Publikasi Ilmiah

85
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu pemasaran, sebelum melakukan berbagai macam promosi atau pendekatan pemasaran lainnya, pasar atau segmen yang dibidik harus jelas lebih dahulu. Salah satu penyebab dari kegagalan bisnis yang terjadi adalah gagalnya pengusaha mendefinisikan pasar yang dituju. Pengusaha segera bergerak bila mendengar potensi pasar, tetapi tidak bertanya lebih jauh : siapa pasar yang ingin dituju, atau bagaimanakah potensinya. Jumlah konsumen sangat banyak, sehingga dari pada bersaing di semua segmen, perusahaan perlu mengidentifikasi segmen pasar yang dapat dilayani paling efektif, yaitu dengan melakukan penelitian segmentasi. Pentingnya segmentasi bagi perusahaan disebabkan segmentasi memungkinkan perusahaan lebih terfokus dalam mengalokasi sumber daya dan segmentasi merupakan basis untuk menentukan komponen- komponen strategi, taktik dan nilai secara keseluruhan. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan suatu acuan dan basis bagi penentuan positioning. Pasar terdiri dari banyak pembeli, dan pembeli berbeda dalam banyak hal baik dalam motif, perilaku, maupun kebiasaan pembelian. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pasar suatu produk tidak homogen, tetapi heterogen. Hal inilah yang mendorong perusahaan melakukan segmentasi pasar. Kartajaya dkk (2003 : 49) mengatakan, segmentasi berarti melihat pasar secara kreatif. Segmentasi merupakan seni mengidentifikasikan

description

Paper tentang Manajemen Strategi Cafe Excelso

Transcript of Publikasi Ilmiah

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dalam ilmu pemasaran,

    sebelum melakukan berbagai macam

    promosi atau pendekatan pemasaran

    lainnya, pasar atau segmen yang dibidik

    harus jelas lebih dahulu. Salah satu

    penyebab dari kegagalan bisnis yang

    terjadi adalah gagalnya pengusaha

    mendefinisikan pasar yang dituju.

    Pengusaha segera bergerak bila

    mendengar potensi pasar, tetapi tidak

    bertanya lebih jauh : siapa pasar yang

    ingin dituju, atau bagaimanakah

    potensinya. Jumlah konsumen sangat

    banyak, sehingga dari pada bersaing di

    semua segmen, perusahaan perlu

    mengidentifikasi segmen pasar yang

    dapat dilayani paling efektif, yaitu

    dengan melakukan penelitian

    segmentasi.

    Pentingnya segmentasi bagi

    perusahaan disebabkan segmentasi

    memungkinkan perusahaan lebih

    terfokus dalam mengalokasi sumber

    daya dan segmentasi merupakan basis

    untuk menentukan komponen-

    komponen strategi, taktik dan nilai

    secara keseluruhan. Segmentasi yang

    disertai dengan pemilihan target market

    akan memberikan suatu acuan dan basis

    bagi penentuan positioning.

    Pasar terdiri dari banyak

    pembeli, dan pembeli berbeda dalam

    banyak hal baik dalam motif, perilaku,

    maupun kebiasaan pembelian.

    Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa

    pasar suatu produk tidak homogen,

    tetapi heterogen. Hal inilah yang

    mendorong perusahaan melakukan

    segmentasi pasar. Kartajaya dkk (2003 :

    49) mengatakan, segmentasi berarti

    melihat pasar secara kreatif. Segmentasi

    merupakan seni mengidentifikasikan

  • 2

    serta memanfaatkan peluang-peluang

    yang muncul di pasar.

    Kotler dan Keller (2008 : 214)

    mengungkapkan bahwa, perilaku

    konsumen dapat ditinjau dari berbagai

    sisi, karena perilaku membeli mereka

    sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

    kebudayaan, sosial, pribadi, dan

    psikologis, dimana sebagian besar

    faktor ini tak terkendalikan oleh

    pemasar, termasuk di dalamnya gaya

    hidup konsumennya. Dengan demikian

    terlihat bahwa konsumen beraneka

    ragam baik menurut usia, pendapatan,

    tingkat pendidikan, dan selera. Hal ini

    dapat dimanfaatkan oleh pemasar untuk

    membeda-bedakan kelompok konsumen

    yang memang berbeda dan

    mengembangkan barang dan jasa yang

    sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

    konsumen tersebut.

    Penelitian yang dilakukan oleh

    Robinson (dalam Dewi, 2002 : 6)

    mengungkapkan bahwa, variabel

    kepribadian dan gaya hidup seringkali

    merupakan prediktor yang lebih baik

    dari perilaku pembelian konsumen

    daripada variabel geografis atau

    demografis, sehingga dengan

    mensegmentasi pasar secara tepat

    pemasar dapat mengidentifikasi

    golongan pasar tertentu (sub-market)

    dan kemudian potensi keuntungan yang

    didapatkan. Selain itu dalam kegiatan

    bisnis, segmentasi pasar digunakan

    untuk memilih pasar sasaran, mencari

    peluang, pemimpin pasar, merumuskan

    pesan-pesan komunikasi, melayani

    lebih baik, menganalisis perilaku

    konsumen, mengetahui kebutuhan dan

    keinginan konsumen, mendesain

    produk, dan lain sebagainya.

    Menurut Kasali (2000 : 118),

    karena adanya kemajuan ekonomi dan

    pendidikan, telah mengakibatkan

    pilihan-pilihan lebih luas serta manusia

  • 3

    yang memiliki selera dan pendidikan

    yang berbeda-beda, kini dapat

    menyalurkan aspirasinya menurut

    keinginan masing-masing. Pada

    dasarnya, manusia sudah terbiasa hidup

    berkelompok-kelompok dan dimulai

    sesuai dengan kelas ekonomi dan gaya

    hidupnya sehingga hal ini akan

    membedakan kebutuhan dan

    keinginannya. Akibatnya pola hidup,

    kepribadian, sikap, dan gaya hidup akan

    berubah, yang tercermin pada

    peningkatan perhatian pada pendidikan,

    kesehatan dan biayanya, perlindungan

    diri, keamanan pribadi, serta tak luput

    pula pada semakin meningkatnya

    jumlah wanita yang bekerja atau terjun

    ke dunia bisnis.

    Dewi (2002 : 2) menyatakan,

    semakin banyaknya aktivitas dan

    meningkatnya pendapatan, sehingga

    mengubah kebiasaan sebagian besar

    orang yang semula berbelanja harian di

    pasar tradisional beralih berbelanja

    mingguan atau bulanan di pasar

    modern, seperti mall/plaza, pasar

    swalayan, ataupun hyper market.

    Dengan berubahnya pola hidup saat ini,

    konsumen cenderung memilih

    berbelanja di tempat dengan lokasi yang

    strategis, bersih, nyaman, lengkap,

    berkualitas, serta dengan berbagai

    fasilitas layanan yang menarik.

    Kajian singkat pada the future

    consumer, yaitu : kaum remaja (dalam

    Sinaga, 2008) diperoleh gambaran : (1)

    adanya keinginan berbelanja di pasar

    modern karena bangga atau gengsi

    terhadap teman-teman; (2)

    menghendaki dalam satu tempat

    memiliki banyak jenis barang yang

    dapat dibeli; (3) menghendaki adanya

    rasa nyaman dan menyenangkan; (4)

    keinginan harga pasti (fixed price) dari

    masing-masing jenis barang yang dijual

    karena tidak ada keinginan

  • 4

    bernegosiasi, serta memudahkan alokasi

    dana untuk berbelanja; (5) tingkat harga

    yang reasonable; dan (6) pembayaran

    bisa diangsur.

    Keberadaan pasar modern

    semakin banyak dimanfaatkan sebagai

    tempat rekreasi keluarga karena

    keterbatasan waktu untuk berkumpul.

    Demikian pula yang terjadi di Bali, kini

    sebagian besar masyarakat beralih dari

    berbelanja di pasar tradisional ke pasar

    modern. Kondisi ini menunjukkan

    terjadinya perubahan pemilihan tempat,

    waktu, dan perilaku pembelian, dimana

    kondisi ini terbukti dari semakin

    banyaknya pasar modern didirikan di

    Bali. Jumlah pasar modern di provinsi

    Bali disajikan pada Tabel 1.1.

    Tabel 1.1

    Jumlah Pasar Modern di Provinsi Bali

    (sampai dengan tahun 2010)

    Kota/Kabupaten

    Jenis Pasar Modern Pasar

    Swalayan

    Hyper Mark

    et

    Mall

    Denpasar Badung Jembrana Bangli Klungkung Tabanan Buleleng GianyarKarangasem

    22 17 4 4 2 3 1 8 2

    2 1 - - - - 1 - -

    - 2 - - - - - - -

    Total 63 4 2 Sumber : Dinas Perindustrian dan

    Perdagangan Bali (2011 : 13)

    Berdasarkan Tabel 1.1, jumlah

    pasar modern yang terdapat di Bali

    adalah sebanyak 69 buah, yang

    sebagian besar tersebar di Kabupaten

    Badung dan Kota Denpasar.

    Kecenderungan dari perilaku

    masyarakat Bali yang sebagian besar

    beralih berbelanja ke pasar modern

    membuat keberadaan pasar modern

    menjadi semakin dibutuhkan oleh

    masyarakat Bali. Dengan demikian,

  • 5

    sangatlah penting bagi manajemen

    pasar modern untuk mencapai

    keberhasilan melalui pemahaman

    tentang gaya hidup konsumennya

    dengan berdasarkan faktor-faktor

    penentu gaya hidup seperti kegiatan,

    minat dan pendapat.

    Menurut Sinaga (2005), pasar

    modern merupakan pasar yang dikelola

    dengan manajemen modern, umumnya

    terdapat di kawasan perkotaan, sebagai

    penyedia barang dan jasa dengan mutu

    dan pelayanan yang baik kepada

    konsumen. Pasar modern antara lain

    mall, supermarket, departement store,

    shopping centre, waralaba, toko mini

    swalayan, toko serba ada dan toko

    grosir. Barang yang dijual di pasar

    modern memiliki variasi jenis yang

    beragam. Selain menyediakan barang-

    barang lokal, pasar modern juga

    menyediakan barang impor. Barang

    yang dijual mempunyai kualitas yang

    relatif lebih terjamin karena melalui

    penyeleksian terlebih dahulu secara

    ketat sehingga barang yang rijek/tidak

    memenuhi persyaratan klasifikasi akan

    ditolak. Secara kuantitas, pasar modern

    umumnya mempunyai persediaan

    barang di gudang yang terukur. Dari

    segi harga, pasar modern memiliki label

    harga yang pasti (tercantum harga

    sebelum dan setelah dikenakan pajak).

    Pasar modern juga memberikan

    pelayanan yang baik, misalnya dengan

    adanya pendingin udara yang terdapat

    di setiap bagian ruangan.

    Perubahan-perubahan perilaku

    konsumen saat ini, juga tidak luput dari

    perhatian pihak manajemen Discovery

    Shopping Mall, yang menjadi salah satu

    mall terbesar dan terfavorit di Bali.

    Discovery Shopping Mall merupakan

    satu-satunya mall yang berada di depan

    pantai Kuta, sangat dekat dengan

    Bandara Internasional Ngurah Rai dan

  • 6

    pusat Kota Denpasar. Keberadaan mall

    tersebut juga ditunjang dengan berbagai

    sarana hiburan yang terletak

    disekitarnya, seperti : Waterbom,

    Musro, dan Paradiso serta berbagai

    tempat menginap yang nyaman, seperti

    : Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali

    Dynasty Resort, Santika Beach Hotel,

    Bali Rani Hotel, dan Bali Garden.

    Posisinya yang strategis, menyebabkan

    Discovery Shopping Mall banyak

    dikunjungi konsumen.

    Discovery Shopping Mall

    adalah tempat berbelanja berbagai

    macam produk, baik lokal maupun

    internasional, mencari sarana hiburan,

    dan sebagai tempat berekreasi bagi

    pengunjung. Di dalamnya terdapat

    Centro Department Store dan Sogo

    Department Store yang menawarkan

    berbagai merek fashion, konsumen juga

    memiliki pilihan tempat berbelanja alat-

    alat elektronik di Electronic City,

    berkunjung ke toko buku atau membeli

    perhiasan dan aksesoris, oleh-oleh, dan

    banyak lagi. Berbagai sarana hiburan

    juga terdapat di dalamnya, seperti

    sarana bermain anak Time Zone dan

    Kids Station, fasilitas karaoke di Inul

    Vista, serta sarana hiburan lainnya.

    Pada akhir kunjungan ke Discovery

    Shopping Mall, pengunjung bisa pergi

    ke Starbuck Cafe, Black Canyon, Pizza

    Hut, Kentucky Fried Chicken atau

    bahkan ke food court di lantai atas,

    dengan dekorasi dan fasilitas yang

    sangat baik. Discovery Shopping Mall

    juga dilengkapi dengan fasilitas parkir

    yang aman dan luas.

    Dengan lokasi dan fasilitas

    yang sangat mendukung tersebut,

    menjadikan Discovery Shopping Mall

    dikunjungi oleh banyak orang.

    Pengunjung Discovery Shopping Mall

    berasal dari berbagai kelas sosial, etnis,

    serta memiliki motif, perilaku, maupun

  • 7

    kebiasaan pembelian yang berbeda.

    Namun tidak semua dari pengunjung

    yang datang memiliki kemampuan

    untuk membeli, sebagian dari mereka

    hanya datang untuk berekreasi.

    Salah satu faktor penggerak

    berjalannya operasional perusahaan

    adalah dengan menjalankan aktivitas

    pemasaran secara tepat dan terarah.

    Prinsip dasar dari proses pemasaran

    menurut Kotler dalam Deswindi (2007)

    yang utama adalah bagaimana kita

    dapat memahami keinginan dan

    kebutuhan dari konsumen. Sedangkan

    menurut Stanton dalam Swastha (2008 :

    5) mendefinisikan pemasaran adalah

    suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-

    kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

    merencanakan, menentukan harga,

    mempromosikan dan mendistribusikan

    barang dan jasa yang memuaskan

    kebutuhan baik kepada pembeli aktual

    (pembelanja) maupun pembeli potensial

    (pengunjung).

    Suatu produk yang dapat

    memenuhi kebutuhan dan keinginan

    dari konsumen tentunya akan terjual

    dipasaran dengan syarat target pasar

    produk tersebut tentunya harus

    memiliki daya beli. Untuk itu konsumen

    yang menjadi target harus ditentukan

    terlebih dahulu, sehingga dapat

    dipastikan konsumen tersebut sebagai

    pembeli aktual yaitu kelompok

    masyarakat yang membeli produk yang

    dihasilkan oleh perusahaan, maka

    terlebih dahulu perusahaan harus

    melakukan penelitian segmentasi pasar.

    Hal ini harus mendapat

    perhatian dari manajemen Discovery

    Shopping Mall dan setiap pemasar yang

    ada atau akan memasarkan produknya

    di Discovery Shopping Mall. Sebelum

    memasarkan produknya di Discovery

    Shopping Mall, ada baiknya pemasar

  • 8

    memperhatikan segmen pasar yang ada

    di mall tersebut. Produsen perlu

    memperhatikan gaya hidup serta

    karakteristik konsumen dalam

    memasarkan produknya. Apabila

    produsen atau penjual memasarkan

    produk yang tidak sesuai dengan

    kebutuhan dan keinginan konsumen,

    maka akan menyebabkan produknya

    tidak laku dijual dan dengan biaya sewa

    tempat di Discovery Shopping Mall

    yang relatif sangat mahal pada akhirnya

    akan merugikan pemasar tersebut dan

    bisa berdampak pada penutupan toko.

    Mengingat konsumen saat ini

    dihadapkan kepada banyak pilihan dan

    perubahan perilaku konsumen yang

    begitu cepat dari waktu ke waktu,

    sehingga diperlukan penganalisisan

    program dengan jelas dan tepat melalui

    segmentasi gaya hidup konsumen.

    Diharapkan ketepatan dalam

    mensegmentasi pasarnya akan

    memudahkan manajemen Discovery

    Shopping Mall dan pemasar untuk

    membidik pasar sasaran, memposisikan

    pasar produknya, sehingga akan dapat

    membuat keputusan yang mampu

    mempertahankan para pelanggannya

    sekaligus juga menarik konsumen baru

    untuk datang berbelanja.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang

    masalah tersebut di atas, maka dapat

    dibuat suatu rumusan masalah, yaitu :

    1) Bagaimanakah pengelompokan

    segmentasi gaya hidup konsumen

    Discovery Shopping Mall?

    2) Apakah segmen pasar yang paling

    efektif untuk dilayani sebagai pasar

    sasaran?

    3) Bagaimanakah strategi bauran

    pemasaran yang diterapkan bagi

    pasar sasaran yang dipilih?

  • 9

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah

    di atas, maka tujuan penelitian ini

    adalah

    1) Untuk mengetahui pengelompokan

    segmentasi gaya hidup konsumen

    Discovery Shopping Mall.

    2) Untuk mengetahui segmen pasar

    yang paling efektif untuk dilayani

    sebagai pasar sasaran.

    3) Untuk mengetahui strategi bauran

    pemasaran yang diterapkan bagi

    pasar sasaran yang dipilih.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari

    penelitian ini dapat diuraikan sebagai

    berikut :

    1) Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan tambahan

    pengetahuan khususnya ilmu

    pemasaran mengenai gaya hidup

    konsumen pasar modern dan dapat

    menjadi referensi bagi pembaca

    yang berminat untuk melakukan

    penelitian lanjutan, khususnya yang

    berkaitan dengan segmentasi gaya

    hidup.

    2) Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan tambahan referensi

    dan informasi bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan, khususnya

    kepada pihak pemasar produk di

    Discovery Shopping Mall sebagai

    masukan dan bahan pertimbangan

    dalam menentukan segmentasi

    pasar sehingga akan bermanfaat

    untuk menentukan pasar sasaran

    dan strategi pemasarannya dalam

    memenuhi kebutuhan dan

    keinginan konsumen.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Segmentasi Pasar

    Perusahaan yang memutuskan

    untuk beroperasi dalam pasar yang luas

    hendaknya menyadari bahwa tidak

    mungkin dapat melayani seluruh

    pelanggan dalam pasar tersebut.

    Berkenaan dengan masalah tersebut

    perusahaan perlu mengidentifikasi

    segmen pasar yang dapat dilayani

    dengan efektif.

    Schiffman dan Kanuk (2008 :

    37) mendefinisikan segmentasi pasar

    sebagai proses membagi pasar menjadi

    irisan-irisan konsumen yang khas yang

    mempunyai kebutuhan atau sifat yang

    sama dan kemudian memilih satu atau

    lebih segmen yang akan dijadikan

    sasaran bauran pemasaran yang

    berbeda. Kasali (2000 : 118)

    menyatakan bahwa segmentasi

    merupakan proses mengkotak-kotakkan

    pasar yang heterogen ke dalam

    kelompok-kelompok potential

    customers yang memiliki kesamaan

    kebutuhan atau kesamaan karakter yang

    memiliki respon yang sama dalam

    membelanjakan uangnya.

    Segmentasi faktanya telah

    digunakan pada tujuan pemasaran

    berkembang, hal ini dikarenakan

    segmentasi mengidentifikasikan sub-

    kelompok penting dalam populasi

    sebagai target pemasaran yang lebih

    efisien dari yang lain. Penelitian

    segmentasi yang telah dilakukan oleh

    para ahli mengelompokkan konsumen

    berdasarkan kelas sosial dan gaya hidup

    (Plummer, 1974) maupun variabel-

    variabel demografi seperti umur, jenis

    kelamin, pendapatan, dan variabel

    demografi lainnya.

    Tujuan segmentasi adalah

    melayani konsumen lebih baik dan

  • 11

    memperbaiki kompetitif perusahaan.

    Dibalik tujuan utama ini tentu ada

    tujuan-tujuan lain yang lebih sempit,

    seperti meningkatkan penjualan (dalam

    unit dan rupiah), memperbaiki pangsa

    pasar (market share), melakukan

    komunikasi dan promosi yang lebih

    baik, dan memperkuat citra.

    Suprapti (2010 : 36)

    menjelaskan studi segmentasi dirancang

    untuk menemukan kebutuhan dan

    keinginan kelompok konsumen tertentu.

    Berdasar informasi itu bisa

    dikembangkan barang atau jasa tertentu

    yang dapat memuaskan kebutuhan dan

    keinginan tersebut. Selain itu, studi

    segmentasi juga dilakukan untuk

    mengetahui media yang tepat digunakan

    untuk menyampaikan pesan-pesan

    promosi kepada kelompok tertentu.

    Tiap kelompok konsumen biasanya

    memiliki preferensi tertentu terhadap

    media komunikasi.

    Menurut Swastha dalam Dewi

    (2002 : 49), beberapa manfaat yang

    didapatkan dengan menerapkan strategi

    segmentasi pasar adalah sebagai berikut

    :

    a. Menyalurkan uang dan usaha ke

    pasar potensial yang paling

    menguntungkan.

    b. Merencanakan produk yang dapat

    memenuhi permintaan pasar.

    c. Menentukan cara-cara promosi

    yang paling efektif bagi

    perusahaan.

    d. Memilih media advertensi yang

    lebih baik dan menentukan

    bagaimana mengalokasikan

    anggaran secara lebih baik ke

    berbagai macam media.

    e. Mengatur waktu yang sebaik-

    baiknya dalam usaha promosi.

  • 12

    Sedangkan menurut Kasali

    dalam Dewi (2002 : 49), ada lima

    keuntungan yang dapat diperoleh

    dengan melakukan segmentasi pasar,

    yaitu :

    a. Mendesain produk-produk yang

    lebih responsif terhadap kebutuhan

    pasar.

    b. Membantu dalam penganalisaan

    pasar.

    c. Menentukan peluang.

    d. Menguasai posisi yang superior dan

    kompetitif.

    e. Menentukan strategi komunikasi

    yang efektif dan efisien.

    2.2 Dasar Segmentasi Pasar

    Pasar, khususnya pasar

    konsumen dapat disegmentasi

    berdasarkan empat kelompok besar

    variabel, yaitu : variabel geografis,

    demografis, psikografis, dan perilaku.

    Pemasar harus menggunakan kombinasi

    dari keempat variabel tersebut untuk

    memperoleh cara segmentasi yang

    terbaik (Suprapti, 2010 : 39).

    a. Segmentasi Geografis

    Segmentasi geografis adalah

    tindakan pembagian pasar ke dalam

    unit-unit geografis yang berbeda

    seperti negara, negara bagian atau

    provinsi, kabupaten, kota, atau

    wilayah lainnya. Alasan yang

    mendasari pembagian pasar

    berdasarkan wilayah geografis ini

    adalah bahwa orang-orang yang

    hidup di satu wilayah memiliki

    kebutuhan atau keinginan yang

    hampir sama dan kebutuhan atau

    keinginan itu berbeda dengan yang

    dimiliki oleh orang-orang dari

    wilayah geografis lainnya.

    b. Segmentasi Demografis

    Segmentasi demografis adalah

    pembagian pasar ke dalam

    kelompok-kelompok berbeda

  • 13

    berdasar variabel demografis

    seperti umur, jenis kelamin, status

    perkawinan, ukuran keluarga,

    siklus hidup keluarga, penghasilan,

    pekerjaan, pendidikan, agama, ras,

    dan kebangsaan. Segmentasi pasar

    berdasar variabel demografis paling

    cocok menggambarkan kebutuhan,

    keinginan, dan tingkat pemakaian

    konsumen.

    c. Segmentasi Psikografis

    Segmentasi psikografis adalah

    pembagian pasar ke dalam

    kelompok-kelompok berbeda

    berdasar kelas sosial, gaya hidup,

    atau karakteristik kepribadian.

    Variabel segmentasi ini biasanya

    dikombinasikan dengan variabel

    demografis karena seringkali

    terjadi orang-orang yang berada

    pada satu kelompok demografis

    memiliki ciri atau karakteristik

    psikografis yang berbeda. Karena

    itu, dalam memilih segmen

    pasarnya, pemasar

    mengkombinasikan variabel

    demografis dan psikografis untuk

    merancang strategi yang tepat.

    d. Segmentasi Berdasar Perilaku

    Segmentasi berdasar perilaku

    merupakan upaya pembagian pasar

    ke dalam segmen atau kelompok-

    kelompok berbeda berdasar saat

    pembelian, manfaat yang dicari,

    status pemakai, tingkat

    penggunaan, sikap, atau respon

    mereka terhadap sebuah produk.

    e. Segmentasi Teknografis

    Adanya perkembangan teknologi,

    khususnya teknologi informasi

    yang begitu pesat sejak tahun 1990-

    an, telah memudahkan produsen

    untuk membidik pasarnya.

    Perkembangan seperti itu

    memunculkan segmen pasar

    tersendiri yang disebut sebagai

  • 14

    segmen teknografis, yang

    menggabungkan sikap dan perilaku

    terhadap teknologi dan demografi

    konsumen. Segmen pasar ini dibagi

    berdasar tiga variabel, yaitu :

    motivasi teknologi, sikap terhadap

    teknologi, dan pengeluaran.

    Adanya segmen pasar ini menuntut

    pemasar untuk menciptakan produk

    yang sesuai dengan kebutuhan dan

    daya beli mereka.

    2.3 Persyaratan Segmentasi Yang

    Efektif

    Menurut Suprapti (2010 : 43),

    untuk memperoleh manfaat yang

    maksimal dari satu atau beberapa

    segmen pasar, sebuah segmen pasar

    harus memenuhi beberapa persyaratan

    berikut.

    a. Dapat diukur (measurable), artinya

    besar dan daya beli sebuah segmen

    harus dapat diukur dengan tingkat

    ukuran tertentu.

    b. Dapat dijangkau (accessible),

    artinya seberapa jauh segmen

    tersebut dapat dijangkau dan

    dilayani dengan efektif.

    c. Ukurannya cukup besar

    (substantial), artinya sebuah

    segmen akan layak bila ukurannya

    cukup besar atau cukup

    menguntungkan.

    d. Dapat dibedakan (differentiable),

    artinya segmen yang satu dapat

    dibedakan dari yang lainnya dan

    setiap segmen memberi respon

    yang berbeda terhadap bauran

    pemasaran.

    e. Dapat dilaksanakan (actionable),

    artinya seberapa jauh program yang

    efektif dapat dirancang untuk

    menarik dan melayani segmen

    tersebut.

  • 15

    Sedangkan menurut Kasali

    dalam Dewi (2002 : 48), segmentasi

    pasar yang baik adalah :

    a. Apakah segmen itu cukup besar?

    Segmen yang dipilih hendaknya

    cukup potensial dalam arti besar

    pasarnya dapat menjamin

    kontinuitas produksi sesuai dengan

    harga yang bersedia dibayar oleh

    konsumen.

    b. Apakah ada daya belinya?

    Populasi yang besar dalam sebuah

    segmen belum menjamin

    keberhasilan adanya daya beli dan

    kesediaan untuk membeli juga

    penting.

    c. Apakah dapat dibedakan dengan

    segmen lainnya?

    Segmen yang baik harus dapat

    dibedakan dengan segmen-segmen

    yang lainnya.

    d. Apakah sudah ada pesaing lain

    yang menguasai segmen itu?

    Sebuah segmen yang menarik tidak

    selalu terbuka untuk semua

    pendatang. Produsen yang sudah

    ada pada umumnya sudah

    memasang rintangan-rintangan

    kepada calon pendatang baru

    berupa harga murah, iklan yang

    gencar, penggunaan bahan baku,

    dan penggunaan teknologi yang

    baik.

    e. Apakah pasar dapat dijangkau?

    Penjangkauan pasar dilakukan

    dengan penggunaan saluran

    distribusi yang baik serta

    penggunaan media komunikasi

    yang tepat dalam promosi.

    f. Apakah ada sumber daya yang

    memadai?

    Sumber daya yang dimiliki

    perusahaan haruslah baik untuk

    dapat menjangkau pasar.

  • 16

    2.4 Gaya Hidup

    Gaya hidup menurut Assael,

    1991 dalam Winata dan David (2006)

    didefinisikan secara luas bagaimana

    orang-orang menghabiskan waktu

    mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang

    mereka pikirkan tentang diri mereka

    sendiri dan dunia di sekitar mereka

    (opini-opini). Definisi lain menurut

    Loundon and Della Bitta, 1988 (dalam

    Winata dan David, 2006) gaya hidup

    dapat dipandang sebagai pola unik dari

    hidup seseorang dimana mempengaruhi

    dan direfleksikan dengan perilaku

    konsumen.

    Jadi, gaya hidup adalah pola

    hidup seseorang di dunia yang

    diekspresikan dalam aktivitas, minat,

    dan opininya. Gaya hidup

    menggambarkan keseluruhan diri

    seseorang yang berinteraksi dengan

    lingkungannya. Orang-orang yang

    berasal dari sub-budaya, kelas sosial,

    dan pekerjaan yang sama dapat

    memiliki gaya hidup yang berbeda.

    Gaya hidup mencakup lebih dari

    sekedar kelas sosial dan kepribadian

    seseorang, akan tetapi hal itu

    menyangkut keseluruhan bentuk

    tindakan dan interaksi sepenuhnya.

    Menurut Kasali dalam Dewi

    (2002 : 27), perilaku konsumen

    diobservasi melalui gaya hidup, nilai-

    nilai kehidupan yang dianut, dan

    kepribadiannya. Jadi gaya hidup

    merupakan salah satu cara

    mengelompokkan konsumen secara

    psikografis. Diungkapkan pula bahwa,

    gaya hidup pada prinsipnya adalah

    bagaimana seseorang menghabiskan

    waktu dan uangnya. Dengan demikian,

    gaya hidup mencerminkan pola

    kehidupan seseorang dalam

    menggunakan waktu dan uangnya. Ada

    orang yang senang mencari hiburan

    bersama kawan-kawannya, ada yang

  • 17

    senang bepergian bersama keluarga, ada

    yang memilih untuk menyendiri di

    tempat yang tenang seperti pegunungan,

    ada yang senang berolahraga,

    berbelanja, serta aktivitas lainnya. Gaya

    hidup mempengaruhi perilaku

    seseorang dan pada akhirnya

    menentukan pilihan-pilihan konsumsi

    seseorang. Orang-orang yang

    berorientasi pada karir akan memilih

    buku, komputer, dan barang-barang

    lainnya yang berbeda dengan mereka

    yang berorientasi pada keluarga.

    Konsep gaya hidup dan

    hubungannya dengan pemasaran,

    diperkenalkan pada tahun 1963 oleh

    Wiliam Lazer. Lazer mendefinisikan

    gaya hidup sebagai suatu konsep sistem

    yang membedakan cara hidup dalam

    jumlah dan pengertian yang lebih luas.

    Penjelmaan pola ini berkembang dan

    muncul dari dinamika kehidupan di

    masyarakat. Sejak tahun 1963, metode

    pengukuran gaya hidup dan

    hubungannya dengan perilaku

    konsumen telah dikembangkan dan

    disaring oleh para ahli.

    Penelitian gaya hidup dengan

    menggunakan variabel-variabel AIO

    (activities, interests and opinions) telah

    digunakan sejak tahun 1970 oleh para

    peneliti. Hasil penelitian dari Plummer

    (1974); Vyncke (2002); Ahmad, Omar

    dan Ramayah (2010) menunjukkan

    bahwa adalah mungkin untuk

    mengembangkan segmentasi gaya

    hidup yang dapat digunakan oleh

    manajer pemasaran untuk membuat

    keputusan perencanaan produk dan

    strategi komunikasi segmentasi strategis

    di pasar yang sangat berbeda. Adapun

    komponen-komponen dimensi gaya

    hidup AIO menurut Plummer (1974)

    dapat dilihat pada Tabel 2.1.

  • 18

    Tabel 2.1

    Dimensi Gaya Hidup

    Kegiatan Minat Opini

    Pekerjaan

    Hobi

    Kegiatan sosial

    Liburan

    Hiburan

    Keanggotaan klub

    Komunitas

    Belanja

    Olahraga

    Keluarga

    Rumah

    Pekerjaan

    Komunitas

    Rekreasi

    Fashion

    Makanan

    Media

    Pencapaian

    Terhadap diri sendiri

    Isu-isu Sosial

    Politik

    Bisnis

    Ekonomi

    Pendidikan

    Produk-produk

    Masa depan

    Kebudayaan

    Sumber : Plummer (1974)

    Menurut Plummer (1974), riset

    AIO mencari tanggapan konsumen

    terhadap pernyataan yang mengukur

    kegiatan (bagaimana konsumen

    menggunakan waktu untuk bekerja,

    berlibur, ataupun menekuni hobi), minat

    (pilihan dan prioritas konsumen,

    misalnya rumah, makanan, ataupun

    fashion), dan pendapat (bagaimana

    konsumen memandang diri sendiri,

    serta berbagai macam kejadian dan

    persoalan ekonomi, sosial, pendidikan).

    Psikografis adalah ilmu

    tentang pengukuran dan

    pengelompokan gaya hidup pelanggan.

    Salah satu klasifikasi paling populer

    yang didasarkan pada ukuran-ukuran

    psikografis adalah tipologi sistem nilai

    dan gaya hidup (value and lifestyle

    system, berikutnya disebut VALS).

    Tipologi VALS diperkenalkan pada

    tahun 1978 oleh para peneliti SRI

    (Stanford Research Institution) dan

    menjelaskan tentang klasifikasi

    sistematis dari warga negara Amerika

    Serikat kedalam sembilan segmen yang

    berbeda. Segmen-segmen tersebut

    memiliki nilai dan pola gaya hidup yang

    digunakan sebagai dasar untuk

    keputusan pemasaran yang berbeda.

    SRI internasional telah

    mengembangkan program untuk

    mengukur gaya hidup ditinjau dari

    aspek nilai kultural yaitu : (1) diarahkan

    dari luar (outer-directed), (2) diarahkan

  • 19

    dari dalam (inner directed), dan (3)

    dikendalikan kebutuhan (need-driven).

    Program ini disebut sebagai VALS 1

    (Value and Life Style 1). Outer-directed

    merupakan gaya hidup konsumen jika

    dalam membeli suatu produk harus

    sesuai dengan nilai-nilai dan norma-

    norma tradisional yang telah terbentuk.

    Inner directed yaitu membeli produk

    untuk memenuhi keinginan dari dalam

    dirinya untuk memiliki sesuatu, dan

    tidak terlalu memikirkan norma-norma

    yang budaya yang berkembang.

    Konsumen kelompok ini berusaha keras

    untuk mengekspresikan dirinya. Yang

    ketiga yaitu need driven di mana pada

    kelompok ketiga ini konsumen yang

    membeli sesuatu didasarkan atas

    kebutuhan dan bukan keinginan

    berbagai pilihan yang tersedia. Mereka

    merupakan kelompok konsumen yang

    mempunyai pendapatan terbatas.

    VALS 1 membagi orang

    menjadi 8 kelompok yaitu: survivor,

    sustainers, belongers, emulators,

    achievers, i-am-me, experientals,

    socially conscious. Karakteristik VALS

    1 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2

    Karakteristik Konsumen VALS 1

    Outer

    Directed Inner Directed Need Driven

    Belongers Kelas menengah, menghargai rasa aman, stabil, identitas, dan solidaritas kelompok dan tidak ambil resiko, ingin hura-hura. Emulators Belanja terus, punya hutang, frustasi dalam ambisinya. Achievers Lebih tua, matang, mampu, berkeluarga memiliki rumah, Emulator ingin masuk kelompok ini.

    I-Am-Me Muda, idealis, menekankan ekspresi diri, musik keras, busana menyolok. Experiential Menghargai pendidikan, lingkungan dan pengalaman-pengalaman. Socially Conscious Paling tinggi, pendidikan dewasa, gerakan flower power sampai dengan politik, punya jabatan berpengaruh tapi sering protes dalam isu sosial politik.

    Survivor (Orang yang bertahan hidup) Wanita tua, pendidikan rendah dan tidak sehat, atau keluarga tidak mampu. Sustainer Muda, berjuang mencari tempat dalam masyarakat.

    Sumber : Sutisna (2003 : 245)

  • 20

    Pada tahun 1989 SRI merevisi

    sistem VALS untuk memfokuskan

    secara lebih tegas pada usaha

    menjelaskan perilaku membeli

    konsumen. Hasil dari revisi tersebut

    menghasilkan VALS 2, dapat dilihat

    pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Segmen VALS 2

    Sumber : Schiffman dan Kanuk (2008 :

    62)

    Tipologi VALS 2 membagi

    konsumen menjadi delapan kelompok

    berdasarkan dua dimensi penting, yaitu

    : orientasi diri dan sumber daya.

    Peneliti SRI membagi orientasi diri

    menjadi tiga bagian, yaitu : (1) orientasi

    prinsip (konsumen yang pilihannya

    dimotivasi oleh kepercayaan mereka

    sendiri dan bukannya oleh keinginan

    untuk disetujui); (2) orientasi status

    (konsumen dengan pilihan yang

    dikendalikan oleh tindakan,

    persetujuan, dan pendapat orang lain);

    dan (3) orientasi tindakan (para

    konsumen yang didorong oleh

    keinginan untuk melakukan kegiatan

    sosial atau fisik, selingan, dan

    pengambilan resiko). Sedangkan

    sumber daya merujuk ke tingkat

    kekayaan dan kemampuan psikologis,

    fisik, demografis, dan kebendaan yang

    harus digunakan para konsumen,

    termasuk pendidikan, pendapatan, rasa

    Bersumber Daya Paling Sedikit

    Fulfilleds

    Achievers

    Experienc

    ers

    Believers

    Strivers

    Makers

    Struglers

    Bersumber Daya Terbanyak

    Orientasi Prinsip

    Actualize

    rs

    Orientasi Status

    Orientasi Tindakan

  • 21

    percaya diri, kesehatan, keinginan untuk

    membeli, dan tingkat energi (Schiffman

    dan Kanuk, 2008 : 60).

    Dengan memadukan dua

    dimensi tersebut VALS 2 menghasilkan

    delapan segmen yang mana masing-

    masing segmen memiliki perilaku dan

    pola pengambilan keputusan yang

    berbeda. Schiffman dan Kanuk (2008 :

    62) serta Sutisna (2003 : 250),

    menjelaskan kedelapan segmen tersebut

    sebagai berikut.

    a. Actualizers (bersumber daya

    terbanyak) : orang-orang yang

    sukses, modern, aktif, siap bekerja

    keras dengan pengakuan diri yang

    tinggi dan sumber daya melimpah.

    Mempunyai pendapatan yang paling

    tinggi dan harga diri yang tinggi.

    Mereka mempunyai minat yang luas

    pada berbagai bidang dan terbuka

    pada perubahan. Mereka membeli

    produk untuk mencapai yang terbaik

    dalam hidup.

    b. Fulfilleds (berorientasi prinsip) :

    Berpendapatan tinggi, dewasa,

    bertanggung jawab, mempunyai

    pendidikan tinggi dalam bidang

    profesional. Mereka memusatkan

    kegiatan senggang di rumah, tetapi

    terbuka pada gagasan baru dan

    perubahan. Mereka menghargai

    pendidikan dan travel, dan juga

    kesadaran pada kesehatan. Mereka

    adalah konsumen konservatif dan

    praktis yang menginginkan nilai,

    daya tahan, dan kemanfaatan dalam

    produk yang mereka beli. Hanya

    sedikit perhatian kepada citra dan

    prestise. Merupakan konsumen

    berbagai produk rumah tangga di

    atas rata-rata.

    c. Believers (berorientasi prinsip) : ini

    adalah orang-orang yang konservatif

    dan konvensional dengan

  • 22

    kepercayaan yang kongkret

    berdasarkan nilai-nilai tradisional,

    keluarga, gereja, komunitas dan

    negara. Lambat mengubah

    kebiasaan, mencari harga yang

    murah, menonton tv lebih dari rata-

    rata, membaca berbagai majalah

    mengenai fashion, rumah dan taman.

    Mereka menghargai peraturan.

    d. Achievers (berorientasi status) :

    orang-orang dalam segmen ini

    sukses dan berorientasi kerja dan

    berusaha mengendalikan

    kehidupannya. Tertarik kepada

    berbagai produk yang mahal.

    Merupakan target utama untuk

    bermacam produk, penonton tv

    biasa, membaca berbagai terbitan

    mengenai bisnis, berita dan buku

    pengembangan diri. Fokus karir dan

    keluarga, hubungan sosial formal,

    meghindari perubahan berlebihan,

    banyak kerja kurang rekreasi, politik

    konservatif .

    e. Strivers (berorientasi status) : mereka

    mencari informasi, definisi diri, dan

    pengakuan dari dunia di sekeliling

    mereka. Mereka sangat

    memperhatikan opini dan pengakuan

    dari orang lain. Strivers bersifat

    impulsive dan mudah merasa bosan.

    Orang-orang yang berada di dalam

    segmen ini, sadar kepada citra,

    pendapatan siap belanja terbatas

    tetapi mempunyai saldo kredit,

    mengeluarkan uang untuk pakaian

    dan berbagai produk perawatan diri

    dan lebih suka menonton tv daripada

    membaca.

    f. Experiencers (berorientasi tindakan)

    : mereka adalah orang-orang

    antusias, impulsif, dan suka

    memberontak yang menginginkan

    variasi dan kegembiraan. Mereka

    menyukai latihan fisik, olah raga,

  • 23

    dan kegiatan sosial serta merupakan

    konsumen yang antusias, terutama

    terhadap pakaian, musik, film, dan

    makanan cepat saji, peduli tentang

    citra, kagum kekayaan, kekuasaan,

    ketenaran, tak peduli politik.

    Mengeluarkan banyak pendapatan

    yang dapat dipakai untuk

    bersosialisasi dan mengikuti

    periklanan.

    g. Makers (berorientasi tindakan) : ini

    adalah orang-orang yang praktis dan

    mandiri dengan keahlian konstruktif.

    Mereka tinggal di dalam lingkungan

    keluarga tradisional, pekerjaan

    praktis, dan rekreasi fisik, dan tidak

    begitu berminat pada hal-hal lain.

    Berbelanja untuk kenyamanan, daya

    tahan dan nilai. Tidak terkesan oleh

    barang-barang mewah. Membaca

    berbagai majalah mengenai mobil,

    seluk-beluk rumah, memancing dan

    kegiatan luar rumah. Menikmati

    alam, kegiatan fisik, waktu luang

    dengan kalangan dan teman dekat

    menghindari orang, mencemooh

    politisi.

    h. Struglers (bersumber daya paling

    sedikit) : mereka miskin, kurang

    terampil, dan berpendidikan rendah.

    Mereka sering merasa putus asa,

    pasif, dan sangat memperhatikan

    keamanan. Minat terbatas, kegiatan

    terbatas, cari rasa aman, kesehatan

    bermasalah, konservatif dan

    tradisional, memegang agama. Setia

    kepada merek, menggunakan kupon

    dan memperhatikan penjualan obral.

    2.5 Bauran Pemasaran Ritel

    Pengertian bauran pemasaran

    menurut Kotler dan Armstrong (2008 :

    86) adalah serangkaian alat pemasaran

    taktis yang digunakan oleh pemasar

    untuk mendapatkan tanggapan yang

    diinginkan dari pasar sasaran. Ada

  • 24

    empat unsur bauran pemasaran ritel

    menurut Kotler dan Armstrong (2008 :

    86), antara lain :

    a. Keputusan pilihan produk dan

    layanan

    Pengecer harus memutuskan tiga

    variabel produk utama, yaitu :

    pilihan produk, bauran pelayanan

    dan atmosfer toko.

    a) Pilihan produk; pengecer harus

    bisa mendiferensiasikan produk

    sambil menyesuaikan dengan

    ekspektasi pembelanja sasaran.

    Salah satu strategi adalah

    menawarkan barang yang tidak

    dijual oleh pesaing lain, seperti

    merek pribadi atau merek

    nasional yang eksklusif. Strategi

    lain adalah` menampilkan acara

    perdagangan yang sukses,

    menawarkan barang kejutan atau

    pengecer bisa

    mendiferensiasikan dirinya

    dengan menawarkan pilihan

    produk yang ditargetkan secara

    khusus.

    b) Bauran layanan juga bisa

    membantu memisahkan satu

    pengecer dari pengecer lainnya.

    Misalnya, beberapa pengecer

    mengundang pelanggan untuk

    mengajukan pertanyaan atau

    berkonsultasi dengan perwakilan

    pelayanan secara pribadi atau

    melalui telepon.

    c) Atmosfer toko; pengecer harus

    merancang satu atmosfer yang

    sesuai dengan pasar sasaran dan

    mendorong pelanggan untuk

    membeli. Atmosfer toko

    menawarkan alat yang ampuh di

    mana pengecer dapat

    mendiferensiasikan toko mereka

    dari toko pesaing.

  • 25

    b. Keputusan harga

    Kebijakan harga pengecer harus

    sesuai dengan pasar sasaran dan

    positioning-nya, pilihan produk dan

    jasa serta persaingan. Pengecer juga

    harus memutuskan sejauh mana

    mereka akan menggunakan

    penjualan dan promosi harga

    lainnya. Beberapa pengecer tidak

    menggunakan promosi harga apapun,

    dan sebagai gantinya bersaing dalam

    kualitas produk dan jasa daripada

    harga. Pengecer lain mempraktikkan

    penetapan harga tinggi-rendah,

    mengenakan harga yang lebih tinggi

    pada basis harian, disertai obral dan

    promosi harga lain sesering mungkin

    untuk meningkatkan lalu lintas toko,

    membersihkan barang yang tak

    terjual, menciptakan citra murah,

    atau menarik pelanggan yang akan

    membeli barang lain pada harga

    penuh. Tetapi, ada juga pengecer

    yang mengenakan harga murah yang

    konstan setiap hari dengan sedikit

    obral atau diskon. Strategi mana

    yang paling baik bergantung pada

    strategi pemasaran pengecer dan

    pendekatan penetapan harga pesaing.

    c. Keputusan promosi

    Pengecer menggunakan satu atau

    semua sarana promosi, seperti : (1)

    iklan melalui surat kabar, majalah,

    radio, televisi dan internet; (2)

    penjualan pribadi memerlukan

    pelatihan wiraniaga tentang cara

    menyapa pelanggan, memenuhi

    kebutuhan pelanggan dan menangani

    keluhan pelanggan; (3) promosi

    penjualan yang meliputi demonstrasi

    dalam toko, pajangan, kontes dan

    kunjungan selebriti; (4) kegiatan

    hubungan masyarakat, seperti :

    konferensi pers dan pidato, majalah

    dan kegiatan pelayanan masyarakat;

    dan (5) pemasaran langsung,

  • 26

    misalnya melalui situs web yang

    menawarkan informasi dan fitur lain

    kepada pelanggan.

    d. Keputusan tempat

    Penting sekali bahwa pengecer

    memilih lokasi yang mudah diakses

    oleh pasar sasaran di wilayah yang

    konsisten dengan positioning

    pengecer. Pada lokasi yang tepat,

    sebuah gerai akan lebih sukses

    dibandingkan gerai lainnya yang

    berlokasi kurang strategis, meskipun

    keduanya menjual produk yang

    sama, oleh pramuniaga yang sama

    banyak dan terampil, dan sama-sama

    punya penataan yang bagus.

    Beberapa jenis gerai yang berbeda

    seperti supermarket, department

    store, toko asesori rumah, toko

    fashion, dapat berkumpul di suatu

    area perdagangan ritel seperti mal

    atau pusat bisnis. Masing-masing

    mendapatkan pembeli dari segmen

    yang sesuai dengan incaran mereka.

    Hal itu dimungkinkan setelah

    masing-masing pengecer

    mempelajari karakteristik mal atau

    pusat perbelanjaan yang

    bersangkutan dari berbagai

    aspeknya, seperti : luas dan

    kepadatan wilayah yang dilayaninya,

    kelas sosial ekonomi penduduk, luas

    mal, kondisi lalu lintas, sarana

    transportasi umum. Berbagai

    informasi tersebut akan

    mendatangkan informasi tentang

    bannyaknya kunjungan masyarakat

    ke mal setiap harinya dan perkiraan

    belanja.

  • 27

    BAB III

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN

    BERPIKIR

    3.1 Kerangka Konseptual

    Penelitian gaya hidup

    merupakan penelitian yang digunakan

    untuk mengetahui bagaimana orang

    hidup dan menghabiskan waktu dan

    uangnya melalui variabel-variabel AIO

    (Activities, Interest, and Opinions).

    Perspektif dari Plummer (1974),

    memberikan tiga dimensi gaya hidup

    dari konsumen. Penelitian ini,

    memberikan gambaran teori yang

    mendasari segmentasi gaya hidup dan

    telah digunakan dalam pemasaran dan

    rencana promosi untuk banyak

    perusahaan yang telah dilibatkan dalam

    studi segmentasi gaya hidup. Gaya

    hidup digunakan untuk mensegmen

    pasar karena dapat mengetahui

    kebutuhan konsumen sehari-hari, dan

    jika dikombinasikan dengan teori

    tipologi gaya hidup (Plummer, 1974)

    dan metode cluster, gaya hidup dapat

    mengidentifikasi secara umum

    keseluruhan individu.

    Selanjutnya, penelitian

    mengenai gaya hidup mulai

    dikembangkan oleh para peneliti, antara

    lain oleh Lastovicka, Murry,

    Joachimsthaler (1990), melakukan

    penelitian mengenai pengukuran

    validitas tipologi gaya hidup bagi

    pengembangan pemasaran sosial yang

    berorientasi kesehatan, dengan

    menggunakan dua macam tipologi gaya

    hidup, yaitu : (1) drinking-driving

    typology ke dalam empat segmen,

    antara lain : good timer, well adjusted,

    nerd, dan problem kid; (2) tipologi

    value and lifestyles system (VALS).

    Penelitian berikutnya dari Gonzlez dan

    Bello (2002) yang meneliti tentang

    hubungan antara gaya hidup (melalui

  • 28

    variabel-variabel AIO) dan perilaku

    traveling wisatawan (short-stay tourism

    and long-stay tourism), dengan

    menggunakan analisis cluster.

    Penelitian berikutnya dari Dewi (2002)

    yang meniliti gaya hidup konsumen

    pasar swalayan Tiara Dewata

    berdasarkan kepemilikan VIP card

    dengan menggunakan analisis cluster.

    Konsumen dibagi kedalam delapan

    segmen VALS 2. Dari hasil analisis

    yang diperoleh, untuk pemilik maupun

    bukan pemilik VIP card sama-sama

    termasuk dalam segmen achievers.

    Kesic dan Piri-Rajh (2003),

    meneliti gaya hidup mengkonsumsi

    makanan pada keluarga-keluarga di

    Kroasia. Penelitian ini menggunakan

    analisis cluster dan ditemukan lima

    segmen gaya hidup antara lain :

    relaxed, traditionalists, modern,

    concerned, dan hedonists, yang mana

    kelima segmen tersebut berbeda dalam

    motif pembelian, kualitas makanan,

    keputusan pembelian, metode memasak

    dan situasi konsumsi serta berbeda

    dalam karakteristik demografi.

    Penelitian berikutnya dari

    Sumartono dan Natalukita (2006),

    meneliti mengenai gaya hidup

    konsumen yang menginap di Hotel

    Sangri-la Surabaya untuk

    pengembangan bauran komunikasi yang

    efektif. Penelitian ini membagi

    konsumen ke dalam empat segmen,

    yaitu : self center person, family person,

    fun-loving person dan confident person.

    Keempat segmen gaya hidup tersebut

    mempunyai kesukaan terhadap bauran

    komunikasi yang berbeda-beda. Self

    center person, family person dan fun-

    loving person menyukai bauran

    komunikasi melalui iklan dan word of

    mouth, sedangkan segmen confident

    person lebih memilih bauran

  • 29

    komunikasi melalui iklan, internet dan

    word of mouth.

    Winata dan David (2006) juga

    pernah melakukan penelitian mengenai

    pengaruh situasi pembelian dan gaya

    hidup terhadap keputusan pembelian

    celana jeans konsumen matahari

    department store Tunjungan Plaza

    Surabaya. Hasil dari penelitian ini

    menyatakan situasi pembelian

    mempunyai pengaruh nyata terhadap

    keputusan konsumen dengan gaya

    hidup believer.

    Selanjutnya, penelitian dari

    Harcar dan Kaynak (2007) yang

    meneliti tentang orientasi gaya hidup

    dari konsumen di pedesaan Amerika

    Serikat dan Kanada. Teknik analisis

    data yang digunakan dalam penelitian

    ini menggunakan analisis cluster. Studi

    empiris dari penelitian ini

    mengidentifikasi bahwa dimensi gaya

    hidup antara responden berpengaruh

    terhadap perilaku konsumsi dan

    pembelian mereka. Dalam beberapa

    kelompok segmentasi, terdapat

    perbedaan yang signifikan antara

    konsumen kedua negara. Implikasi dari

    temuan ini memberi masukan kepada

    perusahaan yang terdapat di kedua

    wilayah untuk memahami dinamika

    yang unik dan terus berubahnya

    perilaku konsumen sehingga dapat

    membuat suatu keputusan strategi

    pemasaran yang tepat dan ditujukan

    pada segmen tertentu.

    3.2 Kerangka Berpikir

    Kerangka berpikir dari

    penelitian ini menekankan pada gaya

    hidup konsumen Discovery Shopping

    Mall menurut faktor-faktor AIO

    (Activities, Interests, and Opinions).

    Berdasarkan penelitian VALS 2 (Value

    and Lifestyle System 2) dari SRI dan

    penelitian Plummer (1974), memberi

  • 30

    acuan guna menjabarkan kerangka

    konseptual dalam penelitian ini.

    Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Sumber : Plummer (1974) dan SRI 1989 dalam Schiffman dan Kanuk (2008 : 60)

    Berdasarkan Gambar 3.1,

    maka dapat dijelaskan bahwa konsumen

    yang berbelanja di Discovery Shopping

    Mall akan diukur dimensi gaya

    hidupnya melalui variabel-variabel AIO

    (Activities, Interests, and Opinions).

    Setelah diketahui gaya hidup konsumen

    yang berbelanja di Discovery Shopping

    Mall, kemudian dilakukan

    pengelompokan konsumen sesuai

    dengan segmen gaya hidup VALS 2,

    yaitu actualizer, fulfilleds, achievers,

    experiences, believers, strivers, makers,

    dan struggles.

    AKTIVITAS

    Pekerjaan Hobi Kegiatan sosial Liburan Hiburan Keanggotaan klub Komunitas Belanja Olahraga

    MINAT

    Keluarga Rumah Pekerjaan Komunitas Rekreasi Fashion Makanan Media Pencapaian

    OPINI

    Terhadap diri sendiri Isu-isu sosial Politik Bisnis Ekonomi Pendidikan Produk-produk Masa depan Kebudayaan

    SEGMEN GAYA HIDUP

    Actualizer Fulfilleds Achievers

    Experiences Believers Strivers Makers

    Struggles

    Konsumen Discovery Shopping Mall

    Strategi Bauran Pemasaran

  • 31

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis dan Ruang Lingkup

    Penelitian

    4.1.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang

    digunakan adalah penelitian deskriptif.

    Menurut Malhotra (2010 : 93),

    penelitian deskriptif adalah satu jenis

    riset konklusif yang mempunyai tujuan

    utama menguraikan sesuatu biasanya

    karakteristik atau fungsi pasar.

    4.1.2 Lokasi dan Waktu

    Pengumpulan Data

    Penelitian ini dilakukan di

    Discovery Shopping Mall yang

    beralamat di Jalan Kartika Plaza Kuta.

    Waktu pengumpulan data dimulai dari

    bulan Agustus 2011 sampai dengan

    bulan desember 2011. Pemilihan lokasi

    disesuaikan dengan latar belakang

    masalah yang ada, di mana banyaknya

    aktivitas dan meningkatnya pendapatan,

    sehingga mengubah kebiasaan sebagian

    besar orang yang semula berbelanja di

    pasar tradisional beralih berbelanja ke

    pasar modern yang mana salah satunya

    adalah Discovery Shopping Mall.

    Konsumen yang datang ke Discovery

    Shopping Mall sangat banyak namun

    tidak semua dari mereka datang untuk

    berbelanja. Konsep bangunan dari

    Discovery Shopping Mall yang dekat

    dengan pantai memungkinkan

    pengunjung hanya datang untuk

    berekreasi. Untuk itu manajemen dan

    produsen produk perlu mengetahui

    kebutuhan dan keinginan konsumen

    melalui analisis segmentasi pasar,

    sehingga konsumen mau membeli

    produk yang ditawarkan oleh produsen.

    4.2 Variabel Penelitian

    4.2.1 Identifikasi Variabel

    Variabel-variabel gaya hidup

    yang akan dianalisis dalam bentuk AIO

  • 32

    (Activities, Interests, and Opinions)

    berdasarkan penelitian Plummer (1974),

    dapat diidentifikasi dalam Tabel 4.1.

    Tabel 4.1

    Identifikasi Variabel

    Activities (Kegiatan) Interests (Minat) Opinions (Pendapat)

    V1.1 Pekerjaan

    V1.2 Hobi

    V1.3 Kegiatan sosial

    V1.4 Liburan

    V1.5 Hiburan

    V1.6 Keanggotaan klub

    V1.7 Komunitas

    V1.8 Belanja

    V1.9 Olahraga

    V2.1 Keluarga

    V2.2 Rumah

    V2.3 Pekerjaan

    V2.4 Komunitas

    V2.5 Rekreasi

    V2.6 Fashion

    V2.7 Makanan

    V2.8 Media

    V2.9 Pencapaian

    V3.1 Terhadap diri sendiri

    V3.2 Isu-isu sosial

    V3.3 Politik

    V3.4 Bisnis

    V3.5 Ekonomi

    V3.6 Pendidikan

    V3.7 Produk-produk

    V3.8 Masa depan

    V3.9 Kebudayaan

    4.2.2 Definisi Operasional Variabel

    1) V1. Activities (Kegiatan); berbagai

    jenis kegiatan yang dilakukan

    seseorang untuk memanfaatkan

    waktunya, dengan variabel-variabel

    sebagai berikut :

    1) V1.1. Pekerjaan; adalah kegiatan

    utama yang dilakukan seseorang

    dalam memanfaatkan waktunya

    untuk melaksanakan pekerjaan

    utamanya.

    2) V1.2. Hobi; adalah kegiatan

    seseorang dalam memanfaatkan

    waktunya untuk melaksanakan

    kegemarannya.

    3) V1.3. Kegiatan-kegiatan sosial;

    adalah kegiatan seseorang dalam

    memanfaatkan waktunya untuk

    membantu orang lain.

    4) V1.4. Liburan; adalah kegiatan

    seseorang dalam memanfaatkan

    waktunya untuk berekreasi.

    5) V1.5. Hiburan; adalah kegiatan

    seseorang dalam memanfaatkan

    waktunya untuk melepas

    kejenuhan.

    6) V1.6. Keanggotaan klub; adalah

    kegiatan seseorang dalam

    memanfaatkan waktunya di

    dalam suatu perkumpulan.

    7) V1.7. Komunitas; adalah

    kegiatan seseorang bersama

    sekelompok orang dalam

  • 33

    memanfaatkan waktunya untuk

    masyarakat dan lingkungan.

    8) V1.8. Belanja; adalah kegiatan

    seseorang dalam memanfaatkan

    waktunya untuk membeli suatu

    produk.

    9) V1.9. Olahraga; adalah kegiatan

    seseorang dalam memanfaatkan

    waktunya untuk berolahraga.

    2) V2. Interests (Minat); berbagai

    prioritas yang dianggap seseorang

    penting disekitarnya, dengan

    variabel-variabel sebagai berikut :

    1) V2.1. Keluarga; prioritas

    seseorang terhadap keluarga.

    2) V2.2. Rumah; prioritas

    seseorang terhadap rumah.

    3) V2.3. Pekerjaan; prioritas

    seseorang terhadap pekerjaan.

    4) V2.4. Komunitas; prioritas

    seseorang terhadap komunitas.

    5) V2.5. Rekreasi; prioritas

    seseorang terhadap rekreasi.

    6) V2.6. Fashion; prioritas

    seseorang terhadap fashion.

    7) V2.7. Makanan; prioritas

    seseorang terhadap makanan.

    8) V2.8. Media; prioritas seseorang

    terhadap media.

    9) V2.9. Pencapaian; prioritas

    seseorang terhadap pencapaian

    atau prestasi.

    3) V3. Opinions (Pendapat);

    pandangan-pandangan seseorang,

    baik terhadap diri sendiri maupun

    lingkungan sekitar, dengan

    variabel-variabel sebagai berikut :

    1) V3.1. Terhadap diri sendiri;

    pandangan-pandangan seseorang

    terhadap dirinya sendiri.

    2) V3.2. Isu-isu sosial; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    isu-isu sosial.

    3) V3.3. Politik; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    politik.

  • 34

    4) V3.4. Bisnis; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    bisnis.

    5) V3.5. Ekonomi; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    ekonomi.

    6) V3.6. Pendidikan; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    pendidikan.

    7) V3.7. Produk-produk;

    pandangan-pandangan seseorang

    terhadap produk.

    8) V3.8. Masa depan; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    masa depan.

    9) V3.9. Kebudayaan; pandangan-

    pandangan seseorang terhadap

    kebudayaan.

    4.3 Prosedur Pengumpulan Data

    4.3.1 Jenis Data

    Dalam penelitian ini jenis data

    yang digunakan dibagi berdasarkan dua

    kategori, yaitu data berdasarkan

    sifatnya dan data berdasarkan

    sumbernya yang dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    4.3.1.1 Data Berdasarkan Sifatnya

    Berdasarkan sifatnya, jenis

    data yang digunakan dalam penelitian

    ini, dikategorikan kedalam data

    kualitatif dan data kuantitatif yang

    dapat dijelaskan sebagai berikut.

    a. Data kuantitatif

    Yaitu data yang dapat diukur dan

    berupa angka-angka. Data

    kuantitatif dalam penelitian ini

    antara lain : data gaya hidup dari

    hasil penyebaran kuesioner yang

    telah diberi angka pada masing-

    masing jawaban dan data

    karakteristik responden seperti usia

    dan pendapatan.

  • 35

    b. Data Kualitatif

    Yaitu data yang bukan berupa

    angka-angka atau data yang tidak

    dapat dihitung. Adapun data

    kualitatif dalam penelitian ini

    antara lain data karakteristik

    responden seperti nama, jenis

    kelamin, status, pendidikan dan

    pekerjaan serta data pasar modern

    yang ada di Bali.

    4.3.1.2 Data Berdasarkan Sumbernya

    Berdasarkan sumbernya, jenis

    data yang digunakan dalam penelitian

    ini, dikategorikan kedalam data primer

    dan data sekunder yang dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang

    diperoleh dan dikumpulkan secara

    langsung melalui wawancara dan

    kuesioner yang diberikan kepada

    responden berdasarkan daftar

    pertanyaan yang meliputi data gaya

    hidup responden berdasarkan

    variabel-variabel AIO (Activities,

    Interests, and Opinions) dan data

    karakteristik responden, seperti :

    usia, jenis kelamin, status,

    pekerjaan dan pendapatan.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang

    diperoleh secara tidak langsung

    yaitu dari tulisan atau dokumentasi,

    jurnal, dan laporan terutama yang

    berhubungan dengan pembahasan

    masalah, antara lain : data jumlah

    pasar modern yang terdapat di

    Provinsi Bali dan fasilitas yang

    terdapat di Discovery Shopping

    Mall.

    4.3.2 Populasi dan Sampel

    4.3.2.1 Populasi

    Populasi merupakan gabungan

    seluruh elemen yang memiliki

    serangkaian karakteristik serupa yang

    mencakup semesta untuk kepentingan

  • 36

    masalah riset pemasaran (Malhotra,

    2010 : 364). Populasi dalam penelitian

    ini adalah seluruh konsumen Discovery

    Shopping Mall.

    4.3.2.2 Sampel

    Penelitian ini merupakan

    penelitian survei, di mana data yang

    dikumpulkan dari sampel untuk

    mewakili seluruh populasi. Penelitian

    ini dilakukan kepada konsumen yang

    berkunjung ke Discovery Shopping

    Mall. Berdasarkan konsep pemasaran

    dari Stanton dalam Swastha (2008 : 5),

    maka konsumen dibedakan menjadi

    konsumen aktual (pembelanja) dan

    konsumen potensial (pengunjung).

    Mengingat keterbatasan waktu, tenaga,

    dan biaya serta jumlah konsumen

    Discovery Shopping Mall yang tidak

    diketahui jumlahnya, maka ukuran

    sampel yang diambil dalam penelitian

    ini sebanyak 200 orang, yang terdiri

    atas 100 orang pembelanja di Discovery

    Shopping Mall dan 100 orang

    pengunjung Discovery Shopping Mall.

    Jumlah tersebut sudah memenuhi

    sampel minimal penelitian yang

    menggunakan kuesioner minimal

    sampel diatas 100 (Sugiyono, 2004 :

    79). Yang dimaksud pembelanja atau

    konsumen aktual dalam penelitian ini

    adalah orang-orang yang datang ke

    Discovery Shopping Mall untuk

    membeli suatu produk sedangkan yang

    dimaksud pengunjung atau konsumen

    potensial adalah orang-orang yang

    datang ke Discovery Shopping Mall

    untuk melihat-lihat produk yang

    dipasarkan.

    Langkah berikutnya adalah

    pemilihan teknik sampling, yaitu

    merupakan upaya penelitian untuk

    mendapatkan sampel yang representatif

    yang dapat menggambarkan populasi.

    Pengambilan sampel dilakukan dengan

    teknik purposive sampling yang

  • 37

    bertujuan untuk memilih responden

    yang terseleksi sesuai dengan kriteria

    sudah pernah berbelanja sebanyak lima

    kali, berumur 17 tahun keatas, sehat

    jasmani dan mampu berkomunikasi

    dengan baik, dalam hal ini responden

    yang digunakan adalah konsumen

    Discovery Shopping Mall yang terdiri

    dari : konsumen aktual (pembelanja)

    dan konsumen potensial (pengunjung).

    4.4 Instrumen Penelitian

    4.4.1 Metode Pengumpulan Data

    Kuesioner

    Dalam penelitian ini,

    pengumpulan data dilakukan dengan

    cara memberikan kuesioner kepada

    responden. Metode ini dilakukan

    dengan cara memberi seperangkat

    pertanyaan dan pernyataan tertulis

    kepada responden terkait dengan

    karakteristik dan gaya hidup mereka.

    4.4.2 Skala Pengukuran

    Pengukuran data dalam

    penelitian ini menggunakan skala likert,

    dimana jawaban setiap pertanyaan

    memiliki sejumlah kategori yang

    berturut-turut dari yang paling positif

    sampai yang paling negatif. Skala likert

    yang digunakan adalah skala dengan

    lima tingkatan. Alasan pemilihan skala

    likert dengan lima tingkatan ini, antara

    lain : kesesuaian dengan berbagai

    penelitian sebelumnya, memperbesar

    variasi jawaban bila dibandingkan

    empat skala dan agar terlihat

    kecenderungan pemilihan responden

    terhadap variabel. Begitu pula jika

    dibandingkan dengan skala likert tujuh

    tingkatan yang akan memberikan

    variasi jawaban yang terlalu beragam

    bagi responden. Masing-masing

    alternatif jawaban akan diberi skor

    numerik sebagai berikut : sangat setuju

  • 38

    (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju

    (2), dan sangat tidak setuju (1).

    4.5 Analisis Cluster

    Berdasarkan variabel-variabel

    yang telah dijelaskan sebelumnya maka

    teknik analisis data dalam penelitian ini

    adalah analisis cluster, yang digunakan

    untuk mengkombinasikan pengukuran

    secara keseluruhan kasus yang

    bertujuan untuk mengidentifikasi

    tipologi gaya hidup konsumen

    Discovery Shopping Mall. Perhitungan

    analisis cluster mempergunakan

    program komputer SPSS for Windows.

    Menurut Malhotra (2010 :

    320), analisis cluster dalam pemasaran

    dapat dipergunakan untuk berbagai

    tujuan, antara lain :

    a. Segmentasi; misalnya

    mengelompokkan konsumen atas

    dasar mencari keuntungan dalam

    pembelian sebuah produk.

    b. Memahami tentang perilaku

    konsumen; analisis cluster dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi

    grup-grup homogen dari pembeli.

    c. Mengidentifikasi peluang produk

    baru; analisis cluster dapat

    menentukan penggolongan promosi

    dan produk, pesaing, dan pasar.

    d. Pemilihan pasar uji;

    pengelompokan kota menjadi

    cluster homogen, memungkinkan

    untuk dapat diperbandingkan dalam

    memilih kota bagi uji variasi-

    variasi strategi pemasaran.

    e. Mengurangi data; analisis cluster

    dapat digunakan sebagai alat

    pengurangan data secara umum,

    untuk mengembangkan

    penggolongan atau sub-grup

    sehingga data itu lebih dapat diatur

    daripada observasi secara

    individual.

  • 39

    Malhotra (2010 : 319)

    menguraikan bahwa, seperti halnya

    analisis faktor, dalam analisis cluster

    dilakukan pengujian terhadap hubungan

    interindependen dari serangkaian

    variabel. Dalam analisis cluster tidak

    dibedakan antara variabel dependen dan

    variabel independen. Tujuan utama dari

    analisis cluster adalah untuk

    mengelompokkan obyek berdasarkan

    variabel atau kriteria yang

    dipertimbangkan. Obyek dalam satu

    cluster memiliki penilaian yang relatif

    homogen terhadap suatu

    variabel/pernyataan, dan penilaian ini

    benar-benar berbeda dengan penilaian

    obyek yang ada di cluster lainnya.

    Analisis cluster digunakan

    mengingat analisis ini merupakan suatu

    prosedur multivariate untuk

    mengelompokkan individu-individu ke

    dalam cluster-clustrer berdasarkan

    karakteristik-karakteristik tertentu.

    Cluster juga biasanya digunakan untuk

    melakukan proses segmentasi sejumlah

    responden berdasarkan ciri-ciri

    sejumlah atribut yang ada. Analisis

    cluster pada dasarnya melakukan

    pembentukan sub kelompok

    berdasarkan prinsip kesamaan

    (similarity). Responden yang saling

    berdekatan atau memberi

    jawaban/respon yang kurang lebih sama

    akan masuk ke dalam sub kelompok

    (cluster) yang sama. Sedangkan mereka

    yang berjauhan akan dikelompokkan

    pada sub kelompok lain yang memberi

    respon mirip-mirip dengan dirinya.

    Tahapan-tahapan yang

    termasuk dalam penentuan analisis

    cluster pada Malhotra (2010 : 322)

    dapat ditunjukkan sebagai berikut :

    a. Formulasi Permasalahan

    Bagian penting dari formulasi

    penggolongan permasalahan adalah

    memilih variabel dimana

  • 40

    penggolongan itu berbasis.

    Penggolongan dari satu atau dua

    variabel mungkin menyimpang,

    namun penggunaan itu merupakan

    solusi dari penggolongan. Pada

    dasarnya seperangkat dari

    penyeleksian variabel seharusnya

    menggambarkan kesamaan antara

    obyek dalam jangka waktu yang

    relevan untuk permasalahan riset

    pemasaran, dimana variabel harus

    dipilih berdasarkan pada riset

    sebelumnya, teori, atau sebuah

    pertimbangan dari pendugaan yang

    sedang diuji. Pada riset

    exploratory, peneliti harus

    mempergunakan pertimbangan dan

    intuisi.

    b. Pemilihan Pengukuran Jarak

    (Distance)

    Tujuan dari clustering adalah untuk

    kesamaan kelompok yang

    mempunyai maksud yang sama,

    beberapa pengukuran dibutuhkan

    untuk mengetahui bagaimana

    kesamaan atau perbedaan tujuan

    tersebut. Pada umumnya,

    pengukuran jarak yang digunakan

    adalah pengukuran dari kesamaan

    euclidean distance. Euclidean

    distance merupakan penjumlahan

    pangkat dua dari perbedaan kuadrat

    dalam nilai untuk tiap variabel. Jika

    variabel yang diukur dalam

    perbedaan unit luas, pemecahan

    clustering akan dipengaruhi oleh

    unit dari pengukuran.

    c. Pemilihan Prosedur Cluter

    Terdapat dua macam prosedur

    cluster, yaitu : hierarchical

    clustering dan nonhierarchical

    clustering atau sering disebut

    sebagai pengelompokkan dengan

    rata-rata sebanyak k. Dalam

    penelitian ini digunakan analisis

    nonhierarchical clustering yang

  • 41

    merupakan karakteristik dari

    pengembangan hirarki atau struktur

    pohon, hal ini dilakukan mengingat

    analisis hierarchical hanya

    menghasilkan jumlah seed dari

    cluster yang terbentuk, sehingga

    akan kurang memberikan informasi

    secara menyeluruh terutama dalam

    penentuan nama cluster.

    Pendekatan ini dimulai dengan

    semua responden sebagai satu

    kesatuan cluster, kemudian

    membelah dan saling membagi

    membentuk kelompok-kelompok,

    dimana dalam bentuk yang ekstrim,

    seluruh sampel itu akan

    membentuk cluster-cluster yang

    masing-masing hanya akan terdiri

    dari satu responden (a single objek

    cluster).

    Analisis cluster akan

    mengelompokkan responden-

    responden berdasarkan kedekatan

    satu dengan yang lainnya, dimana

    pengelompokan ini diistilahkan

    dengan linkage. Metode linkage

    ada beberapa yang telah

    dikembangkan oleh para ahli

    statistik dan dari berbagai metode

    tersebut, terdapat lima metode

    linkage yang lazim digunakan

    dalam riset-riset pemasaran (Kasali

    dalam Dewi, 2002 : 73), antara

    lain:

    a) Single linkage atau pendekatan

    tetangga terdekat (nearest

    neighbor approach) adalah

    metode yang paling sederhana

    yaitu setiap responden yang

    letaknya paling dekat, akan

    digabungkan terlebih dahulu

    dengan pasangannya masing-

    masing. Kemudian, responden

    lain yang berada diluar

    pasangan ini yang jaraknya

    paling dekat akan digabungkan

  • 42

    lagi ke dalam cluster yang

    sudah terbentuk tadi.

    b) Complete linkage atau metode

    bersahabat pada tetangga jauh

    (futher neighbor approach),

    pendekatan ini mengukur jarak

    antara cluster berdasarkan titik

    pada masing-masing cluster

    yang letaknya berjauhan.

    Tetapi bukan berarti anggota-

    anggota yang berjauhan masuk

    dalam satu cluster yang sama,

    dimana untuk memasuki satu

    cluster, seorang responden

    harus memenuhi tingkat

    kesamaan tertentu pada seluruh

    anggota yang sudah lebih

    dahulu bergabung.

    c) Average linkage, pendekatan

    ini hampir sama dengan kedua

    metode diatas, hanya saja

    disini digunakan jarak rata-rata

    antara individu (responden).

    Jarak rata-rata seorang

    responden terhadap sebuah

    cluster mencerminkan rata-rata

    kesamaan terhadap mereka

    yang sudah berada lebih

    dahulu dalam sebuah cluster.

    d) Metode ward, metode ini

    didasari oleh informasi yang

    hilang (yang tercermin dari

    TTS/total sum of squared

    deviation) dari setiap

    responden terhadap nilai rata-

    rata cluster yang akan dituju

    dalam pengelompokan

    responden. Masing-masing

    responden pada dasarnya

    memiliki TTS = 0 terhadap

    dirinya sendiri karena deviasi

    jaraknya adalah nol

    (pengelompokan responden-

    responden dengan criteria

    deviasi TSS yang minimal.

  • 43

    e) Metode centroid, dalam

    pendekatan ini, jarak diukur

    antara titik-titik pusat masing-

    masing cluster. Centroid

    adalah titik tengah yang diukur

    melalui rata-rata dari seluruh

    responden di dalam cluster

    tersebut. Jika cluster hanya

    memiliki satu responden, maka

    centoidnya adalah dirinya

    sendiri dan prosesnya

    dilakukan melalui kombinasi

    kelompok-kelompok

    berdasarkan jarak antara

    masing-masing centroid.

    Kelompok-kelompok yang

    memiliki jarak antara centroid

    terpendek akan digabungkan

    lebih dahulu menjadi satu

    cluster baru.

    Dari metode-metode yang ada,

    maka yang akan digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode yang

    paling sederhana, yaitu : single

    linkage, mengingat jumlah

    responden tidak begitu besar.

    d. Penentuan Jumlah Cluster

    Isu utama dari analisis cluster

    merupakan penentuan pada jumlah

    cluster. Beberapa garis besar yang

    perlu diperhatikan, antara lain :

    a) Teori, konsep, atau

    pertimbangan praktis mungkin

    menentukan jumlah cluster

    yang pasti. Contohnya : jika

    maksud cluster untuk

    menyamakan segmen pasar,

    manajemen mungkin

    menginginkan sebagian jumlah

    cluster.

    b) Pada hierarchical clustering,

    jarak cluster yang

    dikombinasikan dapat

    digunakan sebagai kriteria,

    informasi ini dapat berlaku dari

  • 44

    angglomeration schedule atau

    dendogram.

    c) Pada nonhierarchical

    clustering, rasio penyimpangan

    kelompok secara keseluruhan

    digabungkan kembali

    jumlahnya pada cluster.

    d) Ukuran relatif dari cluster

    harus berarti.

    Pada penelitian segmentasi pasar,

    biasanya profesional pemasaran

    menetapkan antara dua hingga

    delapan cluster (jumlah segmen ini

    adalah jumlah yang dianggap

    manageable). Pada penelitian ini

    penentuan jumlah cluster

    didasarkan pada hasil penelitian

    VALS 2 dari SRI yang

    membedakan delapan tipologi gaya

    hidup, yaitu : actualizer, fulfilleds,

    achievers, experiences, believers,

    strivers, makers, dan struggles.

    Dalam analisis nonhierarchical

    clustering, setiap responden dapat

    keluar-masuk kembali ke dalam

    cluster yang sudah dimasuki

    sebelumnya dengan tujuan

    memperbaiki homogenitas cluster.

    Namun demikian, untuk

    menjalankan program ini, pemasar

    harus menentukan lebih dahulu

    kelompok-kelompok yang akan

    dijadikan cluster, dengan tujuan

    untuk mendapatkan salah satu

    responden sebagai anggota yang

    pertama kali dimasukkan ke dalam

    masing-masing cluster (disebut

    seed/bibit), dimana fungsi seeds ini

    adalah sebagai pusat sementara

    pada masing-masing cluster dengan

    seluruh responden, lalu membawa

    pasangannya masing-masing

    berdasarkan kriteria yang

    ditentukan.

  • 45

    Memilih seeds adalah suatu

    pekerjaan istimewa, karena seeds

    ini harus benar-benar dapat

    diandalkan untuk pembentukan

    cluster. Punj dan Stewart (dalam

    Kasali, 2000), menganjurkan agar

    menggunakan dua tahap (two stage

    cluster analysis) untuk memilih

    seeds yang baik, antara lain :

    pertama, jalankan dulu analisis

    hierarchical clustering, lihat

    cluster-cluster yang diberikan, lalu

    ambil responden yang dapat

    dijadikan seeds pada program

    selanjutnya (nonhierarchical

    clustering); kedua, dengan

    menugaskan komputer untuk

    memilih seeds dengan prinsip

    random assignment, yaitu setiap

    responden memiliki probabilitas

    yang sama untuk terpilih sebagai

    seeds, sehingga dengan prinsip ini

    diharapkan akan dapat diperoleh

    seeds yang representatif.

    e. Menafsirkan dan Membuat Profil

    Cluster

    Menafsirkan dan menyusun profil

    kelompok melibatkan pengujian

    sentroid-sentroid kelompok.

    Sentroid-sentroid mewakili nilai-

    nilai rata-rata objek yang

    terkandung dalam kelompok atas

    setiap variabel. Sentroid-sentroid

    memungkinkam kita untuk

    menerangkan setiap cluster dengan

    memberikan sebuah nama atau

    label padanya. Pembuatan profil

    lebih jauh bisa dilakukan menurut

    variabel-variabel demografis dan

    psikografis untuk membidik upaya-

    upaya pemasaran untuk masing-

    masing cluster.

  • 46

    f. Menentukan Reliability dan

    Validity

    Prosedur formalitas untuk

    menentukan reliability dan validity

    dari solusi cluster merupakan hal

    yang komplek dan tidak dapat

    dipertahankan. Prosedur tindakan

    pemeriksaan yang memadai untuk

    kualitas hasil dari cluster, yaitu :

    a) Kinerja analisis cluster pada

    data yang sama menggunakan

    pengukuran jarak yang

    berbeda. Membandingkan hasil

    pengukuran silang untuk

    menetapkan solusi yang stabil.

    b) Menggunakan metode cluster

    berbeda dan membandingkan

    hasilnya.

    c) Memecah data random

    menjadi dua bagian kinerja

    tiap-tiap bagian cluster.

    Membandingkan cluster center

    dengan menyilangkan dua

    bagian sampel.

    d) Menghilangkan variabel

    random. Kinerja cluster

    didasarkan pada berkurangnya

    variabel tertentu.

    Membandingkan hasil dengan

    didasarkan pada cluster yang

    berlaku pada variabel tertentu.

    e) Pada nonhierarchical

    clustering, solusi mungkin

    tergantung pada jenis kasus

    dalam data tertentu. Membuat

    berbagai cara dengan

    menggunakan jenis kasus yang

    berbeda sampai solusi yang

    stabil.

    Tipe prosedur nonhierarchical

    clustering meliputi :

    a) Sequential threshold, yaitu

    cluster center yang dipilih dan

    semua obyek diikuti dengan

    penilaian sebelum penetapan

  • 47

    ambang (prespecfied

    threshold) dari pusat kelompok

    yang sama. Sebuah cluster

    center baru atau seeds

    kemudian dipilih, dan proses

    berulang untuk unclustered

    points.

    b) Parallel threshold, yaitu

    pengoperasiannya sama

    kecuali bahwa beberapa cluster

    center yang terpilih secara

    serentak dan obyek pada

    tingkat ambang (threshold)

    dikelompokkan pada pusat

    yang terdekat.

    c) Optimizing partitioning, yaitu

    perbedaan dari dua prosedur

    threshold pada obyek dapat

    ditentukan kembali untuk

    mengoptimalkan semua

    kriteria cluster.

    Salah satu kriteria penting dalam

    segmentasi adalah masing-masing

    cluster harus unik, berjauhan

    letaknya, dan dapat dibedakan

    (distinguishable) atau cluster-

    cluster harus distinguishable

    dengan cluster-cluster lainnya.

    Oleh karena itu, program-program

    cluster dalam analisis segmentasi

    harus dilengkapi dengan alat tes

    hipotesis untuk melihat bahwa nilai

    rata-rata (mean) pada masing-

    masing cluster berbeda secara

    signifikan.

    Menafsirkan dan menggambarkan

    jumlah cluster melibatkan

    pengujian pusat cluster. Pusat

    mewakili nilai yang berarti dari sisi

    obyek cluster pada variabel yang

    tidak dapat digunakan pada saat

    mengcluster, seperti demografi,

    psikografi, penggunaan produk,

    atau variabel lainnya.

  • 48

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN

    PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Gambaran Singkat Discovery

    Shopping Mall

    Discovery Shopping Mall

    terletak di Jalan Kartika Plaza, Kuta,

    Bali. Discovery Shopping Mall

    merupakan satu-satunya mall yang

    berada di depan pantai Kuta, sangat

    dekat dengan Bandara Internasional

    Ngurah Rai dan pusat Kota Denpasar.

    Keberadaan mall tersebut juga

    ditunjang dengan berbagai sarana

    hiburan dan hotel yang terletak

    disekitarnya. Discovery Shopping Mall

    adalah tempat berbelanja berbagai

    macam produk, baik lokal maupun

    impor, mencari sarana hiburan, dan

    sebagai tempat berekreasi.

    Discovery Shopping Mall

    adalah sebuah konsep bangunan mall

    yang tidak hanya digunakan sebagai

    pusat perbelanjaan tetapi juga sebagai

    tempat berekreasi karena lokasinya

    dirancang dekat dengan pantai.

    Terdapat dua manajemen di Discovery

    Shopping Mall, yaitu : manajemen

    Discovery Shopping Mall sebagai

    pemilik tempat dan manajemen

    produsen produk sebagai penyewa

    tempat. Manajemen Discovery

    Shopping Mall melayani dua jenis

    konsumen, yaitu : konsumen organisasi

    (pemasar) dan konsumen individu

    (pembelanja dan pengunjung).

    Pelayanan yang dilakukan manajemen

    Discovery Shopping Mall terhadap

    konsumen organisasi seperti

    ketersediaan tempat berupa toko-toko

    yang memadai bagi mereka untuk

    memasarkan produknya, kebersihan dan

    keamanan mall, sementara itu

  • 49

    pelayanan yang diberikan manajemen

    Discovery Shopping Mall bagi

    konsumen individu adalah ketersediaan

    lahan parkir yang luas, atmosfer di

    dalam mall yang menarik dan nyaman,

    ketersediaan toilet yang bersih, dan

    keamanan mall.

    Dalam upaya untuk

    mempertahankan eksistensi perusahaan,

    manajemen Discovery Shopping Mall

    dituntut untuk memberikan pelayanan

    terbaik kepada konsumen, baik

    konsumen organisasi maupun

    konsumen individu. Manajemen

    Discovery Shopping Mall dituntut

    mampu mendatangkan konsumen

    individu sebanyak mungkin. Hal

    tersebut berpotensi untuk konsumen

    individu berbelanja produk yang

    ditawarkan oleh konsumen organisasi

    sehingga konsumen organisasi yang

    terdiri atas pemasar produk, mau

    bertahan untuk tetap memasarkan

    produknya di Discovery Shopping Mall

    dalam jangka waktu lama.

    Tujuan pendirian perusahaan

    adalah untuk memperoleh keuntungan

    jangka panjang apabila mampu untuk

    memenuhi kebutuhan dan keinginan

    konsumen. Berdasarkan tujuan tersebut

    perusahaan harus mampu untuk

    mempertahankan konsumen lama dan

    menarik konsumen baru untuk

    berbelanja. Untuk itu diperlukan suatu

    edukasi kepada konsumen berupa daya

    tarik tempat, suasana belanja yang

    menarik serta ketersediaan produk yang

    sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

    konsumen maka perlu untuk

    mengetahui karakteristik konsumen

    yang diuraikan berikut ini.

    5.1.2 Karakteristik Responden

    Menurut Schiffman dan Kanuk

    (2008 : 57), karakteristik demografis

    dan psikografis merupakan pendekatan

  • 50

    yang saling melengkapi yang akan

    memberi hasil maksimal jika digunakan

    bersama. Dengan mengkombinasikan

    pengetahuan yang diperoleh dari kedua

    karakteristik tersebut, para pemasar

    akan memperoleh informasi yang

    sangat baik mengenai pasar targetnya.

    Berdasarkan hasil penelitian

    dengan menggunakan analisis tabulasi

    silang untuk mengetahui hubungan

    antara jenis kelamin, usia, status,

    pendidikan, profesi, pendapatan, dan

    jumlah transaksi rata-rata setiap

    berbelanja diperoleh gambaran

    mengenai karakteristik responden

    Discovery Shopping Mall baik

    pembelanja maupun pengunjung.

    Berikut diuraikan karakteristik

    responden pembelanja dan pengunjung

    Discovery Shopping Mall dengan

    menghubungkan beberapa variabel

    demografisnya.

    5.1.2.1 Profil Responden

    Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

    Untuk selengkapnya profil

    responden berdasarkan jenis kelamin

    dan usia dapat dilihat pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1

    Profil Responden Berdasarkan Jenis

    Kelamin dan Usia

    Jenis Kelamin

    Pembelanja Pengunjung

    Usia (Persen) Usia (Persen)

    39 th (N = 57)

    40-50 th

    (N = 28)

    > 50 th

    (N = 15)

    39 th

    (N = 48)

    40-50 th (N = 36)

    > 50 th

    (N = 16)

    Laki-laki 24,56 7,14 93,33 35,42 13,89 68,75

    Perempuan 75,44 92,86 6,67 64,58 86,11 31,25

    Total 100 100 100 100 100 100

    Sumber : Lampiran 10 dan 11

    Berdasarkan Tabel 5.1

    diperoleh informasi bahwa persentase

    pembelanja perempuan yang berusia 50

    tahun kebawah lebih besar

    dibandingkan laki-laki, hal ini

    dikarenakan kecenderungan bagi

    perempuan untuk berpenampilan

    menarik, sehingga menyebabkan lebih

  • 51

    banyaknya pembelanja perempuan

    terutama yang berusia 50 tahun

    kebawah berbelanja di Discovery

    Shopping Mall. Sementara itu, bagi

    laki-laki yang berusia diatas 50 tahun,

    persentasenya lebih tinggi jika

    dibandingkan pembelanja perempuan,

    hal ini bisa dikarenakan mereka

    berbelanja bukan hanya untuk diri

    sendiri tetapi juga untuk keluarganya

    sedangkan bagi kaum perempuan pada

    usia tersebut penampilan tidak lagi

    menjadi hal penting sehingga lebih

    banyak laki-laki yang berbelanja di

    Discovery Shopping Mall pada usia

    diatas 50 tahun.

    Bagi pengunjung, persentase

    perempuan berusia 50 tahun kebawah

    yang datang ke Discovery Shopping

    Mall lebih banyak dibandingkan laki-

    laki. Hal ini dikarenakan kebutuhan

    akan penampilan menjadi faktor utama

    bagi mereka untuk datang ke Discovery

    Shopping Mall. Sedangkan bagi kaum

    laki-laki yang berusia diatas 50 tahun,

    persentase jumlah pengunjung yang

    datang lebih banyak dibandingkan

    perempuan. Seperti telah diuraikan

    sebelumnya, laki-laki yang datang pada

    usia diatas 50 tahun memiliki keinginan

    untuk membelanjakan sesuatu bagi

    keluarganya namun karena belum

    adanya daya beli atau produk yang

    dicari tidak tersedia mereka tidak

    melakukan aktivitas belanja.

    5.1.2.2 Profil Responden

    Berdasarkan Jenis Kelamin dan

    Pekerjaan

    Tabel profil responden

    berdasarkan jenis kelamin dan

    pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.2.

  • 52

    Tabel 5.2

    Profil Responden Berdasarkan Jenis

    Kelamin dan Pekerjaan

    Jenis Kelamin

    Pembelanja Pengunjung

    Pekerjaan (Persen) Pekerjaan (Persen)

    PNS (N = 34)

    Wirausaha

    (N = 35)

    Kary. Swasta (N = 31)

    PNS (N = 41)

    Wirausaha (N = 26)

    Kary. Swasta (N = 33)

    Laki-laki 47,06 20 22,58 43,90 3,85 42,42

    Perempuan 52,94 80 77,42 56,10 96,15 57,58

    Total 100 100 100 100 100 100

    Sumber : Lampiran 10 dan 11

    Berdasarkan Tabel 5.2,

    persentase pembelanja perempuan

    berdasarkan pekerjaan lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan laki-laki. Lebih

    banyaknya persentase perempuan yang

    berbelanja disebabkan keinginan untuk

    tampil menarik yang sangat tinggi

    apalagi produk pemuas kebutuhan

    perempuan yang tersedia di Discovery

    Shopping Mall sangat banyak terutama

    untuk produk fashion. Perempuan

    cenderung lebih suka berbelanja

    berlama-lama untuk memilih produk

    yang dibutuhkan, karena perempuan

    lebih memiliki banyak pertimbangan

    serta produk yang tersedia sangat

    banyak dan bervariasi. Hal tersebut

    berbeda jika dibandingkan dengan laki-

    laki yang kurang suka untuk

    menghabiskan banyak waktu

    berbelanja.

    Menurut Pine, profesor

    psikologi di Universitas Hertfordshire

    (dalam Nurcahyani, 2011), menafsirkan

    bahwa masyarakat umumnya

    menempatkan prioritas belanja mereka

    pada penampilan khususnya

    perempuan. Hal inilah yang kemudian

    menghasilkan bahwa pakaian yang

    dibeli lebih banyak untuk perempuan

    daripada laki-laki. Dalam soal

    kebiasaan, ibu lebih senang mengajak

    anak perempuan mereka untuk

    berbelanja dan hal inilah yang

    kemudian mendorong mereka memiliki

    kesukaan dengan fashion lebih tinggi.

  • 53

    Demikian pula bagi

    pengunjung yang datang ke Discovery

    Shopping Mall, persentasenya lebih

    banyak perempuan dibandingkan laki-

    laki. Namun diantara mereka tidak

    berbelanja dikarenakan tidak adanya

    daya beli ataupun tidak tersedianya

    produk yang dibutuhkan dan mereka

    bersedia untuk data