Pusat pengobatan alternatif dengan metode pengobatan ... · Arsitektur Tradisional Bali yang...
Transcript of Pusat pengobatan alternatif dengan metode pengobatan ... · Arsitektur Tradisional Bali yang...
13
KONSEP DESAIN
2.1. KONSEP BANGUNAN
Pada desain bangunan ini mengambil konsep dari dasar pembangunan
bangunan Tradisional Bali, yang berlandaskan kepada seluruh nilai-nilai atau
norma-norma kehidupan yang ada di Bali.
Adapun konsep yang digunakan yaitu HASTA KOSALA KOSALI.
Adapun dasar pemakaian konsep ini karena melihat sisi keberadaan dari
Arsitektur Tradisional Bali yang perwujudannya didalam alam ini akan
memberikan dampak kepada kehidupan masyarakatnya, karena bangunan
Tradisional Bali merupakan cerminan dari ekspresi kehidupan masyarakat
Bali.
Penjelasan dan Latar Belakang Pemakaian Konsep
Kata Hasta Kosala Kosali berarti :
Hasta Kosala : sebuah aturan pembuatan bangunan suci, menara dan
bangunan tinggi.
Hasta Kosali : sebuah aturan pembangunan bangunan perumahan, atau
tempat tinggal manusia.
Tetapi sebelum menerapkan konsep ini kedalam desain bangunan
yang direncanakan, perlu diketahui dahulu latar belakang dan landasan dari
keberadaan aturan-aturan ini, mengingat dari sejarah arsitektur Bali yang ada
mengatakan bahwa keberadaan dari semua aturan-aturan tersebut diatas baru
dimulai sejak abad I masehi sampai dengan abad IX masehi. Tetapi sebelum
itu di Bali sudah ada kehidupan, yaitu pada jaman megalitikum, dimana di
Bali sudah ada satu aturan pembangunan yang diterapkan oleh penduduknya.
Salah satu yang secara nyata dapat kita temui sampai saat ini yaitu bangunan
Punden Berundak, yang merupakan bangunan yang berfungsi sebagai
kuburan manusia yang bentuknya bertingkat-tingkat.
Pada saat itu masyarakat atau orang-orang yang ada di Bali masih
memeluk agama yang bernama Siwa, karena pada jaman itu Agama Hindu
14
belum masuk ke Bali. Kemudian baru setelah Rsi Markandya (abad I –IX
masehi) membuka Pulau Bali, baru kemudian konsep ajaran Hindu mulai
masuk kedalam masyarakatnya.
Hal pertama yang dilakukan oleh Rsi Markandya ini yaitu melakukan
perbaikan dibidang pertanian, peternakan, irigasi, perikanan, dan pemukiman.
Kemudian konsep ajaran Hindu ini mempengaruhi semua aspek kehidupan
masyarakatnya, termasuk didalam arsitektur. Aturan pembangunan yang
lama, kemuedian disesuaikan dengan konsep ajaran Hindu, maka lahirlah
berbagai aturan-aturan yang baru, termasuk Hasta Kosala Kosali didalamnya.
Jadi konsep bangunan Tradisional Bali seperti (Nistha, Madya, Utama) atau
(kepala, badan, kaki), pada dasarnya diambil dari konsep bangunan punden
berundak yang memliki tingkatan-tingkatan tertentu, yang kemudian
disesuaikan dengan ajaran dan keyakinan masyarakatnya yang baru.
Setelah dikaji lebih dalam lagi dengan mengamati beberapa bangunan
lama atau kuno di Bali, ternyata konsep bangunan punden berundak atau
konsep (kepala, badan, kaki) ini, keberadaannya memang sesuai dengan
perkembangan dari konsep aturan pembangunan seperti dijelaskan diatas. Ini
terbukti dengan keberadaan salah satu bangunan di Puri Ubud yang bernama
Puri Saren, yang oleh sesepuh adat setempat menjelaskan bahwa dasar dari
perwujudan bangunan ini dari punden berundak, dimana bangunan ini sangat
jelas memberikan gambaran tentang tingkatan-tingkatan pembangunan yang
ada di Bali
Kalau di masyarakat Bali sekarang ini bangunan punden berundak ini
lebih dikenal dengan sebutan bale saka pat, saka roars, dan seterusnya.
Bangunan ini dikenal bukan lagi karena tingkatan-tingkatan seperti yang
tersebut diatas, tetapi dari jumlah kolom atau tiang penyangga yang
digunakan didalam bangunannya.
Hal-hal inilah yang ingin dihidupkan lagi didalam desain bangunan
yang direncanakan. Dengan penggunaan konse atau aturan-aturan ini
diharapkan masyarakat Bali mengetahui dari mana sebenarnya asal dari
aturan-aturan pembangunan yang ada sekarang itu berasal.
15
2.1.1. LANDASAN DESAIN
Ada beberapa landasan yang dipakai dalam desain ini, yaitu :
Landasan Agama : berdasarkan kitab suci Hindu yaitu Weda,
2.1.2. FILOSOFI UMUM TATA RUANG
WEDA
SRUTI SEMRTI
Sad Wedangga Upaweda
SENI
SILPASASTRA SILPAPRAPKAGA
Arsitektur Tradisional Bali(Arsitektur Hindu)
- HASTA KOSALA, untuk bangunan suci dankematian
- HASTA KOSALI, bangunan perumahan- HASTA BUMI, tata letak bangunan- JANANTAKA, klasifikasi kayu- BHAMAKRTIH, upacara dalam pembangunan- SWAKARMA, tentang peraturan arsitek Bali
16
alam1. Makna alam semesta
tujuansumber daya hidup
penghidupan dan kehidupan
2. Nilai lingkungan hidup
lingkungan buatan alam semesta
3. Pendekatan kesepadanan
Bagaimana Rupa Alam Semesta Manusia berasal dari alamSemesta
manusia
manusia
manusia
17
4. Keharmonisan dan kesepadanan antara manusia – arsitektur – alam semesta
MANUSIA LINGKUNGAN BUATAN ALAMBuana alit arsitektur bhuana agung
LANDASAN ETIK
Sikap manusia terhadap lingkungan buatan (arsitektur) dengan lingkungan alam.
ALAM
MANUSIA
ARSITEKTURSebagai benda yang dihidupkan
Hubungan antara arsitektur dengan arsitektur
ARSITEKTUR
ARSITEKTUR ARSITEKTUR
- tidak saling merugikan- memperhatikan tata nilai fungsi- memperhatikan stratifikasi social
18
Menjaga konsistensi tata nilai
UTAMA
MADIA
KANISTA
HIRARKI LEVEL
HirarkiBahan
19
2.1.3. HUBUNGAN BENTUK DESAIN DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
BALI
Dalam hal ini ingin dijelaskan bahwa desain bangunan ini, dapat memberikan
gambaran perwujudan fisik arsitektur tradisional Bali, yang dilatar belakangi, dan
merupakan perwujudan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali.
Untuk itu maka diperlukan pemahaman akan adanya berbagai hubungan yang
mempengruhi perwujudan fisik arsitektur, yaitu:
Hubungan bentuk dengan Keagamaan
Adanya tingkatan kehidupan dari manusia sampai dengan Tuhan. Kemudian
terjadi perkembangan cara berhubungan dengan Tuhan.
SWAH atas / utara
BWAH
BHUR Barat manusia Timur
BUAH
SWAH
Bawah / selatan
Hubungan bentuk dengan Sosial Budaya
a. Tradisi didalam membangun, menyangkut hasil proses pembangunan
Tradisional.
b. Stratifikasi atau pelapisan social tradisional, berkaitan dengan kewenangan
penggunaan bentuk-bentuk tertentu.
c. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap wadah kehidupan.
d. Komunikasi yang menyangkut kecepatan penularan budaya membangun.
e. Kegiatan-kegiatan adat yang membutuhkan ruang-ruang tertentu.
20
Hubungan bentuk dengan Sosial Ekonomi.
Hubungan ini mencakup tentang kemampuan dalam:
1. penguasaan lahan untuk pembangunan
2. kemampuan dalam hal besaran pembangunan (jumlah, luas, dll)
3. kemampuan dalam kualitas atau kemewahan bangunan.
Sedangkan dalam hal ekonomi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. dimensi pekarangan
2. jumlah dan tipe bangunan yang dapat dibangun
3. tata hias dan bahan yang mampu dipergunakan.
Hubungan bentuk dengan Teknologi
didalam hubungan ini, ada beberapa hal yang peting yaitu :
1. tingkat kecanggihan bahan, yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari desain
yang diinginkan
2. teknologi bahan juga mempengaruhi penampilan bangunan
3. kemampuan teknik dapat mempengaruhi pola ruang
Hubungan bentuk dengan politik dan kebijaksanaan
yang dimaksud dari hubungan ini yaitu hubungan antara politik dari penguasa
yang ada di daerah tersebut,. Dalam hal ini yang dimaksu adalah para raja-raja Bali yang
statusnya masih diakui secara adat sampai saat ini. Juga ada hubungannya dengan
kebijakan atas pengembangan arsitektur, yaitu:
1. Arsitektur yang dimiliki
2. Perkawinan dengan gaya arsitektur luar
3. Penyerapan nilai-nilai bar
2.2. KONSEP TATA RUANG PEKARANGAN (ruang luar)
21
Pada pengolahan ruang luar yang ada didalam proyek ini, yaitu dengan menciptkan
suatu ruang luar denagn menggunakan Science taknis teknologi kearsitekturan, dan juga
bersamaan dengan hal-hal yang bersifat irasional (rasa kejiwaan).
Setiap tata ruang pekarangan yang ada didalam perencanaan harus memiliki batas-
batas pekarangan yang jelas, terang dan tegas, dan juga memiliki hirarki Tri
Mandala (Nistha, Madya, dan Utama) dan Sanga Mandala (orientasi terhadap arah mata
angin).
Perencanaan pekarangan (ruang luar) didalam desain ini, diupayakan terdiri dari masa-
masa bangunan yang dapat menciptakan ruang-ruang yang memiliki orientasi kedalam. Yang
perlu diperhatikan didalam pengolahan ruang luar ini adalah pengadaan pelataran dari
pekarangan bangun-bangunan didalam proyek ini, didesain supaya terjadi suasana
berjenjang dan bertingkat sesuai dengan hirarki Nistha, Madya Utama. baik bagi satu
pekarangan bangun-bangunan maupun bagi setiap bagiannya itu sendiri.
2.3. PERANCANGAN TAPAK
22
Penempatan masa pada deain ini tetap mempergunakan aturan pembangunan arsitektur
tradisional Bali. Dimana kondisi site sangat menentukan posisi bangunan tertentu yang
dipengaruhi oleh orientasi, arah angin, dan sebagainya.
Berikut akan dijelaskan tentang penempatan masa pada site :
2.1. gambar site plant
Proyek yang direncanakan ini memiliki masa yang banyak. Sehingga perlu
menempatkan suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyatu bangunan-bangunan kecil yang
ada disekitarnya. Untuk itu akan dijelaskan posisi setiap masa bangunan yang direncanakan
pada desain ini.
2.3.1. Entrance :
K E T E R A N G A N
A. Entrance
B. Pos JagaC. Bangunan utamaD. Parkir
E. Bag. Patah TulangF. Bag. Penyakit
Dalam
G. KantinH. R. GensetI. Asrama Pasien
J. Bag, Kejiwaan
K. Asrama Pasien
L. Bale pegenjah
M. Hutan Terapi
N. Pura
O. Jembatan
P. Terapi Air
Q. Bukit Meditasi
R. Auditorium
S. Parkir Auditorium
T. Tower Air
U. Penugun Karang
V. Keluar
U T A R A
23
Entrance pada desain ini dipilih daerah yang datar, dan sedikit memiliki
kontur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kendaraan yang akan masuk kedalam site.
Disamping itu juga daerah entrance ini berada pada posisi yang tinggi, sehingga setiap orang
yang masuk ke dalam site, dapat langsung melihat sebagian besar dari posisi masa-masa yang
ada di site tersebut.
2.2. posisi entrance utama
Dari entrance kemudian para pengunjung akan bertemu dengan pos jaga, yang berada
tepat didepan entrance utama ini. Tujuannya supaya para pengunjung dapat menanyakan hal
yang menjadi keperluannya. Disamping itu di daerah pos jaga ini juga sebagai tempat
pemberhentian alat transportasi khusus untuk para pasien yang datang dengan angkutan
umum, yang harus turun didaerah entrance.
2.3. Pos Jaga
Posisi Entrance
Dari daerah pos jaga ini kemudian sirkulasikendaraan dipisah menjadi dua bagian,yaitu ke daerah auditorium dan ke daerahpengobatan.
24
2.3.2. Bangunan Utama :
2.4. posisi bangunan utama
bangunan utama ini berada pada daerah yang terendah si site. Hal ini bertujuan untuk
menyesuaikan dengan peraturan pembangunan yang ada di Bali, yang membatasi tentang
ketinggian bangunan. Sehingga untuk membuat suatu bangunan bisa terkesan tinggi, maka
dipilih daerah yang rendah yang ada pada site.
2.3.3 Daerah Pengobatan
Daerahyangrendahpada site
Pada gambar disamping dapatdilihat posisi bangunan utamajika dilihat dari potonganbangunan.
2.5. potongan bangunan utama
Daerah Pengobatan ini berada dekatdengan banguna utama, karena bangunanutama. Sehingga sangat mudah dicapaioleh para pengobat/perawat.
25
2.6. posisi daerah pengobatan
2.7. potongan daerah prngobatan
2.3.4. Asrama Pasien
Posisi satugaris lurusdapatdilihat padagambardisamping
Dapat dilihatpada gambardisamping,bahwa bangunanutama terlihatberada ditengah-tengah bangunanpengobatan
26
Setiap sub daerah pengobatan, memiliki satu asrama pasien. Hal ini disebabkan karena
perilaku masing-masing pasien berbeda-beda. Dalm hal ini asrama pasien dibedakan menjadi
dua bagian yaitu : asrama untuk daerah patah tulang dan penyakit dalan dan asrama untuk
daerah pengobatan kejiwaan.
2.8. Asrama Penyakit Kejiwaan
2.3.5.
Asrama pasien di daerahpengobatan kejiwaandibagi kedalam tigabuah masa. Hal inidimaksudkan untukpembagian terhadaptingkatan sakit yangdiderita oleh parapasiennya.
Dalam desain ini ingindijelaskan bahwa masing-masingdari daerah atau sub bagian yangada pada site, memiliki batasandaerah sendiri-sendiri. Inidibuktikan dengan adanyadinding satu batu ayng tingginya1,5 meter, yang membatasi daerahtersebut. Dan setiap akanmemasuki daerah tertentuterdapat gapura / entrance,sehingga lebih terlihatpembatasannya.
Pada asrama pasien patahtulang dan penyakitdalam, sengaja dijadikansatu blok masa karenajenis penyakit yangdiderita oleh pasiennya,tidak jauh berbeda.
27
Hutan Terapi
Daerah ini sebenarnya memang merupakan sebuah hutan yang kebetulan terdapat
didalam site yang dipakai. Untuk lebih mempertajam tentang perwujudan sebuah bangunan
tradisional yang ramah akan lingkungan, maka diputuskan untuk tetap mempertahankan hutan
yang ada. Didalam desain ini daerah hutan tersebut digunakan untuk hutan terapi, jadi daerah
hutan ini didesain sedemikian rupa dengan menambahkan sirkulasi yang baik didalamnya,
sehingga mudah untuk dilalui.
2.9. Daerah Hutan Terapi
Hutan terapi ini juga berfungsi untuk menghubungkan antara daerah pengobatan
dengan auditorium. Hutan terapi ini juga dilalui oleh sirkulasi utama didalam desain ini. Hal
ini bertujuan supaya terjadi permainan perasaan bagi setiap orang yang akan keluar dari site
ini.
Sirkulasi yang ada didalam hutan terapiini memakai pedoman sirkulasi yangada dipura-pura yang ada di Bali.Misalnya Pura Lempuyang, dimanatangga yang ada tidak berkelak-keloksesuai dengan kontur, tetapi terusmenanjak, tanpa menghiraukankonturnya. Hal ini memngandungmakna tentang perjalanan hidupmanusia yang harus terus berusahauntuk mencapai tujuan hidupnya yangterakhir, yaitu kedamaian.
28
2.3.6. Bukit Meditasi
Daerah ini merupakan daerah yang tinggi yang terdapat pada site. Derah ini memang
sedikit lebih gersang jika dibandingkan dengan darah hutan terapi. Desain yang terjadi
sengaja disesuaikan dengan kondisi dari alam yang ada pada daerah ini.
Menghadapi daerah yang sedikit terbuka maka desain bangunannyapun lebih terbuka,
sehingga dengan kondisi lahan yang terbuka dan posisinya yang tinggi sangat baik untuk
masa bangunan yang terbuka, sehingga setiap orang yang datang kedaerah ini dapat
menikmati keadaan seluruh bangunan yang ada pada site. Hal ini dapat menunjang fungsi dari
daerah ini sebagai tempat untuk meditasi, karena kesan nyaman dan bebas dapat dirasakan di
daerah ini, tanpa ada sesuatu yang menghalangi.
2.10. Daerah Meditasi
Masa bangunan pada daerah ini
satu sama lainnya saling
berhubungan. Hal ini bertujuan
supaya terjadi kesatuan diantara
masa-masa bangunan yang kecil,
yang dihubungkan oleh sirkulasi
yang ada pada daerah tersebut
29
2.3.7. Pura:
Daerah ini dipilih untuk peletakan Pura karena daerah ini memiliki orientasi yang kuat
terhadap arah utara dan timu. Dua arah ini merupakan arah yang penting bagi peletakan
sebuah Pura, karena kedua arah ini oleh masyarakat Bali dianggap arah yang suci dan baik,
karena mengarah kepada gunung.
2.11. Daerah Pura 2.12. Tampak Depan Pura
Daerah ini merupakan daerah
yang tinggi yang ada didalam site.
Daerah ini memiliki kontur yang
curam. Tetapi hal ini tidak menjadi
halangan untuk mendirikan sebuah
pura, karena pura itu sendiri memiliki
beberapa tingkatan nistha, madya, dan
utama. Dan tingkatan ini disesuaikan
dengan kondisi kontur pada daerah ini.
30
2.3.8. Terapi Air
Aliran sungai yang mengalir membelah site ini tidak menjadikannya merupakan
sebuah halangan didalam pendesainan. Sebaliknya hal ini menjadi sebuah hal yang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan.
Air sungai yang ada pada site ini berasal dari mata air pegunungan yang sangat sehat.
Hal ini menciptakan sebuah ide gagasan bagaimana memanfaatkan kondisi ini dan
menerapkannya kedalam desain yang sedang direncanakan.
Maka dipakailah daerah ini sebagai daerah terapi air. Penempatan daerah terapi air ini
sengaja dekat dengan Pura, karena konsep dari pengobatan terapi air ini disesuaikan dengan
konsep terapi air yang ada di Pura Tampak Siring, yang terdapat diKabupaten Gianyar, Bali.
Daerah ini dibagi
kedalam tiga bagian
yaitu :
a. daerah salin
(bale salin)
b. 2 buah bulakan
(untuk laki-laki
dan wanita)
c. klebutan agung
air yang dipakai adalah
air sungai yang terlebih
dahulu mengalami
penyaringan, sehingga
sudah terhindar dari zat-
zat yang dapat merusak
tubuh.
31
2.3.9. Auditorium :
Lokasi dari daerah auditorium ini berada pada bagian depan dari site. Hal ini bertujuan
supaya terjadi pemidahan privasi didalam desain ini. Dengan menempatkan auditorium pada
bagian depan bangunan maka daerah publik dan semi publik menjadi terpisah. Karena
diasumsikan auditorium dapat dipakai oleh orang luar yang datang ke site yang belum tentu
untuk berobat, dan daerah ini dapat dipakai oleh umum.
Dari gambar
disamping dapat
dilihat bahwa
auditorium terdapat
pada bagian depan
dari site. Ia memiliki
sirkulasi sendiri
yang dibedakan
denagn sirkulasi
utama pada site.
Daerah ini juga
memiliki lahan
parkir sendiri, yang
memudahkan bagi
pengunjung yang
datang ke
auditorium
keluar