PTO dema.doc

download PTO dema.doc

of 34

Transcript of PTO dema.doc

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    1/34

    LAPORAN PEMANTAUAN TERAPI OBATPRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

    DI RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG

    Di susun oleh:

    Debora Marsali!a Mo"a#$ S%Far"

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS JENDERAL A&HMAD 'ANI&IMAHI

    *+

    1

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    2/34

    2

    PEMANTAUAN TERAPI OBAT

    *% La,ar Bela-a.Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup

    kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi

     pasien. Kegiatan tersebut mencakup: pengkaian, pilihan obat, dosis, cara

     pemberian obat, respons terapi, !eaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (!OTD),

    dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus

    dilakukan secara berkesinambungan dan die"aluasi secara teratur pada periodetertentu agat keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.

    Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami

    masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons

     pasien yang sangat indi"idual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. #al

    tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek profesi untuk 

    mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.#asil meta$analisis yang dilakukan di %merika &erikat pada pasien ra'at

    inap didapatkan hasil angka keadian !OTD yang serius sebanyak ,* dan!OTD yang fatal sebanyak +,-*. &ementara penelitian yang dilakukan di rumah

    sakit di Perancis menunukkan: masalah terkait obat yang sering muncul antara

    lain: pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi pasien (-,*), cara

     pemberian yang tidak tepat (-+,*), pemberian dosis yang sub terapeutik 

    (/,-*), dan interaksi obat (-,*). Data dari penelitian yang dilakukan di satu

    rumah sakit di 0ndonesia menunukkan 1,-* pasien geriatri selama menalani

    ra'at inap mengalami masalah terkait obat.2eberapa masalah yang ditemukan dalam praktek apoteker komunitas di

    %merika &erikat, antara lain: efek samping obat, interaksi obat, penggunaan obat

    yang tidak tepat. &ementara di 0ndonesia, data yang dipublikasikan tentang

     praktek apoteker di komunitas masih terbatas.Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah

    munculnya masalah terkait obat. %poteker sebagai bagian dari tim pelayanan

    kesehatan memiliki peran penting dalam PTO. Pengetahuan penunang dalam

    melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit3 farmakoterapi3 serta interpretasi

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    3/34

    3

    hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnostik. &elain itu, diperlukan

    keterampilan berkomunikasi, kemampuan membina hubungan interpersonal, dan

    menganalisis masalah. Proses PTO merupakan proses yang komprehensif mulai

    dari seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat,

    rekomendasi terapi, rencana pemantauan sampai tindak lanut. Proses tersebut

    harus dilakukan secara berkesinambungan sampai tuuan terapi tercapai. 4ntuk 

    itu, diperlukan proses PTO di dalam rumah sakit.% T/0/a

    Dengan dilakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO), maka dapat diketahui

    terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional bagi pasien. #asil PTO iniuntuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak 

    dikehendaki1% Da,a Pasie

    Da,a Pasie 5o. 6! : ++$-$7$7 5ama Pasien : 5y &opiah8enis Kelamin : PerempuanTanggal lahir : +7 5o"ember /94sia : 7 tahun%skes 4mum Kontraktor Tidak mampu

    22 T2 :Tgl masuk : Oktober -+9!uang !a'at : &; 9Dokter :dr &a,a,a

     5ilai 5ormal3

     5adi : +$++=menitTekanan darah : ?-+1+Pernafasan : -$1=menit&uhu : ?o>

    Ri2a#a, -os/"si oba, 3@asgo @orte 99+ mg

    Aler.iTidak ada alergi

    Pe"eri-saa Pe/0a. A2al 3Pemeriksaan laboratorium tanggal +-+9 dari !umah &akit %d"ent 2andung

    He"a,olo.i3

     5ilai 5ormal #asil;2> 9.+++$+.+++ 9./+

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    4/34

    4

    #emaglobin -,++$,++ ,1

    #ematokrit ,+$7,+ ,+

    Platelet 9+.+++$77+.+++ 9.+++

    Alasa "as/- RS4 -el/5a /,a"aDemam 

    Aa"esis 3Demam panas A satu minggu, nyeri ulu hati, mual muntah satu kali, lemas, cemas.

    Ri2a#a, Pe#a-i, Da5/l/ 3sakit maag

    Ri2a#a, Pe#a-i, Kel/ar.a4-eraba, 3$

    Dia.osis A2al 3 Obser"asi @ebris B Dispepsia

    Dia.osis -er0a 3 @ebris 6 Dispepsia

    Dia.osis A-5ir 3 @ebris&a,a,a Pe.oba,a Pasie

    Na"a Oba, Dosis 1* O-, * No7 No7!anitidin - = tablet 8 8 8Paracetamol = tablet 8 8 8>eftriakson in - = gram 9 8 8De=amethasone

    in

    = ampul $ $ 8

    :% Ti0a/a ,e,a. Febris !a Dis;e;sia%. @ebris

    a. PengertianDemam adalah peninggian suhu tubuh dari "ariasi suhu normal sehari$

    hariyang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di

    hipotalamus. &uhu tubuh normal berkisar antara ,9$,-C>. Deraat

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    5/34

    5

    suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature 1,+C>

    atau oral temperature ,9C> atau a=illary temperature ,-C>.0stilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.#iperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu E7,9C> yang

    dapat teradi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering

    teradi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat. b.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    6/34

    6

    (pada penyakit malaria ). &elebihnya hari ke 000 merupakan penyakit

     enis limfoma.. Demam !emiten

    &uhu tubuh menurun setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai titik 

    normal merupakan demam yang khas untuk penyakit T2>, penyakit

    "irus, infeksi bakteri dan keadaan infeksius.Tanda dan Feala2anyak geala yang menyertai demam termasuk geala nyeri

     punggung, anoreksia dan somnolen. 2atasan mayornya yaitu suhu

    lebih tinggi dari ,1C> G 7+C>. Kulit hangat, takichardi, sedangkan

     batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil merinding perasaan

    hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal :

    sakit kepala "ertigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.c. Patofisiologi

    Demam teradi karena adanya suatu Hat yang dikenal dengan nama

     pirogen. Pirogen adalah Hat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen

    terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar 

    tubuh pasien. >ontoh dari pirogen eksogen adalah produk 

    mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. &alah

    satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang

    dihasilkan oleh bakteri gram negatif. 8enis lain dari pirogen adalah

     pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam

    tubuh pasien. >ontoh dari pirogen endogen antara lain 0I$, 0I$,

    T5@$J, dan 0@5. &umber dari pirogen endogen ini pada umumnya

    adalah monosit, neutrofil, danlimfosit 'alaupun sel lain uga dapat mengeluarkan pirogen endogen

     ikaterstimulasi.Proses teradinya demam dimulai dari stimulasi sel$sel darah put ih

    (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa

    toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. &el$sel darah putih

    tersebut akan mengeluarkan Hat kimia yang dikenal dengan pirogen

    endogen (0I$, 0I$, T5@$J, dan 0@5). Pirogen eksogen dan pirogen

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    7/34

    7

    endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk 

     prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan

    meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.

    #ipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu

     patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme$mekanisme untuk 

    meningkatkan panas antara lain menggigil, "asokonstriksi kulit dan

    mekanisme "olunter seperti memakai selimut. &ehingga akan teradi

     peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang

     pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang

     baru tersebut.Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan

    fasekemerahan. @ase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase

     peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan "asokonstriksi

     pembuluh darah dan peningkatan akti"itas otot yang berusaha untuk 

    memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan

    menggigil. @ase kedua yaitu fase demam merupakan fasekeseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik 

     patokan suhu yang sudah meningkat. @ase ketiga yaitu fase kemerahan

    merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan "asodilatasi

     pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan

     panas sehingga tubuh akan ber'arna kemerahan.Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena

    cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di

    hipotalamus anterior. 8adi apa bila teradi dehidrasi atau kekurangan

    cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus

    anterior akan mengalami gangguan. Pada pasien febris demam

     pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan

    darah lengkap misalnya: #b, #t, dan leukosit. Pada pasien febris

    demam biasanya kadar #b akan mengalami penurunan, sedangkan #t

    dan leukosit nya akan mengalami peningkatan. I

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    8/34

    8

    (pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam

    dan disertai batuk$batuk).d. Penatalaksanaan demam

    Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis

    terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan

    demam bertuuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi

     bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat

    dibagi menadi dua garis besar yaitu: non$farmakologi dan farmakologi.

    %kan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung oleh

    dokter apabila penderita dengan umur ? bulan dengan suhu rektalE1C>, penderita dengan umur $- bulan dengan suhu E/C>,

     penderita dengan suhu E7+,9C>, dan demam dengan suhu yang tidak 

    turun dalam 71$- am.• Terapi non$farmakologi%dapun yang termasuk dalam terapi non$farmakologi dari

     penatalaksanaandemam:

    . Pemberian cairan dalam umlah banyak untuk mencegah dehidrasidan beristirahat yang cukup.

    -. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada

    saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu

     berlebihan. 6emakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah

    dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.. 6emberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres

    hangat efektif terutama setelah pemberian obat. 8angan berikan

    kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil danmeningkatkan kembali suhu inti.

    • Terapi farmakologiObat$obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)

    adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat

     bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki

    efek kera yang lama. Pada anak$anak, dianurkan untuk pemberian

     parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan O%05& tidak 

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    9/34

    9

    dianurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom

    !eye pada anak$anak.

    -. Dispepsia. Pengertian

    Dispepsia berasal dari bahasa unani yang berarti Lpencernaan yang

    tidak baikM. Dispepsia mengacu pada nyeri atau rasa tidak nyaman pada

     perut bagian atas3 meliputi nyeri epigastrium, perasaan cepat kenyang

    (tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang normal), rasa

     penuh setelah makan.Kebanyakan pasien dengan keluhan dispepsia pada saat pemeriksaan

    tidak ditemukan kelainan organik yang dapat menelaskan keluhan

    tersebut seperti chronic peptic$ulcer disease, gastro$oesophageal reflu=,

    malignancy, sekitar +* keluhan$keluhan tersebut tidak dapat

    dielaskan, keadaan ini disebut fungsional, atau non$ulcer dyspepsia.

    Pasien dengan penyebab yang elas tidak dimasukkan dalam kategori

    dispepsia fungsional.

    -.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    10/34

    10

    d. Obat anti peradangan non steroid :Obat$obat seperti indometasin, ibuprofen dan lain$lain,

    menyebabkan perubahanmekanisme pertahanan lambung.e. Kopi dan alkohol

    Kafein yang terkandung dalam kopi merupakan stimulan kuat dari

    sekresi asam, seperti susu, bir dan minuman ringan.f. Kortikosteroid : &ifat ulserogenik dari kortikosteroid secara umum

    masih kontro"ersialg. &tress

    Peran stress dan tipe personal masih kontro"ersial, meskipun

     beberapa penelitian menghubungkan pepsinogen serum yang tinggi.

    Dasar patofisiologi dispepsia fungsional adalah sangat kompleks dan belumdapat dipastikan. 2eberapa hal yang dianggap menyebabkan antara lain :

    a. Dismotilitas lambung : perlambatan dari masa pengosongan lambung

    dan gangguan motilitas lain, seperti abnormalitas kontraksi,

    abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. b. %sam lambung : dapat diumpai kadarnya meninggi, normal atau

    hyposekresi.c. #elikobakter pylori : peran helikobakter pylori dalam menimbulkan

     berbagai patologis saluran cerna bagian atas sudah banyak diteliti. %kan

    tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, bah'a keberadaan

    helikobakter pylori pada pasien non dispepsia dengan dispepsia

    fungsional tidak berbeda.d. Psikis : gangguan psikis, stress, dan faktor lingkungan dapat

    menimbulkan dispepsia fungsional. &tress mengubah sekresi asam

    lambung, motilitas, dan "askularisasi saluran pencernaan. Pada

     beberapa penelitian menunukkan bah'a pasien$pasien dispepsiafungsional lebih cemas atau depresi dibandingkan dengan kontrol.

    e. Penggunaan obat$obatan secara menetap seperti : aspirin, steroid, obat

    antiinflamasi, makanan tertentu, kopi dan merokok dikatakan

     berhubungan dengan dispepsia fungsional. %kan tetapi bukti secara

    ilmiah masih kurang.Patofisiologi ulkus peptik diperkirakan akibat ketidak seimbangan antara

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    11/34

    11

    tekanan agresif (#>I dan pepsin) yang menyebabkan ulserasi dan tekanan

    defensif yang melindungi lambung ( barier mukosa lambung, barier mukus

    lambung, sekresi #>O).

    . Penatalaksanaan.• Terapi non$farmakologi

    6erubah Kebiasaan #idup

    Diet dan obat$obatan harus ditinau untuk faktor$faktor yang akan

    menimbulkan kembali simtom dispepsia.

    • Terapi farmakologiObat$obatan

    Obat$obatan yang sering dipakai antara lain :a. %ntasida : Folongan ini banyak enisnya dan mudah didapat,

     pemakaian obat ini cendrung ke arah simptomatik. Pemakaian

    obat ini angan terus menerus dan harus diperhatikan efek 

    sampingnya serta penyakit lain yang diderita oleh pasien. b. %nti Kolinergik : Pemakaian obat ini harus diperhatikan sebab

    kera obat ini tidak begitu selektif.c. %ntagonis reseptor #- : Folongan obat ini antara lain : simetidin,

    ranitidine3 famotidin, roksatidin, niHatidin, dan lain$lain.

    Pemakaiannya lebih banyak ke arah kausal disamping bersifat

    simtomatik. &ebaiknya diberikan pada organik dan ulkus.d. Penghambat pompa asam : Obat ini sangat bermanfaat pada

    kasus kelainan saluran cerna bagian atas yang berhubungan

    dengan asam lambung. Dengan berkembangnya penemuan

    etiologi ulkus peptikum khususnya ulkus duodeni yaitudidapatkan  Helikobakter   Pylori, penggunaan obat penghambat

     pompa ini dengan kombinasi antibiotik dan 6etronidaHol

    memberikan hasil yang cukup memuaskan.e. Prokinetik : Folongan obat ini sangat baik dalam mengobati

     pasien dispepsia yang disertai disebabkan gangguan motilitas.

    8enis obat ini antara lain metoklopamid, dompreridon, dan

    cisapride.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    12/34

    12

    f. Folongan lain : aitu obat$obat seperti sukraflat, bismuth

    subsitrat. Folongan ini mempunyai efek melenyapkan

    helikobakter pylori .g. Psikofarmakoterapi : Terapi ini khususnya pada pasien dengan

    sindrom dispepsia fungsional, memberi hasil yang cukup

    memuaskan terutama untuk mengurangi atau menghilangkan

    geala keluhan. Pada kasus ini terapi dengan anti depresan atau

    anti an=ietas dapat membantu mengurangi geala klinis .Preparat dan dosis antidepresan :a. &iklik antidepresan : %ntidepresan trisiklik yang pertama

    ditemukan adalah impramine dan memiliki sedikit kegunaan

    seak tahun /9+. Trisiklik seperti : amitriptiline, imipramine,

    trimipramine dan dispramine, dengan dosis 9+G++ mghari.

    %mo=apine dan traHodone dosis efektifsecara klinis : 9+ G++

    mghari.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    13/34

    13

    • &epsis• 6eningitis• 0nfeksi tulang dan aringan lunak • 0nfeksi kulit

    6ekanisme kera :>eftria=one merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga. >eftria=one

    mempunyai spektrum luas dan 'aktu paruh eliminasi 1 am. >eftria=one

    efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.

    >eftria=one uga sangat stabil terhadap enHim beta laktamase yang

    dihasilkan oleh bakteri.

    Dosis: De2asa• !entang dosis : dosis 2iasa: $- g setiap -$-7 am, tergantung pada

     enis dan beratnya infeksi• %rthritis (septic ) : 0Q : $- g sekali sehari• %bses otak : 0Q : - g setiap - am dengan metronidaHol• Trombosis sinus ka"ernosus : 0Q : - g sekali sehari dengan "ankomisin

    atau lineHolid• >hancroid : 06 : -9+ mg sebagai dosis tunggal• Kemoprofilaksis untuk kontak berisiko tinggi dan orang$orang dengan

     penyakit in"asif meningokokus : 06 : -9+ mg dalam dosis tunggal• 0nfeksi gonokokal : Konungti"itis, rumit : 06 , 0Q : g dalam dosis tunggal Disebarluaskan : 06 , 0Q : g sekali sehari selama hari atatan: 4ntuk organisme #%>

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    14/34

    14

    4, usiaE 9 tahun, infeksi disebarluaskan)• &eptic to=ic shock necrotiHing fasciitis: 0Q: - g sekali sehari3 dengan

    klindamisin untuk syok toksik • &TD profilaksis pada korban kekerasan seksual: 06: -9 mg sebagai

    dosis tunggal• 2edah profilaksis: 0Q: g + menit sampai - am sebelum operasi• &ifilis : 06, 0Q: g sekali sehari selama 1$+ hari• Demam tifoid : 0Q: - g sekali sehari selama 7 hari• Penyakit ;hipplea : %'al: - g sekali sehari selama +$7 hari, terapi

    kemudian oral selama tahun. Kontra indikasi :

    #ipersensitif terhadap natrium ceftria=one, setiap komponen dari

    formulasi, atau sefalosporin lainnya3 tidak menggunakan pada neonatus

    hyperbilirubinemic, terutama mereka yang prematur seak ceftria=one

    dilaporkan menggantikan bilirubin dari albumin situs mengikat3

     penggunaan bersamaan dengan intra"ena yang mengandung kalsium solusi

    produk pada neonatus ( -1 hari )

    Peringatan :

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    15/34

    15

    • Kekha'atiran terkait dengan efek samping: Peningkatan 05!: 6ungkin berhubungan dengan peningkatan 05! 

    (arang), terutama pada pasien giHi$kekurangan, pengobatan angka

     panang, hati atau penyakit ginal. Pankreatitis: &econdary obstruksi bilier, pankreatitis telah dilaporkan

     arang. %lergi Penisilin: Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan

    ri'ayat alergi penisilin, reaksi terutama 0g. difficile terkait (>dad)

    dan kolitis pseudomembran3 >dad telah diamatiE - bulan

     pengobatan postantibiotic.• Penyakit terkait kekha'atiran:

    Penyakit kandung empedu: sonogram kandung empedu %bnormal

    telah dilaporkan, mungkin karena ceftria=one$kalsium endapan3

    menghentikan pada pasien dengan tanda dan geala penyakit

    kandung empedu. Penyakit Fastrointestinal: Funakan dengan hati$hati pada pasien

    dengan ri'ayat penyakit F0, terutama kolitis. Fangguan ginal: Tidak ada penyesuaian umumnya diperlukan pada

     pasien dengan gangguan ginal3 ika gangguan ginal berat, terutama

    dengan disfungsi hati bersamaan, tidak melebihi - g hari tanpa

     pemantauan konsentrasi serum.• Populasi khusus:

     5eonatus: Funakan sangat hati$hati pada neonatus karena risiko

    hiperbilirubinemia, khususnya pada bayi prematur (kontraindikasi pada

    neonatus hyperbilirubinemic). !eaksi presipitasi yang fatal pada

    neonatus karena coadministration solusi yang mengandung kalsium

    telah dilaporkan3 Penggunaan bersamaan pada neonatus merupakan

    kontraindikasi.• Peringatan lain pencegahan:

    >eftria=one mungkin kompleks dengan kalsium menyebabkan endapan.

    Paru$paru dan ginal yang fatal terkait dengan endapan kalsium$

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    16/34

    16

    ceftria=one telah diamati pada neonatus prematur dan angka. Karena

    laporan dari reaksi presipitasi pada neonatus, tidak menyusun kembali,

    mempercampurkan, atau coadminister dengan kalsium mengandung

    solusi (misalnya, I!, #artmanna solusi, nutrisi parenteral), bahkan

    melalui terpisah infus garis situs atau pada 'aktu yang berbeda di

    setiap pasien, tanpa memandang usia (kontraindikasi pada neonatus).

    !ekomendasi lanut menyatakan untuk menghindari pemberian solusi

    yang mengandung kalsium intra"ena dan ceftria=one dalam 'aktu 71

     am dari satu sama lain pada semua pasien. 5amun, memperluas

    rekomendasi ini untuk semua pasien hanya didasarkan pada data

    teoritis, seperti tidak ada laporan efek samping endapan$diinduksi pada

     pasien non$neonatal.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    17/34

    17

    termasuk beberapa korban i'a), sindrom &te"ens$8ohnson, stomatitis,

     beracun nekrolisis epidermal, urtikaria.• !eaksi dilaporkan dengan sefalosporin lainnya: %ngioedema, reaksi

    alergi, anemia aplastik, asteriksis, kolestasis, ensefalopati, perdarahan,

    disfungsi hati, hiperakti"itas (re"ersibel), hypertonia, nefritis interstitial,

    ID# meningkat, neuromuskuler rangsangan, pansitopenia, paresthesia,

    disfungsi ginal, superinfeksi, nefropati toksik. 0nteraksi Obat:

    • Faram kalsium ( intra"ena ) : 6eningkatkan efek toksik ceftria=one.

    >eftria=one mengikat kalsium membentuk endapan tidak larut. !isikoU : #indari kombinasi

    • !inger 0nection ( Iactated ) : 6eningkatkan efek toksik ceftria=one.

    >eftria=one mengikat kalsium dalam Iactated !inger membentuk 

    endapan tidak larut. !isiko U : #indari kombinasi• Qaksin tifoid : %ntibiotik dapat mengurangi efek terapeutik Qaksin

    tifoid. #anya hidup yang dilemahkan Ty-a regangan dipengaruhi.

    !isiko D : Pertimbangkan modifikasi terapi•

    %gen uricosuric : &emoga menurunkan ekskresi sefalosporin. !isiko > :Terapi 6emantau

    • Qitamin K antagonis ( misalnya 'arfarin ) : sefalosporin dapat

    meningkatkan efek antikoagulan dari "itamin K antagonis. !isiko > :

    Terapi 6emantau

    % De=a"e,a>oe% 

    0ndikasi :&ebagai agen anti$inflamasi atau imunosupresan dalam pengobatan

     berbagai penyakit termasuk alergi, Dermatologic, hematologi, inflamasi,neoplastik, sistem saraf, ginal, pernapasan, asal rematik, dan autoimun,

    dapat digunakan dalam pengobatan edema serebral, syok septik,

     pembengkakan kronis, antiemetik. 

    6ekanisme :6engurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi

     produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang

    semula tinggi dan menekan respon imun.

      Dosis :

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    18/34

    18

      De'asa :%nti$inflamasi: Oral, 06, 0Q: +,9$/ mg hari dalam dosis terbagi tiap

    $- am. 

    0ntra$artikular aringan, intralesi, atau lembut: +,7$ mg hari. 

    ushing. Pemberiankortikosteroid sistemik angka panang atau absorpsi sistemik dari preparat

    topikal dapat menekan hypothalamic$pituitary$adrenal (#P%) dan atau

    manifestasi sindroma >ushing pada beberapa pasien. 5amun risiko

     penekanan #P% pada penggunaan deksametason topikal sangat rendah.

    0nsufisiensi adrenal akut dan kematian dapat teradi apabila pengobatan

    sistemik dihentikan mendadak. 

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    19/34

    19

     

    Kardio"askuler : %ritmia, bradikardi, kardiomiopati, >#@, kolaps

    sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post$60), syncope,tromboembolisme, "asculitis.

    • &usunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit

    kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis,

     pseudotumor cerebri, perubahan psikis, keang, "ertigo.• Dermatologis : %kne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit

    kering, erythema, kulit pecah$pecah, hirsutism, hiper$hipopigmentasi,

    hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian 0Q), petechiae, rash, atrofi

    kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.• 0munosupresi: penggunaan kortikosteroid berkepanangan dapat

    meningkatkan keadian infeksi sekunder, masker infeksi akut (termasuk 

    infeksi amur), memperpanang atau memperburuk infeksi "irus, atau

    membatasi respons terhadap "aksin.6iopati: miopati akut telah dilaporkan dengan kortikosteroid dosis

    tinggi, biasanya pada pasien dengan gangguan transmisi neuromuskuler,

    mungkin melibatkan okular dan atau otot$otot pernafasan, memantau

    kreatin kinase, pemulihan mungkin tertunda. 

    0nteraksi obat:• %minoglutethimide : Dapat menurunkan kadarefek deksametason,

    melalui induksi enHim mikrosomal.• %ntasida : 6eningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang 'aktu

     pemberian - am.• %ntikolinesterase : Pemberian bersama akan menimbulkan rasa lemah

     pada penderita myasthenia gra"is.

    • %nti amur %Hole : Dapat meningkatkan kadar kortikosteroid.• 2arbiturat : %kan menurunkan kadarefek deksametason.• Penghambat saluran kalsium (nondihidropiridin) : Kemungkinan

    meningkatkan kadar kortikosteroid.• &iklosporin : Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar siklosporin dan

    sebaliknya, siklosporin dapat meningkatkan kadar kortikosteroid.•

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    20/34

    20

    • %ntibiotika makrolida : Kemungkinan meningkatkan kadarefek 

    deksametason.• Penghambat neuromuskuler : Pemberian bersama akan meningkatkan

    risiko miopati.• %ntiinflamasi non steroid : #ati$hati karena meningkatkan efek samping

     pada saluran pencernaan.• !ifampisin : 6enurunkan kadarefek deksametason.• Dengan 6akanan  3  6akanan : Deksametason akan berinterferensi

    dengan kalsium. 2atasi minum kopi.

    1% Rai,i!i 0ndikasi:

    • Terapi angka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak 

    duodenum, tukak ringan aktif.• Terapi angka pendek dan pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan

    esofagitis erosif.• Terapi angka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi patologis.• &ebagai bagian regimen multiterapi eradikasi #. pylori untuk mengurangi

    risiko kekambuhan tukak.• 6eringankan heartburn, acid indigestion, dan asam lambung.

    6ekanisme kera:6enghambat reseptor histamin - secara selektif dan re"ersibel sehingga

    dapat menghambat sekresi cairan lambung. !anitidin mengurangi "olume

    dan kadar ion hidrogen dai sel parietal akan menurun sealan dengan

     penurunan "olume cairan lambung. Dosis :

      De'asa:• 4lkus duodenum: Oral: Pengobatan: 9+ mg dua kali sehari, atau ++ mg

    sekali sehari setelah makan malam atau sebelum tidur, pemeliharaan: 9+

    mg sekali sehari pada 'aktu tidur.• Pemberantasan  kuman #elicobacter    pylori: Oral: 9+  mg  dua kali

    sehari.• 0Q: infus  terus$menerus untuk   Vollinger -Ellison:   mg    kg    am3

    ukuran lambung asam output pada 7  am, ika> + m

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    21/34

    21

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    22/34

    22

    0nteraksi obat:• Dengan Obat Iain 3

    6eningkatkan efektoksisitas siklosporin (meningkatkan serumkreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler), glipiHid, glibenklamid,

    midaHolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin,

    fenitoin, kuinidin, triaHolam. 6empunyai efek ber"ariasi terhadap

    'arfarin. %ntasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. %bsorpsi

    ketokonaHol dan itrakonaHol berkurang3 dapat mengubah kadar 

     prokainamid dan ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek 

    nondepolarisasi relaksan otot, cefpodoksim, sianoklobalamin (absorpsi berkurang), diaHepam dan oksaproHin, mengurangi toksisitas atropin.

    • Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa

    lambung.• Dengan 6akanan 3 6akanan tidak mengganggu absorpsi ranitidin.

    :% Para?e,a"ol 0ndikasi :

    6engurangi nyeri sedang X demam (%nlgetik$antipiretik). Dosis :

    De'asa :  5yeri atau demam: Oral, dubur: -9$9+ mg setiap 7$ am atau +++

    mg $7 kalihari, tidak melebihi 7 g hari.• %nak:

     5yeri atau Demam: Oral, dubur: %nak$anak ?- tahun: +$9 mg kg

    dosis setiap 7$ am sesuai kebutuhan. Kontra 0ndikasi:

    #ypersensiti"ity terhadap asetaminofen atau komponen formulasi.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    23/34

    23

    • Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan penyakit hati alkoholik.• Defisiensi FPD: Funakan dengan hati$hati pada pasien dengan

    defisiensi FPD dikenal.• Pengobatan sendiri (OT> penggunaan): 2ila digunakan untuk 

     pengobatan sendiri, pasien harus diinstruksikan untuk menghubungi

     penyedia hari atau nyeri yang berlangsung E + hari. 0nteraksi Obat:•  pelayanan kesehatan ika digunakan untuk demam berlangsung lebih dari

    • %ntikon"ulsan (#ydantoin): Dapat meningkatkan metabolisme

    %cetaminophen. &ehingga efek acetaminophen berkurang dan

    meningkatkan risiko kerusakan hati.• 2arbiturat: Dapat meningkatkan metabolisme %cetaminophen. &ehinga

    efek acetaminophen berkurang dan meningkatkan risiko kerusakan hati.• >arbamaHepine: Dapat meningkatkan metabolisme %cetaminophen.• !esin cholestyramine: Dapat mengurangi penyerapan %cetaminophen.

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    24/34

    33

    er

    *

    O

    ,

    O

    ,

    1

    O

    ,*% Demam *1% B *:% $ *+% $*@% Dispepsi

    a*% B *% B *C% $

    % 5yeri

    lambung*% B % $ 1% $

    :%

    +% B% Para"e,er Ob0e-,i

    1C%

    :% Okt

    ober 

    :*% /+9+

    :% /1 :1% -+ ::% 1,

    /

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    25/34

    34

    -+9

    :+%-

    :@% +no"ember-+9

    :% 1+9+

    :% /- :C% -+ +% ,9

    +*%

    +% +-no"emb

    er-+9

    +1% -+1+

    +:% 1+ ++% -+ +@% ,+

    +% &%  Assessment 

    +% *% Keses/aia I!i-asi

    +C% Tabel 0 Kesesuaian 0ndikasi

    @% Na"a

    Oba,

    @*% I!i-asi (li,era,/r) @% I!i-asi (;asie) @1% Ke,e

    ra.

    a@:% %cetamino

    fen

    @+% %nalgetik Gantipiretik  @@% Demam @% &esu

    ai@% >eftria=on

    e

    @C%

    % 0nfeksi :

    &aluran pernapasan. 0nfeksi saluran kemih  0nfeksi gonore &epsis

    6eningitis 0nfeksi tulang dan aringan

    lunak  0nfeksi kulit

    *% Tidak sesuai

    untuk obser"asi febris

    tetapi ika dikaitkan

    dengan infeksi

    kholesirsiti sesuai

    % &esu

    ai

    1% !anitidin 74.  Terai jangka

    en!ek !an

    emeli"araan

    un#uk :

     Tukak lam$ung, #ukak

    +% 6eringankan

    heartburn, acid

    indigestion, dan asam

    lambung.

    % &esu

    ai

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    26/34

    33

    !uo!enum, #ukak

    ringan ak#i%. emeli"araan un#uk

    re&uks gas#roeso%agus

    !an eso%agi#is erosi%.

      'on!isi "iersekresi

    a#ologis.

    (e$agai $agian

    regimen mul#i#eraiera!ikasi ). *lori

    un#uk mengurangi

    risiko kekam$u"an

    #ukak.

      +eringankan

    "ear#$urn, ai!

    in!iges#ion, !an asamlam$ung.

    @%

    % De=ametaH

    on

    C% &ebagai agen anti$

    inflamasi atau

    imunosupresan dalam

     pengobatan berbagai

     penyakit :

    alergi. Dermatologic.  #ematologi.   ginal, pernapasan,

    rematik, dan autoimun,

    dapat digunakan dalam

     pengobatan edema serebral,

    syok septik, pembengkakan

    kronis, antiemetik.

    &ebagai agen anti$

    inflamasi dalam

     pengobatan penyakit

     pernapasan.%

    *%

    %

    1%

    :%

    +% &esu

    ai

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    27/34

    34

    @%

    % % Keses/aia Dosis

    % Tabel 00 Kesesuaian Dosis

    C% Na"a

    Oba,

    C% Dosis (li,era,/r) C*% Dosis (rese;) C% Ke,era

    .a %cetaminofe

    n

    Oral, dubur: -9$9+ mg

    setiap 7$ am atau +++

    mg $7 kalihari, tidak 

    melebihi 7g hari

    C1% 9++ mg kali

    sehari

    C:% sesuai

    C+% >eftria=o

    ne

    C@%

    06, 0Q: $- g setiap -$-7

     am, tergantung pada enis

    dan beratnya infeksi

     

    0Q: -g - kali sehariC%

    C% &esuai

    CC% !anitidin   oral: 9+ mg setiap $1

     am

    9+ mg - kali sehari *% &

    esuai**% D

    e=ametaH

    on

    %nti$inflamasi: Oral, 06,

    0Q: +,9$/ mg hari dalam

    dosis terbagi tiap $- am.

    *%  0Q : 9

    mg kali sehari

    *1% &

    esuai

    *:%

    *+% 1% I,era-si Oba,

    *@% Tabel 000 0nteraksi Obat

    *%

     

    *%

    *C%

    >eftria

    =on

    e

    **%

    !anit

    i

    d

    i

    n

    ***%

    Paraseta

    mol

    **%

    De=amet

    ason

    **1%

    >eftria=o

    ne

    **:%

    **+%

     

    **@% **% **%

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    28/34

    35

    **C%

    !anitidin

    *%

      **%

    *% *1%

    *:%

    Paraseta

    mol

    *+%

    *@%

    *%

    *%

    $

    *C%

    De=amet

    ason

    *1%

    Y

    *1*%

    *1%

    Y

    *11%

    *1:% 0nteraksi obat yang teradi yaitu:

    • %ntibiotik macrolide: Dapat menurunkan metabolisme Kortikosteroid.*1+%*1@%*1%*1%*1C%*:%

    *:*%

    *:% D% Pla

    . Pemberian Konseling, 0nformasi, dan

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    29/34

    36

    0nformasi tambahan:• 6emberikan informasi bah'a pasien tidak boleh lupa minum obat dan

    meminum obat sesuai dengan dosisnya, serta tidak boleh berhenti

    meminum obat 'alaupun kondisi sudah membaik.• 6enganurkan pasien untuk istirahat yang cukup %

     b. Kepada Pera'at:

    • 6emberi informasi mengenai interaksi obat yang teradi, yaitu pada

     penggunaan obat bersamaan antara obat @urosemida dengan >aptopril,

    furosemid dengan de=ametason, eritromisin dengan de=ametason. 4ntuk 

    itu, perlu adanya selang 'aktu pemberian obat.

    • Obat cefota=ime dilarutkan dalam 7 ml air steril untuk ineksi dan

    diberikan melalui suntikan secara perlahan$lahan selama $ 9 menit.• &tabilitas penyimpanan setelah di rekonstruksi -7 am dalam lemari es.• Penggunaan %ntibiotik harus secara teratur dan dihabiskan sesuai

    anuran dokter, sebab ika tidak bisa menimbulkan kekebalan atau

    resistensi kuman.c. Kepada Dokter :

    • 6emberitahukan adanya interaksi obat pada pemberian obat secara

     bersamaan yaitu obat furosemid dengan captopril, eritromisin dengan

    de=ametason. &elain itu uga, pemberian de=ametason secara i" dengan

    furosemid. 4ntuk itu perlu adanya penyesuaian 'aktu pemberian.

    • 6emberitahukan adanya duplikasi terapi antara penggunaan obat

    ranitidin dengan omepraHol.

    • 6emberitahukan untuk memonitoring fungsi ginal dan elektrolit tubuh.

    *:+% PEMBAHASAN

    *:@% 2erdasarkan data yang diperoleh, pasien masuk ke rumah sakit

    dengan keluhan utama demam panas A satu minggu, nyeri ulu hati, mual

    muntah satu kali, lemas, dan cemas. Pasien memiliki ri'ayat sakit maag

    dan pasien sering mengkonsumsi fasgo forte untuk mengatasi demamnya

    di rumah sebelum ke !umah &akit. 2erdasarkan anamnesa tersebut dokter 

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    30/34

    37

    mendiagnosa pasien mengalami demam atau febris. Pilihan terapi yang

    dianurkan untuk penanganan kasus febris di rumah sakit antara lain terapi

    antipiretik, #$- bloker, kortikosteroid intra"ena dan antibiotik bilamana

    ada indikasi yang menunukkan adanya infeksi (Dipiro).

    *:%   4ntuk medukung hasil diagnosa diatas, maka pada tanggal

    +/-+- dilakukan ui laboratorium dengan sampel sputum. 4i laboratorium

    tersebut dimaksudkan untuk melihat kultur bakteri yang menginfeksi sehingga

    tindakan terapi dengan antibiotik bisa disesuaikan dengan pola kuman setempat

    dan komposisi kombinasi antibiotik yang mutakhir. &etelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu pada sputum pasien ditemukan

    kultur kuman Coccus gram (B).

    *:% &ecara empirik obat obat antibiotika diberikan kepada pasien

    untuk mengatasi penyakit paru obstruktif yang dideritanya. Dari hasil

     pemeriksaan dapat dipertegas bah'a pasien terinfeksi kuman streptococcus (gram

     positif) sehingga pilihan terapi kombinasi antara eritromisin dengan cefota=ime

    dinilai sangat rasional (25@ 9). Pengobatan PPOK pada pasien ini dimulaidengan pemberian obat antibiotika yang terdiri dari cefota=ime - = g tiap -

     amhari yang diberikan secara i" selama hari dan eritromisin 9++mg sehari 7=

    secara oral selama - hari. Dosis tersebut sudah sesuai dengan data literatur.

    Kombinasi antibiotik ni sangat penting berhubungan dengan PPOKnya sudah

     bersifat eksaserbasi akut dimana dapat di umpai pada pasien ini teradi

     peningktana "olume sputum, sputum menadi semakin purulen, dan peningkatan

    sesak. Pemberian secara bersamaan obat eritromisin dengan kortikosteroid perludihindari dengan diberi arak 'aktu minum karena %ntibiotik makrolida dapat

    menurunkan metabolisme dari kortikosteroid.

    *:C% Peresepan kortikosteroid secara intra"ena direkomendasikan

    sebagai tambahan terapi pada penanganan eksaserbasi PPOK dimana tuuannya

    untuk mengurangi hiperacti"itas bronchi selain itu berfungsi untuk mela'an

    reaksi peradangan akibat infeksi bakteri (0&O farmakoterapi). Pada kasus ini dosis

    de=ametason yang diberikan adalah = ampul yang diberikan secara i" selama /

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    31/34

    38

    hari. 5amun yang perlu diperhatikan disini adalah 'aktu pemberian obat

    furosemid dengan de=ametason harus diberi arak atau dipisahkan karena teradi

    interaksi dimana obat de=ametason dapat meningkatkan efek hipokalemia dari

    furosemid, untuk itu perlu ada pemantauan kadar elektroli (Kalium) pada tubuh

     pasien.

    *+% Pasien uga dipastikan mengalami gangguan serius

    (decompensatio cordis) dimana antungnya tidak mampu memelihara selayaknya

     peredaran darah, hingga "olume G menit menurun dan arteri mendapat terlalu

    sedikit. &ebagai akibat kelemahan antung ini, darah terbendung di kaki, yangmenimbulkan udema pada pergelangan kaki. @urosemid merupakan golongan

    obat diuretik yang sering digunakan dalam penanganan kasus hipertensi, pada

    kasus ini pasien dinyatakan menderita hipertensi disertai dengan gagal ginal akut

    sehingga dapat diberikan obat furosemida untuk mengeluarkan cairan yang

     berlebihan, dengan demikian diharapkan tekanan darah penderita menadi normal

    kembali. Pemilihan furosemid pada kasus ini dapat dianggap rasional. Dari segi

    dosis pasien menerima @urosemid 7+mg sekali sehari yang diberikan secara oraldan i", maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis laHim. Perlu

    diingatkan uga pada pasien, agar angan sampai megkonsumsi @urosemid pada

    'aktu sore hari atau malam, karena menimbulkan efek diuresis, yang akan sangat

    mengganggu 'aktu istirahat pasien pada malam hari. Pada kasus ini ;aktu

     pemberian furosemid uga masih aman, yaitu pada pagi dan siang hari.

    *+*% >aptopril merupakan obat antihipertensi dengan mekanisme

    keranya yaitu menghambat perubahan angiotensin menadi angiotensin 00dimana angiotensin 00 merupakan "asokonstriktor poten yang merangsang sekresi

    aldosteron. %>

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    32/34

    39

     pemberian obat pada pasien ini sudah tepat indikasi dan tepat dosis, namun yang

     perlu diperhatikan disini adalah 'aktu pemberian obat captopril dengan furosemid

    harus diberi arak atau dipisahkan karena karena teradi interaksi obat dimana obat

    furosemida dapat meningkatkan efek hipotensi dari captopril, untuk itu harus

    dilakukan monitoring tekanan darah.

    *+% !anitidin merupakan kelompok obat #$- bloker dengan

    mekanisme kera utamanya yaitu menghambat reseptor histamin - secara selektif 

    dan re"ersibel sehingga dapat menghambat sekresi cairan lambung. Pemberian

    ranitidin pada kasus ini sangat diperlukan untuk mangatasi keluhan nyerilambung yang diderita pasien. Dosis yang diberikan adalah 9+ mg yang diberikan

    - = sehari secara i". &elain itu dapat dinilai 'aktu pemberian obat ranitidin uga

    sudah sesuai yaitu pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.

    *+1% Parasetamol atau acetaminofen adalah  obat  analgesik   dan

    antipiretik  yang populer dan digunakan untuk mengatasi nyeri dan demam.

    Peresepan obat parasetamol pada kasus ini dinilai kurang signifikan

    dimana pasien tidak mengalami demam ataupun nyeri, selain itu pemberian obat parasetamol tidak disesuai dengan instruksi dokter yang

    terdapat di rekam medik. Dari segi dosis, pasien menerima parasetamol

    9++mg kali sehari yang diberikan secara oral. Dosis tersebut masih

    diterima sebagai dosis lasim.

    *+:% &etelah melakukan metode &O%P, kita dapat menentukan masalah

    yang terkait dengan obat ( Drug Related Problems), sehingga diharapkan tuuan

    terapi tercapai yaitu pasien dapat sembuh dari penyakitnya dan mencegahkegagalan terapi dengan meminimalkan masalah$masalah baru yang dapat timbul

    akibat pengobatan yang salah. 6asalah$masalah yang terkait obat tersebut adalah

    sebagai berikut:

    A!a#a i!i-asi ;e#a-i, #a. ,i!a- ,er,a.ai*++% Pada kasus ini, tidak ada indikasi yang tidak tertangani.

    % Pe"beria oba, ,a;a i!i-asi

    http://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Obat

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    33/34

    40

    *+@% Pada kasus ini, pemberian obat parasetamol sebenarnya tidak perlu

    karena tidak ada instruksi dari dokter pada rekam medik dan tidak tepat

    indikasi.

    1% Pe../aa oba, ,i!a- ,e;a, a,a/ sala5 oba,

    *+% Pada pasien ini, penggunaan obat kurang tepat dimana penggunaan

    obat ranitidin sebaiknya dihentikan ketika diberikan obat omepraHole karena

    teradi duplikasi terapi.

    :% Dosis oba, #a. ,erlal/ ,i..i a,a/ ,erlal/ re!a5%

    *+% Pada pasien ini, Dosis obat sudah tepat.

    +% Rea-si Oba, #a. Ti!a- Di-e5e!a-i (ROTD)

    *+C% Pada pasien ini, tidak ada teradi reaksi obat yang tidak 

    dikehendaki.

    @% I,era-si oba,%

    *@% Teradi interaksi obat yaitu:

    • Pemberian @urosemid dan captopril secara bersamaan dapat meningkatkan

    efek captopril sehingga timbul efek hipotensi.• Pemberian

  • 8/16/2019 PTO dema.doc

    34/34

    41

    . %#@&, -++, AHFS Dr/. I

    5263-2-$a$2.!% 

    /. "##:reosi#or*.usu.a.i!$i#s#ream123456789380214"a#er

    20.!% 

    +. "##:reosi#or*.usu.a.i!$i#s#ream123456789313654"a#er

    20.!% . http:library.usu.ac.iddo'nloadfkpsikiatri$citra.pdf 

    *@%

    168.

    http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22David+S.+Tatro%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22David+S.+Tatro%22http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22Larry+R.+Borgsdorf%22http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf