Ptk Skripsi Jadi
description
Transcript of Ptk Skripsi Jadi
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
(TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN
MELALUI METODE DISCOVERY
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Fenny Anggraini
08511245001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
ii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI
DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI
METODE DISCOVERY” telah disetujui pembimbing untuk diujikan.
Disetujui pada tanggal
8 April 2011
Menyetujui
Pembimbing
Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd
NIP : 197504281999032002
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar
Siswa Kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri
1 Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran
Melalui Metode Discovery” telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Skripsi Fakultas Teknik UNY pada tanggal 8 April 2011 dan dinyatakan
LULUS.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd NIP. 197504281999032002
Ketua Penguji .......................... ....................
Sutriyati Purwanti, M.Si NIP. 196112161988032001
Sekretaris Penguji .......................... ....................
Dr. Endang Mulyatiningsih NIP. 196301111988122001
Penguji Utama .......................... ....................
Yogyakarta, Mei 2011
Dekan
Wardan Suyanto, Ed.D
NIP.195408101978031001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fenny Anggraini
NIM : 08511245001
Program Studi : Pendidikan Teknik Boga
Jurusan : Pendidikan Teknik Boga
Fakultas : Teknik
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri 1
Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan
Ukuran Melalui Metode Discovery
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.
Yogyakarta,
Yang menyatakan
Fenny Anggraini
NIM. 08511245001
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S Al-Insyirah : 6-8)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang selalu memberikan karunia dan kebaikan untukku, sehingga skripsi ini
selesai disusun. Aku persembahkan karya kecil ini kepada Papa tersayang “Papa
Abusamah”, Mama tercinta “Mama Fatimah”, Abangku “Bang Arif, Aruf,
Rinal dan Fitriyani”. Terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian,
motivasi, dukungan, pengorbanan dan untaian do’a yang tiada henti untuk
kebaikanku. Semoga karya kecil ini akan menjadi salah satu wujud bakti ku
untuk membalas kebaikan kalian, keluargaku tercinta.
Selain itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
Some one tersayang Aa”Rocker (LopU). Terimakasih untuk limpahan cinta,
kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dukungan dan doa yang
telah kau berikan.
Crew UKMF Mapala Carabiner . Makasih untuk indah persahabatan dan
persaudaraan yang telah kalian berikan. Makasih untuk segala kebersamaan
kita. Semangat kalian adalah semangatku.
Sahabat-sahabat baikku, Septiana Soraya, Menthel, Bety, Rifa. Makasih
untuk persahabatan kita selama ini. Kapan ngumpul...
Seluruh keluarga besar Pendidikan Teknik Boga PKS NR 08. Terimakasih
untuk semua pengalaman yang telah aku lalui bersama kalian semua.
vi
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR
MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY
Oleh
Fenny Anggraini 08511245001
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan metode Discovery. 2) Meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak Bantul melalui metode Discovery. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak pada bulan Januari 2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran kelas X TPHP 1 serta dibantu oleh observer pada setiap pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan, dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah selama 3 x 45 menit. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, lembar angket kemandirian belajar, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Uji coba instrumen dilakukan kepada 30 orang siswa dari populasi yang sama dan tidak terpilih sebagai sampel. Validitas instrumen ditentukan dengan pendekatan corrected item-total correlation menggunakan rumus Product Moment dari Pearson dan Experts Judgment, sedangkan reliabilitasnya ditentukan dengan formula Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, beberan (display) data dan menarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperolah kesimpulan bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditandai dengan peningkatan persentase aspek-aspek kemandirian yang diamati pada angket, yaitu 1). motivasi siswa meningkat dari 69,17%, menjadi 76,11%, 2). aspek inisiatif siswa dari 77,64% meningkat menjadi 78,34%, 3). aspek percaya diri siswa dari 65,14% meningkat menjadi 76,67%, 4). aspek disiplin siswa dari 65,08% meningkat menjadi 75,10% dan 5). aspek tanggung jawab siswa dari 69,45% meningkat menjadi 75,52%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, siswa menjadi lebih aktif di dalam proses pembelajaran, siswa mampu memahami suatu materi melalui kegiatan penemuan mereka sendiri tanpa bergantung pada penjelasan guru, siswa juga lebih berani mengungkapkan pendapat atau idenya.
EFFORTS TO ENHANCE LEARNING AUTONOMY X CLASS OF AGRICULTURAL PROCESSING TECHNOLOGY (TPHP) 1
SMK NEGERI 1 PANDAK COMPETENCE IN THE PROCESS OF IMPLEMENTING METHOD OF DISCOVERY THROUGH
Size Reduction By Fenny Anggraini
08511245001
ABSTRACT
This study aims to 1) Describe the process of learning to apply the process of size reduction using the method of Discovery. 2) Increase the independence of learning to apply the process of size reduction TPHP a class X student of SMK Negeri 1 Bantul Pandak through Discovery methods. This research was conducted at SMK Negeri 1 Pandak in January 2011. This was an action research Classes (PTK) carried out collaboratively between the researcher and subject teachers implement class size reduction process X TPHP 1 and assisted by the observer at each meeting. Subjects in this study were students of class X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak, amounting to 32 students. This research was conducted in 2 cycles. Each cycle consists of 2 meeting, with the allocation of time for one session is for 3 x 45 minutes. Instruments in this study is the observation guidelines, interview, questionnaire sheets of self study, test, field notes and documentation. The test instrument was made to 30 people were students from the same population and not selected as a sample. The validity of the instrument approach is determined by corrected item-total correlation using the formula of pearson product moment and experts judgement, while the reliability is determine by cronbach alpha formula. Analysis using qualitative descriptive analysis techniques with an interactive model analysis techniques developed by Miles and Huberman which consists of three interrelated components of each other ie data reduction, explanation (display) data and draw conclusions Based on the results obtained the conclusion that learning to apply the process of size reduction using discovery methods to improve student learning independence of class X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Improving student learning independence was marked by an increase in the percentage of those aspects of independence which was observed in the questionnaire, namely 1). motivation of students increased from 69.17% to 76.11%, 2). aspects of student initiative of 77.64% increased to 78.34%, 3). aspects of students' self confidence increased from 65.14% to 76.67%, 4). aspects of student discipline from 65.08% increased to 75.10%, and 5). aspects of the responsibility of students from 69.45% increased to 75.52%. Based on observation and interview, students become more active in the learning process, students are able to understand the material through their own discovery activities without relying on the explanation of teachers, students are also more willing to express opinions or ideas
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik di Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Wardan Suyanto, Ed.D Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dr. Sri Wening, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana
Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Sutriyati Purwanti ,M.SI Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Boga
Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar mulai dari
penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani selaku Kepala SMK Negeri 1 Pandak yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.
6. Ir. Nurani Yuni Hastiwi selaku guru mata pelajaran Menerapkan Proses
Pengecilan Ukuran kelas, X TPHP SMK Negeri 1 Pandak yang telah bersedia
meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang
viii
sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
7. Siswa-siswi kelas X TPHP SMK Negeri 1 Pandak atas kerjasama yang
menyenangkan selama penelitian.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi dan para pembaca terutama dalam kaitannya dengan penerapan
metode discovery sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar
Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran.
Yogyakarta,
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK …………………………………………………………………..... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...... xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...... 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………..... 5
C. Pembatasan Masalah………………………………………………… 5
D. Rumusan Masalah………………………………………………….... 6
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 6
F. Manfaat Penelitian………………………………………………….... 6
BAB II KAJIAN TEORI………………………………………….............. 8
A. Deskripsi Teori …………………………………………………....... 8
1. Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam 8
x
Pengolahan...................................................................................
a. Pembelajaran............................................................................... 8
b. Analisis Kebutuhan Materi........................................................... 10
c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran....................................... 11
2. Metode Discovery ........................................................................... 13
a. Metode ........................................................................................ 13
b. Metode Discovery ....................................................................... 14
c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan
Proses Pengecilan Ukuran........................................................
19
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)........................................................... 21
4. Kemandirian Belajar ……………................................................. 23
a. Kemandirian .............................................................................. 23
b. Kemandirian Belajar ................................................................ 24
c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar .......................................... 25
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 31
C. Kerangka Berpikir …………………………………………………... 32
D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..... 36
A. Jenis Penelitian …………………………………………………...... 36
B. Subjek dan Objek Penelitian…….....................……......................... 36
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 37
D. Setting Penelitian ………………………............................................. 37
E. Desain Penelitian ................................………………………............. 37
xi
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 40
G. Instrumen Penelitian ………….....………………………….............. 42
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................. 45
I. Hasil Uji Coba Instrumen.................................................................. 48
J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 50
K. Indikator Keberhasilan ..................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. 55
A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………............................................... 55
1. Siklus 1............................................................................................ 56
2. Siklus 2........................................................................................... 79
B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ....................................................... 91
C. Pembahasan ……………………………………….......................... 95
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………....... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 101
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 101
B. Saran……………………………………………………………….... 104
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 106
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK N 1 Pandak..............................................
Tabel 2. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Discovery...
Tabel 3. Pedoman Pemberian Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi..................
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen……………………..
Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen………………......
Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket ...............................................
Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan
Dalam Pengolahan di Kelas X TPHP 1 ………………………………...
Tabel 8. Hasil Angket Kemandirian Belajar …………………………………......
Tabel 9. Daftar Nilai Tes Siklus Siswa …………………………………………...
11
43
47
49
50
52
55
91
92
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A. 1 RPP Pertemuan ke-1-2 Siklus I
A. 2 RPP Pertemuan ke-3-4 Siklus I
LAMPIRAN B
B. 1 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1
B. 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2
B. 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) 3
B. 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 4
LAMPIRAN C
C. 1 Soal Tes Siklus I
C. 2 Soal Tes Siklus II
C. 3 Hasil Tes Siklus I
C. 4 Hasil Tes Siklus II
LAMPIRAN D
D. 1 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran
D. 2 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
D. 3 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus I
D. 4 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus I
D. 5 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus II
D. 6 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus II
D. 7 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
D. 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
D. 9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus I
D. 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus I
D. 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus II
D. 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus II
109
110
118
126
127
134
141
148
153
154
155
156
157
158
159
160
163
166
169
172
175
176
177
178
179
180
xiv
LAMPIRAN E
E. 1 Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa
E. 2 Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa
E. 3 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus I
E. 4 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus II
LAMPIRAN F
F. 1 Pedoman Wawancara Guru
F. 2 Pedoman Wawancara Siswa
F. 3 Hasil Wawancara Guru
F. 3 Hasil Wawancara Siswa
LAMPIRAN G
G. 1 Catatan Lapangan siklus I
G. 2 Catatan Lapangan siklus II
G. 3 Dokumentasi Foto-foto Penelitian
LAMPIRAN H
H. 1 Surat Permohonan Izin Penelitian
H. 2 Surat Permohonan Validasi
H. 3 Surat Keterangan Validasi
H. 4 Uji Reliability
H. 4 Surat Keterangan Penelitian
181
182
183
186
188
190
191
192
193
194
195
196
200
204
206
207
208
209
210
212
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMK N 1 Pandak terletak di daerah Kadekrowo, Gilangharjo, Pandak,
Bantul. SMK N 1 Pandak memiliki Luas area Sekolah SMK N 1 Pandak yakni
12 hektar yang terdiri dari : 4 hektar untuk gedung dan 8 hektar untuk fasilitas
yang lain terdiri dari 6 kelas jurusan TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian), 4 kelas jurusan peternakan, 4 kelas jurusan pertanian, dan 6 kelas
jurusan busana. SMK N 1 Pandak menggunakan kurikulum spektrum sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar.
Adapun visi SMK Negeri 1 Pandak yaitu terwujudnya lembaga diklat
yang menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan YME, profesional,
mandiri dan berkompetensi di dunia kerja nasional atau internasional.
Misi SMK Negeri 1 Pandak :
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
2. Mengoptimalkan kegiatan diklat berkompetensi wirausaha yang
berstandar nasional dan internasional.
3. Menjadikan sekolah sebagai sumber infoemasi dan memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
4. Memantapkan kegiatan unit produksi yang berbasis keunggulan lokal.
2
Salah satu jurusan yang terdapat di SMK Negeri 1 Pandak adalah
jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian yang sering disebut juga
jurusan TPHP. Jurusan TPHP pada kelas X (sepuluh) terdapat dua kelas yakni
kelas X TPHP 1 dan kelas X TPHP 2, jurusan TPHP memiliki beberapa
kompetensi dasar yang wajib ditempuh oleh siswanya diantaranya adalah
kompetensi dasar menerapkan proses pengecilan ukuran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas X
Teknologi Pengolahan Hasil pertanian (TPHP) 1 SMK N 1 Pandak diperoleh
bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran di SMK Negeri 1
Pandak kelas X TPHP 1 masih menggunakan metode konvensional atau
ceramah. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar masih kurang. Selain itu,
jika guru tidak meminta siswa untuk membuka dan membaca sumber belajar
seperti buku dan LKS, siswa tidak memiliki inisiatif untuk membaca atau
mempelajarinya. Ketika guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan materi
dan peralatan yang berkaitan dengan materi yang akan datang, terdapat
beberapa siswa yang tidak mempersiapkannya sama sekali, sehingga tampak
bahwa disiplin dan tanggung jawab siswa masih kurang. Apabila guru
menanyakan materi ataupun soal yang belum jelas, siswa terkesan malu-malu
dan takut untuk bertanya padahal guru telah memberikan kesempatan
bertanya. Siswa tidak memiliki inisiatif maju ke depan tanpa ditunjuk
sebelumnya oleh guru. Ketika ada salah satu siswa yang kurang tepat dalam
mengerjakan soal di depan kelas, siswa lain tidak berani menyampaikan
3
tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya menunggu guru menjelaskan
jawaban yang lebih tepat.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar
menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1
Pandak, belum berkembang secara optimal. Model pembelajaran yang
diimplementasikan guru selama ini kurang dapat mendukung peningkatan
kemandirian belajar siswa. Dengan adanya berbagai kecenderungan situasi
yang muncul seperti di atas, perlu adanya penerapan metode pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yakni
meningkatkan motivasi belajar, membangun kemampuan berinisiatif,
meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung
jawab siswa dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran.
Salah satu metode pembelajaran yang dimungkinkan dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah metode Discovery. Metode
pembelajaran Discovery disebut juga metode belajar menemukan, dimana
siswa akan belajar secara mandiri untuk membahas suatu masalah tertentu
yang diberikan oleh guru.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau
rangsangan yang dapat menantang siswa untuk merasa terlibat atau
berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis,
sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau
dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Pada
4
metode discovery, diharapkan situasi belajar mengajar berpindah dari situasi
teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.
Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan
diskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar
mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menerapkan proses pengecilan
ukuran memerlukan adanya motivasi, insiatif, rasa percaya diri, disiplin dan
tanggung jawab belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar
siswa pada pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Metode belajar
yang digunakan juga harus dapat mendukung proses pembelajaran,
Diharapkan dengan menggunakan metode Discovery dalam proses
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran akan menarik minat
siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan kemandirian
belajar siswa.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya
permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa kurang memiliki motivasi belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran
3. Siswa kurang memiliki inisiatif untuk maju ke depan mengerjakan soal
4. Siswa kurang percaya diri untuk bertanya dan menyampaikan pendapat
5. Siswa kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran menerapkan proses
pengecilan ukuran
6. Kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran.
7. Masih melekatnya pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga
kemandirian siswa kurang
8. Diperlukan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diutarakan di atas, permasalahan dalam
penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Discovery sebagai upaya
peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.
6
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery
pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X
TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak?
2. Apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi
menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode Discovery ?
E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery untuk
meningkatkan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan
proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemandirian belajar pada sub
kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode
Discovery.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Sekolah
Memberdayakan sekolah dalam meningkatkan inovasi metode
pembelajaran, salah satunya menggunakan metode Discovery, dan dapat
memberdayakan guru pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan
ukuran SMK Negeri 1 Pandak dalam menggunakan metode Discovery
yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
7
2. Siswa
Penerapan metode Discovery diharapkan dapat memberdayakan siswa
dalam menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
3. Peneliti
Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan
dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan
metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran
a. Pembelajaran
Menurut Witherington (Nana Syaodih, 2004: 155), belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan
dan kecakapan. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Morgan dkk yang dikutip oleh Rizky (http://kuliah
psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar) memberikan definisi
mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent
change in behavior which accurs as a result of practice or experience.”
Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan
(practice) atau karena pengalaman (experience). Definisi yang tidak jauh
berbeda dikemukakan oleh James O. Witaker yang mendefinisikan belajar
adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman (Wasty Sumanto, 2003: 104). Sedangakan
9
Guilford menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dihasilkan dari rangsangan (Mustaqim, 2001: 34).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri individu berkat adanya
interaksi antar individu-individu maupun dengan lingkungannya.
Perbuatan belajar ditunjukkan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Perubahan dari belajar didapatkan kemampuan baru berupa pengetahuan
(aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).
Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan
tenaga lainnya. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,
terdiri dari ruang kelas, perlengakapan audio visual dan komputer.
Prosedur meliputi, jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian dan lain sebagainya (2005: 57).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
10
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun (Wikipedia : 2007).
Mulyasa berpendapat (2007: 14) bahwa pembelajaran merupakan
proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam
rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru berperan
sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Menurut konsep
komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara
siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan
sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang
bersangkutan (Erman Suherman dkk, 2001: 9).
Dari berbagai macam pengertian di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik,
sumber belajar dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir.
b. Analisis Kebutuhan Materi
SMK Negeri 1 Pandak Bantul salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan yang memiliki 6 program studi yaitu Busana Butik, Agribisnis
Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis Pembibitan dan Kultur
Jaringan, Agribisnis Produksi Ternak Ruminansia, Agribisnis Produksi
Ternak Unggas, dan Agribisnis Hasil Pertanian. Program studi keahlian
Agribisnis Hasil Pertanian memiliki 2 kompetensi keahlian yaitu
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Pengawasan Mutu Hasil
Pertanian. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian adalah kompetensi yang
11
baru 3 tahun berjalan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul. Kompetensi
keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian memiliki 6 standar
kompetensi yang harus ditempuh oleh peserta didik salah satunya adalah
menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan. menerapkan teknik
konversi bahan dalam pengolahan terdapat dalam mata pelajaran teknologi
pengolahan hasil pertanian yang merupakan mata pelajaran produktif pada
kurikulum spektrum yang sudah berjalan kurang lebih 3 tahun.
Standar kompetensi menerapkan teknik konversi bahan dalam
pengolahan memiliki 7 kompetensi dasar yang harus dicapai salah satu
kompetensi dasar tersebut adalah menerapkan proses pengecilan ukuran
dan bentuk produk/forming. Untuk lebih jelasnya mengenai kompetensi
kejuruan yang harus dicapai dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan
1.1 Menerapkan proses pengecilan ukuran
1.2 Menerapkan proses pencampuran
1.3 Menerapkan proses emulsifikasi
1.4 Menerapkan proses filtrasi
1.5 Menerapkan proses kristalisasi
1.6 Menerapkan proses ekstraksi
1.7 Menerapkan proses destilasi
(Kurikulum SMK Negeri 1 Pandak)
c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan
suatu bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya
12
mekanik. Bahan padat (solid) bisa dihancurkan dengan delapan atau
sembilan cara, tetapi hanya empat cara yang umum diterapkan pada mesin-
mesin pengecilan ukuran. Keempat cara itu adalah kompresi, pukulan,
atrisi (attrition), dan pemotongan (cutting). Pada umumnya, kompresi
digunakan pada pengecilan ukuran padatan yang keras, pukulan digunakan
untuk bahan padatan yang kasar, setengah kasar, dan halus. Atrisi
digunakan untuk memperoleh produk-produk yang sangat halus,
sedangkan pemotongan untuk menghasilkan produk dengan bentuk dan
ukuran tertentu, halus atau kasar
Tujuan pengecilan ukuran adalah mengupayakan suatu bahan
memenuhi spesifikasi tertentu, agar sesuai dengan bentuk pengecilan
ukuran bisa merupakan operasi utama pada pengolahan pangan atau
operasi tambahan. Pada pengecilan ukuran, bisa dibedakan antara
pengecilan ukuran yang “ekstrim” (penggilingan) dengan pengecilan
ukuran yang produknya relatif berdimensi besar (pemotongan), ada
beberapa tujuan dilakukannya pengecilan ukuran, yaitu :
a). Membantu proses ekstraksi, misalnya cairan gula dari tebu, dan
sebagainya.
b). Mengecilkan bahan sampai ukuran tertentu untuk maksud tertentu.
c). Memperluas permukaan bahan, untuk membantu proses pengeringan,
proses ekstraksi, proses bleaching, dan sebagainya.
d). Membantu proses pencampuran (mixing atau blending).
13
2. Metode Discovery
a. Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebagaialat untuk mencapai tujuan ( http://ktiptk.blogspirit.com/2010/04)
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang
ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode
pembelajaran yang telah dirumuskan para ahli psikologi dan pendidikan
(Syaiful Bahri Djamarah, 1997: 72). Menurut Winamo Surakhmad,
metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa.
(http://www.banjar-jabar.go.id/index.php? Pilih =news&mod=yes&aksi=li
hat&id=487).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar
tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari
beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
14
b. Metode Discovery
Discovery Learning merupakan metode yang dikembangkan oleh
Jerome Bruner. Menurut Bruner (Markaban, 2006: 9), penemuan adalah
suatu proses, jalan, atau cara dalam mendekati permasalahan. Proses
penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan
masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam
pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk
menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan
pemecahan.
Menurut Ruseffendi (2008: 8), metode penemuan adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu, tidak
melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan
demikian, dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa dapat
memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah
bukan melalui transmisi dari guru.
Metode Discovery menurut Sund adalah metode mengajar
mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental
dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam
teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
15
mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi
(Roestiyah, 2001: 20).
Sedangkan menurut Nafilah (2008: 3), metode penemuan adalah cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan aktif. Metode penemuan melibatkan peserta
didik dalam proses-proses mental dalam rangka pengembangannya.
Metode ini memungkinkan para peserta didik menentukan sendiri
informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Menurut John W. Santrock (2008: 490) Metode penemuan (discovery
learning) adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman
sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi
langsung, dimana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada
murid. Dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tahu sendiri.
Menurut Herman Hudojo metode discovery merupakan suatu cara
penyampaian topik-topik matematika sedemikian hingga proses belajar
memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur
matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang
lampau (2005: 95). Bahan ajaran pada metode ini, bahan ajaran tidak
disajikan dalam bentuk jadi, tetapi setengah atau bahkan seperempat jadi.
Bahan ajaran disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau masalah-masalah yang harus dipecahkan (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005: 184).
16
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan
yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan
reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang
secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja
(http://martiningsih.Blogspot.com/2010/12/macam-ma cam-metode-
pembelajaran.html).
Menurut Suchman, penggunaan penemuan bertujuan untuk
membantu kemandirian siswa dalam mengadakan penyelidikan melalui
disiplin berfikir yang benar. Penemuan mendorong siswa untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa sesuatu terjadi
melalui pengumpulan data yang logis. Di samping itu, penemuan
bertujuan untuk mengembangkan strategi berfikir siswa untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan mengapa sesuatu terjadi
sebagaimana kejadiannya (http ://www. laboratorium-
um.sch.id/files/BAB%20XII%20STRATEGI%20PEMBELA
JARAN%20DENGAN%20METODE%20PENEMUAN.pdf).
17
Adapun kelemahan dan keunggulan metode discovery dalam proses
pembelajaran menurut Roestiyah (2001: 20) adalah sebagai berikut:
Keunggulan metode discovery 1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalm proses kognitif/ pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7) Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu jika diperlukan.
Kelemahan metode discovery 1) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
3) Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
Menurut Markaban (2006: 12), langkah yang perlu ditempuh guru
mata pelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan
dalam pembelajaran menggunakan discovery adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,
18
bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa
oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, untuk menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan.
Menurut Erman Suherman, dkk (2001: 213-214), untuk
merencanakan pengajaran dengan metode discovery hendaknya
diperhatikan bahwa:
1). Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh.
2). Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa.
3). Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.
4). Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah suatu
metode belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri sebagian
atau seluruh informasi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui metode
Discovery, siswa didorong untuk belajar mandiri dan aktif karena siswa
akan berfikir dan menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan
konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Guru bertindak
sebagai pembimbing dan pendorong siswa untuk mendapatkan
pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka
untuk mandiri.
19
c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan Proses
Pengecilan Ukuran
Menurut Erman Suherman (2003: 212), penemuan sebagai metode
pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan siswa. Dalam
pembelajaran ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru bagi
mereka. Hal yang ditemukan siswa itu bukan merupakan hal yang benar-
benar baru sebab sudah diketahui sebelumnya oleh orang lain. Seorang
siswa dalam pembelajarannya berhasil menemukan sendiri suatu bentuk
potongan, ia pun telah menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya saja
walaupun hal itu telah dikenal orang.
Pengajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-
benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Sebagai
contoh untuk mempelajari potongan sayuran berbentuk potongan cube
dilakukan langkah-langkah seperti di bawah ini.
Membuat potongan cube :
Alat : kentang, pisau, talenan, serbet, kom, dan air.
1). Ambil satu buah kentang
2). Cuci kentang hingga bersih
3). Kupas kulit kentang setipis mungkin
4). Siapkan kom yang berisi air, untuk merendam kentang yang telah
dikupas agar tidak berwarna coklat
5). letakkan kentang di atas telenan
6). potong kentang dengan ukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm
20
Catatan:Potongan yang dihasilkan memiliki ukuran yang seragam.
a. Apakah semua hasil potongan kelompokmu bentuknya sama?
b. Jika pada pertanyaan a, jawaban kelompokmu “ya”, bentuk
potongan apakah namanya?
c. Apakah semua potongan berukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm ?
Hasil yang diperoleh kelompokmu dinamakan potongan cube.
7). Gunakan mistar untuk mengukur sisi masing-masing potongan
kentang.
8). Sehingga diperoleh bentuk potongan cube
Sebagai kesimpulan:
a. Perhatikan potongan kentang yang telah terbentuk.
b. Potongan kentang tersebut tersusun dari 6 sisi yang memiliki ukran
1½ cm x 1½ cm x 3cm yang terdiri dari persegi depan, persegi
belakang, persegi atas, persegi bawah, persegi samping kiri dan
persegi samping kanan
Untuk dapat menemukan, siswa harus melakukan terkaan, dugaan,
coba-coba dan berbagai usaha lainnya. Pembelajaran menggunakan
Kesimpulan:
Bentuk potongan sayuran berbentu cube yaitu, potongan yang
berbentuk persegi yang memiliki 6 buah sisi dengan ukuran 1½ cm x
1½ cm x 3cm
21
metode discovery harus telah direncanakan sebelumnya karena sangat
bergantung pada kemampuan siswa. Pelaksanaannya harus selalu
disesuaikan dengan pengetahuan siswa yang telah diperoleh sebelumnya
dan tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan dengan metode discovery.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu
pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan ke dalam jenis alat peraga
pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran
sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS yang dikemukakan oleh Bulu
(Sultan, 2008: 2) adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan
perintah atau instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu
kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan
hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. LKS ini sangat baik digunakan
untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik
dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk
memberikan latihan pengembangan.
Menurut Tobing (Budi Tjahjono, 2007: 24). Lembar Kerja Siswa
(LKS) adalah suatu lembaran yang diberikan kepada siswa sebagai sarana
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. LKS dapat
digunakan sebagai sarana pengajaran individual mendidik siswa untuk
mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggungjawab, dan dapat mengambil
22
keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada
tahap pemahaman konsep karena LKS dirancang untuk membimbing
siswa dalam mempelajari topik. Pemanfaatan LKS pada tahap pemahaman
konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan
maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari.
Menurut Marsigit (2008: 3), manfaat pengembangan LKS adalah:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama c. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan berbagai
macam kegiatan d. Menyediakan dokumen yang bermanfaat bagi siswa dan memberikan
alternatif sumber materi pembelajaran e. Memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan penemuan.
Menurut Suyitno (Ahlis Widiyanto, 2007: 6), manfaat yang diperoleh
dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep. 3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses. 4. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. 5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar. 6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, LKS yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan instruksi dari guru
kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk
kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran menerapkan teknik konversi
23
bahan dalam pengolahan, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau
prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.
4. Kemandirian Belajar
a. Kemandirian
Menurut Jacob Utomo (1990: 108), kemandirian adalah suatu
kecenderungan menggunakan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan
masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif. Kemandirian atau
kematangan pribadi juga dapat didefinisikan sebagai keadaan
kesempurnaan dan keutuhan unsur budi dan badan dalam kesatuan pribadi
(Drost, 1998: 39).
Bhatia yang dikutip oleh Pergola Irianti (http://lib.ugm.ac.id/data/pub
data/pusta/pirianti2.pdf) mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu
keadaan dimana individu mempunyai perilaku yang terarah pada dirinya
sendiri. Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib, meliputi perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai
rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang
lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang
mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp).
Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang penting,
karena diperlukan oleh manusia agar dapat menyesuaikan diri secara aktif
dalam lingkungan. Sumanto menyampaikan bahwa pengertian
24
kemandirian memiliki beberapa aspek kemampuan, antara lain
mengarahkan perilaku sendiri, mengambil keputusan, bertanggung jawab,
kepercayaan pada diri sendiri, bertindak bebas dan sifat keaslian dalam
perilaku (Rosnida (2007: 20).
Dari berbagai macam pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah suatu keadaan yang dapat berdiri sendiri. Kemandirian
merupakan inisiatif seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan
kemampuannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Kemandirian merupakan hal yang sangat penting agar dapat mengarahkan
dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya.
b. Kemandirian Belajar
Stephen Brookfield (2000: 130-133) mengemukakan bahwa
kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh diri
sendiri, kemampuan pebelajar untuk mencapai tujuannya.
Hiemstra (Desi Susilawati, 2009: 7-8) mendiskripsikan kemandirian
belajar sebagai berikut:
a. Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya .
b. Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran.
c. Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain. d. Pembelajaran mandiri dapat menstransfer hasil belajarnya yang berupa
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi. e. Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya
dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan kegiatan korespondensi.
25
f. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti berdialog dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan mengembangkan berfikir kritis.
g. Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan belajar mandiri melalui program pembelajaran terbuka.
Utari Sumarmo (Farida Fauziah, 2008: 21) memberikan tiga
karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu:
1) Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya
2) Memilih srategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya
3) Memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan
dibandingkan dengan standar tertentu
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah
kecenderungan atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa untuk
melakukan kegiatan belajar guna menguasai kompetensi tertentu, dimana
siswa mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan
pembelajaran baik dalam penggunaan strategi belajar, sumber belajar,
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran, tanpa terlalu
tergantung pada guru atau pendidik.
c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar
a. Motivasi
Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu (Ngalim Purwanto,
26
2006: 71). Motivasi menurut Goleman adalah hasrat yang paling
dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran,
membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,
serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Hamzah
B. Uno, 2007: 85).
Menurut Oemar Hamalik (2003: 158) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Winkel (1996: 92) menyatakan bahwa motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar, dan memberikan arah kegiatan belajar itu demi mencapai
satu tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi tampak dalam tingkat
kesungguhan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Motivasi
mendorong seseorang untuk bergerak kearah pencapaian tujuan
tertentu dan ketekuan dalam mengerjakannya. Dalam hal belajar
matematika, motivasi siswa tampak dalam rasa keingintahuan,
kemampuan memperhatikan, mempelajari dan mempraktikan
keterampilan matematika yang diperoleh, tekun dan mencari
alternatif pemecahan ketika siswa menghadapi kesulitan dalam
belajar menerapkan proses pengecilan ukuran
.
27
b. Inisiatif
Ubaydillah (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp)
menyatakan bahwa inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu. Ini
semua dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil pekerjaan, untuk menciptakan peluang baru
atau untuk menghindari timbulnya masalah yang mungkin akan
muncul.
Inisiatif menurut Imadea adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan hidupnya, dan mengarahkan pertentangan tujuan
dan ambisinya menuju orientasi yang ia inginkan
(http://imadea.multiply.com/journal/item/107/MenjadiMuslimah
inisiatif).
Ciri-ciri orang yang mempunyai inisiatif bagus:
1). gigih dalam memperjuangkan sesuatu
2). mengkalkulasi peluang
3). berusaha melebihi dari yang ditugaskan
4). antisipasi terhadap masalah atau persiapan menyambut
peluang
Dalam hal pembelajaran, Sri Rumini dkk (1993: 11)
menjelaskan bahwa belajar akan menjadi bermakna bila dilakukan
atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan maupun pikiran.
Inisiatif merupakan kemampuan untuk menemukan ide atau
28
pikiran yang dapat dikemukakan kepada orang lain. Agar siswa
memiliki inisiatif maka perlu diberi dorongan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inisiatif dalam
pembelajaran matematika adalah kemampuan siswa yang terlihat
ketika siswa mengemukakan ide atau pendapat dalam kegiatan
pembelajaran dalam wujud bertanya atau menjawab tanpa
menunggu ditunjuk oleh guru.
c. Percaya Diri
Menurut Jacinta F. Rini (http://www.e-psikologi.com/epsi
/search.asp) , kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya. Percaya diri berarti yakin
akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan
masalah. Menurut Anita Lie (2003: 4) ciri-ciri perilaku yang
percaya diri adalah:
1). yakin kepada diri sendiri
2). tidak bergantung kepada orang lain
3). tidak ragu-ragu
4). merasa diri berharga
5). tidak menyombongkan diri
6). memiliki keberanian untuk bertindak
29
Dalam kegiatan pembelajaran matematika, sikap percaya
diri siswa dapat dilihat dari keyakinan atas kemampuannya dalam
tugas belajar matematika, keberanian menentukan ide, gagasan,
atau pendapat dan berani menerima atau menghadapi penolakan
atas pendapatnya tersebut, tidak yang baik, mudah menyerah,
memiliki pengendalian diri dan memiliki penilaian positif
terhadap diri sendiri. Percaya diri dalam kegiatan pembelajaran
juga dapat ditunjukkan oleh siswa dengan berani untuk tampil ke
depan atau presentasi serta mengerjakan kuis dan ulangan harian
tanpa melihat pekerjaan orang lain.
d. Disiplin
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 114), disiplin merupakan
sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang
terhadap bentuk-bentuk aturan, kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan didorong oleh kesadaran pribadinya, dan
bukan kepatuhan yang terjadi karena adanya rasa takut kepada
orang lain atau didesak oleh orang lain.
Sedangkan menurut Radno Harsanto (2007: 28) perilaku
murid yang tidak disiplin, yang dinilai mengganggu proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) berbicara dengan teman sebangku
2) bersendau gurau
3) membuat gaduh dengan alat tulis / tempat duduk
30
4) tidak mau melaksanakan tugas kelas
5) bermalas-malasan
6) menunda-nunda pelaksanaan tugas kelas
Disiplin adalah sikap individu yang terbentuk dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan dan keteraturan
terhadap aturan yang berlaku. Sikap disiplin yang dapat diamati
dalam kegiatan pembelajaran menerapkan teknik konversi bahan
dalam pengolahan yaitu siswa hadir tepat waktu pada saat
mengikuti pelajaran matematika dan siswa tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas atau PR menerapkan teknik konversi bahan
dalam pengolahan.
e. Tanggung Jawab
Darius (http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-
jawab/) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sesuatu yang
harus dilakukan agar menerima sesuatu yang dinamakan hak.
Tanggung jawab merupakan segala resiko dari hasil keputusan
yang telah diambilnya. Tanggung jawab siswa akan muncul
apabila siswa dapat diberi kesempatan untuk menentukan
targetnya sendiri dalam belajar.
Karakteristik siswa yang memiliki tanggung jawab dalam
belajar antara lain adalah memiliki kesadaran diri untuk belajar
dan melaksanakannya, ulet atau pantang menyerah, selalu
mengusahakan yang terbaik, mampu mengendalikan diri, disiplin,
31
dan memiliki pertimbangan mengenai akibat dari setiap keputusan
yang diambil.
Adapun bentuk-bentuk tanggung jawab yang dimiliki siswa
berdasar uraian di atas pada saat kegiatan pembelajaran
matematika berlangsung adalah siswa bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas-tugas tersebut dan berusaha cepat
menyelesaikan dengan tuntas sesuai waktu yang ditentukan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Dian Agung Wibowo (2009) dengan judul “Tingkat
Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Di SMP Negeri 4 Depok” yang merupakan penelitian deskriptif
dengan metode survey dan teknik pengambilan datanya menggunakan angket
yang diujikan terhadap 30 siswa dengan hasil bahwa dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani siswa cukup mandiri.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen Dwi Darmadi (2007: 56) yang
berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Pembelajaran
Matematika Sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA Negeri 8
Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”, diperoleh bahwa model
pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih
baik daripada pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Hal ini
terlihat dari rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen = 65,35 lebih
32
tinggi dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar kelompok kontrol =
58,58.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu masalah yang dihadapi guru menerapkan proses pengecilan
ukuran SMK Negeri 1 Pandak adalah kurangnya kemandirian siswa dalam
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa. Salah satu
alternatif itu adalah dengan menerapkan metode Discovery.
Metode Discovery adalah salah satu metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menganalisis,
mempelajari serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi yang telah
disiapkan oleh guru. Dalam metode discovery, guru membimbing siswa jika
diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir mandiri, sehingga siswa dapat
menemukan cara penyelesaian dan pembuatan kesimpulan berdasarkan bahan
ajar yang disiapkan oleh guru.
Dalam pelaksanaannya siswa akan diberikan kesempatan untuk berfikir,
menganalisis, serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi berdasarkan
langkah-langkah yang disediakan oleh guru yang tertuang dalam Lembar
Kegiatan Siswa. Setelah siswa menyimpulkan suatu pokok materi, kemudian
siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal sesuai kemampuan
mereka sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang mereka temukan ke
33
dalam suatu masalah/soal. Dalam pengerjaannya, siswa dituntut untuk
mandiri sehingga dapat melibatkan aktivitas fisik dan mental untuk
memperoleh pengalaman belajar mereka.
Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan
metode Discovery, kompetensi yang dipilih yaitu menerapkan proses
pengecilan ukuran dan bentuk produk / forming pada pengolahan sayuran dan
ikan, siswa dimungkinkan dapat termotivasi, memiliki inisiatif, mempunyai
rasa percaya diri dan mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran sehingga terbentuk kemandirian
belajar menerapkan proses pengecilan ukuran. Untuk lebih jelas kerangka
berpikir dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
34
Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian
Standar Kompetensi : Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan
Kompetensi Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
Kompetensi Dasar : Menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk
Siklus I
Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)
Pelaksanaan : Metode Discovery
Pengamatan : Kemandirian belajar
Refleksi
Selesai
Siklus II
Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)
Pelaksanaan : Metode Discovery
Pengamatan : Kemandirian belajar
Refleksi
35
D. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran pada pokok bahasan pengecilan ukuran dengan
menerapkan metode discovery, dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa
kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti
bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu
teman sejawat (observer).
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana cara
untuk meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran siswa menggunakan metode discovery. Oleh sebab itu, penelitian ini
difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan
kemandirian belajar dalam proses belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran menggunakan metode discovery.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1
Pandak yang berjumlah 32 siswa. Pengambilan kelas X TPHP 1 sebagai
subjek, dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan guru Pengolahan hasil
pertanian yang mengampu. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
keseluruhan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran
dengan metode discovery.
37
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak
pada bulan Januari-Februari 2011 dengan menyesuaikan jadwal pelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas tersebut.
D. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak dimana kelas X
TPHP terdiri dari dua kelas. Setting yang digunakan dalam penelitian ini
adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran menerapkan proses
pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak Bantul. Pemilihan
kelas X TPHP 1 sesuai dengan kesepakatan peneliti dan guru menerapkan
proses pengecilan ukuran yang mengajar di kelas tersebut.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
Kemmis dan Mc. Taggart. Pelaksanaan penelitian tindakan meliputi empat
langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection). Setiap langkah pelaksanaan termuat
dalam suatu siklus. Siklus dihentikan jika peneliti dan guru sepakat bahwa
penelitian yang dilakukan sesuai dengan rencana dan kemandirian belajar
Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan siswa mengalami
peningkatan. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Adapun
rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:
38
Siklus I
1. Perencanaan
Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang diajarkan dengan metode
Discovery, menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan soal tes
tiap akhir siklus, menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran
dengan metode Discovery, membuat pedoman wawancara siswa dan
guru, dan membuat angket kemandirian belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa. Instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan
sebelumnya dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dilakukan perencanaan, selanjutnya dilaksanakan tindakan
dengan menerapkan metode pembelajaran Discovery. Pembelajaran terdiri
dari 3 kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Awal
a. Guru mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan yang akan
dicapai.
b. Guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
39
b. Guru memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok
dengan data secukupnya dalam LKS sesuai dengan metode
Discovery.
c. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam mengerjakan LKS.
d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan pengecekan
jawaban.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa
dalam membuat kesimpulan dan refleksi materi yang telah dipelajari.
3. Pengamatan (Observasi)
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu observer
melakukan observasi. Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi sebagai upaya untuk
mengetahui jalannya pembelajaran dan bagaimana aktivitas siswa.
Sedangkan kejadian yang tidak terdapat pada lembar observasi merupakan
catatan lapangan.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua catatan dan
data yang diperoleh selama proses pembelajaran. Kemudian semua catatan
dan data tersebut dianalisis. Hasil analisis didiskusikan dengan guru untuk
mengetahui kebenaran data tersebut dan untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil refleksi
digunakan oleh peneliti dan guru untuk menentukan perlu tidaknya
40
dilakukan tindakan ulang atau siklus lanjutan dan menentukan perbaikan
tindakan pada siklus selanjutnya.
Rancangan Penelitian Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai
perbaikan dari siklus I. Tahapan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu
diawali dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Jika
dievaluasi pada akhir siklus tidak terjadi peningkatan, dilaksanakan siklus III,
siklus IV, dan seterusnya yang tahap-tahapnya seperti pada siklus I dan II.
Siklus berhenti jika tujuan penelitian sudah tercapai yaitu jika kemandirian
belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa SMK N 1 Pandak
menggunakan metode discovery telah meningkat.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
pencatatan mengenai proses kegiatan pembelajaran dan kegiatan siswa
selama proses kegiatan belajar mengajar dengan metode Discovery.
Pengamat observasi terdiri dari dua orang untuk menjaga keobjektifan
data. Observer adalah tim teaching yang terdiri dari dua orang guru, tim
observer pertama adalah ibu Ir. Mujiasih, dan observer kedua ibu Sri
Mardiatik S.TP
41
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada siswa untuk mengetahui hal-hal yang
kurang dapat diamati pada saat observasi dan untuk melengkapi data
respons siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disusun dengan
menggunakan pedoman wawancara mengacu pada kemandirian belajar
siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.
3. Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi mengenai kemandirian belajar siswa
terhadap pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran
menggunakan metode discovery. Angket diberikan setiap akhir siklus.
Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
kemandirian siswa dalam belajar. Angket ini meliputi aspek-aspek
motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab.
4. Tes
Tes diberikan kepada siswa secara tertulis untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes ini
dikerjakan secara individual oleh siswa.
5. Catatan lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi
data dalam proses pembelajaran yang tidak terdapat dalam pedoman
observasi.
42
6. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto digunakan untuk memberikan gambaran
secara konkret mengenai kegiatan siswa dan kemandirian belajar siswa
selam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu terdapat dokumentasi
berupa hasil jawaban tes siswa.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan
pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran.
Pedoman observasi digunakan selama proses pelaksanaan tindakan
berlangsung dengan mencatat kegiatan siswa selama pembelajaran
menggunakan metode discovery. Untuk lebih jelas aspek-aspek yang
diamati pada pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
43
Tabel 2 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Discovery No. Aspek yang Diamati No Butir 1. Pendahuluan a. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan
dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan metode pembelajaran yang akan digunakan
1.a, 1.b
b. Mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui metode pembelajaran yang akan digunakan
1.c
c. Melakukan apersepsi terhadap materi yang akan ditemukan siswa
1.d
2. Kegiatan Inti a. Mengelompokkan siswa dan memberi
LKS yang telah disusun sesuai dengan metode yang digunakan
2.a
b. Memberi arahan tentang LKS yang akan dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery.
2.b
c. Siswa berdiskusi mengumpulkan dan menganalisis data yang terdapat dalam LKS
2.c
d. Siswa bertanya kepada teman sekelompok atau guru dalam mengerjakan LKS atau dalam menyelesaikan soal
2.d
e. Siswa sekelompok saling membantu menjelaskan jika mengalami kesulitan
2.e
f. Siswa menyusun kesimpulan dari hasil analisis
2.f
g. Membimbing siswa dalam menyusun kesimpulan
2.g
h. Presentasi hasil temuan kelompok 2.h, 2.i i. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan 2.j 3. Penutup a. Menyimpulkan hasil yang telah
ditemukan siswa 3.a
b. Memberikan latihan soal yang berkenaan dengan hasil yang telah ditemukan siswa
3.b
c. Mengingatkan siswa materi pertemuan berikutnya
3.c
44
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi guru dan untuk mendapatkan informasi yang lengkap yang
sulit ditemukan melalui observasi atau mengecek data yang didapat
melalui observasi. Wawancara dilakukan dengan guru pelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 dan beberapa
siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1Pandak Bantul. Wawancara juga
digunakan untuk mengkonfirmasi informasi dan data yang meragukan.
Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran menerapkan proses
pengecilan ukuran.
3. Angket Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran
Angket kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemandirian siswa
terhadap pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang
dilaksanakan. Angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan
dengan aspek motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab
siswa terhadap pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.
4. Tes Tertulis
Tes tertulis yang dimaksud adalah tes evaluasi yang diberikan
apabila sub bab telah selesai. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Tes
evaluasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para
siswa setelah menerima proses pembelajaran dengan metode discovery.
45
Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat
perkembangan kemandirian belajar siswa yang dilihat dari aspek
peningkatan nilai dan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Tes
evaluasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa.
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sumber yang sangat penting dalam
penelitian tindakan kelas ini. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana
kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan
siswa, dan segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
6. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari
observasi. Untuk memberikan gambaran saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, maka digunakan dokumentasi berupa foto.
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Suharsimi Arikunto (2002:144).
Selanjutnya Sutrisno Hadi (1997:18) menyatakan bahwa instrumen dikatakan
valid apabila mempunyi unsur kejituan dan kejelian. Jitu artinya instrumen
tersebut dapat memberi fungsi sebagaimana mestinya dan teliti apabila
instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya
gejala atau bagaimana gejala itu diukur.
46
a) Uji Validitas Materi
Pengujian validitas materi digunakan untuk memperoleh kesahihan
instrument penelitian sehingga dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar. Pengujian validitas materi untuk proses belajar mengajar
dilakukan dengan metode validitas isi. Pengujian validitas isi dilakuka
dengan cara menguatkan pendapat dari para ahli dalam bidang yang
bersangkutan (experts judgment) sebanyak 2 orang yaitu dosen ahli media
ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan proses
pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi.
b) Uji Validitas Lembar Observasi, Pedoman Wawancara, dan Tes
Tertulis
Pengujian validitas lembar observasi Pedoman Wawancara, dan Tes
Tertulis pada kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
metode validitas isi. Validitas isi ditetapkan menurut rasio atau logika
terhadap isi butir-butir instrument dengan penilaian berdasarkan
pertimbangan subjektif individu (judgement) sebanyak 2 orang yaitu dosen
ahli media ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan
proses pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi.
c) Uji Validitas Angket
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan
dapat mengukur apa yang hendak diukur (Gay,1983). Validitas suatu
instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana
47
suatu tes mengukur apa yang hendak diukur, prinsip tes adalah valid,
tidak universal. Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan
validitas kriteria (Criteria Validity) dan validitas isi (Content Validity).
Validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi product moment pearson yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006:170) :
rxy =
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
rxy = koefiesien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah subyek
∑xy = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari X
Y2 = kuadrat dari Y
Berdasarkan hasil perhitungan apabila nilai corrected item-total
correlation tersebut 0,239 maka butir pernyataan dalam angket
dinyatakan valid Dalam pengujian validitas instrumen, peneliti
menggunakan bantuan komputer program SPSS 19. Oleh karena itu dalam
mencari validitas butir langsung dapat mengetahui apakah butir gugur
atau tidak.
Tabel 3. Pedoman Pemberian Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,99 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2005:216)
48
2. Reliabilitas Instrumen
Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
Pengujian reliabilitas ini dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2005:282) berikut rumus koefisien reliabilitas
Alfa Cronbach :
2
2
11 St
Si
k
kri
2
2
n
Jks
n
JkiSi
2
2
2
2
n
xt
n
xtSt
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
k = mean kuadrat antar subyek
∑Si2 = mean kuadrat kesalahan
St2 = varians total
Jki = jumlah kuadrat seluruh skor item
Jks = jumlah kuadrat subyek
I. Hasil Uji Coba Instrumen
a. Hasil perhitungan validitas instrumen
1). Angket kemandirian belajar
Berdasarkan hasil analisis validitas menunjukkan bahwa angket
kemandirian belajar yang berjumlah 30 butir, dinyatakan gugur 4 butir
49
yaitu butir nomor 10, 12, 21, dan 23 karena 4 butir tersebut
mempunyai nilai corrected item-total correlation kurang dari 0,239.
dengan demikian butir pernyataan angket kemandirian belajar yang
dinyatakan valid dan akan digunakan untuk proses pengambilan data
selanjutnya berjumlah 26 butir. Untuk memperjelas hasil analisis
validitas terhadap instrumen dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen
No Aspek
Butri Sebelum Diuji
Butir Gugur Setelah Diuji
Butir Valid Setelah Diuji
No. Butir
Jumlah Butir
No. Butir
Jmlh Butir
No. Butir
Jmlh Butir
1 Motivasi 1, 2, 17, 23, 26, 27
6 23 1
1, 2, 17, 26, 27
5
2 Inisiatif 6, 12, 13, 14, 22, 28,
6 12 1 6, 13, 14, 22, 28,
5
3 Percaya Diri 4 ,7, 9, 11, 19, 29
6 - - 4 ,7, 9, 11, 19, 29
6
4 Disiplin 3 ,8, 18, 20, 21, 25, 30
7 21 1 3 ,8, 18, 20, 25, 30
6
5 Tanggung Jawab 5 ,10, 15,16, 24
5 10 1 5 ,10, 15,16, 24
4
Jumlah 30 4
26
b. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen
Setelah pengujian validitas, selanjutnya adalah dilakukan pengujian
reliabilitas, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula
Alpha dari Cronbach, dan kriteria koefisien Alpha minimal yang dapat
50
diterima telah ditetapkan sebesar 0,70. Hasil reliabilitas instrumen dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen
No Variabel Koefisien Alpha
1. Kemandirian Belajar 0,913
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui
bahwa variabel mempunyai koefisien Alpha diatas 0,70. hal ini
membuktikan bahwa instrumen penelitian yang berupa angket dan tes
yang digunakan dalam penelitian ini, reliabel.
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga
komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data,
beberan (display) data dan menarik kesimpulan (Sumarsi Madya, 2007:75)
a. Data hasil pelaksanaan pembelajaran
Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode discovery,
digunakan data yang diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan,
dan hasil tes wawancara yang dianalisis secara deskriptif.
51
b. Data angket siswa
Pedoman penskoran untuk angket dengan pernyatan positif maka
diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu” diberi skor 4, ”sering”
diberi skor 3, ”kadang-kadang” diberi skor 2, dan jika ”tidak pernah”
diberi skor 1. sedangkan pedoman penskoran untuk angket dengan
pernyatan negatif diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu”
diberi skor 1, ”sering” diberi skor 2, ”kadang-kadang” diberi skor 3, dan
jika ”tidak pernah” diberi skor 4.
Kemudian hasil angket tersebut dilakukan analisa sebagai berikut :
1) Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan
aspek yang diamati
2) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, kemudian
dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan
aspek-espek yang diamati. Perhitungan persentase yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Jumlah skor tiap aspek Persentase = x 100 %
Jumlah skor maksimal tiap aspek
3) Jumlah hasil skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya
dipresentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil
angket (Sutrisno Hadi,1999:216)
52
Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket
X = persentase skor hasil angket
c. Data hasil tes siswa
Pada tiap akhir siklus siswa diberikan tes. Rata-rata dihitung
menggunakan rumus berikut (Sutrisno Hadi, 2004:13) :
ΣX X =
N Ket : X = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah seluruh skor
N = Banyak subjek
d. Penyajian Kesimpulan
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan data hasil angket,
hasil observasi, dan hasil tes guna mengecek keabsahan data. Untuk
memperkuat data, digunakan pula dokumen yang berupa foto-foto
selama proses pembelajaran berlangsung. Data-data yang telah
dianalisis kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan.
Persentase skor yang diperoleh
Kategori
85 % - 100 % Sangat Baik
70 % - 84 % Baik
55 % - 69 % Cukup Baik
40 % - 54 % Kurang Baik
0 % - 39 % Sangat Kurang
53
K. Indikator Keberhasilan
Komponen-komponen yang menjadi indikator perubahan tiap siklus dalam
penelitian ini adalah:
1. Motivasi
Siswa diharapkan menunjukkan sikap responsif, senang, semangat yang
tinggi, lebih serius dan tidak mudah frustasi dalam mengikuti
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.
2. Inisiatif
Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari
keaktifan siswa dalam bertanya, dan menjawab dengan memberikan
argumentasi tanpa ditunjuk oleh guru. Frekuensi siswa yang aktif dalam
menjawab atau maju ke depan dengan inisiatif sendiri bertambah.
3. Percaya Diri
Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu dan malu-malu dalam bertanya,
menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau siswa lain.
Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan menjadi mulai lebih berani. Siswa mulai lebih berani tampil ke
depan tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru.
4. Disiplin
Saat kegiatan pembelajaran siswa tidak berbuat gaduh, bergurau dengan
temannya, tidak melamun, tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas
dan patuh terhadap aturan atau perintah guru.
54
5. Tanggung Jawab
Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
tugas yang diberikan, berani berbuat menanggung resiko, bila diberi tugas
akan selesai pada waktunya.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tindakan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Januari sampai 24
Februari 2011. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing
siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan, yaitu satu kali untuk materi, satu kali
untuk praktik dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan selama 3 x 45
menit dan satu kali untuk tes dengan alokasi waktu 45 menit.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran
menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan selama kegiatan penelitian
di kelas X TPHP 1.
Tabel 7 . Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan
Ukuran di Kelas X TPHP 1
Siklus Pertemuan
ke- Hari / Tanggal Waktu Materi
I
1 Kamis / 13 Januari 2011
07.15 WIB s.d. 09.30 WIB
Tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran
2 Kamis / 20 Januari 2011
07.15 WIB s.d. 09.30 WIB
Praktik proses persiapan pengolahan sayuran, dan Membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, nSlice, Macedoine, Paysanne,
56
Chopped
3 Kamis / 27 Januari 2011
07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB
Tes Siklus I
II
1 Kamis / 10 Februari 2011
08.45 WIB s.d. 11.15 WIB
Proses persiapan pengolahan pada ikan, dan langkah-langkah Proses filleting dan skinning pada flat fish
2 Kamis / 17 Februari 2011
07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB
Praktik tahapan proses persiapan pengolahan pada ikan, proses filleting dan skinning flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, goujon.
3 Kamis / 24 Februari 2011
07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB
Tes Siklus II
Berikut ini adalah penjabaran kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada
masing-masing siklus.
1. Siklus I
Pada siklus I, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipelajari
siswa adalah tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenis-
jenis potongan sayuran, praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan
membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,
dan Chopped. LKS seperti terlampir pada Lampiran B. 1 dan B. 2.
57
Tahap-tahap pada siklus I meliputi:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, penentuan materi kelas X semester II yang
akan dijadikan objek penelitian dibahas bersama guru mata pelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan. Sesuai dengan
judul penelitian maka materi yang akan disampaikan dipilih yang cocok
dengan metode discovery. Berdasarkan pada rencana semula, kelas yang
digunakan untuk penelitian adalah kelas X TPHP 1. Selanjutnya peneliti
melakukan:
1) Penyusunan Perangkat Pembelajaran
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun oleh peneliti sesuai dengan metode pembelajaran
Discovery. Materi yang diajarkan pada pertemuan I adalah tentang
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenis-jenis
potongan sayuran. RPP pada pertemuan 1 terlampir pada lampiran
A. 1. Selanjutnya materi yang dipelajari siswa pada pertemuan 2
adalah praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat
potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,
dan Chopped. RPP pertemuan kedua terlampir pada lampiran A.2.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 LKS. LKS 1 berisi tahapan
proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta
mendefenisikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1)
58
bertujuan agar siswa dapat menemukan tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan
sayuran, dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan materi persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis
potongan sayuran. Sedangkan LKS 2 berisi langkah-langkah
pembuatan jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice,
Macedoine, Paysanne, dan Chopped (Lampiran B.2) bertujuan
agar siswa dapat siswa dapat mempraktikkan tahapan proses
persiapan pengolahan sayuran dan membuat potongan sayuran
Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped.
2) Penyusunan instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran
D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), angket
kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2), soal tes siklus I menganai
menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk/forming
sayuran (Lampiran C.1). Lembar observasi digunakan saat
pembelajaran berlangsung, Tes dilakukan pada akhir siklus 1,
sedangkan angket kemandirian belajar siswa digunakan pada akhir
pembelajaran siklus 1.
59
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu
masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 13 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah tahapan proses
persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan
sayuran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
ini adalah siswa dapat menemukan tahapan dalam proses persiapan
pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan
sayuran dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan
sayuran.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu yang dipimpin
oleh ketua kelas, kemudian guru memberi salam kepada siswa.
Sebelum memulai pelajaran guru memperkenalkan peneliti kepada
siswa. Kemudian guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak
masuk pada hari itu. Pembelajaran diawali dengan
60
menginformasikan materi yang akan mereka pelajari pada hari itu,
yaitu tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan
mengenal jenis-jenis potongan sayuran serta tujuan siswa
mempelajari materi tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa tentang tahapan proses persiapan pengolahan
sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran, maka siswa
diminta untuk menyebutkan tahapan proses persiapan pengolahan
sayuran. Berikut kutipan dialog antara guru dan siswa.
Guru : “Apakah kalian tahu, apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?“
Siswa : (Berfikir) Guru : “Sayuran sebelum diolah harus diproses terlebih
dahulu. Coba kalian sebutkan apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?”
Siswa 1 : “Dikupas, Buk.” Guru : “Betul. Tetapi apa hanya dengan dikupas saja?” Siswa : (Berfikir) Guru : “Untuk lebih jelasnya, kita akan mengetahui
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran dengan mengerjakan LKS.”
Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada hari itu, berbeda dengan
pembelajaran sebelumnya karena pembelajaran waktu itu akan
menggunakan metode discovery yaitu metode penemuan.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu guru melanjutkan
pembelajaran dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa ke
dalam kelompok secara acak. Karena jumlah siswa 32 orang, maka
61
ada 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4
siswa. Cara guru membagi kelompok, berdasarkan pada tempat
duduk siswa yang berdekatan. Setelah terbentuk kelompok,
selanjutnya masing-masing kelompok dibagikan 2 bendel LKS 1
yang berisi kegiatan 1 tentang tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran dan kegiatan 2 tentang jenis-jenis potongan
sayuran. Satu bendel LKS untuk siswa dan LKS yang lainnya
untuk dikumpulkan.
Sebelum siswa mengerjakan LKS 1, mereka diarahkan oleh
guru dalam pengerjaan LKS 1. Siswa diminta untuk membaca
instruksi yang tercantum dalam LKS 1 terlebih dahulu. Siswa juga
diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan
menuliskan anggota kelompok yang sudah dibentuk.
Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling
mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya
diskusi. Dalam diskusi, siswa saling bekerjasama dalam
mengerjakan LKS 1 (Lampiran B.1). Dalam pengerjaan LKS,
terdapat kelompok yang membagi tugas untuk tiap anggotanya.
Contohnya dalam LKS 1 kegiatan 1, ada siswa yang membacakan
instruksi yang tercantum pada LKS 1, ada siswa yang memberi
tanda panah pada bagian tabel. Dalam pengerjaan LKS 1, terdapat
kelompok yang mengulangi hasil temuannya karena hasil
temuannya tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Setelah
62
langkah-langkah pada kegiatan 1 selesai, siswa menyusun
kesimpulan kegiatan 1 LKS 1, dan dilanjutkan latihan soal yang
sudah tertuang dalam LKS 1. Kemudian untuk kegiatan 2, siswa
mengerjakan LKS 1 dalam kelompok seperti pada kegiatan 1.
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 1
(Lampiran B.1), siswa diminta untuk mempresentasikan hasil
temuan mereka di depan kelas. Ternyata ada salah satu kelompok
yang langsung bersedia maju tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut
kutipan dialog guru dan siswa.
Guru :“Semua kelompok sudah selesai mengerjakan LKS?”
Kel. 1, 4 & 5 : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok yang lain?” Kel. 2, 8, : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok 3, 6, 7?” Kel. 3, 6, & 7 : “ Sudah, Buk.” Guru :“Sekarang, kelompok mana yang mau
mempresentasikan jawaban kegiatan 1? (Perwakilan kelompok 4 mengacungkan jari dan berdiri). Silahkan kelompok 4, maju ke depan mempresentasikan jawabanmu!”
Perwakilan kelompok 4 ternyata tidak langsung maju, tetapi
masih ribut dengan teman-teman kelompoknya dan mengajak
semua teman 1 kelompok untuk ikut maju semua ke depan kelas.
Salah satu siswa dari kelompok 4 membacakan hasil pekerjaan
kegiatan 1, dan siswa lain dari kelompok 4 Menyebutkan 4 tahap
hasil temuan mereka , mengenai tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran. Presentasi kelompok 4 diakhiri dengan
menuliskan kesimpulan kegiatan 1.
63
Pada waktu salah satu kelompok mempresentasikan hasil
temuan kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain tidak
begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut sehingga
ketika guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban
kelompok tersebut, hanya beberapa siswa yang menjawab setuju.
Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang
berbeda, beberapa siswa menjawab tidak, sehingga guru
mengulangi pertanyaan tersebut dengan suara lebih keras, dan
siswa serentak menjawab tidak ada.
Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan
presentasi kegiatan 2. Guru meminta perwakilan dari kelompok
selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil temuannya.
Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari, beberapa siswa
saling tunjuk dan susasana kelas menjadi ramai. Guru segera
mengkondisikan, dan menunjuk kelompok 6 untuk maju
mempresentasikan temuan kelompoknya.
Semua siswa kelompok 6 maju ke depan dan
mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang
dilakukan kelompok 6 hampir sama dengan presentasi kelompok
sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 6 membacakan hasil
pekerjaan kegiatan 2, dan siswa lain dari kelompok 6 menyebutkan
10 jenis potongan sayuran yang mereka temukan. Presentasi
kelompok 6 diakhiri dengan menuliskan kesimpulan kegiatan 2.
64
Pada waktu kelompok 6 mempresentasikan hasil temuan
kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain masih tidak
begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut. Guru
kemudian menegur beberapa siswa untuk memperhatikan
kelompok yang sedang presentasi. Ketika presentasi kelompok 6
selesai, guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban
kelompok tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika
guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang
berbeda, siswa serentak menjawab tidak.
Pembelajaran dilanjutkan dengan membahas latihan soal yang
telah dikerjakan siswa secara kelompok. Guru meminta 2 siswa
dari kelompok yang berbeda untuk menuliskan jawaban latihan
soal di papan tulis. Siswa pertama mengerjakan latihan soal
kegiatan 1 yang berkaitan dengan tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran, dan siswa kedua mengerjakan latihan soal
kegiatan 2 yang berkaitan dengan jenis-jenis potongan sayuran.
Guru dan siswa bersama-sama mengecek kebenaran jawaban
yang telah dituliskan oleh kedua siswa tersebut. Semua jawaban
yang telah dituliskan, semuanya benar. Guru menanyakan
bagaimana dengan jawaban siswa yang lain, siswa serantak
menjawab sama.
Setelah mengerjakan kegiatan 1 dan kegiatan 2 dalam LKS 1
(Lampiran B.1), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu
65
LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan, LKS yang
satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum
melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera
dilengkapi sebelum dikumpulkan.
c) Penutup
Setelah mengerjakan 2 kegiatan dalam LKS 1, siswa diminta
untuk duduk di tempat duduk masing-masing. Kemudian, guru
bersama siswa menyimpulkan tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran yang telah
dipelajari hari itu. Berikut dialog antara guru dan siswa.
Guru : “Sekarang coba kalian sebutkan, tahpan proses persiapan pengolahan sayuran ? Coba kelompok 3!”
Siswa 1 : “Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan.”
Guru : “Ada tambahan dari kelompok lain?” Siswa : ( Serentak ) “Setuju!” Guru : “Iya betul, tahapan proses persiapan pengolahan
sayuran ada 4 tahap yaitu : Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan ”
Siswa 2 : “Bedanya Chopped dan Minced apa, Buk.” Guru : ”Ada yang tau anak-anak?” Siswa 3 : “Ya, kalau chopped potongannya lebih kasar .” Guru : “Ya benar, ada yang mau menambahkan?” Siswa : (serentak) chopped memotong secara sembarang
dalam ukuran dan potonganyya, sedangkan minced cincangan halus”
Setelah siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan
bahwa terdapat 4 tahapan proses persiapan pengolahan sayuran.
Guru juga mengatakan bahwa tahapan tersebut Pencucian, Soaking
atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan,
66
sedangkan jenis-jenis potongan sayuran guru menyebutkan
pengertian dan ukuran dari 10 jenis potongan sayuran yang
terdapat pada kegiatan 2.
Siswa diingatkan guru untuk mempelajari jenis-jenis potongan
sayuran yang akan mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya.
Setelah itu, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
sebelum meninggalkan ruang kelas.
d) Catatan Refleksi Pertemuan I
Setelah keluar kelas, peneliti bersama guru membahas
pembelajaran yang baru saja dilakukan pada pertemuan I ini. Dari
hasil observasi peneliti selama pembelajaran, hambatan yang
muncul dalam pembelajaran yaitu beberapa kelompok tidak
membaca instruksi yang terdapat pada LKS 1, sehingga mereka
terlalu sering bertanya pada teman atau guru padahal apa yang
mereka tanyakan sudah tertuang dalam instruksi-instruksi di LKS.
Bahkan ada satu kelompok yang mencontek pekerjaan LKS
kelompok lain. Saat kelompok lain mempresentasikan temuan
kelompoknya, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan
bergurau sendiri. Untuk mengatasi agar hambatan-hambatan ini
tidak terulang lagi, pada pertemuan II nanti, siswa diminta untuk
lebih mandiri bersama teman kelompok dalam mengerjakan LKS,
dan lebih serius dalam mengikuti pembelajaran.
67
Selain itu, karena siswa hanya berpatokan pada LKS 1
(Lampiran B.1) saja, akibatnya siswa tidak mempunyai dokumen
di buku catatan mereka. Sehingga, pada pertemuan berikutnya
setelah mengerjakan LKS, siswa akan diminta guru untuk
menuliskan hasil temuan mereka atau kesimpulan pembelajaran
hari itu di buku catatan.
2) Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 20 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.
Materi yang dipelajari siswa pada pertemuan ini adalah praktik
penerapan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan
membuat jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice,
Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, siswa dapat membuat
jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine,
Paysanne, dan Chopped.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Setelah guru, peneliti dan observer memasuki kelas, ketua kelas
memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru,
68
peneliti, dan observer. Guru menjawab salam lalu meminta siswa
untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk
pada pertemuan sebelumnya.
Setelah semuanya siap, maka guru memulai membuka
pelajaran. Siswa diinformasikan materi yang akan mereka
praktikkan hari itu yaitu tentang menerapkan tahapan proses
persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis potongan
Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped.
siswa kemudian melakukan prepare diri dan peralatan sebelum
praktik.
Guru : ”Kemarin, kita telah mempelajari tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran, ada yang mengulang kembali pelajaran kemarin dirumah ?”
Siswa : “Dibaca kok Buk?” Guru : “Iya kalau kalian sudah membaca ulang kalian pasti
mampu melakukan praktik kali ini Siswa : “Bisa, Buk”. Guru : “Bagaimana caranya?” Siswa :”Hmm”. Bikin potongan sayuran khan buk” Guru : “ Baiklah kalau begitu kita langsung praktik saja”
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu masing-masing kelompok
diberikan dua bendel LKS 2 yang berisikan tentang menerapkan
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis
potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan
Chopped. (Lampiran B. 2). Satu bendel untuk siswa dan satunya
lagi untuk dikumpulkan. Pada masing-masing kelompok, juga
69
dibagikan media berupa sayuran wortel 3 buah, dan 3 buah kentang
. Sebelum siswa mengerjakan LKS 2, mereka diarahkan oleh guru
dalam pengerjaan LKS 2 dan meminta siswa untuk membaca
instruksi yang tercantum dalam LKS 2 (Lampiran B.2) terlebih
dahulu. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan nomor
kelompok dan menuliskan anggota kelompoknya.
Selama proses diskusi dan praktik berlangsung, guru
berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengontrol jalannya praktik. Dalam praktik, sebagian siswa
mengerjakan, tetapi ada juga yang tidak. Sehingga, agar semua
siswa ikut terlibat aktif dalam mengerjakan LKS dan menemukan
jenis-jenis potongan sayuran, guru sering mendatangi dan
mengontrol setiap pengerjaan potongan sayuran dan LKS masing-
masing kelompok. Selain itu juga, siswa diminta untuk menyalin
hal-hal yang penting dalam LKS 2 agar mereka mempunyai
dokumen tentang materi yang sedang mereka pelajari dalam buku
catatan mereka.
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 2
tentang membuat jenis-jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene,
Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil praktik dan hasil temuan mereka di depan
kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada perwakilan kelompok
yang ingin menunjukkan hasil temuan dan hasil diskusi mereka di
70
depan, ternyata ada salah satu wakil kelompok yang langsung
bersedia maju untuk menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan
kelompok mereka tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan dialog
guru dan siswa.
Guru : “Ada yang belum selesai membuat potongan sayuran dan mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya).
Guru : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban dan menunjukkan hasil temuan LKS kegiatan 1?”
Kel 4 : “Kelompok kami, Buk.” Guru : “Silahkan kelompok 4.” Dua siswa dari kelompok 4 maju ke depan dan
mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Siswa 1
membacakan instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa 2
memperagakan instruksi dari siswa 1 menggunakan media sayuran
yang telah dibagikan tersebut. Presentase kelompok 4 diakhiri
dengan menuliskan hasil kesimpulan kelompok tentang potongan
Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped,
dan menunjukkan hasil potongan yang mereka buat
Seperti pada pertemuan I, pada waktu kelompok 4
mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, masih ada beberapa
siswa yang tidak begitu memperhatikan hasil temuan kelompok
tersebut. Guru langsung menegur siswa tersebut untuk
memperhatikan kelompok yang sedang presentasi. Ketika
presentasi kelompok 4 selesai, guru menanyakan apakah yang lain
setuju dengan jawaban kelompok tersebut, dengan serentak siswa
71
menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban
kelompok lain yang berbeda, siswa serentak menjawab tidak.
Berikut kutipan dialog guru dan siswa.
Guru : “ Kelompok yang lain setuju?” Siswa : (Serentak)“ Setuju” Guru : “ Apakah ada pendapat lain atau pertanyaan?” Siswa : (Serentak) “Tidak.” Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan
presentasi kelompok berikutnya. Guru meminta perwakilan dari
kelompok selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil
temuannya. Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari. Guru
kembali meminta perwakilan dari kelompok untuk maju ke depan,
karena tidak ada siswa yang mau maju, guru menunjuk kelompok 8
untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil temuan
kelompoknya.
Semua siswa kelompok 8 maju ke depan dan
mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang
dilakukan kelompok 8 hampir sama dengan presentasi kelompok
sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 8 membacakan
instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa lain memperagakan
instruksi dari siswa tadi menggunakan media yang telah dibagikan
tersebut. Presentase kelompok 8 diakhiri dengan menuliskan hasil
kesimpulan kelompok tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice,
Macedoine, Paysanne, dan Chopped, dan menunjukkan hasil
potongan yang mereka buat
72
Pada waktu kelompok 8 mempresentasikan hasil temuan
kelompoknya, masih ada beberapa siswa dari kelompok lain yang
tidak memperhatikan. Ketika presentasi kelompok 8 selesai, guru
menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok
tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika guru
menanyakan apakah ada potongan kelompok lain yang berbeda,
siswa dari kelompok 6 mengacungkan jari.
Berikut kutipan dialog guru dan siswa.
Guru : “ Ya, potongan mana yang berbeda?” Siswa : (Saling menunjuk antar anggota kelompok
untuk menyebutkannya)“” Guru : “ Ayo sampaikan saja biar teman-teman lain
tahu dimana letak perbedaanya?” Siswa : “potongan slice kelompok kami melintang buk,
sementara kelompok 8 potongannya menyerong (miring)
Guru : “Iya, sebetulnya potongan slice itu adalah irisan tipis dengan potongan melintang atau miring dan harus rata.
Siswa : “jadi yang benar kelompok mana bu?” Guru : “ Ya jawaban kelompok 8 dan 6 dua-duanya
benar” Guru : “apa masih ada yang ingin ditanyakan atau belum
jelas?” Siswa : “(serentak) jelas buk” Setelah mengerjakan kegiatan 1 sampai kegiatan 6 dalam LKS
2 (Lampiran B.2), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu
LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan LKS yang
satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum
melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera
dilengkapi sebelum dikumpulkan.
73
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup, siswa bersama-sama dengan guru
menyimpulkan tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice,
Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Siswa kemudian diminta
untuk mencatat hal-hal penting dan kesimpulan pada pembelajaran
hari itu di buku catatan mereka. Karena masih ada waktu, siswa
diingatkan bahwa pada pertemuannya selanjutnya, akan diadakan
tes siklus I yang berkenaan dengan tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran, Jenis-jenis potongan sayuran. Setelah itu, guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum
meninggalkan ruang kelas.
d) Catatan Refleksi Pertemuan II
Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul dalam
pembelajaran yaitu beberapa siswa yang masih sulit untuk
dikondisikan, tidak memperhatikan saat kelompok lain sedang
mempresentasikan hasil kelompoknya, sehingga pada pertemuan
berikutnya guru akan memberi pengawasan yang lebih kepada
siswa yang tidak memperhatikan.
c. Tahap Observasi
Observasi untuk tiap kali pertemuan berdasarkan pada pedoman
observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran
D.1) dan kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun oleh
74
peneliti sebelumnya (Lampiran D.3). Dalam tahap observasi, peneliti
dibantu oleh 2 orang tim teaching untuk mendeskripsikan keseluruhan
aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di
dalam kelas.
Sasaran observasi pada tiap pertemuan difokuskan pada keseluruhan
proses proses pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi saat
mengerjakan LKS, bagaimana cara mereka menghadapi kesulitan-
kesulitan tersebut, bagaimana cara mereka dalam menarik kesimpulan dari
suatu pokok bahasan yang sedang dibahas, serta bagaimana cara mereka
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Aktivitas guru selama
proses pembelajaran juga menjadi perhatian yang penting selama proses
observasi.
Selama proses belajar mengajar pada pertemuan I siklus I, ada
beberapa hal yang menjadi catatan peneliti ketika observasi di dalam kelas.
Catatan observasi peneliti selama pertemuan I siklus I adalah sebagai
berikut:
Ketika pertama kali guru bersama peneliti dan observer masuk ke
dalam kelas, para siswa memperhatikan gerak gerik peneliti dan kedua
observer. Mereka terlihat bingung dengan kedatangan peneliti ke kelas
mereka. Setelah mengucapkan salam, guru memperkenalkan peneliti
kepada siswa. Guru memberi tahu bahwa pembelajaran mereka akan
dibantu oleh observer. Setelah guru dibantu observer menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan, kemudian guru mengkomunikasikan tujuan
75
mereka belajar Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran Jenis-jenis
Potongan Sayuran. Setelah itu, guru memberikan apersepsi yang berkaitan
dengan materi Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran.
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan I, suasana diskusi
kelompok dalam kelas masih ramai. Sebagian siswa ikut berpartisipasi
dalam diskusi untuk menemukan tahapan proses persiapan pengolahan
sayuran, tetapi ada juga siswa yang tidak berpartisipasi dan sibuk dengan
dirinya sendiri. Saat diskusi berlangsung, guru berkeliling mengontrol
jalannya diskusi kelompok dan sesekali siswa bertanya kepada guru dan
teman jika mereka menemui kesulitan dalam mengerjakan LKS 1mengenai
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta
mendeskripsikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1).
Dalam mempresentasikan hasil diskusi mereka, siswa membacakan
dan menuliskan hasil temuan mereka di papan tulis. Siswa diminta untuk
memberikan pendapat atau tanggapan jika hasil kelompoknya berbeda
dengan kelompok yang presentasi. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa
menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran
Jenis-jenis Potongan Sayuran. Kemudian guru menyampaikan materi
pertemuan berikutnya.
Pertemuan II diawali dengan ketua kelas memimpin teman-temannya
untuk memberi salam kepada guru, peneliti, dan observer. Guru menjawab
salam lalu meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok
yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Diskusi kelompok pada
76
pertemuan II ini tidak jauh berbeda dengan diskusi pada pertemuan
sebelumnya. Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut berpartisipasi aktif
dalam diskusi dan praktik. Tetapi, hampir sebagian besar siswa dalam
kelompok masing-masing dapat menyelesaikan LKS 2 yang berisikan
tentang menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan
membuat jenis potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,
dan Chopped (Lampiran B.2) dengan baik. Cara presentasi siswa juga
masih sama seperti pada pertemuan I. Caranya adalah siswa membacakan
apa yang mereka tulis dalam LKS dengan memperagakan media yang
telah disiapkan. Tetapi, perhatian siswa ketika temannya presentasi di
depan masih kurang. Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang sibuk
dengan dirinya sendiri dan bercanda dengan teman. Hal ini mengakibatkan
mereka hanya asal menjawab pertanyaan guru tentang setuju atau tidaknya
mereka dengan jawaban yang tertulis di papan tulis. Setelah mengerjakan
LKS, siswa diminta untuk menuliskan di buku catatan agar mereka
memiliki dokumen.
Secara umum, sebagian besar kelompok saling bekerja sama dalam
menemukan jenis-jenis potongan dan mampu menjawab dengan benar
dalam memberikan kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Dari dua
kali pertemuan, cara siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka masih sama. Secara bergantian perwakilan masing-masing
kelompok menuliskan jawaban mereka di papan tulis, sedangkan
kelompok lain memperhatikan. Kemudian, siswa bersama guru membahas
77
hasil diskusi mereka, jika ada jawaban yang berbeda, kelompok yang
memberikan jawaban itu diminta untuk mengemukakan alasan mereka.
Selama proses diskusi berlangsung, guru mengontrol jalannya diskusi dan
sesekali berkeliling mendatangi kelompok-kelompok yang mengalami
kesulitan.
d. Tahap Refleksi
Refleksi terhadap hasil belajar siswa selama siklus I ini dilaksanakan
melalui evaluasi dalam bentuk soal tes mengenai materi menerapkan
proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada sayuran (Lampiran
C.1) seperti ulangan harian biasa pada hari Kamis, 27 Januari 2011 pukul
07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa soal uraian sebanyak 5
butir soal.
Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan bersama-sama guru
yang bersangkutan. Dari hasil diskusi dengan guru, ditemukan hambatan
dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Pada pertemuan 1, siswa cenderung hanya mengerjakan LKS dan
tidak membuat dokumen di buku catatan mereka. Tetapi pada
pertemuan 2, siswa sudah diminta guru untuk membuat catatan.
2) Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut terlibat dalam mengerjakan
LKS.
78
3) Saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil temuan
kelompoknya, beberapa siswa masih ramai dan bercanda dengan
teman lain.
4) Pada saat tes siklus I berlangsung, beberapa siswa menanyakan
jawaban dan mencocokkan hasil jawaban kepada siswa lain. Beberapa
siswa terlihat berbisik-bisik dengan temannya.
Setelah berdiskusi dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran
yang bersangkutan, maka disepakati bahwa akan dilakukan perbaikan
dalam pembelajaran pada siklus 2, yaitu :
1) Pengawasan untuk siswa lebih ditingkatkan oleh guru, peneliti,
maupun pengamat pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung.
Terutama bagi siswa yang masih terlihat tidak ikut berdiskusi dengan
kelompokknya mengerjakan LKS yang diberikan. Maupun bagi siswa
yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang ada pada
LKS.
2) Guru lebih melibatkan siswa yang ramai dan sering bercanda dengan
teman lain, dalam menjawab pertanyaan atau untuk mempresentasikan
hasil temuan kelompok. Supaya mereka memperhatikan dan tidak
mengganggu konsentrasi siswa yang lain.
3) Ketika dilaksanakan tes siklus II, guru bersama dengan peneliti akan
lebih meningkatkan pengawasan, bila siswa masih berbicara dengan
teman di waktu tes berlangsung.
79
2. Siklus II
Pada siklus II, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipersiapkan
untuk siklus II adalah Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting
dan skinning flat fish, Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik
Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan
fillet, delice, papiette, dan goujon.
a. Tahap Perencanaan
Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang
terjadi pada saat siklus I, yaitu siswa lebih dikondisikan supaya tidak ramai
dan bercanda, siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen di buku catatan
mereka, dan guru lebih sering mengontrol diskusi siswa agar semua siswa
ikut terlibat dalam menemukan suatu konsep . Pada tahap perencanaan
tindakan siklus II, peneliti menyusun RPP 2 dengan kompetensi dasar
menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan
(Lampiran A.2) dan LKS 3 Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses
filleting dan skinning flat fish, (Lampiran B.3) untuk pertemuan pertama
siklus 2, RPP 2 (Lampiran A.2) dan LKS 4 berisikan mengenai Praktik
Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik Proses filleting dan skinning
flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon
(Lampiran (B.4), untuk pertemuan kedua siklus 2. Di samping itu, peneliti
juga menyusun instrumen. Instrumen itu meliputi soal tes siklus 2 mengenai
materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan
80
dalam bentuk uraian sebanyak 3 butir soal (Lampiran C.2), lembar observasi
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery (Lampiran
D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), pedoman wawancara
guru (Lampiran F.1), pedoman wawancara siswa (Lampiran F.2) dan angket
kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2). Tes diberikan pada akhir siklus 2,
lembar observasi digunakan saat proses pembelajaran berlangsung,
sedangkan wawancara dan pemberian angket kemandirian belajar siswa
dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu
masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
10 Februari 2011 mulai pukul 08.45 WIB s.d. 11.15 WIB. Materi yang
diajarkan pada pertemuan ini adalah Tahapan Proses Persiapan
Pengolahan Pada Ikan dan Urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada
Flat Fish. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat menemukan tahapan persiapan
pengolahan pada ikan dan langkah-langkah proses filleting dan
skinning pada flat fish dan siswa dapat menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan materi tersebut.
81
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Ketika guru memasuki kelas, guru memberi salam kepada
siswa dan siswa menjawab salam. Kemudian, guru menanyakan
siapa saja siswa yang tidak masuk pada hari itu. Untuk
mengawali pembelajaran, sebagai apersepsi, siswa diulang
tentang konsep tahapan proses persiapan pengolahan yang pernah
mereka temukan pada siklus I.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai
dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 3 mengenai
Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan
skinning flat fish,. Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi
untuk dikumpulkan. Siswa diminta segera mengerjakan LKS 3
sesuai dengan instruksi yang tercantum dalam LKS. Siswa juga
diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan
menuliskan anggota kelompoknya.
Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling
mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya
diskusi. Dalam diskusi, sebagian siswa mengerjakan, tetapi ada
juga sesekali yang masih bercanda. Guru segera menegur dan
82
mengingatkan untuk ikut aktif dalam mengerjakan LKS 3. Guru
juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS 3 sekaligus,
sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS yang lain
telah terisi. Ketika pembelajaran telah berlangsung selama 90
menit, bel tanda waktu istirahat berbunyi, sehingga guru
menyuruh siswa untuk istirahat terlebih dahulu dan pembelajaran
akan dilanjutkan 15 menit kemudian setelah jam istirahat.
Jam istirahat telah selesai, namun masih banyak siswa yang
belum masuk kelas. 10 menit kemudian, semua siswa telah
masuk ke ruang kelas. Beberapa kelompok mulai mengerjakan
soal latihan pada LKS 3. Ketika guru menanyakan apakah semua
kelompok telah selesai mengerjakan LKS 3, salah satu kelompok
8 menjawab belum. Guru kemudian memberikan waktu 5 menit
untuk menyelesaikannya, dan kelompok lain diminta
mengkoreksi jawaban kelompok mereka. Setelah masing-masing
kelompok menyelesaikan LKS 3 tentang Tahapan Proses
Persiapan Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses
Filleting Dan Skinning Pada Ikan Flat Fish, siswa diminta untuk
menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas.
Karena waktu sudah terbatas guru langsung menunjuk kelompok
5 untuk maju ke depan mempresentasikan hasil temuan
kelompoknya.
83
Kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya seperti
dengan kelompok presentasi pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 3,
Siswa 2 menunjukkan urutan-urutan yang telah ditemukan, siswa
3 dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di
papan tulis.
Pada waktu kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya,
hampir semua siswa memperhatikan, hanya ada beberapa siswa
yang bercanda dengan temannya, sehingga guru mendekati siswa
tersebut agar tenang dan memperhatikan.
Setelah kelompok 5 selesai menuliskan kesimpulan, guru
menanyakan apakah ada kelompok lain yang tidak setuju, atau
ada kelompok yang mau menanggapi presentasi dari kelompok 5.
Salah satu siswa mengacungkan jarinya dan bertanya kepada
guru. Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa.
Siswa 1 : “Pak, saya mau tanya.” (Siswa 1 mengacungkan jarinya).
Guru : “Ya, silahkan” Siswa 1 : “Berarti kalau mau melakukan tahapan proses
persiapan pengolahan pada ikan, ikan tersebut harus dicuci sebanyak 2 kali ya Buk?”
Guru : “Coba perhatikan LKS 3 kegiatan 1, seperti yang dipresentasikan kelompok 5 tadi, bahwa pencucian ikan dilakukan sebanya 2 kali, (sambil menunjukkan tabel pada kegiatan 1), nah, pencucian pertama dilakukan sebelum ikan disiangi untuk melepaskan semua kotoran pasir yang mungkin melekat pada ikan, dan pencucian kedua dilakukan setelah iakn disiangi untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih menempel dengan menggunakan air mengalir
84
agar semua kotoran terlepas. Jadi, kedua pencucian harus dilakukan. Mudeng ora?”
Siswa : (Serentak) “ Mudeng Buk.” Guru : “ Yang tanya tadi sudah jelas belum?” Siswa 1 : “ Nggih Buk, mudeng.” Guru : “ Ada pertanyaan lagi?” Siswa : (Serentak) “Tidak.”
Selanjutnya guru meminta tiga orang siswa untuk maju ke
depan menuliskan hasil pekerjaan latihan soal yang telah mereka
kerjakan di dalam LKS 3 bersama kelompok. Namun salah satu
siswa mengingatkan bahwa jam pelajaran menerapkan teknik
konversi bahan dalam pengolahan sebentar lagi akan selesai,
sehingga guru meminta siswa untuk bersama-sama membahas
hasil latihan soal tersebut pada pertemuan berikutnya.
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan
salah satu LKS 3 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama
dengan guru menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan
Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan
Skinning Pada Ikan Flat Fish. Guru juga meminta siswa untuk
mencatat hal-hal penting pembelajaran Tahapan Proses Persiapan
Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan
Skinning Pada Ikan Flat Fish, di buku catatan siswa. Guru
mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya akan membahas soal
latihan tadi dan siswa diingatkan guru untuk mempelajari urutan-
urutan proses filleting dan skinning pada flat fish yang akan
85
mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya . Setelah itu, guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum
meninggalkan ruang kelas.
d) Catatan Refleksi Pertemuan I
Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul
dalam pembelajaran yaitu waktu pembelajaran yang masih belum
sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dikarenakan
pembelajaran diselingi jam istirahat, dan siswa banyak yang
terlambat masuk kembali ke dalam kelas. Sehingga waktu
pelaksanaan pembelajaran berkurang. Sebenarnya jam pelajaran
menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan pada saat
itu seharusnya jam 07.15 sampai 09.30 WIB, namun karena ada
guru bahasa Indonesia yang meminta pertukaran jam pelajaran
dengan jam menerapkan teknik konversi bahan dalam
pengolahan, maka jam pelajaran menerapkan teknik konversi
bahan dalam pengolahan di hari itu menjadi pukul 08.45 sampai
pukul 11.15 WIB dikurangi waktu istirahat selama 15 menit.
Seharusnya apabila waktu pembelajaran tidak tersita untuk
menunggu siswa masuk kembali ke dalam kelas dan langsung
siap untuk melanjutkan pembelajaran, dimungkinkan waktu
pembelajaran akan cukup untuk pembahasan soal latihan.
Namun demikaian, pada pertemuan I siklus II ini, siswa
tidak lagi mengalami kesulitan seperti pada pertemuan siklus I.
86
Ketika dibagikan LKS, mereka sudah mengerti apa yang harus
mereka lakukan. Mereka tidak lagi banyak bertanya kepada guru
sehingga suasana lebih kondusif.
2) Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 17 Februari mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi
yang dipraktikkan pada pertemuan ini adalah menerapkan proses
persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan
skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette,
dan goujon. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan proses persiapan
pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada
flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam kepada
guru, peneliti, dan observer. Kemudian, guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa. Setelah itu, menanyakan siapa saja siswa
yang tidak masuk pada hari itu. Untuk mengawali pembelajaran,
sebagai apersepsi, siswa diulang tentang tahapan proses persiapan
87
pengolahan ikan dan urutan-urutan filleting dan skinning pada flat
fish yang pernah mereka temukan.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai dengan
seperti pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Kemudian guru
dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 4 berisikan
mengenai Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik
Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan
Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon dan satu buah ikan nila
berukuran sedang pada masing-masing kelompok diskusi. Satu
bendel untuk siswa dan satunya lagi untuk dikumpulkan. Siswa
diminta segera mengerjakan LKS 4 sesuai dengan instruksi yang
tercantum dalam LKS. Siswa juga diingatkan agar siswa
mencantumkan nomor kelompok dan menuliskan anggota
kelompoknya. Guru juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS
4 sekaligus, sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS
yang lain telah terisi.
Dalam mengerjakan LKS 4, hampir semua siswa ikut aktif,
Guru berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengontrol jalannya diskusi dan praktik. Karena instruksi-instruksi
dalam LKS 4 hampir mirip pada LKS 3 yang telah dikerjakan pada
pertemuan sebelumnya, maka siswa dalam kelompok dengan cepat
mengerjakan dan tidak banyak bertanya pada guru.
88
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 4
tentang proses filleting dan skinning pada flat fish dan bentuk-
bentuk potongan ikan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas. Ketika guru
menanyakan apakah ada perwakilan kelompok yang ingin
menuliskan jawaban hasil temuan dan menunjukkan hasil praktik
mereka di depan kelas, ternyata ada dua siswa wakil kelompok
yang mengacungkan jari tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan
dialog guru dan siswa.
Guru : “Ada yang belum selesai mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya).
Guru : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban hasil diskusinya?” (Perwakilan dari kelompok 4 dan kelompok 2 bersamaan mengacungkan jari). “Ya silahkan kelompok 2 yang maju, kelompok 4 sudah sering maju. Kita beri kesempatan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil temuannya.”
Siswa : (Serentak). “Ya Buk.”
Kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya seperti dengan
kelompok presentasi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 4, Siswa 2
menunjukkan bentuk potongan yang telah mereka buat, siswa 3
dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di papan
tulis.
Pada waktu kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya,
hampir semua siswa memperhatikan. Setelah kelompok 2 selesai
89
menuliskan kesimpulan, guru menanyakan apakah ada kelompok
lain yang tidak setuju, atau ada kelompok yang mau menanggapi
presentasi dari kelompok 2, atau ada juga yang mau bertanya.
Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa.
Guru : “Ada yang tidak setuju dengan hasil kelompok 2?” Siswa : “ Setuju, Buk” Guru : “ Ada yang mau menanggapi atau menambahkan?
(Siswa diam). Ada pertanyaan?” (Salah satu siswa mengacungkan jari).
Guru : ” Ya, silahkan.” Siswa 1 : “ Ketajaman pisau itu berpengaruh tidak buk
terhadap hasil fillet dan skinning?” Guru : “ Iya benar sekali. Ketajaman piasau sangan
menentukan hasil fillet dan skinning, jika pisau yang kalian gunakan tajam maka kalian akan mudah melakukan fillet dan skinning serta hasil fillet dan skinning yang kalian hasilkan akan bagus dan rapih, sebaliknya jika pisau yang kalian gunakan tumpul maka kalian akan susah melakukan fillet dan skinning dan hasilnya juga tidak akan bagus (guru menunjukkan hasil fillet dan skinning kelompok 2 yang hasilnya baik, dan hasil kelompok 6 yang kurang baik karena pisau yang digunakan tumpul).
Guru : “Ya. Ada yang kurang paham?” Siswa : “ Tidak, Buk.”
Guru meminta siswa untuk memberi applause bagi siswa yang
telah bersedia maju ke depan tadi.
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan salah
satu LKS 4 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama dengan
guru menyimpulkan proses persiapan pengolahan pada ikan,
praktik urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan
membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.. Guru juga
90
meminta siswa untuk mencatat hal-hal penting pembelajaran proses
persiapan pengolahan pada ikan, urutan proses filleting dan
skinning pada flat fish, dan potongan fillet, delice, paupiette, dan
goujon.di buku catatan siswa. Selain itu juga, siswa diingatkan
bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus II
mengenai materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan
bentuk/forming pada ikan. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam sebelum meninggalkan ruang kelas.
c. Tahap Observasi
Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan
adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditandai
dengan adanya peningkatan pada kemandirian siswa saat mengerjakan
LKS, hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kepercayaan diri saat menyampaikan pekerjaan mereka di depan kelas,
dan keberanian untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.
d. Tahap Refleksi
Refleksi terhadap hasil belajar siswa siklus II ini dilaksanakan melalui
evaluasi dalam bentuk soal tes (Lampiran C.2) pada hari Kamis tanggal 24
Februari 2011 pukul 07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa uraian
sebanyak 3 soal.
Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui diskusi
bersama-sama guru yang bersangkutan. Peneliti menanyakan bagaimana
91
pendapat guru terhadap proses pembelajaran selama siklus II ini. Menurut
guru, pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Hal ini ditandai dengan antuasiasme dan keaktifan siswa yang
lebih menonjol dibandingkan ketika siklus I. Siswa mampu mengerjakan
LKS secara mandiri bersama kelompoknya masing-masing, siswa juga
lebih berani untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.
Pada saat tes evaluasi siklus II, siswa terlihat lebih mandiri, lebih tenang
dan tidak ada siswa yang menanyakan jawaban kepada siswa lain.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil Angket Kemandirian Belajar siswa
Hasil angket kemandirian belajar siswa pada siklus II ada kenaikan
yang cukup baik. Perbandingan hasil angket pada siklus I dan II dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel. 8 Hasil Angket Kemandirian Belajar ASPEK Motivasi Inisiatif Percaya Diri Disiplin Tanggung Jawab
Siklus
I
Persentase 69,17% 77,64% 65,14%
65,08%
69,45%
Kategori Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup
Baik Cukup Baik
Siklus
II
Persentase 76,11%
78,34%
76,67% 75,10%
75,52%
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik
(Untuk analisis hasil angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.3 dan E.4)
Berdasarkan tabel 3, kemandirian belajar siswa menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada aspek motivasi terjadi
92
peningkatan sebesar 6,94%, aspek inisiatif terjadi peningkatan sebesar
0,7%, aspek percaya diri terjadi peningkatan sebesar 11,53%, aspek
disiplin terjadi peningkatan sebesar 10,02%, dan aspek tanggung jawab
terjadi peningkatan sebesar 6,07%. Selain itu, dapat diketahui bahwa
seluruh aspek kemandirian belajar siswa yaitu motivasi, inisiatif, percaya
diri, disiplin, dan tanggung jawab pada siklus II berada dalam kategori
baik.
2. Hasil Tes Siklus
Data hasil tes pada siklus I dan siklus II diperoleh berdasarkan tes
tertulis siswa yang berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal. Soal tes dan
hasil tes siklus terlampir pada lampiran C.3 – C.4.
Berikut hasil nilai tes siklus I dan tes siklus II siswa. (Untuk hasil
selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran C. 3 – C. 4).
Tabel 9 . Daftar Nilai Tes Siklus Siswa
Keterangan Nilai Tes Siklus I Nilai Tes Siklus II
Rata-Rata 81,71 95,31 Nilai Maksimum 100 100 Nilai Minimum 60 70
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rata-rata nilai tes siswa dari
siklus I ke siklus II adalah 13,6. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa saat
pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II adalah 100 dan untuk nilai
93
terendah pada pelaksanaan tes siklus I adalah 60, sedangkan nilai terendah
untuk pelaksanaan tes siklus II adalah 65.
3. Hasil Wawancara
a) Hasil Wawancara Guru
Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
langsung. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata
pelajaran yang bersangkutan ini berdasarkan pedoman wawancara
guru yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil
wawancara peneliti dengan guru yang terlampir dalam Lampiran F. 3,
dapat disimpulkan bahwa dengan metode Discovery yang
menjembatani siswa dalam pembelajaran, membuat siswa lebih
termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Siswa berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
bertanya, dan menjawab dengan memberikan argumentasi tanpa
ditunjuk oleh guru. Siswa terlihat lebih percaya diri untuk maju ke
depan dengan inisiatif sendiri. Siswa disiplin dalam mengikuti
pembelajaran dengan tidak lagi berbuat gaduh, tidak menunda-nunda
dalam mengerjakan LKS, dan patuh terhadap perintah guru. Siswa
juga lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
Selain itu, pembelajaran dengan metode Discovery, lebih mudah
diserap siswa karena siswa dilibatkan dalam menemukan konsep
sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Adapun kelebihan dari
94
pembelajaran dengan metode Discovery adalah siswa jadi ikut terlibat
dalam menemukan konsep. Secara keseluruhan, dalam pembelajaran
menggunakan metode discovery ini, guru tidak mengalami kendala
yang berarti.
b) Hasil Wawancara Siswa
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas X
TPHP 1 ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
dan pendapat siswa saat pembelajaran dengan metode Discovery.
Metode wawancara yang diterapkan adalah wawancara langsung
dengan siswa sesuai dengan pedoman wawancara siswa yang telah
disusun peneliti. Siswa yang diwawancarai dipilih secara acak.
Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa yang terlampir dalam
Lampiran F.4, dapat disimpulkan bahwa dengan metode Discovery,
siswa lebih senang dan bersemangat dalam mengerjakan LKS. Siswa
juga lebih mudah mengingat materi pembelajaran, karena mereka
terlibat dalam proses penemuan.
Pada saat mengerjakan LKS, siswa serius dan termotivasi dalam
mengerjakannya. Ketika mereka tidak serius, mereka akan kesulitan
dalam mengerjakan soal, sehingga nilai yang akan didapat siswa
kurang maksimal. Ketika siswa menemukan kesulitan, siswa bertanya
kepada teman. Jika teman tidak bisa menjawab, kemudian siswa
bertanya kepada guru.
95
Dengan pembelajaran discovery secara berkelompok siswa lebih
berinisiatif dan percaya diri untuk maju ke depan tanpa ditunjuk oleh
guru. Siswa lebih disiplin dalam pembelajaran dengan tidak menunda-
nunda untuk mengerjakan LKS atau latihan soal. Siswa juga
bertanggung jawab dalam untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya
tepat waktu.
Pembelajaran menggunakan LKS, membuat siswa mudah untuk
menemukan dan mengingat suatu konsep. Hal ini dikarenakan
langkah-langkah dari konsep itu ditemukan dan diketahui oleh siswa.
Kendala-kendala yang dihadapi siswa adalah ada teman sekelompok
yang tidak ikut melibatkan diri dalam mengerjakan LKS. Saran-saran
yang diberikan siswa adalah menambah tampilan LKS yang lebih
menarik, yang berwarna, serta menggunakan gambar-gambar.
C. Pembahasan
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan
Ukuran dengan Metode Discovery
Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan metode
Discovery meliputi :
a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan
dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai
dalam setiap pembelajaran.
96
b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan
mereka pelajari.
c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian
ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 4 siswa.
d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS
1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS dan media yang
berkaitan dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang
diberikan dimaksudkan untuk mengarahkan siswa dalam
menemukan konsep.
2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data
tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep
yang mereka temukan sendiri.
3) Siswa mengerjakan latihan kegiatan yang terdapat dalam LKS,
setelah mereka menyimpulkan konsep yang telah ditemukan.
e. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dari LKS. Presentasi pertama
diawali dengan presentasi tentang temuan konsep, presentasi kedua
tentang hasil pekejaan latihan soal. Presentasi dilakukan agar
kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui oleh
kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil diskusinya
berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan hasil
97
mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan
terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep
yang benar.
f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari
hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk
menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah
dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka.
Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa antusias selama mengikuti
proses pembelajaran menggunakan metode discovery. Hal ini ditunjukkan
melalui semangat siswa dalam mengerjakan LKS dan memperhatikan
selama proses pembelajaran. Siswa berani maju ke depan untuk presentasi
atau mengerjakan soal latihan dengan sikap yang yakin tanpa sebelumnya
ditunjuk oleh guru. Siswa berani dan aktif mengkomunikasikan pendapat
ataupun pertanyaan. Selain itu, siswa tetap berada di kelas selama proses
pembelajaran berlangsung.
2. Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Pada
Siswa
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode
discovery telah mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini
nampak berdasarkan data yang diperoleh baik melalui angket kemandirian
98
belajar siswa, tes siklus, observasi, maupun wawancara dengan guru dan
siswa.
Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar siswa, nampak terjadi
peningkatan dari, siklus I ke siklus II. Persentase hasil angket kemandirian
belajar siswa meningkat pada tiap aspeknya.
Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus, nilai menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa juga mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I,
rata-rata nilai siswa adalah 81,71. Hasil siklus II, rata-rata nilai
menerapkan proses pengecilan ukuran siswa meningkat menjadi 99,31.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan baik dengan guru mata
pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan
maupun dengan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran melalui penerapan metode
discovery memang lebih efektif bila dibandingkan pembelajaran-
pembelajaran yang selama ini digunakan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan,
guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS
merupakan pembelajaran yang bagus dan efektif. Terlebih lagi dengan
adanya diskusi kelompok dan presentasi yang dilakukan oleh siswa
menjadikan siswa lebih aktif. Kemandirian belajar siswa juga cukup
bagus, karena siswa tidak tergantung pada penjelasan guru. Dengan
mengikuti instruksi dalam LKS, siswa cukup mampu untuk melakukan
kegiatan belajar mandiri secara berkelompok dengan teman diskusinya.
99
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X TPHP 1, secara
umum mengatakan bahwa mereka menyukai metode pembelajaran dengan
metode discovery yang mana pembelajarannya menggunakan LKS
(Lembar Kegiatan Siswa) membuat siswa lebih mudah memahami materi
pelajaran, langkah-langkah yang tertera dalam LKS, membuat siswa tidak
tergantung dengan penjelasan guru. Siswa termotivasi dalam belajarnya.
Selain itu siswa berinisiatif dan percaya diri untuk mempresentasikan
pekerjaannya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Siswa juga disiplin dan
bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran dan patuh kepada
perintah guru.
Tercapainya hasil belajar yang optimal tersebut, tidak terlepas dari
banyak aspek yang mendukung selama proses pembelajaran dalam kelas.
Diantaranya yakni peran guru selama proses pembelajaran, kesesuaian
antara tindakan yang ditempuh oleh guru dengan rencana tindakan yang
telah dipersiapkan peneliti dalam rencana pelaksanan pembelajaran (RPP)
atas persetujuan guru yang bersangkutan, serta sikap siswa - siswi kelas X
TPHP 1 yang bersedia bekerjasama selama proses pembelajaran dengan
mengikuti pembelajaran dengan baik.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menerapkan
proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery telah mampu
meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1
Pandak.
100
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dilakukan dengan cermat, namun bukan
berarti hasilnya tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar mata diklat kewirausahaan dalam penelitian ini hanya
diukur dari nilai yang diperoleh dari tes akhir siklus, sedangkan ada
banyak faktor yang mempengaruhi penilaian prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : validitas alat ukur,
subyektivitas penilai, kondisi fisik dan mental siswa saat dinilai, dan
suasana saat dilakukannya penilaian.
2. Tidak terdapat modul mata diklat menerapkan proses pengecilan
ukuran atau buku pegangan yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga
siswa cenderung tidak dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.
101
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran menerapkan
proses pengecilan ukuran menggunakan metode Discovery yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1
Pandak dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran dengan metode Discovery meliputi:
a. Guru lebih merinci alokasi waktu untuk diskusi kelompok dan
presentasi siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Pembentukan kelompok secara heterogen membuat siswa dapat
berinteraksi dengan siswa lain, belajar berdiskusi, bekerjasama, dan
mengemukakan pendapat
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Discovery secara umum
berjalan dengan baik. Pembelajaran dengan metode Discovery yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan
dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai
dalam setiap pembelajaran.
b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan
mereka pelajari.
102
c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian
ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 4 siswa.
d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS
1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS yang berkaitan
dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang diberikan
dimaksudkan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan konsep.
2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data
tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep
yang mereka temukan sendiri.
e. Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka. Presentasi dilakukan
agar kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui
oleh kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil
diskusinya berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan
hasil mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan
terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep
yang benar.
f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari
hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk
menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah
dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka.
3. Pembelajaran dengan metode Discovery memberikan kontribusi positif
dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses
103
pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK negeri 1 Pandak.
Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Motivasi
Persentase aspek motivasi siswa setelah diadakan pembelajaran
siklus I adalah 69,17%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II
meningkat menjadi 76,11%.
2) Inisiatif
Persentase aspek inisiatif siswa setelah diadakan pembelajaran siklus
I adalah 77,64%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II
meningkat menjadi 78,34%.
3) Percaya diri
Persentase aspek percaya diri siswa setelah diadakan pembelajaran
siklus I adalah 65,14%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II
meningkat menjadi 76,67%.
4) Disiplin
Persentase aspek disiplin siswa setelah diadakan pembelajaran siklus
I adalah 65,08%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II
meningkat menjadi 75,10%.
5) Tanggung Jawab
Persentase aspek tanggung jawab siswa setelah diadakan
pembelajaran siklus I adalah 69,45%, dan setelah diadakan
pembelajaran siklus II meningkat menjadi 75,52%.
104
Peningkatan rata-rata kelas berdasarkan hasil tes secara keseluruhan
meningkat dari 81,71 pada siklus I menjadi 95,31 pada siklus II.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran,
sebaiknya seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep suatu pokok bahasan yang
dipelajari siswa. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam
memahami suatu konsep menerapkan proses pengecilan ukuran dan
mengurangi kecenderungan siswa menghapal konsep. Karena konsep akan
mudah diingat jika siswa memahami konsep tersebut. Tetapi, kegiatan
menemukan tentunya tetap di bawah bimbingan guru.
2. Bagi Peneliti Lain
Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode
discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Untuk penelitian-
penelitian berikutnya, bentuk, isi, dan tampilan LKS dapat dikembangkan
kembali agar lebih menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria
penyusunan LKS untuk kegiatan-kegiatan penemuan, sehingga siswa
105
lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada
akhirnya hasil belajar siswa dapat diperoleh lebih optimal.
3. Bagi Siswa
Hendaknya siswa selalu berusaha untuk meningkatkan kemandirian,
dalam hal motivasi diri, inisiatif, rasa percaya diri, disiplin dan tanggung
jawab belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. http://akhmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/. Diakses pada tanggal 27 Juni 2010
Anonim. Pengertian Metode. http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/
pengertian-metode.html Diakses pada tanggal 3 Juli 2010 Anita Lie. Menjadi Orang Tua Bijak. 101 Cara Menumbuhkan Percaya diri Anak.
2003. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Arini. 2008. Definisi Menerapkan teknik konversi bahan dalam proses pengolahan.
http://arinimath.blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html. Diakses pada tanggal 3 Juli 2010
Darius. 2008. Tanggung Jawab. http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-
jawab/. Diakses pada tanggal 7 Juli 2010 Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi. http://www.lkp2i.org/pdf/smp/ Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian.pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2010 Desi Susilawati. 2009. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa. Skripsi. Yogyakarta: UNY
---------------------. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA-
Universitas Pendidikan Indonesia Farida Fauziah. 2007. Upaya Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Melalui pemanfaatan Modul Matematika Di SMK 1 Jogonalan Klaten. Skripsi. Yogyakarta: UNY
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Cetakan I.
Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Imadea. 2009. Menjadi Muslim Inisiatif. http://imadea.multiply.com/
journal/item/107/MenjadiMuslimahinisiatif. Diakses pada tanggal 2 Desember 2010
Jacinta F Rini. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Diambil pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp
Jakop Utomo. 1990. Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT Gramedia Martiningsih. 2007. Macam-macam Metode Pembelajaran Error! Hyperlink
reference not valid.. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010 Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Syaodih Sukamadinata. 2003. Landasan Psikologis Proses Pendidikan.
Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Cetakan kedua puluh satu.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Pergola Irianti. 2009. Profesi Pustakawan dan Kemandirian. Error! Hyperlink
reference not valid.. Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 Rizky. 2009. Pengertian Belajar. http://kuliah psikologi.dekrizky.com/ pengertian-
belajar. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan ke VI. IKIP Jakarta:
Rineka Cipta Rosnida Nurhayati. 2007. Pemanfaatan Website www.gomath.com sebagai Media
dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa kelas X SMA N 1 Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Yogyakarta: UNY
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta Sri Rumini dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP Universitas
Negeri Yogyakarta. Sucman. Metode Penemuan. http://www.laboratoriumum.sch.id/files/BAB
%20XII%20STRATEGI%20PEMBELAJARAN%20DENGAN%20METODE%20PENE MUAN.pdf. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010
Sugiyono.2005.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta Suharsimi Arikunto, 1993. Manajemen Pembelajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta Suharsimi Arikunto.1992.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara. Sutrisno Hadi.2004.Metodologi Research.Yogyakarta:Andi Saifuddin Azwar.2003.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta Ubaydillah. 2008. Menjadi Orang Yang Berinisiatif. dari http://www.e-
psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 7 april 2010 Wasty Sumanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Cetakan ke empat. Jakarta: PT Rineka Cipta Winamo Surakhmad. Metode Belajar. http://www.banjar-jabar.go.id/indexphp?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=487. Diakses pada tanggal 16 Mei 2010
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Zainun Mutadin. 2002. Kemandirian Sbg Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 26 Mei 2010