psi agama
Transcript of psi agama
-
8/9/2019 psi agama
1/21
BAB I
PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI DISIPLIN ILMU
A. Pengertian Psikologi Agama
Dengan melihat pengertian psikologi dan agama serta objek yang dikaji, dapatlah diambil
pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaahkehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan
agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan
ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap
dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang
menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
B. Objek Kajian Psikologi Agama
Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala- gejala
kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara
keduannya. Dengan kata lain, meminjam istilah Zakiah Daradjat, psikologia agamamembahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama
(religious experience). Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama
adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-
akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi
agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan,
kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal
balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.
C. Metode Penelitian Psikologi Agama
Diantara metode yang digunakan dalam mengkaji psikologi agama adalah :
1. Dokumen Pribadi
Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batinseseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk mengetahui informasi tentang hal ini
maka dikumpulkan dokumen pribadi seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa autobiorafi,
biografi atau catatan- catatan yang dibuatnya.
Metode dokumentasi tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik, antara
lain:
a. Teknik Nomotatik
Pendekatan ini antara lain digunakan untuk mempelajari perbedaan- perbedaan individu.
Sementara dalam psikologi agama, teknik nomotik ini antara lain untuk melihat sejauh mana
hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan.
b. Teknik Analisis Nilai (value analysis)
Teknik ini digunakan dalam kaitannya dengan statistik. Data- data yang telah terkumpuldiklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap
individu yang diteliti.
c. Teknik Ideography
Teknik ini hampir sama dengan teknik nomotatik, yaitu pendekatan guna memahami sifat
dasar manusia. Bedanya, teknik ini lebih menekankan antara sifat- sifat dasar manusia dengan
keadaan tertentu dan aspek- aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing- masing
individu dalam rangka memahami seseorang.
d. Teknik Penilaian terhadap Sikap (evaluation attitudes technique)
Teknik ini digunakan dalam penelitian biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya
dengan individu yang akan diteliti.
2. Angket dan Wawancara
Metode angket dan wawancara digunakan untuk meneliti proses jiwa beragama pada orang
-
8/9/2019 psi agama
2/21
-
8/9/2019 psi agama
3/21
tapi juga masalah- masalah khusus. Pembahasan tentang kesadaran beragama misalnya,
dikupas oleh B. Pratt dalam bukunya the Religious Consciousness, sedangkan Rudolf Otto
membahas sembahyang. Perkembangan beragama pun tidak luput dari kajian para ahli
psikologi agama. Piere Binet adalah salah satu tokoh psikologi agama awal yang membahas
tentang perkembangan jiwa keberagamaan. Menurut Binet, agama pada anak- anak tidakbeada dengan agama pada orang dewasa. Pada anak- anak dimana mungkin dialami oleh
orang dewasa, seperti merasa kagum dalam menyaksikan alam ini, adanya kebaikan yang tak
terlihat, kepercayaan akan kesalahan dan sebagian dari pengalaman itu merupakan fakta-
fakta asli yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
C. Kajian Psikologi Agama Di Kawasan Timur
Dalam Dunia Timur tidak mau ketinggalan. Abdul Munin Abdul Aziz al Malighy misalnya,
juga menulis kajian perkembangan jiwa beragama pada anak- anak dan remaja. Sementara
didaratan anak benua Asia dan India juga terbit buku- buku yang berkaitan dengan psikologi
agama. Jalaluddin menyebut judul buku berikut pengarangnya antara lain: The Song of God:
Baghavad Gita.
Sedang di Indonesia, sekitar tahun 1970-an tulisan tentang psikologi agama baru muncul.Karya yang patut dikedepankan adalah: Ilmu Jiwa Agama oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,
Agama dan Kesehatan Jiwa oleh prof. Dr. Aulia (1961), Islam dan Psikosomatik oleh S.S.
Djamian, Pengalaman dan Motivasi Beragama oleh Nico Syukur Dister, Al Quran: Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa oleh Dadang Hawari dan sebagainya. Dalam buku yang
disebut terakhir misalnya, meskipun yang menjadi pembahasan mengenai kedokteran jiwa,
akan tetapi membahas pula aspek- aspek agama atau spiritual dalam kaitannya dengan jiwa
seseorang.
Bab III
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
A. Fitrah Sebagai Potensi BeragamaFitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk
melakukan perbuatan suci yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah manusia
mempunyai sifat suci, yang dengan nalurinya tersebut ia secara terbuka menerima kehadiran
Tuhan Yang Maha Suci.
Berdasarkan Al Quran Surat Ar Rum ayat 30:
???? ???? ????? ????? ???? ???? ???? ??? ????? ????? ?? ????? ???? ???? ??? ????? ????? ????
???? ????? ?? ??????
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah
yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.
Jelaslah, secara naluri manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya
Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah
tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia. Namun, perpaduan dengan jasad telah membuat
berbagai kesibukan manusia untuk memenuhi berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta
tipu daya duniawi yang lain telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-
kadang terlengahkan, bahkan ada yang berbalik mengabaikan.
B. Pengertian Fitrah
Sedikitnya terdapat 9 (sembilan) makna fitrah yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu:
1. Fitrah berarti suci
Menurut Al Auzai, fitrah berarti kesucian dalam jasmani dan rohani. Bila dikaitkan dengan
potensi beragama, kesucian tersebut dalam arti kesucian manusia dari dosa waris atau dosaasal, sebagaimana pendapat Ismail Raji Al Faruqi yang mengatakan bahwa manusia
diciptakan dalam keadaan suci, bersih, dapat menyusun drama kehidupannya, tidak peduli
dengan lingkungan keluarga, masyarakat macam apa pun ia dilahirkan.
-
8/9/2019 psi agama
4/21
2. Fitrah berarti Islam
Abu Hurairah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan fitrah adalah agama. Pendapat ini
berdasar pada hadits Nabi:
??? ??? ?????? ????? ???? ?? ????? ?? ???? ??? ??? ? ???? ????? ??????
Bukankah aku telah menceritakan kepadamu pada sesuatu yang allah menceritakankepadaku dalam kitabNya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya berpotensi
menjadi orang- orang muslim.
Berangkat dari pemahaman hadits tersebut diatas, maka anak kecil yang meninggal ia akan
masuk surga. Karena ia dilahirkan dengan din al islam, walaupun ia terlahir dari keluarga non
muslim.
3. Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah (Tauhid)
Manusia lahir dengan membawa konsep tauhid, atau paling tidak berkecenderungan untuk
meng-Esakan tuhannya dan berusaha terus mencari untuk mencapai ketauhidan tersebut. Jiwa
tauhid adalah jiwa yang selaras dengan akal manusia.
4. Fitrah dalam arti murni (Al Ikhlas)Manusia lahir dengan membawa berbagai sifat, salah satu diantaranya adalah kemurnian
(keikhlasan) dalam menjalankan suatu aktivitas. Makna demikian didasarkan pada hadits nabi
saw: Tiga perkara yang menjadikan selamat, yaitu ikhlas berupa fitrah Allah dimana manusia
diciptakan dariNya, shalat berupa agama dan taat berupa benteng penjagaan.
5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima kebenaran
6. Fitrah dalam arti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan marifatullah.
Sebagaimana firman Allah surat yasin ayat 22:
? ?? ?? ?? ???? ???? ????? ? ???? ??????
Mengapa aku tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku
7. Fitrah dalam arti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan
kesesatannya.Manusia lahir dengan ketetapannya, apakah nanti ia akan menjadi orang bahagia atau menjadi
orang yang sesat.
8. Fitrah dalam arti tabiat alami manusia
Manusia lahir dengan membawa tabiat (perwatakan) yang berbeda- beda. Watak tersebut
dapat berupa jiwa pada anak atau hati sanubari yang dapat mengantarkan untuk sampai pada
marifatullah. Sebelum usia baligh, anak belum bisa membedakan antara iman dan kafir,
karena wujud fitrah terdapat dalam qalb yang dapat mengantarkan pada pengenalan nilai
kebenaran tanpa terhalang apa pun.
9. Fitrah dalam arti Insting (Gharizah) dan wahyu dari Allah (Al Munazalah)
Ibnu Taimiyah membagi fitrah dalam dua macam:
a. Fitrah Al Munazalah
Fitrah luar yang masuk dalam diri manusia. Fitrah ini dalam bentuk petunjuk al quran dan
sunnah yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi Fitrah Al Gharizahah
b. Fitrah Al Gharizah
Fitrah inheren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang berguna untuk
mengembangkan potensi dasar manusia.
Bab IV
AGAMA PADA MASA ANAK
A. Perkembangan Jiwa Beragama
Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tahap perkembangan. Menurut Kohnstamm,
tahap perkembangan kehidupan manusia dibagi menjadi lima periode, yaitu:
1. Umur 0 3 tahun, periode vital atau menyusuli.
2. Umur 3 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.
-
8/9/2019 psi agama
5/21
-
8/9/2019 psi agama
6/21
fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi
akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.
Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan
cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan
jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandanganteologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional
dan spontan tapi penuh arti teologis.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai
pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada
hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun
dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi
pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan denganperkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga
golongan:
a. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil
fantasi.
b. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal
(perorangan).
c. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam
diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Berkaitan dengan masalah ini, imam bawani membagi fase perkembangan agama pada masa
anak menjadi empat bagian, yaitu:
a. Fase dalam kandungan
untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang
berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama
bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia
atas tuhannya,
b. Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.
Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti
memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.
c. Fase kanak- kanak
Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Padafase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika
berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal
Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang
mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum
mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang
tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan
agama sekalipun sifatnya hanya meniru.
d. Masa anak sekolah
Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga
menunjukkan perkembangan yang semakin realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan
intelektualitasnya yang semakin berkembang.
4. Sifat agama pada anak
Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian:
-
8/9/2019 psi agama
7/21
a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)
kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka
merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian,
pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.
b. EgosentrisSifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3
7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.
Pada usia 7 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik
tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 12 tahun ide tentang doa sebagai
komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari
keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.
c. Anthromorphis
Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia
berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa)
biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang
abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret.d. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka
menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka
laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka.
Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa
dilakukan (tidak asing baginya).
e. Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru. Dalam
hal ini orang tua memegang peranan penting.
Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa
teladan
f. Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa
heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum
pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka
sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama
mempunyai peranan yang sangat penting.
Bab V
AGAMA PADA MASA REMAJA
A. Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja
Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian:
1. Fase Pueral
Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak- anak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan
dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.
2. Fase Negative
Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu- ragu,
murung, suka melamun dan sebagainya.
3. Fase Pubertas
Masa ini yang dinamakan dengan Masa Adolesen
Dalam pembahasan ini , Luella Cole sebagaimana disitir kembali oleh Hanna Jumhanna
Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian:1. Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki)
2. Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki)
3. Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki)
-
8/9/2019 psi agama
8/21
4. Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)
B. Perasaan Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya
terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itusendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.
Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung
jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak
menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan,
penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka
kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan
tuhan sama sekali.
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang
yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa
remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa
mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkanapabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang
mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
C. Motivasi Beragama Pada Remaja
Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:
1. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam
kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi
social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata
tertib masyarakat.
3. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia atau intelek ingin tahu manusia.4. Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
D. Sikap Remaja Dalam Beragama
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1. Percaya ikut- ikutan
Percaya ikut- ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang
didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada
masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang
lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2. Percaya dengan kesadaranSemangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah- masalah keagamaan
yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagaio suatu lapangan
yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-
ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:
a. Dalam bentuk positif
semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak
mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan
membebaskan agama dari bidah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
b. Dalam bentuk negatif
Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk
khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah-
masalah keagamaan, seperti bidah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.
-
8/9/2019 psi agama
9/21
-
8/9/2019 psi agama
10/21
Sejalan dengan tingkatperkembanagan usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa
mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan
sekedar ikut- ikutan.
Cenderung bersifat realis, sehingga norma- norma agama lebih banyak diaplikasikan dalamsikap dan tingkah laku.
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma- norma agama dan berusaha untuk mempelajari
dan memperdalam pemahaman keagamaan.
Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
Bersikap lebih kritis tehadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran dan hati nurani.
Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe- tipe kepribadian masing- masing.
Terlihat adanya hubungan antara sikap dan keberagamaan dengan kehidupan sosial.
C. Agama Pada Usia LanjutProses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi
lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan- jaringan dan sel- sel menjadi tua,
sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini, biasanya dimulai pada
usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan mengahadapi berbagai persoalan. Persoalan
pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas
menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebebkan mereka kehilangan
semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya
sudah tidak berharga lagi.
D. Ciri- Ciri Keagamaan Pada Usia Lanjut
Secara garis besar ciri- ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap relitas tentang kehidupan akherat secara lebih sungguh-
sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara sesama
manusia serta sifat- sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
lanjutnya.
6. Perasaan takut pada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap
keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akherat).
E. Kematangan BeragamaKematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya ditunjukkan dengan
kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya
dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Pada dasarnya terdapat dua factor yang menyebabkan adanya hambatan:
1. Faktor diri sendiri
faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua: kapasitas diri dan pengalaman. Kapasitas
ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran- ajaran itu telihat perbedaanya
antara seseorang yang berkemampuan dan kurang berkemampuan. Bagi mereka yang mampu
menerima dengan rasionya, akan menghayati dan kemudian mengemalkan ajaran- ajaran
agama tersebut dengan baik, penuh keyakinan dan argumentatif, walaupun apa yang harus ialakukan itu berbeda dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan
masyarakat.
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang keagamaan,
-
8/9/2019 psi agama
11/21
maka akan semakin mantap dan stabil dalam melakukan aktivitas keagamaan. Namun, bagi
mereeka yang mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai
macam kesulitan dan akan selalu dihadapkan pada hambatan- hambatan untuk dapat
mengerjakan ajaran agama secara mantap.
2. faktor luarYang dimaksud dengan faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan yang tidak
banyak memberikan kesempatan untuk berkembang. Faktor- faktor tersebut antara lain tradisi
agama atau pendidikan yang diterima.
Berkaitan dengan sikap keberagamaan, William Starbuck sebagaimana dipaparkan kembali
oleh William James, mengemukakan dua buah faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan
seseorang, yaitu:
1. Faktor intern, terdiri dari:
a. Temperamen
Tingkah laku yang didasarkan pada temperamen tertentu memegang peranan penting dalam
sikap beragama seseorang.
b. Gangguan jiwaOrang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah
lakunya.
c. Konflik dan keraguan
Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama, seperti taat,
fanatic, agnotis maupun ateis.
d. Jauh dari tuhan
Orang yang hidupnya jauh dari tuhan akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan
hidup, terutama saat menghadapi musibah.
2. Faktor ekstern yang mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah:
a. Musibah
Seringkali musibah yang sangat serius dapat mengguncangkan seseorang, dan kegoncangan
tersebut seringkali memunculkan kesadaran keberagamaannya. Mereka merasa mendapatkan
peringatan dari tuhan.
b. Kejahatan
Mereka yang hidup dalam lembah hitam umumnya mengalami guncangan batin dan rasa
berdosa. Perasaan tersebut mereka tutupi dengan perbuatan yang bersifat kompensatif, seperti
melupakan sejenak dengan berfoya- foya dan sebagainya. Tidak jarang pula melakukan
pelampiasan dengan tindakan brutal, pemarah dan sebagainya.
Adapun ciri- ciri orang yang sehat jiwanya dalam menjalankan agama antara lain:
1. Optimisme dan gembira.
2. Ekstrovert dan tidak mendalam.3. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal.
Bab VII
KONVERSI AGAMA
A. Pengertian Konversi Agama
Konversi berasal dari kata conversion yang berarti tobat, pindah, berubah. Sehingga
convertion berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change
from one state, or from one religius to another).
B. Macam- Macam Konversi
Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Splika membagi konversi menjadi dua
macam, yaitu:
a. Type volitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit hingga kemudian menjadi
-
8/9/2019 psi agama
12/21
seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
b. Type self surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu
tiba- tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan tersebut
dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat, dari tidak kuat keimanannya menjadi kuatkeimanannya, dari tidak percaya kepada suatu agama menjadi percaya dan sebagainya.
C. Faktor- faktor yang menyebabkan konversi
Para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama disebabkan oleh pengaruh
sosial. Dijelaskan oleh Clark, pengaruh- pengaruh tersebut antara lain:
a. Hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat non
agama.
b. Kebiasaan yang rutin.
c. Anjuran atau propaganda dari orang- orang yang dekat , seperti keluarga, sahabat dan
sebagainya.
d. Pengaruh pemimpin agama
e. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.f. Pengaruh kekuasaan pemimpin
D. Proses Konversi
Proses konversi menurut H. Carrier yaitu:
1. Terjadi disintegrasi kognitif dan motivasi sebagai akibat krisis yang dialami.
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru. Dengan adanya reintegrasi ini
maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur lama.
3. Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh
ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan yang suci, petunjuk
Tuhan
E. Pengalaman Beragama
Pengalaman beragama, (religius experience) adalah unsur dari perasaan dalam kesadaran
beragama, yaitu perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Pengalaman beragama ini cenderung mengungkapkan diri (mengekspresikan diri).
ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.
Pada bagian pertama difokuskan pada sejarah, konsep, serta objek kajian psikologi agama dan
sumber jiwa keberagamaan.
Pada bagian kedua, diuraikan tentang rangkaian periodesasi perkembangan jiwa beragama
manusia mulai masa kanak- kanak, remaja hinga masa lanjut usia dan signifikasinya bagipendidikan agama serta pengaruhnya terhadap pembentukan jiwa beragama manusia pada
umumnya.
Sedangkan pada bagian ketiga membahas masalah konversi agama yang dimulai dengan
konsep, serta ragam maupun prosesnya, dilanjutkan dengan faktor- faktor yang menjadi
penyebab terjadinya konversi agama.
Secara keseluruhan buku ini sangat menarik. Hal ini disebabkan antara lain:
Karena isi dari buku ini sangat lengkap dan mencakup semua hal yang berkaitan dengan
psikologi agama
Pembahasan dan penjelasan yang disusun secara sistematis.
Penggunaan bahasanya jelas dan lugas sehingga sangat mudah dipahami oleh orang yang
membacanya.
Dilengkapi dengan latihan- latihan soal (pertanyaan) di tiap akhir pembahasan (bab) yang
nantinya dapat membantu para pembaca khususnya Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dalam
-
8/9/2019 psi agama
13/21
memahami Ilmu Jiwa Agama.
Dalam buku ini juga disebutkan teori- teori dan konsep- konsep juga sumber dan refrensi
yang jelas.
Akan tetapi hanya saja buku ini terlalu banyak mengambil pendapat- pendapat dari beberapa
ahli, sehingga banyak pengertian- pengertian yang tidak jelas dan sulit untuk dipahami karenaadanya perbedaan diantara pendapat- pendapat para ahli tersebut.
BAB 1PENDAHULUAN
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan
terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatiK, psikologik, dan social.
1
Psikologi
secara etimologi memiliki arti
ilmu tentang jiwa
. Dalam Islam, istilah jiwa dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang
menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya
daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-
nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang
berbeda.Psikologi menurut Plato dan Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.Menurut Wilhem Wundt (tokoh
eksperimental) bahwa
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yangtimbul dalam diri manusia , seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, feeling dan
kehendaknya
.
2
Menurut
Prof. Dr. Zakiah Darajat
bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau
mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu
masuk dalam kostruksi pribadiBelajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama
mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya ,bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya Mengapa manusia ada
yang percaya Tuhan ada yang tidak , apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran
yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.
1
W F. Maramis , Ilmu kedokteran Jiwa, Airlangga university Press, 1980, hal 88
2
Drs H. Ahmad Fauzi , Psikologi Umum Pustaka setia Bandung, 2004 hal
BAB 2DEFINISI AGAMA , TUHAN, SPIRITUAL, KEPERCAYAANA. AGAMA danPSIKOLOGI AGAMAAgama
berasal dari kata
-
8/9/2019 psi agama
14/21
latin religio,
yang dapat berarti
obligation/kewajiban
Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah
kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yangmengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James
Martineau)
3
Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna, dan tujuan
singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu, (Edward Caird)
4
Agama hanyalah upaya mengungkapkan realitas sempurna tentang kebaikan melalui setiap
aspek wujud kita (F.H Bradley)
5
Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang keTuhanan disertai keimanan dan
peribadatan6
Jadi agama pertama-tama harus dipandang sebagai pengalaman dunia dalam individu yang
mengsugestit esensi pengalaman semacam kesufian, karena kata Tuhan berarti sesuatu yang
dirasakan sebagai supernatural, supersensible atau kekuatan diatas manusia. Hal ini lebih
bersifat personal/pribadi yang merupakan proses psikologis seseorang
7
Yang kedua adalah adanya keimanan, yang sebenarnya intrinsik ada pada pengalaman dunia
dalam seseorang. Kemudian efek dari adanya keimanan dan pengalaman dunia yaitu
peribadatan.
8
Tidak ada satupun definisi tentang agama (religion) yang dapat diterima secara umum,
karena para filsuf, sosiolog, psikolog merumuskan agama menurut caranya masing-masing,
menurut sebagian filsuf religion adalah
Supertitious structure of incoheren metaphisical notion
. Sebagian ahli sosiolog lebih senang menyebut religion
3
Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004 hal50
4
Ibid hal 51
5
Ibid hal 506
Drs. Psy H.A. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, pnerbit Martiana Bandung, hal 17
7
ibid
8
Ibid
sebagai
collective expression of human values
. Para pengikut Karl Marx mendifinisikan Religion sebagai the opiate of people
. Sebagian Psikolog menyimpulkan
-
8/9/2019 psi agama
15/21
religion adalah mystical complex surrounding a projected superego
disini menjadi jelas bahwa tidak ada batasa tegas mengenai agama/religion yang mencakup
berbagai fenomena religion.
9
Menurut Einstein , pada pidato tahun 1939 di depan Princeton Theological seminar, ilmupengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah untuk
mencapai kebenaran dan pemahaman, tetapi sumber perasaan itu berasal dari tataran agama,
termasuk didalamnya keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku
pada dunia wujud itu bersifat rasional, artinya dapat dipahami akal. Saya tidak dapat
membayangkan ada ilmuwan sejati yang tidak mempunyai keimanan yang mendalam seperti
itu, ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta
10
Beragama berarti melakukan dengan cara tertentu dan sampai tingkat tertentu penyesuaian
vital betapapun tentative dan tidak lengkap pada apapun yang ditanggapi atau yang secara
implicit atau eksplisit dianggap layak diperhatikan secara serius dan sungguh-sungguh
(Vergulius Ferm)11
Psikologis atau ilmu jiwa mempelajari manusia dengan memandangnya dari segi kejiwaan
yang menjadi obyek ilmu jiwa yaitu manusia sebagai mahluk berhayat yang berbudi. Sebagai
demikian, manusia tidak hanya sadar akan dunia disekitarnya dan akan dorongan alamiah
yang ada padanya, tetapi ia juga menyadari kesadaranya itu , manusia mempunyai kesadaran
diri ia menyadati dirinya sebagai pribadi, person yang sedang berkembang , yang menjalin
hubungan dengan sesamanya manusia yang membangun tata ekonomi dan politik yang
menciptakan kesenian, ilmu pengetahuan dan tehnik yang hidup bermoral dan beragama,
sesuai dengan banyaknya dimensi kehidupan insani , psikologi dapat dibagi menjadi beberapa
cabang
12
9
H. Endang Saifuddun Anshari M. A. Ilmu , Filsafat dan Agama, Penerbit Bina Ilmu 1979,
Hal 111
10
Ibid hal 53
11
Ibid hal 51
12
Dr. Nico Syukur Dister, Psikologi Agama, penerbit Kanisius, hal 9
Kepercayaan dan pengamalannya sangat beragam antara tradisi yang utama dan usaha dalam
mendifinisikan agama itu sendiri secara keseluruhan yang sempurna. Agama sendiri menurut
bahasa latin berasal dari kata religio, yang dapat di artikan sebagai kewajiban atau ikatan
13
Menurut Oxford English Dictionary, religion represent the human recognition of super human
controlling power, and especially of a personal God or Gods entitle to obedience and
worship, agama menghadirkan manusia yang kehidupannya di kontrol oleh sebuah kekuatan
yang disebut Tuhan atau para dewa-dewa untuk patuh dan menyembahnya.
Psikologi agama
merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang adasangkut pautnya dengan keyakinan beragama, dengan demikian psikologi agama mencakup 2
bidang kajian yang sama sekali berlainan , sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya.
-
8/9/2019 psi agama
16/21
14
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap
sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara
seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi15
Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu
pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal yang seperti itu baik
sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan
Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris,
tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa.
Psikologi agama sebagai ilmu pengetahuan empiria tidak menguraikan tentang Tuhan dan
sifat-sifatNya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman terhadap
tingkah laku manusia. Psikologi dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman
individu, dapat mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari gejala keagamaan , tingkah
laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan , pengalaman keagamaan, hukum-hukumumum tetang terjadinya keimanan,
13
Davic Fontana, Psychology , Religion and spirituality, Bps Blackwell, 2003, hal 6
14
Prof Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia 2004 hal1
15
Ibid hal 5
proses timbulnya kesadaran beragama dan persoalan empiris lainnya. Ilmu jiwa agama
hanyalah menghadapi manusia dengan pendirian dan perbuatan yang disebut agama, atau
lebih tepatnya hidup keagamaan
16
B. Tuhan/ God/Allah
Menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang
alami dan pengaruhnya tidak dapat di bendung : Very personal nature and an irresistible
influence, I call it GodThomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama itu ialah berfikir , manusia berTuhan karena manusia menggunakan
kemapuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir
manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapatkan tempatnya hinggasekarang ini dimana para ahli mendewakan ratio sebagai satu-satunya motif yang menjadi
sumber agama
17
Fredrick Schleimacher berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa
ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Dengan adanya rasa ketergantungan yang
mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah, kelemahan ini menyebabkan manusia selalu
tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya, berdasarkan rasa
ketergantungan ini timbullah konsep tentang Tuhan.Mengapa manusia ada yang bersifat
Atheis , tidak percaya adanya Tuhan, ucapan terkenal sepanjang masa adalah dari seorang
yang bernama Nietscshe yang mengatakan Gott ist Gestorben Tuhan sudah mati. Paul Vitz
yang menceritakan kisah Nietscshe menyampaikan teori kekafiran Nietsche (theory ofunbelief) bukan karena perenungan dan penelitian yang sadar , anda tidak percaya kepada
agama bukan karena secara ilmah anda menemukan agma itu hanya sekumpulan tahayul,
-
8/9/2019 psi agama
17/21
anda menolak agama bukan karena anda alas an rasional ,melainkan fakto psikologis yang
tidak anda sadari, Nietsche menolak Tuhan seperti yang diakuinya bukan karena pemikiran
tapi karena naluri.
18
Kematian ayah nya diusia 36 tahun membawa kesedihan yang mendalam pada diri Niersche16
Drs. H. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, Mertiana Bandung hal 9 - 10
17
Prof Dr. H Ramayulis , Op cit hal 26
18
Jalaluddin Rakhmat op cit hal 149
Tidak berbeda dengan Nietsche , maka Freud menulis dalam future of an Illusion bahwa
gagasan-gagasan agama muncul dari kebutuhan yang sama seperti yang memunculkanpencapaian peradaban lainnya , yakni dari desakan untuk mempertahankan diri melawan
kekuatan alam yang lebih perkasa dan menaklukkan (kepercayaan agama hanyalah) ilusi,
pemuasan dari keinginan manusia yang paling tua, paling kuat, dan yang paling penting
seperti yang kita ketahui, kesan tidak berdaya yang menakutkan pada masa anak-anak
membangkitkan kebutuhan akan perlindungan melalui cinta yang diberikan oleh sang Bapa
jadi peraturan Tuhan yang maha kuasa dan Maha pengasih menentramkan ketakutan kira akan
bahaya kehidupan. Secara singkat pada waktu kecil anak mengidola ayahnya sebagai
pelindung dan pemelihara , ketika posisi anak tidak berdaya, setelah dewasa ketika manusia
berhadap dengan kekuatan yang maha perkasa, ia kembali ingat kepada ayahnya, lalu ia
berilusi tentang Tuhan yang seperti ayahnya , untuk memenuhi kebutuhan seorang ayah ia
menciptakan Tuhan Bapak, manusia diciptakan tidak berdasar citra Tuhan , tetapi Tuhan
diciptakan berdasar citra manusia.
19
Bagaimana Freud seorang psikoterapi dan seorang atheis berpendapat unsur kejiwaan yang
menjadi sumber keagamaan ialah sexual (naluri seksual). Berdasarkan libido ini timbullah
idea tentang ketuhanan, upacara keagamaan setelah melalui proses Oedipus Complex (sebuah
mythos Yunani yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka
Oedipus membunuh ayahnya, sehingga setelah membunuh ayah timbul rasa bersalah (sense of
guilt) pada diri anak-anak itu. Father Image (citra bapak) setelah membunuh timbul rasa
bersalah yang kemudian perasaan itu menimbulkan ide membuat suatu cara penebusan
dengan memuja arwah ayah yang telah mereka bunuh, Realisasi dari pembawaan itulahmenurutnya sebagai asal upacara keagamaan. Sigmund freud yakin akan kebenaran
pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa
20
Seperti Nietscshe , Freud memandang ayahnya sebagai bapak yang lemah, pengecut dan
berprilaku sexual yang menyimpang , Ia membenci ayahnya dan selanjutnya membenci
Tuhan yang tercipta berdasarkan citra ayahnya, Psikoanalis akhirnya membuang Tuhan
sebagai sekadar ilusi kekanak-kanakan, bagi freud agama
19
Ibid hal 149 - 150
20
Ibid hal 28
adalah irasional dan patologi, prilaku yang diperteguh , respons pada situasi yang tak terduga
-
8/9/2019 psi agama
18/21
dan pemuasan keinginan kekanak-kanakan
21
Freud membagi jiwa dalam 3 bagian yang semuanya punya fungsi sendiri-sendiri:
Id
adalah tempat dorongan naluri (instinct) dan berada dibawah pengawasan proses primer, idbekerja sesuai prinsip kesenangan.
Ego
(pribadi) tugasnya menghindari ketidak senangan dan rasa nyeri dengan melawan atau
mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Ego bekerja
sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan seperti represi, salah
pindah, rasionalisasi dan lain-lain. Ego mulai terbentuk ketika anak berumur 1 tahun.
SuperEgo
ajaran dan hukuman yang diletakkan kepadanya oleh orang tua dari luar, dimasukan kedalam
superego (internalisasi) yang selanjutnya menilai dam membimbing prilakunya dari dalam,
biarpun orang tua tidak ada lagi disampingnya, Superego yang mulai terbentuk umur 5 6
tahun membantu ego dalam pengawasan dan pelepasan impuls id, mengadung moral,hatinurani, rasa salah,
22
C.Spiritual
Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion, dibanding dengan
kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spitual
mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah orang dengan
spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai
factor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan psikologi,
23
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin Spiritus
yang berarti nafas (breath) dan kata kerja Spirare yang berarti bernafas. Melihat asal
katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.
Menjadi spiritual berarti
mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material
. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna
21
Jalaluddin Rahmat op cit Hal 152
22
WE Maramis, Ilmu Kedoteran Jiwa, Airlangga University Press, 1980 hal 3723
David Fontana op cit hal 11
hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang.
24
Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit , sesuatu yang
spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia,
sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi, dan sementara, Didalamnya
mungkin terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supernatural seperti dalam agama , tetapimemiliki penekanan terhadap pengalaman pribadi. Spiritual dapat merupakan eksperesi dari
kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam
-
8/9/2019 psi agama
19/21
-
8/9/2019 psi agama
20/21
kecintaan sebagai implikasi kewajiban kepada si muknin. Kepercayaan bisa menjadi
keimanan melalui perkembangan sedikit demi sedikit . Dalam perkembangan ini berperan
pengarug orang tua dan lingkungannya. Keimananpun berkembang pula
28
KeimananW.H. Clark membagi taraf perkembangan keimanan seseorang kedalam 4 level:29
2627
Prof Nico Syukur Dister op cit Hal 126
28
H. A Aziz Ahyadi op cit hal 21
29
Ibid hal58 59
1. Stimulus response verbalism, pada level ini keimanan hanyalah di bibir (anak-anak),
mekanismenya disini seperti orang yang belajar, mereka mengulang-ulang perbuatan yang
mendapat hadiah dan menghilangkan kata atau perbuatan yang tercela, kata-kata yangmenimbulkan rasa aman akan diulang-ulang oleh si anak, dengan demikian timbul rasa aman,
kepercayaan yang hanya dibibir akan dikembangkan oleh anak dengan memasukkan
kepercayaan itu dalam dirinya, dan ini sangat pendtin untuk menjadi dasar dan sikapnya dan
menjadi pegangan hidup.2. Intelectual comprehensionTerlihat pada masa remaja, lebih
memerlukan intelek dan adanya proses kreatif yang lebih kmpleks dari pada respons bersyarat
saja, pikirna dan logika berperan dalam setiap proses keimanan, jiwa mula-mula percaya,
timbul kebimbangan, kemudian proses berfikir timbul kepercayaan yang baru atau insight
baru sebagai sintesa dari kepercayaan yang ada dan kebimbangan3. Behavioral demonstration
Pada level ini sebagai akibat kepercayaan yang kuat akan keimanan seorang terlihat dalam
timdakannya. Tingkah laku lebih menunjukan kesungguhan adanya keimanan daripada
sekedar ucapan-ucapan saja, behavior demonstraton contoh nya pada sufi/mistikus yang teguh
imannya4. Comprehensive integrationHal-hal yang termasuk ketiga level diatas merupakan
penampilan aspek-aspek saja dari pada kepercayaan . Disamping tiu yang lebih dalam ialah
yang mencakup ketiga-tiganya menjadi satu kesatuan, baik kata-kata , pemikiran dan juga
perbuatan di integrasikan untuk mebentuk satu kesatuan dalam diri individu KEIMANAN
memberikan makna pada hidup, memberikan arti pada kehidupan ini. Pemberian makna pada
hidup itulah yang menurut Clark bekerja sebagai dinamika dan sekaligus daya tarik agama
KESIMPULANMenurut
Prof. Dr. Zakiah Darajatbahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau
mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu
masuk dalam kostruksi pribadiBelajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama
mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya ,
bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya
Agama
berasal dari kata
latin religio,
yang dapat berarti
obligation/kewajibanAgama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah
kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang
-
8/9/2019 psi agama
21/21
mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James
Martineau)
Menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang
alami dan pengaruhnya tidak dapat di bendung : Very personal nature and an irresistible
influence, I call it GodThomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumberkejiwaan agama itu ialah berfikir , manusia berTuhan karena manusia menggunakan
kemapuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir
manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapatkan tempatnya hingga
sekarang ini dimana para ahli mendewakan ratio sebagai satu-satunya motif yang menjadi
sumber agamaMenurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin
Spiritus yang berarti nafas (breath) dan kata kerja Spirare yang berarti bernafas. Melihat
asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.
Menjadi spiritual berarti
mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material
. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dantujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan
kesejahteraan seseorangKata percaya lebih statis dan tidak menunjukan adanya sikap emosi
yang positif terhadap obyek atau ide yang dipercayainya itu.
Iman yang bersikap dinamis , kata iman menunjukan adanya kehangatan emosi dan
mengandung keharusan-keharusan atau kewajiban-kewajiban sebagai akibat adanya
keimanan.DAFTAR PUSTAKADrs H. Ahmad Fauzi , Psikologi Umum Pustaka setia
Bandung, 2004 Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004 Dr. Nico
Syukur Dister, Psikologi Agama, penerbit Kanisius,Davic Fontana, Psychology , Religion and
spirituality, Bps Blackwell, 2003Endang Saifuddun Anshari M. A. Ilmu , Filsafat dan
Agama, Penerbit Bina Ilmu 1979Prof Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia
2004 Drs. H. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, Mertiana Bandung Aliah B. Purwakanta
Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, PT Raja Grafindo Persada, JakartaWE Maramis, Ilmu
Kedoteran Jiwa, Airlangga University Press, 1980