QBD5

9
LEMBAR TUGAS MANDIRI PENGELOLAAN BENCANA PB-32 QBD-5 KELOMPOK 1 Afdilah Irawati Wahyono Farmasi 1306413454 QBD 5: Efek bencana terhadap tenaga kesehatan 1. Jelaskan peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi bencana Pada bencana, dibutuhkan koordinasi antara tenaga medis, kesehatan masyarakat, dan tim manajemen gawat darurat. Kemudian, pada umumnya saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi: 1) Tim Reaksi Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri dari: a. Pelayanan medik: Dokter Umum (1 org), Dokter Sp. Bedah (1 org), Dokter Sp. Anestesi (1 org), Perawat (Ners) (2 org), Tenaga Disaster Victims Identification (DVI) (1 org), Apoteker (1 org), Supir Ambulans (1 org) b. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian (1 org) c. Petugas Komunikasi (1 org) 2) Tim Penilaian Cepat (Tim Rapid Health Assessment (RHA)), yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi

description

QBD

Transcript of QBD5

Page 1: QBD5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

PENGELOLAAN BENCANA PB-32

QBD-5

KELOMPOK 1

Afdilah Irawati Wahyono Farmasi 1306413454

QBD 5: Efek bencana terhadap tenaga kesehatan

1. Jelaskan peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi bencana

Pada bencana, dibutuhkan koordinasi antara tenaga medis, kesehatan masyarakat, dan tim

manajemen gawat darurat. Kemudian, pada umumnya saat terjadi bencana perlu adanya

mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang

meliputi:

1) Tim Reaksi Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24

jam setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri dari:

a. Pelayanan medik: Dokter Umum (1 org), Dokter Sp. Bedah (1 org), Dokter Sp.

Anestesi (1 org), Perawat (Ners) (2 org), Tenaga Disaster Victims Identification

(DVI) (1 org), Apoteker (1 org), Supir Ambulans (1 org)

b. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian (1 org)

c. Petugas Komunikasi (1 org)

2) Tim Penilaian Cepat (Tim Rapid Health Assessment (RHA)), yaitu tim yang bisa

diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul dalam waktu kurang

dari 24 jam, terdiri dari:

a. Dokter Umum (1 org)

b. Epidemiolog (1 org)

c. Sanitarian (1 org)

3) Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah

Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di

lapangan, terdiri dari: Dokter Umum, Apoteker dan Asisten Apoteker, Perawat (D3/ S1

Keperawatan), Perawat Mahir (Ners), Bidan (D3 Kebidanan), Sanitarian (D3 kesling/ S1

Page 2: QBD5

Kesmas), Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas), Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1

Kesmas), dan Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi)

Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis

bencana dan kasus yang ada,

Peran tenaga medis dalam bencana:

1) Dokter Umum

Dokter umum memiliki peran antara lain melakukan penanganan kasus

kegawatan darurat trauma maupun non trauma (seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS),

melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana dan ikut menentukan status

korban dalam triase, menetapkan diagnosis terhadap pasien kegawatan dan mencegah

terjadinya kecatatan pada pasien, memberikan pelayanan pengobatan darurat,

memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih

lanjut, serta melakukan pelayanan kesehatan rehabilitatif.

Umumnya saat terjadi bencana sering dibutuhkan dokter-dokter spesialis

tergantung dari luka/cedera yang dialami oleh korban.

a. Dokter Psikiatri

Perannya antara lain memberikan arahan terhadap kesiapan dan respons terhadap

bencana, memberikan psikoterapi jika dibutuhkan, merawat korban yang mengalami

trauma dan syok baik ringan ataupun yang berat.

b. Dokter Pediatri

Perannya yaitu mempersiapkan kesiapan individu dalam menghadapi bencana

kepada keluarga-keluarga, dan sebagainya.

c. Anestesiologi

Anestesiologi merupakan tenaga kesehatan pada fase akut, terutama airway

management. Anestesiologi juga berperan untuk memonitor pasien yang mengalami

luka parah, stabilisasi pasien dan life support, resusitasi cairan, manajemen krisis, dan

sebagainya.

2) Dokter gigi

Perannya antara lain menangani korban yang mengalami trauma gigi dan mulut,

mengidentifikasi korban yang sudah meninggal (terutama dalam mengidentifikasi korban

Page 3: QBD5

bencana massal), melakukan edukasi pencegahan penyakit gigi dan mulut akibat bencana,

dan sebagainya.

3) Farmasi

Seorang farmasis memiliki peran untuk mengatur logistik obat-obatan dan

perbekalan kesehatan sehingga dapat dipastikan ketersediaan obat-obatan yang

diperlukan, memberikan informasi obat dan cara penggunannya, serta mengawasi

penggunaan obat. Pengelolaan logistik dan perbekalan kesehatan merupakan rangkaian

kegiatan secara terpadu yang meliputi: perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan, serta

penghapusan.

Selain hal yang berhubungan dengan obat-obatan, farmasis juga dapat

melaksanakan fungsi lain seperti resusitasi janung paru, melakukan prinsip triase, dan

manajemen trauma.

4) Perawat

Perawat memiliki peran antara lain siap siaga dalam komunitas dengan bahaya

dan kerentanan, seperti dalam sistem kesehatan dan kesiapannya, partisipasi utama dalam

hal gawat darurat dan triase dan mempersiapkan komunitas untuk korban. Perawat

bertindak secara administrasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk

mengkoordinasi, menyampaikan, dan mendukung protokol untuk pasien dan managemen

departemen gawat darurat.

5) Ahli Gizi

Perannya yaitu untuk memonitor perubahan status gizi pada populasi yang terkena

bencana dalam waktu tertentu dengan cara melakukan surveillans gizi. Tahapan yang

perlu dilakukan antara lain registrasi pengungsi, pengumpulan data dasar gizi, penapisan,

serta pemantauan dan evaluasi.

6) Ahli Kesehatan Masyarakat

Perannya yaitu mendata penyakit-penyakit yang dialami para korban, menjaga

ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, melakukan pengawasan makanan dan

minuman, dan sebagainya.

Page 4: QBD5

2. Jelaskan dampak dari bencana terhadap tenaga kesehatan

Berdasarkan beberapa penelitian, ternyata orang yang mengalami trauma pasca bencana

tidak hanya korban bencananya saja tetapi juga para tenaga kesehatan yang merawat para korban

bencana itu sendiri. Trauma yang timbul merupakan trauma secara tidak langsung atau dengan

kata lain, seorang individu dapat mengalam trauma tanpa harus secara fisik berhadapan dengan

peristiwa traumatik atau mendapat ancaman bahaya secara langsung yang disebut dengan

vicarious trauma.

Vicarious trauma adalah proses perubahan yang terjadi karena rasa peduli yang

berlebihan pada orang lain yang sedang terluka (sakit) dan merasa bertanggungjawab untuk

segera menolong mereka, dari waktu ke waktu, proses ini dapat berdampak pada perubahan

psikis, fisik, dan kesejahteraan spiritual (Pearlman& McKay, 2008). Studi vicarious trauma

terfokus pada diri dan kesejahteraan penolong. Vicarious trauma didasari oleh Constructivist Self

Development Theory (CSDT) yang menyatakan bahwa respon khas penolong yang mengalami

vicarious trauma timbul dari interaksi antara penolong dengan penyintas.

Menurut Pearlman dan McKay (2008), individu yang mengalami vicarious trauma akan

menunjukkan beberapa gejala umum seperti berikut:

Sulit mengatur emosinya

Sulit untuk menerima dan merasakan kebaikan dirinya sendiri

Sulit mengambil keputusan

Bermasalah dalam mengatur batasan diri dengan orang lain

Bermasalah dalam relationship

Mengalami beberapa masalah fisik, seperti sakit dan kecelakaan

Kurang peka dengan apa yang terjadi disekitarnya

Kehilangan makna dan harapan

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa vicarious trauma terjadi

karena kita merasa bertanggungjawab dan memiliki komitmen untuk membantu mengurangi

penderitaan korban. Ketika seorang individu tidak mampu memenuhi janji tersebut, maka

dengan cepat individu tersebut akan merasa terbebani, putus asa, dan sangat menderita. Harapan

yang terlalu tinggi pada hasil kerja dan orang lain juga sangat berpengaruh pada kesejahteraan

pribadi individu hingga ini akan menjadi perhatian serius untuk jangka waktu yang lama. Unsur

Page 5: QBD5

terpenting dari vicarious trauma adalah perubahan secara spiritual yang akan berpengaruh pada

sudut pandang individu mengenai arti dan harapan terhadap dunia.

Kemudian, dampak lain yang mungkin terjadi adalah apabila terjadi bencana susulan,

maka tenaga kesehatan tersebut dapat mengalami trauma yang sama dengan yang dialami para

korban bencana. Lalu, apabila tenaga kesehatan tidak menjaga kesehatan badannya sendiri dapat

terkena penyakit-penyakit tertentu yang diderita para korban seperti diare, gangguan ISPA, dan

sebagainya.

3. Jelaskan persiapan yang harus dilakukan tenaga kesehatan untuk mengurangi dampak

bencana:

Dampak bencana dapat dikurangi dengan cara mempersiapkan kesiapan dari tenaga

kesehatan yang dilakukan pada setiap fase dalam bencana, mulai dari sebelum terjadi bencana,

saat terjadi dan pada masa rehabilitasi.

1) Pra-bencana

Para tenaga profesional baik tenaga kesehatan ataupun non-kesehatan perlu memperoleh

pendidikan dan pelatihan mengenai manajemen kedaruratan bencana dan kedaruratan

kesehatan lingkungan. Pendidikan dan pelatihan tersebut biasanya dilaksanakan oleh BNPB,

BPPD, rumah sakit, kementerian kesehatan atau pemerintah, organisasi, LSM, dan sebagainya.

Para tenaga kesehatan dapat melakukan vaksinansi atau imunisasi dan pendataan rekam

medis sebagai data ante mortem suatu penduduk. Hal ini dilakukan untuk mencegah

perkembangan penyakit yang lebih parah dan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi

korban jiwa.

2) Tahap Respon

a. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat dan Bencana Terpadu (SPGDT) dan First Aid:

Bantuan hidup dasar, Special precaution, Lifting and Moving, Bleeding Control,

Fiksasi dan Imobilisasi.

b. Manajemen bencana (management support dan management treatment)

Rapid Health Assessment

Rapid response

Clinical Management

Prinsip-prinsip triase lapangan dan hospital preparedness programs

Page 6: QBD5

Prinsip evakuasi dan transportasi, rumah sakit lapangan

3) Rehabilitasi bencana:

Rehabilitasi bencana dapat dikatakan menjadi fase transisi antara penyembuhan awal

dengan pemulihan. Hal ini meliputi hal mendasar untuk korban agar dapat kembali berfungsi,

membantu korban untuk dapat memulihkan dirinya sendiri dari cidera fisik, membantu

mengembalikan aktivitas ekonomi, dan menyediakan dukungan psikologi dan sosial.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis

Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta.

Gad-el-Hak, M. 2008. Large-scale Disasters Prediction, Control, and Mitigation. Cambridge:

Cambridge University Press.

Koenig, K.L. & Schultz, C.H. 2009. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine: Comprehensive Principles

and Practices. Cambridge: Cambridge University Press. Available at:

www.cambridge.org/9780521873673

Pearlman, L.A., & McKay L. 2009. Understanding and Addressing Vicarious Trauma. On-line self-study

module. Pasadena, CA. Available at: http:// www. headington-institute.org/Default.aspx?

tabid=2646

Pinkowski, J. 2008. Disaster Management Handbook. Florida: CRC Press.

Savitri, T.S., dkk. 2011. Modul Penelitian: Pendidikan Interprofesional dalam Manajemen

Bencana. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Savitri, T.S., dkk. 2011. Modul Penelitian: Manajemen Bencana dalam Perspektif Kedokteran.

Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.