Pemanfaatan Daun Salam dan Kulit Jeruk sebagai Obat Penghilang Plak Gigi.docx
Ragam Isi - Muhammadiyahtabligh.muhammadiyah.or.id/muhfile/tabligh/download/BerkalaTUNTUNAN... ·...
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of Ragam Isi - Muhammadiyahtabligh.muhammadiyah.or.id/muhfile/tabligh/download/BerkalaTUNTUNAN... ·...
Salam Tabligh:Setiap orang pasti punya keinginan,yang kemudian diperjuangkannya.Dalam upayanya itu adakalanya diagagal. Apapun alasannya, kegagalanadalah kegagalan meskipun banyakpenyebab yang bisa dijadikan dalih ataualasan. Tapi jangan sampai terjadi, dalihatau alasan itu mengurangi enegi untuk
bangkit .................................................... 4
Tafsir al-Qur’an:Surat al-Baqarah ayat 47-48Kadang orang mencampuradukkanantara kelebihan (al-afdhaliyyah) yanglebih bersifat duniawi seperti harta, kekuatan, kecantikan, atau kepandaiandengan kelebihan (al-khairiyyah) yanglebih bersifat terutama dalam halhal kebajikan dan kesalihan dan halhal yang
bersifat akhirat. ...................................... 8
Tuntunan Akidah:Perkaraperkara Perusak Akidah Tauhid:Taqlid, Bid’ah dan Khurafat(Pembahasan tentang Bahasa danSolusinya Sesuai Qur’an Sunnah)
................................................ 25
foto sampul: embung & gunung purba Nglanggeran Yogyakarta (F.T. Nugroho) disain: [email protected]
Tuntunan Akhlak:Adab di Jalan .............................................. 30Tuntunan Ibadah:Shalat Tahiyatul Masjid ........................................ 37Tuntunan Muammalah:Jual Beli yang Dilarang dalam Islam ................ 47Syarah Hadits:Harta dan Kunci Kebahagiaan ....................... 54
Ragam Isi
ISLAMBERKALA TUNTUNAN ISLAM
Penasehat Ahli: Drs. H. Muhammad Muqoddas, Lc., M.A., Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, M.A.Pemimpin Umum: Agus Sukaca | Pemimpin Perusahaan: Ismail TS Siregar.Pemimpin Redaksi: Farid Bambang Siswantoro. Sidang Redaksi: Sutoto Jatmiko, Farid Setiawan, Arif Jamali Muis, Arief Budiman Ch.,Majelis Redaksi: Anhar Anshori, Ahmad Supriyadi, Agus Taufiqurrahman, Agus Kusnadi, Agus Tri Sundani, Ahmad Muttaqin, AhmadYani, Alfis Chaniago, Andy Dermawan, Fathurrahman Kamal, Imron Anhar, Kamiran Qomar, Kasiyarno, Khamim Zarkasih Putro,Marsudi Iman, Moh. Damami Zein, Muhammad Furqan, Muhammad Ziyad, Munichy B. Edrees, Najib Sudarmawan, NurudinTriwidiyanto,Okrisal Eka Putra, Risman Muhtar, Shobahussurur, Suhairy Ilyas, Sukirman, Syakir Jamaluddin, Syamsul Hidayat, Waharjani, Wijdanal-Arifin, Wikan Eko Pramuji, Yusuf A. Hasan., Zulbahri Sutan Bagindo.Kontributor Materi: dr. H. Agus Sukaca, M.Kes., Drs. H. M. Yusron Asrofie, M.A., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Dr. Mahli Z.Tago, M.Si., Drs. H. Zaini Munir Fadloli, M.Ag., Ruslan Fariadi, S.Ag., M.SI., Dr. H. Agung Danarta, M.Ag., dan lain-lain.Manajer Pemasaran dan Periklanan: Agus Budiantoro | Manajer Keuangan: Taufiqurrahman | Manajer Operasional danAdministrasi: Fitri T. Nugroho; Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 HP. 081804085282, 085328877997, 085729844448. email: [email protected]
Akun bank: Bank Syariah Mandiri nomor: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM.
THE WAY OF LIFE
Rabbana dzalamna anfusana, wa in lamtaghfir lana wa tarkhamna lanakunanna
minal-khasirin.
“Ya Tuhan kami, kami telah mendhalimi dirikami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmatkepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orangorang yang merugi.”
"Our Lord! we have been unjust to ourselves,and if Thou forgive us not, and have (not)mercy on us, we shall certainly be of the
losers." (7:23)
4 Berkala Tuntunan ISLAM
Salam Tabligh
Agus Sukaca
BANGKIT DARISETIAP KEGAGALAN
Pembaca yang budiman!
Setiap manusia pasti punya keinginan.
Keinginan yang diperjuangkan de
ngan kesungguhan hati adalah suatu
impian atau citacita. Impian ini melibat
kan gelombang emosi yang membuat
seseorang menjadi sangat terobsesi un
tuk mewujudkannya, dengan segala daya
dan upaya yang mampu dilakukannya,
sehingga ia akan berjuang sungguhsungguh. Impian melibatkan harga diri.
Seseorang bisa merasa terhina bila tidak
mampu mewujudkan impianimpiannya.
Berbeda dengan sekedar keinginan, se
seorang merasa biasabiasa saja bila
keinginannya tidak terwujud.
Apakah semua orang menemukan
jalan mudah dalam mewujudkan impian
impiannya? Kenyataannya tidak! Semua
orang pernah mengalami kegagalan
dalam meraih apa yang diimpikan.
Riwayat orangorang yang sukses biasanya didahului dengan berbagai macam
kegagalan. Thomas Alfa Eddison misal
nya, sukses menemukan lampu pijar se
telah melakukan percobaan yang ke
seribu kali. Ia gagal pada 999 kali percobaan sebelumnya. Setiap gagal dalam
percobaannya, ia menyikapinya dengan
positif dengan mengatakan: “Saya telah
berhasil menemukan metoda yang tidak
menghasilkan lampu pijar”. Ia kemudian
mencari cara lain berulangulang sampai
pada akhirnya menemukan cara yang yang
benar. Coba kalau dia berhenti pada per
cobaan sebelum yang keseribu, pastilah
adanya lampu pijar bukan karena pe
nemuannya. Keuletannya untuk bangkit
dari setiap kegagalan dan mencobanyahingga berhasil mengantarkannya kepada
kesuksesan.
Seharusnyalah kita tidak risau dengan
kegagalan karena semua orang pernah
mengalaminya. Tidak mungkin halhal
yang kita lakukan semuanya berhasil. Kita
harus melaluinya sebagai bagian dari
proses menuju keberhasilan. Bukankah
kita telah punya pengalaman gagal ber
kalikali dan selalu bangkit setelah meng
alaminya? Coba Anda ingat, berapa kali
waktu kecil dahulu Anda terjatuh saatbelajar jalan? Pasti berkalikali! Tak se
orangpun yang langsung bisa berjalan dan
berlari. Mulamula kita belajar berdiri
dengan takuttakut, terjatuh, berdiri lagi,
5EDISI 16/2014
terjatuh lagi, berdiri lagi, melangkah,
terjatuh, berdiri dan melangkah lagi, dan
lagi, dan lagi....Tak ingat berapa kali kita
terjatuh. Yang pasti, meskipun terjatuhkita bangkit lagi dan lakukan lagi.
Kegagalan adalah bagian dari tahapan
keberhasilan. Kita harus menerimanya
dengan lapang dada dan penuh ke
sabaran. Pepatah Jepang mengatakan:
“Jika terjatuh untuk yang ketujuh kalinya,
bangkitlah untuk kesempatan yang ke
delapan.” Artinya, kita harus senantiasa
bangkit dari setiap kegagalan, tidak boleh
lamalama bersedih dan berhenti berju
ang. Hidup ini harus diisi dengan perju
angan demi perjuangan tanpa henti, danbaru boleh berakhir ketika Malaikat Ma
ut datang menjemput kita menuju keha
ribaan Allah SWT.
Saat mengalami kegagalan boleh jadi
kita sedih, berduka cita, kecewa, dan
merasa tak nyaman. Itu manusiawi! Yang
penting jangan sampai berlarutlarut. Bila
Anda mengalaminya, bersegeralah bangkit
dengan mengatasi kesulitankesulitan yang
menyebabkan kegagalan itu.
Rasulullah SAW mengajarkan doa
menghadapi kesulitan dan duka cita dengan ungkapan yang sangat indah:
“Ya Allah, aku ini adalah hamba-Mu,
anak dari hamba-Mu laki-laki dan
hamba-Mu perempuan, ubun-ubunku
berada dalam tangan-Mu, berlakulah
atasku hukum-Mu, adillah atasku tak-
dir-Mu. Aku memohon kepada-Mu de-
ngan nama-nama kepunyaan-Mu,
yang Engkau namai dengannya diri-
Mu, atau yang Engkau turunkan di
dalam kitab-Mu, atau yang Engkau
ajarkan kepada seseorang di antara
makhluk-Mu, atau yang Engkau sim-
pan dalam perbendaharaan gaib di
sisi-Mu. Jadikanlah al-Quran menjadikesuburan hatiku, dan cahaya bagi da-
daku, dan penyirna segala kesusahan
dan kesulitan, dan penghilang duka-
cita.”
Bersabda Nabi SAW: Tidaklah me-
nimpa kepada seseorang suatu kesu-
sahan, kalau dibacanya doa ini, mela-
inkan akan dihilangkan Allah kesu-
sahannya itu dan digantikan dengan
kegembiraan. (HR Ahmad, AlHakim,
Ibnu Hibban)
Doa tersebut merupakan penuntunbangkit dari kesusahan dan kesulitan me
nuju kegembiraan. Jalannya diawali de
ngan pengakuan sebagai hamba Allah
SWT., pernyataan tunduk kepada hukum
Allah SWT. dan keyakinan akan keadilan
takdirNya. Selanjutnya, berkomitmen
menjadikan AlQuran sebagai penyuluh
hati penerang jiwa yang mengarahkan
perjalanan hidupnya menghadapi segala
rintangan, kesulitan, dan kesusahan hidup.
Kita harus menilai setiap apapun yang
ditetapkan Allah untuk kita alamisebagai yang terbaik bagi kita, dan berani
bertanggungjawab terhadap apapun hasil
dan akibat dari respon yang kita berikan.
Jangan sampai kita suka membuat dalih
dan alasan, apalagi menimpakan kesa
lahan terhadap kegagalan kita dialami
kepada orang lain.
Membuat alasan atau dalih sesung
guhnya merupakan upaya mencari sim
pati agar orang lain memaklumi terhadap
kegagalan yang dialami. Yang harus kita
6 Berkala Tuntunan ISLAM
ingat, apapun alasannya kegagalan te
taplah kegagalan. Semakin pandai mem
buat alasan, semakin banyak toleransi
untuk tetap gagal dan mengurangkanenergi untuk bangkit. Sedangkan menim
pakan kesalahan kepada orang lain atas
kegagalannya merupakan sikap pengecut
karena tidak berani bertanggung jawab.
Orang yang berpikir positif berani
mengambil tanggung jawab atas setiap
kegagalan yang dialami dan mengambil
pelajaran darinya. Apa yang telah terjadi
padanya adalah ketentuan yang harus
diterimanya dengan baik dan dirasakan
adil adanya. Kegagalan tidak boleh me
nimbulkan dukacita berlarutlarut, tetapijustru menjadi momentum bangkit lagi.
Apa yang dilakukan Garuda Indo
nesia, maskapai penerbangan kebang
gaan kita, dapat dijadikan contoh. Be
berapa tahun lalu Garuda mendapatkan
sanksi larangan terbang ke Eropa. Tentu
ini merupakan kenyataan pahit. Banyak
yang menyarankan agar Pemerintah In
donesia membalas sanksi tersebut de
ngan sanksi yang sama bagi maskapai pe
nerbangan Eropa ke Indonesia, bahkan
sampai pembekuan hubungan diplomatik.Bagi Garuda Indonesia, di bawah ke
pemimpinan Emirsyah Satar, kenyataan
pahit tersebut justru dijadikan momentum
melakukan transformasi menjadi maska
pai penerbangan yang berkelas. Garuda
bangkit dari kegagalan tersebut dan be
kerja keras memperbaiki diri. Hasilnya
sungguh luar biasa.
Dalam Famborough International
Airshow pada 2012, Garuda Indonesia
mendapatkan dua penghargaan, yakni
“The Best Regional Airline in Asia”
dan “The World’s Best Regional
Airline” dari Skytrax. Skytrax adalah
lembaga yang khusus memeringkatmaskapai penerbangan berjadwal dan
bandarabandara di seluruh dunia yang
berbasis di London. Garuda Indonesia
berhasil mengalahkan maskapai pener
bangan ternama Asia seperti Singapore
Airline, Malaysia Airline, Cathay Pasific,
dan lainlainya, dan menjadi yang terbaik
di dunia.
Nilai seseorang tidak ditentukan oleh
peristiwa apa yang terjadi padanya, tetapi
oleh bagaimana responsnya terhadap
peristiwa itu. Peristiwa yang dialami bolehsama, misalnya mendapat musibah yang
sama atau mendapat kenikmatan yang
sama. Setiap orang memberikan respon
yang berbeda atas peristiwaperistiwa
yang dialaminya itu.
Kita tidak bisa memilih peristiwa apa
yang akan kita alami karena berada di
luar kendali kita, tetapi kita bisa memilih
respon terhadap setiap peristiwa yang
kita alami. Anda bisa merespon dengan
cara positif atau negatif, semuanya ter
serah pada pilihan Anda. Memilih responnegatif mengantarkan Anda menjadi
pecundang, dan memilih respon positif
mengantar kepada kesuksesan.
Marilah kita pilih respon positif! Ter
hadap peristiwa yang menyenangkan kita
merespon dengan bersyukur kepada
Allah dan berterima kasih kepada orang
orang yang ikut andil atas datangnya
kesenangan tersebut. Terhadap peristiwa
yang tidak menyenangkan kita bersabar
dan berprasangka baik kepada Allah,
7EDISI 16/2014
bahwa Dia mendatangkan kesulitan
tersebut adalah dalam rangka memberi
kan kemudahan buat kita.
Merespon dengan cara negatif ataskesulitan yang kita alami tidak
menjadikan lebih baik. Marah atau kesal
terhadap halhal yang yang berada di luar
kendali kita hanya menghabiskan energi
dan membuat suasana hati tidak nyaman.
Lebih baik dijadikan momentum untuk
meraih kesuksesan yang lebih besar.
Pernahkan Anda kesal karena hujan
lebat saat Anda punya janji pertemuan
penting? Bagaimana kalau hujannya tidak
berhentiberhenti? Boleh jadi Anda tam
bah kesal dan marah. Hujan lebat tidakberada dalam wilayah kendali Anda.
Kekesalan Anda tidak membuat hujan
menjadi reda. Marah dan kesal memer
lukan energi besar dan membuat suasana
hati tidak nyaman. Dari pada mengha
biskan energi untuk kekesalan, lebih baik
segera ambil jas hujan atau payung, dan
Anda tetap dapat menunaikan janji serta
menikmati suasana hujan. Sesuatu yang
berada di luar wilayah kendali kita tidak
bisa kita ubah, seperti halnya iklim dan
cuaca. Kekecewaan dan kemarahan tidak akan memperbaiki suasana. Lebih
baik kita mengatur respons positif yang
bisa kita lakukan.
Dalih atau alasan merupakan pe
nyumbat pembuluh darah sukses. Se
seorang membuat dalih hanyalah untuk
memuaskan diri sendiri agar dimaklumi
orang lain, bahwa kegagalan yang dia
laminya merupakan sesuatu yang wajar
dan ada alasannya. Ia akan membuat
alasan ketika gagal memenuhi janjinya.
Ketika tidak menghadiri rapat juga akan
mencaricari alasan. Hasil ujian jelek,
juga ada alasannya.
Semakin Anda sering membuat dalihdan alasan, semakin jauh kesuksesan
menghampiri Anda. Penyakit yang lebih
parah lagi adalah menimpakan kesalahan
kepada orang lain atas kegagalan yang
ia alami. Penyakit ini menjadi penyumbat
serius pembuluh darah sukses. Gagal
ujian disalahkan dosen pengujinya,
“Kenapa soalnya sulitsulit.” Gagal ber
wirausaha yang disalahkan orangtuanya,
“Tidak memberi modal yang cukup.” Se
tiap kegagalan yang dialami, yang di
salahkan orang lain. Ia tidak mengambiltanggung jawab atas kegagalannya itu.
Pembaca yang budiman!
Marilah kita berusaha menahan diri
dari menyalahkan orang lain atas masalah
yang kita hadapi dan tidak membuat dalih
atau alasan. Selanjutnya, senantiasa
bangkit berusaha lagi. Janji Allah: “Maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan, sungguh bersama kesu-
litan ada kemudahan” (Qs. Alam Nasy
rah: 56). Kita yakini janji Allah pasti
terjadi, karena Dia tak pernah ingkarjanji!
Bangkit dari setiap kegagalan, berani
bertanggung jawab, tidak berdalih dan
menyalahkan orang lain, Insya Allah
kesuksesan segera menghampiri Anda!
Wallahu A’lam Bishawab.
Semporna Sabah, 16 Pebruari 2014
Agus Sukaca
8 Berkala Tuntunan ISLAM
Tafsir al-Qur’an
SURAT AL-BAQARAHAYAT 47-48
Surat alBaqarah ayat 48 ini juga
diulang lagi dalam ayat 123,
meskipun dengan redaksi kalimat
yang berbeda.
Dan takutlah kamu kepada suatu hari
di waktu seseorang tidak dapat meng-
gantikan seseorang lain sedikit pun
dan tidak akan diterima suatu tebusan
daripadanya dan tidak akan memberi
manfaat sesuatu syafaat kepadanya
dan tidak (pula) mereka akan ditolong.
(Qs. alBaqarah: 123)
Secara khusus, juga
pada ayat 40, perintah ini ditujukan padakelompokkelompok Bani Isra’il yang
berada di Madinah pada Zaman Nabi
Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam
dan secara umum tentunya juga sesu
dahnya dan di mana saja mereka berada.
(Penjelasan lumayan panjang atas
potongan ayat ini, lihat Tafsir Surat al
Baqarah ayat 4041 pada edisi ter
dahulu).
Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu
atas segala umat
Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada hari itu)
seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan
(begitu pula) tidak diterima syafa‘at dan tebusan daripadanya, dan
tidaklah mereka akan ditolong. (Q. alBaqarah: 4748)
9EDISI 16/2014
udzkuruu: ingatlah kamu. Kata ini
yang merupakan katakerja dari kata
dasar dzikir (dzikr: ) yang memiliki
arti mengingat dan menyebut.
ni’matiya: nikmatKu (Allah).
Kata nikmat di sini berarti segala macam
nikmat. Kenikmatan (an-ni’mah: )
di sini adalah kata benda jenis (isim jenis
dalam istilah tata bahasa Arab) yang
berarti segala macam kenikmatan (an-
ni’am: ).
Nikmat dalam bahasa Arab me
ngandung arti kebutuhan hidupnya lebih
dari sekedar tercukupi, dirasakan me
nyenangkan, keadaannya baik dan terasa
mudah.
allatii an’amtu ‘alai-
kum: yang telah Aku anugerahkan ke
padamu, yang telah Aku berikan nikmat
itu kepadamu.
wa annii
fadhdhaltukum ‘ala al-‘aalamiin: Dan
bahwa Aku (Allah) telah memberikan
berbagai kelebihan (keutamaan) melebihi
bangsa lainnya.
Kelebihan ini terjadi pada masa lalu,
yaitu pada masa Nabi Musa ‘alaihis sa
laam ketika mereka masih tunduk dan
patuh mengikuti perintah Allah subhanahuwa ta’aala.
al-‘aalamiin adalah bentuk
jamak dari kata ( ) al-‘aalam yang
sering diterjemahkan dengan alam
semesta. Kata al-‘aalamiin adalah segala
sesuatu yang ada selain Allah ta’aala
(alam semesta dan seisinya), yaitu alam
jagat raya dengan alam malaikat, alam
jin, alam manusia, alam binatang, dan alamtumbuhtumbuhan dan lainlainnya.
Kadang orang mencampuradukkan
antara kelebihan (al-afdhaliyyah) yang
lebih bersifat duniawi seperti harta, ke
kuatan, kecantikan, atau kepandaian
dengan kelebihan (al-khairiyyah) yang
lebih bersifat terutama dalam halhal ke
bajikan dan kesalihan dan halhal yang
bersifat akhirat. Oleh karena itu, kepada
kaum mu’min Allah berfirman:
Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
(mau) beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; (sedikit) di antara mereka
ada yang kemudian beriman, tetapi
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (orang mengetahui
aturan Allah ta’aala tetapi melang-
garnya). (Qs Ali Imran: 110)
wattaquu yauman: Jaga
lah dirimu (awas, waspada, hatihatilah
kamu) akan datangnya suatu hari (harikiamat, hari akhirat).
10 Berkala Tuntunan ISLAM
Menjaga diri terhadap akan datang
nya Hari Kiamat maksudnya adalah
bersikap awas dan waspada terhadap
peristiwaperistiwa yang akan terjadi,yang penuh dengan kejadiankejadian
dahsyat yang bisa sangat tidak terduga
dan menakutkan.
Caranya adalah dengan beriman
kepada Allah subhanahu wa ta’aala dan
tunduk patuh kepadaNya sesuai dengan
apa yang disampaikan dan dituntunkan
oleh Rasulullah Muhammad shalla
Allaahu ‘alaihi wa sallam melalui al
Qur’an dan Sunnahnya dengan bukti
amal shalih.
(Perihal taqwa ittaquu, lihat Boks, ha
laman 12)
laa tajzii
nafsun ‘an nafsin syaiaa: seseorang
tidak dapat membela (memberi perto
longan kepada) orang lain.
Pada hari itu seseorang atau siapapun
tidak bisa memberi pertolongan kepada
orang lain. Seseorang hanya bergantung
kepada iman dan amal perbuatannya didunia. Itulah yang bisa menolong atau
membelanya.
wa laa yuqbalu
minhaa syafaa’atun: dan (begitu pula)
tidak diterima syafa‘at dari orang lain.
Ini adalah peringatan bagi orangorangkafir yang tidak akan menerima syafa’at
karena kekafirannya (tidak mau beriman
kepada Allah ta’aala dan kepada Nabi
Muhammad SAW, tidak mau shalat dan
membayar zakat).
Hal ini seperti ditegaskan dalam ayat
berikut:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas
apa yang telah diperbuatnya (38).
Kecuali golongan kanan (39). Beradadi dalam surga, mereka tanya mena-
nya (40). Tentang (keadaan) orang-or-
ang yang berdosa (41). “Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?” (42). Mereka menjawab:
“Kami dahulu tidak termasuk orang-
orang yang mengerjakan salat (43).
Dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin (44). Dan adalah kami
membicarakan yang batil, bersama
dengan orang-orang yang membica-
rakannya (45). Dan adalah kami
mendustakan hari pembalasan (46).Hingga datang kepada kami kema-
tian” (47). Maka tidak berguna lagi
bagi mereka syafaat dari orang-orang
yang memberikan syafaat (48). Maka
mengapa mereka (orang-orang kafir)
berpaling dari peringatan (Allah)?”
(49) [Qs alMudatstsir: 3849]
11EDISI 16/2014
wa laa yu’kha-
dzu minhaa ‘adlun: Dan juga tidak
diterima tebusan darinya. (Di akhirat tidak
lagi ada tebusmenebus atas kesalahan
seseorang yang kafir, tidak mau beriman).
: dan tidaklah mereka
akan ditolong dari adzab yang akan di
terima apabila mereka tidak mau ber
iman.
Dua ayat ini mengingatkan kepada Bani
Isra’il secara keseluruhan yang sebagian
besar mereka itu tidak mau beriman ke
pada kerasulan Nabi Muhammad SAW
untuk mengingat kembali nikmat Allah
ta’aala dan juga beberapa kelebihan yang
dahulu telah yang telah diberikan kepadamereka. Memang secara khusus ayat ini
berbicara kepada sekelompok Bani Isra’il
yang ada di Madinah pada saat Nabi
Muhammad berada di sana.
Pemberian peringatan ini agar Bani
Isra’il mau bersyukur dengan beriman
dan mau menerima ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.Peringatan yang lebih keras lagi ada
lah agar Bani Isra’il awas dan waspada
untuk menjaga diri akan datangnya Hari
Kiamat yang pada saat itu manusia tidak
akan selamat kecuali dengan menerima
iman kepada apa yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Bagi orang yang tidak
beriman, maka saat itu syafaat (perto
longan) tidak akan diterima dan tidak aka
nada gunanya. Bagi orang kafir, tidak
mau beriman (tidak mau beriman kepada
Allah ta’aala dan kepada Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam, tidak
mau shalat dan membayar zakat), maka
saat itu tidak ada tebusan tidak pula ada
bantuan.
Narasumber utama artikel ini:
M. Yusron Asrofie
Pelajaran dari Al-Baqarah ayat 47-48
1. Kita diperintahkan, diutamakan untuk mengingat nikmatnikmat Allah ta’aala
dan tentu saja untuk mensyukurinya. Rasa syukur dilakukan dengan
mengucap Alhamdulillah atau menambah ketaatan dalam beribadah kepada
Allah ta’aala.
2. Sungguhsungguh menjaga diri dengan mewaspadai akan datangnya adzab
Hari Kiamat dengan beriman kepada Allah ta’aala dan beramal shalih sertameninggalkan halhal yang tidak benar.
3. Peringatan bahwa pada hari kiamat tidak akan diterima syafa’at (per
tolongan), tidak ada tebusan dan tidak ada pertolongan bagi orang yang
tidak mau beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul Allah Muhammad
shalla Allahu ‘alaihi wa sallam.
12 Berkala Tuntunan ISLAM
Ada kesan kuat bahwa kita semua
dihadapkan pada sebuah mak
na dari kata taqwa yang kalau kita ber
pikir serius harus ada tinjauan ulang.
Selama ini kata taqwa terutama ketika
dihadapkan pada obyek Allah (maf’uul
bih) maka orang cenderung mengarti
kan “takutlah kepada Allah”. Padahal,
kalau melihat sifat Allah yang Maha
Pengampun: ghafuur disebut 91
kali dan ghaffaar disebut lima
kali.
Sementara itu, sifat Allah yang Maha
Penyayang: al-Rahiim ada 34
kali disebut, sedangkan kata yang Maha
Pengasih: al-rahman disebut 48kali. Padahal sifat Allah yang Maha
Dahsyat Hukumannya (
cuma ditemukan 14 kali dan dan Maha
Dahsyat Adzabnya cuma
sekali disebut.
Oleh karena itu, masihkah kita
mengartikan bertaqwa kepada Allah itu
sebagai “takutlah kepada Allah.” Mari
lah kita urai satu demi satu, ungkapan
ayat yang berkaitan dengan “taqwa”.
Makna MuttaqinKalau dilihat dari sifatsifat Muttaqin
(orangorang yang bertaqwa), maka
maknanya adalah “kumpulan segala
macam kebaikan/kebajikan”. Atau
dengan bahasa lain, muttaqin adalah
orangorang yang beriman kepada yang
ghaib (Allah, Hari Akhir, Malaikat,
Kitab, kitabkitab yang turun sebelum
Nabi Muhammad SAW sudah menjadi
barang ghaib bagi kita, dan juga para
nabi yang tidak kita jumpai secara fisik).
Selain itu, muttaqin itu juga harus
rajin dan tekun (istiqamah) mengerjakan
shalat dengan benar, menyisihkan seba
gian hartanya untuk infaq (zakat) yangitu adalah harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anakanak yatim, orang
orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orangorang yang
memintaminta; dan (untuk memerdeka
kan) budak, dan orangorang yang me
nepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orangorang yang sabar dalam kesem
pitan, penderitaan dan dalam pepe
rangan.
Akhlaq muttaqin itu adalah suka
menahan rasa dongkol (tidak dilam
piaskan menjadi kemarahan), dan sukamemberi maaf kepada orang lain. Dan
kalau berbuat salah atau tidak baik,
maka segera mohon ampunan kepada
Allah atas dosanya.
Berikut adalah ayatayat yang meng
ungkap mengenai ciriciri dan juga apa
saja yang dilakukan oleh orangorang
muttaqin.
MAKNA TAQWA DAN TAFSIRNYA
BOKS
13EDISI 16/2014
1. Alif Laam Miim. 2. Kitab (al- Qur-’an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertak-
wa. 3. (Yaitu) mereka yang beriman
kepada yang gaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami anugerahkan kepa-
da mereka. 4. Dan mereka yang beri-
man kepada Kitab (al -Qur’an) yang
telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat. 5. Mere-ka itulah yang tetap mendapat pe-
tunjuk dari Tuhan mereka, dan me-
rekalah orang-orang yang berun-
tung. (Qs alBaqarah: 15)
Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke timur dan barat itu kebajikan, te-
tapi sesungguhnya kebajikan itu ia-
lah beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang di-
cintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, mu-
safir (yang memerlukan pertolong-
an) dan orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang mene-
pati janji apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam ke-
sempitan, penderitaan dan dalam pe-
perangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang ber-takwa. (Qs alBaqarah: 177)
14 Berkala Tuntunan ISLAM
Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa,
(Yaitu) orang-orang yang menafkah-
kan (hartanya), baik di waktu lapangmaupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat meng-ampuni dosa
selain daripada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinyaitu, sedang mereka mengetahui.
Mereka itu balasannya ialah ampun-
an dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai-
sungai, sedang mereka kekal di da-
lamnya; dan itulah sebaik-baik pa-
hala orang-orang yang beramal.
Agar Kamu Sekalian Bertaqwa
Ungkapan “agar kamu bertakwa”
pada bulan Ramadhan
seringkali kita dengar dari para penceramah maupun khatib Khutbah
Jum’at. Biasanya ungkapan itu dikaitkan
dengan Puasa Ramadhan. Sebenarnya,
alQur’an memberikan beberapa cara
agar kita bertaqwa dengan mengguna
kan bentuk ungkapan “la’allakum
tattaquun” melalui beberapa ayatNya.
Berikut, beberapa ayat yang me
nunjukkan jalan agar kita bertaqwa dan
itu tidak hanya terbatas pada kewajiban
Puasa Ramadhan saja.
1. Beribadah kepada Allah, Sang
Pencipta, Pemilik/Penguasa dan
Pengatur/Pemelihara alam se-mesta dan isinya.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
Yang telah menciptakanmu dan or-ang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa (Qs. alBaqarah:21).
2. Berpegang teguh sekuat tenaga
kepada al-Qur’an dengan meng-
ingat apa yang ada di dalamnya
dan melaksanakannya.
Dan (ingatlah), ketika Kami meng-
ambil janji dari kamu dan Kami ang-
katkan gunung (Thursina) di atasmu
(seraya Kami berfirman): “Pegang-
lah teguh-teguh apa yang Kami be-
rikan kepadamu dan ingatlah selalu
apa yang ada di dalamnya, agar
kamu bertakwa” (Qs. alBaqarah: 63)
15EDISI 16/2014
Dan (ingatlah), ketika Kami meng-
angkat bukit ke atas mereka seakan-
akan bukit itu naungan awan dan
mereka yakin bahwa bukit itu akan
jatuh menimpa mereka. (Dan Kami
katakan kepada mereka): “Pegang-
lah dengan teguh apa yang telah Ka-
mi berikan kepadamu, serta ingatlahselalu (amalkanlah) apa yang terse-
but di dalamnya supaya kamu men-
jadi orang-orang yang bertakwa”
(Qs. alA’raf: 171).
3. Melaksanakan hukum qisas.
Dan dalam hukum kisas (hukum yang
setimpal dengan kejahatan yang di-lakukannya) itu ada (jaminan kelang-
sungan) hidup bagimu, hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa (alBaqarah: 179)
4. Melaksanakan Puasa Ramadhan.
Hai orang-orang yang beriman, di-
wajibkan atas kamu berpuasa seba-
gaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (Qs. alBaqarah: 183)
5. Mengikuti dan mentaati jalan
agama Islam. Tidak mengikuti
jalan lain yang bertentangan
dengan jalan agama Islam.
Dan bahwa (yang Kami perintah-
kan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu men-
cerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Al-
lah kepadamu agar kamu bertakwa
(Qs. alAn’am: 153).
Arti Bahasa dan Tafsirnya
Kalau dilihat dari asal katanya
(waqaa, yaqii, wi-
qaayah), maka taqwa adalah menjaga,
memelihara, melindungi (awas, waspa
da, dan hatihati) dari sesuatu perbuatan
dosa dan dari segala sesuatu yang me
nyakitinya, memberi madharat atau yang
membahayakan dirinya dan jiwanya,
bisa di dunia bisa di akhirat.
Bisa juga dikatakan, kata taqwa,
juga perintah ittaquu, berasal dari akarkata yang mempunyai makna “men
jaga, memelihara, melindungi” dari
sesuatu yang menyakitkan dan mem
bahayakan. Taqwa itu menjadikan diri
seseorang di dalam penjagaan atau per
lindungan dari apa yang dikhawatirkan
(ditakutkan).
Berikut adalah contohcontohnya:
16 Berkala Tuntunan ISLAM
Maka Allah menjaganya dari keja-
hatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh
a z a b y a n g a m a t b u r u k (alMukmin/
Ghafir: 45).
Mereka tidak akan merasakan mati
di dalamnya kecuali mati di dunia.
Dan Allah menjaga mereka dari
azab neraka. (Qs. adDukhan: 56).
Mereka bersuka ria dengan apa yang
diberikan kepada mereka oleh Tuhan
mereka; dan Tuhan mereka menja-
ga mereka dari azab neraka. (Qs.
athThuur: 18)
Maka Allah menjaga mereka dari
kesusahan hari itu, dan memberikan
kepada mereka kejernihan (wajah)
dan kegembiraan hati. (alInsan: 11)
Kata “Qi” dan “Quu”
Kata “qi” dan “quu”
artinya jagalah atau peliharalah dari ...
Lihat Qs 2: 201; 3: 16, 191; 40: 7, 9.
Dan diantara mereka ada orang
yang berdoa: “Ya Tuhan kami, beri-
lah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka”. (Qs. al
Baqarah: 201)
(Yaitu) orang-orang yang berdoa:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah beriman, maka ampunilah se-
gala dosa kami dan peliharalah kami
dari siksa neraka,”
(Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk ataudalam keadaan berbaring dan me-
reka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata):
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Ma-
ha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka. (Ali Imran: 191)
(Malaikat-malaikat) yang memikul
Arasy dan malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji
17EDISI 16/2014
Tuhannya dan mereka beriman ke-
pada-Nya serta memintakan ampun
bagi orang-orang yang beriman (se-
raya mengucapkan): “Ya Tuhan ka-
mi, rahmat dan ilmu Engkau meliputi
segala sesuatu, maka berilah am-
punan kepada orang-orang yang
bertobat dan meng-ikuti jalan Eng-kau dan peliharalah mereka dari sik-
saan neraka yang menyala-nyala.
(Qs. alMukmin/Ghafir: 7)
Dan jagalah (peliharalah) mereka da-
ri (balasan) kejahatan. Dan orang-
orang yang Engkau pelihara dari
(pembalasan) kejahatan pada hari
itu, maka sesungguhnya telah Eng-
kau anugerahkan rahmat kepadanya
dan itulah kemenangan yang besar”.
(Qs. alMukmin/Ghafir: 9)
Hai orang-orang yang beriman, pe-
liharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakar-
nya adalah manusia dan batu; penja-
ganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak tidak mendur-
hakai Allah terhadap apa yang dipe-
rintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang dipe-
rintahkan. (Qs. atTahrim: 6)
Ittaquu Allah atau Ittaquu Rabba-
kum
Kata ittaquu Allah atau itta-
quu Rabbakum ( artinya
adalah “taatlah kepada Allah” atau
“taatlah kepada Tuhan kamu”.
Ungkapan ini juga bisa berarti “jadilah
orangorang muttaqin” sebagaimana
terlihat dari ciriciri dan perbuatan
seperti yang dijelaskan di atas, jugamentaati perintah atau larangan Allah.
Kalau dilihat dari kata Ittaqu Allah,
yang mayoritas diikuti atau didahului
dengan perintah atau larangan, maka
artinya orang disuruh taat pada perintah
atau larangan dan itu perintah atau
larangan adalah serius sekali. Apalagi
kalau ittaqu Allah sampai disebut dua
kali dalam satu ayat, maka itu perintah
yang teramat sangat serius. Yang ini
juga sama dengan tambahan haqqa
tuqaatih. Kata taqwa di sini juga bisaberarti taat, tunduk dan patuh,
Begitu juga ittaqu yang diikuti
dengan larangan (jangan..), maka
larangan itu serius sekali.
Sementara, kalau diikuti ittaqu
dengan yang seremserem atau jelek
jelek, maka itu berarti kita disuruh
menjaga diri dari, awas, waspada, dan
hatihati sampai ke tingkat takut jangan
sampai terjerumus ke situ.
18 Berkala Tuntunan ISLAM
Maka jika kamu tidak dapat mem-
buat (nya) dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah di-
rimu dari neraka yang bahan bakar-
nya manusia dan batu, yang disedi-
akan bagi orang-orang kafir. (Qs. al
Baqarah: 24)
Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari
(kiamat, yang pada hari itu) seseo-
rang tidak dapat membela orang lain,
walau sedikit pun; dan (begitu pula)
tidak diterima syafa‘at dan tebusan
daripadanya, dan tidaklah mereka
akan ditolong.(Qs. alBaqarah: 48)
Allah itu Ahli Taqwa
Dan mereka tidak akan mengambil
pelajaran daripadanya kecuali (jika)Allah menghendakinya. Dia (Allah)
adalah Tuhan Yang patut (kita) ber-
takwa kepada-Nya dan berhak mem-
beri ampun. (Qs. alMudatstsir, 74: 56)
Allah ta’ala itu pemilik segala macam
kebaikan (taqwa), Allah itu Dzat yang
paling berhak menerima niat dan mak
sud kebaikan. Inilah ikhlas dan inilah
tauhid. Allah itu yang paling berhak un
tuk ditaati dan juga yang paling berhak
dicintai dan juga yang paling berhak
ditakuti akan kemurkaan dan adzabnya.
Selain itu, Allah adalah Dzat paling
berhak memberi ampunan atas dosa
orang yang yang bertaubat dan kembali
tunduk patuh dan taat kepada Allah.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW,
bersabda mengenai ayat ini: “Dia
(Allah) adalah Tuhan yang patut
(kita) bertakwa kepada-Nya dan ber-
hak memberi ampun.” (Qs. alMu
datstsir, 74: 56), Beliau bersabda:
“Allah ‘azza wajalla berfirman: Aku
adalah Dzat yang patut ditaati (di-
takuti), barangsiapa yang taat (ta-
kut) kepada-Ku dan tidak membuat
sesembahan bersamaku, maka Akuberhak untuk memberikan ampunan
kepadanya.” Abu Isa berkata; hadis
ini hadis hasan gharib. Suhail bukan
orang yang kuat dalam hal hadis, ia
sendirian meriwayatkan hadis ini
dari Tsabit. (HR Tirmidzi 3251)
Hati yang Bertaqwa
19EDISI 16/2014
Demikianlah (perintah Allah). Dan
barangsiapa mengagungkan syiar-syiar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul
dari ketakwaan hati. (Qs. alHajj: 32)
Sya’aa’ir (jamak), sya’iirah (tung
gal). Sya’aa’ir Allah adalah syiarsyiar
Allah, artinya segala sesuatu yang disan
darkan kepada Allah ta’ala yang berupa
perintah dan juga laranganNya. Pengagungan syiarsyiar (tandatanda) Aga
ma Allah di sini berarti memperbanyak
dan melebihkan dalam beribadah ke
pada Allah dan juga dalam menjauhi
laranganNya.
AlBara bin Azib adalah seorang
sahabat Rasul yang setia, yang mengi
kuti 14an kali perang dan pembelaan
diri bersama Rasulullah. Dalam konteks
ini, AlBara menyatakan ungkapan yang
disandarkan (marfu’) kepada Nabi
SAW sebagai berikut:
Tidak boleh berkurban dengan kam-
bing pincang dan jelas kepincang-
annya, atau kambing yang buta se-
belah dan jelas butanya, atau kam-
bing yang sakit dan jelas sakitnya,atau kurus yang tidak bersumsum
(berdaging).” (HR Tirmidzi 1417, Al
Albani: Shahih).
Dan barangsiapa mengagungkan
syiar-syiar Allah (atau, mengagungkan
perintahperintah Allah atau melak
sanakan perintahperintahNya dengan
sangat bersungguhsungguh).
maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati. Diantara pengagungan
itu adalah menyembelih kurban dengan
memilih binatang yang besar dan gemuk.Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa
pengagungan perintah itu adalah mencari
binatang kurban yang gemuk dan bagus.
Daging-daging unta dan darahnya
itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridaan) Allah, tetapi ketakwaan
dari kamulah yang dapat mencapai-
nya. Demikianlah, Allah telah me-
nundukkannya untuk kamu supayakamu mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepada kamu. Dan beri-
lah kabar gembira kepada orang-
orang yang berbuat baik.
Allah ta’ala mensyariatkan kita se
mua untuk berkurban binatang ternak
adalah supaya kita ingat kepadaNya
dan bertakbir mengagungkan asma
Nya. Dagingdaging unta dan darahnya
itu sekalikali tidak dapat mencapai
Allah, tetapi ketakwaan dari kitalah yang
dapat mencapainya.Kita harus sadar bahwa Allah itu
Dzat Maha Pencipta dan Dzat Maha
Pemberi rizqi. Oleh karena itu, dijelas
kan di dalam surat 22 ayat 37 di atas,
bahwa pada hakikatnya Allah tidak
membutuhkan baik daging maupun
20 Berkala Tuntunan ISLAM
darah binatang itu. Allah itu Maha Kaya.
Ibnu Juraij meriwayatkan, bahwa
orangorang pada masa Jahiliyyah ber
korban di Baitullah dengan daging unta
dan darahnya.
Beberapa larangan diantaranya
adalah sebagai berikut:
(Musim) haji adalah beberapa bulan
yang dimaklumi, barangsiapa mene-
tapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa menger-jakan haji. Dan apa yang kamu ker-
jakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan se-
sungguhnya sebaik-baik bekal ada-
lah takwa, dan bertakwalah kepada-
Ku hai orang-orang yang berakal.
(Qs. alBaqarah: 197)
Rafats adalah larangan bersetubuh
atau bercumbu rayu ketika sedang ber
ihram dalam rangkaian ibadah haji.
Dilarang berbuat fasiq. Fasiq ada
lah sebuah perbuatan yang keluar dariketaatan dan ketundukan kepada Allah
ta’ala berupa meninggalkan (tidak
mengerjakan) halhal yang wajib dan
melakukan halhal yang dilarang.
Dilarang jidaal, yaitu berbantah
bantahan atau bertengkar dengan mulut.
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Ra-
sulullah SAW bersabda: “Janganlah
kalian saling mendengki, saling mem-
fitnah, saling membenci, dan saling
memusuhi. Janganlah ada seseorang
di antara kalian yang berjual beli se-
suatu yang masih dalam penawaran
muslim lainnya, dan jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang saling ber-
saudara. Muslim yang satu denganmuslim yang lainnya adalah bersau-
dara, tidak boleh menyakiti, meren-
dahkan, atau menghina. Takwa itu
ada di sini (Nabi menunjuk dadanya),
beliau mengucapkannya sebanyak tiga
kali. Seseorang telah dianggap berbuat
21EDISI 16/2014
jahat apabila ia menghina saudaranya
sesama muslim. Muslim yang satu de-
ngan yang lainnya haram darahnya.
hartanya dan kehormatannya.” Telah
bercerita kepadaku Abu At- Thahir
Ahmad bin Amru bin Sarh, telah ber-
cerita Ibnu Wahab, dari Usamah yaituIbnu Zaid, dia mendengar Abu Sa’id
(budaknya Abdullah bin Amir bin Ku-
raiz) berkata; aku mendengar Abu
Hurairah berkata; Rasulullah SAW
bersabda: -kemudian perawi menye-
butkan hadis yang serupa dengan
hadis Daud, dengan sedikit penam-
bahan dan pengurangan. Diantara
tambahannya adalah; “Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada tubuh dan
rupa kalian, akan tetapi Allah melihat
kepada hati kalian. (seraya meng-
isyaratkan telunjuknya ke dadabeliau). [HR Muslim 4650]
Dari Abu Hurairah, ia berkata; Ra-
sulullah SAW bersabda: “Seorang
muslim itu saudara bagi seorang
muslim, dia tidak mengkhianatinya,tidak berdusta kepadanya juga tidak
menelantarkannya. Seorang muslim
itu haram atas muslim lainnya untuk
mengganggu kehormatannya, harta-
nya dan tidak pula menumpahkan
darahnya. Takwa itu berada di sini,
cukuplah dalam hati seseorang itu
ada keburukan apabila dia menghina
saudaranya yang muslim.” BerkataAbu ‘Isa: Ini adalah hadis hasan gha-
rib dan hadis semakna diriwayatkan
dari Ali dan Abu Ayyub. (HR Tirmidzi
1850)
Pakaian Takwa
Imam Ar-Raghib al-Ashfihani men-
jelaskan dalam kitabnya, bahwa Al-
lah menjadikan taqwa itu sebagai
pakaian dengan cara perumpamaan
atau pemisalan dan penyerupaan.
Allah SWT berfirman:
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakai-
22 Berkala Tuntunan ISLAM
an untuk menutupi auratmu dan pa-
kaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling ba-
ik. Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu
ingat. (Qs. alA’raf: 26)
Dan telah Kami ajarkan kepada Da-
wud membuat baju besi (ad-dir’ )
untukmu, guna memelihara kamu da-
lam peperanganmu; maka hendaklah
kamu bersyukur (kepada Allah). (Qs.
alAnbiya’: 80)
Dan Allah telah membuat suatu per-
umpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteram,
rezekinya datang kepadanya melim-pah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduknya) mengingkari nikmat-
nikmat Allah; karena itu Allah mera-
sakan kepada mereka pakaian kela-
paran dan ketakutan, disebabkan
apa yang selalu mereka perbuat.
Allah menjadikan kelaparan dan
ketakutan sebagai pakaian menjadi
berbentuk fisik, penyerupaan dan
penggambaran.
Kembali ke ayat pakaian taqwa:
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakai-
an untuk menutupi auratmu dan pa-
kaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling ba-
ik. Yang demikian itu adalah seba-
hagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka sela-lu ingat. (Qs. alA’raf: 26)
Wa libâs al-taqwâ dzâlika khayr
(Dan pakaian takwa itulah yang pal-
ing baik). Menurut alQurthubi, ayat ini
menerangkan bahwa takwa adalah
sebaikbaik pakaian. Ada beberapa pe
nafsiran. Setidaknya dapat dikelom
pokkan menjadi dua.
Pertama, libâs (pakaian) dalam pe
ngertian hakiki. Sehingga yang dimak
sud dengan libâs al-taqwâ adalah pakaian sebagaimana diterangkan dalam
kalimat sebelumnya. Sehingga yang di
maksud pakaian takwa adalah pakaian
yang diturunkan Allah SWT dan ber
guna sebagai penutup aurat dan per
hiasan.
Kedua, libâs (pakaian) dalam pe
ngertian majâzi (kiasan). Menurut Ibnu
‘Abbas, libâs al-taqwâ adalah amal
shalih. Qatadah dan alSuddi menaf
sirkannya sebagai iman. AlHasan ber
pendapat bahwa yang dimaksud adalahal-khayâ` (malu). Sebab itu mendorong
kepada ketakwaan. Urwah bin Zubair
23EDISI 16/2014
memaknainya sebagai sikap takut ke
pada Allah.
Dikemukakan alZamakhsyari dan
alSyaukani, pakaian takwa adalah pakaian wara’ dan menjauhi kemak
siatan. Ditegaskan alSyaukani, jiwa
yang wara’ dan takut kepada Allah itu
merupakan pakaian yang paling baik
dan indah. Pengertian ini meliputi seluruh
keadaan dan perbuatan yang tercakup
dalam ketakwaan dan semua penafsiran
yang disebutkan para ulama tersebut.
Ayat ini diakhiri dengan firmanNya:
Dzâlika min âyâtil-lâh la’allahum
yadzdzakkarûn (yang demikian itu
adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat).
Kata dzâlika merupakan ism al-isyârah (kata penunjuk). Obyek yang
ditunjuk adalah diturunkannya semua
pakaian yang disebutkan sebelumnya
termasuk min ayâtil-Lâh. Yakni, yang
menunjukkan atas besarnya fadhilah
Nya dan kesempurnaan rahmatNya.
Demikian alAlusi dalam tafsirnya.
Kemudian disebutkan bahwa semua
tandatanda kebesaran Allah SWT agar
mereka ingat: la’allahum yadzdzak-
karûn. Yakni, mereka mengetahui nik
matnikmatNya. Atau, mereka bisamenerima nasihat, lalu menjauhi perbu
atan tercela.
Demikianlah. Pakaian merupakan
salah satu kenikmatan dari Allah ke
pada manusia yang wajib disyukuri.
Cara penting untuk mensyukurinya ada
lah dengan menggunakan pakaian sesuai fungsinya yang ditetapkanNya:
menutup aurat dan menjadi perhiasan.
Dan tidak kalah pentingnya, dengan
menerima dan menjalankan semua
perintahNya dan menjauhi larangan
Nya. Yakni, menerapkan seluruh sya
riahNya tanpa terkecuali. Maka mere
ka yang tidak mau menutup auratnya
dengan pakaian dan enggan dengan
syariahNya, berarti tidak termasuk
hamba yang bersyukur kepadaNya.
Kesimpulan
Dari berbagai ayat dengan berbagai
bentuk kata taqwa dari kata dasarnya
maka kesan yang artinya takut bisa
dikatakan tidak ada. Kalaupun harus
dikatakan ada, maka itu hanya sedikit
sekali dan itupun berkaitan dengan
sesuatu yang seremserem atau jelek
jelek, maka itu berarti kita disuruh men
jaga diri dari, awas, waspada, dan hati
hati sampai ke tingkat takut jangan
sampai terjerumus ke situ.
Oleh karena Allah ta’aala itu mahapengampun, maha pengasih dan pe
nyayang, maka tidaklah sepatutnya dan
tidak pada tempatnya ketika mengarti
kan ittaquu Allah menjadi “takutlah
kepada Allah”, lebih baik kata ‘taqwa’
itu diartikan tunduk patuh kepada Al
lah subhanahu wata’ala
Narasumber utama artikel ini:M. Yusron Asrofie
email: [email protected]
24 Berkala Tuntunan ISLAM
Membuka Dompet Sedekahuntuk Masjid AN-NURTongkang, Pingtung, Taiwan
Sedekah Masjid AN-NUR TongkangPingtung, Taiwan
Atau secara Kwaho ke alamat:RIZAL DIAN AZMI,
NATIONAL CENTRAL UNIVERCITY DEPARTMENT OF MATH
NO. 300, JHONGDA RD., JHONGLY CITY,TAOYUAN COUNTY 32001, TAIWAN (R.O.C)
Atau, ke rekening Indonesia, via rekg:an: MOHAMMAD ADAM JERUSALEM
no. rekening: 0329670428(BNI SYARIAH Cab. YOGYAKARTA)
kontak person: WhatsApp +62-81313.8883.12email: [email protected]
Masjid AnNur di Tongkang, Pingtung, Taiwan, semula adalah mushollayang seharihari dipakai beribadah para Anak Buah Kapal warga Indonesia. Selama 3 tahun, bangunan musholla ini mengontrak. Kini, pemilikbangunan bersedia menjualnya dengan harga 5,5 juta NTD (1 NTD = Rp380).Telah terkumpul dana 4 juta NTD, masih kurang 1,5 juta NTD (Rp 570juta). FOSPI, organisasi para ABK ini bertekat untuk membeli danmenjadikannya sebuah masjid. Dan LazisMu PCIM Taiwan bertekadmelaksanakan program kedua untuk membantu penggalangan dana masjidini, setelah usai program pertama penggalangan dana untuk korban erupsiGunung Kelud. Mari bergotong royong membantu saudara kita.....
25EDISI 16/2014
Tuntunan Akidah
Perkara-perkaraPerusak Akidah Tauhid
TAQLID,BID’AH DAN
KHURAFAT
Iftitah
Di antara perkara yang dapat
merusak aqidah dan keimanan
seorang Muslim adalah taqlid,
bid’ah dan khurafat. Ketiga perkara
tersebut saling kait berkelindan satu sama
lain. Dapat dikatakan, bahwa taqlid
merupakan biang keladi dari munculnya
bid’ah dan khurafat. Taqlid yakni meng
ikuti pendapat seseorang dalam agama
(khususnya aqidahibadah) tanpa mengetahui dasardasar dalilnya.
H. Djarnawi Hadikusumo mengata
kan, taqlid ibarat tanah yang amat subur
yang di atasnya tumbuh dan berkembang
tanaman berupa bid’ah dan khurafat.
Sedangkan jiwa yang hidup dan sadar,
yang menolak taqlid, dan terus menda
lami sumber dan dasardasar agama se
cara kokoh akan selalu menolak bid’ah
dan khurafat, karena paham Quran dan
Sunnah dan paham pula penyimpangan
penyimpangannya, baik dalam aqidah,ibadah, muamalah, maupun akhlak
(Hadikusumo, 1996: 16).
Jiwa yang hidup, sadar dan cerdas
akan ilmu agama (ulum al-din) dan
paham akan fungsi agama bagi dirinya,
niscaya hanya menghendaki kemurnian
iman dan ibadah hanya kepada Allah
secara murni, tidak dikotori oleh keper
cayaan dan ritualibadah buatan manusia
sekecil apapun. Ia hanya menghendaki
hakekat iman dan cara ibadah yang asli
diperintahkan Allah dan dicontohkan olehRasulNya, mengenai caranya, bacaan
nya, waktunya, jumlahnya, asli dan murni
tidak dikurangi dan tidak pula ditambahi
oleh kehendak manusia. Tambahan da
lam hal ibadah disebut bid‘ah, sedangkan
tambahan dalam kepercayaan disebut
bid‘ah i‘tiqad atau khurafat.
Munculnya bid’ah dan khurafat
memang sangat beragam sebabnya, di
antaranya sebab kebodohan dalam ilmu
agama, perasaan kurang puas terhadap
syariat agama, kepentingan politik dan
sebagainya.
Taqlid
Taqlid secara bahasa adalah meletak
kan “al-qiladatun” (kalung) ke leher. Di
pakai juga dalam hal menyerahkan
perkara kepada seseorang seakanakan
perkara tersebut diletakkan di lehernya
seperti kalung. [Lisanul Arab 3/367]
Pembahasan tentang Bahaya danSolusinya Sesuai Quran-Sunnah
26 Berkala Tuntunan ISLAM
Adapun taqlid menurut istilah adalah
mengikuti perkataan yang tidak ada huj
jahnya atau tidak memahami hujah dan
dalilnya [Jami’ Bayanil Ilmi wa Ahlihi2/993 dan l’lamul Muwaqqi’in 2/178]
Ada juga yang mengatakan bahwa taqlid
adalah mengikuti perkataan orang lain
tanpa mengetahui dalilnya. [Mudzak-
kirah Ushul Fiqh hal. 3 14]
Firman Allah tentang perilaku taqlid:
Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka seba-
gai rabb selain Allah dan Al-Masih bin
Maryam, padahal mereka tidaklah di-
perintah, melainkan hanya beribadah
kepada Tuhan yang satu, yang tiada
Tuhan yang haq selain Dia yang Maha
Suci dari segala disekutukan oleh para
manusia (Qs. atTaubah: 31).
Ketika Adi bin Hatim r.a. mendengar
Rasulullah SAW membaca ayat ini makadia mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami
dulu tidak menjadikan mereka sebagai
rabb-rabb.” Rasulullah bersabda, “Ya,
bukankah jika mereka halalkan kepada
kalian apa yang diharamkan atas kalian,
maka kalian juga menghalalkannya, dan
jika mereka haramkan apa yang dihalal
kan atas kalian maka kalian juga mengha
ramkannya?” Adi bin Hatim berkata,
“Ya.” Rasulullah bersabda, “Itulah peri
badatan kepada mereka” [Diriwayatkan
oleh Tirmidzi dalam Jami’ nya 3095 dan
Baihaqi dalam Sunan Kubra 10/116 dan
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Ghayatul Maram, hal. 20]
Bid’ah
Adapun bid’ah secara lughawi berasal
dari kata bada‘a yakni membuat
sesuatu yang baru yang belum ada con
toh sebelumnya. Secara terminologis,
bid’ah adalah:
Bid’ah adalah suatu cara baru dalam
agama yang diada-dakan untuk me-
nandingi syari’ah, yang dimaksudkan
dengan mengerjakannya untuk mem-
buat nilai lebih (melebih-lebihkan) da-
lam beribadah kepada Allah. (Syatibi,
2001: 7)Definisi di atas, menurut pendapat
yang tidak memasukkan adat istiadat ke
dalam makna bid’ah, hanya mengkhusus
kan kepada masalah ibadah. Adapun pen
dapat yang memasukkan adat kebiasaan
dan budaya lokal ke dalam makna bid‘ah
mengatakan:
Bid’ah adalah cara baru dalam aga-ma, yang menandingi syariat, dimana
tujuan dibuatnya sama seperti tujuan
dibuatnya syari‘ah tersebut.
Imam Syatibi menjelaskan bahwa ka
ta “cara” pada definisi yang kedua
27EDISI 16/2014
ini membatasi dalam masalah yang telah
ditetapkan rincian syariahnya (yakni
dalam masalah ibadah mahdhah). Yaitu
sesuatu jalan yang telah ditetapkan untukdijalani, yang pelakunya menyandarkan
perkara tersebut kepada agama.
Oleh karena itu, kalau cara baru ter
sebut terjadi dalam masalah keduniaan,
maka hal itu tidaklah termasuk bid’ah.
Misalnya membuat industri, memperba
rui sistem kenegaraan, penemuan baru
dalam bidang teknologi, pertanian dan
sebagainya, meskipun belum ada contoh
sebelumnya di jaman Nabi SAW.
Ketegasan Muhammadiyah, bahwa
sumber ajaran Islam hanyalah alQurandan alSunnah adalah kesadaran yang
dibangun oleh para perintis Muham
madiyah untuk menegakkan Islam Murni
yang bebas dari dakidaki taklid, takha
yul, bid’ah dan khurafat sebagaimana
dijelaskan di atas. Hanya saja dalam ke
putusankeputusan ulama Tarjih Muham
madiyah menggunakan istilah ghairu
masyru’, untuk memperhalus istilah
bid’ah. Ini dapat ditemukan dalam putus
an Tarjih tentang bid’ahnya Qunut dalam
shalat Subuh dan Shalat Witir pada bulanRamadhan pada hari keenam belas ke atas.
Ketegasan terhadap bid’ah yang di
lakukan Muhammadiyah merujuk kepa
da apa sudah dilakukan oleh Rasulullah
SAW sebagaimana sabdanya:
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata,
bahwasanya; apabila Rasulullah SAW
menyampaikan khutbah, maka kedua
matanya memerah, suaranya lantang,
dan semangatnya berkobar-kobar ba-gaikan panglima perang yang sedang
memberikan komando kepada bala
tentaranya. Beliau bersabda: “Hen-
daklah kalian selalu waspada di waktu
pagi dan petang. Aku diutus, semen-
tara antara aku dan hari kiamat ada-
lah seperti dua jari ini (yakni jari telun-
juk dan jari tengah).” Kemudian be-
liau melanjutkan bersabda: “Amma
ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik per-
kataan adalah Kitabullah, sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad
SAW. Seburuk-buruk perkara adalahperkara yang diada-adakan dan se-
tiap bid’ah adalah sesat.” (HR.
Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibn Majah)
Guru besar Ushuluddin dan Dakwah
Universitas Islam Madinah, Dr. Ali bin
Muhammad Nasir alFiqhy, menyebut
kan bahaya bid’ah apabila tidak diberan
tas, di antaranya: (a) membuat pelakunya
meninggalkan hukumhukum agama. (b)
menimbulkan perpecahan di kalanganumat, (c) benihbenih terjadinya keka
firan, (d) pelaku bid’ah hanya mengikuti
hawa nafsunya sendiri.
28 Berkala Tuntunan ISLAM
Oleh karena itu, Ali mengajak umat
untuk memperkuat komitmen dan mem
perluas ilmu agama yang bersumber ke
pada AlQuran dan AlSunnah sebagaimana dikembangkan generasi awal Islam,
generasi al-salafu al-salih, menghindari
ta’assub yang berlebihan. Namun, terbuka
untuk menerima koreksi demi tegaknya
risalah alQuran dan alSunnah.
Khurafat
Dr. Abdullah Yusuf dalam makalah
berjudul “Al-Islam wa Muharabatul
Khurafat” menjelaskan, kata khurafat
berasal dari kharf, yang berarti keru
sakan akal, juga bermakna cerita yangmempesona tetapi penuh kebohongan.
(ht tp://www.almoterfy.com/site/
index.php)
Secara istilah, khurafat adalah suatu
kepercayaan, keyakinan, pandangan dan
ajaran yang sesungguhnya tidak memiliki
dasar dari agama tetapi diyakini bahwahal tersebut berasal dan memiliki dasar
dari agama. Dengan demikian, bagi umat
Islam, ajaran atau pandangan, keper
cayaan dan keyakinan apa saja yang
dipastikan ketidakbenaranya atau yang
jelasjelas bertentangan dengan ajaran al
Qur’an dan Hadis Nabi, dimasukan da
lam kategori khurafat.
Menurut Ibn Kalabi, awal cerita khu
rafat ini berasal dari Bani ‘Udrah, yang
lebih popular dengan Bani Juhainah.
Suatu ketika, salah seorang dari BaniJuhainah ini pulang ke kampung halaman
nya. Kehadirannya mengundang banyak
anggota Bani Juhainah untuk datang
sekedar melihatnya karena sudah lama
tidak pulang kampung. Ketika banyakorang berkerumun mengunjunginya, ia
bercerita tentang banyak hal yang terkait
dengan hal keagamaan, yang pernah ia
lihat dan rasakan selama kepergiannya.
Ceritacerita yang dikemukakan sulit
diterima oleh akal, namun cerita yang di
sampaikan sungguh amat mempesona
para hadirin yang mendengarnya. Meski
pun cerita itu tidak bisa diterima oleh akal,
namun tidak sedikit di antara hadirin yang
mendengarkan secara seksama, namun
secara diamdiam mereka mencoba merenungkan kebenarannya.
Setibanya di rumah masingmasing,
mereka mendiskusikan cerita tersebut
dengan sanak keluarga dan tetangga ter
dekat. Akhirnya, ceritacerita itu berkem
bang dan tersebar di seluruh masyarakat
Bani Juhainah. Dalam perkembangannya
kemudian, ceritacerita yang tak masuk
akal dan tidak didasarkan pada sumber
alQur’an maupun Sunnah itu, oleh ma
syarakat dianggap sebagai sebuah cerita
bernilai religius dan dianggap mempunyaidasar dari agama. (http://ghoffar.staff.
umy.ac.id/?p=107)
Khurafat, secara lughawi memiliki
makna yang hampir sama dengan konsep
takhayul (cerita khayalan). Namun, seca
ra istilah syar’i merupakan bid’ah i’tiqadi
(bid’ah dalam aqidah, keyakinan dan
keimanan). Artinya, lebih berbahaya dari
pada bid’ah amaliyah.
Khurafat ini berkembang secara pesat
seirama dengan pembudayaan dari apa
29EDISI 16/2014
yang disebut dengan taklidisme (ajaran
yang bersikap ikutikutan). Dengan ber
sikap taklid, tanpa mengembangkan sikap
kritis dalam menerima kebenaran cerita,pendapat, fatwa dan sejenisnya yang ber
kaitan dengan wilayah keagamaan, maka
akan menimbulkan bentukbentuk per
buatan yang menyimpang dari ajaran Is
lam. Sikap kritis yang dibutuhkan adalah
melihat sejauh mana cerita, pendapat,
fatwa, dan sejenisnya itu disimpulkan dari
sumber Islam yang otentik. Jika sikap ini
tidak dikembangkan, maka munculnya
penyimpangan dari ajaran Islam meru
pakan konsekuensi logis.
Ikhtitam
Untuk mengindarkan diri dari halhal
dapat merusak aqidah di atas, maka umat
Islam harus melakukan empat perkara
wajib sebagaimana ditegaskan dalam Al
Quran surat al‘Asr:
(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya ma-
nusia itu benar-benar dalam kerugi-
an. (3) Kecuali orang-orang yang ber-
iman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.
Empat perkara tersebut, sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab dalam al-Ushul al-
Tsalatsah, adalah pertama, berIslam
adalah berilmu, yakni mengenali Allah,
mengenali Nabi dan RasulNya, dan me
ngenali ajaran agama Islam beserta dalil
dalilnya. Inilah hakekat Iman dalam Is
lam pada level pertama. Dengan ilmu,manusia Muslim dan Mukmin tidak akan
melakukan taqlid. Karena taqlid adalah
perbuatan terlarang dalam Islam. Solusi
nya adalah ittiba’, mengikuti dan ber
pegang kepada suatu pendapat harus
memahami dalildalilnya.
Kedua, berIslam adalah beramal
dengan berdasar pada ilmu. Orang yang
beramal berdasarkan ilmu otomatis tidak
akan melaksanalan amal bid’ah, baik
bid’ah itiqadiyah (khurafat) maupun
bid’ah amaliyah.Ketiga, berIslam adalah menyampai
kan dan mendakwahkan ilmu dan amal
yang telah dilaksanakannya untuk orang
yang lainnya, baik kaum kerabat maupun
umat Islam lainnya, sehingga ilmu dan
orang berilmu semakin luas ke seluruh
umat manusia.
Keempat, berIslam adalah sabar,
yang teguh pendirian, tidak mudah goyah
oleh gangguan dan rintangan apapun,
baik dalam mendalami ilmu dan memper
tahankan keimanan, melaksanakan danmendakwahkan ilmu dan ajaran Islam.
Demikianlah, kajian tentang bahaya
dan serangan taqlid, bid’ah dan khurafat,
serta solusi untuk menangkal perkara
perkara yang merusak aqidah tauhid
yang murni. Wallahu A’lam.
Narasumber utama artikel ini:Syamsul Hidayat
([email protected])Dosen FAI UM
30 Berkala Tuntunan ISLAM
Tuntunan Akhlak
ADABDI JALAN
Jalan adalah tempat untuk lalu lintas
orang dan kendaraan. Pada jaman
Rasulullah, jalan sudah ada dan lebih ba
nyak dilalui para pejalan kaki. Yang berkendaraan masih terbatas mengendarai
keledai, unta, dan kuda. Kini telah sangat
sedikit yang mengendarai hewan tung
gangan di jalan raya, digantikan oleh se
peda, sepeda motor, mobil, kereta, dan
kendaraan modern lainnya. Jalanpun telah
dibagibagi menurut yang boleh lewat.
Ada jalan khusus pejalan kaki, jalan khu
sus sepeda, jalan khusus mobil, dan jalan
yang bisa dilewati oleh berbagai jenis
kendaraan.
Fungsi jalan semakin hari semakinpenting karena semakin banyak orang
berada di jalan untuk berbagai keperluan,
seperti: bekerja, bersekolah, belanja, re
kreasi, mengunjungi sanaksaudara, ber
dakwah, dan lainlain. Saking banyaknya
orang yang melalui jalan kita menyaksikan
banyak jalanan yang padat dan bahkan
sampai macet.
Di Jakarta, jalanan macet sudah biasa
dan dapat disaksikan hampir setiap hari,
terutama saatsaat orang berangkat dan
pulang. Di kotakota besar lainnya seperti Medan, Bandung, Yogyakarta, Sura
baya, Makassar, Samarinda, dan lainlain
Dari Abu Sa’id Al Khudri RA, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Janganlah kalian duduk
duduk di pinggir jalan”. Merekabertanya: “Itu kebiasaan kami yang
sudah biasa kami lakukan karena itu
menjadi majelis tempat kami
bercengkrama”. Beliau bersabda:
“Jika kalian tidak mau
meninggalkan majelis seperti itu
maka tunaikanlah hak jalan
tersebut”. Mereka bertanya: “Apa
hak jalan itu?” Beliau menjawab:
“Menundukkan pandangan,
menyingkirkan halangan, menjawab
salam, menganjurkan kebaikan,mencegah kemungkaran”
(HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).
31EDISI 16/2014
kemacetan telah pula terasa. Pertambah
an jumlah kendaraan dan orang yang
melewati jalan jauh lebih cepat dibanding
kan dengan pertambahan luas dan panjang jalan. Kemacetan semakin menjadi
jadi ketika banyak pengguna jalan yang
berbuat semaunya, tidak tertib, dan
mengabaikan aturan lalu lintas sehingga
jalanan yang sudah padat menjadi macet.
Pada daerahdaerah di mana kema
cetan sering terjadi, waktu yang dihabis
kan di jalan semakin banyak. Ada yang
sampai ratarata 5 jam perhari dan bah
kan lebih. Tentu menjadi tambah lama
ketika ada banjir, demonstrasi, perbaikan
jalan, dan halanganhalangan lainnya.Namun demikian, semua orang pasti se
nang bila perjalanannya lancar tanpa
halangan apapun.
Begitu pentingnya fungsi jalan, Islam
mengatur bagaimana adab selama berada
di jalan. Rasulullah melarang kita berada di
jalan kecuali untuk urusan penting dan dapat
menunaikan hakhak jalan. Kita semua
wajib menjaga jalan agar lancar dilalui.
Menunaikan hak jalan merupakan
adab terpenting selama kita berada di
jalan. Di antara hak jalan itu antara lain:
1. Menundukkan Pandangan
(Ghadhul Bashar)
Allah berfirman dalam alQur’an:
“Katakanlah kepada laki-laki beri-
man: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara ke-
maluan mereka, yang demikian itu
lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yangmereka perbuat. “Dan Katakanlah
kepada wanita-wanita mukminat:
“Hendaklah mereka menahan pan-
dangan mereka, dan memelihara ke-
maluan mereka... (QS anNuur: 3031).
Kata ghadhu berarti menundukkan
atau mengurangi. Yang dimaksud dengan
ghadhul bashar adalah mengalihkan
arah pandangan, serta tidak memantap
kan pandangan pada waktu yang lamakepada sesuatu yang terlarang atau
kurang baik (Quraish Shihab, Tafsir al-
Misbah, vol. 9: 324).
Di jalan, banyak hal tidak baik yang
bisa dijumpai, utamanya aurat. Di ban
ding lakilaki, wanita lebih banyak yang
membiarkan sebagian auratnya terbuka.
Dengan mudah dapat dijumpai wanita
wanita yang membiarkan kepalanya, le
hernya, lengannya, dan kakinya terbuka.
Bahkan tidak sedikit yang membuka se
bagian dada, perut, dan pahanya. Ada
pula yang meskipun menutup auratnya tetapi dengan pakaian ketat sehingga lekak
lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Bila
Rasulullah melarang kitaberada di jalan kecuali
untuk urusan penting dandapat menunaikan
hak-hak jalan.Kita semua wajib menjaga
jalan agar lancar dilalui.
32 Berkala Tuntunan ISLAM
memungkinkan, hindari jalanjalan yang
banyak halhal tidak baik. Bila tidak bisa,
wajib menundukkan pandangan.
Menundukkan pandangan atas auratyang terbuka dilakukan dengan segera
mengalihkan perhatian ke obyek dan arah
yang lain. Jangan sampai malah menik
matinya dengan berlamalama menatap,
apalagi memberikan godaan dengan ber
decak, bersiul, bersuit, atau mengajak
kenalan supaya dapat melihat lebih lama.
Cukuplah dengan melihat sepintas
kemudian berlalu atau biarkan mereka
berlalu.
Dari Abu Zur’ah bin Amru bin Jarir ia
berkata, Jarir berkata; saya bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai meman
dang wanita yang tidak dilakukan dengan
sengaja (kebetulan), maka beliau meme
rintahkanku agar mengalihkan pandangan
(HR. Ahmad).
Jangan sampai wanita baikbaik me
rasa risi atau terganggu oleh perbuatan
dan perkataan kita. Biarkan mereka da
pat melewati jalan dengan penuh kea
manan dan kehormatan.
Perintah menjaga pandangan dikait
kan dengan perintah memelihara kema
luan. Memandangi aurat dapat mem
bangkitkan nafsu seksual. Membiarkan
diri berlamalama memandangi aurat
orang lain, berakibat melemahkan benteng pertahanan iman dan melonggarkan
kendali atas nafsu seksual.
Menundukkan pandangan merupakan
ekspresi sifat rendah hati, menjaga diri,
menghormati orang lain dan tidak som
bong. Perintah menundukkan pandang
an kita laksanakan dengan menjaga diri
dari perbuatan maksiat dan sikap som
bong serta menghormati sesama peng
guna jalan.
2. Menyingkirkan Halangan (KaffulAdza)
Halangan di jalan ada yang terjadi
akibat perbuatan kita dan ada yang
karena pihak lain.
a. Menghindarkan diri menjadi
halangan.
Yang pertamatama harus kita lakukan
ketika berada di jalan adalah menghin
darkan diri menjadi bagian dari halangan
jalan. Seorang muslim adalah orang yang
senantiasa menjaga orangorang muslim
selamat dari lisan dan perbuatannya (HRBukhari, Muslim, Ahmad, AnNasa’i,
Abu Dawud, dan adDarimi).
Beberapa aktivitas yang sering menjadi
halangan jalan antara lain: pertama, me-
nyelenggarakan acara di bahu/ badan
jalan. Larangan Nabi agar tidak duduk
duduk di pinggir jalan barangkali karena
kekhawatiran beliau akan terjadinya
gangguan fungsi jalan sebagai sarana bagi
para pemakai jalan untuk berpindah
tempat. Beliau memberikan dispensasi
Menyelenggarakan acaraseperti pesta pernikahan,pertunjukan, atau lainnya
dengan membuat panggungatau tenda di sebagian badan
jalan, sebaiknya tidakdilakukan, karena dapat
menyebabkan kemacetan atausetidak-tidaknya membuat
perjalanan orang terganggu.
33EDISI 16/2014
hanya apabila hakhak jalan dapat dijaga.
Menyelenggarakan acara seperti pes
ta pernikahan, pertunjukan, atau lainnya
dengan membuat panggung atau tenda disebagian badan jalan, sebaiknya tidak
dilakukan, karena dapat menyebabkan
kemacetan atau setidaktidaknya mem
buat perjalanan orang terganggu.
Kedua, parkir sembarangan. Me
markir kendaraan yang mengakibatkan
terhambatnya perjalanan orang lain
termasuk perbuatan mengambil hak jalan:
Parkir di tepi jalur berputar mengambil
hak jalan kendaraan yang sedang berbalik
arah. Parkir di jalanan sempit mengambil
hak jalan kendaraan yang melewati jalanitu. Parkir di depan pintu garasi orang lain
mengambil hak jalan kendaraan tuan
rumah. Parkir di tikungan menyebabkan
pengguna jalan lainnya berada dalam
bahaya.
Hendaklah memarkirkendaraan di tempat yangaman, tidak mengganggu
dan membahayakanperjalanan orang lain.
Ketiga, mengabaikan aturan dan
rambu-rambu lalu lintas. Aturan dan
ramburambu lalu lintas dibuat untuk
kelancaran dan keamanan berlalu lintas.
Mengabaikannya selama di jalan ber
akibat terganggunya lalulintas kendaraan
dan keamanan pengguna jalan.Lewatilah jalur jalan yang menjadi hak
Anda, jangan mengambil jalur yang men
jadi hak orang lain karena membaha
yakan orang lain dan diri sendiri.
Saat Anda mau belok kanan di depan
traffic light, tempat antrian Anda di jalurpaling kanan. Bila Anda mengambil jalur
kiri, Anda mengambil hak kendaraan
yang mau berjalan lurus dan Anda telah
melakukan perbuatan yang membaha
yakan.
Di belokan jalan, ada marka jalan di
tengahtengah berupa garis tidak putus
putus, hak Anda melewati jalur sebelah
kiri garis. Menjalankan kendaraan hingga
keluar garis berarti mengambil hak jalan
kendaraan yang berasal dari arah berla
wanan dan menjadi potensi bahaya.Melewati jalur yang bukan hak Anda,
berarti telah mengambil hak jalan orang
lain.
b. Menyingkirkan halangan yang
ada di jalan.
Menyingkirkan halangan yang meng
ganggu perjalanan orang dan kendaraan
adalah amalan mulia.
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Ra
sulullah SAW. bersabda: “Iman itu ada
tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh
sembilan, atau enam puluh tiga sampaienam puluh sembilan cabang. Yang pa
ling utama adalah perkataan, Laa Ilaaha
Illa-Allah (Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah). Dan yang pal
ing rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah
sebagian dari iman”. (HR Muslim dan
Nasa’i).
Menyingkirkan halangan di jalan
merupakan amalan yang bernilai sedekah.
Dari Abu Dzar dari Nabi SAW. beliau
34 Berkala Tuntunan ISLAM
bersabda: “Setiap hari setiap persendian
anak Adam harus disedekahi, salam yang
diberikan kepada orang yang dijumpai
nya adalah sedekah, setiap perintahnyakepada kebaikan adalah sedekah, setiap
larangannya dari yang munkar adalah
sedekah, membuang hal yang meng
ganggu jalan adalah sedekah, dan per
setubuhannya dengan isteri adalah se
dekah (HR Abu Dawud).
Nabi bersabda: “Kamu juga bisa ber
sedekah, kamu menyingkirkan tulang dari
jalan adalah sedekah, menunjukkan jalan
adalah sedekah, menolong orang yang
lemah dengan kelebihan kekuatan yang
kamu miliki adalah sedekah, penjelasanmu kepada orang yang bingung adalah
sedekah dan persetubuhanmu dengan
istrimu adalah sedekah” (HR Tirmidzi).
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
SAW. bersabda: “Ketika seseorang sedang
berjalan dan menemukan ranting berduri di
tengah jalan, kemudian dia menyingkirkan
ranting tersebut hingga Allah pun bersyukur
kepadanya lalu mengampuni dosa
dosanya.” (HR Muslim)
3. Menjawab SalamBerada di jalan meningkatkan peluang
bertemu dengan orang lain. Di antara
adab bertemu adalah mengucapkan sa
lam. Anda bisa memberi atau menerima
salam. Menjawab salam adalah wajib.
Hak jalan orang yang lewat di sekitar
Anda adalah mendapatkan jawaban atas
salam yang mereka berikan buat Anda.
4. Menganjurkan Kebaikan
Banyak perbuatan baik yang bisa
dilakukan di jalan, misalnya menolong
orang tua atau anakanak menyeberang
jalan, menolong orang yang mengalami
kecelakaan di jalan, membantu ibnu sabilyang kehabisan bekal, menolong orang
yang kendaraannya mogok, menunjuk
kan jalan orang yang tersesat, dan lain
lain. Anda juga bisa berdakwah di jalan.
5. Mencegah Kemungkaran
Banyak kemungkaran yang bisa terjadi
di jalan, seperti: perampokan, pencopet
an, kebutkebutan, parkir sembarangan,
pelanggaran rambu dan aturan lalu lintas,
membuka aurat, berbuat tak senonoh,
dan lainlain.Selama berada di jalan, sedapat
mungkin kita mencegah terjadinya ke
mungkaran tersebut sesuai kemampuan.
Abu Sa’id berkata, “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabada: “Barang-
siapa yang melihat kemungkaran ma-
ka hendaknya ia mengubahnya dengan
tangannya dan apabila ia tidak mampu
maka dengan lidahnya dan apabila
tidak mampu maka dengan hatinya dan
yang demikian itu adalah selemah-
lemah iman.” (HR Musim, Abu Dawud,
anNasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Dari hadits tersebut kita mengetahui
35EDISI 16/2014
bahwa ada 3 tingkatan mencegah ke
mungkaran:
Pertama, mencegah atau merubah
kemungkaran dengan tangan, yang maksudnya adalah dengan kekuasaan. Nahi
mungkar derajat ini bisa dilakukan oleh
orangorang yang memiliki kekuasaan. Di
jalan yang punya kekuasaan adalah polisi
dan petugas dinas perhubungan. Bagi po
lisi bila melihat penjambretan, perampok
an, pelecehan, ia harus menangkap pela
kunya dan memrosesnya sesuai hukum
yang berlaku. Melihat orang yang kebut
kebutan harus menghentikan. Melihat
orang parkir sembarangan harus meng
ingatkan dan menyuruh segera memindahkan kendaraannya ke tempat yang
seharusnya atau bila perlu menilang atau
menderek. Dan terhadap pelanggar atur
an dan rambu lalu lintas harus meng
ingatkan atau menilang.
Mereka yang diberikankuasa di jalan mempunyaiandil besar dalam menjagahak-hak jalan sehingga lalulintas menjadi lancar dantertib.
Kedua, orang yang tidak memiliki ke
kuasaan, bernahi munkar dengan lisan
nya. Misalnya melihat ada yang dijambret,
ia berteriak: “Jambret!” dengan harapan
agar orangorang yang mendengar ber
datangan membantu, atau mencatat ciriciri penjambret dan plat nomor ken
daraannya dan melaporkannya kepada
polisi. Menyaksikan ada yang parkir
sembarangan bertindak dengan me
nunjukkan tempat parkir yang seharus
nya, dan lainlain.Ketiga, orang yang tidak berani men
cegah kemungkaran dengan lisan, harus
melakukan dengan hati, yakni dengan
membenci perbuatan kemungkaran yang
disaksikannya dan tidak mau terlibat
dalam bentuk apapun dengan kemung
karan tersebut. Orang yang hanya berani
bernahi munkar dengan hatinya saja,
termasuk dalam kategori selemahlemah
nya iman. Melihat orang dijambret tidak
berani berteriak, ia hanya bicara dalam
hari: “Masya Allah, teganya orang menjambret”. Melihat orang parkir hingga
mengganggu arus lalu lintas, tidak berani
mengingatkan dan lainlain.
6. Menunjukkan Jalan bagi Orang
yang Bertanya
Dari Jabir ia berkata; Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam telah
bersabda: “Apabila salah seorang dari
kalian meminta petunjuk kepada sau-
daranya, hendaklah ia menunjukkan
jalan yang benar.”. (HR Ibnu Majah)
Menunjukkan jalan bagi orang yang
bertanya atau tersesat merupakan bagian
dari hak jalan dan bernilai sedekah. Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Kamu juga bisa bersedekah,... menunjukkan jalan adalah sedekah, ...
36 Berkala Tuntunan ISLAM
penjelasanmu kepada orang yang bi
ngung adalah sedekah,...(HR Abu
Dawud)
7. Tidak Membuang Hajat di Jalan
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jauhilah kalian dari La’anaini.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Ra-
sulullah, siapa La’anini itu?” Beliau
menjawab: “Orang yang buang hajat
di jalan manusia atau di tempat ber-
teduhnya mereka.” (HR Muslim)
Mengotori jalan dengan kotoran
padat atau cair merupakan perbuatanterlaknat yang sangat mengganggu ke
nyamanan orang di jalan. Apalagi pada
tempat yang sering dilalui atau tempat
orang berteduh atau beristirahat seperti
di halte, bawah pohon, dan lainlain. Hin
darilah mengotori jalan dengan apapun,
termasuk membuang sampah. Wallahu
a’lam.
Samarinda, 11 Pebruari 2014
Agus Sukaca
37EDISI 16/2014
Tuntunan Ibadah
SHALAT TAHIYATUL MASJID
A. Pendahuluan
Masjid merupakan tempat yang
sangat mulia di muka bumi.
Masjid sengaja dibangun sebagai tempat
manusia beribadah kepada Allah SWT
guna mensucikan diri mereka. Selain itu,
masjid juga dibangun sebagai pusat
kegiatan pembinaan umat dalam rangka
mewujudkan pribadi dan masyarakat Is
lam yang sebenarbenarnya. Oleh karena
itu, tercatat dalam sejarah Islam, masjidadalah bangunan pertama yang dibangun
oleh Rasulullah SAW ketika Beliau
berhijrah di kota Madinah.
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya masjid yang didirikan
atas dasar takwa (masjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu
shalat di dalamnya. Di dalam masjid
itu ada orang-orang yang ingin mem-
bersihkan diri, dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih
(Qs. atTaubah: 108).
Masjid adalah salah satu di antara
syiarsyiar Islam yang agung dan mem
punyai peran sangat strategis demi ter
capainya kemuliaan Islam dan umat Is
lam. Umat Islam diperintahkan olehAllah SWT agar senantiasa mengagung
kan masjid sebagai wujud dari ketakwaan
mereka kepadaNya. Allah SWT ber
firman:
“Yang demikian itu, dan barang-siapa
mengagungkan syiar-syiar Allah,
maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati” (QS. alHajj: 32)
DAN ADAB-ADAB DI DALAM MASJID
ILU
ST
RA
SI
| mus
lim
.or.
id
38 Berkala Tuntunan ISLAM
Dalam ayat lain, Allah SWT me
ngaitkan ciri orang yang mendapat
petunjukNya dengan kegiatan mereka
dalam memakmurkan masjid. Diaberfirman:
Hanya yang memakmurkan masjid-
masjid Allah adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Ke-
mudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak tunduk-patuh (kepada siapa pun) selain kepa-
da Allah, maka merekalah orang-orang
yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk
(QS. atTaubah: 18).
Seiring dengan kemuliaan masjid, Nabi
SAW dalam beberapa sabdanya me
njelaskan berbagai keutamaan bagi orang
yang gemar ke masjid, di antaranya, ia ter
masuk di antara tujuh golongan yang kelak
di hari kiamat akan mendapatkan naungan
Allah SWT (HR. Bukhari).Dalam hadits yang lain, beliau ber
sabda:
Barangsiapa berangkat pagi atau sore
hari ke masjid, maka Allah akan mem-
persiapkan hidangan baginya di surga,setiapkali ia berangkat pagi atau sore
hari (HR. Bukhari dan Muslim).
Barangsiapa bersuci di rumahnya,
kemudian berjalan ke salah satu rumah
Allah (masjid) untuk melaksanakan
kewajiban yang Allah tetapkan, maka
kedua langkahnya, yang satu meng-
hapus kesalahan dan satunya lagi
meninggikan derajat (HR. Muslim).
Karena sedemikian besar kedudukan
masjid, maka ada beberapa adab (sopansantun) yang ditentukan oleh syari’at Is
lam ketika seorang berada di dalamnya.
Di antara adab seseorang di dalam masjid
adalah melaksanakan shalat tahiyatul
masjid.
B. Shalat Tahiyatul Masjid
1. Dasar Hukum
Shalat tahiyatul masjid adalah shalat
yang dilakukan sebanyak dua raka’at,
dan dikerjakan oleh seseorang ketika
masuk ke dalam masjid dan sebelum
duduk. Dalam hadits riwayat Ahmad,dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
Apabila salah seorang di antara kamu
masuk masjid, maka janganlah ia du-
duk sehingga ia melaksanakan shalat
dua raka’at” (HR. Ahmad dari Abu
Hurairah).
39EDISI 16/2014
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW
bersabda:
Apabila seseorang di antara kamu
masuk ke dalam masjid, maka hen-
daklah ia melakukan shalat dua ra-
ka’at sebelum duduk (HR. Bukhari).
Shalat dua raka’at, seperti tercantum
dalam hadits di atas, dinamakan para
ulama sebagai shalat tahiyatul masjid.Hikmah mengerjakan shalat Tahiyatul
Masjid adalah sebagai bentuk peng
hormatan terhadap masjid, sebagaimana
seseorang masuk ke dalam rumah atau
dua orang sahabat yang saling bertemu,
yang diawali dengan mengucapkan
salam. Untuk itu, setiap umat Islam yang
masuk ke masjid dan hendak duduk di
dalamnya agar mengerjakan shalat dua
rak’at. Hal ini telah disyari’atkan oleh
para ulama. Berdasarkan kesepakatan
para ulama, maka hendaknya setiaporang yang masuk ke dalam masjid, baik
siang maupun malam, jangan langsung
duduk, tapi mengerjakan shalat tahiyatul
masjid sebanyak dua raka’at.
Sekalipun para ulama telah ber
sepakat, namun di antara mereka masih
terdapat perbedaan pendapat tentang
hukum shalat tahiyatul masjid. Sebagian
di antara ulama ada yang berpendapat
bahwa hukum shalat tahiyatul masjid
adalah wajib, sedangkan sebagian lainnya
menyebut sunnah. Mereka yang berpendapat wajib didasarkan pada perintah
Nabi Muhammad SAW yang terdapat
dalam hadits di atas. Sedangkan, bagi
mereka yang berpendapat sunnah di
dasarkan pada beberapa hadits berikut.
Pertama, hadits Abdullah bin Busr:
Seorang laki-laki datang (masuk mas-
jid) dan melangkahi pundak-pundak
manusia, sedangkan Rasulullah SAW
berkhutbah, maka Beliau berkata: du-
duklah, sungguh engkau telah menya-
kiti mereka” (Shahih, HR. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Syaikh alAlbani).
Kedua, hadits AbuWaqid alLaitsi r.a.
Dari Abu Waqid al-Laitsi, sungguh
Rasulullah SAW ketika sedang duduk
bermajelis di masjid bersama para
sahabat, datanglah tiga orang. Yang
dua orang menghadap Nabi SAW dan
yang seorang lagi pergi, yang dua
40 Berkala Tuntunan ISLAM
orang terus duduk bersama Nabi SAW
di mana satu di antaranya melihattempat yang kosong lalu ia duduk di
tempat itu, sedangkan yang kedua
duduk di belakang mereka, sedangkan
yang ketiga berbalik pergi. Setelah
Nabi SAW selesai bermajelis, beliau
bersabda: Maukah kalian aku
beritahu tentang ketiga orang tadi?
Adapun salah seorang di antara
mereka, dia meminta perlindungan
kepada Allah, maka Allah lindungi dia.
Yang kedua, dia malu kepada Allah,
maka Allah pun malu kepadanya.Sedangkan yang ketiga berpaling dari
Allah, maka Allah pun berpaling dari-
nya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, hadits Thalhah bin Ubaidullah:
“Seorang laki-laki dari penduduk Nejd
yang rambutnya berdiri datang ke-
pada Rasulullah SAW, kami men-
dengar gumaman suaranya, namun
kami tidak dapat memahami sesuatu
yang dia ucapkan hingga dia dekat
dari Rasulullah SAW, ternyata dia
bertanya tentang Islam. Maka Rasu-
lullah SAW menjawab, Islam adalah
shalat lima waktu siang dan malam.
Dia bertanya lagi, apakah saya masihmempunyai kewajiban selainnya?
Beliau menjawab, tidak, kecuali kamu
melakukan shalat sunnah” (HR. Bu
khari dan Muslim).
Hadits yang pertama dan kedua menjelaskan tentang orang yang masuk ke
masjid dan langsung duduk dengan tidak
melakukan shalat tahiyatul masjid tanpa
ditegur oleh Rasulullah SAW. Hal ini
menunjukkan bahwa shalat tersebut tidak
wajib. Pendapat ini diperkuat oleh pen
jelasan pada hadits ketiga. Oleh karena
itu, pendapat kedua adalah yang lebih
kuat.
2. Waktu PelaksanaanShalat tahiyatul masjid disyari’atkan
dikerjakan tatkala seseorang masuk ke
dalam masjid, sebelum duduk, baik siang
maupun malam. Lantas, bagaimana jika
ada orang yang hendak masuk ke dalam
masjid pada waktuwaktu larangan
shalat, seperti setelah shalat Ashar sampai
matahari terbenam, atau setelah shalat
Shubuh sampai matahari terbit? (HR.
Muttafaq ‘alaihi). Apabila terjadi kondisi
seperti ini, sebagian ulama berpendapat
agar ia menangguhkan terlebih dahulu
keinginannya untuk masuk ke dalammasjid sampai habis waktu terlarang, atau
bisa juga terus masuk dan berdiri di dalam
masjid hingga habis waktu larangan
shalat.
Sedangkan, sebagian ulama lainnya,
seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Jauzi, Syaikh
Muhammad bin Utsaimin, Syaikh Ibnu
Baza, dan ulamaulama lainnya, ber
pendapat bahwa ia tetap diperintahkan
shalat tahiyatul masjid. Dasar yang di
gunakan dalam menyampaikan pen
dapat ini adalah keumuman perintah Nabi
41EDISI 16/2014
Muhammad SAW yang terdapat pada
hadits riwayat Ahmad di atas. Selain itu,
larangan mengerjakan shalat pada
waktuwaktu tertentu berlaku bagi shalatyang tanpa sebab, dan tidak ditujukan
untuk shalat yang memiliki sebab, seperti
shalat tahiyatul masjid. Shalat tahiyatul
masjid dikerjakan karena ada sebab ter
tentu, yakni karena masuk ke dalam
masjid.
Dalam pada itu, jika seseorang masuk
ke masjid dan menjumpai imam sedang
berkhutbah, maka ia tetap disunnahkan
untuk mengerjakan shalat tahiyatul
masjid, dan hendaknya shalat tersebut
diringankan atau dipercepat. Ketentuantersebut tidak berlaku apabila seorang
khatib hampir selesai melaksanakan
khutbah. Sebab, menurut dugaan kuat,
apabila “memaksakan diri” mengerjakan
shalat tahiyatul masjid, maka ia akan
ketinggalan shalat wajib (shalat Jum’at).
Dalam hadits riwayat alBukhari dan
Muslim dari Jabir, ia berkata:
“Sulaik al-Ghathafani datang pada
hari Jum’at, sementara RasulullahSAW sedang berkhutbah, dia pun du-
duk. Maka beliau langsung bertanya
padanya: wahai Sulaik, bangun dan
shalatlah dua raka’at, kerjakanlah
dengan ringan. Kemudian Beliau
bersabda: jika salah seorang dari
kalian datang pada hari Jum’at,
sedangkan imam sedang berkhutbah,
maka hendaklah dia shalat dua
raka’at, dan hendaknya dia menger-jakannya dengan ringan” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Berdasarkan hadits di atas pula, para
ulama berpendapat bahwa sekiranya
seseorang masuk masjid dan langsung
duduk karena tidak tahu atau lupa, dan
belum mengerjakan shalat tahiyatul masjid,
maka ia tetap disyari’atkan untuk menger
jakan shalat tersebut. Sebab, orang yang
diberi uzur (karena lupa atau tidak tahu)
tidak hilang kesempatan untuk menger
jakan shalat tahiyatul masjid, dengansyarat, jarak antara duduk dengan waktu
nya tidak terlalu lama. Hal ini dijelaskan
oleh Ibnu Hajar di dalam “Kitab Fathul
Bari” (Lihat, Fathul Bari: 2/408).
Demikian halnya apabila seseorang
masuk ke dalam masjid dan azan sedang
dikumandangkan, maka sebaiknya ia
sambil berdiri menjawab azan terlebih da
hulu, dan menunda sebentar untuk me
ngerjakan shalat tahiyatul masjid. Dengan
demikian, ia dapat melaksanakan dua
perintah sekaligus, yaitu menjawab azandan mengerjakan shalat tahiyatul masjid.
Rasulullah SAW bersabda:
Apabila kamu mendengar Adzan,
maka bacalah seperti yang dibaca
muazin.Namun, apabila muazin telah me
ngumandangkan iqamat, sebagai tanda
shalat wajib akan dilaksanakan, maka
42 Berkala Tuntunan ISLAM
seseorang tidak diperbolehkan mengerja
kan shalat tahiyatul masjid, melainkan
segera mengikuti shalat wajib. Rasulullah
SAW bersabda:
Apabila shalat telah ditegakkan
[dengan iqamat], maka tidak ada
shalat kecuali shalat wajib (HR Muslim)
3. Setiap Orang Dianjurkan
Mengerjakan
Berdasarkan keumuman hadits Nabi
di atas, maka setiap orang, baik lakilaki
maupun perempuan, yang masuk ke
dalam masjid dianjurkan mengerjakan
shalat tahiyatul masjid. Apakah anjuran
tersebut juga berlaku bagi orang yangmendapat tugas menyampaikan Khutbah
Jum’at? Menurut para ulama, seorang
khatib tidak dianjurkan menunaikan
shalat tahiyatul masjid, melainkan ia
segera naik ke mimbar. Hal ini sebagai
mana telah dilakukan Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat.
Demikian halnya dengan seorang
imam shalat. Apabila seorang imam shalat
mencukupkan diri dengan mengerjakan
shalat Maktubah daripada menunaikan
shalat tahiyatul masjid (ketika masuk
masjid) karena dekatnya waktu iqamat,maka cukup baginya untuk mendirikan
shalat fardhu, dan tanpa shalat tahiyatul
masjid. Hal ini sejalan salah satu hadits
Nabi Muhammad SAW: “Dari Jabir bin
Samurah, dia berkata: dahulu Bilal
menyerukan azan jika matahari telah
tergelincir sampai Nabi SAW keluar.
Ketika Nabi keluar, Bilal segera
menyerukan iqamat seketika melihat
Beliau” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Namun, bagaimana jika imam telah
datang sejak awal waktu? Jika imam
datang pada awal waktu, maka ia disyari’atkan untuk mengerjakan shalat tahi
yatul masjid, sebagaimana makmum.
Ketentuan ini didasarkan pada keumu
man hadits Nabi SAW: “Jika salah se-
orang dari kalian masuk ke masjid,
maka janganlah duduk sehingga ia
shalat dua raka’at terlebih dahulu”
(HR. Bukhari dan Muslim).
4. Tata Cara
Sejauh dilakukan penelusuran, tidak
ditemukan adanya dalil yang menjelaskan
perbedaan tata cara shalat tahiyatul mas
jid dengan shalatshalat yang lainnya. Un
tuk itu, apabila ada orang yang akan me
nunaikan shalat tahiyatul masjid, hendak
nya ia melakukannya sebagaimana shalat
sunnah dua raka’at yang lainnya, baik
menyangkut gerakan maupun bacaan.
Perbedaan antara shalat tahiyatul masjiddengan shalatshalat lainnya hanya terle
tak pada niat dan keterikatannya dengan
tempat. Dalam hal ini, shalat tahiyatul
masjid dikerjakan di masjid, dan tidak di
mushala rumah atau di tempattempat lain
yang bukan masjid.
Bagaimana dengan shalat di Masjidil
Haram? Khusus untuk Masjidil Haram,
sebagian dari ulama, seperti Imam Nawa
wi, mengemukakan bahwa shalat tahi
yatul masjid di Masjidil Haram adalah
thawaf yang dikhususkan bagi para pendatang. Sementara, bagi orang yang mu
kim (menetap) di sana, maka hukumnya
sama seperti masjidmasjid yang lainnya,
yaitu disunnahkan shalat tahiyatul masjid
43EDISI 16/2014
(Fathul Bari: 2/412). Pendapat ini didas
arkan kepada hadits berikut:
“Tahiyat bagi al-Bait [Ka’bah] adalah
thawaf” (AdhDhaifah, No. 1.012,
karya alAlbani rahimahullah). Namun demikian hadits yang dija
dikan sebagai rujukan dalam masalah itu
tidak sahih (benar), dan bahkan tidak ada
asalnya dari Nabi Muhammad SAW.
Untuk itu, bisa disimpulkan bahwa shalat
tahiyatul masjid berlaku bagi semua mas
jid termasuk Masjidil Haram. Dengan
demikian, setiap orang yang masuk ke
Masjidil Haram tetap dianjurkan baginya
untuk mengerjakan shalat tahiyatul mas
jid, jika dia ingin duduk. Lain halnya jika
ia ingin langsung mengerjakan thawaf.Dalam hal ini, dia tidak perlu lagi menger
jakan shalat tahiyatul masjid. Pendapat
seperti ini dikemukakan oleh mayoritas
ulama fikih. Adapun dasar yang mereka
gunakan adalah meneladani apa yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan para sahabat.
Lantas, bagaimana jika seseorang
berulangkali masuk masjid dalam waktu
yang berdekatan? Sebagian ulama ber
pendapat, bahwa ia tetap disukai (istih-
bab) mengulangulang shalat TahiyatulMasjid setiap kali masuk masjid. Pen
dapat ini diambil anNawawi dan dipilih
Ibnu Taimiyah, yang juga merupakan
pendapat mazhab Hanbali. AsSyaukani
menerangkan bahwa shalat tahiyatul mas
jid disyari’atkan (bagi seseorang) walau
pun acapkali keluarmasuk masjid, seba
gaimana ditunjukkan zahir hadits.
Kendatipun demikian, sebagian ulama
lainnya berpendapat bahwa seseorang
yang keluarmasuk masjid dalam waktu
yang berdekatan, maka cukup baginyamengerjakan shalat tahiyatul masjid satu
kali saja.
Namun demikian, jika terdapat sese
orang yang masuk ke masjid dan langsung
mengerjakan shalat Rawatib (karena
waktu yang terbatas), maka menurut para
ulama, shalat tersebut telah dapat meng
gantikan shalat tahiyatul masjid. Sebab,
maksud dari shalat tahiyatul masjid adalah
agar setiap orang yang masuk ke masjid
memulai dengan shalat, sedangkan ia
telah mengerjakan shalat Rawatib. Dasaryang digunakan oleh pendapat seperti ini
adalah keumuman perintah Nabi Mu
hammad SAW yang terdapat pada hadits
di atas.
C. Adab di dalam Masjid
Selain mengerjakan shalat tahiyatul
masjid, seseorang yang masuk ke dalam
masjid hendaknya juga menjaga sopan
santun (adab). Beberapa uraian di bawah
ini merupakan di antara adab seseorang
masuk ke dalam masjid.
1. Memakai Wewangian dan
Pakaian Bagus
Setiap kali memasuki masjid, se
seorang hendaknya memakai wawangian
(bagi lakilaki) dan mengenakan baju
yang bagus. Hal ini sebagaimana firman
Allah SWT sebagai berikut:
44 Berkala Tuntunan ISLAM
“Wahai anak Adam! pakailah pakai-
anmu yang indah di setiap [mema-
suki] masjid” (Qs. alA’raaf: 31).
2. Menjauhkan Diri dari Bau Mulut
Sebelum berangkat ke masjid, hen
daklah seseorang tidak memakan ma
kanan yang membuat mulut berbau tidak
sedap, seperti bawang, jengkol, pete dan
lainlain. Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa yang memakan bawang
putih atau bawang merah, maka hen-
daklah dia memisahkan diri dari kami
atau memisahkan diri dari masjid ka-
mi dan duduk di rumahnya” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Mendahulukan Kaki Kanan dan
Membaca Doa Masuk Masjid
Ketika masuk masjid, hendaklah
seseorang mendahulukan kaki kanan
seraya berdo’a:
Aku berlindung kepada Allah YangMaha Agung, dengan wajah-Nya Yang
Mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi,
dari setan yang terkutuk.Dengan
nama Allah dan semoga shalawat dan
salam tercurahkan kepada Rasulullah
Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-
Mu untukku.
4. Mendahulukan Kaki Kiri dan
Membaca Doa Keluar Masjid
Ketika keluar dari masjid, hendaklahseseorang mendahulukan kaki kiri sambil
berdoa:
Dengan nama Allah, semoga shalawat
dan salam terlimpah kepada Ra-
sulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku
meminta kepada-Mu dari karunia-
Mu. Ya Allah, peliharalah aku dari go-
daan setan yang terkutuk”
Kedua doa di atas (masuk dan keluar
masjid) berdasarkan haditshadits yangdiriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu as
Sunni, Imam Muslim dan Ibnu Majah.
5. Tidak Keluar Masjid Saat Azan
Berkumandang
Seseorang dilarang keluar dari masjid
setelah azan dikumandangkan sampai
shalat ditunaikan, kecuali jika ada uzur(halangan) atau terpaksa harus keluar.
Dari Abu Sya’tsa’, ia berkata, “Ketika
kami sedang duduk-duduk di masjid
bersama Abu Hurairah, dan ketika se-
orang muazin telah mengumandang-
kan azan, seseorang berdiri mening-
45EDISI 16/2014
galkan masjid sambil berjalan. Abu
Hurairah terus melihatnya hingga
laki-laki itu keluar dari masjid. Abu
Hurairah lalu berkata, orang ini telah
durhaka kepada Abul Qasim (Ra-
sulullah) SAW” (HR. Muslim).
6. Berusaha Menempati Shaf Ter-
depan
Hendaknya seseorang berusaha me
nempati shafshaf terdepan, apabila
masih tersedia, karena keutamaannya
yang besar. Hal ini seperti disabdakan
oleh Nabi Muhammad SAW:
Andai manusia tahu apa yang ada
pada azan dan shaf awal [yakni ke-
utamaannya], lalu mereka tidak bisa
mendapatkannya kecuali dengan
undian, niscaya mereka akan berundi
untuknya (Muttafaqun ‘alaih).
7. Tidak Lewat di depan Orang yangShalat
Seseorang dilarang lewat di depan
orang yang sedang mendirikan shalat. Hal
ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
Kalau orang yang lewat di hadapan
orang yang sedang shalat mengetahui
dosa yang ditanggungnya, niscaya dia
berdiri [menunggunya] selama empatpuluh hari/bulan/[tahun]adalah lebih
baik baginya daripada melewati orang
yang sedang shalat (HR. Muslim).
8. Menyibukkan Diri dengan Ibadah
yang Disyari’atkanSelama di dalam masjid, seseorang
hendaknya menyibukkan dirinya dengan
ibadahibadah yang disyariatkan, seperti
misalnya zikir, membaca alQur’an, dan
mempelajari ilmu. Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya masjid-masjid hanya
untuk berzikir kepada Allah, shalat,
dan membaca al-Qur’an”. (HR. Mus
lim).
9. ̀ Memperbanyak BerdoaHendaklah seseorang memperbanyak
berdoa kepada Allah SWT pada saat
saat antara azan dan iqamat. Sebab, saat
saat tersebut adalah waktu yang musta
jab. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Doa antara azan dan iqamat tidak
ditolak [oleh Allah SWT]” (Shahih
Sunan atTirmidzi, 1/133 no. 212).
10. Tidak Mengganggu Jamaah Lain
Seseorang dilarang mengganggu
jamaah lain yang sedang melakukan shalat
atau berzikir. Di antara bentukbentuk
ganggungan tersebut adalah, pertama,
melangkahi pundak mereka untuk
mendapatkan shaf terdepan, padahal shaf
telah rapat (HR Ibnu Majah). Kedua,
menyuruh seseorang yang telah duduk
untuk berdiri, lalu dia menempati tempattersebut (Muttafaqun ‘alaih). Ketiga,
berteriakteriak, membuat gaduh dan
mengeraskan bacaan alQur’an atau yang
46 Berkala Tuntunan ISLAM
lainnya di saat jamaah lain sedang shalat
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al
Hakim). Keempat, membawa alatalat
yang membahayakan jamaah lain (HR.
Bukhari).
11. Membersihkan Masjid dari
Kotoran
Seseorang yang berada di dalam
masjid, hendaklah ia membersihkan
masjid dari kotoran. Nabi Muhammad
SAW bersabda:
Meludah di masjid adalah suatu dosa,
dan kafarat [untuk diampuni-nya]
adalah dengan menimbun ludah
tersebut. (Shahih alBukhari).
12. Menjaga Ucapan atau Lisan
Seseorang yang berada di dalam
masjid, hendaklah ia menjaga ucapan
atau lisannya dari halhal yang jorok dan
tidak layak. Hal ini termasuk juga berjual
beli dan mengumumkan suatu barang yang
hilang. Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Apabila kamu melihat or-
ang menjual atau membeli di masjid
maka katakanlah, semoga Allah SWT
tidak memberikan keberuntungan
dalam jual-belimu! Dan apabila kamu
melihat ada orang yang mengeraskansuara di dalam masjid untuk mencari
barang yang hilang, katakanlah,
semoga Allah SWT tidak mengembali-
kannya kepadamu” (Shahih, Sunan at
Tirmidzi).
Narasumber utama artikel ini:
Zaini Munir Fadlali
47EDISI 16/2014
Setelah sebelumnya diulas tentang
macammacam bentuk jual beli yang
diperbolehkan dalam Islam, dalam edisi
ini diulas tentang bentuk jualbeli yang
diharamkan dalam perspektif (fikih) Is
lam. Pada umumnya, jual beli yang di
haramkan oleh Allah SWT dan RasulNyadisebabkan oleh dua hal, yaitu barang
yang diperjual belikan termasuk kategori
yang diharamkan oleh agama dan karena
faktor caranya yang tidak sesuai (di
larang) dengan ajaran agama.
Namun sebelum melanjutkan pem
bahasan ini, perlu ditegaskan bahwa be
berapa contoh jual beli yang dilarang
dalam pembahasan ini merupakan
sample atau beberapa contoh saja dari
beberapa banyak jenis jual beli yang ada.
Selain contohcontoh yang disebutkan,tentu masih ada contohcontoh lain yang
tidak sempat kemukakan dalam pemba
hasan ini. Namun demikian, pembahasan
tentang asas dan etika bisnis yang telah
dijelaskan pada pembahasan terdahulu
dapat dijadikan acuan atau barometer
untuk mengukur halal atau tidaknya suatu
aktifitas bisnis yang dijalankan oleh se
seorang.
Di antara beberapa jenis jual beli yang
dilarang dalam Islam antara lain;
1. Bai’ al-Talji’ah
Bai’ al-Talji’ah merupakan suatu
bentuk jual beli yang dilakukan oleh
Tuntunan Muamalah
MACAM-MACAM BENTUKJUAL BELI YANG DILARANG
ILU
ST
RA
SI
| pe
gusa
ham
usli
m.c
om
48 Berkala Tuntunan ISLAM
seorang penjual yang dalam kondisi ter
desak (terpaksa) karena khawatir harta
nya diambil oleh orang lain. Atau harta
yang masih dalam status sengketa sehingga agar tidak mengalami kerugian,
harta tersebut dijual kepada pihak lain.
Pilihan untuk menjual barang dilatar
belakangi oleh tujuan untuk menyelamat
kan hartanya atau mendapatkan keun
tungan lebih sebelum harta dibagi dengan
pemilik lainnya. Jenis jualbeli seperti ini
termasuk jenis jual beli yang dilarang
dalam Islam, karena dapat menimbulkan
ketidakpastian, sengketa di kemudian
hari serta dapat menimbulkan kerugian
pada salah satu pihak, terutama pihakpembeli.
Bahkan, dalam fikih Islam dikenal
istilah “al-hajru” yaitu; pencegahan atau
menahan seseorang untuk melakukan
transaksi atau membelanjakan hartanya
(termasuk menjual) karena dianggap
belum cakap, demi menjaga keselamatan
harta benda tersebut. Pada dasarnya, “al-
hajru” ini sering dikaitkan dengan per
soalan ketidakcakapan seseorang dalam
melakukan transaksi jualbeli, jika pela
kunya belum dewasa, gila atau dalamkondisi tertentu yang tidak memungkin
kan untuk melakukan transaksi secara
sadar dan bertanggung jawab serta dapat
mengakibatkan kerugian bagi yang ber
sangkutann maupun pihak lain. Namun,
“al-hajru” juga dapat diterapkan dalam
kasus yang berbeda untuk menghindari
kerugian bagi pihak lain maupun yang
bersangkutan.
Diantara hikmah disyari’atkannya hal
ini adalah; untuk menjaga hak orang lain,
misalnya; orang yang sakit parah dilarang
menjual hartanya melebih 1/3 hartanya,
guna menjaga hak ahli warisnya. Atau,
salah seorang ahli waris dilarang menjual
harta warisan sebelum harta warisan
tersebut dibagikan kepada ahli waris lain
yang masih memiliki hak kewarisan, dan
lainnya. Hikmah yang lain adalah untukmenjaga haknya sendiri, misalnya; anak
yang masih kecil atau orang gila, mereka
harus dicegah untuk melakukan transaksi
jual beli untuk menjaga hartanya dari
kepunahan.
Adapun contoh bai’ al-talji’ah antara
lain; menjual barang atau tanah yang
masih dalam posisi sengketa, atau menjual
barang atau rumah untuk mengelak dari
proses lelang yang akan dilakukan oleh
bank atau pemberi hutang. Menjual ba
rang yang masih dalam sengketa tentu
Orang yang sakit parahdilarang menjual
hartanya melebih 1/3hartanya, guna menjaga
hak ahli warisnya
Menjual barang ataurumah untuk mengelakdari proses lelang yang
akan dilakukan olehbank atau pemberi
hutang, adalah contohbai’ al-talji’ah yang
dilarang
49EDISI 16/2014
merupakan tindakan yang tidak dibenar
kan baik berdasarkan norma, hukum
terlebih lagi agama.
2. Jual Beli dengan Sistem Uang
Hangus
Jualbeli ‘urbun (bai’ al-‘urbun)
adalah suatu sistem atau bentuk jual beli
dimana pembeli membayar sejumlah uang
(uang muka) untuk menunjukkan ke
seriusan dalam melakukan transaksi jual
beli. Jika jual beli tersebut dilanjutkan,
maka uang muka tersebut akan menjadi
bagian dari harga barang yang diperjual
belikan, sehingga pembeli hanya meng
genapkan atau melengkapi kekurangandari harga barang. Namun, jika transaksi
jual beli dibatalkan, maka keseluruhan
uang muka menjadi milik calon penjual
dan sedikitpun tidak dikembalikan ke
pada calon pembeli. Dalam istilah yang
lebih populer jenis jual beli seperti ini
sering disebut dengan “jual beli dengan
sistem uang hangus”.
Dalam salah satu riwayat disebutkan
bahwa Rasulullah SAW melarang jenis
jual beli ini, sebagaimana dijelaskan oleh
para sahabat; “Nahaa Rasulullah SAW‘an bai’ al-‘urbun” (Rasulullah SAW
telah melarang jual beli ‘Urbun).
Jenis jual beli ini termasuk yang di
haramkan karena penuh dengan kezaliman,
rekayasa serta mengambil hak orang lain
secara bathil dan dapat merugikan pihak
lain. Sebab pada prinsipnya uang muka
merupakan hak milik pembeli, sehingga jika
terjadi pembatalan transaksi karena faktor
faktor tertentu, maka uang muka harus
dikembalikan kepada calon pembeli,
karena pembeli tidak mengambil sedikitpun
dari barang yang sedang ditransaksikan.Namun, jika pembatalan itu dilakukan
secara sepihak tanpa alasan yang
dibenarkan dan dapat merugikan pihak
calon penjual, maka calon penjual dapat
meminta kompensasi yang wajar menurut
kesepakatan dan keridhaan kedua belah
pihak, sehingga tidak ada pihak yang
merasa dirugikan dan dikhianati.
Hal ini juga berlaku pada bisnis trans
portasi yang banyak ditemukan dewasa
ini, seperti; seseorang memesan travel be
berapa hari sebelumnya untuk tujuan tertentu. Namun, sehari atau pada saat jad
wal keberangkatan tiba si calon penum
pang membatalkan secara sepihak de
ngan alasan tertentu. Maka pihak pemi
lik jasa travel merasa dirugikan oleh calon
penumpangnya, karena bangku yang su
dah dipesan tidak dapat diberikan (dijual)
kepada pemesan lainnya. Konsekuen
sinya, terjadi kekosongan yang beraki
bat kerugian bagi pemilik jasa travel.
Terhadap kasus seperti di atas, pe
milik travel dapat mengambil sebagiandari uang muka (seperti 25% atau 50%)
sebagai kompensasi terhadap kerugian
yang dideritanya. Atau, pihak pemilik jasa
travel dapat membuat peraturan yang di
publikasikan, bahwa jika terjadi pemba
talan pada hari pemberangkatan maka
akan dipotong dengan besaran tarif yang
telah ditentukan.
3. Bai’ Ikhtikar
Jual beli Ikhtikar adalah salah satu
jenis jual beli yang dilarang dalam Islam,
yaitu suatu jenis jual beli dengan sistem
50 Berkala Tuntunan ISLAM
menimbun. Seorang penjual (pedagang)
sengaja memborong barang yang dibutuh
kan masyarakat dalam jumlah yang sangat
banyak lalu menimbunnya, sehingga
menyebabkan kelangkaan barang dipasaran, yang pada akhirnya mengakibat
kan harga barang melambung tinggi sehingga
mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat
dan lemahnya daya beli mereka.
Motif utama dari pelaku jual beli ini
adalah untuk mendapatkan keuntungan
yang berlipat ganda, biasanya mereka
akan menjual barang timbunannya setelah
harga naik di pasaran. Rasulullah SAW
melarang jenis jual beli ini dan dikategori
kan sebagai bentuk kesalahan dan keza
liman kepada orang lain. Rasulullah sawbersabda, sebagaimana diriwayatkan dari
Ma’mar;
Dari Yahya, yaitu ibn Sa’id, berkata:
Sa’id ibn Musayyab mengabari, bahwa
Ma’mar berkata: Rasulullah SAW ber-
sabda: Barangsiapa yang menimbunbarang, maka ia telah melakukan ke-
salahan (berdosa)....(HR. Muslim,
Ahmad dan Abu Dawud)
Dalam prakteknya, seringkali jenis jual
beli ini terjadi di tengah masyarakat, baik
menyangkut kebutuhan pokok masyara
kat (sembako) maupun kebutuhan lain
nya, terutama dalam momen tertentu,
seperti lebaran atau pergantian tahun, atau
bahkan ketika berhembusnya wacana ke
naikan harga barang oleh pemerintah.
Sehingga tidak jarang karena kezaliman ini,masyarakat kesulitan untuk mendapatkan
minyak goreng, bumbu dapur, bensin, so
lar, hingga air mineral. Praktek seperti ini,
selain merupakan bentuk egoisme dan
kezaliman terhadap masyarakat luas, juga
salah satu bentuk kebiadaban dan dosa
kemanusiaan yang sangat besar.
4. Jual Beli Benda Najis
Yang dimaksud bendabenda najis ini
adalah makanan, minuman atau binatang
yang dianggap najis dan dilarang untukdikonsumsi seperti babi, minuman keras,
bangkai dan lain sebagainya. Bendaben
da ini tidak hanya dilarang untuk dikon
sumsi saja, namun juga dilarang untuk
diperjualbelikan. Bahkan, orang yang
memakan hasil penjualannya sama de
ngan mengkonsumsi barang itu sendiri.
Dalam hadis, Nabi SAW banyak
menjelaskan tentang larangan mengkon
sumsi dan memperjualbelikan benda
benda najis ini, antara lain:
Motif utama dari pelaku jualbeli ini adalah untuk
mendapatkan keuntunganberlipat ganda, karenabiasanya mereka akan
menjual barang timbunannyasetelah harga melonjak naikdi pasaran. Rasulullah SAW
melarang jenis jual beli ini dandikategorikan sebagai bentuk
kesalahan dan kezalimankepada orang lain.
51EDISI 16/2014
Dari Jabir Ibn Abdullah r.a. ia men-
dengar Rasulullah SAW bersabda pada
waktu tahun kemenangan, ketika itubeliau di Makkah: Sesungguhnya
Allah dan Rasul-Nya mengharamkan
jual beli khamar, bangkai, babi dan
berhala. Kemudian ditanyakan ke-
pada beliau: Wahai Rasulullah, bagai-
mana pendapat Anda tentang lemak
bangkai, karena ia dapat digunakan
untuk mengecat perahu, meminyaki
kulit, dan dapat digunakan untuk pe-
nerangan. Beliau bersabda: Tidak, ia
adalah haram. Kemudian beliau ber-
sabda: Allah melaknat orang-orangYahudi. Sesungguhnya Allah tatkala
mengharamkan lemaknya, mereka
mencairkan lemak itu, kemudian men-
jualnya dan makan hasil penjualan-
nya. (HR. alJama’ah)
Dari Ibnu Abbas Nabi SAW bersabda:
Allah melaknat orang-orang Yahudi,
karena telah diharamkan kepada
mereka lemak-lemak (bangkai) namun
mereka menjualnya dan memakan ha-
sil penjualannya. Sesungguhnya Allah
jika mengharamkan kepada suatu
kaum memakan sesuatu, maka haram
pula hasil penjualannya. (HR. Ahmad
dan Abu Dawud)
Bahkan dalam hadits lain, RasulullahSAW menjelaskan tentang akibat dari
mengkonsumsi barang najis seperti kha
mar dan lainnya, antara lain dalam hadits:
Dari Abdurrahman bin Abdullah Al
Ghafiqi dan Abu Thu’mah mantan
budak mereka, keduanya mendengarIbnu Umar berkata, “Rasulullah SAW
bersabda: “ Dilaknat (akibat) khamar
sepuluh pihak; dzatnya, yang meme-
rasnya, yang minta diperaskan, penju-
alnya, yang minta dibelikan, yang
membawanya, yang minta dibawa-
52 Berkala Tuntunan ISLAM
kannya, yang memakan hasil penju-
alannya, peminumnya dan yang menu-
angkannya (pelayannya). (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah)
5. Jual Beli dengan Penipuan
Jenis jual beli ini telah umumm dikenal
di tengah masyarakat sebagai salah satu
bentuk jual beli yang dilarang dan tidak
disukai oleh masyarakat, baik dengan
caracara tradisional hingga caracara
penipuan yang moderen. Sehingga dalam
pembahasan ini penulis hanya menge
mukakan salah satu dalil yang melarang
disertai beberapa contoh jenis jualbeli
dengan penipuan yang banyak dijumpaidi tengahtengah masyarakat. Adapun
salah satu dalil yang melarangnya adalah
sebagaimana hadits yang diriwayatkan
dari sahabat Abu Hurairah RA:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah
SAW lewat pada setumpuk makanan,
kemudian beliau memasukkan tangan-
nya ke dalam tumpukan makanan ter-
sebut, maka jari-jari beliau terkena
makanan yang basah. Beliau berta-
nya; Apa ini wahai pemilik (penjual)
makanan? Ia menjawab: Terkena hu-jan, wahai Rasulullah. Beliau bersab-
da: Mengapa kamu tidak menaruh
yang basah ini di atas agar dapat di-
lihat orang? Barangsiapa yang me-
nipu, maka ia bukan golonganku. (HR.
Muslim)Sedangkan contohcontoh jenis jual
beli dengan penipuan yang banyak ber
edar di tengahtengah masyarakat antara
lain; menjual sembako (contoh: beras)
dengan takaran atau neraca yang direka
yasa (dilas atau dipasang magnet) sehing
ga berat barang tidak sesuai dengan
realitanya, menjual buah yang sesungguh
nya sudah tidak layak namun diberikan
zat pewarna sehingga terkesan masih se
gar, menjual daging sapi namun dicampur
dengan daging babi dan sejenisnya, menjual ayam yang sudah menjadi bangkai
(ayam tiren) lalu direkayasa seolah ayam
yang baru disembelih, barang kemasan
yang sudah kadaluarsa atau terbuat dari
bahanbahan haram lalu disembunyikan
masa kadaluarsanya atau ditempelkan
llabel halal, dan lain sebagainya.
Cara cerdas agar seseorang tidak
menjadi korban penipuan dalam transaksi
jual beli adalah; hendaknya para calon
pembeli berhatihati dan waspada de
ngan berbagai modus yang banyak
dilakukan oleh para penipu yang hanyamementingkan keuntungan finansial tanpa
memikirkan dampak dan kerugian bagi
para pembeli, tidak terlalu konsumtif dan
harus jeli melihat barang yang akan
dibelinya baik yang terkait dengan bahan
dasarnya, rupanya hingga labelnya.
6. Bai’ al-wafa’
Bai al-wafa’ adalah suatu jenis jualbeli barang yang disyaratkan, dimana
seorang menjual barangnya kepada
53EDISI 16/2014
pihak lain dengan syarat barang tersebut
harus dijual pada dirinya (penjual) de
ngan harga tertentu dan pada saat tertentu
sesuai dengan perjanjian. Atau, menjual
barang dalam batas waktu tertentu, jika
waktu itu tiba maka seorang pembeli harus
menjual kembali barangnya kepada pen
jual pertama itu. Misalnya, penjual me
ngatakan kepada calon pembeli, barang inisaya jual dengan harga satu juta rupiah,
dengan syarat tiga bulan yang akan datang
kamu harus menjual barang tersebut kepada
saya dengan harga tertentu.
Jenis jual beli ini termasuk jual beli yang
terlarang, karena termasuk rekayasa dan
memberikan ketidakpastian, atau kepe
milikan yang tidak utuh terhadap barang
yang dibeli oleh seseorang. Padahal da
lam syariat Islam, jual beli merupakansalah satu cara terjadinya perubahan ke
pemilikan (al-Taghayyur al-Milkiyah)
dari seseorang kepada orang lain. De
ngan terjadinya perubahan kepemilikan
tersebut, maka seorang pembeli berhak
memiliki barang yang dimilikinya tanpa
terikat dengan waktu tertentu. Ia berhak
untuk mengggunakannya dalam waktu
yang dia inginkan serta berhak meng
hibahkan atau menjual barang (harta) nya
kepada siapapun secara leluasa.
Narasumber utama artikel:
Ruslan Fariadi, S.Ag., M.S.I.
54 Berkala Tuntunan ISLAM
Sarah Hadits
Ilmu Kunci Kebahagiaan
Nabi Sulaiman disuruh memilih antara
harta benda, kerajaan, dan ilmu.Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia
diberi pula kerajaan dan hata benda
(HR. adDailami).
Syarah/Penjelasan:
Ketika Nabi Sulaiman a.s. disuruh
memilih salah satu di antara harta,
kerajaan, dan ilmu, maka ia memilih ilmu.
Akhirnya, kerajaan dan harta mengikut
kepadanya karena ilmu merupakan kunci
untuk memperoleh segala sesuatu.
Barangsiapa yang menginginkan harta,maka ia harus mempunyai ilmunya. Dan
barangsiapa yang menginginkan segala
sesuatu, maka ia pun harus mempunyai
ilmu masingmasing. Allah SWT telah
berfirman:
Hai orang-orang beriman, apabila ka-
mu dikatakan kepadamu: “Berla-pang-lapanglah dalam majelis”,
Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. alMujadilah, [58]: 11).
Contohlah para ulama yang mengenalAllah. Merekalah orangorang yang
berbahagia. Mereka tidak memikirkan hal
lain kecuali ibadah dan tentang berbagai
ilmu yang diberikan oleh Allah kepada
nya, sehingga Islam menyanjung tinggi
kliknd.blogspot.com
HARTADAN KUNCI
KEBAHAGIAAN
55EDISI 16/2014
orang yang alim dan berilmu. Orang yang
berilmu diangkat ke derajat yang tinggi
dan mulia.
Dunia Itu Manis dan Indah
Dunia itu manis lagi hijau; barang-
siapa yang memperoleh harta dari
usaha halalnya, lalu ia membelanja-
kannya sesuai dengan hak-haknya,
niscaya Allah akan memberinya pa-
hala dari nafkahnya itu, dan niscayaDia akan memasukkannya ke dalam
surga-Nya. Dan barangsiapa mem-
peroleh harta dari usaha yang haram,
lalu ia membelajakannya bukan pada
hak-haknya, niscaya Allah akan men-
jerumuskannya ke dalam tempat yang
menghinakan (neraka). Dan banyak
orang yang menangani harta Allah
dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat
mendapat siksa neraka (HR. Baihaqi
melalu Ibnu Umar r.a.).
Syarah/Penjelasan:
Orang yang memperoleh harta dan
usaha yang halal, lalu menunaikan hak
hak yang ada pada hartanya, maka ia
terbebas dari hisab dan mendapat pahala
dari Allah, serta dimasukkan ke dalam
surgaNya. Akan tetapi, barangsiapa
yang memperoleh harta dari usaha yang
haram dan menafkahkannya bukan pada
hakhaknya, maka Allah akan memasuk
kannya ke dalam neraka. Untuk itu, hati
hatilah dalam urusan mencari rezeki. Pikirkanlah, apakah usaha yang kita laku
kan halal ataukah haram? Kalau haram,
maka segeralah tinggalkan, karena harta
yang didapat dari jalan haram hanya akan
menjadikan kita termasuk golongan ahli
neraka.
Dalam hadits Nabi di atas juga dising
gung bahwa banyak orang yang bersedia
mengurus harta Allah dan RasulNya
(baitul maal), tetapi kelak di hari kiamat
mereka dimasukkan ke dalam neraka ka
rena tidak jujur dalam mengurusnya, danberlaku curang (korup). Oleh sebab itu,
bukan pahala yang akan ia dapatkan,
melainkan siksa neraka. Padahal kalau
mengurus baitul maal harusnya kita
amanah. Kalau amanah, maka Allah akan
memasukan kita ke dalam surgaNya
yang indah. Sedangkan kalau kita khianat
atas harta yang dikelola, maka ingatlah
azab Allah sangat pedih.
Zakat dan Sedekah Benteng dari
Kehancuran
Peliharalah harta kalian dengan
(membayar) zakat; obatilah orang-
orang yang sakit kalian dengan ba-nyak sedekah, dan bersiap-siaplah ka-
lian dengan cara berdoa untuk meng-
hadapi cobaan (HR. alKhathib melalui
Ibnu Mas’ud r.a.).
56 Berkala Tuntunan ISLAM
Syarah/Penjelasan:
Zakat merupakan benteng yang kuat
untuk memelihara harta dari kehancuran.
Hal ini menandakan bahwa pahala danhikmah zakat sangatlah besar. Dengan
mengeluarkan zakat, kita sudah peduli
terhadap saudarasaudara yang keku
rangan. Di dalam alQur’an diatur orang
orang yang berhak menerima zakat.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya-
lah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus za-kat, para mu’allaf yang dibujuk ha-
tinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berutang, untuk ja-
lan Allah dan untuk mereka yang
sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Al-
lah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana (QS. atTaubah: 60).
Kemudian, ‘obat’ yang paling mujarab
untuk menyembuhkan orangorang yang
sakit adalah dengan memperbanyak
sedekah (selain dari berobat sebagai usaha lahiriah), dan banyak berdoa memo
hon keselamatan untuk menolak bala.
Istri yang Baik dalam Membelanja-
kan Harta Suami
Apabila seorang istri membelanjakan
sebagian dari harta suaminya tanpa
menimbulkan kerusakan, ia mempe-
roleh pahala dari belanjanya itu, danbagi suaminya pun pahala karena dia
yang telah mengupayakannya, dan
pahala yang serupa bagi bendahara-
nya; pahala sebagian di antara mereka
tidaklah mengurangi pahala sebagian
yang lain barang sedikit pun (HR.
Syaikhain melalui Siti ‘Aisyah r.a.).
Syarah/Penjelasan:
Ghaira mufsidatin, tanpa menimbul
kan kerusakan. Pengertian yang di
maksud adalah tidak merusak suaminyadisebabkan belanja yang terlalu banyak;
atau belanja yang tidak merusak, tetapi
untuk tujuan maksiat. Hal ini termasuk
pula ke dalam pengertian lafaz ghaira
mufsidatin.
Alkhaazin, bendahara yang meme
gang uang suaminya. Hal ini apabila
suaminya seorang hartawan sehingga
diperlukan seorang bendahara untuk
memelihara dan mencatatnya. Bilamana
seorang istri membelanjakan sebagian
dari harta suaminya tanpa menimbulkankerusakan, sekalipun tanpa sepenge
tahuan suaminya, maka ia memperoleh
pahala dari nafkahnya itu. Demikian pula
suaminya mendapat pahala yang serupa
karena dialah yang mengupayakan harta
tersebut. Bendahara atau kasirnya pun
mendapat pahala yang serupa, karena ia
ikut memelihara dan mengeluarkannya.
Pahala sebagian dari mereka tidak me
ngurangi pahala sebagian yang lain barang
sedikit pun berkat kemurahan Allah SWT
57EDISI 16/2014
karena sesungguhnya Allah itu Maha
Pemurah.
Terbunuh Karena Mempertahankan
Harta Adalah Mati Syahid
Hadis dari Abdullah bin Amru r.a.
katanya: aku mendengar RasulullahSAW bersabda: Barangsiapa yang
dibunuh karena mempertahankan
hartanya adalah mati syahid (HR.
Bukhari).
Syarah/Penjelasan:
Hadits di atas menjelaskan bahwa
apabila seseorang mati dalam keadaan
memperjuangkan dan mempertahankan
hartanya, maka ia telah mati secara
syahid. Begitu istimewa sekali umat Nabi
Muhammad SAW, karena telah diberijalan yang banyak oleh Allah SWT untuk
mati secara syahid. Hal ini juga dapat kita
lihat dari perjuangan seorang ayah yang
berjuang mempertahankan harta demi
menghidupi keluarganya. Apabila dalam
proses pencarian tersebut, ia meninggal
maka meninggal dalam keadaan syahid,
sebab orang tersebut telah memperjuang
kan dan mempertahankan kehidupan
keluarganya.
Menafkahi Keluarga
Harta yang dinafkahkan oleh seorang
laki-laki untuk keperluan rumah tang-
ganya, istrinya, anak-anaknya, dan
pembantunya maka hal tersebut
merupakan sedekah baginya (HR.
Thabrani melalui Abi Umamah).
Syarah/Penjelasan:
Semua perbelanjaan yang dikeluarkan
oleh seseorang untuk kepentingan rumah
tangga, istri, anak, dan pelayannya adalahsedekah, yakni orang yang bersangkutan
mendapatkan pahala dariNya, sekalipun
hal itu sudah menjadi kewajibannya.
Bahkan dalam hadits lain disebutkan
bahwa nafkah seseorang yang diberikan
kepada anak, istrinya, dan keluarganya
adalah yang paling baik dari semua
nafkah.
Narasumber artikel ini:
Buya Alfis Chaniago
Semua perbelanjaan yang dikeluarkan olehseseorang untuk kepentingan rumah tangga, istri,
anak, dan pelayannya adalah sedekah, yakni orangyang bersangkutan mendapatkan pahala dariNya,
sekalipun hal itu sudah menjadi kewajibannya.