RANCANG BANGUN PIRANTI LUNAK SISTEM...
Transcript of RANCANG BANGUN PIRANTI LUNAK SISTEM...
RANCANG BANGUN PIRANTI LUNAK SISTEM KONSULTASI
PEMILIHAN TEKNOLOGI IRIGASI BERTEKANAN
BERBASIS ANDROID
RIZKY OKTAVIANTO
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Piranti Lunak Sistem Konsultasi Pemilihan Teknologi Irigasi Bertekanan Berbasis
Android adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Rizky Oktavianto
NIM F14090130
ABSTRAK
RIZKY OKTAVIANTO. Rancang Bangun Piranti Lunak Sistem Konsultasi
Pemilihan Teknologi Irigasi Bertekanan Berbasis Android. Dibimbing oleh
MOHAMAD SOLAHUDIN dan LIYANTONO.
Pemilihan teknologi irigasi yang tepat dalam proses budidaya tanaman
merupakan salah satu cara untuk melakukan penghematan air dalam bidang
pertanian dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air agar tidak terjadi
pemborosan dalam pemakaian air irigasi. Pemilihan teknologi irigasi ini dilakukan
berdasarkan pada kebutuhan air irigasi, jadwal pemberian air irigasi, serta
ketersediaan teknologi irigasi di pasaran. Piranti lunak yang dikembangkan
merupakan salah satu media yang diharapkan dapat membantu pengguna dalam
memilih jenis teknologi irigasi yang sesuai dengan komoditas dan kondisi lahan
yang dimiliki. Piranti lunak ini dibangun pada perangkat berbasis android. Tahap
pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
Waterfall model. Dalam penggunaan piranti lunak, dibutuhkan input dari
pengguna berupa detail budidaya yang untuk selanjutnya digunakan dalam
analisis penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan hidrolika. Piranti lunak ini
berhasil menampilkan hasil analisis kebutuhan air irigasi dan kebutuhan hidrolika
irigasi untuk pemberian irigasi harian sesuai dengan hasil pengujian yang telah
dilakukan. Hasil analisis ini dapat digunakan oleh pengguna sebagai pertimbangan
untuk melakukan pemilihan teknologi irigasi yang sesuai.
Kata kunci: piranti lunak, teknologi irigasi, berbasis android
ABSTRACT
RIZKY OKTAVIANTO. Design of Android Based Consultation System for
Selection of Pressurized Irrigation Tehcnology. Supervised by MOHAMAD
SOLAHUDIN and LIYANTONO
Selection of appropriate irrigation system for cultivation process is to make water
savings in agriculture by increasing the water use efficiency to avoid wastage in
use of water for irrigation. Selection of irrigation system is based on the total
water needs for irrigation, irrigation schedule, and the availability of irrigation
system. This system developed to assist users in selecting the appropriate
irrigation technology based on their crop and land conditions. This software is
built on android-based devices. This system developed using Waterfall models as
approach model. In the use of this software, it takes input from user about the
details of their cultivation plan and that input used for analysis of total water
needs for irrigation and hydraulics components requirement. This system displays
the analysis results of irrigation water requirements and irrigation hydraulics
components requirement successfully. This analysis results used by the user as a
consideration for the selection of appropriate irrigation technologies.
Keywords: software, irrigation technologies, android based
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
RANCANG BANGUN PIRANTI LUNAK SISTEM KONSULTASI
PEMILIHAN TEKNOLOGI IRIGASI BERTEKANAN
BERBASIS ANDROID
RIZKY OKTAVIANTO
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Rancang Bangun Piranti Lunak Sistem Konsultasi Pemilihan
Teknologi Irigasi Bertekanan Berbasis Android
Nama : Rizky Oktavianto
NIM : F14090130
Disetujui oleh
Dr. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si
Pembimbing I
Dr. Liyantono, S.TP., M.Agr
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Desrial, M.Eng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Rancang Bangun Piranti Lunak Sistem Konsultasi Pemilihan Teknologi Irigasi Bertekanan Berbasis Android
Nama : Rizky Oktavianto NIM : F14090130
Disetujui oleh
Dr. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si Dr. Liyantono, S.TP., M.Agr Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
R 20'~Tanggal Lulus: ~ 1 M~ ..
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Rancang Bangun Piranti Lunak Sistem Konsultasi Pemilihan Teknologi Irigasi
Bertekanan Berbasis Android”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Dr. Liyantono, S.TP., M.Agr selaku dosen Pembimbing Akademik II yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen penguji dalam ujian sarjana atas
bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Safarudin Hidayat Al Ikhsan atas bimbingan dan bantuan kepada penulis
terkait ilmu pemrograman android.
5. Endah Prahmawati, Amajida Bahrina, Elsamila, Angela Dian, Gumilar
Hismaya, Kala Yudhistira, Stephani Utari, Heri Heriyanto, Dewi Kiswani, Moh.
Fachrirozi, Titan, Piepiel Setya dan Rizal Abudzar atas bantuan dan dukungan
moril kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Ide penelitian ini didasari oleh adanya keinginan untuk mempermudah
petani dalam melakukan kegiatan pertanian khususnya dalam hal analisis untuk
pemilihan teknologi irigasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Rizky Oktavianto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 7
Irigasi 7
Pemrograman Android 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Perencanaan Sistem 9
Analisis 11
Analisis Kebutuhan Antarmuka 13
Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem 14
Analisis Kebutuhan Non Fungsional Sistem 14
Desain (Perancangan Sistem) 15
Desain Basis Data 15
Desain Antarmuka Pengguna (User Interface) 16
Mekanisme Kerja Sistem 17
Implementasi dan Pengujian 18
Implementasi Basis Data 19
Implementasi Sistem 20
Peluncuran Aplikasi 25
Pengujian 25
Pemeliharaan Sistem 29
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR TABEL
1 Data karakteristik tanaman 13
2 Kebutuhan fungsional sistem 14
3 Hasil pengujian menggunakan emulator android 26
4 Hasil pengujian eksternal aplikasi 27
DAFTAR GAMBAR
1 Metode SDLC dengan pendekatan waterfall model 3
2 Blok diagram kerangka sistem 4
3 Arsitektur android 8
4 Contoh data cuaca dalam database 12
5 Desain Object Relationship Database 15
6 Desain konseptual antarmuka sistem konsultasi irigasi 16
7 Desain halaman input 18
8 Implementasi basis data sistem 20
9 Menu utama sistem 21
10 Halaman input rencana budidaya 21
11 Contoh informasi hasil proses reverse geocoding 22
12 Tampilan menu dialog untuk input komponen hidrolika 23
13 Tampilan hasil analisis kebutuhan irigasi oleh sistem 24
14 Tampilan hasil analisis kebutuhan irigasi oleh sistem 24
15 Tampilan halaman profil sistem 25
16 Tahapan instalasi aplikasi pada komputer tablet 27
17 Hasil pengujian tahap dua 28
18 Grafik simulasi kadar air tanah 29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adanya sumber air yang memadai merupakan syarat penting dalam
melakukan proses budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan air merupakan salah satu
faktor dasar yang paling berpengaruh dalam proses pertumbuhan tanaman. Namun
dewasa ini ketersediaan air menjadi semakin berkurang, sedangkan tingkat konsumsi
air semakin meningkat. Hal ini yang kemudian memicu adanya istilah krisis air dunia
sebagai skenario yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kondisi ketersediaan
dan tingkat pemakaian air masa depan. Dalam skenario ini disebutkan bahwa pada
tahun 2025, harga air untuk bidang pertanian meningkat dua kali lipat di negara
berkembang, dan meningkat tiga kali lipat di negara pada level lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh adanya persaingan akibat peningkatan kebutuhan air di kalangan
rumah tangga, industri, lingkungan dan pertanian (Rosegrant et al. 2002). Untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan terjadi krisis air dunia itulah diperlukan usaha
untuk menghemat penggunaan air dengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan
air yang tersedia.
Penggunaan teknologi irigasi yang tepat dalam proses budidaya tanaman
merupakan salah satu cara untuk melakukan penghematan air di bidang pertanian.
Penggunaan teknologi irigasi yang tepat bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan air agar tidak terjadi pemborosan dalam pemakaian air irigasi. Pemilihan
teknologi irigasi ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan air
tanaman dan faktor lingkungan lainnya untuk kemudian dilakukan perancangan
sistem irigasi sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan teknologi irigasi.
Penelitian tentang perancangan sistem irigasi sudah banyak dilakukan,
misalnya Pohan (1998) yang meneliti tentang rancangan irigasi sprinkler untuk
tanaman bawang merah (Allium ascalonacium L) dan Tendalangi (1999) tentang
rancangan jaringan irigasi tetes untuk tanaman cabai merah hibrida (Capsicum
annum var. longum L.). Penelitian yang memanfaatkan teknologi telepon seluler
berbasis android untuk bidang pertanian sendiri pernah dilakukan oleh Al Ikhsan
(2012) mengenai pengembangan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum annuumm.
L) berbasis android.
Piranti lunak yang akan dibangun merupakan salah satu media yang
diharapkan dapat membantu pengguna dalam memilih jenis teknologi irigasi yang
sesuai dengan komoditas dan kondisi lahan yang dimiliki. Piranti lunak ini dibangun
pada teknologi berbasis android dengan harapan bisa menjadi teknologi praktis yang
dapat digunakan dengan mudah di lapangan kapan pun saat dibutuhkan dikarenakan
sifat aplikasi berbasis android yang handy.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan piranti lunak sebagai
media konsultasi dalam pemilihan teknologi irigasi melalui:
1. Analisis kebutuhan air irigasi setiap teknologi irigasi
2. Penentuan jadwal irigasi berdasarkan jadwal tanam dan jenis komoditas
3. Ketersediaan teknologi irigasi
2
Manfaat Penelitian
Piranti lunak yang dikembangkan dapat digunakan sebagai media konsultasi
dalam pemilihan teknologi irigasi dengan memanfaatkan informasi keluaran aplikasi
sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan teknologi irigasi yang sesuai.
Ruang Lingkup Penelitian
Rancang bangun piranti lunak dilakukan untuk mobile device berbasis
android dengan jenis teknologi irigasi bertekanan. Analis oleh sistem yang dibangun
terbatas untuk komoditas jagung, cabai dan kacang tanah dengan memanfaatkan data
karakteristik tanaman dan data cuaca harian rata-rata untuk daerah Aceh, Gumarang
dan Tasikmalaya.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Bioinformatika, Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Oktober 2013.
Alat dan Bahan
1. Perangkat keras (Hardware)
a. Laptop sebagai media pengembangan aplikasi
b. Komputer tablet dan telepon seluler berbasis android sebagai media
pengujian aplikasi
2. Perangkat lunak (Software)
a. Eclipse sebagai media pembuatan kode program
b. Android emulator sebagai media pengujian internal kode program
c. SQLite Manager untuk layanan basis data portable
d. Microsoft Excel sebagai media pengolahan data
Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan mengacu pada metode pengembangan
sistem informasi. Tahap pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan
metode pendekatan waterfall model. Waterfall model dipilih karena informasi terkait
batasan-batasan, kebutuhan serta tahapan-tahapan pengolahan data pada sistem bisa
didefinisikan terlebih dahulu menggunakan basis pengetahuan yang telah ada
sebelum sistem dibangun (Denis et al. 2009). Secara umum tahap-tahap
pengembangan dengan waterfall model meliputi tahap perencanaan, analisis, desain,
3
serta implementasi hingga sistem yang dibangun selesai. Metode pendekatan
waterfall model bisa dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Metode pengembangan sistem waterfall model (Denis et al. 2009)
Perencanaan Sistem (Planning)
Tahap perencanaan sistem mencakup identifikasi masalah yang kemudian
menjadi dasar pembuatan sistem, penentuan awal tujuan, ruang lingkup, serta
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengembangkan sistem yang akan
dibuat. Hasil dari tahap ini yaitu: (1) penetapan tujuan sistem, sasaran pengembangan,
dan konfigurasi sistem, (2) penentuan kebutuhan dan sumber-sumber informasi
untuk mengembangkan serta menjalankan sistem, serta (4) penentuan fungsi sistem
secara keseluruhan. Selain itu pada tahap perencanaan ini juga direncanakan aliran
data pada sistem dari masukan hingga diperoleh data keluaran yang digambarkan
dalam bentuk blok diagram kerangka sistem. Pengembangan sistem ini sendiri
difokuskan pada penentuan kebutuhan irigasi, lama dan laju penyiraman, serta desain
hidrolik yang memanfaatkan data dari pustaka Prastowo dan Liyantono (2002a,
2002b). Blok diagram kerangka sistem ini bisa dilihat pada Gambar 2.
4
Faktor
Lahan
TopografiLuas dan
Bentuk LahanCHE ETo
Faktor
Iklim
Faktor
Tanaman
Faktor
Kc
Faktor
P
Sifat Fisik
Tanah
KA Tanah
Tersedia
Laju
Infiltrasi
Tekstur, Kuva pF,
BO, PorositasTenaga
Kurva
H-O
Jenis
Pompa
Head di
Outlet
Jaringan
Pipa
Debit
Sumur
JIAT yang
tersedia
ETc
Kebutuhan irigasiPipa dan
Nozel
Jenis dan
DimensiDiameter Sambungan
Desain Tata
Letak
Lama dan Laju
Penyiraman
Desain
Hidrolik
Rencana
Operasi
Sistem
(Handoko 1994)
Sistem Konsultasi Pemilihan Teknologi Irigasi
Bertekanan
(Prastowo dan Liyantono 2002a, 2002b)
Gambar 2 Blok diagram kerangka sistem (Pohan 1998)
5
Analisis
Proses analisis ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
1. Pengembangan strategi sebagai panduan pengembangan Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sistem sejenis yang telah
ada beserta kelemahan-kelemahannya, peluang pengembangan sistem yang
telah ada, serta konsep secara menyeluruh terkait desain sistem yang akan
dibangun.
2. Analisis kebutuhan sistem
Pada tahap ini dilakukan identifikasi sumber-sumber pengetahuan,
akuisisi atau penyerapan pengetahuan dari sumber yang ada dengan cara studi
literatur, serta representasi pengetahuan sehingga dihasilkan informasi terkait
standar kebutuhan sistem. Standar kebutuhan sistem sendiri mencakup
beberapa aspek, yaitu:
a. Kebutuhan data
Kebutuhan data mencakup semua data yang diperlukan untuk
mengembangkan sistem. Data yang digunakan untuk pengembangan
sistem meliputi data terkait kondisi cuaca untuk beberapa daerah di
Indonesia, kebutuhan dan sifat tumbuh tanaman dari komoditas yang
digunakan, serta jenis dan sifat teknologi irigasi yang digunakan.
b. Kebutuhan perangkat keras
Kebutuhan perangkat keras merupakan standar spesifikasi
perangkat keras yang dibutuhkan baik dalam proses pengembangan sistem
maupun dalam tahap penggunaan sistem, agar sistem dapat berjalan
dengan maksimal.
c. Kebutuhan perangkat lunak
Kebutuhan perangkat lunak mencakup semua perangkat lunak
(software) yang digunakan dalam proses pengembangan maupun untuk
menjalankan sistem.
d. Kebutuhan pengetahuan
Kebutuhan pengetahuan menetapkan batasan-batasan kemampuan
atau wawasan dasar yang harus dimiliki pengguna dalam menjalankan
sistem yang akan dirancang, sehingga fungsi sistem bisa optimal.
Desain
Pada tahap desain ditentukan bagaimana sistem akan beroperasi
berdasarkan standar kebutuhan yang merupakan hasil dari tahap analisis. Tahap
desain ini dilakukan dengan tiga langkah, yaitu:
1. Penentuan desain arsitektur sistem yang meliputi perangkat keras dan
perangkat lunak yang akan digunakan dalam pengembangan sistem,
perancangan desain antar muka (metode navigasi dan menu-menu yang
disediakan), serta persamaan-persamaan yang akan digunakan oleh sistem.
2. Perancangan sistem database yang meliputi data-data yang akan digunakan
serta sistem penyimpanan dan pemanggilan data yang bersangkutan.
6
3. Perancangan desain program yang mendefinisikan fungsi-fungsi program
yang harus dibuat, logika pengolahan data, kontrol sistem, serta aktivitas
input-output dari sistem.
Desain sistem secara umum dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Eclipse yang dilengkapi dengan Software Development Kits (SDK) Android.
Pemrograman android dipilih dikarenakan pemrograman ini bersifat Object
Oriented Programming (OOP), serta hasil pemrograman yang berupa aplikasi
android bisa digunakan secara praktis di lapangan tanpa harus menggunakan
komputer sebagai media untuk menjalankan operasi.
Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap akhir dari proses pembuatan sistem.
Tahap ini dilakukan dengan tiga langkah, yaitu:
1. Tahap awal dari implementasi adalah konstruksi sistem. Sistem dibangun
berdasarkan hasil analisis dan desain yang telah dilakukan. Proses
konstruksi sistem ini dilakukan dengan menuliskan kode program pada
aplikasi Eclipse yang kemudian dilakukan compile ke emulator bawaan
SDK. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengujian kode
program tanpa harus menggunakan mobile device dengan Operation
System (OS) Android, sehingga proses penanganan terhadap kesalahan
kode program bisa dilakukan secara cepat.
2. Sistem yang telah dibangun kemudian diuji baik fungsional maupun non
fungsional seperti pengujian terhadap kecepatan akses ataupun kemudahan
penggunaan. Proses pengujian dilakukan secara menyeluruh dimulai dari
pengujian konstruksi desain, fungsi-fungsi, serta kemampuan sistem
dijalankan pada mobile device dengan OS Android. Jika terdapat kendala
sistem pada saat pengujian maka dilakukan perbaikan kode program
maupun desain sesuai dengan kebutuhan. Sistem yang telah lulus uji
kemudian diimplementasikan pada mobile device dengan OS Android
untuk selanjutnya digunakan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan.
Selain itu dilakukan validasi keluaran sistem dengan melakukan pengujian
di lapangan.
3. Updating informasi dilakukan jika terdapat informasi-informasi penting
pada sistem yang mengalami perubahan untuk menjaga agar fungsi sistem
bisa berjalan dengan optimal.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi
Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1994), irigasi pada dasarnya
merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk bidang pertanian
dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah.
Pemberian air irigasi didasarkan pada kebutuhan tanaman yang dinyatakan dengan
besarnya evapotranspirasi tanaman (Prastowo dan Liyantono 2002a). Suatu sistem
irigasi pada prinsipnya terdiri atas tiga sub-sistem jaringan irigasi, yaitu:
1. Sub sistem pengembangan sumber air, antara lain sungai, danau, air tanah,
mata air, dan rawa
2. Sub sistem penyaluran, yaitu jaringan saluran (saluran terbuka atau pipa) yang
membawa air dari sumbernya menuju lahan yang akan diairi.
3. Sub sistem aplikasi irigasi, yaitu penerapan teknologi pemberian/aplikasi air
ke lahan pertanian (petakan lahan).
Teknologi aplikasi irigasi sendiri pada umumnya dapat dikelompokkan
dalam empat cara, yaitu:
1. Irigasi permukaan (surface irrigation), meliputi sistem genangan (basin),
border, dan alur (furrow).
2. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation).
3. Irigasi curah (sprinkle irrigation).
4. Irigasi tetes (trickle irrigation)
Irigasi permukaan dan bawah permukaan memanfaatkan gaya gravitasi
dalam penyaluran air irigasi ke lahan. Sedangkan irigasi curah dan irigasi tetes
termasuk dalam kelompok teknologi irigasi bertekanan, yaitu teknologi yang
menyalurkan air irigasi ke lahan menggunakan tekanan yang didapatkan dari
pompa. Secara teoritis, efisiensi masing-masing teknologi aplikasi irigasi ini
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing teknologi irigasi yang bisa menjadi pertimbangan
dalam pemilihan teknologi irigasi yang tepat. Dalam aplikasinya, efisiensi suatu
teknologi irigasi bisa tinggi jika pengoperasian jaringan irigasi dengan
memanfaatkan teknologi tersebut bisa dilakukan dengan cara atau jadwal yang
tepat. Jadwal irigasi yang dimaksud adalah perencanaan waktu dan jumlah
pemberian air irigasi sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Cara pemberian air
irigasi ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Continuous Irrigation : yaitu pemberian air irigasi secara terus menerus
dengan jumlah yang diberikan berubah sesuai dengan kebutuhan air irigasi.
2. Rotation Irrigation : yaitu pemberian air irigasi dengan jumlah pemberian air
tetap sedangkan selang dan lama pemberian berubah sesuai dengan kebutuhan
air irigasi.
3. Supply On-demand Irrigation : yaitu pemberian air irigasi dengan jumlah serta
selang dan lama pemberian air berubah sesuai dengan kebutuhan air irigasi.
8
Pemrograman Android
Android merupakan salah satu Operation System (OS) untuk mobile device
berbasis Linux yang dikembangkan pertama kali oleh Android Inc. Pada OS
Android, tidak terdapat keterbatasan dari aplikasi pihak ketiga yang
dikembangkan oleh programmer untuk mendapatkan data asli dari device,
berkomunikasi antar proses, serta distribusi aplikasi. Selain itu, OS Android tidak
membedakan antara aplikasi inti dan aplikasi pihak ketiga. Application
Programming Interface (API) yang disediakan Android membebaskan akses ke
hardware (device) maupun data sistem. Hal ini yang kemudian menjadikan
pemrograman Android lebih berkembang dibandingkan dengan pemrograman
untuk aplikasi mobile device lainnya.
Hermawan (2011) menyatakan bahwa OS Android dibangun berdasarkan
kernel Linux dengan arsitektur yang bisa dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Arsitektur Android (Hermawan 2011)
Arsitektur Android ini terbagi menjadi lima lapisan, yaitu:
1. Applications
Lapisan ini berisi aplikasi-aplikasi yang terdapat pada device. Semua
aplikasi ini ditulis dalam bahasa pemrograman Java
2. Applications Framework
Lapisan merupakan lapisan sistem android yang menyediakan akses
penuh terhadap komponen-komponen penting dalam mengembangkan aplikasi
android. Lapisan arsitektur ini dirancang untuk menyederhanakan penggunaan
komponen-komponen aplikasi, seperti komponen untuk membangun User
Interface (UI), komponen untuk berbagi data, komponen untuk menampilkan
informasi pada status bar, komponen yang menyediakan akses berupa grafik,
string, dan layout, serta komponen untuk mengatur daur hidup aplikasi.
9
Pengembangan aplikasi android dilakukan pada lapisan ini dengan
memanfaatkan tools berupa SDK (System Developer Kits) yang berperan
sebagai application framework dalam pengembangan sistem.
3. Libraries
Lapisan ini berisi satu set libraries dalam bahasa C/C++ yang
digunakan oleh berbagai komponen pada sistem Android
4. Android Runtime
Lapisan ini berisi satu set libraries inti yang menyediakan sebagian
besar fungsi dari bahasa pemrograman Java. Lapisan ini mengatur agar setiap
aplikasi berjalan sebagai proses sendiri pada Dalvik Virtual Machine (VM).
5. Linux Kernel
Pada lapisan ini terdapat Linux versi 2.6 yang mengatur layanan sistem
inti seperti keamanan, manajemen memori, manajemen proses, network stack,
dan model driver. Kernel juga bertindak sebagai lapisan antara hardware dan
seluruh software.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Sistem
Tahap perencanaan sistem dimulai dengan melakukan identifikasi masalah
sebagai dasar pembuatan sistem. Pembuatan sistem ini didasari oleh belum
efektifnya pemanfaatan air untuk irigasi pertanian di Indonesia. Tingkat efektifitas
pemanfaatan air irigasi sendiri salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan jenis
teknologi irigasi yang sesuai dengan kondisi lahan pertanian. Sistem ini dibuat
dengan tujuan awal sebagai media konsultasi bagi pelaku pertanian di Indonesia
dalam menentukan jenis teknologi irigasi yang akan digunakan dengan melakukan
analisis terhadap kebutuhan air irigasi, jadwal pemberian irigasi, serta
ketersediaan teknologi irigasi.
Sistem dikembangkan dalam bentuk aplikasi mobile berbasis Android.
Pengembangan sistem berbasis Android dimaksudkan untuk mempermudah
pemanfaatan sistem dimulai dari proses distribusi paket instalasi sistem hingga
pada proses penggunaan dan update informasi. Kelebihan lain dari aplikasi mobile
berbasis android adalah sifatnya yang handy sehingga aplikasi bisa digunakan
dengan mudah kapan pun saat dibutuhkan.
Fungsi dari sistem yang dikembangkan secara umum adalah melakukan
analisis terhadap kondisi cuaca, lahan, dan karakteristik dari komoditas dan jenis
teknologi irigasi untuk mendapatkan informasi terkait detail pelaksanaan kegiatan
irigasi yang meliputi kebutuhan air dan kebutuhan hidrolika sub unit.
10
(1)
(2)
Analisis Kebutuhan Air
Penentuan kebutuhan air irigasi oleh sistem dilakukan dengan melakukan
analisis terhadap faktor cuaca dan karakteristik komoditas untuk mendapatkan
nilai ETo, yaitu jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan
dengan tinggi sekitar 0.12 m, tumbuh sehat dan seragam, menutup tanah dengan
sempurna, serta pada kondisi cukup air (FAO 1998). Untuk selanjutnya nilai ETo
(evapotranspirasi potensial) dikalikan dengan nilai koefisien tanaman (Kc) untuk
diperoleh nilai Evapotranspirasi (ET) untuk tanaman yang dibudidayakan.
Untuk penentuan nilai ETo sendiri terdapat berbagai rumus empirik yang
dapat digunakan, antara lain: metode Blaney-Criddle, Penman, Radiasi, Panci
Evaporasi. Dalam hal ini persamaan Penman-Monteith merupakan metode yang
direkomendasikan jika tersedia data cuaca rata-rata harian yang meliputi data suhu
udara, lama penyinaran, kelembaban relatif, serta kecepatan angin (FAO 1998).
Persamaan dasar Penman-Monteith dinyatakan sebagai:
( )
( )
( )
dimana:
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Rn = Radiasi neto pada permukaan tanaman (MJ/m2 hari)
G = Soil heat flux density (MJ/m2 hari)
T = suhu udara pada ketinggian 2 m (°C)
u2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s)
es = tekanan uap air jenuh (kPa)
ea = tekanan uap air aktual (kPa)
es - ea = deflisit tekanan uap air (kPa)
D = gradien tekanan uap air jenuh terhadap suhu udara (kPa/°C)
g = konstanta psikometrik (kPa/°C)
Analisis Kebutuhan Hidrolika Sub Unit
Analisis kebutuhan hidrolika sub unit merupakan tahapan penting dalam
penentuan sistem irigasi yang digunakan. Hal ini dikarenakan persyaratan
hidrolika jaringan perpipaan harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan penyiraman
yang seragam (Prastowo dan Liyantono 2002a). Analisis kebutuhan hidrolika
meliputi penentuan komponen perpipaan berupa karakteristik pipa manifold dan
pipa lateral yang digunakan, debit sistem dan sub sistem, serta kebutuhan pompa
atau tenaga penggerak.
Penentuan kebutuhan tenaga penggerak dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) melalui
persamaan :
dimana :
SH = Beda elevasi sumber air dengan pompa (m)
E = Beda elevasi pompa dengan lahan tertinggi (m)
11
(3)
Hf1 = Kehilangan head akibat gesekan sepanjang pipa penyaluran dan
distribusi (m)
Hm = Kehilangan head pada sambungan-sambungan dan katup (m)
Hf2 = Kehilangan head pada sub unit (m), besarnya 20 % dari Pa
Hv = Velocity head (m), besarnya 0,3 m
Ha = Tekanan operasi emitter (m)
Hs = head untuk faktor keamanan (m), besarnya 20 % dari total kehilangan
head
Pada sistem ini nilai SH dan E dianggap 0 dengan asumsi tidak terdapat
beda elevasi antara sumber air dengan pompa serta antara pompa dan lahan
tertinggi. Untuk selanjutnya nilai total kebutuhan tekanan ini digunakan kedalam
persamaan :
dimana :
BP = Input brake power (kW)
Q = Debit sistem (l/detik)
TDH = Total dinamik head (m)
Ep = Efisiensi pompa (%)
Analisis
Tahap analisis dibagi menjadi tiga bagian yaitu analisis pengguna, analisis
kebutuhan sistem, serta analisis fungsional dan non fungsional sistem. Tahap
analisis kebutuhan sistem sendiri dilakukan terhadap dua aspek utama, yaitu
analisis kebutuhan data dan analisis kebutuhan antarmuka sistem.
Analisis Pengguna
Pengguna dari sistem ini secara garis besar adalah semua orang yang
membutuhkan jasa konsultasi terkait analisis kebutuhan irigasi untuk menentukan
teknologi irigasi yang akan digunakan oleh pengguna tersebut. Dalam hal ini
target pengguna adalah pelaku kegiatan pertanian yang memiliki akses terhadap
sistem irigasi yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan sistem,
pengguna diharuskan memasukan beberapa data komponen hidrolika seperti
diameter pipa dan debit sub sistem sebagai parameter input bagi sistem dalam
melakukan analisis kebutuhan hidrolika. Untuk selanjutnya setiap pengguna
memiliki hak yang sama dalam akses informasi dan fungsi sistem secara
keseluruhan.
Analisis Kebutuhan Data
Dalam penggunaan sistem dibutuhkan data tertentu yang digunakan sebagai
sebagai data masukan (input) untuk selanjutnya diolah oleh sistem menjadi data
keluaran (output) berupa informasi kebutuhan irigasi. Data masukan sendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu data masukan yang disediakan dalam bentuk
database sistem dan data masukan oleh pengguna sistem.
12
Data masukan yang disediakan dalam bentuk database merupakan
serangkaian data statis yang dibutuhkan dalam melakukan analisis kebutuhan
irigasi. Semua data ini disimpan dalam sebuah SQLite Database sebagai database
standar bagi pemrograman android. Adapun data yang dimaksud adalah:
a. Data cuaca harian
Data cuaca digunakan sebagai parameter dalam menentukan kebutuhan
air tanaman pada lokasi tanam yang direncanakan. Data cuaca ini berbeda
untuk setiap lokasi sehingga diperlukan serangkaian data untuk setiap kota
yang disediakan sebagai pilihan input. Data cuaca yang digunakan meliputi
parameter suhu, kelembaban, kecepatan angin, curah hujan, radiasi matahari,
dan evaporasi potensial. Untuk mempermudah proses analisis, setiap kota
harus memiliki data rata-rata parameter cuaca untuk dua tahun yang disimpan
dalam database.
Rangkaian data cuaca untuk masing-masing kota disimpan kedalam tabel
yang berbeda untuk memudahkan proses query atau pemanggilan data. Untuk
pengembangan awal sistem ini disediakan tiga tabel data cuaca yang terdiri
dari tabel cuaca Aceh, Gumarang, dan Tasikmalaya. Contoh data cuaca untuk
lokasi Aceh disajikan dalam Gambar 4.
Gambar 4 Contoh data cuaca dalam database
b. Data karakteristik tanaman
Data karakteristik tanaman digunakan dalam perhitungan
kebutuhan air irigasi yang diperlukan. Parameter yang termasuk kedalam
data karakteristik tanaman ini meliputi jenis tanaman, umur tanaman, lama
masing-masing periode pertumbuhan, serta nilai koefisien tanaman (Kc).
Pengembangan awal sistem dibatasi pada tiga jenis tanaman yaitu jagung,
kacang tanah dan cabai. Masing-masing tanaman memiliki tiga nilai Kc
yang dibagi berdasarkan tiga periode penting pada masa pertumbuhan
tanaman yaitu Kc pada initial stage (Kcini), Kc pada mid-season stage
(Kcmid) dan Kc pada tahap akhir pertumbuhan tanaman (Kcend). Periode
13
setiap stage dan nilai Kc pada masing-masing stage berbeda untuk setiap
jenis tanaman. Nilai Kc dan lama periode pertumbuhan untuk masing-
masing tanaman bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data karakteristik tanaman
Parameter Jagung Cabai Kacang
Tanah
Umur Tanaman (hari) 135 130 140
Lama initial stage (hari) 20 30 35
Lama development stage (hari) 35 40 35
Lama mid-season stage (hari) 40 40 35
Lama late-season stage (hari) 40 20 35
Kcini 0.7 0.6 0.4
Kcmid 1.2 1.14 1.15
Kcend 0.6 1.05 0.6 Sumber : FAO (1998)
c. Data karakteristik hidrolika teknologi irigasi
Data karakteristik hidrolika teknologi irigasi digunakan dalam
perhitungan kebutuhan hidrolika sub unit. Data ini dibedakan menjadi dua
tabel yang berbeda untuk setiap teknologi irigasi yang digunakan yaitu
data karakteristik hidrolika untuk irigasi tetes dan data karakteristik
hidrolika untuk irigasi curah. Penggunaan dua jenis teknologi irigasi ini
didasarkan pada data karaktersitik teknologi irigasi yang tersedia. Data
karakteristik yang digunakan mengacu pada Prastowo dan Liyantono
(2002a) untuk irigasi tetes serta pada Prastowo dan Liyantono (2002b)
untuk irigasi curah yang merupakan data hasil analisis terdahulu mengenai
karakteristik hidrolika untuk jenis sub unit yang tersedia di pasaran
Indonesia.
Untuk mempermudah query dalam penggunaan data, terlebih
dahulu dilakukan pengolahan data sehingga data yang disimpan kedalam
database adalah data siap pakai dari parameter-paramater tertentu sebagai
hasil analisis hidrolika.
Data masukan dari pengguna sebagai input sistem sendiri terdiri dari kota
sebagai lokasi tanam, komoditas atau tanaman, teknologi irigasi yang akan
digunakan, luas lahan, tanggal penanaman, diameter pipa lateral dan manifold,
jenis emitter untuk irigasi tetes atau diamater nozzle untuk irigasi curah, serta
debit sub sistem.
Analisis Kebutuhan Antarmuka
Kebutuhan antarmuka standar yang dibutuhkan dalam pengoperasian
sistem ini adalah perangkat atau device dengan Operating System (OS) Android
yang didukung oleh koneksi internet dan akses terhadap fitur Global Positioning
System (GPS). Koneksi internet dibutuhkan dalam proses download dan updating
14
aplikasi dari internet, serta pemanfaatan fitur deteksi lokasi yang digunakan
bersamaan dengan fasilitas GPS.
Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem
Analisis kebutuhan fungsional sistem dilakukan untuk memberikan
gambar singkat mengenai sistem. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan
rancangan fungsi utama dan fungsi-fungsi tambahan dari sistem. Fungsi dari
sistem yang dikembangkan secara umum adalah melakukan analisis kebutuhan air
dan kebutuhan layout irigasi atau kebutuhan hidrolika sub unit. Sistem juga
dilengkapi dengan informasi singkat mengenai beberapa komoditas dan jenis
terknologi sebagai sumber pengetahuan bagi pengguna. Selain itu terdapat fungsi
auto-detect location untuk mempermudah proses input lokasi bagi pengguna.
Pada Tabel 2 ditunjukkan fungsi dari sistem secara keseluruhan.
Tabel 2 Kebutuhan fungsional sistem
No Kebutuhan Fungsional Deskripsi
1. Konsultasi Fungsi utama sistem yang meliputi
tampilan input, analisis oleh sistem,
serta tampilan hasil analisis kebutuhan
air dan layout irigasi.
2. Deteksi Lokasi Melakukan akses terhadap GPS untuk
menentukan lokasi pengguna sebagai
bagian dari input lokasi pada menu
konsultasi
3. Informasi Komoditas Menampilkan informasi sekilas
mengenai komoditas yang disediakan
sebagai bantuan dalam input sistem
4. Informasi Irigasi Menampilkan informasi sekilas
mengenai irigasi secara umum
5. Informasi Teknologi Irigasi Menampilkan informasi sekilas
mengenai teknologi irigasi yang
disediakan sebagai input sistem
6. Profil (Tentang Sistem) Menampilkan informasi profil sekilas
dari sistem dan pengembang sistem
Analisis Kebutuhan Non Fungsional Sistem
Kebutuhan non fungsional sistem merupakan fitur pendukung sistem yang
bukan merupakan fungsi yang diakses langsung oleh pengguna. Adapun
kebutuhan non fungsional sistem konsultasi irigasi ini diantaranya adalah:
1. Tampilan yang sederhana sehingga memudahkan penggunaan sistem oleh
pengguna, namun tetap memberikan daya tarik melalui pemilihan warna
teks, penggunaan gambar ilustrasi dan latar belakang, pemilihan model
menu, serta penggunaan ikon dalam menu.
2. Kecepatan akses terhadap fungsi sistem
3. Mampu digunakan setiap saat (real time)
4. Kemudahan proses input data oleh pengguna
5. Bisa digunakan pada semua jenis dan ukuran device dengan OS Android
15
Desain (Perancangan Sistem)
Tahap perancangan sistem merupakan tahap pembuatan model konseptual
dari sistem. Tahap ini dibagi kedalam tiga aspek desain yaitu perancangan basis
data, perancangan tampilan antarmuka pengguna (user interface), serta
perancangan mekanisme kerja sistem.
Desain Basis Data
Pada tahap desain basis data dilakukan perancangan object relationship
database yang menggambarkan relasi dari obyek-obyek yang akan
diimplementasikan kedalam basis data sistem. Tabel-tabel data yang akan
digunakan dalam penyimpanan informasi meliputi tabel cuaca harian,
karakteristik tanaman, serta karakteristik hidrolika teknologi irigasi. Desain object
relationship database tersebut bisa dilihat pada Gambar 5.
Aceh
PK,FK1 id_kotaPK u
Tmax Tmin Suhu RH Angin Hujan EP Q0 Tanggal
Bogor
PK,FK1 id_kotaPK u
Tmax Tmin Suhu RH Angin Hujan EP Q0 Tanggal
Gumarang
PK,FK1 id_kotaPK u
Tmax Tmin Suhu RH Angin Hujan EP Q0 Tanggal
Tasikmalaya
PK,FK1 id_kotaPK u
Tmax Tmin Suhu RH Angin Hujan EP Q0 Tanggal
dataKota
PK id_kota
nama_kota
data_komoditas
PK komoditas
lama_ini lama_dev lama_mid lama_end umur kc_ini kc_mid kc_end jarak_tanam
data_teknologi
PK,FK1 jenis_irigasi
efisiensi
tek_drip
PK,FK1 jenis_irigasi
jenis_penetes spasing debit_emitter tekanan_op d_lateral lmax_lateral d_manifold lmax_manifold luas_init
tek_sprinkler
PK,FK1 jenis_irigasi
jenis_sprinkler d_nozzle spasing debit_sprinkler radius tekanan_op d_lateral lmax_lateral d_manifold lmax_manifold luas_init
keb_air
PK u
FK1 komoditasFK3 luas_lahanFK2 jenis_irigasi kebutuhan_air lama_operasi debit
keb_hidrolika
PK jenis_irigasi
luas_lahan tdh keb_pompa debit_sistem
Gambar 5 Desain Object Relationship Database
16
Desain Antarmuka Pengguna (User Interface)
Antarmuka pengguna (User Interface) merupakan tampilan halaman yang
dapat diakses langsung oleh pengguna sistem. Desain antarmuka sistem ini dibuat
sesederhana mungkin dengan tujuan untuk memudahkan penggunaan sistem.
Secara konseptual desain antarmuka sistem konsutasi pemilihan teknologi irigasi
terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian header dan bagian body (halaman isi).
Desain konseptual antarmuka sistem konsultasi irigasi ini bisa dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6 Desain konseptual antarmuka sistem konsultasi irigasi
Sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi ini dikembangkan dengan
fungsi utama sebagai media konsultasi irigasi dengan memanfaatkan hasil analisis
kebutuhan irigasi. Halaman menu konsultasi merupakan halaman yang digunakan
oleh pengguna untuk memasukan data input yang selanjutnya akan diolah oleh
sistem. Halaman menu konsultasi ini didesain dalam bentuk form untuk
memudahkan proses input data oleh pengguna. Selain dalam bentuk form,
terdapat bentuk menu input lain berupa menu dialog yang diaplikasikan pada
halaman input komponen hidrolika. Menu dialog didesain untuk memudahkan
pengguna memasukan data input hidrolika tahap demi tahap. Menu dialog ini
ditampilkan dalam bentuk list view. Dalam penggunaan menu dialog ini pengguna
cukup memilih salah satu pilihan dari konten yang tersedia dalam list yang
ditampilkan untuk selanjutnya pilihan tersebut akan digunakan oleh sistem untuk
menentukan list berikutnya untuk ditampilkan. Tampilan desain menu input bisa
dilihat pada Gambar 7.
17
Gambar 7 Desain halaman input
Mekanisme Kerja Sistem
Pada tahap ini dilakukan perancangan mekanisme kerja sistem secara
keseluruhan sebagai dasar untuk melakukan implementasi sistem. Mekanisme
kerja dari sistem sendiri adalah sebagai berikut:
a. Saat pengguna memilih menu konsultasi, sistem akan menampilkan halaman
input rencana budidaya. Pada saat yang sama sistem melakukan akses ke GPS
untuk melakukan deteksi lokasi pengguna.
b. Pada proses input rencana budidaya oleh pengguna, sistem akan melakukan
pengecekan kepada nilai input luas dan tanggal tanam yang dimasukkan oleh
pengguna sehingga saat pengguna salah memasukkan tanggal atau
memasukkan luas lahan lebih dari 100 ha sistem akan menampilkan pesan
error kepada pengguna. Pesan error juga akan ditampilkan saat pengguna
memilih “deteksi lokasi” sebagai input lokasi sedangkan lokasi yang diperoleh
melalui GPS tidak terdaftar dalam basis data sistem.
c. Setelah proses input rencana budidaya dilakukan dan pengguna memilih
tombol lanjut, sistem akan menampilkan halaman input komponen hidrolika
berupa diameter pipa lateral. Pilihan input diameter pipa lateral yang
ditampilkan akan berbeda-beda tergantung pada input luas lahan yang
dimasukkan oleh pengguna sebelumnya. Asumsi yang digunakan dalam
menampilkan pilihan input diameter pipa lateral adalah sebagai berikut:
1. Untuk luas lahan 0-2 ha, ditampilkan pilihan input diameter pipa lateral
untuk luas sub sistem 0-1 ha.
2. Untuk luas lahan 2-5 ha, ditampilkan pilihan input diameter pipa lateral
untuk luas sub sistem 0.5-1 ha.
3. Untuk luas lahan 5-10 ha, ditampilkan pilihan input diameter pipa lateral
untuk luas sub sistem > 1 ha.
4. Untuk luas lahan 10-100 ha, ditampilkan pilihan input diameter pipa
lateral untuk luas sub sistem > 1.5 ha.
18
d. Selanjutnya sistem akan menampilkan halaman input komponen hidrolika
berupa diameter pipa manifold berdasarkan pada luas lahan dan diameter pipa
lateral yang telah dipilih sebelumnya.
e. Selanjutnya sistem akan menampilkan halaman input komponen hidrolika
berupa jenis emitter untuk irigasi tetes atau diamater nozzle untuk irigasi curah
berdasarkan pada luas lahan, diameter pipa lateral dan diameter pipa manifold
yang telah dipilih sebelumnya.
f. Selanjutnya sistem akan menampilkan halaman input komponen hidrolika
berupa debit sub sistem berdasarkan pada luas lahan, diameter pipa lateral,
diameter pipa manifold serta jenis emitter atau diamater nozzle yang telah
dipilih sebelumnya.
g. Setelah proses input komponen hidrolika dilakukan, sistem akan melakukan
akses terhadap basis data untuk selanjutnya melakukan perhitungan kebutuhan
air irigasi menggunakan persamaan 1 dan kebutuhan hidrolika sub unit
menggunakan query pada basis data.
h. Hasil dari perhitungan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan hidrolika sub unit
ini selanjutnya akan ditampilkan kepada pengguna pada halaman hasil.
i. Pada halaman hasil kebutuhan air irigasi ditampilkan total kebutuhan air
irigasi untuk setiap periode pertumbuhan tanaman beserta lama aplikasi irigasi
untuk satu sub unit dalam menit/hari. Untuk selanjutnya pada halaman hasil
kebutuhan hidrolika sub unit ditampilkan jumlah sub unit yang dibutuhkan
berdasarkan luas lahan dan luas sub unit yang dipilih oleh pengguna. Pada
halaman hasil kebutuhan hidrolika sub unit juga ditampilkan jumlah sub unit
yang dioperasikan per hari berdasarkan pada asumsi jumlah jam kerja adalah 8
jam/hari.
Implementasi dan Pengujian
Pada tahap implementasi dilakukan konstruksi sistem berdasarkan hasil
perancangan, analisis dan desain. Implementasi sistem ini dilakukan dengan
menuliskan kode program dengan bahasa pemrograman Java dan basis data
(database) SQLite sesuai dengan standar pemrograman aplikasi mobile berbasis
android. Bahasa pemrograman Java dan SQLite ini juga dipilih dikarenakan
mendukung pemrograman berorientasi obyek atau Object Oriented Programming
(OOP). Bahasa pemrograman Java digunakan untuk membangun interface dan
logika sistem, sedangkan SQLite digunakan sebagai media penyimpanan basis
data sistem.
Konsep implementasi ini disesuaikan dengan konsep pengembangan OOP.
Secara garis besar pengembangan sistem ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Pembuatan project
Pembuatan project ini merupakan tahap awal dari implementasi dalam
pemrograman Java. Pada tahap pembuatan project ini dihasilkan berkas-
berkas yang dibutuhkan dalam awal pengembangan sistem. Pada
pengembangan aplikasi ini, project diberi nama “irigasi”.
2. Pengelolaan package untuk setiap kelas java (class)
Pengelolaan package merupakan upaya memudahkan proses
pembuatan kode program dengan menyimpan berkas kode program ke dalam
19
beberapa direktori yang berbeda berdasarkan fungsinya. Pada implementasi
pengembangan sistem ini sendiri terdapat tiga package yang digunakan dalam
penyimpanan berkas kode program, yaitu :
a. Package 1 : rizky.android.main
Package ini merupakan direktori utama pernyimpanan berkas sistem
seperti berkas modul untuk halaman utama, menu konsultasi, menu
informasi, halaman hasil analisis, halaman profil, dan modul lainnya.
b. Package 2 : rizky.android.database
Package ini merupakan direktori pernyimpanan berkas sistem yang
mengatur akses ke berkas basis data sistem
c. Package 3 : com.readystatesoftware.sqliteasset
Package ini merupakan direktori pernyimpanan berkas sistem berupa kelas
SQLiteAssetHelper yang membantu penanganan berkas database yang
dibuat secara terpisah agar bisa digunakan sebagai database utama sistem.
Package ini sendiri disimpan sebagai referenced libraries yang merupakan
package dari pihak ketiga yang digunakan sebagai package tambahan bagi
sistem.
3. Pembuatan database.
4. Pembuatan antarmuka dan logika sistem
Pembuatan antarmuka sistem dilakukan dengan menuliskan kode
program dalam bentuk xml, sedangkan pembuatan logika sistem dilakukan
dengan menuliskan kode program dalam bentuk java. Antarmuka untuk sistem
berbasis android terletak pada sub direktori layout dari direktori resource
(/res/layout/*.xml), sedangkan kelas-kelas modul terletak pada masing-masing
package (package/*.class).
5. Simulasi program menggunakan emulator android untuk melihat ada tidaknya
kesalahan dalam pembuatan kode program.
Implementasi Basis Data
Pada tahap implementasi basis data dilakukan pembuatan berkas basis data
sesuai dengan tabel data yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahap ini
digunakan perangkat lunak SQLite Manager untuk melakukan manajemen basis
data dimulai dari proses pembuatan basis data, entry data, hingga update data.
Penggunaan SQLite Manager ini dimaksudkan untuk mempermudah pembuatan
dan manajemen basis data yang berukuran besar sehingga sistem tidak perlu
melakukan proses pembuatan basis data sendiri yang bisa berakibat pada
meningkatnya waktu yang dibutuhkan oleh sistem dalam melakukan eksekusi
fungsi basis data.
Implementasi basis data dilakukan dengan menyimpan berkas basis data
yang telah dibuat kedalam direktori asset. Untuk selanjutnya basis data ini akan
dipindahkan kedalam direktori sistem oleh kelas SQLiteAssetHelper pada saat
awal instalasi aplikasi kedalam device. Pada Gambar 8 ditunjukkan berkas basis
data yang telah dibuat dengan Mozilla SQLite Manager.
20
Gambar 8 Implementasi basis data sistem
Implementasi Sistem
Implementasi sistem dilakukan setelah implementasi basis data dengan
merampungkan tampilan antarmuka maupun logika program untuk masing-
masing modul atau fungsi sistem.
a. Halaman utama
Halaman utama merupakan antarmuka yang pertama kali ditampilkan
saat aplikasi dijalankan. Halaman utama untuk aplikasi android pada
umumnya dirancang dalam dua model, yaitu model aplikasi dengan menu
utama sebagai tampilan halaman utama serta model aplikasi yang
menggunakan fitur splash screen sebagai halaman utama sebelum akses ke
menu sistem. Pada sistem ini halaman utama dirancang untuk menampilkan
menu utama sistem dengan tujuan untuk menyediakan fungsi sistem kepada
pengguna secepat mungkin sehingga proses penggunaan aplikasi bisa lebih
efektif. Penggunaan fitur splash screen juga dihindari dengan tujuan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadi kesalahan pada proses menjalankan
aplikasi. Implementasi halaman utama bisa dilihat pada Gambar 9.
21
Gambar 9 Menu utama sistem
b. Modul konsultasi
Modul konsultasi menyediakan fungsi utama sistem konsultasi
pemilihan teknologi irigasi. Modul ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
halaman input rencana budidaya, halaman input komponen hidrolika, dan
halaman hasil analisis.
Halaman input rencana budidaya menampilkan form input yang
meliputi input lokasi, komoditas, teknologi irigasi yang akan digunakan, luas
lahan, serta tanggal tanam. Inpus lokasi, komoditas dan teknologi irigasi
dirancang dalam bentuk spinner yang menyediakan pilihan input untuk
memudahkan pengguna. Halaman input ini bisa dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Halaman input rencana budidaya
22
Pada Gambar 10 dapat dilihat menu spinner dari input lokasi yang
salah satunya adalah pilihan “Deteksi Kota”. Pilihan ini akan mengaktifkan
fungsi deteksi lokasi yang memanfaatkan fasilitas GPS pada device yang
digunakan. Penggunaan fitur ini menuntut pengguna untuk mengaktifkan
fungsi GPS pada device yang digunakan sebelum menjalankan sistem serta
memastikan bahwa device tersebut memiliki akses internet untuk
memanfaatkan fungsi GPS. Fungsi deteksi lokasi ini dirancang untuk mulai
melakukan deteksi lokasi pengguna sejak awal menu konsultasi dibuka, yang
berarti bahwa sistem tetap akan mendeteksi lokasi pengguna walaupun
pengguna tersebut tidak memilih “Deteksi Kota” sebagai input lokasi. Hal ini
bertujuan untuk mempercepat proses akses oleh pengguna sehingga saat
pilihan “Deteksi Kota” dipilih, tidak dibutuhkan tambahan waktu bagi
penguna untuk menunggu sistem melakukan deteksi lokasi.
Secara umum saat fungsi GPS pada device diaktifkan, sistem android
akan melakukan koneksi ke satelit untuk mendapatkan posisi pengguna yang
didefinisikan kedalam koordinat longitude dan latitude. Selanjutnya saat
pengguna menjalankan sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi dan
membuka menu konsultasi, sistem konsultasi irigasi ini akan melakukan
proses reserve geocoding, yaitu melakukan akses ke server Google untuk
menerjemahkan koordinat longitude dan latitude yang telah didapatkan
melalui GPS menjadi serangkaian informasi lokasi. Gambar 11 menampilkan
contoh hasil dari proses reverse geocoding yang diakses melalui komputer.
Gambar 11 Contoh informasi hasil proses reverse geocoding
Informasi ini kemudian diseleksi menggunakan fungsi
LocationManager pada sistem konsultasi irigasi sehingga didapatkan
informasi lokasi Sub Admin Area yang pada Gambar 12 ditunjukkan oleh
23
informasi lokasi dengan tipe “Administrative_area_level_2”. Setelah
informasi ini didapatkan, selanjutnya sistem akan melakukan pengecekan pada
database untuk memastikan bahwa lokasi yang didapatkan terdaftar dalam
database. Jika lokasi yang didapatkan terdaftar dalam database, maka sistem
akan melanjutkan proses input ke halaman selanjutnya. Namun jika lokasi
yang didapatkan tidak terdaftar dalam database, maka akan ditampilkan
pemberitahuan kepada pengguna bahwa lokasi tersebut tidak terdaftar
sehingga pengguna bisa memilih lokasi lain sebagai input.
Setelah proses input rencana budidaya selesai, sistem akan
menampilkan halaman input komponen hidrolika dalam bentuk menu dialog.
Menu dialog ini ditampilkan dalam bentuk list view secara bertingkat hingga
semua data yang diperlukan selesai dimasukkan oleh pengguna. Menu yang
ditampilkan secara bertingkat ini sendiri akan berbeda-beda disesuaikan
dengan pilihan yang dibuat oleh pengguna pada menu sebelumnya. Tampilan
menu dialog ini bisa dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Tampilan menu dialog untuk input komponen hidrolika
Setelah proses input komponen hidrolika selesai dilakukan, sistem
kemudian akan melakukan analisis kebutuhan air dan kebutuhan komponen
hidrolika dengan menggunakan persamaan yang telah didefinisikan
sebelumnya. Hasil analisis ini ditampilkan dalam dua halaman yang berbeda
masing-masing untuk hasil analisis kebutuhan air dan hasil analisis kebutuhan
hidrolika irigasi dengan tujuan untuk memudahkan proses penyerapan
informasi hasil analisis oleh pengguna. Halaman hasil analisis ini bisa dilihat
pada Gambar 13.
24
Gambar 13 Tampilan hasil analisis kebutuhan irigasi oleh sistem
c. Modul informasi
Modul informasi memungkinkan pengguna untuk mendapatkan
informasi singkat mengenai irigasi maupun komoditas yang tersedia dalam
database. Modul informasi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu informasi
komoditas, informasi sekilas irigasi, serta informasi teknologi irigasi.
Informasi komoditas dan teknologi irigasi sendiri terbatas pada komoditas dan
teknologi irigasi yang tersedia di database sebagai pilihan input. Penambahan
modul informasi ini bertujuan untuk menambah pemahaman pengguna terkait
komoditas atau teknologi irigasi yang akan digunakan. Contoh tampilan
modul informasi bisa dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Tampilan hasil analisis kebutuhan irigasi oleh sistem
25
d. Modul profil (tentang sistem)
Modul profil adalah modul yang ditambahkan sebagai media informasi
bagi pengguna terkait sistem. Modul ini akan menampilkan halaman yang
berisi informasi mengenai versi sistem yang digunakan serta tim pengembang
sistem. Pada halaman informasi ini juga diberikan link sebagai media update
sistem oleh pengguna. Tampilan halaman modul profil bisa dilihat pada
Gambar 15.
Gambar 15 Tampilan halaman profil sistem
Peluncuran Aplikasi
Tahapan peluncuran aplikasi merupakan tahap pengemasan sistem menjadi
sebuah aplikasi mobile android yang siap pakai. Pengemasan aplikasi ini bertujuan
untuk mempersiapkan aplikasi yang siap diunduh oleh pengguna serta pembuatan
atribut dan lisensi sistem.
Tahapan pengemasan ini dilakukan dengan cara melakukan export seluruh
berkas kode program dan database yang dibutuhkan oleh sistem kedalam sebuah
berkas berekstensi apk (*.apk), yaitu ekstensi khusus bagi aplikasi mobile
berbasis android. Sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi ini dikemas
kedalam berkas app_konsultasi_irigasi.apk yang kemudian disimpan kedalam
suatu direktori online untuk memungkinkan proses pengunduhan aplikasi oleh
calon pengguna sistem. Sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi ini bisa
diunduh melalui alamat http://bit.ly/app-irigasi atau http://goo.gl/Yuv7Nc.
Pengujian
Tahap pengujian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengujian tahap
pertama dengan menggunakan emulator serta pengujian tahap dua pada device
berbasis android. Pengujian tahap pertama dilakukan sebelum peluncuran aplikasi
dilakukan. Pengujian tahap pertama ini dilakukan secara berkelanjutan untuk
setiap modul yang telah selesai dibuat untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan
kode program dalam modul yang baru saja dibuat. Selanjutnya pada tahap akhir
26
saat semua modul selesai dibuat, dilakukan pengujian ulang secara menyeluruh
dengan menjalankan aplikasi melalui emulator untuk melihat ada tidaknya
kesalahan yang mungkin terjadi akibat adanya interaksi antar modul dalam sistem.
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa semua modul dalam
sistem berjalan dengan baik pada emulator android. Tabel 3 memperlihatkan hasil
pengujian tahap pertama terhadap fungsi-fungsi dan modul dalam sistem yang
dikembangkan.
Tabel 3 Hasil pengujian menggunakan emulator android
No. Modul Hasil Pengujian
1. Konsultasi Berjalan dengan baik
2. Deteksi Lokasi Berjalan dengan baik
3. Informasi Komoditas Berjalan dengan baik
4. Informasi Irigasi Berjalan dengan baik
5. Informasi Teknologi Irigasi Berjalan dengan baik
6. Profil (Tentang Sistem) Berjalan dengan baik
Pengujian tahap dua dilakukan setelah dilakukan tahap peluncuran aplikasi.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan distribusi aplikasi
kepada pengguna. Tahap pengujian ini dimulai dari proses pengunduhan aplikasi
dari direktori online, proses instalasi aplikasi pada device berbasis android, serta
proses menjalankan aplikasi yang telah diinstall. Pengujian ini dilakukan
menggunakan device smartphone Samsung Galaxy Tab 2 10.1 dengan OS android
versi 4.0.3 dan smartphone Sony Xperia Go ST27i dengan OS android 4.1.2.
Skenario pengujian eksternal dilakukan dengan melakukan pengunduhan
aplikasi dengan melakukan akses alamat url http://bit.ly/app-irigasi. Dengan
melakukan akses ke alamat url tersebut pengguna akan dibawa ke direktori online
penyimpanan aplikasi yaitu fasilitas Google Drive. Untuk selanjutnya dilakukan
pengunduhan berkas aplikasi yang terdapat pada direktori tersebut. Setelah
aplikasi berhasil diunduh, tahapan selanjutnya adalah proses instalasi aplikasi
kedalam device android yang digunakan. Setelah tahap instalasi berhasil, ikon
aplikasi konsultasi irigasi akan ditambahkan oleh sistem android kedalam menu
pada device. Tahapan instalasi pada komputer tablet Samsung Galaxy Tab 2 10.1
bisa dilihat pada Gambar 16.
27
Gambar 16 Tahapan instalasi aplikasi pada komputer tablet
Setelah proses instalasi berhasil, tahap selanjutnya adalah proses pengujian
fungsional dari modul-modul yang terdapat dalam sistem. Modul-modul sistem
yang diuji pada tahap ini sama dengan modul-modul yang diuji pada tahap
pengujian internal. Hasil dari pengujian eksternal ini menunjukkan bahwa sistem
distribusi aplikasi yang dimulai dari tahap pengunduhan aplikasi, instalasi, serta
pengujian fungsional modul-modul ini berhasil tanpa adanya error atau kesalahan
sistem. Pada pengujian ini juga diketahui bahwa tampilan aplikasi kurang
maksimal pada device smartphone yang memiliki tombol navigasi pada layar
device. Skenario pengujian pada pengujian tahap dua bisa dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengujian eksternal aplikasi
No. Komponen
Pengujian Skenario Pengujian Hasil
1. Download
aplikasi Membuka aplikasi web
browser
Mengisikan alamat
http://bit.ly/app-irigasi pada
address bar
Berjalan dengan baik
2. Instalasi Membuka berkas instalasi
Melakukan instalasi
aplikasi
Berjalan dengan baik
3. Modul
konsultasi Memilih “Tasikmalaya”
pada input lokasi
Memilih komoditas
“Jagung” dan teknologi
“Irigasi Tetes”
Berjalan dengan
baik
Butuh waktu
dalam melakukan
deteksi lokasi dari
GPS
28
No. Komponen
Pengujian Skenario Pengujian Hasil
Memasukan input luas “2
ha” dan tanggal tanam
“26/10”
Memilih “0.5” sebagai
diameter lateral
Memilih “1.5” sebagai
diameter manifold
Memilih “Drip Emitters
(D4)” sebagai jenis penetes
Memilih “4.1” sebagai debit
penetes
Pada pengujian tahap dua yang berdasarkan pada skenario didapatkan hasil
kebutuhan air 79.44 mm/periode untuk periode kedua, serta 0 untuk periode
pertama dan ketiga. Logika sistem sendiri dirancang untuk menampilkan nilai 0
sebagai kebutuhan air jika kebutuhan air tanaman masih bisa dipenuhi oleh curah
hujan pada selang periode tersebut. Hal ini berarti bahwa hasil kebutuhan air yang
ditampilkan pada menu hasil sesuai scenario pada tabel 4 merupakan kebutuhan
air yang perlu ditambahkan melalui proses irigasi. Untuk selanjutnya didapatkan
lama operasi 20 menit/hari untuk periode kedua serta 0 untuk periode pertama dan
ketiga. Nilai lama operasi didasarkan pada total kebutuhan air irigasi dan debit
penetes yang dipilih, yaitu 4.10 l/jam. Hasil pengujian tahap dua ini bisa dilihat
pada Gambar 17.
Gambar 17 Hasil pengujian tahap dua
29
* Piranti lunak simulasi neraca kadar air tanah yang telah dikembangkan oleh Dr. Ir. Mohamad
Solahudin, M.Si.
Hasil pengujian ini selanjutnya dibandingkan dengan grafik simulasi kadar
air tanah yang diperoleh dari piranti lunak simulasi neraca air tanah*. Grafik
simulasi kadar air tanah untuk tanaman jagung pada tanggal tanam sesuai dengan
skenario pengujian bisa dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Grafik simulasi kadar air tanah
Pada Gambar 18 ditampilkan grafik kadar air tanah (KAT), titik layu
permanen (TLP), kapasitas lapang (KL), serta titik aman. Titik aman menjadi
penentu dalam pemberian irigasi. Jika kadar air tanah pada hari tersebut berada di
atas batas aman maka irigasi tidak akan dilakukan, dengan kata lain kebutuhan air
tanaman pada hari itu adalah nol. Sebaliknya, jika kadar air tanah berada di bawah
batas aman maka perlu dilakukan aplikasi irigasi sebanyak selisih batas aman
dengan kadar air tanah. Pada grafik terlihat bahwa pada selang periode 55 hari
pertama umur tanaman jagung grafik kadar air tanah berada diatas titik aman,
sedangkan pada periode hari ke-76 hingga hari ke-80 umur tanaman grafik kadar
air tanah berada dibawah titik aman sehingga dibutuhkan tambahan air irigasi. Hal
ini sesuai dengan keluaran sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi yang
menampilkan adanya kebutuhan air irigasi untuk selang periode kedua atau pada
selang periode hari ke-56 hingga hari ke-95 umur tanaman jagung.
Pemeliharaan Sistem
Tahap pemeliharan sistem merupakan tahap yang dilaksanakan secara
berkala untuk memastikan sistem yang telah dikembangkan bisa dimanfaatkan
dengan baik oleh pengguna. Tahap pemeliharaan sistem ini dilakukan dengan
melakukan pengecekan link pengunduhan aplikasi secara berkala untuk
memastikan aplikasi tetap bisa diunduh oleh pengguna. Jika link yang tersedia
tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu segera dilakukan perbaikan.
Tahap pemeliharaan ini juga meliputi proses update konten sistem sesuai dengan
kebutuhan. Tahap update konten dilakukan oleh system developer yang berperan
sebagai administrator dengan melakukan penambahan konten baik pada berkas
basis data maupun pada berkas kode program. Untuk selanjutnya sistem yang
telah update dikemas kembali kedalam berkas apk dan disimpan dalam direktori
online yang sama untuk bisa diunduh oleh pengguna melalui menu profil pada
aplikasi yang digunakan.
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi bertekanan berbasis android
ini bekerja dengan melakukan analisis terhadap data masukan dari pengguna yang
terdiri dari input kota sebagai lokasi tanam, komoditas atau tanaman, teknologi
irigasi yang akan digunakan, luas lahan, tanggal penanaman, diameter pipa lateral
dan manifold, jenis emitter (irigasi tetes) atau diamater nozzle (irigasi curah), serta
debit sub sistem. Sistem yang dibangun berhasil menampilkan hasil analisis
kebutuhan air irigasi dan kebutuhan hidrolika irigasi untuk pemberian irigasi
harian sesuai dengan hasil pengujian yang telah dilakukan. Sistem ini sendiri
berjalan dengan baik pada semua perangkat berbasis android yang dilengkapi
dengan akses internet dan GPS. Tampilan aplikasi sendiri kurang maksimal pada
device smartphone yang memiliki tombol navigasi pada layar device.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi
kekurangan-kekurangan pada sistem yang dikembangkan sehingga bisa menjadi
saran untuk pengembangan sistem lebih lanjut. Adapun saran yang dimaksud
adalah :
a. Sistem ini bisa dikembangkan dengan menambahkan alternatif input
komoditas ataupun input lokasi dengan melakukan penambahan informasi
kedalam basis data sistem.
b. Penggunaan fitur deteksi lokasi belum maksimal dikarenakan belum
tersedianya basis data cuaca secara online. Untuk selanjutnya bisa
dikembangkan basis data yang disimpan pada direktori online sehingga sistem
bisa digunakan secara bebas dilokasi manapun.
c. Dapat dilakukan analisis lanjutan terkait faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga hasil analisis kebutuhan air
oleh sistem bisa lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ikhsan, SH. 2012. Pengembangan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum
annuum L) berbasis android [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Denis A, Wixom BH, Tegarden D. 2009. System Analysis & Design with UML
Version 2.0 : an Object-Oriented Approach 3rd
. New Jersey (US) : John
Wiley & Sons, Inc.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1998. Crop
evapotranspiration : Guidelines for Computing Crop Water Requirements.
FAO Irrigation and drainage paper 56. Rome (IT) : FAO
31
Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer Untuk
Pertanian. Bogor (ID) : FMIPA-IPB
Hermawan S. 2011. Mudah Membuat Aplikasi Android. Yogyakarta (ID) :
Penerbit Andi
Kartasapoetra AG, Sutedjo MM. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian. Jakarta
(ID) : Bumi Aksara
Pohan YG. 1998. Rancangan irigasi sprinkler untuk tanaman bawang merah
(Allium Ascalonacium L.) pada jaringan irigasi air tanah (TW. 81) di Kec.
Cikijing, Kab. Majalengka, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor
Prastowo dan Liyantono. 2002a. Prosedur Desain Irigasi Tetes. Bogor (ID) :
Bagian Teknik Pertanian IPB Bogor.
Prastowo dan Liyantono. 2002b. Prosedur Rancangan Irigasi Curah. Bogor (ID) :
Bagian Teknik Pertanian IPB Bogor.
Rosegrant MW, Ximing C, Cline SA. 2002. World Water and Food to 2025 :
Dealing with Scarcity. Washington DC (US) : International Food Policy
Research Institute.
Tendalangi E. 1999. Rancangan jaringan irigasi tetes untuk tanaman cabai merah
hibrida (Capsicum annum var. longum L.) di Proyek Cabai-Resinda,
Karawang [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 26 Oktober 1991 dari ayah
Djafar Ismail dan ibu Lintje B.K. Alam. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri Insan
Cendekia Gorontalo dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Teknik Pertanian yang
sekarang telah berganti nama menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktik Lapangan di PT. PG. Rajawali
II Unit PG. Subang dengan judul kegiatan praktik lapang Mempelajari Aspek
Keteknikan Pertanian Pada Penjadwalan Olah Tanah di PT. PG. Rajawali II Unit
PG. Subang. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kepengurusan
Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA).