PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN...

36
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 1 PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanah dan bangunan merupakan barang komoditi atau merupakan barang ekonomi yang berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan bangsa , negara dan penduduknya. Negara sebagai organisasi yang mengatur dan memerintah rakyat serta kehidupan bernegara demi mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya berkewajiban untuk mengatur tata hidup dan pendayagunaan tanah baik sebagai barang ekonomi maupun tempat tinggal. Untuk itu sudah sejak zaman kerajaan sampai dengan berdirinya Negara, pendayagunaan tanah ini diatur oleh para penguasa atau Negara. Salah satu pengaturan pendayagunaan tanah disamping melalui Undang-undang Pokok Peraturan Agraria, Land Use dan Land Reform adalah melalui Perpajakan Atas Tanah. Sebelum tahun 1985 disadari bahwa saat itu berlaku sistem perpajakan atas tanah dan bangunan khususnya yang menyangkut pajak kebendaan dan pajak kekayaan yang diciptakan sejak zaman Belanda, telah menimbulkan tumpang tindih antara satu pajak dengan pajak lainnya sehingga menyebabkan pajak berganda bagi masyarakat. Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam GBHN perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang perpajakan sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat. B. TUJUAN INSTRUKSIONAL Hak cipta : Seluruh tulisan pada modul ini merupakan milik dari Pusdiklat Pajak BPPK, hasil tulisan dari Widyaiswara Pusdiklat Pajak, Drs. Darwin, MBP. Modul ini dapat digunakan dalam rangka proses pembelajaran, dengan tetap mencantumkan penulis dan pemilik sah dokumen ini. Dilarang mengunakan sebagian atau seluruh isi dari modul ini untuk kepentingan komersial.

Transcript of PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN...

Page 1: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 1

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah dan bangunan

merupakan barang komoditi atau

merupakan barang ekonomi yang

berpengaruh sangat kuat terhadap

kehidupan bangsa , negara dan

penduduknya. Negara sebagai

organisasi yang mengatur dan

memerintah rakyat serta kehidupan

bernegara demi mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan

rakyatnya berkewajiban untuk

mengatur tata hidup dan

pendayagunaan tanah baik sebagai

barang ekonomi maupun tempat

tinggal. Untuk itu sudah sejak zaman

kerajaan sampai dengan berdirinya

Negara, pendayagunaan tanah ini

diatur oleh para penguasa atau Negara. Salah satu pengaturan pendayagunaan tanah

disamping melalui Undang-undang Pokok Peraturan Agraria, Land Use dan Land Reform

adalah melalui Perpajakan Atas Tanah.

Sebelum tahun 1985 disadari bahwa saat itu berlaku sistem perpajakan atas

tanah dan bangunan khususnya yang menyangkut pajak kebendaan dan pajak

kekayaan yang diciptakan sejak zaman Belanda, telah menimbulkan tumpang tindih

antara satu pajak dengan pajak lainnya sehingga menyebabkan pajak berganda bagi

masyarakat. Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam GBHN perlu diadakan

pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan

kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta memenuhi

haknya di bidang perpajakan sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan

kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Hak cipta : �Seluruh tulisan pada modul ini merupakan milik dari Pusdiklat Pajak � BPPK, hasil tulisan dari Widyaiswara Pusdiklat Pajak, Drs. Darwin, MBP.� �Modul ini dapat digunakan dalam rangka proses pembelajaran, dengan tetap mencantumkan penulis dan pemilik sah dokumen ini. Dilarang mengunakan sebagian atau seluruh isi dari modul ini untuk kepentingan komersial. �

id36287531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 2: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 2

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan pelajaran ini para peserta didik diharapkan dapat mengerti,

memahami, dan menjelaskan serta melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam

Undang Undang PBB beserta segala aturan pelaksanaannya mulai dari latar belakang,

dasar hukum, sampai dengan sanksi yang dikenakan terhadap pejabat yang melanggar

ketentuan.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan pelajaran ini, para peserta didik diharapkan dapat :

a. Mengerti dan memahami latar belakang dan tujuan ditetapkannya Undang-

undang PBB.

b. Memahami falsafah, dasar hukum, terminology, ketentuan dan segala

peraturan ikutan dari Undang-undang PBB.

c. Memahami dan menjelaskan tentang objek, subjek, tarif, dan dasar

pengenaan PBB.

d. Memahami dan menjelaskan serta melaksanakan tatacara perhitungan PBB.

e. Memahami dan menjelaskan tempat dan saat terutang PBB, tempat dan

tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB.

f. Memahami, menjelaskan , dan melaksanakan pemberian pelayanan atas

permohonan keberatan, banding, dan pengurangan PBB.

g. Memahami dan menjelaskan mekanisme pembayaran, pelimpahan, dan

pembagian hasil PBB.

C. SARANA PENUNJANG

Dalam pelaksanaan pembelajaran mata ajar ini perlu ditunjang dengan

sarana/alat guna kemudahan dalam memahami aturan/Undang-undang PBB, seperti:

1. Buku Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

2. Buku Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang berkenaan dengan Pajak Bumi dan

Bangunan

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang berkenaan dengan Pajak

Bumi dan Bangunan

5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak/Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak yang

berkenaan dengan Pajak Bumi dan Bangunan.

6. Modul/Bahan Ajar mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.

7. Transparansi bahan ajar.

Page 3: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 3

2. KEGIATAN BELAJAR 1

DASAR HUKUM, OBJEK, SUBJEK TARIF DAN DASAR PENGENAAN

A. DASAR HUKUM

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan kepada Undang-Undang

No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang telah disempurnakan dengan

Undang-undang No.12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.12

Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan seterusnya di dalam tulisan ini

disebut dengan UU PBB.

B. OBJEK DAN SUBJEK

Objek dari PBB adalah Bumi dan/atau Bangunan. Menurut UU PBB, Bumi dapat

diartikan sebagai permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Sedangkan

permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

tanah dan / atau perairan. Di dalam memori penjelasan UU PBB yang termasuk

bangunan adalah :

jalan lingkungan dalam suatu komplek bangunan

jalan tol

kolam renang

pagar mewah , taman mewah

tempat olah raga

galangan kapal , dermaga

tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

fasilitas lain yang memberi manfaat

Di dalam UU PBB juga diatur beberapa objek pajak yang tidak dikenakan PBB

yaitu:

objek yang digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,

kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan

Objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis

dengan itu

Page 4: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 4

Objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, tanah negara yang belum

dibebani suatu hak

Objek yang dipergunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas

perlakuan timbal balik

Objek yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Kuangan

Subjek dari PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu

hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai

dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Apabila subjek pajak tersebut dikenakan

kewajiban membayar pajak maka subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak.

C. TARIF

PBB mempunyai tarif tunggal (single tariff) sebesar 0,5% yang berlaku sejak UU

PBB tahun 1985 sampai dengan sekarang.

D. DASAR PENGENAAN

Yang menjadi Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang

mempunyai pengertian sebagai berikut: �harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual

beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai

perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti�.

Berdasarkan pengertian NJOP tersebut terdapat 3(tiga) pendekatan penilaian yang dapat

dilakukan untuk menentukan besarnya NJOP yaitu :

1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek

(properti) dengan jalan membandingkan objek yang dinilai dengan objek lain yang

sejenis yang telah diketahui nilai jualnya. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan

Metode Perbandingan Harga.

2. Pendekatan Biaya ( Cost Approach ) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti)

dengan jalan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek

tersebut. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya bangunan baru kemudian dikurangi

dengan penyusutan yang ada.

3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek

(properti) dengan jalan mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari objek tersebut

Page 5: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 5

dengan suatu tingkat kapitalisasi tertentu. Pendekatan ini dapat juga disebut

Pendekatan Kapitalisasi.

NJOP ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3(tiga) tahun, kecuali daerah tertentu

setiap tahun sesuai dengan perkembangan sosial dan ekonomi setempat.

NJOP dikelompokkan kedalam klas-klas yang disebut dengan klasifikasi NJOP baik

untuk bumi maupun bangunan. Klasifikasi NJOP bumi terdiri dari 2(dua) kelompok yaitu

kelompok A (50 klas) dengan klas tertinggi Rp3.100.000,- per M2 dan klas terendah

Rp140,- per M2 dan kelompok B (50 klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp68.545.000,-

per M2 dan klas terendah sebesar Rp3.375.000,- per M2. Klasifikasi NJOP bangunan

terdiri dari 2(dua) kelompok yaitu kelompok A (20 klas) dengan klas tertinggi sebesar

Rp1.200.000,- per M2 dan klas terendah sebesar Rp50.000,- per M2 dan kelompok B (20

klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp15.250.000,- per M2 dan klas terendah sebesar

Rp1.516.000,- per M2.

Latihan:

1. Sebutkan definisi Bumi dan Bangunan menurut Undang-undang PBB

2. Sebutkan 3(tiga) objek yang tidak dikenakan PBB

3. Apa yang dimaksud dengan Azas Perlakukan Timbal Balik dalam pengenaan

PBB? Jelaskan dengan contoh

Page 6: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 6

3. KEGIATAN BELAJAR 2

DASAR PERHITUNGAN DAN CARA MENGHITUNG PBB A. DASAR PERHITUNGAN PBB

Yang menjadi dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu

suatu persentase tertentu dari NJOP. Berdasarkan UU PBB, NJKP ditentukan serendah-

rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No: 25 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 ditetapkan bahwa untuk objek pajak

dengan nilai jual satu milyar atau lebih serta objek pajak sektor perkebunan, perhutanan

dan pertambangan NJKPnya sebesar 40% dari NJOP dan untuk objek pajak lainnya

sebesar 20% dari NJOP.

B. BATAS TIDAK KENA PAJAK

Di dalam pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak dikenakan pajak

yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan No: 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 ditetapkan

batas NJOPTKP maksimum sebesar Rp12 juta per Wajib Pajak dan ditetapkan secara

regional.

C. CARA MENGHITUNG PBB

Dari beberapa parameter yang telah disebutkan di atas maka besarnya PBB

terutang dapat dihitung dengan menggunakan formula:

PBB = Tarif x NJKP x (NJOP - NJOPTKP)

= 0,5% x 20% x (NJOP - NJOPTKP) atau

= 0,5% x 40% x (NJOP - NJOPTKP)

CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN PBB:

1. Amir memiliki tanah dan bangunan dengan rincian sbb :

Luas tanah : 500 M2; nilai tanah : Rp90.000.000,-

Luas bangunan : 150 M2; nilai bangunan : Rp37.500.000,-

Hitung besarnya PBB atas tanah dan bangunan pak Amir tersebut apabila NJOPTKP

sebesar Rp10.000.000,-

Page 7: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 7

Jawab :

Nilai tanah per M2 = 90.000.000 / 500 = Rp180.000,- --> konversi --> Klas A.26 : NJOP =

Rp200.000,- / M2

Nilai bangunan per M2 = 37.500.000 / 150 = Rp250.000,- --> konversi --> Klas A.11:

NJOP = Rp225.000,- / M2

NJOP Tanah : 500 x Rp200.000,- = Rp100.000.000,-

NJOP bangunan : 150 x Rp225.000,- = Rp 33.750.000,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp133.750.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp123.750.000,-

PBB = 0,5% x 20% x Rp123.750.000,- = Rp123.750,-

2. Asiong seorang pedagang memiliki properti harta tetap dengan rincian sbb :

Luas tanah : 500 M2 ; nilai tanah : Rp1.750.000.000,-

Luas bangunan : 400 M2 ; nilai bangunan : Rp600.000.000,-

Hitung besarnya PBB atas properti Asiong tersebut bila NJOP.TKP = Rp10 juta

Jawab :

Nilai tanah/M2 = 1.750.000.000 / 500 = Rp3.500.000,- --> konversi --> Klas B.50 : NJOP

= Rp3.375.000,- / M2

Nilai bangunan/M2 = 600.000.000 / 400 = Rp1.500.000,---> konversi --> Klas B.20 :

NJOP = Rp1.516.000,- / M2

NJOP tanah : 500 x Rp3.375.000,- = Rp1.687.500.000,-

NJOP bangunan : 400 x Rp1.516.000,- = Rp 606.400.000,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp2.293.900.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp2.283.900.000,-

PBB = 0,5% x 40% x Rp2.283.900.000,- = Rp4.567.800,-

3. Ibu Wati memiliki sebuah toko, nilai tanah dan bangunannya beragam dengan rincian

sbb :

Luas tanah 1 : 3.000 M2 ; nilainya : Rp2.100.000.000,-

Luas tanah 2 : 5.000 M2 ; nilainya : Rp3.000.000.000,-

Luas bang. 1 : 1.500 M2 ; nilainya : Rp375.000.000,-

Luas bang. 2 : 2.000 M2 ; nilainya : Rp600.000.000,-

Hitung besarnya PBB atas toko Ibu Wati tersebut bila NJOP.TKP = Rp10 juta

Page 8: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 8

Jawab :

Luas tanah 1 dan 2 = 8.000 M2 ; nilainya = Rp5.100.000.000,-

Nilai tanah/M2 = 5.100.000.000 / 8.000 = Rp637.500,- --> konversi --> Kls A.19 : NJOP =

Rp614.000,- / M2

Luas bangunan 1 dan 2 = 3.500 M2 ; nilainya = Rp975.000.000,-

Nilai bangunan/M2 = 975.000.000 / 3.500 = Rp278.571,- --> konversi --> Kls A.9 : NJOP

= Rp310.000,- / M2

NJOP tanah : 8.000 x Rp614.000,- = Rp4.912.000.000,-

NJOP bangunan : 3.500 x Rp310.000,- = Rp1.085.000.000,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp5.997.000.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp5.987.000.000,-

PBB = 0,5% x 40% x Rp5.987.000.000,- = Rp11.974.000,-

4. Ibu Rita memiliki rumah dan toko yang letaknya terpisah di Jalan Kemanggisan,

Jakarta Barat dengan rincian sbb :

Rumah : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp3.745.000,-/ M2 ( kls B.49 )

Luas bang. : 300 M2 ; NJOPnya = Rp1.516.000,- / M2 ( kls B.20 )

Toko : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp4.605.000,- / M2 ( kls B.47 )

Luas bang. : 400 M2 ; NJOPnya = Rp1.833.000,- / M2 ( kls B.19 )

Hitung besarnya PBB atas rumah dan toko Ibu Rita tersebut bila NJOP.TKP = Rp10 juta

Jawab :

Rumah :

NJOP tanah : 500 x Rp3.745.000,- = Rp1.872.500.000,-

NJOP bangunan ; 300 x Rp1.516.000,- = Rp 454.800.000,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp2.327.300.000,-

NJOPTKP = Rp 0

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp2.327.300.000,-

PBB = 0,5% x 40% x Rp2.327.300.000,- = Rp4.654.600,-

Toko :

NJOP tanah : 500 x Rp4.605.000,- = Rp2.302.500.000,-

NJOP bangunan : 400 x Rp1.833.000,- = Rp 733.200.000,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp3.035.700.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp3.025.700.000,-

PBB = 0,5% x 40% x Rp3.025.700.000,- = Rp6.051.400,-

Page 9: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 9

D. PERHITUNGAN PBB UNTUK RUMAH SUSUN

Rumah susun merupakan suatu kawasan dimana para penghuninya selain

memanfaatkan unit-unit rumah susun tersebut juga memanfaatkan areal yang merupakan

objek pajak yang dimanfatkan secara bersama-sama seperti tempat parkir, tangga,

emperan (kaki lima) dan lain sebagainya. Oleh karena adanya objek yang dimanfaatkan

secara bersama-sama tersebut maka luas tanah dan bangunan yang dimanfaatkan

dibagi secara proporsional kepada setiap penghuni rumah susun tersebut.

Contoh perhitungan :

Perum Perumnas mendirikan rumah susun dengan data sebagai berikut :

a. Luas tanah : 5.000 M2 ; NJOP = Rp36.000,- / M2 (kls A.33)

b. Luas bangunan hunian :

tipe 21 : 200 unit = 4.200 M2

tipe 36 : 100 unit = 3.600 M2

tipe 48 : 50 unit = 2.400 M2

Luas bangunan hunian = 10.200 M2

NJOP bangunan hunian = Rp264.000,- / M2 ( kls A.10 )

c. Bangunan bersama :

Tangga, kaki lima seluas : 1.800 M2 ( kls A.10 )

d. Bangunan sarana :

Jalan, tempat parkir dll : 2.000 M2 ( kls A.10 )

Hitung PBB masing-masing hunian bila NJOP.TKP = Rp10.000.000,-

Jawab :

NJOP tanah : 5.000 x Rp36.000,- = Rp 180.000.000,-

NJOP bangunan :

Hunian : 10.200 x Rp264.000,- = Rp2.692.800.000,-

Bersama : 1.800 x Rp264.000,- = Rp 475.200.000,-

Sarana : 2.000 x Rp264.000,- = Rp 528.000.000,-

Jumlah NJOP bangunan = Rp3.696.000.000,-

PBB tipe 21 :

NJOP tanah : (21/10.200) x Rp180.000.000,- = Rp 370.588,-

NJOP bang. : (21/10.200) x Rp3.696.000.000,- = Rp 7.609.411,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp 7.979.999,-

NJOPTKP (asumsi) = Rp10.000.000,-

Page 10: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 10

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 0

PBB tipe 21 = Rp 0

PBB tipe 36 :

NJOP tanah : (36/10.200) x Rp180.000.000,- = Rp 635.294,-

NJOP bang. : (36/10.200) x Rp3.696.000.000,- = Rp 13.044.705,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp 13.679.999,-

NJOPTKP (asumsi) = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 3.679.999,-

PBB terutang : 0,5% x 20% x Rp3.679.999,- = Rp 3.680,- (pembulatan)

PBB tipe 48 :

NJOP tanah : (48/10.200) x Rp180.000.000,- = Rp 847.062,-

NJOP bang. : (48/10.200) x Rp3.696.000.000,- = Rp17.393.006,-

NJOP tanah dan bangunan = Rp18.240.068,-

NJOPTKP (asumsi) = Rp10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 8.240.068,-

PBB terutang : 0,5% x 20% x Rp8.240.068,- = Rp 8.240,-

Latihan:

1. Sebutkan 3(tiga) hal pokok yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 2002 tentang Dasar Perhitungan PBB.

2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

201/KMK.04/2000 ditetapkan batas tidak kena pajak adalah Rp12 juta per Wajib

Pajak, jelaskan!

3. Pak Sumarlan memiliki rumah dan tanah kosong dengan rincian sebagai berikut:

a. Rumah: Luas tanah = 500 M2; Nilai seluruhnya=Rp1 milyar

Bangunan dua lantai, masing-masing 200 M2 dengan nilai

seluruhnya=Rp1 milyar

Kolam renang: 10m x 15 m dengan nilai=Rp300 juta

Taman mewah: 100 M2 dengan nilai=Rp100 juta

Pagar mewah: 300 M2 dengan nilai =Rp360 juta

b. Tanah kosong seluas 1000 M2 dengan nilai beragam sebagai berikut:

600 M2 dengan nilai = Rp1.200.000.000,-

400 M2 dengan nilai = Rp1.000.000.000,-

Hitung besarnya PBB yang menjadi kewajiban Pak Sumarlan tersebut apabila

NJOPTKP ditentukan sebesar Rp10.000.000,-

Page 11: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 11

4. KEGIATAN BELAJAR 3

SEKTOR PERKEBUNAN, KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN

Sebagaimana diketahui didalam pembagian PBB terdapat 5(lima) sektor yaitu:

Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan. Contoh-contoh

perhitungan di dalam BAB II adalah termasuk dalam sektor Pedesaan dan Perkotaan.

Adapun sektor Perikanan (Bidang Perikanan) adalah termasuk didalam sektor Pedesaan

atau Perkotaan tergantung dimana letak perikanan yang bersangkutan dan akan dibahas

dalam BAB IV.

Fokus utama untuk perhitungan PBB Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan

adalah menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Bilamana NJOP telah diperoleh

maka dengan mudah dapat dihitung PBBnya.

A. SEKTOR PERKEBUNAN :

Pengenaan PBB sektor perkebunan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak Nomor SE-21/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999.

Didalam sektor perkebunan terdapat berbagai jenis areal (tanah) dengan karakteristik

yang berbeda sehingga NJOP masing-masing areal juga berbeda sesuai dengan Nilai

Indikasi Rata-rata masing-masing tanah diareal yang bersangkutan. Adapun areal-areal

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Areal Kebun, yaitu areal yang sudah diolah dan ditanami dengan komoditas

perkebunan baik yang telah menghasilkan maupun belum menghasilkan

NJOP = NJOP tanah + Standar Investasi Tanaman

NJOP tanah : sesuai dengan karakteristik tanah dan NIR hasil pendataan dan

penilaian yang kemudian dituangkan kedalam bentuk Surat Keputusan Kakanwil DJP

Standar Investasi Tanaman : jumlah modal yang diinvestasikan menurut umur dan

jenis tanaman dalam satuan rupiah per hektar

2. Areal yang sudah diolah tapi belum ditanami.

NJOP = NJOP tanah + Biaya Pengolahan/pematangan tanah dalam satu tahun

3. Areal Emplasemen, yaitu areal yang diatasnya terdapat bangunan dan / atau

pekarangan

NJOP = NJOP tanah

Page 12: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 12

4. Areal lain, yaitu areal selain areal kebun dan areal emplasemen yang berupa areal

belum diolah, rawa, cadas, jurang atau tanah lain yang tidak dapat dimanfaatkan untuk

perkebunan.

NJOP = NJOP tanah

Contoh perhitungan :

PT.Sawit Seberang, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit didaerah

Sumatera Utara memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari tanah dan bangunan dengan

rincian sebagai berikut :

A. Tanah

1. Areal kebun :

a. Usia tanaman 2 tahun : 100 Ha, kelas A.42 ( Rp1.700,- / M2 )

S I T : Rp2.795.000,- per Ha

b. Tanaman sudah menghasilkan : 300 Ha, kelas A.42

S I T : Rp5.646.000,- per Ha

2. Areal emplasemen :

a. Kantor : 0,5 Ha , kelas A. 36 ( Rp14.000,- / M2 )

b. Gudang : 1 Ha , kelas A.37 ( Rp10.000,- / M2 )

c. Pabrik : 2 Ha, kelas A. 37

B. Bangunan :

a. Kantor : 500 M2 , kelas A. 4 ( Rp700.000,- / M2 )

b. Gudang : 1.000 M2, kelas A. 6 ( Rp505.000,- / M2 )

c. Pabrik : 4.000 M2 , kelas A. 8 ( Rp365.000,- / M2 )

Hitung PBB tahun 2003 atas perkebunan tersebut bila NJOPTKP : Rp10 juta

Jawab :

A. NJOP Tanah

1. Areal Kebun :

a. Usia tanaman 2 tahun : 100 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 1.700.000.000,-

100 x Rp2.795.000,- = Rp 279.500.000,-

b. Tanaman sdh menghasilkan : 300 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 5.100.000.000,-

300 x Rp5.646.000,- = Rp 1.693.800.000,-

2. Areal Emplasemen :

a. Kantor : 0,5 x 10.000 x Rp14.000,- = Rp 70.000.000,-

b. Gudang : 1 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 100.000.000,-

c. Pabrik : 2 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 200.000.000,-

NJOP Tanah ( 1 + 2 ) = Rp 9.143.300.000,-

Page 13: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 13

B. NJOP Bangunan :

a. Kantor : 500 x Rp700.000,- = Rp 350.000.000,-

b. Gudang : 1.000 x Rp505.000,- = Rp 505.000.000,-

c. Pabrik : 4.000 x Rp365.000,- = Rp 1.460.000.000,-

NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000,-

NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B ) = Rp11.458.300.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp11.448.300.000,-

PBB : 0,5% x 40% x Rp11.448.300.000,- = Rp 22.896.600,-

B. SEKTOR KEHUTANAN

Pengenaan PBB sektor kehutanan berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor

SE-73/PJ.6/1999 tanggal 16 Desember 1999.

Didalam sektor kehutanan terdapat berbagai jenis areal hutan yaitu :

1. Areal Produktif yang disebut juga Areal Blok Tebangan yaitu areal hutan dimana kayu-

kayu pada areal tersebut mempunyai umur ataupun diameter yang cukup untuk

ditebang dan bernilai ekonomis. Luas areal ini biasanya dinyatakan didalam Rencana

Karya Tahunan (RKT) yang diterbitkan oleh Dinas Kehutanan kepada para pengusaha

hutan.

2. Areal Belum/Tidak Produktif yang disebut juga Areal Non Blok Tebangan yaitu areal

hutan dimana kayu-kayunya belum layak ditebang karena belum cukup umur dan tidak

ekonomis untuk ditebang.

3. Areal Lainnya yaitu areal yang tidak ada tegakannya (tidak ada pepohonannya) seperti

rawa, payau, waduk/danau, atau yang digunakan oleh pihak ketiga secara tidak sah.

4. Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang digunakan untuk tempat

penimbunan kayu.

5. Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang digunakan untuk penimbunan kayu.

6. Areal Emplasemen yaitu merupakan areal dimana didirikan bangunan-bangunan yang

berkenaan dengan usaha bidang kehutanan

Page 14: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 14

Untuk menentukan NJOP sektor kehutanan dapat dibagi atas 2(dua) kategori

tergantung kepada jenis hak untuk mengelola/mengusahakan hutan tersebut yaitu :

1. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak

Pemungutan Hasil Hutan (HPHH), Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) dan Izin Sah lainnya

selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI).

a. NJOP areal produktif ditetapkan sebesar 8,5 kali hasil bersih dalam satu tahun.

Hasil bersih adalah Pendapatan kotor dikurangi Biaya eksploitasi

Pendapatan kotor adalah total hasil produksi kayu tahun pajak sebelumnya

dikalikan dengan harga pasar kayu bulat dalam tahun pajak berjalan (harga pasar

per 1 Januari).

Biaya eksploitasi terdiri dari :

a. Biaya penanaman ( khusus PT.Perhutani ).

b. Biaya pemeliharaan hutan / perawatan ( khusus PT.Perhutani ).

c. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan.

d. Biaya penebangan ( upah tenaga kerja dan peralatan ).

e. Biaya pengangkutan sampai ke log ponds atau log yards.

f. PBB dan PSDH ( untuk areal blok tebangan ) tahun pajak sebelumnya.

b. NJOP areal belum/tidak produktif, areal emplasemen dan areal lainnya = NJOP

tanah.

c. NJOP Log Ponds = NJOP Perairan, yaitu berdasarkan korelasi garis lurus

kesamping dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya.

2. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

Industri ( HPHTI ).

a. NJOP Areal Hutan adalah NJOP tanah ditambah Biaya Pembangunan HTI menurut

umur tanaman.

Standar Biaya Pembangunan HTI dibuat berdasarkan data dari Dinas Kehutanan

setempat.

b. NJOP areal emplasemen dan areal lainnya = NJOP tanah

Contoh perhitungan :

1. PT. Wanalestari, suatu perusahaan bidang kehutanan (HPH) di Kalimantan Selatan

memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari bumi dan bangunan sbb :

A. Bumi

1. Areal produktif

tanah hutan blok tebangan : 200 Ha, kls A.49 (Rp200,-/ M2)

Page 15: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 15

2. Areal belum/tidak produktif

Tanah hutan non blok tebangan : 4.000 Ha, kls A.49

3. a.Log ponds : 10 Ha, kls A.49

b. Log yards : 5 Ha, kls A.49

4. Areal lainnya (rawa, payau) : 100 Ha, kls A.50 ( Rp140,- / M2 )

5. Areal Emplasemen :

a. Pabrik : 20.000 M2 ; kls A.45 ( Rp 660,-/M2 )

b. Gudang : 2.000 M2 ; kls A.45

c. Kantor : 1.000 M2 ; kls A.45

d. Perumahan : 10.000 M2 ; kls A.44 ( Rp910,-/ M2 )

B. Bangunan

a. Pabrik : 1.000 M2; kls A.10 (Rp264.000,- / M2 )

b. Gudang : 500 M2; kls A.10

c. Kantor : 200 M2 ; kls A.9 ( Rp310.000,- / M2 )

d. Perumahan : 5.000 M2 ; kls A.9

C. Angka kapitalisasi : 8,5

Hasil bersih sebelum tahun pajak berjalan : Rp1.000.000.000,-

Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT. Wanalestari tersebut bila NJOPTKP =

Rp10.000.000,-

Jawab :

A. NJOP Bumi :

1. Areal produktif : 8,5 x Rp1.000.000.000,- = Rp 8.500.000.000,-

2. Areal belum produktif : 4.000 x 10.000 x Rp200,- = Rp 8.000.000.000,-

3.a. Log ponds : 10 x 10.000 x Rp2,70 = Rp 270.000,-

b. Log yards : 5 x 10.000 x Rp200,- = Rp 10.000.000,-

4. Areal lainnya : 100 x 10.000 x Rp140,- = Rp 140.000.000,-

5. Areal Emplasemen :

a. Pabrik : 20.000 x Rp660,- = Rp 13.200.000,-

b. Gudang : 2.000 x Rp660,- = Rp 1.320.000,-

c. Kantor : 1.000 x Rp660,- = Rp 660.000,-

d. Perumahan : 10.000 x Rp910,- = Rp 9.100.000,-

NJOP Bumi (1+2+3+4+5) = Rp16.674.550.000,-

B. NJOP Bangunan :

a.Pabrik : 1.000 x Rp264.000,- = Rp 264.000.000,-

b.Gudang : 500 x Rp264.000,- = Rp 132.000.000,-

Page 16: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 16

c. Kantor : 200 x Rp310.000,- = Rp 62.000.000,-

d. Perumahan : 5.000 x Rp310.000,- = Rp1.550.000.000,-

NJOP bangunan : = Rp2.008.000.000,-

NJOP Bumi dan Bangunan : = Rp18.682.550.000,-

NJOPTKP : = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp18.672.550.000,-

PBB : 0,5% x 40% x Rp18.672.550.000,- = Rp37.345.100,-

2. PT. Wanasetra, sebuah perusahaan pengelola hutan tanaman industri (HPHTI)

memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari bumi dan bangunan dengan rincian

sebagai berikut :

A. Tanah

1. Areal produktif

a. Tanah yang ditanami komoditas hutan industri dan telah menghasilkan:

Tanaman sonokeling : 500 Ha, kelas A.39 ( Rp5.000,- / M2 )

Standar Biaya Pembangunan (SBP) = Rp2.930.800,- / Ha.

b. Tanah yang belum menghasilkan :

Sonokeling tahun ke-4 : 100 Ha, kelas A.39; SBP = Rp2.427.800,- / Ha

Sonokeling tahun ke-5 : 200 Ha, kelas A.39; SBP = Rp2.769.800,- / Ha

2. Log Ponds (perairan) : 20 Ha, kelas A.47

3. Areal lainnya (rawa, payau) : 50 Ha, kelas A.50 ( Rp140,- / M2 )

4. Areal Emplasemen :

a. Pabrik : 10.000 M2 , kelas A.43 ( Rp1.200,- / M2 )

b. Gudang : 5.000 M2 , kelas A.43

c. Kantor : 1.000 M2 , kelas A.43

d. Perumahan : 10.000 M2 , kelas A.43

B. Bangunan :

a. Pabrik : 3.000 M2 , kelas A.11 ( Rp225.000,- / M2 )

b. Gudang : 500 M2 , kelas A.11

c. Kantor : 200M2 , kelas A.9 ( Rp310.000,- / M2 )

d. Perumahan : 1.000 M2 , kelas A.11

Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT. Wanasetra tersebut apabila NJOPTKP

ditentukan sebesar Rp10.000.000,-

Page 17: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 17

Jawab :

A. NJOP Tanah

1. Areal Produktif

a. Tanah sudah menghasilkan tanaman sonokeling :

500 x 10.000 x Rp5.000,- = Rp25.000.000.000,-

SBP = 500 x Rp2.930.800,- = Rp 1.465.400.000,-

b. Tanaman belum menghasilkan :

Sonokeling tahun ke-4 : 100x10.000xRp5.000,- = Rp 5.000.000.000,-

SBP = 100 x Rp2.427.800,- = Rp 242.780.000,-

Sonokeling tahun ke-5 : 200x10.000xRp5.000,- = Rp10.000.000.000,-

SBP = 200 x Rp2.769.800,- = Rp 553.960.000,-

2. Log Ponds = 20 x 10.000 x Rp4,80 = Rp 960.000,-

3. Areal lainnya = 50 x 10.000 x Rp140,- = Rp 70.000.000,-

4. Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 10.000 x Rp1.200,- = Rp 12.000.000,-

b. Gudang = 5.000 x Rp1.200,- = Rp 6.000.000,-

c. Kantor = 1.000 x Rp1.200,- = Rp 1.200.000,-

d. Perumahan = 10.000 x Rp1.200,- = Rp 12.000.000,-

NJOP Tanah ( 1 + 2 + 3 + 4 ) = Rp42.364.300.000,-

B. NJOP Bangunan :

a. Pabrik = 3.000 x Rp225.000,- = Rp 675.000.000,-

b. Gudang = 500 x Rp225.000,- = Rp 112.500.000,-

c. Kantor = 200 x Rp310.000,- = Rp 62.000.000,-

d. Perumahan = 1.000 x Rp225.000,- = Rp 225.000.000,-

NJOP Bangunan = Rp 1.074.500.000,-

NJOP Tanah dan Bangunan = Rp43.438.800.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP sebagai dasar perhitungan PBB = Rp43.428.800.000,-

PBB = 0,5% x 40% x Rp43.428.800.000,- = Rp 86.857.600,-

C. SEKTOR PERTAMBANGAN

Pengenaan PBB sektor pertambangan terbagi atas dua bagian yaitu sektor

pertambangan non-migas dan sektor pertambangan migas. Sedangkan sektor

pertambangan non-migas terbagi lagi menjadi sektor pertambangan non-migas dan non-

migas galian C.

Page 18: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 18

I. PERTAMBANGAN NON-MIGAS

Pengenaan PBB sektor pertambangan non-migas berdasarkan kepada Surat

Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-26/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999. Didalam sektor

pertambangan ini terdapat beberapa areal sebagai berikut :

1. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah di eksploitasi dan menghasilkan bahan galian

tambang.

NJOP untuk areal ini ditentukan sebesar 9,5 kali hasil bersih bahan galian tambang

dalam satu tahun.

Hasil bersih adalah pendapatan kotor hasil penjualan bahan galian tambang dalam

satu tahun dikurangi dengan biaya eksploitasi di mulut tambang ( run on mine ).

2. Areal Belum Produktif, yaitu areal yang belum menghasilkan tapi sewaktu-waktu akan

menghasilkan ( tahap penyelidikan umum, eksplorasi dan konstruksi ).

NJOP untuk areal ini = NJOP tanah.

Untuk tahap penyelidikan umum, areal yang diperhitungkan adalah sebesar 5% dari

luas areal Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP)

Untuk tahap eksplorasi tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 areal yang

diperhitungkan adalah sebesar 20% dari luas areal WKP.

Untuk tahap eksplorasi perpanjangan I dan II areal yang diperhitungkan adalah

sebesar 50% dari luas areal WKP.

3. Areal Tidak Produktif, yaitu areal yang sama sekali tidak menghasilkan bahan galian

tambang.

NJOP = NJOP tanah.

4. Areal Emplasemen, yaitu areal yang diatasnya terdapat bangunan dan atau

pekarangan.

NJOP = NJOP tanah.

5. Areal lainnya, yaitu areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan khusus

sehubungan dengan usaha pertambangan.

NJOP = NJOP perairan.

II. PERTAMBANGAN NON-MIGAS GALIAN C

Pengenaan PBB sektor pertambangan non-migas galian C berdasarkan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999. Didalam

sektor pertambangan ini terdapat beberapa areal sebagai berikut :

Page 19: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 19

1. Areal Produktif yaitu areal yang telah dieksploitasi dan menghasilkan bahan galian

tambang ( tahap eksploitasi ).

NJOP ditetapkan berdasarkan Angka Kapitalisasi dikalikan hasil bersih bahan galian

tambang dalam satu tahun.

Angka Kapitalisasi diperhitungkan berdasarkan lama waktu eksploitasi penambangan

tertentu.

Hasil bersih adalah pendapatan kotor hasil penjualan bahan galian tambang dalam

satu tahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang ( run on mine ).

2. Areal Belum Produktif yaitu Areal yang belum menghasilkan tapi sewaktu-waktu akan

menghasilkan (tahap penyelidikan umum, eksplorasi , dan konstruksi)

NJOP = NJOP tanah

3. Areal Tidak Produktif yaitu Areal yang sama sekali tidak menghasilkan bahan galian

tambang

NJOP = NJOP Tanah

4. Areal Emplasemen yaitu Areal yang diatasnya terdapat bangunan dan atau

pekarangan

NJOP = NJOP Tanah

5. Areal Lain yang merupakan pelabuhan khusus berkaitan dengan usaha

pertambangan

NJOP = NJOP Perairan

III. PERTAMBANGAN MIGAS

Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Migas diatur dengan Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak No: SE-24/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999.

Didalam sektor ini terdapat beberapa areal sebagai berikut :

1. Areal Produktif , yaitu Areal didlam Wilayah Kuasa Pertambangan yang telah

dieksploitasi (tahap eksploitasi dan produksi).

NJOP = 9,5 x Hasil Penjualan Migas setahun

2. Areal Belum Produktif :

a. Areal Penyelidikan Umum, yaitu areal di dalam WKP yang sedang atau

akan dilakukan penyelidikan secara geologi umum untuk membuat peta

geologi dan mengetahui tanda-tanda adanya migas

Page 20: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 20

b. Areal Eksplorasi, yaitu areal di dalam WKP yang sudah dilakukan

penyelidikan umum dan perlu diteliti lebih seksama untuk menetapkan

secara rinci adanya migas.

c. Areal Non Producing Open, yaitu areal di dalam WKP yang sudah selesai

dieksplorasi dan sewaktu-waktu siap ditambang/dieksploitasi.

d. Areal Non Producing Plug and Abandon, yaitu areal di dalam WKP yang

sudah selesai dieksploitasi dan untuk sementara ditutup / ditinggalkan.

NJOP untuk areal belum produktif ( a s/d d ) = NJOP Tanah

3. Areal Tidak Produktif, yaitu areal yang sama sekali tidak menghasilkan migas

NJOP = NJOP Tanah

4. Areal Emplasemen, yaitu areal di dalam / di luar WKP yang diatasnya terdapat

bangunan-bangunan dan atau pekarangan.

NJOP = NJOP Tanah

5. Areal Lain :

a. Areal Pengamanan, yaitu areal di dalam / di luar WKP yang digunakan

sebagai pengamanan bangunan dan atau pengamanan lingkungan

NJOP = NJOP Tanah

b. Tanah kosong dan areal lainnya di dalam/di luar WKP yang tidak

dimanfaatkan untuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi,

dan atau areal emplasemen.

NJOP = NJOP Tanah

c. Areal Perairan, yaitu areal yang digunakan untuk pelabuhan khusus

berkaitan dengan usaha pertambangan migas.

NJOP = NJOP Perairan.

IV. PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI

Pengenaan PBB sektor Pertambangan Energi Panas Bumi diatur didalam Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak No: SE-25/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999.

Didalam sektor pertambangan ini terdapat beberapa areal sebagai berikut :

1. Areal Produktif, yaitu areal didalam Wilayah Kuasa Pengusahaan Sumberdaya

Panasbumi yang telah dieksploitasi dan menghasilkan energi panasbumi

NJOP = 9,5 x hasil penjualan energi panas bumi setahun.

Hasil Produksi dari pertambangan ini adalah seluruh jumlah air dan atau uap

panasbumi yang diperoleh dari proses eksploitasi dan digunakan sebagai sumber

energi /listrik dalam ukuran Kwh.

Page 21: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 21

2. Areal Belum Produktif :

a. Areal Penyelidikan Umum,yaitu areal di dalam WKPSP yang sedang atau

akan dilakukan penyelidikan secara geologi umum untuk membuat peta

geologi pendahuluan yang memuat lokasi dan kenampakan panasbumi .

b. Areal Eksplorasi, yaitu areal di dalam WKPSP yang telah diduga adanya

sumberdaya panasbumi yang perlu diteliti lebih seksama besar cadangan

dan karakteristiknya.

c. Areal Cadangan Produksi, yaitu areal di dalam WKPSP yang telah

dipastikan mengandung cadangan sumberdaya panasbumi dan sewaktu-

waktu siap diproduksi.

NJOP ( a s/d c ) = NJOP Tanah

3. Areal Tidak Produktif, yaitu areal yang sama sekali tidak menghasilkan eneergi

panasbumi

NJOP = NJOP Tanah

4. Areal Emplasemen, yaitu areal di dalam / di luar WKPSP yang diatasnya terdapat

bangunan dan atau pekarangan.

NJOP = NJOP Tanah.

5. Areal Lain :

a. Areal Pengamanan, yaitu areal di dalam/di luar WKPSP yang digunakan

sebagai pengamanan bangunan maupun lingkungan.

NJOP = NJOP Tanah

b. Tanah Kosong dan areal lain di dalam/ di luar WKPSP yang tidak

dimanfaatkan untuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi,

dan atau areal emplasemen.

NJOP = NJOP Tanah

c. Areal Perairan, yaitu areal yang digunakan untuk pelabuhan khusus

berkaitan dengan usaha pertambangan energi panasbumi.

NJOP = NJOP Perairan

Page 22: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 22

5. KEGIATAN BELAJAR 4

PBB SEKTOR PERIKANAN DAN PELABUHAN LAUT

A. SEKTOR PERIKANAN ( PEDESAAN/PERKOTAAN)

Sebagaimana dijelaskan diatas, Sektor Perikanan termasuk didalam Sektor

Pedesaan atau Sektor Perkotaan tergantung kepada lokasi sektor tersebut, oleh karena

itu penentuan Nilai Jual Kena Pajaknya harus diperhatikan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No:25 Tahun 2002, yaitu yang bernilai Rp1 M atau lebih terkena NJKP 40%

sedangkan yang nilainya dibawah Rp1 M terkena NJKP 20%.

Pengenaan PBB sektor perikanan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak Nomor SE-22/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999. Sektor Perikanan terbagi atas

2(dua) jenis yaitu Perikanan Laut/Sungai dan Perikanan Darat.

I. PERIKANAN LAUT/SUNGAI

Didalam sektor perikanan laut/sungai terdapat berbagai areal sebagai berikut :

1. Areal Perikanan ( Penangkapan Ikan ) yaitu seluruh perairan Indonesia, sungai,

waduk, danau, rawa, genangan air lainnya yang dapat digunakan oleh manusia untuk

menangkap ikan.

NJOP = 10 x hasil bersih setahun sebelum tahun pajak berjalan

Hasil bersih merupakan Pendapatan Kotor dikurangi Biaya Operasional

Pendapatan Kotor adalah hasil penjualan ikan setahun sebelum tahun pajak berjalan

Biaya Operasional merupakan biaya penangkapan ikan dan pengangkutan sampai ke

tempat pelelangan.

2. Areal Pembudidayaan Ikan, merupakan areal tempat kegiatan untuk memelihara,

membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya.

NJOP = 8 kali hasil bersih setahun sebelum tahun pajak berjalan

Hasil bersih merupakan Pendapatan Kotor dikurangi Biaya Operasional

Pendapatan Kotor adalah hasil penjualan ikan setahun sebelum tahun pajak berjalan

Biaya Operasional adalah biaya pemeliharaan, penangkapan dan angkutan sampai ke

tempat pelelangan.

3. Areal Emplasemen dan areal lainnya (didaratan).

NJOP = NJOP tanah

Page 23: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 23

II. PERIKANAN DARAT

Berbeda dengan perikanan laut yang memanfaatkan perairan atau genangan air

yang terjadi secara alamiah untuk areal penangkapan ikan, maka perikanan darat

menggunakan tambak-tambak atau kolam-kolam ikan yang sengaja dibuat untuk

pembudidayaan ikan. Oleh sebab itu didalam perikanan darat terdapat Biaya Investasi

Tambak yang dihitung menurut jenis tambak tersebut apakah Tambak Intensif atau Semi

Intensif. Biaya investasi tambak diperoleh dari Dinas Perikanan.

Tambak Intensif adalah jenis tambak yang pengelolaannya telah menggunakan banyak

alat bantu seperti kincir air, pomnpa, genset, pakan dan pupuk, sedangkan Tambak Semi

Intensif adalah tambak yang pengelolaannya menggunakan sedikit alat-alat bantu kincir

air, pompa, genset, pakan alam dan tambahan pupuk.

Didalam perikanan darat terdapat beberapa areal sebagai berikut :

1. Areal Pembudidayaan Ikan yaitu areal tempat kegiatan untuk memelihara,

membesarkan dan atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya.

NJOP = NJOP tanah + Biaya Investasi Tambak menurut jenisnya.

2. Areal Emplasemen dan Areal Lainnya ( didaratan )

NJOP = NJOP tanah.

Disamping itu didalam sektor perikanan baik perikanan laut/sungai maupun

perikanan darat terdapat areal lainnya sebagai berikut :

1. Areal Perairan yaitu areal yang digunakan untuk pelabuhan berkenaan dengan usaha

perikanan.

NJOP = NJOP Perairan

NJOP Perairan ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus kesamping dengan

klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah disekitarnya

2. Areal Pembudidayaan ikan yang belum menghasilkan atau areal pembenihan.

NJOP = NJOP Perairan ditambah Biaya Investasi Pembenihan dalam satu tahun

(biaya bibit dan pemeliharaan )

3. Areal Perairan untuk pengamanan dan kepentingan lainnya.

NJOP = NJOP perairan.

B. PENGENAAN PBB ATAS PELABUHAN LAUT

Pengenaan PBB atas Pelabuhan Laut diatur didalam Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak No: SE-39/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 sebagai berikut :

1. Kolam Labuh, Tempat Labuh dan Docking : NJOP = NJOP Perairan

2. Areal Perairan Potensial yang belum dimanfaatkan : NJOP = setinggi-tingginya

kelas A-30 dan lebih kecil(rendah) dari kelas tanah darat sekitarnya.

3. Areal Perairan Dangkal (Tempat Kapal Mati) : NJOP = kelas A-49.

Page 24: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 24

6. KEGIATAN BELAJAR 5

RUMAH SAKIT SWASTA DAN PERGURUAN TINGGI SWASTA

A. PBB ATAS RUMAH SAKIT SWASTA

Pengenaan PBB atas rumah sakit swasta diatur dengan Keputusan Menteri

Keuangan No: 796/KMK.04/1993 tanggal 20-8-1993 sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit Swasta IPSM (

Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat ) yang memenuhi kriteria :

a. Minimal 25% dari jumlah tempat tidur digunakan untuk pasien yang tidak

mampu

b. Sisa hasil usaha digunakan untuk reinvestasi rumah sakit dalam rangka

pengembangan rumah sakit dan tidak digunakan untuk investasi di luar

rumah sakit.

2. Atas bumi dan atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh rumah

sakit swasta IPSM dikenakan PBB sebesar 50% dari jumlah PBB yang

seharusnya terutang.

3. Rumah sakit swasta pemodal yang bukan merupakan rumah sakit swasta IPSM

dikenakan PBB sepenuhnya.

4. Atas bumi dan atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh rumah

sakit swasta tetapi secara nyata tidak dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan

secara langsung dan terletak di luar lingkungan rumah sakit, tetap dikenakan PBB

sepenuhnya seseuai ketentuan yang berlaku

B. PBB ATAS PERGURUAN TINGGI SWASTA

Pengenaan PBB atas Perguruan Tinggi Swasta ( PTS ) diatur dengan Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak No:SE-10/PJ.6/1995 yang mengatur sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan PTS adalah Perguruan Tinggi yang berbentuk Akademi,

Politeknik, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas yang diselenggarakan oleh

Badan Penyelenggara PTS yang berbentuk Yayasan, Perkumpulan Sosial,

dan/atau Badan Wakaf.

2. Penerbitan SPPT PBB atas PTS dilaksanakan apabila memenuhi salah satu

kriteria sbb :

a. Sumbangan Pendidikan (SPP) dan pungutan lainnya dengan nama

apapun rata-rata > Rp2.000.000,- per tahun.

b. Luas bangunan > 2.000 M2

c. Lantai bangunan > 4 lantai

d. Jumlah mahasiswa > 3.000 mahasiswa

Page 25: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 25

3. Bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh PTS dikenakan

PBB sebesar 50% dari PBB yang seharusnya terutang.

4. Bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh PTS tetapi

secara nyata tidak dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan secara

langsung yang terletak di luar lingkungan PTS yang bersangkutan tetap

dikenakan PBB secara penuh sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 26: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 26

7.KEGIATAN BELAJAR 6

TAHUN PAJAK, SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN

PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

A. TAHUN PAJAK, SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

Tahun Pajak : satu tahun takwim

Saat Pajak Terutang : Keadaan objek pajak per 1 Januari

Tempat Pajak Terutang : - Wilayah DKI Jakarta

- Kabupaten/Kota tempat objek pajak.

B. PENDAFTARAN DAN PENDATAAN OP DAN SP

I. PENDAFTARAN OP DAN SP

- Wajib Pajak Aktif

- Menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yg dapat diperoleh pada :

- Kantor Pelayanan PBB

- Dinas Pendapatan Daerah

- Kantor Camat atau Kantor Lurah

- Tempat lain yang ditunjuk

- SPOP harus diisi : - jelas, benar dan lengkap

- ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasanya

- SPOP dikirim kembali ke KPPBB untuk diproses

- KPPBB memproses SPOP :

- meneliti data isian SPOP

- meng-entry data isian tersebut

- mencetak data keluran berupa :

1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT )

2. Surat Tanda Terima Setoran ( STTS )

3. Daftar Himpunan Ketetapan Pajak ( DHKP )

II. PENDATAAN OP DAN SP

- Fiskus (Aparat PBB) aktif melakukan pendataan ke lapangan

- Alternatif cara pendataan yang digunkan ada 4 :

1. Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP

Page 27: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 27

2. Pendataan dengan cara identifikasi objek dan subjek pajak

3. Pendataan dengan cara verifikasi objek dan subjek pajak

4. Pendataan dengan cara pengukuran objek pajak

- Alat yang digunakan : SPOP, alat ukur dan alat tulis kantor

- Hasil pendataan : 1. Peta yang terdiri dari : - Peta Blok

- Peta Zona Nilai Tanah

- Peta Kelurahan / Desa

2. SPOP yang telah diisi dan ditandatangani WP

C. PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

I. TATACARA PEMBAYARAN

1. Wajib Pajak langsung melakukan pembayaran ke Bank Tempat Pembayaran( Bank

TP) atau Kantor Pos Tempat Pembayaran (Kantor Pos TP) dengan membawa SPPT

asli. Setelah pembayaran WP akan memperoleh STTS asli yang telah diregister oleh

Pejabat Bank/Kantor Pos TP.

2. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui pemidahbukuan uang dari

rekening WP ke rekening Kas Negara qq PBB (nama rekening Kas Negara untuk

penerimaan PBB).

3. Wajib Pajak dapat mengirimkan uang (transfer) melalui Bank maupun Kantor Pos ke

rekening Kas Negara qq PBB.

4. Wajib Pajak dapat membayar melalui petugas pemungut yang ditunjuk. Dari petugas,

Wajib Pajak akan menerima Tanda Terima Sementara (TTS). Petugas akan

menyetorkan uang yang diterimanya dari WP ke Bank/Kantor Pos TP dan menerima

STTS asli yang kemudian harus dikirimkannya (dikembalikan) kepada Wajib Pajak

yang telah membayar.

5. Wajib Pajak dapat membayar melalui ATM BCA. Pembayaran melalui ATM BCA ini

mulai berlaku sejak tahun 2003 atas kerjasama antara DJP dengan BCA.

II. TATACARA PENAGIHAN

Jatuh tempo SPPT adalah 6(enam) bulan. Pembayaran setelah lewat jatuh tempo

WP akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan maksimum

24 bulan (48%). Setelah jatuh tempo dan WP belum juga membayar PBB akan

dikeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang jatuh temponya 1(satu) bulan. Kemudian

berturut-turut akan dikeluarkan Surat Paksa (SP), Surat Perintah Melakukan Penyitaan

(SPMP) dan akhirnya barang sitaan akan dilelang untuk membayar PBB ( Tata Urutan

Penagihan diatur lebih lanjut dalam Undang Undang Penagihan Pajak).

Page 28: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 28

D. PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

Sebab-sebab terbitnya SKP :

1. SPOP tidak kembali. SPOP yang dikirim ke Wajib Pajak harus dikembalikan dalam

waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal diterima oleh WP. Lewat waktu akan

ditetapkan secara jabatan dengan mengeluarkan SKP. Jumlah ketetapan pajak

dalam SKP adalah jumlah pokok pajak (secara jabatan) ditambah denda administrasi

sebesar 25%. Jatuh tempo SKP adalah 1(satu) bulan. Lewat jatuh tempo akan

diberlakukan UU Penagihan Pajak.

2. SPOP dikembalikan oleh WP kemudian diproses menjadi SPPT. Setelah terbit SPPT

terdapat data baru hasil pemeriksaan SPOP yang menyebabkan Pajak Terutang

tambah besar. Atas kekurangan pajak tersebut akan diterbitkan SKP yang jumlahnya

adalah sebesar kekurangan ditambah denda administrasi 25% dari kekurangan

tersebut.

SPPT, SKP dan STP adalah merupakan dasar penagihan PBB.

Page 29: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 29

8.KEGIATAN BELAJAR 7

KEBERATAN, BANDING DAN PENGURANGAN

A. KEBERATAN PBB

WP dapat mengajukan keberatan atas SPPT atau SKP mengenai :

- Luas tanah/luas bangunan

- NJOP/ klasifikasi tanah dan atau bangunan

- Perbedaan penafsiran UU/Peraturan

Keberatan diajukan dalam waktu 3(tiga) bulan setelah terima SPPT/SKP, lewat waktu

tidak dianggap sebagai permohonan keberatan dan tidak dipertimbangkan.

Setelah menerima surat keberatan dari WP, KPPBB/KPP Pratama meneruskan ke

Kanwil DJP yang harus memproses dalam waktu 12 bulan, lewat waktu keberatan

dianggap diterima

Hasil proses berupa : diterima seluruhnya/sebagian, ditolak atau menambah besar

pajak terutang

Pengajuan keberatan oleh WP tidak menunda kewajiban membayar pajak

WP yang tidak setuju atas SK Keberatan dapat mengajukan banding ke Pengadilan

Pajak.

B. BANDING PBB

Pengajuan banding dilakukan dalam waktu 3(tiga) bulan sejak WP menerima SK

Keberatan, lewat waktu tidak dipertimbangkan.

Pengajuan banding dalam bahasa Indonesia dan dilakukan oleh WP/ahli

waris/kuasanya

Satu surat pengajuan banding untuk satu SK Keberatan.

Jumlah pajak terutang harus dibayar lebih dahulu sebesar 50%

(lebih lanjut lihat UU Peradilan Pajak)

C. PENGURANGAN PBB

Pengurangan PBB dapat diberikan kepada WP dalam hal :

1. Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau sebab

sebab tertentu lainnya yaitu :

a. Objek pajak pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat

terbatas dan merupakan milik orang pribadi.

Page 30: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 30

b. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang NJOPnya

meningkat karena dampak dari pembangunan.

c. Objek pajak milik orang pribadi yang penghasilannya semata-mata dari

pensiunan.

d. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah.

e. Objek pajak milik anggota veteran.

f. Objek pajak milik Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas

sepanjang tahun.

2. Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

3. WP merupakan anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela

kemerdekaan

Pengurangan diajukan dalam bahasa Indonesia dan dalam jangka waktu 3(tiga) bulan

setelah terima SPPT/SKP, lewat waktu tidak dipertimbangkan.

Dalam permohonan dicantumkan besarnya pengurangan yang diinginkan dalam

prosentase (misal 50%, 75%)

Untuk bencana alam dapat diajukan secara kolektif melalui Lurah/Camat

Permohonan akan diproses oleh KPPBB/KPP Pratama/Kanwil DJP dalam waktu

3(tiga) bulan sejak diterima dari WP, lewat waktu dianggap diterima

KPPBB/KPP Pratama akan memproses permohonan dengan ketetapan sampai

Rp500 juta, lewat Rp500 juta akan diproses oleh Kanwil DJP

Keputusan terhadap permohonan berupa mengabulkan seluruhnya/sebagian atau

menolak.

D. PEMBETULAN

Apabila terjadi salah tulis, salah hitung atau kekeliruan dalam penerapan perundang -

undangan perpajakan yang terdapat dalam SPPT, SKP maupun STP dapat

dibetulkan baik atas permintaan WP maupun tidak.

Pembetulan dapat dilakukan tanpa batas waktu akan tetapi apabila pembetulan

tersebut mengakibatkan jumlah pajak terutang bertambah besar, maka pembetulan

tersebut hanya dapat dilakukan apabila hak untuk menetapkan pajak belum

kedaluwarsa (10 tahun).

Hasil proses pembetulan berupa sama, lebih kecil atau lebih besar dari pajak

terutang.

Page 31: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 31

E. PEMBATALAN

Dalam hal objek pajak tidak ada, atau hak dari subjek pajak terhadap objek pajak

batal karena putusan pengadilan, atau objek pajak berubah peruntukan menjadi fasilitas

umum atau fasilitas sosial atau bukti tertentu lainnya, maka dapat dilakukan pembatalan

atas SPPT, SKP maupun STP.

Page 32: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 32

9.KEGIATAN BELAJAR 8

DALUWARSA, RESTITUSI DAN KOMPENSASI

A. DALUWARSA PBB

PBB mempunyai 2(dua) jenis daluwarsa yaitu :

1. Daluwarsa Penetapan

Penetapan pajak menjadi daluwarsa setelah lewat waktu 10 tahun. Namun

demikian apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terutang tidak dibayar atau kurang bayar atau wajib pajak dikenai hukuman karena tindak

pidana perpajakan, maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP ditambah sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 48% dari pajak yang belum dibayar.

2. Daluwarsa Penagihan

Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan

biaya penagihan menjadi daluwarsa setelah masa 10 tahun terhitung sejak saat

terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak

yang bersangkutan.

Namun daluwarsa penagihan ini juga menjadi tertangguh apabila :

- diterbitkan Surat Tegoran atau Surat Paksa

- ada pengakuan hutang dari WP

- diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar / KB Tambahan

B. RESTITUSI dan KOMPENSASI

I. RESTITUSI PBB

Sebab-sebab terjadinya restitusi :

1. Pajak yang dibayar lebih besar dari pajak terutang karena:

a. Permohonan pengurangan dikabulkan

b. Permohonan keberatan dikabulkan

c. Permohonan banding dikabulkan

d. Perobahan peraturan

2. Pajak yang dibayar seharusnya tidak terutang, misalnya pembayaran PBB atas

rumah ibadah.

Page 33: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 33

Tata Cara Pemberian Restitusi

Permohoonan diajukan dalam bahasa Indonesia

Lampiran permohonan :

- fotokopi SPPT/SKP

- fotokopi SK Pengurangan/ Keberatan/ Banding

- fotokopi STTS ( bukti bayar )

KPPBB/KPP Pratama melakukan Penelitian/Pemeriksaan dari permohonan restitusi

yang diterima

Dari hasil pemeriksaan kemudian dikeluarkan keputusan berupa :

- SKKP PBB apabila Pajak yang telah dibayar lebih besar dari Pajak

Terutang

- SPb (Surat Pemberitahuan) apabila Pajak yang telah dibayar sama

dengan Pajak Terutang

- SKP apabila Pajak yang telah dibayar kurang dari Pajak Terutang

Proses sampai dengan keluarnya Surat Keputusan harus selesai paling lama 12

bulan, lewat waktu harus diterbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran PBB

(SKKP PBB)

Dalam waktu satu bulan setelah SKKP PBB harus diterbitkan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Pembayaran PBB (SPMKP PBB)

Apabila lebih dari satu bulan dari penerbitan SPMKPPBB wajib pajak belum

menerima restitusi maka WP berhak mendapat imbalan bunga sebesar 2% per bulan

Apabila WP mempunyai hutang pajak lainnya maka restitusi yang akan diterimanya

lebih dahulu diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya tersebut.

II. KOMPENSASI PBB

Kelebihan pembayaran pajak yang diterima oleh WP dapat diterima melalui cara

pemindahbukuan (restitusi) tapi dapat pula dialihkan untuk pembayaran lainnya

(kompensasi). Pengalihan pembayaran tersebut dapat dilakukan untuk:

ketetapan PBB tahun yang akan datang

hutang PBB atas nama WP lain

hutang PBB atas nama WP lain untuk tahun yang akan datang

C. PEMBERIAN IMBALAN BUNGA

Sebab-sebab pemberian imbalan bunga dan besarnya imbalan bunga :

Page 34: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 34

1. Keterlambatan penerbitan SKKP PBB dimana bunga diberikan 2% per bulan

terhitung sejak berakhirnya 12 bulan setelah permohonan restitusi diterima

sampai dengan terbitnya SKKP PBB.

2. Keterlambatan penerbitan SPMKP PBB dimana bunga diberikan 2% per bulan

terhitung dari sejak berakhir 1 bulan dari terbitnya SKKP PBB sampai dengan

terbitnya SPMKP PBB.

3. Kelebihan pembayaran PBB karena permohonan keberatan/banding diterima

sebagian atau seluruhnya, dimana bunga diberikan 2% per bulan maksimum 24

bulan yang terhitung dari sejak pembayaran PBB sampai dengan terbitnya Surat

Keputusan Keberatan/Putusan banding.

4. Kelebihan pembayaran sanksi administrasi karena pengurangan/penghapusan

sebagai akibat diterbitkannya keputusan keberatan/banding, dimana bunga

diberikan 2% per bulan maksimum 24 bulan yang terhitung dari sejak pembayaran

sampai dengan terbitnya Keputusan Pengurangan/ Penghapusan Sanksi

Administrasi.

Page 35: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 35

10.KEGIATAN BELAJAR 9

PEMBAGIAN HASIL DAN KETENTUAN PIDANA

A. PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PBB

Hasil penerimaan PBB yang diterima oleh Bank/Kantor Pos TP dari para WP

dalam jangka waktu satu minggu (setiap hari Jum�at) harus dilimpahkan ke Bank/Kantor

Pos Persepsi. Oleh Bank/Kantor Pos Persepsi kemudian dilimpahkan ke Bank/Kantor

Pos Operasional III juga pada setiap hari Jum�at. Kemudian oleh Bank/Kantor Pos

Operasional III pelimpahan penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi tersebut

pada setiap hari Jum�at dibagikan kepada yang berhak menerimanya yaitu :

10 % untuk bagian Pemerintah Pusat

9 % untuk bagian Biaya Pemungutan

16,2 % untuk bagian Pemerintah Propinsi

64,8 % untuk bagian Pemerintah Kabupaten/Kota

Sejak tahun anggaran 1994/1995 bagian Pemerintah Pusat sebesar 10% dilimpahkan

kembali kepada daerah Kabupaten/Kota dengan imbangan sbb :

6,5 % dibagikan merata keseluruh daerah Kabupaten/Kota

3,5 % dibagikan sebagai insentif kepada daerah Kabupaten/Kota yang mengalami

surplus rencana penerimaan sektor pedesaan dan perkotaan.

B. KETENTUAN PIDANA

Apabila WP :

1. Karena alpa/lupa :

tidak mengembalikan SPOP

mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar

sehingga menimbulkan kerugian kepada negara maka akan dikenakan sanksi berupa

kurungan maksimum 6(enam) bulan atau denda sebanyak dua kali pajak terutang.

2. Karena sengaja :

tidak mengembalikan SPOP

mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar

menunjukkan/memberikan surat-surat palsu atau asli tapi palsu

Page 36: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN …belajar-pajak.co.nf/wp-content/uploads/2012/11/PBB.pdf · tatacara pembayaran serta tatacara penagihan PBB. f. Memahami, menjelaskan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MODUL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN@DTS DASAR PAJAK II HALAMAN 36

tidak menunjukkan surat-surat/dokumen yang diperlukan

tidak menunjukkan data/keterangan yang diperlukan

sehingga menyebabkan kerugian kepada negara maka dapat dikenakan sanksi berupa

hukuman penjara maksimum dua tahun atau dikenakan denda sebanyak lima kali pajak

terutang. Bila hal tersebut diulangi lagi maka sanksi tersebut menjadi dua kali lipat.

Terhadap yang bukan WP bila melakukan hal-hal tersebut diatas maka dikenakan sanksi

berupa hukuman kurungan maksimum satu tahun atau denda maksimum dua juta rupiah.

Apabila lewat waktu 10 tahun (kedaluwarsa) maka ketentuan pidana tersebut tidak dapat

dituntut.