpindahan tergantung pada debit yang

    dihasilkan pompa dengan ketentuan ia bekerja pada luas penampang silinder kerja

    yang sama (Punarwan, 2005).

    Pada sebuah pompa hidrolik lebih dikenal dalam sebuah kesatuan utuh

    pompa hidrolik yang digunakan sebagai penggerak yang dikenal sebagai Power

    Pack Unit. Power pack unit tersusun dari beberapa bagian, yaitu:

    1. Tangki hidrolik (hydraulic tank) adalah sebagai tempat penampung oli dari

    sistem. Selain itu juga berfungsi sebagai pendingin oli yang kembali.

    2. Pompa hidrolik (hydraulic pump) sebagai pemindah oli dari tangki ke dalam

    sistem. Dan bersama komponen lain menimbulkan hydraulic pressure (tenaga

    hidrolik).

    3. Katup pengendali (control valve) berguna untuk mengarahkan jalannya oli ke

    tempat yang diinginkan.

    4. Main relieve valve berguna untuk membatasi tekanan maksimum yang

    diijinkan dalam hydraulic system, agar sistem sendiri tidak rusak akibat over

    pressure.

    5. Silinder hidrolik (actuator) adalah sebagai pengubah dari tenaga hidrolik

    menjadi tenaga mekanik.

    6. Filter digunakan sebagai media penyaring kotoran atau gram yang ikut terbawa

    agar tidak ikut bersikulasi kembali.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-16

    Gambar 2.8 Power pack unit Sumber: Graco Inc, 1996

    Perbandingan sistem hidrolik dengan sistem mekanik, sebagai berikut:

    1. Keuntungannya, yaitu:

    a. Dapat menyalurkan torsi dan gaya besar.

    b. Pencegahan over load tidak sukar.

    c. Kontrol gaya pengoperasian mudah dan cepat.

    d. Pergantian kecepatan lebih mudah.

    e. Getaran halus.

    f. Daya tahan lebih lama.

    2. Kerugiannya, yaitu:

    a. Peka terhadap kebocoran.

    b. Peka terhadap perubahan temperatur.

    c. Kadang-kadang kecepatan kerja berubah.

    d. Kerja sistem salurannya tidak sederhana (kompleks).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-17

    Definisi dan perhitungan dalam satuan Internasional (SI) adalah sebuah

    massa (diartikan sebagai sekumpulan materi) sebesar 1 kg mengakibatkan gaya

    berat sebesar 1 Kp diatas tanah. Menurut sistem satuan SI gaya diberi satuan

    Newton (N) (id.wikipedia.org, 2010)

    gmF .= ......................................................................................... 2.9

    dengan; 1 Kp = 1 kg . 9,81 2sm

    = 9,81 2s

    mkg

    1 N = 1 kg . 1 2s

    m = 1

    2s

    mkg, dengan demikian 1 Kp = 9,81 N. Untuk keperluan

    praktisnya, 1 Kp = 10 N

    Tekanan, adalah salah satu pengukuran yang penting dalam hidrolik, yang

    didefinisikan sebagai gaya per satuan luas.

    AF

    P = (2cm

    N) ........................................................................... 2.10

    dengan; 1 bar = 10 2cm

    N= 1 2cm

    daN; 1 bar = 1,02 2cm

    Kp

    1 2cmKp

    = 0,98 bar Jika digunakan satuan SI untuk gaya (N) dan luas m2, maka kita

    dapatkan satuan tekanan dalam Pascal, dimana: 1 Pa = 1 2mm

    N

    Dibidang hidrolik umumnya tekanan kerja diberi simbul (P) yang

    menunjukkan tekanan yang cukup tinggi diatas tekanan atmosfer.

    2.2.4 Load Cell

    Load cell adalah sebuah transduser gaya yang bekerja berdasarkan prinsip

    deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja

    (Purwanto, 2004). Sebuah sensor Load cell pada dasarnya adalah sebuah

    perangkat listrik atau elektronika (transduser) yang digunakan untuk mengubah

    gaya menjadi sinyal listrik (en.wikipedia.org, 2010).

    Menurut Hastomo, (2001) load cell merupakan sebuah alat yang dipasang

    sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai sensor yang mengirimkan data analog

    yang kemudian diubah menjadi data digital. Konversi ini tidak terjadi secara

    langsung, namun melalui beberapa tahap. Tahapan awal melalui pengaturan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-18

    mekanis, perubahan gaya menjadi sebuah sinyal diukur menggunakan alat ukur

    bernama strain gauge. Strain gage adalah transduser pasif yang mengubah suatu

    pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. Strain gauge digunakan juga

    untuk mengubah gaya yang masuk menjadi sebuah sinyal listrik. Sebuah load cell

    biasanya terdiri dari empat regangan dalam sebuah konfigurasi jembatan

    wheatstone (Madison, 1989).

    Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan

    diukur dengan sebuah jembatan wheatstone yang dipakai secara khusus.

    Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut

    gage factor, yang didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi

    perubahan satuan panjang.

    Meskipun strain gauge load cell paling banyak digunakan, ada beberapa

    jenis load cell lain yang dapat ditemukan di industri. Dalam aplikasi industri,

    hidrolik (hidrostatik) mungkin adalah yang kedua paling banyak digunakan. Pada

    alat ini digunakan untuk mengeliminasi terjadinya kesalahan pada beberapa alat

    strain gauge load cell.

    Penampang load cell untuk beban kerja tekan dihitung dengan persamaan:

    σ = AF

    ............................................................................................ 2.11

    σ =e . E .......................................................................................... 2.12

    dengan;

    σ = Tegangan (N/mm2)

    e = Regangan (microstrain)

    F = Gaya (N)

    A = Luas penampang (mm2)

    E = Modulus elastisitas (N/mm2)

    Luas penampang load cell (A).

    EAF

    .e= ; E

    FA

    .e= .......................................................... 2.13

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-19

    Gambar 2.9 Load cell untuk beban tekan Sumber: Purwanto, 2004

    Penampang load cell dibuat berbentuk cincin dengan maksud selain untuk

    memperbesar permukaan load cell juga untuk memudahkan komponen lain

    supaya terpasang dalam satu sumbu. Sedangkan lubang ulir M-5 digunakan untuk

    menghubungkan load cell dengan choosen plate, agar load cell lebih fleksibel

    dipasang pada peralatan uji. Material yang dipilih adalah ASSAB 760, yang

    memiliki karakteristik mekanik material, sebagai berikut:

    Tensile Strength = 65–80 kg/mm2

    Yield Point = 35–45 kg/mm2

    Elasticity Modul = 210.103 N/mm

    2.2.5 Sistem Kendali Alat Uji Geser

    Sistem kendali adalah suatu proses pengaturan atau pengendalian terhadap

    satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu

    harga atau dalam suatu rangkaian harga (range) tertentu. Komponen-komponen

    yang terdapat dalam sistem kontrol lebih mudah digambarkan dalam bentuk blok

    diagram (Prasetyo, 2008).

    Gambar 2.10 Blok diagram sistem kontrol Sumber: Prasteyo, 2008

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-20

    Blok diagram pada gambar 2.10 merupakan suatu pernyataan grafis yang

    ditujukan untuk menggambarkan sebuah sistem kendali. Fungsi dari komponen-

    komponen penyusun blok diagram, yaitu:

    1. Input (R(t)),

    Input adalah nilai yang diinginkan bagi variabel yang dikontrol selama

    pengendalian.

    2. Error signal (e(t)),

    Selisih antara r(t)-c(t), input dengan output. Merupakan inputan bagi kontroler

    dan nilainya harus sekecil mungkin. Error signal menggerakkan kontroler

    untuk mendapatkan keluaran pada satu harga yang diinginkan.

    3. Kontroler,

    Fungsi utama kontroler adalah membandingkan harga yang sebenarnya dari

    keluaran (plant) dengan harga yang diinginkan (setting point).

    4. Control signal U(t),

    Output dari kontroler berfungsi sebagai sinyal pengontrol. Control signal ini

    menyebabkan output menjadi sama dengan input.

    5. Aktuator,

    Komponen yang secara fisik melakukan keinginan kontroler dengan suntikan

    energi tertentu.

    6. Plant atau proses,

    Objek yang dikontrol oleh sistem berupa proses mekanis, elektris, hidrolis,

    pneumatic atau kombinasinya.

    7. Output (c(t)),

    Harga atau nilai yang akan dipertahankan bagi variabel yang dikontrol dan

    merupakan harga yang ditunjuk oleh alat pencatat.

    8. Error detector.

    Merupakan pembanding antara input dengan output yang menghasilkan error

    signal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-21

    Sistem kendali dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem pengendalian

    secara manual dan sistem pengendalian secara otomatis, yaitu:

    1. Sistem pengendalian secara manual.

    Sistem pengendalian manual masih sering dipakai pada beberapa aplikasi

    tertentu. Sistem ini dipakai pada proses yang tidak banyak mengalami

    perubahan beban (load). Salah satu contoh pengendalian secara manual adalah

    pengendalian manual temperature di sebuah heat exchanger. Load sistem

    adalah steam (uap air panas) dimana steam tersebut masuk ke dalam tangki

    untuk memindahkan energi panas ke air dingin yang sudah masuk terlebih

    dahulu ke dalam tangki. Manusia bertindak sebagai operator untuk membuka

    dan menutup valve (kran), perannya cukup penting. Operator berperan untuk

    memperbesar atau memperkecil bukaan valve dimana besar kecilnya bukaan

    tersebut berpengaruh pada banyaknya steam yang masuk ke dalam tangki.

    Jumlah steam yang masuk ke dalam tangki itulah yang mempengaruhi output

    dari heat exchanger tersebut, berupa air panas atau uap air saja.

    Gambar 2.11 Blok diagram open loop sistem pengendalian manual

    pada plant heat exchanger Sumber: Prasteyo, 2008

    Sistem pengendalian seperti gambar 2.11 disebut sistem pengendalian open

    loop karena loop dari pengontrolan terputus oleh peran manusia yang masih

    berada dalam sistem tersebut. Perlu diketahui bahwa sebuah sistem

    pengendalian disebut open loop jika perintah koreksi kesalahan masih

    dilakukan oleh manusia.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-22

    2. Sistem pengendalian secara otomatis

    Pengertian sistem pengendalian secara otomatis adalah pengendalian oleh

    mesin-mesin atau peralatan yang bekerja secara otomatis dan operasinya

    dibawah kendali manusia. Sistem ini dilakukan pada sistem kerja closed loop

    karena perintah koreksi kesalahan bekerja secara otomatis tanpa adanya

    campur tangan manusia.

    Gambar 2.12 Sistem kontrol closed loop Sumber: Prasteyo, 2008

    Terdapat umpan balik atau feedback pada sistem kontrol closed loop yang

    berfungsi mengkoreksi kesalahan dimana tugas untuk mengkoreksi kesalahan

    dilakukan oleh kontroler ataupun instrumentasi elektronik lainnya tanpa ada

    campur tangan manusia. Hasilnya lebih akurat karena memiliki error detector.

    Sistem kendali pada alat uji geser merupakan kendali proses mesin secara

    otomatis. Pergerakan silinder hidrolis diatur secara otomatis melalui rangkaian

    elektronik dalam control panel yang terdiri dari beberapa push button.

    2.3 STATISTIK PENGUJIAN PADA ALAT UJI GESER

    Statistik merupakan prosedur-prosedur yang digunakan dalam

    pengumpulan, penyajian, analisis, dan penafsiran data. Secara garis besar statistik

    dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu statistika deskriptif dan

    inferensia statistik. Statistika deskriptif merupakan metode statistik yang

    menggunakan keseluruhan data untuk menggambarkan seluruh karakteristik dari

    suatu populasi, contohnya adalah sensus. Sedangkan inferensia statistik

    melakukan peramalan dan penarikan atas keseluruhan populasi dengan analisis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-23

    pengambilan contoh atau sebagian data dari populasi. Penggunaan metode

    inferensia statistik digunakan sebagai pemecahan masalah-masalah dalam

    penelitian ini yang berkaitan dengan statistik.

    2.3.1 Perancangan Eksperimen

    Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil

    jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan

    dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan

    yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana, 1997).

    Beberapa istilah atau pengertian yang diketahui dalam desain eksperimen

    (Sudjana, 1997; Montgomery, 1997), yaitu:

    1. Experimental unit (unit eksperimen).

    Objek eksperimen dimana nilai-nilai variabel respon diukur.

    2. Variabel respon (effect).

    Disebut juga dependent variable atau ukuran performansi, yaitu output yang

    ingin diukur dalam eksperimen.

    3. Faktor.

    Disebut juga independent variable atau variabel bebas, yaitu input yang

    nilainya akan diubah-ubah dalam eksperimen.

    4. Level (taraf).

    Merupakan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi dari sebuah faktor. Taraf

    (levels) faktor dinyatakan dengan bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya. Misalkan

    dalam sebuah penelitian terdapat faktor-faktor :

    a = jenis kelamin

    b = cara mengajar

    Selanjutnya taraf untuk faktor a adalah 1 menyatakan laki-laki, 2 menyatakan

    perempuan (a1, a2). Bila cara mengajar ada tiga, maka dituliskan dengan b1, b2,

    dan b3.

    5. Treatment (perlakuan).

    Sekumpulan kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit

    eksperimen dalam ruang lingkup desain yang dipilih. Perlakuan merupakan

    kombinasi level-level dari seluruh faktor yang diuji dalam eksperimen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-24

    6. Replikasi.

    Pengulangan eksperimen dasar yang bertujuan untuk menghasilkan taksiran

    yang lebih akurat terhadap efek rata-rata suatu faktor ataupun terhadap

    kekeliruan eksperimen.

    7. Faktor pembatas atau blok (Restrictions).

    Sering disebut juga sebagai variabel kontrol (dalam Statistik Multivariat).

    Faktor yang mempengaruhi variabel respon tetapi tidak ingin diuji

    pengaruhnya oleh eksperimenter karena tidak termasuk ke dalam tujuan studi.

    8. Randomisasi.

    Cara mengacak unit-unit eksperimen untuk dialokasikan pada eksperimen.

    Metode randomisasi yang dipakai dan cara mengkombinasikan level-level dari

    fakor yang berbeda menentukan jenis disain eksperimen yang akan terbentuk.

    9. Kekeliruan eksperimen.

    Merupakan kegagalan daripada dua unit eksperimen identik yang dikenai

    perlakuan untuk memberi hasil yang sama.

    Langkah-langkah setiap proyek eksperimen secara garis besar terdiri tiga

    tahapan, yaitu planning phase, design phase dan analysis phase. (Hicks, 1993).

    a. Planning phase.

    Tahapan dalam planning phase, adalah:

    1. Membuat problem statement sejelas-jelasnya.

    2. Menentukan variabel bebas (dependent variables), yaitu efek yang ingin

    diukur, sering disebut sebagai kriteria atau ukuran performansi.

    3. Menentukan independent variables.

    4. Menentukan level-level yang akan diuji kemudian menentukan sifatnya,

    yaitu:

    a. Kualitatif atau kuantitatif?

    b. Fixed atau random?

    5. Tentukan cara bagaimana level-level dari beberapa faktor akan

    dikombinasikan (khusus untuk eksperimen dua faktor atau lebih).

    b. Design phase.

    Tahapan dalam design phase, adalah:

    1. Menentukan jumlah observasi yang diambil.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-25

    2. Menentukan urutan eksperimen (urutan pengambilan data).

    3. Menentukan metode randomisasi.

    4. Menentukan model matematik yang menjelaskan variabel respon.

    5. Menentukan hipotesis yang akan diuji.

    c. Analysis phase.

    Tahapan dalam analysis phase, adalah:

    1. Pengumpulan dan pemrosesan data.

    2. Menghitung nilai statistik-statistik uji yang dipakai.

    3. Menginterpretasikan hasil eksperimen.

    Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data hasil eksperimen meliputi uji

    krakteristik data, uji ANOVA dan uji pembanding ganda.

    1. Uji Karakteristik Data

    Apabila menggunakan analisis variansi sebagai alat analisa data eksperimen,

    maka seharusnya sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik

    data berupa uji kenormalan, homogenitas variansi, dan independensi, terhadap

    data hasil eksperimen.

    a. Uji normalitas.

    Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki

    distribusi normal sehingga dipakai dalam statistik parametrik (statistik

    inferensial). Ada beberapa metode yang digunakan untuk menguji pola

    distribusi. Dua diantaranya adalah metode statistik Chi Squared dan

    Kolmogorov-Smimov. Namun uji Chi-squared tidak cocok digunakan untuk

    menentukan pola distribusi dari data yang berjumlah kecil. Hal ini dikarenakan

    terjadinya kesulitan atau kesalahan dalam penentuan interval pada data jumlah

    kecil. Akibatnya adalah terjadinya kesalahan pengelompokan, selanjutnya ini

    menyebabkan uji Chi-squared ini tidak sensitif dalam penolakan atau

    penerimaan temadap H0 (Tjahyanto, 2008).

    Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan

    membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) terhadap

    distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah

    ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-26

    sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji

    normalitasnya dengan data normal baku (Konsultan Statistik, 2009).

    Uji Kolmogorov-Smirnov ini dilakukan pada tiap threatment atau

    perlakuan, dimana pada tiap perlakuan terdiri dari n buah data (replikasi).

    Persyaratan dalam melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Cahyono, 2006)

    sebagai berikut:

    1. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

    2. Data tunggal atau belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

    3. Dapat digunakan untuk n besar maupun n kecil.

    Langkah - langkah uji Kolmogorov-Smirnov (Sudjana, 2005) yaitu:

    1. Urutkan data dari yang terkecil sampai terbesar.

    2. Hitung rata-rata ( x ) dan standar deviasi ( s ) data tersebut.

    n

    x

    x

    n

    ii ÷÷ø

    öççè

    æ

    =å=1

    ..................................................................................... 2.14

    ( )

    1

    2

    2

    -

    -=

    åån

    n

    xx

    s

    ii

    .............................................................. 2.15

    dengan;

    xi = data ke-i

    n = banyaknya data

    3. Transformasikan data tersebut menjadi nilai baku ( z ).

    ( ) sxxz ii /-= ........................................................................ 2.16 dengan;

    xi = data ke-i

    x = rata-rata

    s = standar deviasi

    4. Berdasarkan nilai baku ( z ), tentukan nilai probabilitasnya P( z )

    berdasarkan sebaran normal baku, sebagai probabilitas pengamatan.

    Gunakan tabel standar luas wilayah di bawah kurva normal.

    5. Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x) dengan rumus, sebagai

    berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-27

    nixP i /)( = .................................................................................... 2.17

    dengan;

    i = data ke-

    n = jumlah data

    6. Tentukan nilai maksimum dari selisih absolut P(z) dan P(x) yaitu:

    maks | P(z) - P(x)| , sebagai nilai L hitung.

    Tahap berikutnya adalah menganalisis apakah data observasi dalam n kali

    replikasi berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah:

    H0 : Sampel data observasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal

    H1 : Sampel data observasi berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

    normal

    7. Memilih taraf nyata a, dengan wilayah kritik Lhitung > La(n). Apabila nilai

    Lhitung < Ltabel , maka terima H0 dan simpulkan bahwa data observasi berasal

    dari populasi yang berdistribusi normal.

    b. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas bertujuan menguji apakah variansi error dari tiap level

    atau perlakuan bernilai sama. Alat uji yang sering dipakai adalah uji Bartlett.

    Namun uji Bartlett dapat dilakukan setelah uji normalitas terlampaui.

    Menghindari kesulitan dalam urutan proses pengolahan, maka alat uji yang

    dipilih adalah uji Levene Test. Uji Levene dilakukan dengan menggunakan

    analisis ragam terhadap selisih absolut dari setiap nilai pengamatan dalam

    sampel dengan rata-rata sampel yang bersangkutan (Permana, 2008).

    Prosedur uji homogenitas Levene (Wijaya, 2000), sebagai berikut:

    1. Kelompokkan data berdasarkan faktor yang akan diuji.

    2. Hitung selisih absolut nilai pengamatan terhadap rata-ratanya pada tiap

    level.

    3. Hitung nilai-nilai berikut ini:

    a. Faktor koreksin

    xFK i

    2)()( å= ………………………………………2.18

    dengan;

    xi = data hasil pengamatan

    i = 1, 2, . . ., n (n banyaknya data)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-28

    b. SS faktor = ( )

    FKk

    xi -÷÷

    ø

    ö

    çç

    è

    æ å 2 ………………………………………... 2.19

    dengan;

    k = banyaknya data pada tiap level

    c. SS total = ( ) FKyi -å 2 …………………………………………... 2.20 dengan;

    yi = selisih absolut data hasil pengamatan dengan rata-ratanya untuk

    tiap level

    d. SS error = faktortotal SSSS - ………………………………………….. 2.21

    Nilai-nilai hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam sebuah daftar

    analisis ragam sebagaimana tabel 2.4 berikut ini.

    Tabel 2.4 Skema umum daftar analisis ragam uji homogenitas

    Sumber

    Keragaman df SS MS F

    Faktor F SS(Faktor) SS(Faktor)/ Df error

    faktor

    MS

    MS

    Error n-1-f SSe SSe / Df

    Total n-1 SStotal

    Sumber: Wijaya, 2000

    1. Hipotesis yang diajukan adalah :

    H0: 26

    25

    24

    23

    22

    21 ssssss =====

    H1: Ragam seluruh level faktor tidak semuanya sama.

    2. Memilih taraf nyata α.

    3. Wilayah kritik: F > F α (v1 ; v2)

    c. Uji independensi

    Salah satu upaya mencapai sifat independen dengan melakukan

    pengacakan terhadap observasi. Namun demikian, jika masalah acak ini

    diragukan maka dilakukan pengujian dengan cara memplot residual versus

    urutan pengambilan observasinya. Hasil plot ini memperlihatkan ada tidaknya

    pola tertentu. Jika ada pola tertentu, berarti ada korelasi antar residual atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-29

    error tidak independen. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pengacakan urutan

    eksperimen tidak benar atau eksperimen tidak terurut secara acak (Hicks,

    1993).

    2.4 PENELITIAN PENUNJANG

    Sebagai penunjang suatu perancangan alat, diperlukan penelitian terdahulu

    sebagai acuan referensi. Metode atau langkah pengujian, alat uji yang dipakai, dan

    bahan spesimen yang diuji. Metode pengujian geser standar bahan komposit

    dengan metode lekukkan V-notch (90o) pada balok benda uji merupakan

    penelitian awal dari Iosipescu, 1967 yang kemudian menjadi acuan dalam

    standarisasi ASTM D5379-93 yang selanjutnya disempurnakan pada ASTM

    D5379-98.

    Pada tahun 1967, Iosipescu mengeluarkan metode untuk menguji kekuatan

    geser untuk material logam. Proses pengujian menggunakan metode Shear

    Iosipescu sesuai dengan nama peneliti yang menerapkan pertama kali proses

    pengujian. Pada spesimen bahan uji, terdapat dua takik (V-notch) bersudut 90o

    (mirror atas bawah) pada sisi bagian tepi dari spesimen dengan tujuan untuk

    memudahkan terjadinya proses deformasi yang terjadi hanya pada satu titik atau

    garis. Desain alat uji dibuat asimetri dengan tujuan memudahkan proses pengujian

    dan untuk membedakan antara head penekan spesimen dan base penahan

    spesimen.

    Gambar 2.13 Pengujian geser Iosipescu Sumber: Hui, 2000

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-30

    Besar gaya yang bekerja secara berlawanan, besarnya P (P1 dan P2) vertikal

    sama dengan besarnya P (P1 dan P2) horizontal sehingga akan dihasilkan besaran

    sxy konstan atau tetap selama proses penekanan benda uji (T). Kedalaman setiap

    kedudukan setara dengan seperempat dari tinggi total. Fixture uji geser tersusun

    dari dua buah bagian identik yang antisymmetrically penempatannya terhadap

    spesimen dan dikenakan pada bagian antara kepala mesin uji dengan spesimen

    benda uji (gambar 2.14). Penekanan ke arah bawah atau penarikan beban,

    tegangan geser yang seragam dikenakan atau ditujukan pada bagian yang berlekuk

    atau paling kritis, dari spesimen. Tegangan geser murni diverifikasi dengan

    metode dari fotoelastisitas.

    Gambar 2.14 Pengujian geser Wyoming Sumber: Hui, 2000

    Walrath, D.E dan Adams (1983) memaparkan versi menurut mereka hasil

    dari uji geser Iosipescu untuk material berbahan komposit. Pada bagian yang

    bergerak pada fixture, terpasang bearing post (bearing bertipe linear motion)

    untuk menjaga kestabilan pergerakan pada saat pengujian (gambar. 2.14). Akibat

    dari pemakaian bearing post tadi adalah tidak mempertahankan dua bagian fixture

    yang antisymmetry. Jadi, antisymmetry dari dua bagian tidak dipertahankan. Versi

    ini kemudian diadopsi sebagai metode standar pengujian geser untuk bahan

    komposit dengan menggunakan metode V-notched beam. Versi ini juga kemudian

    diadopsi sebagai ASTM pada standarisasi internasional. Interaksi hasil pengujian

    antara spesimen dan tes fixture kemudian diselidiki oleh Odom dan kawan-kawan

    dimana mereka mengidentifikasi tiga masalah pada pengujian. Identifikasi

    pertama pada fixture tidak mampu digunakan atau memuat spesimen yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-31

    asimetris. Identifikasi yang kedua spesimen mengalami puntiran dan pelenturan

    selama proses pengujian dan identifikasi yang ketiga adalah pada dua bagian

    dimungkinkan fixture mengalami pergeseran atau tidak sejajar (missalign) selama

    pengujian

    Ifju, P.G (1994) juga mengeluarkan pendapat bahwa Wyoming uji geser

    tidak menghasilkan tegangan geser murni sebagaimana dibuktikan oleh adanya

    strain normal pada bagian yang kritis dari spesimen.

    Gambar 2.15 Pengujian geser Idaho

    Sumber: Hui, 2000

    Conant dan Odom (1994) menemukan bahwa ketidakstabilan lateral

    spesimen adalah efek penyebab utama yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan

    uji geser Wyoming (gambar 2.14). Setelah serangkaian pengujian menggunakan

    prototipe alat uji geser, para penulis ini merancang fixture uji geser Idaho (gambar

    2.15). Pertama, memulihkan antisymmetry pada dua bagian dari fixture seperti

    yang ditentukan pada gambar 2.14. Kemudian mereka menggunakan dua batang

    fixture sebagai guide untuk membatasi fixture supaya bergerak dan memindahkan

    hanya sepanjang batang. Batang bergeser menyesuaikan linier atau arah bantalan

    yang bisa diperketat untuk mendapatkan zero-play untuk mencegah arah

    pengujian keluar dari arah atau linear pengujian, kemungkinan pergeseran arah

    atau linear pengujian dikarenakan struktur spesimen yang terdiri dari bahan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    II-32

    nonhomogen seperti kayu, lem, kertas dsb. Beban geser murni, sebuah spesimen

    pengujian mengalami deformasi geser jika susunan spesimen isotropik atau

    deformasi geser bertambah melebihi normal jika susunan spesimen anisotropik.

    Kesimpulannya penekanan horizontal diinduksi melalui batang panduan (gambar

    2.15) dan ditujukan pada bagian paling kritis dari spesimen.

    Gambar 2.16 Pengujian geser FPL

    Sumber: Hui, 2000

    Liu dan kawan-kawan (1999) kemudian merancang FPL fixture Pengujian

    geser (gambar 2.16), bagian konvensional terdiri dari bagian kanan atas dan

    bagian kiri bawah. Pada bagian kanan bawah dan bagian kiri atas adalah dua blok

    pengendalian saat proses pengujian dilakukan. Blok ini dirancang sebagai

    panduan dan arah menuju proses pengujian secara konvensional, kedua bagian

    dipasang batang yang mampu bergerak dengan menggunakan bantalan luncur

    sebagai media penggeraknya. Blok atas kiri merupakan bagian yang fix yang

    digunakan sebagai orientasi menuju bagian kiri bawah oleh dua batang vertikal

    dan untuk menuju bagian kanan atas oleh dua batang yang berkedudukan secara

    horizontal. Blok kanan bawah dipasang bersamaan dengan dua bagian yang

    dipasang sebelumnya. Desain FPL fixture mengatasi kendala dalam uji geser

    Idaho dan mempunyai fungsi sama dengan fixture Iosipescu, kecuali bahwa FPL

    fixture tidak terjadi twist (perputaran atau pembengkokan) atau misalign untuk

    spesimen dari bahan kayu atau bahan orthotropik lainnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    III-1

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang

    dilakukan dalam perancangan alat uji geser untuk bahan komposit serat alam.

    Sistematika menunjukkan bahwa hasil dari tiap tahapan menjadi masukan pada

    tahap berikutnya. Flowchart metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Metodologi penelitian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    III-2

    3.1 IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah

    bagaimana merancang alat uji geser untuk pengujian material berbahan komposit

    serat alam, agar diperoleh spesifikasi ukuran dimensi alat yang dapat dioperasikan

    dilingkungan Laboratorium Pengendalian Kualitas Teknik Industri Universitas

    Sebelas Maret Surakarta. Pada tahap ini diawali dengan studi literatur, studi

    lapangan, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian.

    Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan

    pada sub bab berikut ini.

    3.1.1 Studi Pustaka

    Studi pustaka dilakukan untuk mendukung proses identifikasi masalah pada

    penelitian ini, yaitu merupakan perancangan alat uji geser untuk bahan spesimen

    komposit serat alam dengan memperhatikan aspek keterulangan hasil pengujian.

    Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung yang diperlukan

    dalam penyusunan laporan penelitian, yakni mempelajari literatur standarisasi

    pengujian geser untuk bahan komposit serat alam (ASTM D5379-98), literatur

    tentang alat uji geser, penelitian penunjang dan semua pelajaran yang berkaitan

    dengan masalah konsep pengujian geser sesuai standar yang telah dipilih dan

    disesuaikan. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet,

    perpustakaan, sehingga diperoleh referensi yang digunakan untuk mendukung

    pembahasan perancangan ini.

    3.1.2 Studi Lapangan

    Penelitian dilakukan mulai bulan april – agustus 2010. Penelitian dilakukan

    di workshop tempat pembuatan alat uji geser dan di Laboratorium Material Teknik

    Mesin Universitas Sebelas Maret yang digunakan untuk mengetahui dan

    mempelajari proses pengujian terhadap material melalui peragaan alat uji

    universal. Metode untuk mendapatkan data dilakukan dengan pengamatan

    langsung dan wawancara kepada penanggung jawab laboratorium material selaku

    pengguna alat uji universal. Setelah dilakukan penelitian, metode atau proses

    pengujian material diadaptasi untuk kemudian diterapkan dalam proses

    perancangan alat yang akan dibuatsehingga diharapkan dapat diaplikasikan sesuai

    alat uji standar menurut ASTM.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    III-3

    3.1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat

    menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan

    penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah menentukan

    konstruksi alat uji geser untuk menunjang terciptanya aspek keterulangan hasil

    pengujian dan melakukan pengujian alat uji geser terhadap karakteristik komposit

    serat alam dalam aspek keterulangan hasil pengujian.

    3.1.4 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan

    alat uji geser dengan memperhatikan aspek keterulangan hasil pengujian terhadap

    spesimen.

    3.2 TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan

    untuk perancangan alat uji geser untuk bahan spesimen komposit serat alam

    dengan aspek keterulangan hasil pengujian yang dijelaskan pada sub bab berikut

    ini.

    3.2.1 Pengujian Geser ASTM D5379-98

    Data pengujian geser sesuai standar ASTM D5379-98 berupa prinsip kerja

    dan standar spesimen yang digunakan dalam pengujian. Pada tahap ini telihat jelas

    proses standar yang harus dilakukan dalam pengujian geser dan struktur material

    komposit serat alam yang dipilih sebagai spesimen uji geser beserta standar

    geometrinya.

    3.2.2 Identifikasi Alat Uji Geser

    Tahap identifikasi alat uji geser ini dilakukan melalui pengumpulan data

    yang digunakan untuk perancangan alat uji geser pada material berbahan dasar

    komposit serat alam. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah

    identifikasi alat uji geser, kebutuhan perancangan alat uji geser menurut

    kebutuhan pengguna (user) dan keperluan sesuai standar ASTM D5379-98 yang

    kemudian memunculkan parameter-parameter rancangan alat uji geser. Langkah-

    langkah yang ada pada proses pengumpulan dan pengolahan data dijelaskan pada

    sub bab berikut ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    III-4

    1. Identifikasi kebutuhan pengguna alat uji geser (user).

    Tahap identifikasi kebutuhan pengguna alat uji dilakukan untuk menarik

    interpretasi kebutuhan pengguna alat uji geser (user) yang nantinya

    digunakan sebagai dasar perancangan alat uji geser, sehingga konsep dan

    rancangan alat uji geser mampu memenuhi kebutuhan pengguna.

    2. Identifikasi keperluan sesuai standar ASTM D5379-98.

    Tahap identifkasi keperluan sesuai standar ASTM D5379-98 diberlakukan

    sebagai acuan dan penetapan standar yang diterapkan pada perancangan alat

    uji geser. Penetapan standar yang sesuai diperlukan karena proses pengujian

    geser standar telah ada dan ditetapkan melalui ASTM D5379-98 tetang

    standar pengujian geser. Diharapkan hasil keperluan yang terpenuhi mampu

    mendekati standar yang ditetapkan.

    3. Fishbone diagram alat uji geser.

    Tahapan fishbone diagram ini diuraikan faktor-faktor yang menyusun

    kebutuhan perancangan alat uji geser yang digambarkan dan diuraikan

    melalui diagram fishbone sehingga diketahui beberapa faktor pendukung

    dalam perancangan alat uji geser.

    3.2.3 Konsep Rancangan Alat Uji Geser

    Pada tahapan konsep rancangan ini memberikan gambaran awal mengenai

    alat yang akan dibuat dan bagaimana mekanisme kerja dengan

    mempertimbangkan kesesuaian operator atau mekanik yang akan

    menggunakannya. Gambaran secara garis besar alat uji geser yang akan dibuat

    mempermudah perhitungan teknik dalam menentukan konstruksi awal alat,

    memberikan bentuk awal dari alat dan penentuan peletakan komponen-komponen

    penyusun alat.

    3.2.4 Bill of Materials Alat Uji Geser

    Tahapan perancangan alat uji geser menyesuaikan dengan spesimen benda

    uji berbahan dasar komposit serat alam yang ditentukan sebelumnya. Mengacu

    pada standar rancangan yang telah ada (ASTM D5379-98), perancangan alat uji

    geser meliputi dimensi alat, spesifikasi alat dan bill of material (BOM) alat uji

    geser.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    III-5

    3.3 PERANCANGAN ALAT UJI GESER

    Perancangan alat uji geser merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya,

    terutama penurunan dari BOM. Pada tahap ini berisi mengenai pemilihan

    komponen yang memerlukan perhitungan konstruksi.

    3.3.1 Mekanika Struktur Rancangan Alat Uji Geser

    Sub-bab ini berisi perhitungan kekuatan dan konstruksi maupun struktur

    rancangan alat uji geser sebagai syarat alat uji geser yang memenuhi aspek

    keterulangan hasil pengujian.

    3.3.2 Elemen Penggerak Alat Uji Geser

    Elemen penggerak merupakan elemen penting dalam perancangan alat uji

    geser. Perhitungan elemen penggerak alat uji geser dan penentuan kapasitas

    tenaga dari hidrolik power pack yang didasari atas spesimen komposit serat alam

    sebagai penentu perhitungan dan konstruksi pemilihan hidrolik power pack.

    3.3.3 Rangkaian Pengendali Alat Uji Geser

    Rangkaian pengendali dan wiring diagram elektrik sebagai pengendali

    keseluruhan proses dan rancangan alat uji geser dijelaskan lebih detail dan

    sederhana pada bab ini.

    3.3.4 Running Test Alat Uji Geser

    Pada tahap running test, dilakukan dengan tujuan alat dapat bergerak dan

    melakukan proses pengujian tanpa mengalami pembebanan. Alat uji geser

    dirancang dan dibuat dalam keadaan baru, sehingga pergerakan tiap part alat uji

    belum maksimal karena terjadi gaya gesekan dengan part lainnya. Proses

    pelumasan diperlukan dalam tahap running test alat uji supaya alat uji dapat

    bergerak secara halus dan stabil dalam proses pengujian.

    3.3.5 Kalibrasi Alat Uji Geser

    Kalibrasi alat uji geser dilakukan setelah rancangan dan konstruksi alat uji

    geser dapat dioperasikan tanpa mengalami pembebanan pada saat pergerakan.

    Kalibrasi alat uji geser dilakuka