PTO dema.doc
-
Upload
sandrowagut -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PTO dema.doc
-
8/16/2019 PTO dema.doc
1/34
LAPORAN PEMANTAUAN TERAPI OBATPRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
Di susun oleh:
Debora Marsali!a Mo"a#$ S%Far"
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL A&HMAD 'ANI&IMAHI
*+
1
-
8/16/2019 PTO dema.doc
2/34
2
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
*% La,ar Bela-a.Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi
pasien. Kegiatan tersebut mencakup: pengkaian, pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, !eaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (!OTD),
dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus
dilakukan secara berkesinambungan dan die"aluasi secara teratur pada periodetertentu agat keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons
pasien yang sangat indi"idual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. #al
tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek profesi untuk
mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.#asil meta$analisis yang dilakukan di %merika &erikat pada pasien ra'at
inap didapatkan hasil angka keadian !OTD yang serius sebanyak ,* dan!OTD yang fatal sebanyak +,-*. &ementara penelitian yang dilakukan di rumah
sakit di Perancis menunukkan: masalah terkait obat yang sering muncul antara
lain: pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi pasien (-,*), cara
pemberian yang tidak tepat (-+,*), pemberian dosis yang sub terapeutik
(/,-*), dan interaksi obat (-,*). Data dari penelitian yang dilakukan di satu
rumah sakit di 0ndonesia menunukkan 1,-* pasien geriatri selama menalani
ra'at inap mengalami masalah terkait obat.2eberapa masalah yang ditemukan dalam praktek apoteker komunitas di
%merika &erikat, antara lain: efek samping obat, interaksi obat, penggunaan obat
yang tidak tepat. &ementara di 0ndonesia, data yang dipublikasikan tentang
praktek apoteker di komunitas masih terbatas.Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah
munculnya masalah terkait obat. %poteker sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan memiliki peran penting dalam PTO. Pengetahuan penunang dalam
melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit3 farmakoterapi3 serta interpretasi
-
8/16/2019 PTO dema.doc
3/34
3
hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnostik. &elain itu, diperlukan
keterampilan berkomunikasi, kemampuan membina hubungan interpersonal, dan
menganalisis masalah. Proses PTO merupakan proses yang komprehensif mulai
dari seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat,
rekomendasi terapi, rencana pemantauan sampai tindak lanut. Proses tersebut
harus dilakukan secara berkesinambungan sampai tuuan terapi tercapai. 4ntuk
itu, diperlukan proses PTO di dalam rumah sakit.% T/0/a
Dengan dilakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO), maka dapat diketahui
terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional bagi pasien. #asil PTO iniuntuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki1% Da,a Pasie
Da,a Pasie 5o. 6! : ++$-$7$7 5ama Pasien : 5y &opiah8enis Kelamin : PerempuanTanggal lahir : +7 5o"ember /94sia : 7 tahun%skes 4mum Kontraktor Tidak mampu
22 T2 :Tgl masuk : Oktober -+9!uang !a'at : &; 9Dokter :dr &a,a,a
5ilai 5ormal3
5adi : +$++=menitTekanan darah : ?-+1+Pernafasan : -$1=menit&uhu : ?o>
Ri2a#a, -os/"si oba, 3@asgo @orte 99+ mg
Aler.iTidak ada alergi
Pe"eri-saa Pe/0a. A2al 3Pemeriksaan laboratorium tanggal +-+9 dari !umah &akit %d"ent 2andung
He"a,olo.i3
5ilai 5ormal #asil;2> 9.+++$+.+++ 9./+
-
8/16/2019 PTO dema.doc
4/34
4
#emaglobin -,++$,++ ,1
#ematokrit ,+$7,+ ,+
Platelet 9+.+++$77+.+++ 9.+++
Alasa "as/- RS4 -el/5a /,a"aDemam
Aa"esis 3Demam panas A satu minggu, nyeri ulu hati, mual muntah satu kali, lemas, cemas.
Ri2a#a, Pe#a-i, Da5/l/ 3sakit maag
Ri2a#a, Pe#a-i, Kel/ar.a4-eraba, 3$
Dia.osis A2al 3 Obser"asi @ebris B Dispepsia
Dia.osis -er0a 3 @ebris 6 Dispepsia
Dia.osis A-5ir 3 @ebris&a,a,a Pe.oba,a Pasie
Na"a Oba, Dosis 1* O-, * No7 No7!anitidin - = tablet 8 8 8Paracetamol = tablet 8 8 8>eftriakson in - = gram 9 8 8De=amethasone
in
= ampul $ $ 8
:% Ti0a/a ,e,a. Febris !a Dis;e;sia%. @ebris
a. PengertianDemam adalah peninggian suhu tubuh dari "ariasi suhu normal sehari$
hariyang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. &uhu tubuh normal berkisar antara ,9$,-C>. Deraat
-
8/16/2019 PTO dema.doc
5/34
5
suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature 1,+C>
atau oral temperature ,9C> atau a=illary temperature ,-C>.0stilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.#iperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu E7,9C> yang
dapat teradi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering
teradi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat. b.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
6/34
6
(pada penyakit malaria ). &elebihnya hari ke 000 merupakan penyakit
enis limfoma.. Demam !emiten
&uhu tubuh menurun setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai titik
normal merupakan demam yang khas untuk penyakit T2>, penyakit
"irus, infeksi bakteri dan keadaan infeksius.Tanda dan Feala2anyak geala yang menyertai demam termasuk geala nyeri
punggung, anoreksia dan somnolen. 2atasan mayornya yaitu suhu
lebih tinggi dari ,1C> G 7+C>. Kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal :
sakit kepala "ertigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.c. Patofisiologi
Demam teradi karena adanya suatu Hat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen adalah Hat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen
terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar
tubuh pasien. >ontoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. &alah
satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang
dihasilkan oleh bakteri gram negatif. 8enis lain dari pirogen adalah
pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam
tubuh pasien. >ontoh dari pirogen endogen antara lain 0I$, 0I$,
T5@$J, dan 0@5. &umber dari pirogen endogen ini pada umumnya
adalah monosit, neutrofil, danlimfosit 'alaupun sel lain uga dapat mengeluarkan pirogen endogen
ikaterstimulasi.Proses teradinya demam dimulai dari stimulasi sel$sel darah put ih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa
toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. &el$sel darah putih
tersebut akan mengeluarkan Hat kimia yang dikenal dengan pirogen
endogen (0I$, 0I$, T5@$J, dan 0@5). Pirogen eksogen dan pirogen
-
8/16/2019 PTO dema.doc
7/34
7
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
#ipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu
patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme$mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, "asokonstriksi kulit dan
mekanisme "olunter seperti memakai selimut. &ehingga akan teradi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang
pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang
baru tersebut.Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan
fasekemerahan. @ase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan "asokonstriksi
pembuluh darah dan peningkatan akti"itas otot yang berusaha untuk
memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. @ase kedua yaitu fase demam merupakan fasekeseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik
patokan suhu yang sudah meningkat. @ase ketiga yaitu fase kemerahan
merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan "asodilatasi
pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan
panas sehingga tubuh akan ber'arna kemerahan.Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena
cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior. 8adi apa bila teradi dehidrasi atau kekurangan
cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior akan mengalami gangguan. Pada pasien febris demam
pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap misalnya: #b, #t, dan leukosit. Pada pasien febris
demam biasanya kadar #b akan mengalami penurunan, sedangkan #t
dan leukosit nya akan mengalami peningkatan. I
-
8/16/2019 PTO dema.doc
8/34
8
(pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam
dan disertai batuk$batuk).d. Penatalaksanaan demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis
terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan
demam bertuuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi
bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat
dibagi menadi dua garis besar yaitu: non$farmakologi dan farmakologi.
%kan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung oleh
dokter apabila penderita dengan umur ? bulan dengan suhu rektalE1C>, penderita dengan umur $- bulan dengan suhu E/C>,
penderita dengan suhu E7+,9C>, dan demam dengan suhu yang tidak
turun dalam 71$- am.• Terapi non$farmakologi%dapun yang termasuk dalam terapi non$farmakologi dari
penatalaksanaandemam:
. Pemberian cairan dalam umlah banyak untuk mencegah dehidrasidan beristirahat yang cukup.
-. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada
saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu
berlebihan. 6emakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah
dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.. 6emberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. 8angan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil danmeningkatkan kembali suhu inti.
• Terapi farmakologiObat$obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)
adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat
bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki
efek kera yang lama. Pada anak$anak, dianurkan untuk pemberian
parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan O%05& tidak
-
8/16/2019 PTO dema.doc
9/34
9
dianurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom
!eye pada anak$anak.
-. Dispepsia. Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa unani yang berarti Lpencernaan yang
tidak baikM. Dispepsia mengacu pada nyeri atau rasa tidak nyaman pada
perut bagian atas3 meliputi nyeri epigastrium, perasaan cepat kenyang
(tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang normal), rasa
penuh setelah makan.Kebanyakan pasien dengan keluhan dispepsia pada saat pemeriksaan
tidak ditemukan kelainan organik yang dapat menelaskan keluhan
tersebut seperti chronic peptic$ulcer disease, gastro$oesophageal reflu=,
malignancy, sekitar +* keluhan$keluhan tersebut tidak dapat
dielaskan, keadaan ini disebut fungsional, atau non$ulcer dyspepsia.
Pasien dengan penyebab yang elas tidak dimasukkan dalam kategori
dispepsia fungsional.
-.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
10/34
10
d. Obat anti peradangan non steroid :Obat$obat seperti indometasin, ibuprofen dan lain$lain,
menyebabkan perubahanmekanisme pertahanan lambung.e. Kopi dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam kopi merupakan stimulan kuat dari
sekresi asam, seperti susu, bir dan minuman ringan.f. Kortikosteroid : &ifat ulserogenik dari kortikosteroid secara umum
masih kontro"ersialg. &tress
Peran stress dan tipe personal masih kontro"ersial, meskipun
beberapa penelitian menghubungkan pepsinogen serum yang tinggi.
Dasar patofisiologi dispepsia fungsional adalah sangat kompleks dan belumdapat dipastikan. 2eberapa hal yang dianggap menyebabkan antara lain :
a. Dismotilitas lambung : perlambatan dari masa pengosongan lambung
dan gangguan motilitas lain, seperti abnormalitas kontraksi,
abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. b. %sam lambung : dapat diumpai kadarnya meninggi, normal atau
hyposekresi.c. #elikobakter pylori : peran helikobakter pylori dalam menimbulkan
berbagai patologis saluran cerna bagian atas sudah banyak diteliti. %kan
tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, bah'a keberadaan
helikobakter pylori pada pasien non dispepsia dengan dispepsia
fungsional tidak berbeda.d. Psikis : gangguan psikis, stress, dan faktor lingkungan dapat
menimbulkan dispepsia fungsional. &tress mengubah sekresi asam
lambung, motilitas, dan "askularisasi saluran pencernaan. Pada
beberapa penelitian menunukkan bah'a pasien$pasien dispepsiafungsional lebih cemas atau depresi dibandingkan dengan kontrol.
e. Penggunaan obat$obatan secara menetap seperti : aspirin, steroid, obat
antiinflamasi, makanan tertentu, kopi dan merokok dikatakan
berhubungan dengan dispepsia fungsional. %kan tetapi bukti secara
ilmiah masih kurang.Patofisiologi ulkus peptik diperkirakan akibat ketidak seimbangan antara
-
8/16/2019 PTO dema.doc
11/34
11
tekanan agresif (#>I dan pepsin) yang menyebabkan ulserasi dan tekanan
defensif yang melindungi lambung ( barier mukosa lambung, barier mukus
lambung, sekresi #>O).
. Penatalaksanaan.• Terapi non$farmakologi
6erubah Kebiasaan #idup
Diet dan obat$obatan harus ditinau untuk faktor$faktor yang akan
menimbulkan kembali simtom dispepsia.
• Terapi farmakologiObat$obatan
Obat$obatan yang sering dipakai antara lain :a. %ntasida : Folongan ini banyak enisnya dan mudah didapat,
pemakaian obat ini cendrung ke arah simptomatik. Pemakaian
obat ini angan terus menerus dan harus diperhatikan efek
sampingnya serta penyakit lain yang diderita oleh pasien. b. %nti Kolinergik : Pemakaian obat ini harus diperhatikan sebab
kera obat ini tidak begitu selektif.c. %ntagonis reseptor #- : Folongan obat ini antara lain : simetidin,
ranitidine3 famotidin, roksatidin, niHatidin, dan lain$lain.
Pemakaiannya lebih banyak ke arah kausal disamping bersifat
simtomatik. &ebaiknya diberikan pada organik dan ulkus.d. Penghambat pompa asam : Obat ini sangat bermanfaat pada
kasus kelainan saluran cerna bagian atas yang berhubungan
dengan asam lambung. Dengan berkembangnya penemuan
etiologi ulkus peptikum khususnya ulkus duodeni yaitudidapatkan Helikobakter Pylori, penggunaan obat penghambat
pompa ini dengan kombinasi antibiotik dan 6etronidaHol
memberikan hasil yang cukup memuaskan.e. Prokinetik : Folongan obat ini sangat baik dalam mengobati
pasien dispepsia yang disertai disebabkan gangguan motilitas.
8enis obat ini antara lain metoklopamid, dompreridon, dan
cisapride.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
12/34
12
f. Folongan lain : aitu obat$obat seperti sukraflat, bismuth
subsitrat. Folongan ini mempunyai efek melenyapkan
helikobakter pylori .g. Psikofarmakoterapi : Terapi ini khususnya pada pasien dengan
sindrom dispepsia fungsional, memberi hasil yang cukup
memuaskan terutama untuk mengurangi atau menghilangkan
geala keluhan. Pada kasus ini terapi dengan anti depresan atau
anti an=ietas dapat membantu mengurangi geala klinis .Preparat dan dosis antidepresan :a. &iklik antidepresan : %ntidepresan trisiklik yang pertama
ditemukan adalah impramine dan memiliki sedikit kegunaan
seak tahun /9+. Trisiklik seperti : amitriptiline, imipramine,
trimipramine dan dispramine, dengan dosis 9+G++ mghari.
%mo=apine dan traHodone dosis efektifsecara klinis : 9+ G++
mghari.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
13/34
13
• &epsis• 6eningitis• 0nfeksi tulang dan aringan lunak • 0nfeksi kulit
6ekanisme kera :>eftria=one merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga. >eftria=one
mempunyai spektrum luas dan 'aktu paruh eliminasi 1 am. >eftria=one
efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
>eftria=one uga sangat stabil terhadap enHim beta laktamase yang
dihasilkan oleh bakteri.
Dosis: De2asa• !entang dosis : dosis 2iasa: $- g setiap -$-7 am, tergantung pada
enis dan beratnya infeksi• %rthritis (septic ) : 0Q : $- g sekali sehari• %bses otak : 0Q : - g setiap - am dengan metronidaHol• Trombosis sinus ka"ernosus : 0Q : - g sekali sehari dengan "ankomisin
atau lineHolid• >hancroid : 06 : -9+ mg sebagai dosis tunggal• Kemoprofilaksis untuk kontak berisiko tinggi dan orang$orang dengan
penyakit in"asif meningokokus : 06 : -9+ mg dalam dosis tunggal• 0nfeksi gonokokal : Konungti"itis, rumit : 06 , 0Q : g dalam dosis tunggal Disebarluaskan : 06 , 0Q : g sekali sehari selama hari atatan: 4ntuk organisme #%>
-
8/16/2019 PTO dema.doc
14/34
14
4, usiaE 9 tahun, infeksi disebarluaskan)• &eptic to=ic shock necrotiHing fasciitis: 0Q: - g sekali sehari3 dengan
klindamisin untuk syok toksik • &TD profilaksis pada korban kekerasan seksual: 06: -9 mg sebagai
dosis tunggal• 2edah profilaksis: 0Q: g + menit sampai - am sebelum operasi• &ifilis : 06, 0Q: g sekali sehari selama 1$+ hari• Demam tifoid : 0Q: - g sekali sehari selama 7 hari• Penyakit ;hipplea : %'al: - g sekali sehari selama +$7 hari, terapi
kemudian oral selama tahun. Kontra indikasi :
#ipersensitif terhadap natrium ceftria=one, setiap komponen dari
formulasi, atau sefalosporin lainnya3 tidak menggunakan pada neonatus
hyperbilirubinemic, terutama mereka yang prematur seak ceftria=one
dilaporkan menggantikan bilirubin dari albumin situs mengikat3
penggunaan bersamaan dengan intra"ena yang mengandung kalsium solusi
produk pada neonatus ( -1 hari )
Peringatan :
-
8/16/2019 PTO dema.doc
15/34
15
• Kekha'atiran terkait dengan efek samping: Peningkatan 05!: 6ungkin berhubungan dengan peningkatan 05!
(arang), terutama pada pasien giHi$kekurangan, pengobatan angka
panang, hati atau penyakit ginal. Pankreatitis: &econdary obstruksi bilier, pankreatitis telah dilaporkan
arang. %lergi Penisilin: Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan
ri'ayat alergi penisilin, reaksi terutama 0g. difficile terkait (>dad)
dan kolitis pseudomembran3 >dad telah diamatiE - bulan
pengobatan postantibiotic.• Penyakit terkait kekha'atiran:
Penyakit kandung empedu: sonogram kandung empedu %bnormal
telah dilaporkan, mungkin karena ceftria=one$kalsium endapan3
menghentikan pada pasien dengan tanda dan geala penyakit
kandung empedu. Penyakit Fastrointestinal: Funakan dengan hati$hati pada pasien
dengan ri'ayat penyakit F0, terutama kolitis. Fangguan ginal: Tidak ada penyesuaian umumnya diperlukan pada
pasien dengan gangguan ginal3 ika gangguan ginal berat, terutama
dengan disfungsi hati bersamaan, tidak melebihi - g hari tanpa
pemantauan konsentrasi serum.• Populasi khusus:
5eonatus: Funakan sangat hati$hati pada neonatus karena risiko
hiperbilirubinemia, khususnya pada bayi prematur (kontraindikasi pada
neonatus hyperbilirubinemic). !eaksi presipitasi yang fatal pada
neonatus karena coadministration solusi yang mengandung kalsium
telah dilaporkan3 Penggunaan bersamaan pada neonatus merupakan
kontraindikasi.• Peringatan lain pencegahan:
>eftria=one mungkin kompleks dengan kalsium menyebabkan endapan.
Paru$paru dan ginal yang fatal terkait dengan endapan kalsium$
-
8/16/2019 PTO dema.doc
16/34
16
ceftria=one telah diamati pada neonatus prematur dan angka. Karena
laporan dari reaksi presipitasi pada neonatus, tidak menyusun kembali,
mempercampurkan, atau coadminister dengan kalsium mengandung
solusi (misalnya, I!, #artmanna solusi, nutrisi parenteral), bahkan
melalui terpisah infus garis situs atau pada 'aktu yang berbeda di
setiap pasien, tanpa memandang usia (kontraindikasi pada neonatus).
!ekomendasi lanut menyatakan untuk menghindari pemberian solusi
yang mengandung kalsium intra"ena dan ceftria=one dalam 'aktu 71
am dari satu sama lain pada semua pasien. 5amun, memperluas
rekomendasi ini untuk semua pasien hanya didasarkan pada data
teoritis, seperti tidak ada laporan efek samping endapan$diinduksi pada
pasien non$neonatal.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
17/34
17
termasuk beberapa korban i'a), sindrom &te"ens$8ohnson, stomatitis,
beracun nekrolisis epidermal, urtikaria.• !eaksi dilaporkan dengan sefalosporin lainnya: %ngioedema, reaksi
alergi, anemia aplastik, asteriksis, kolestasis, ensefalopati, perdarahan,
disfungsi hati, hiperakti"itas (re"ersibel), hypertonia, nefritis interstitial,
ID# meningkat, neuromuskuler rangsangan, pansitopenia, paresthesia,
disfungsi ginal, superinfeksi, nefropati toksik. 0nteraksi Obat:
• Faram kalsium ( intra"ena ) : 6eningkatkan efek toksik ceftria=one.
>eftria=one mengikat kalsium membentuk endapan tidak larut. !isikoU : #indari kombinasi
• !inger 0nection ( Iactated ) : 6eningkatkan efek toksik ceftria=one.
>eftria=one mengikat kalsium dalam Iactated !inger membentuk
endapan tidak larut. !isiko U : #indari kombinasi• Qaksin tifoid : %ntibiotik dapat mengurangi efek terapeutik Qaksin
tifoid. #anya hidup yang dilemahkan Ty-a regangan dipengaruhi.
!isiko D : Pertimbangkan modifikasi terapi•
%gen uricosuric : &emoga menurunkan ekskresi sefalosporin. !isiko > :Terapi 6emantau
• Qitamin K antagonis ( misalnya 'arfarin ) : sefalosporin dapat
meningkatkan efek antikoagulan dari "itamin K antagonis. !isiko > :
Terapi 6emantau
% De=a"e,a>oe%
0ndikasi :&ebagai agen anti$inflamasi atau imunosupresan dalam pengobatan
berbagai penyakit termasuk alergi, Dermatologic, hematologi, inflamasi,neoplastik, sistem saraf, ginal, pernapasan, asal rematik, dan autoimun,
dapat digunakan dalam pengobatan edema serebral, syok septik,
pembengkakan kronis, antiemetik.
6ekanisme :6engurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi
produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang
semula tinggi dan menekan respon imun.
Dosis :
-
8/16/2019 PTO dema.doc
18/34
18
De'asa :%nti$inflamasi: Oral, 06, 0Q: +,9$/ mg hari dalam dosis terbagi tiap
$- am.
0ntra$artikular aringan, intralesi, atau lembut: +,7$ mg hari.
ushing. Pemberiankortikosteroid sistemik angka panang atau absorpsi sistemik dari preparat
topikal dapat menekan hypothalamic$pituitary$adrenal (#P%) dan atau
manifestasi sindroma >ushing pada beberapa pasien. 5amun risiko
penekanan #P% pada penggunaan deksametason topikal sangat rendah.
0nsufisiensi adrenal akut dan kematian dapat teradi apabila pengobatan
sistemik dihentikan mendadak.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
19/34
19
Kardio"askuler : %ritmia, bradikardi, kardiomiopati, >#@, kolaps
sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post$60), syncope,tromboembolisme, "asculitis.
• &usunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit
kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis,
pseudotumor cerebri, perubahan psikis, keang, "ertigo.• Dermatologis : %kne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit
kering, erythema, kulit pecah$pecah, hirsutism, hiper$hipopigmentasi,
hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian 0Q), petechiae, rash, atrofi
kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.• 0munosupresi: penggunaan kortikosteroid berkepanangan dapat
meningkatkan keadian infeksi sekunder, masker infeksi akut (termasuk
infeksi amur), memperpanang atau memperburuk infeksi "irus, atau
membatasi respons terhadap "aksin.6iopati: miopati akut telah dilaporkan dengan kortikosteroid dosis
tinggi, biasanya pada pasien dengan gangguan transmisi neuromuskuler,
mungkin melibatkan okular dan atau otot$otot pernafasan, memantau
kreatin kinase, pemulihan mungkin tertunda.
0nteraksi obat:• %minoglutethimide : Dapat menurunkan kadarefek deksametason,
melalui induksi enHim mikrosomal.• %ntasida : 6eningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang 'aktu
pemberian - am.• %ntikolinesterase : Pemberian bersama akan menimbulkan rasa lemah
pada penderita myasthenia gra"is.
• %nti amur %Hole : Dapat meningkatkan kadar kortikosteroid.• 2arbiturat : %kan menurunkan kadarefek deksametason.• Penghambat saluran kalsium (nondihidropiridin) : Kemungkinan
meningkatkan kadar kortikosteroid.• &iklosporin : Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar siklosporin dan
sebaliknya, siklosporin dapat meningkatkan kadar kortikosteroid.•
-
8/16/2019 PTO dema.doc
20/34
20
• %ntibiotika makrolida : Kemungkinan meningkatkan kadarefek
deksametason.• Penghambat neuromuskuler : Pemberian bersama akan meningkatkan
risiko miopati.• %ntiinflamasi non steroid : #ati$hati karena meningkatkan efek samping
pada saluran pencernaan.• !ifampisin : 6enurunkan kadarefek deksametason.• Dengan 6akanan 3 6akanan : Deksametason akan berinterferensi
dengan kalsium. 2atasi minum kopi.
1% Rai,i!i 0ndikasi:
• Terapi angka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak
duodenum, tukak ringan aktif.• Terapi angka pendek dan pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan
esofagitis erosif.• Terapi angka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi patologis.• &ebagai bagian regimen multiterapi eradikasi #. pylori untuk mengurangi
risiko kekambuhan tukak.• 6eringankan heartburn, acid indigestion, dan asam lambung.
6ekanisme kera:6enghambat reseptor histamin - secara selektif dan re"ersibel sehingga
dapat menghambat sekresi cairan lambung. !anitidin mengurangi "olume
dan kadar ion hidrogen dai sel parietal akan menurun sealan dengan
penurunan "olume cairan lambung. Dosis :
De'asa:• 4lkus duodenum: Oral: Pengobatan: 9+ mg dua kali sehari, atau ++ mg
sekali sehari setelah makan malam atau sebelum tidur, pemeliharaan: 9+
mg sekali sehari pada 'aktu tidur.• Pemberantasan kuman #elicobacter pylori: Oral: 9+ mg dua kali
sehari.• 0Q: infus terus$menerus untuk Vollinger -Ellison: mg kg am3
ukuran lambung asam output pada 7 am, ika> + m
-
8/16/2019 PTO dema.doc
21/34
21
•
-
8/16/2019 PTO dema.doc
22/34
22
0nteraksi obat:• Dengan Obat Iain 3
6eningkatkan efektoksisitas siklosporin (meningkatkan serumkreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler), glipiHid, glibenklamid,
midaHolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin,
fenitoin, kuinidin, triaHolam. 6empunyai efek ber"ariasi terhadap
'arfarin. %ntasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. %bsorpsi
ketokonaHol dan itrakonaHol berkurang3 dapat mengubah kadar
prokainamid dan ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek
nondepolarisasi relaksan otot, cefpodoksim, sianoklobalamin (absorpsi berkurang), diaHepam dan oksaproHin, mengurangi toksisitas atropin.
• Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa
lambung.• Dengan 6akanan 3 6akanan tidak mengganggu absorpsi ranitidin.
:% Para?e,a"ol 0ndikasi :
6engurangi nyeri sedang X demam (%nlgetik$antipiretik). Dosis :
•
De'asa : 5yeri atau demam: Oral, dubur: -9$9+ mg setiap 7$ am atau +++
mg $7 kalihari, tidak melebihi 7 g hari.• %nak:
5yeri atau Demam: Oral, dubur: %nak$anak ?- tahun: +$9 mg kg
dosis setiap 7$ am sesuai kebutuhan. Kontra 0ndikasi:
#ypersensiti"ity terhadap asetaminofen atau komponen formulasi.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
23/34
23
• Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan penyakit hati alkoholik.• Defisiensi FPD: Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan
defisiensi FPD dikenal.• Pengobatan sendiri (OT> penggunaan): 2ila digunakan untuk
pengobatan sendiri, pasien harus diinstruksikan untuk menghubungi
penyedia hari atau nyeri yang berlangsung E + hari. 0nteraksi Obat:• pelayanan kesehatan ika digunakan untuk demam berlangsung lebih dari
• %ntikon"ulsan (#ydantoin): Dapat meningkatkan metabolisme
%cetaminophen. &ehingga efek acetaminophen berkurang dan
meningkatkan risiko kerusakan hati.• 2arbiturat: Dapat meningkatkan metabolisme %cetaminophen. &ehinga
efek acetaminophen berkurang dan meningkatkan risiko kerusakan hati.• >arbamaHepine: Dapat meningkatkan metabolisme %cetaminophen.• !esin cholestyramine: Dapat mengurangi penyerapan %cetaminophen.
-
8/16/2019 PTO dema.doc
24/34
33
er
*
O
-
,
O
-
,
1
O
-
,*% Demam *1% B *:% $ *+% $*@% Dispepsi
a*% B *% B *C% $
% 5yeri
lambung*% B % $ 1% $
:%
+% B% Para"e,er Ob0e-,i
1C%
:% Okt
ober
:*% /+9+
:% /1 :1% -+ ::% 1,
/
-
8/16/2019 PTO dema.doc
25/34
34
-+9
:+%-
:@% +no"ember-+9
:% 1+9+
:% /- :C% -+ +% ,9
+*%
+% +-no"emb
er-+9
+1% -+1+
+:% 1+ ++% -+ +@% ,+
+% &% Assessment
+% *% Keses/aia I!i-asi
+C% Tabel 0 Kesesuaian 0ndikasi
@% Na"a
Oba,
@*% I!i-asi (li,era,/r) @% I!i-asi (;asie) @1% Ke,e
ra.
a@:% %cetamino
fen
@+% %nalgetik Gantipiretik @@% Demam @% &esu
ai@% >eftria=on
e
@C%
% 0nfeksi :
&aluran pernapasan. 0nfeksi saluran kemih 0nfeksi gonore &epsis
6eningitis 0nfeksi tulang dan aringan
lunak 0nfeksi kulit
*% Tidak sesuai
untuk obser"asi febris
tetapi ika dikaitkan
dengan infeksi
kholesirsiti sesuai
% &esu
ai
1% !anitidin 74. Terai jangka
en!ek !an
emeli"araan
un#uk :
Tukak lam$ung, #ukak
+% 6eringankan
heartburn, acid
indigestion, dan asam
lambung.
% &esu
ai
-
8/16/2019 PTO dema.doc
26/34
33
!uo!enum, #ukak
ringan ak#i%. emeli"araan un#uk
re&uks gas#roeso%agus
!an eso%agi#is erosi%.
'on!isi "iersekresi
a#ologis.
(e$agai $agian
regimen mul#i#eraiera!ikasi ). *lori
un#uk mengurangi
risiko kekam$u"an
#ukak.
+eringankan
"ear#$urn, ai!
in!iges#ion, !an asamlam$ung.
@%
% De=ametaH
on
C% &ebagai agen anti$
inflamasi atau
imunosupresan dalam
pengobatan berbagai
penyakit :
alergi. Dermatologic. #ematologi. ginal, pernapasan,
rematik, dan autoimun,
dapat digunakan dalam
pengobatan edema serebral,
syok septik, pembengkakan
kronis, antiemetik.
&ebagai agen anti$
inflamasi dalam
pengobatan penyakit
pernapasan.%
*%
%
1%
:%
+% &esu
ai
-
8/16/2019 PTO dema.doc
27/34
34
@%
% % Keses/aia Dosis
% Tabel 00 Kesesuaian Dosis
C% Na"a
Oba,
C% Dosis (li,era,/r) C*% Dosis (rese;) C% Ke,era
.a %cetaminofe
n
Oral, dubur: -9$9+ mg
setiap 7$ am atau +++
mg $7 kalihari, tidak
melebihi 7g hari
C1% 9++ mg kali
sehari
C:% sesuai
C+% >eftria=o
ne
C@%
06, 0Q: $- g setiap -$-7
am, tergantung pada enis
dan beratnya infeksi
0Q: -g - kali sehariC%
C% &esuai
CC% !anitidin oral: 9+ mg setiap $1
am
9+ mg - kali sehari *% &
esuai**% D
e=ametaH
on
%nti$inflamasi: Oral, 06,
0Q: +,9$/ mg hari dalam
dosis terbagi tiap $- am.
*% 0Q : 9
mg kali sehari
*1% &
esuai
*:%
*+% 1% I,era-si Oba,
*@% Tabel 000 0nteraksi Obat
*%
*%
*C%
>eftria
=on
e
**%
!anit
i
d
i
n
***%
Paraseta
mol
**%
De=amet
ason
**1%
>eftria=o
ne
**:%
**+%
**@% **% **%
-
8/16/2019 PTO dema.doc
28/34
35
**C%
!anitidin
*%
**%
*% *1%
*:%
Paraseta
mol
*+%
₋
*@%
₋
*%
₋
*%
$
*C%
De=amet
ason
*1%
Y
*1*%
₋
*1%
Y
*11%
₋
*1:% 0nteraksi obat yang teradi yaitu:
• %ntibiotik macrolide: Dapat menurunkan metabolisme Kortikosteroid.*1+%*1@%*1%*1%*1C%*:%
*:*%
*:% D% Pla
. Pemberian Konseling, 0nformasi, dan
-
8/16/2019 PTO dema.doc
29/34
36
0nformasi tambahan:• 6emberikan informasi bah'a pasien tidak boleh lupa minum obat dan
meminum obat sesuai dengan dosisnya, serta tidak boleh berhenti
meminum obat 'alaupun kondisi sudah membaik.• 6enganurkan pasien untuk istirahat yang cukup %
b. Kepada Pera'at:
• 6emberi informasi mengenai interaksi obat yang teradi, yaitu pada
penggunaan obat bersamaan antara obat @urosemida dengan >aptopril,
furosemid dengan de=ametason, eritromisin dengan de=ametason. 4ntuk
itu, perlu adanya selang 'aktu pemberian obat.
• Obat cefota=ime dilarutkan dalam 7 ml air steril untuk ineksi dan
diberikan melalui suntikan secara perlahan$lahan selama $ 9 menit.• &tabilitas penyimpanan setelah di rekonstruksi -7 am dalam lemari es.• Penggunaan %ntibiotik harus secara teratur dan dihabiskan sesuai
anuran dokter, sebab ika tidak bisa menimbulkan kekebalan atau
resistensi kuman.c. Kepada Dokter :
• 6emberitahukan adanya interaksi obat pada pemberian obat secara
bersamaan yaitu obat furosemid dengan captopril, eritromisin dengan
de=ametason. &elain itu uga, pemberian de=ametason secara i" dengan
furosemid. 4ntuk itu perlu adanya penyesuaian 'aktu pemberian.
• 6emberitahukan adanya duplikasi terapi antara penggunaan obat
ranitidin dengan omepraHol.
• 6emberitahukan untuk memonitoring fungsi ginal dan elektrolit tubuh.
*:+% PEMBAHASAN
*:@% 2erdasarkan data yang diperoleh, pasien masuk ke rumah sakit
dengan keluhan utama demam panas A satu minggu, nyeri ulu hati, mual
muntah satu kali, lemas, dan cemas. Pasien memiliki ri'ayat sakit maag
dan pasien sering mengkonsumsi fasgo forte untuk mengatasi demamnya
di rumah sebelum ke !umah &akit. 2erdasarkan anamnesa tersebut dokter
-
8/16/2019 PTO dema.doc
30/34
37
mendiagnosa pasien mengalami demam atau febris. Pilihan terapi yang
dianurkan untuk penanganan kasus febris di rumah sakit antara lain terapi
antipiretik, #$- bloker, kortikosteroid intra"ena dan antibiotik bilamana
ada indikasi yang menunukkan adanya infeksi (Dipiro).
*:% 4ntuk medukung hasil diagnosa diatas, maka pada tanggal
+/-+- dilakukan ui laboratorium dengan sampel sputum. 4i laboratorium
tersebut dimaksudkan untuk melihat kultur bakteri yang menginfeksi sehingga
tindakan terapi dengan antibiotik bisa disesuaikan dengan pola kuman setempat
dan komposisi kombinasi antibiotik yang mutakhir. &etelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu pada sputum pasien ditemukan
kultur kuman Coccus gram (B).
*:% &ecara empirik obat obat antibiotika diberikan kepada pasien
untuk mengatasi penyakit paru obstruktif yang dideritanya. Dari hasil
pemeriksaan dapat dipertegas bah'a pasien terinfeksi kuman streptococcus (gram
positif) sehingga pilihan terapi kombinasi antara eritromisin dengan cefota=ime
dinilai sangat rasional (25@ 9). Pengobatan PPOK pada pasien ini dimulaidengan pemberian obat antibiotika yang terdiri dari cefota=ime - = g tiap -
amhari yang diberikan secara i" selama hari dan eritromisin 9++mg sehari 7=
secara oral selama - hari. Dosis tersebut sudah sesuai dengan data literatur.
Kombinasi antibiotik ni sangat penting berhubungan dengan PPOKnya sudah
bersifat eksaserbasi akut dimana dapat di umpai pada pasien ini teradi
peningktana "olume sputum, sputum menadi semakin purulen, dan peningkatan
sesak. Pemberian secara bersamaan obat eritromisin dengan kortikosteroid perludihindari dengan diberi arak 'aktu minum karena %ntibiotik makrolida dapat
menurunkan metabolisme dari kortikosteroid.
*:C% Peresepan kortikosteroid secara intra"ena direkomendasikan
sebagai tambahan terapi pada penanganan eksaserbasi PPOK dimana tuuannya
untuk mengurangi hiperacti"itas bronchi selain itu berfungsi untuk mela'an
reaksi peradangan akibat infeksi bakteri (0&O farmakoterapi). Pada kasus ini dosis
de=ametason yang diberikan adalah = ampul yang diberikan secara i" selama /
-
8/16/2019 PTO dema.doc
31/34
38
hari. 5amun yang perlu diperhatikan disini adalah 'aktu pemberian obat
furosemid dengan de=ametason harus diberi arak atau dipisahkan karena teradi
interaksi dimana obat de=ametason dapat meningkatkan efek hipokalemia dari
furosemid, untuk itu perlu ada pemantauan kadar elektroli (Kalium) pada tubuh
pasien.
*+% Pasien uga dipastikan mengalami gangguan serius
(decompensatio cordis) dimana antungnya tidak mampu memelihara selayaknya
peredaran darah, hingga "olume G menit menurun dan arteri mendapat terlalu
sedikit. &ebagai akibat kelemahan antung ini, darah terbendung di kaki, yangmenimbulkan udema pada pergelangan kaki. @urosemid merupakan golongan
obat diuretik yang sering digunakan dalam penanganan kasus hipertensi, pada
kasus ini pasien dinyatakan menderita hipertensi disertai dengan gagal ginal akut
sehingga dapat diberikan obat furosemida untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan, dengan demikian diharapkan tekanan darah penderita menadi normal
kembali. Pemilihan furosemid pada kasus ini dapat dianggap rasional. Dari segi
dosis pasien menerima @urosemid 7+mg sekali sehari yang diberikan secara oraldan i", maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis laHim. Perlu
diingatkan uga pada pasien, agar angan sampai megkonsumsi @urosemid pada
'aktu sore hari atau malam, karena menimbulkan efek diuresis, yang akan sangat
mengganggu 'aktu istirahat pasien pada malam hari. Pada kasus ini ;aktu
pemberian furosemid uga masih aman, yaitu pada pagi dan siang hari.
*+*% >aptopril merupakan obat antihipertensi dengan mekanisme
keranya yaitu menghambat perubahan angiotensin menadi angiotensin 00dimana angiotensin 00 merupakan "asokonstriktor poten yang merangsang sekresi
aldosteron. %>
-
8/16/2019 PTO dema.doc
32/34
39
pemberian obat pada pasien ini sudah tepat indikasi dan tepat dosis, namun yang
perlu diperhatikan disini adalah 'aktu pemberian obat captopril dengan furosemid
harus diberi arak atau dipisahkan karena karena teradi interaksi obat dimana obat
furosemida dapat meningkatkan efek hipotensi dari captopril, untuk itu harus
dilakukan monitoring tekanan darah.
*+% !anitidin merupakan kelompok obat #$- bloker dengan
mekanisme kera utamanya yaitu menghambat reseptor histamin - secara selektif
dan re"ersibel sehingga dapat menghambat sekresi cairan lambung. Pemberian
ranitidin pada kasus ini sangat diperlukan untuk mangatasi keluhan nyerilambung yang diderita pasien. Dosis yang diberikan adalah 9+ mg yang diberikan
- = sehari secara i". &elain itu dapat dinilai 'aktu pemberian obat ranitidin uga
sudah sesuai yaitu pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.
*+1% Parasetamol atau acetaminofen adalah obat analgesik dan
antipiretik yang populer dan digunakan untuk mengatasi nyeri dan demam.
Peresepan obat parasetamol pada kasus ini dinilai kurang signifikan
dimana pasien tidak mengalami demam ataupun nyeri, selain itu pemberian obat parasetamol tidak disesuai dengan instruksi dokter yang
terdapat di rekam medik. Dari segi dosis, pasien menerima parasetamol
9++mg kali sehari yang diberikan secara oral. Dosis tersebut masih
diterima sebagai dosis lasim.
*+:% &etelah melakukan metode &O%P, kita dapat menentukan masalah
yang terkait dengan obat ( Drug Related Problems), sehingga diharapkan tuuan
terapi tercapai yaitu pasien dapat sembuh dari penyakitnya dan mencegahkegagalan terapi dengan meminimalkan masalah$masalah baru yang dapat timbul
akibat pengobatan yang salah. 6asalah$masalah yang terkait obat tersebut adalah
sebagai berikut:
A!a#a i!i-asi ;e#a-i, #a. ,i!a- ,er,a.ai*++% Pada kasus ini, tidak ada indikasi yang tidak tertangani.
% Pe"beria oba, ,a;a i!i-asi
http://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
-
8/16/2019 PTO dema.doc
33/34
40
*+@% Pada kasus ini, pemberian obat parasetamol sebenarnya tidak perlu
karena tidak ada instruksi dari dokter pada rekam medik dan tidak tepat
indikasi.
1% Pe../aa oba, ,i!a- ,e;a, a,a/ sala5 oba,
*+% Pada pasien ini, penggunaan obat kurang tepat dimana penggunaan
obat ranitidin sebaiknya dihentikan ketika diberikan obat omepraHole karena
teradi duplikasi terapi.
:% Dosis oba, #a. ,erlal/ ,i..i a,a/ ,erlal/ re!a5%
*+% Pada pasien ini, Dosis obat sudah tepat.
+% Rea-si Oba, #a. Ti!a- Di-e5e!a-i (ROTD)
*+C% Pada pasien ini, tidak ada teradi reaksi obat yang tidak
dikehendaki.
@% I,era-si oba,%
*@% Teradi interaksi obat yaitu:
• Pemberian @urosemid dan captopril secara bersamaan dapat meningkatkan
efek captopril sehingga timbul efek hipotensi.• Pemberian
-
8/16/2019 PTO dema.doc
34/34
41
. %#@&, -++, AHFS Dr/. I
5263-2-$a$2.!%
/. "##:reosi#or*.usu.a.i!$i#s#ream123456789380214"a#er
20.!%
+. "##:reosi#or*.usu.a.i!$i#s#ream123456789313654"a#er
20.!% . http:library.usu.ac.iddo'nloadfkpsikiatri$citra.pdf
*@%
168.
http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22David+S.+Tatro%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22David+S.+Tatro%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf