PUTRI GADING CMPAKA TUGASSS.docx
-
Upload
milma-yasmi -
Category
Documents
-
view
56 -
download
2
Transcript of PUTRI GADING CMPAKA TUGASSS.docx
TUGAS 2 MENCARI TULISAN DALAM MEDIA
8 Taman Nasional Yang Terkenal di Indonesia
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi sesuai dengan pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990.
Saat ini terdapat 50 Taman Nasional di Indonesia, yang pengelolaannya di bawah Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. Berikut adalah 7 Taman Nasional yang Terkenal di Indonesia karena keindahannya :
1. Taman Nasional Bunaken
Taman nasional ini sangat terkenal bahkan di seluruh dunia, terutama karena keindahan terumbu karangnya dan diakui sebagai terumbu karang terlengkap. Taman nasional ini terletak di perairan laut Sulawesi, tepatnya di Manado Sulawesi Utara. Pemerintah provinsi setempat sering mengadakan even tahunan yaitu Sail Bunaken yang diikuti oleh peserta dari beberapa negara. Musim kunjungan terbaik untuk berkunjung ke Bunaken adalah bulan Mei s/d Agustus disetiap tahunnya. Maka jika anda pergi ke Manado jangan lupa untuk mampir ke Bunaken.
2. Taman Nasional Ujung Kulon
Merupakan pusat konservasi dan mengkhususkan melindungi Badak Jawa. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.
3. Taman Nasional Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir. Berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Satwa langka yang dilindungi di Taman Nasional ini antara lain Mawas/Orang Utan, Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Badak Sumatera, Rangkong dan Kucing Hutan.
4. Taman Nasional Wakatobi
Taman Nasional ini memiliki nama yang sangat unik, uniknya karena nama Wakatobi diambil dari nama-nama 4 pulau utama di Taman Nasional ini, yaitu pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Togian dan Binongko. Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Terletak di Sulawesi Tenggara, taman nasional ini memiliki musim kunjungan terbaik pada bulan April s/d Juni dan Oktober s/d Desember setiap tahunnya.
5. Pulau Komodo
Taman Nasional Pulau Komodo terdiri dari 3 pulau besar yaitu Komodo, Rinca dan Padar serta 26 pulau besar/kecil disekitarnya. Pulau Komodo resmi ditetapkan sebagai New 7 Wonders of Nature atau yang lebih dikenal dengan 7 keajaiban dunia pada 16 Mei 2013 di Zurich, Swiss. Beberapa tumbuhan yang ada di Taman Nasional Komodo antara lain rotan, bambu, asam, kepuh, bidara, dan bakau. Keadaan alam yang kering dan gersang menjadikan suatu keunikan tersendiri. Adanya padang savana yang luas, sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas; ternyata merupakan habitat yang disenangi oleh sejenis binatang purba Komodo. Selain satwa khas Komodo, terdapat rusa, babi hutan, ajag, kuda liar, kerbau liar, 2 jenis penyu, 10 jenis lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo.
6. Taman Nasional Way Kambas
Terletak di provinsi Lampung, Taman Nasional ini merupakan pusat konservasi gajah terbesar di Indonesia. Selain Gajah Sumatera, disini juga ada tempat penangkaran Badak Sumatera, Orang Utan Sumatera, dan beberapa spesies hewan lainnya. Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Pada pusat latihan gajah tersebut, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya.
7. Taman Nasional Bali Barat
Terletak di ujung barat pulau Bali, Taman Nasional Bali Barat terdiri dari beberapa tipe vegetasi yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, savana, terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir, dan perairan laut dangkal dan dalam. Memiliki satwa burung yang endemik dan langka yaitu burung jalak bali, selain itu terdapat beberapa spesies hewan lainnya seperti Kijang, Luwak, Trenggiling dan Kancil. Burung jalak bali merupakan satwa primadona taman nasional ini, dan termasuk burung pesolek yang senantiasa menyenangi habitat yang bersih, serta jelajah terbangnya tidak pernah jauh. Burung tersebut memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat, karena populasinya rendah dan mudah untuk ditangkap.
8. Raja Ampat
8. Raja Ampat
Raja Ampat merupakan kawasan dengan sumber daya alam tropis terkaya di dunia, Raja Ampat adalah sebuah wilayah kepulauan, tercatat 610 pulau masuk dalam wilayah ini dan sekitar 35 pulau yang dihuni. Banyak Yng bilang bahwa Raja Ampat adalah tempat wisata bahari terbaik dunia. Selain menyajikan panorama alam yang luar biasa, akses menuju Raja Ampat terbilang sudah cukup mudah. Raja Ampat terkenal dengan wisata diving, pemandangan bawah laut yang memukau bisa dinikmati dengan melakukan diving. Kiat juga bisa juga menggunakan speedboat dan menikmati alam pulau-pulau di Raja Ampat, Namun sayang, tempat ini banyak dikelola oleh investor asing.
Indonesia memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya. Saat ini terdapat 50 Taman Nasional di Indonesia, yang pengelolaannya di bawah Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. Berikut adalah 8 Taman Nasional yang terkenal di Indonesia karena keindahannya: Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Wakatobi, Pulau Komodo, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bali Barat, Raja Ampat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
TUGAS 3 MENGIDENTIFIKASI UNSUR KEBAHASAAN
KATA BAKU TIDAK BAKU
ibuadalahcontohrumahsampahsekolahbuahkarenabuku
ibukadalacontoruma'sampasekolabuakarnabukuh
sebuah sebua
Proses Pembentukan Kelompok
Kata (Frasa)
Kelompok Kata (Frasa)
timbal + balik
benda + hidup
cinta + lingkungan
berkembang + biak
rasa + cinta
timbal balik
benda hidup
cinta lingkungan
berkembang biak
rasa cinta
TUGAS 4 MENCARI CERITA RAKYAT SECARA MANDIRI
PUTRI GADING CEMPAKA
Dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi yang sekarang termasuk ke dalam wilayah
Provinsi Bengkulu, pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Sungai Serut.
Pendiri sekaligus raja pertama kerajaan ini bernama Ratu Agung, yaitu seorang pangeran
yang berasal dari Kerajaan Majapahit di Jawa. Konon, ia merupakan penjelmaan dewa
dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan di bumi. Ratu Agung
memerintah negeri itu dengan arif dan bijaksana. Walaupun rakyat yang diperintahnya
adalah bangsa Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi, tegap, dan besar, ia tetap
sebagai raja yang disegani oleh seluruh rakyatnya.
Ratu Agung mempunyai enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra
tersebut adalah Kelamba Api atau Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk
Rompong, Rindang Papan, Anak Dalam, dan yang paling bungsu adalah seorang putri
bernama Putri Gading Cempaka. Menurut cerita, kerajaan ini menjadi terkenal hingga ke
berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi juga oleh
kecantikan Putri Gading Cempaka. Meskipun usianya baru beranjak remaja, keelokan
paras sang Putri sudah terlihat sangat jelas, anggun dan mempesona bagai bidadari.
Sudah banyak pangeran yang datang meminangnya, namun semuanya ditolak oleh Ratu
Agung karena sang Putri masih belum cukup umur.
Seiring berjalannya waktu, Putri Gading Cempaka pun tumbuh menjadi gadis
dewasa. Demikian pula Ratu Agung yang kian menua usianya. Suatu hari, penguasa
Kerajaan Sungai Serut itu sakit keras. Ia mendapat firasat bahwa ajalnya tidak lama lagi
tiba. Maka, sang Raja pun mengumpulkan ketujuh putra-putrinya untuk menyampaikan
wasiat kepada mereka.
“Wahai, anak-anakku. Ayahanda takkan lama lagi hidup di dunia ini. Maka sebelum itu,
Ayahanda akan menitipkan dua wasiat kepada kalian,” kata sang Ayah dengan suara
lirih.
Mendengar perkataan itu, wajah ketujuh anak raja itu mendadak lesu, terutama
Putri Gading Cempaka. Ia tak bisa menahan perasaan sedihnya mendengar ucapan sang
Ayah. Perlahan-lahan air matanya pun berderai membasahi pipinya yang kemerah-
merahan.
“Ayah jangan berkata begitu. Kami tidak ingin kehilangan Ayah,” isak Putri Gading
Cempaka seraya merangkul ayahandanya.
“Sudahlah, Putriku. Semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ajal
kita semua ada di tangan-Nya. Kita tidak kuasa menahan jika ajal itu datang,” ujar Raja
Ratu Agung menengkan hati putrinya. Raja yang arif dan bijaksana itu kemudian
menyampaikan wasiatnya.
“Demi menjunjung tinggi rasa keadilan, kedamaian, dan ketenteraman di negeri ini,
Aku mewasiatkan tahta Kerajaan Sungai Serut ini kepada putraku Anak Dalam. Aku
berharap agar kalian semua tetap bersatu baik dalam suka maupun duka,“ ujar Ratu
Agung kepada putra-putrinya seraya melanjutkan wasiatnya yang kedua, “Sekiranya
negeri Sungai Serut ditimpa musibah besar dan tidak bisa lagi dipertahankan,
menyingkirlah kalian ke Gunung Bungkuk. Kelak di sana akan datang seorang raja yang
berjodoh dengan anak gadisku tercinta, Putri Gading Cempaka.”
Wasiat tentang tahta Kerajaan Sungai Serut itu pun diterima oleh Anak Dalam
tanpa ada ada rasa iri hati dari kelima saudara tuanya. Bahkan, mereka sangat
mendukung dipilihnya Anak Dalam sebagai pewaris tahta. Selang beberapa hari
kemudian, Raja Ratu Agung pun menghembuskan nafas terakhirnya. Seluruh negeri pun
berduka-cita. Putri Gading Cempaka seolah tidak rela melepas kepergian ayahanda yang
amat dicintainya itu. Namun, sang Putri pun hanya bisa pasrah dan berdoa agar
ayahandanya mendapat ketenangan di alam kubur.
Anak Dalam kemudian dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Namun,
nama kerajaan itu kini bernama Kerajaan Bangkahulu. Seperti ayahnya, Raja Anak
Dalam adalah pemimpin yang arif sehingga ia dan keenam saudaranya senantiasa hidup
rukun dan damai. Dalam waktu singkat, kemasyhurannya pun tersebar ke berbagai
negeri. Selain itu, kecantikan Putri Gading Campaka semakin membuat negeri kian
dikenal. Sudah banyak bangsawan maupun pangeran yang datang meminangnya,
namun belum satu pun pinangan yang diterima.
Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota dari Kerajaan Aceh bernama
Pangeran Raja Muda Aceh hendak meminang sang Putri. Pangeran itu datang bersama
segenap hulubalangnya dengan menggunakan kapal layar. Setiba di pelabuhan
Bangkahulu, sang Pangeran mengutus beberapa penasehatnya ke istana untuk
menyampaikan pinangannya kepada Raja Anak Dalam.
“Ampun, Baginda. Hamba adalah utusan Pangeran Raja Muda Aceh dari Kerajaan Aceh.
Saat ini beliau menunggu di atas kapal yang sedang bersandar di dermaga,” kata salah
seorang utusan seraya memberi hormat.
“Apa yang bisa saya bantu untuk Pangeran kalian?” tanya Raja Anak Dalam.
“Sebenarnya kedatangan hamba ke mari untuk menyampaikan pinangan tuan kami
kepada Putri Gading Cempaka,” jawab utusan itu.
Raja Anak dalam tidak mau mengambil keputusan sendiri. Ia mengajak semua
saudaranya untuk membicarakan masalah tersebut. Sementara itu, para utusan diminta
untuk menunggu sejenak. Tak berapa lama kemudian, mereka pun kembali menemui
para utusan untuk menyampaikan hasil mufakat yang telah mereka putuskan.
“Maafkan kami, wahai utusan. Pinangan Tuan kalian belum dapat kami kabulkan,”
kata Raja Anak Dalam.
Serentak para utusan itu terkejut. Dengan perasaan kecewa, mereka segera kembali ke
dermaga untuk melapor kepada Raja Muda Aceh. Betapa murkanya Pangeran dari
Tanah Rencong itu saat mendengar laporan tersebut.
“Apa?! Mereka menolak pinanganku?!” kata Raja Muda Aceh geram.
Merasa dikecewakan, Raja Muda Aceh menjadi marah dan menantang Raja Anak Dalam
untuk berperang. Perang besar tak terhindarkan dan berlangsung hingga berhari-hari
dengan banyak korban jiwa yang berjatuhan. Perang terus berkecamuk. Mayat-mayat
yang sudah berhari-hari bergelimpangan tanpa terurus mulai membusuk. Raja Anak
Dalam dan seluruh pasukannya tidak tahan lagi menahan bau busuk tersebut. Saat
itulah, sang Raja teringat pada wasiat ayahandanya.
“Wahai saudara-saudaraku! Sesuai dengan pesan ayahanda bahwa jika negeri ini sudah
tidak aman lagi, kita disarankan untuk menyingkir ke Gunung Bungkuk,” kata Raja Anak
Dalam.
Akhirnya, Raja Anak Dalam serta keenam saudaranya segera menarik diri menuju
Gunung Bungkuk. Sementara itu, Pangeran Raja Muda Aceh bersama pasukannya yang
masih hidup kembali ke Tanah Rencong tanpa membawa hasil.
Sepeninggal para pemimpinnya, Kerajaan Bangkahulu menjadi kacau. Mendengar kabar
tersebut, datanglah empat pasirah (bangsawan) Lebong Balik Bukit untuk menjadi raja di
sana. Namun, setelah berhasil menguasai negeri tersebut, mereka malah saling bertikai
karena memperebutkan wilayah kekuasaan.
Menurut cerita, pertikaian keempat pasirah tersebut didamaikan oleh Maharaja
Sakti. Ia adalah utusan Kerajaan Pagaruyung, kerajaan di Minangkabau yang diperintah
oleh Seri Maharaja Diraja, untuk berkelana. Akhirnya, keempat pasirah tersebut segera
menghadap Sultan Pagaruyung untuk memohon agar Maharaja Sakti yang adil dan
bijaksana itu diangkat menjadi raja di Bangkahulu. Permohonan mereka dikambulkan.
Upacara penobatan Maharaja Sakti pun dilaksanakan di balairung Kerajaan Pagaruyung.
Setelah itu, Baginda Maharaja Sakti berangkat menuju ke Bangkahulu dengan
diiringi oleh ratusan pengawal dan juga oleh keempat pasirah. Setiba di sana, upacara
penobatan sebagai raja di negeri itu pun telah disiapkan. Namun, ketika upacara itu akan
dimulai, tiba-tiba langit menjadi gelap, lalu turunlah hujan yang sangat deras disertai
angin kencang. Atas kesepakatan bersama, upacara itu akhirnya ditunda sambil
menunggu cuaca kembali cerah. Namun, hingga malam hari, hujan dan badai tak
kunjung berhenti.
Malam itu, Baginda Maharaja Sakti bermimpi melihat seorang bidadari sedang
menari-nari di tengah hujan badai. Ajaibnya, tak sedikit pun tubuh bidadari itu basah
terkena air hujan. Bidadari itu kemudian menuju ke Gunung Bungkuk. Keesokan harinya,
Baginda Maharaja Sakti menceritakan perihal mimpinya kepada keempat pasirah yang
kemudian meminta seorang peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut.
“Ampun, Baginda. Ternyata, bidadari cantik yang ada di dalam mimpi Baginda
adalah Putri Gading Cempaka, putri penguasa wilayah ini di masa lalu. Kini, ia tinggal di
Gunung Bungkuk bersama keenam saudaranya. Jika Baginda bisa membawanya ke
sini, Baginda akan mendirikan negeri ini tegak kembali dengan selamat. Menurut
ramalan hamba, Putri Gading Cempaka kelak akan menurunkan raja-raja di negeri ini,”
ungkap peramal itu.
Mendengar keterangan tersebut, sang Baginda pun berhasrat meminang sang
Putri. Ia lalu mengutus keempat pasirah dan beberapa pengawalnya untuk menjemput
Putri Gading Cempaka di Gunung Bungkuk. Setiba di sana, mereka menghadap Raja
Anak Dalam dan semua saudaranya.
“Ampun, Baginda! Kami adalah utusan dari Tuanku Baginda Maharaja Sakti. Atas titah
beliau, hamba diminta untuk menjemput Tuanku Putri Gading Cempaka beserta tuan-
tuan sekalian. Baginda Maharaja Sakti bermaksud mengangkat Tuanku Putri Gading
Cempaka menjadi permaisuri di Negeri Bangkahulu,” ungkap para utusan itu.
Raja Anak Dalam bersama saudara-saudaranya pun menerima pinangan
Maharaja Sakti sesuai dengan wasiat ayah mereka. Akhirnya, pesta pernikahan Putri
Gading Cempaka dengan Maharaja Sakti pun dilangsungkan di Bangkahulu. Pesta
berlangsung meriah karena bersamaan dengan upacara penobatan Maharaja Sakti
menjadi raja di Negeri Bangkahulu.
Setelah menikah, dibangunlah istana baru yang megah sebagai pusat
pemerintahan. Oleh karena letak istana itu berada di Kuala Sungai Lemau, maka
kerajaan itu pun berganti nama menjadi Kerajaan Sungai Lemau. Baginda Maharaja Sakti
memimpin kerajaan itu dengan arif dan bijaksana. Ia dan permaisurinya pun hidup
bahagia. Begitulah kisah Putri Gading Cempaka yang telah menurunkan raja-raja
Kerajaan Sungai Lemau.
Demikian cerita Putri Gading Cempaka dari Bengkulu. Putri Gading Cempaka
adalah putri bungsu Raja Ratu Agung yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Menurut
cerita, Putri Cempaka adalah leluhur dari raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Sungai Lemau, Bengkulu Utara. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas
adalah anak yang taat kepada nasehat orangtua seperti Putri Gading Cempaka dan
saudara-saudaranya pada akhirnya mendapat kebahagiaan.
JAWABAN TUGAS 4 MENCARI CERITA RAKYAT SECARA MANDIRI
2. a. Toko siapa sajakah yang ada dalam cerita itu?
1. Ratu Agung
2. anak- anak Ratu Agung
a. Kelamba Api
b. Manuk Mincur
c. Lemang Batu
d. Tajuk Rompong
e. Rindang Papan
f. Anak Dalam
g. Putri Gading Cempaka
b. Di mana cerita itu terjadi?
Di negeri Sungai Serut
c. Kapan peristiwa itu terjadi?
Pada zaman kerajaan Majapahit
d. Tema atau masalah apa yang ada di dalamnya?
Kisah berdirinya kerajaan Sungai Lemau
e. Nilai-nilai apa yang terkandung di dalamnya?
Nilai Moral, Nilai budaya dan nilai sosial.
f. Sikap dan perilaku seperti apakah yang dapat kamu identifikasi dari cerita itu?
Patuh dan taat pada nasehat orang tua
Tidak iri hati antara sesama mereka.
3. Setelah cerita kamu peroleh , kamu buat ringkasannya dalam 12-15 kalimat.
Putri Gading Cempaka adalah putri bungsu Raja Ratu Agung yang berasal dari
Kerajaan Majapahit. Menurut cerita, Putri Cempaka adalah leluhur dari raja-raja yang
pernah memerintah di Kerajaan Sungai Lemau, Bengkulu Utara.
Seiring berjalannya waktu, Putri Gading Cempaka pun tumbuh menjadi gadis
dewasa. Demikian pula Ratu Agung yang kian menua usianya. Suatu hari, penguasa
Kerajaan Sungai Serut itu sakit keras. Ia mendapat firasat bahwa ajalnya tidak lama lagi
tiba. Maka, sang Raja pun mengumpulkan ketujuh putra-putrinya untuk menyampaikan
wasiat kepada mereka.
“Wahai, anak-anakku. Ayahanda takkan lama lagi hidup di dunia ini. Maka sebelum itu,
Ayahanda akan menitipkan dua wasiat kepada kalian,” kata sang Ayah dengan suara
lirih.
Mendengar perkataan itu, wajah ketujuh anak raja itu mendadak lesu, terutama
Putri Gading Cempaka. Ia tak bisa menahan perasaan sedihnya mendengar ucapan sang
Ayah. Perlahan-lahan air matanya pun berderai membasahi pipinya yang kemerah-
merahan.
Setelah menikah, dibangunlah istana baru yang megah sebagai pusat
pemerintahan. Oleh karena letak istana itu berada di Kuala Sungai Lemau, maka
kerajaan itu pun berganti nama menjadi Kerajaan Sungai Lemau. Baginda Maharaja Sakti
memimpin kerajaan itu dengan arif dan bijaksana. Ia dan permaisurinya pun hidup
bahagia. Begitulah kisah Putri Gading Cempaka yang telah menurunkan raja-raja
Kerajaan Sungai Lemau.
4. Untuk menambah wawasanmu tentang sastra, cari dan bacalah novel yang berjudul
"Penakluk Ujung Dunia" Karya Bokor Hutasuhut. Kemudian jawablah pertanyaan berikut:
a. Siapa saja pelakunya?
1. Raja Panggonggom
2. Ronggur
3. Ayah Ronggur
4. Tio
5. Ibu Ronggur
6. Lolom
b. Di mana cerita itu terjadi?
Di Tanah Batak
c. Kapan Peristiwa itu terjadi?
Dijaman Kolonial Belanda
d. Ceritakan ulang apa yang kamu baca!
Novel Penakluk Ujung Dunia, narasi yang menggunakan teknik alur maju atau menanjak. Pautan peristiwanya dijalin oleh hubungan, baik secara temporal maupun hu-bungan kausal. Walaupun untuk menguatkan sesuatu atau bagian peristiwa tertentu juga menggunakan flashback , namun dia digunakan untuk menerangjelaskan suatu masalah yang sedang dihadapi sehingga menjadi jelas.
Alur novel ini, dapat dikatakan masuk dalam kategori alur longgar (loose plot), dalam arti jalinan peristiwa yang kurang padu, sehingga memungkin satu-dua peristiwa atau bab masih bisa dikurangi atau ditiadakan. Kekurangpaduan itu juga, adanya bebe-rapa bab. Terasa kurang didramatisasi atau kurang pelukisan situasi dan dialog, tapi lebih kepada fokus sudut pandang pengarang yang bahkan menempatkan diri sebagai omniscient point of view.
Hal ini terlihat dengan jelas di hampir seluruh bab. Keterangan pengarang yang bertindak sebagai narator atau pencerita, jauh lebih dominan. Bandingkan dengan dialog dan tindakan, sehingga karakter tokoh kurang berkembang.
Sebagai penyeimbang, kelihatan pengarang sangat memahami masalah. Menge-nal serta menguasai setting, sehingga selalu sesuatu peristiwa atau suasana seperti benar-benar terjadi di depan mata. Terutama latar tempat kejadian dan suasana alam yang dipaparkan kepada kita. Boleh jadi akan sangat membosankan, di tangan pengarang terasa menarik untuk diamati. Novel ini terdiri sembilan bab yang resume kronologisnya, kita paparkan sebagai berikut.
Bab pertama mengisahkan peristiwa Raja Panggonggom, sedang mengumpulkan seluruh pembesar marga untuk berkumpul di pusat kampung. Mereka membahas masalah pertikaian dengan marga lain. Bermula dengan terbunuhnya anggota marga Amani Boltung dalam rebutan aliran air di sawahnya.
Ronggur, seorang pemuda, mengusulkan supaya dicari akar masalahnya. Tanah persawahan telah semakin sempit sehingga perlu dicari daerah baru dengan mengarungi sungai Titian Dewata. Usulnya ditolak, karena tidak masuk akal para pengetua. Sungai Titian Dewata berakhir ke ujung dunia tempat roh mereka dikembalikan ke Mula Jadi na Bolon, sama sekali bukan daerah subur sebagaimana yang dibayangkan oleh Ronggur. Musyawarah sepakat untuk mengumumkan perang ke marga yang telah mencoreng arang ke kening mereka.
Marga Ronggur kemudian menyerang marga yang membunuh Amani Boltung dan mendapat kemenangan. Ronggur sendiri berperan aktip bahkan menyelamatkan nyawa Raja Panggonggom serta dapat menawan putri Raja Nabegu. Sebagai balas jasa, Ronggur diangkat sebagai Raja ni Huta (Muda) yang menguasai tanah bekas yang dikuasai marga yang ditaklukkan.
Pengorbitan Ronggur yang tanpa cacat-cela, terasa kurang meyakinkan. Lukisan dan tindakan protagonis yang terasa tidak bergerak sendiri, tapi dikendalikan oleh pengarang. Kurang dideskripsikan bagaimana keadaan marga yang kalah dan
bagaimana pula marga yang menang memperlakukan mereka. Keadaan kebanyakan kita perdapat dari keterangan pengarang.
Pada bab kedua diceritakan perlakuan Ronggur yang baik terhadap Tiur dan rencananya untuk memerdekakan. Keinginannya, kuat untuk memulai perjalananan mengharungi Sungai Titian Dewata. Di sini terungkap, ayah Ronggur sebelumnya pernah mengharungi sungai. Niatnya sama bersama bekas Datu Bolon Gelar Guru Marsahit Lipan, namun tewas digulung arus sementara sang datu selamat. Bab ini akan lebih menarik apabila masalah perbudakan yang disinggung tidak semata diterangkan tapi lebih dideskripsikan.
Bab tiga, Ronggur bersama Tio memulai pekejaan membuat perahu yang mencari bahannya jauh di dalam hutan. Dalam bab ini terlihat penguasaan pengarang terhadap latar yang menghidupi cerita. Terkuak pula rencana masing-masing marga mempere-butkan hutan untuk memperluas wilayah dan persawahan. Masalah ini misalnya diungkap pengarang secara lebih meluas akan cukup menarik karena hal itu cukup relevan, hingga ke hari ini.
Dalam bab empat rencana keberangkatan Ronggur dibahas dalam rapat lengkap. Di sini dipertentangkan dua karakter yang saling menyala: kubu rasional yang diwakili oleh Ronggur dan kubu irrasional oleh pihak kerajaan dan masyarakat umumnya. Ronggur tetap pada pendiriannya walaupun dia dikutuk dan dikeluarkan dari silsilah marga. Dalam bab ini menyentuh hati respons ibu Ronggur yang sudah renta di mana dia memberikan sugesti sebagai ibu yang tabah meskipun dia akan memanggung resikonya.
Bab lima Ronggur berangkat ditemani Tio dan anjingnya. Diantar oleh ibunya dan bekas datu, sementara kerajaan dan masyarakat dilarang untuk memberikan perhatian. Di sini ada renungan Tio yang menarik tentang arti kemerdekaan untuk diri yang menjadi motivasinya untuk ikut. Lebih meyakinkan lagi kalau renungan itu diuraikan dengan jalan pikiran Tio sendiri tanpa harus dikendalikan oleh pengarang.
Dalam bab ini muncul tokoh yang menarik, Lolom. Dia mau ikut meski dengan niat dan motivasi yang bertolak belakang. Lolom adalah sosok dari kelompok marjinal dan berada di luar sistem kemasyarakatan dan kerajaan. Seorang penjudi kelas berat namun punya watak jujur dan terus terang. Kenapa keinginannya ditolak Ronggur? Saya membayangkan sekiranya dia ikut serta, novel ini tidak sekedar linear dan hitam putih. Dengan adanya sebuah ironi dan seolah stigma, menurut hemat saya novel akan lebih berkembang dalam kerumitan dan variasi yang lebih menarik. Penolakan ini juga terasa sebuah romantisisme terhadap sesuatu yang dianggap ideal dan tak boleh dicemari dan digangu-gugat.
Dalam petualangan ini muncul renungan filosofis dan pengamatan alam yang cukup dikuasai pengarang, sehingga mengurangi kemonotonan. Dalam kelelahan, dan ketakutan serta putus asa dalam diri Tio, dia dimerdekakan, yang menghidupkan kembali harapannya.
Pada bab enam, karena tak tahan dengan arus yang menggila, perjalanan diteruskan dengan jalan darat menembus hutan dan bukit. Di sini mereka bertemu de-
ngan fenomena yang aneh. Ternyata matahari. Kemudian mereka menjumpai air terjun, yang dipercayai selama ini sebagai ujung dunia tempat arwah nenek moyang tersimpan.
Dalam bab tujuh, mereka kembali meneruskan perjalanan dengan berperahu karena ternyata hilir air terjun terus mengalirkan sungai-sungai. Di sini menemukan air pasang dan danau tak bertepi (laut). Ini daerah impian mereka. Mereka lalu bertani dan mendapatkan seorang anak.
Bab delapan perjalanan pulang ke kampung halaman memberitakan keberhasilan mereka. Ronggur sadar, menaklukkan alam jauh lebih mudah daripada mengubah kepercayaan yang telah berurat berakar.
Pada bab sembilan dipaparkan penolakan kerajaan marga atas temuan mereka. Diputuskan mereka dihukum mati. Pada saat yang genting mereka ditolong oleh orang-orang yang disisihkan dan melarikan diri kembali ke daerah baru yang menjanjikan. Masih diteruskan dengan pengejaran pasukan marga. Mereka dapat ditawan Ronggur. Sebagian kecil diutus kembali ke marga untuk mengikat perjanjian perdamaian. Diceritakan juga setelah itu, ramai para pendatang merambah jalan-jalan baru.
TUGAS BAHASA INDONESIA
NAMA : LETA SULASTRI
KELAS : VII4
SEKOLAH : SMP NEGERI 5 SELUMA
PERTANYAAN
1) Apakah anda mempunyai hewan peliharaan?
2) Hewan apa yang anda pelihara?
3) Apa makanan hewan itu?
4) Berapa ekor ayam anda?
5) Dimanakah anda membeli ayam itu?
6) Hewan jenis apa yang anda pelihara?
7) Apakah ayam anda mempunyai nama?
8) Apakah hewan anda memiliki rumah?
9) Mengapa suka memelihara ayam?
10) bagaiman cara anda memelihara hewan itu?
JAWABAN
1) Iya, saya mempunyai hewan peliharaan
2) Hewan yang saya pelihara adalah ayam
3) Makanan hewan saya adalah jagung
4) Ayam saya ada dua ekor
5) Saya membeli ayam itu di pasar
6) Hewan yang saya pelihara adalah ayam jenis betina
7) Ayam saya mempunyai nama yaitu Rico dan Roni
8) Hewan saya memiliki rumah, rumahnya di belakang rumah saya
9) Saya suka memelihara ayam karena ayam adalah hewan yang berkaki dua, (2) saya sangat suka hewan yang berkaki dua
10) Cara saya memelihara hewan, yaitu:
1. Rutin memberinya makan
2. Memandikannya 1 (satu) kali dalam sehari
3. Dan membersihkan kandangnya
1) Definisi Hewan Peliharaan
Definisi Hewan peliharaan itu ayam dan hewan ini berkaki dua (2) dan ayam makanannya adalah jagung, ayam banyak macamnya ada yang betina, jantan, dll. Dan ayam adalah hewan darat
2) Nama pemilik Hewan
Nama pemilik Hewan adalah : Monica Desi Deria