psi agama

download psi agama

of 21

Transcript of psi agama

  • 8/9/2019 psi agama

    1/21

    BAB I

    PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI DISIPLIN ILMU

    A. Pengertian Psikologi Agama

    Dengan melihat pengertian psikologi dan agama serta objek yang dikaji, dapatlah diambil

    pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaahkehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan

    agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan

    ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap

    dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang

    menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat

    dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.

    B. Objek Kajian Psikologi Agama

    Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala- gejala

    kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara

    keduannya. Dengan kata lain, meminjam istilah Zakiah Daradjat, psikologia agamamembahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama

    (religious experience). Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama

    adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-

    akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi

    agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan,

    kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal

    balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.

    C. Metode Penelitian Psikologi Agama

    Diantara metode yang digunakan dalam mengkaji psikologi agama adalah :

    1. Dokumen Pribadi

    Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batinseseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk mengetahui informasi tentang hal ini

    maka dikumpulkan dokumen pribadi seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa autobiorafi,

    biografi atau catatan- catatan yang dibuatnya.

    Metode dokumentasi tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik, antara

    lain:

    a. Teknik Nomotatik

    Pendekatan ini antara lain digunakan untuk mempelajari perbedaan- perbedaan individu.

    Sementara dalam psikologi agama, teknik nomotik ini antara lain untuk melihat sejauh mana

    hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan.

    b. Teknik Analisis Nilai (value analysis)

    Teknik ini digunakan dalam kaitannya dengan statistik. Data- data yang telah terkumpuldiklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap

    individu yang diteliti.

    c. Teknik Ideography

    Teknik ini hampir sama dengan teknik nomotatik, yaitu pendekatan guna memahami sifat

    dasar manusia. Bedanya, teknik ini lebih menekankan antara sifat- sifat dasar manusia dengan

    keadaan tertentu dan aspek- aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing- masing

    individu dalam rangka memahami seseorang.

    d. Teknik Penilaian terhadap Sikap (evaluation attitudes technique)

    Teknik ini digunakan dalam penelitian biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya

    dengan individu yang akan diteliti.

    2. Angket dan Wawancara

    Metode angket dan wawancara digunakan untuk meneliti proses jiwa beragama pada orang

  • 8/9/2019 psi agama

    2/21

  • 8/9/2019 psi agama

    3/21

    tapi juga masalah- masalah khusus. Pembahasan tentang kesadaran beragama misalnya,

    dikupas oleh B. Pratt dalam bukunya the Religious Consciousness, sedangkan Rudolf Otto

    membahas sembahyang. Perkembangan beragama pun tidak luput dari kajian para ahli

    psikologi agama. Piere Binet adalah salah satu tokoh psikologi agama awal yang membahas

    tentang perkembangan jiwa keberagamaan. Menurut Binet, agama pada anak- anak tidakbeada dengan agama pada orang dewasa. Pada anak- anak dimana mungkin dialami oleh

    orang dewasa, seperti merasa kagum dalam menyaksikan alam ini, adanya kebaikan yang tak

    terlihat, kepercayaan akan kesalahan dan sebagian dari pengalaman itu merupakan fakta-

    fakta asli yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan.

    C. Kajian Psikologi Agama Di Kawasan Timur

    Dalam Dunia Timur tidak mau ketinggalan. Abdul Munin Abdul Aziz al Malighy misalnya,

    juga menulis kajian perkembangan jiwa beragama pada anak- anak dan remaja. Sementara

    didaratan anak benua Asia dan India juga terbit buku- buku yang berkaitan dengan psikologi

    agama. Jalaluddin menyebut judul buku berikut pengarangnya antara lain: The Song of God:

    Baghavad Gita.

    Sedang di Indonesia, sekitar tahun 1970-an tulisan tentang psikologi agama baru muncul.Karya yang patut dikedepankan adalah: Ilmu Jiwa Agama oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,

    Agama dan Kesehatan Jiwa oleh prof. Dr. Aulia (1961), Islam dan Psikosomatik oleh S.S.

    Djamian, Pengalaman dan Motivasi Beragama oleh Nico Syukur Dister, Al Quran: Ilmu

    Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa oleh Dadang Hawari dan sebagainya. Dalam buku yang

    disebut terakhir misalnya, meskipun yang menjadi pembahasan mengenai kedokteran jiwa,

    akan tetapi membahas pula aspek- aspek agama atau spiritual dalam kaitannya dengan jiwa

    seseorang.

    Bab III

    SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN

    A. Fitrah Sebagai Potensi BeragamaFitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk

    melakukan perbuatan suci yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah manusia

    mempunyai sifat suci, yang dengan nalurinya tersebut ia secara terbuka menerima kehadiran

    Tuhan Yang Maha Suci.

    Berdasarkan Al Quran Surat Ar Rum ayat 30:

    ???? ???? ????? ????? ???? ???? ???? ??? ????? ????? ?? ????? ???? ???? ??? ????? ????? ????

    ???? ????? ?? ??????

    Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah

    yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan

    manusia tidak mengetahui.

    Jelaslah, secara naluri manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya

    Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah

    tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia. Namun, perpaduan dengan jasad telah membuat

    berbagai kesibukan manusia untuk memenuhi berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta

    tipu daya duniawi yang lain telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-

    kadang terlengahkan, bahkan ada yang berbalik mengabaikan.

    B. Pengertian Fitrah

    Sedikitnya terdapat 9 (sembilan) makna fitrah yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu:

    1. Fitrah berarti suci

    Menurut Al Auzai, fitrah berarti kesucian dalam jasmani dan rohani. Bila dikaitkan dengan

    potensi beragama, kesucian tersebut dalam arti kesucian manusia dari dosa waris atau dosaasal, sebagaimana pendapat Ismail Raji Al Faruqi yang mengatakan bahwa manusia

    diciptakan dalam keadaan suci, bersih, dapat menyusun drama kehidupannya, tidak peduli

    dengan lingkungan keluarga, masyarakat macam apa pun ia dilahirkan.

  • 8/9/2019 psi agama

    4/21

    2. Fitrah berarti Islam

    Abu Hurairah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan fitrah adalah agama. Pendapat ini

    berdasar pada hadits Nabi:

    ??? ??? ?????? ????? ???? ?? ????? ?? ???? ??? ??? ? ???? ????? ??????

    Bukankah aku telah menceritakan kepadamu pada sesuatu yang allah menceritakankepadaku dalam kitabNya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya berpotensi

    menjadi orang- orang muslim.

    Berangkat dari pemahaman hadits tersebut diatas, maka anak kecil yang meninggal ia akan

    masuk surga. Karena ia dilahirkan dengan din al islam, walaupun ia terlahir dari keluarga non

    muslim.

    3. Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah (Tauhid)

    Manusia lahir dengan membawa konsep tauhid, atau paling tidak berkecenderungan untuk

    meng-Esakan tuhannya dan berusaha terus mencari untuk mencapai ketauhidan tersebut. Jiwa

    tauhid adalah jiwa yang selaras dengan akal manusia.

    4. Fitrah dalam arti murni (Al Ikhlas)Manusia lahir dengan membawa berbagai sifat, salah satu diantaranya adalah kemurnian

    (keikhlasan) dalam menjalankan suatu aktivitas. Makna demikian didasarkan pada hadits nabi

    saw: Tiga perkara yang menjadikan selamat, yaitu ikhlas berupa fitrah Allah dimana manusia

    diciptakan dariNya, shalat berupa agama dan taat berupa benteng penjagaan.

    5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima kebenaran

    6. Fitrah dalam arti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan marifatullah.

    Sebagaimana firman Allah surat yasin ayat 22:

    ? ?? ?? ?? ???? ???? ????? ? ???? ??????

    Mengapa aku tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku

    7. Fitrah dalam arti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan

    kesesatannya.Manusia lahir dengan ketetapannya, apakah nanti ia akan menjadi orang bahagia atau menjadi

    orang yang sesat.

    8. Fitrah dalam arti tabiat alami manusia

    Manusia lahir dengan membawa tabiat (perwatakan) yang berbeda- beda. Watak tersebut

    dapat berupa jiwa pada anak atau hati sanubari yang dapat mengantarkan untuk sampai pada

    marifatullah. Sebelum usia baligh, anak belum bisa membedakan antara iman dan kafir,

    karena wujud fitrah terdapat dalam qalb yang dapat mengantarkan pada pengenalan nilai

    kebenaran tanpa terhalang apa pun.

    9. Fitrah dalam arti Insting (Gharizah) dan wahyu dari Allah (Al Munazalah)

    Ibnu Taimiyah membagi fitrah dalam dua macam:

    a. Fitrah Al Munazalah

    Fitrah luar yang masuk dalam diri manusia. Fitrah ini dalam bentuk petunjuk al quran dan

    sunnah yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi Fitrah Al Gharizahah

    b. Fitrah Al Gharizah

    Fitrah inheren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang berguna untuk

    mengembangkan potensi dasar manusia.

    Bab IV

    AGAMA PADA MASA ANAK

    A. Perkembangan Jiwa Beragama

    Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tahap perkembangan. Menurut Kohnstamm,

    tahap perkembangan kehidupan manusia dibagi menjadi lima periode, yaitu:

    1. Umur 0 3 tahun, periode vital atau menyusuli.

    2. Umur 3 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.

  • 8/9/2019 psi agama

    5/21

  • 8/9/2019 psi agama

    6/21

    fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi

    akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.

    Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan

    cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan

    jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandanganteologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional

    dan spontan tapi penuh arti teologis.

    2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)

    Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai

    pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada

    hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.

    Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun

    dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi

    pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.

    3. The Individual Stage (Tingkat Individu)

    Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan denganperkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga

    golongan:

    a. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil

    fantasi.

    b. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal

    (perorangan).

    c. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam

    diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

    Berkaitan dengan masalah ini, imam bawani membagi fase perkembangan agama pada masa

    anak menjadi empat bagian, yaitu:

    a. Fase dalam kandungan

    untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang

    berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama

    bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia

    atas tuhannya,

    b. Fase bayi

    Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.

    Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti

    memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

    c. Fase kanak- kanak

    Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Padafase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika

    berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal

    Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang

    mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum

    mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang

    tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan

    agama sekalipun sifatnya hanya meniru.

    d. Masa anak sekolah

    Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga

    menunjukkan perkembangan yang semakin realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan

    intelektualitasnya yang semakin berkembang.

    4. Sifat agama pada anak

    Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian:

  • 8/9/2019 psi agama

    7/21

    a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)

    kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka

    merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian,

    pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.

    b. EgosentrisSifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3

    7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.

    Pada usia 7 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik

    tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 12 tahun ide tentang doa sebagai

    komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari

    keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.

    c. Anthromorphis

    Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia

    berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa)

    biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang

    abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret.d. Verbalis dan Ritualis

    Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka

    menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka

    laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka.

    Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa

    dilakukan (tidak asing baginya).

    e. Imitatif

    Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru. Dalam

    hal ini orang tua memegang peranan penting.

    Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa

    teladan

    f. Rasa heran

    Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa

    heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum

    pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka

    sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama

    mempunyai peranan yang sangat penting.

    Bab V

    AGAMA PADA MASA REMAJA

    A. Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja

    Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian:

    1. Fase Pueral

    Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak- anak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan

    dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.

    2. Fase Negative

    Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu- ragu,

    murung, suka melamun dan sebagainya.

    3. Fase Pubertas

    Masa ini yang dinamakan dengan Masa Adolesen

    Dalam pembahasan ini , Luella Cole sebagaimana disitir kembali oleh Hanna Jumhanna

    Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian:1. Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki)

    2. Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki)

    3. Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki)

  • 8/9/2019 psi agama

    8/21

    4. Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)

    B. Perasaan Beragama Pada Remaja

    Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya

    terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itusendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.

    Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung

    jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak

    menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan,

    penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka

    kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan

    tuhan sama sekali.

    Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang

    yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa

    remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa

    mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkanapabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang

    mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.

    C. Motivasi Beragama Pada Remaja

    Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:

    1. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam

    kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi

    social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.

    2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata

    tertib masyarakat.

    3. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu

    manusia atau intelek ingin tahu manusia.4. Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi

    ketakutan.

    D. Sikap Remaja Dalam Beragama

    Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:

    1. Percaya ikut- ikutan

    Percaya ikut- ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang

    didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada

    masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang

    lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.

    2. Percaya dengan kesadaranSemangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah- masalah keagamaan

    yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagaio suatu lapangan

    yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-

    ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.

    Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:

    a. Dalam bentuk positif

    semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak

    mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan

    membebaskan agama dari bidah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.

    b. Dalam bentuk negatif

    Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk

    khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah-

    masalah keagamaan, seperti bidah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.

  • 8/9/2019 psi agama

    9/21

  • 8/9/2019 psi agama

    10/21

    Sejalan dengan tingkatperkembanagan usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa

    mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

    Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan

    sekedar ikut- ikutan.

    Cenderung bersifat realis, sehingga norma- norma agama lebih banyak diaplikasikan dalamsikap dan tingkah laku.

    Bersikap positif terhadap ajaran dan norma- norma agama dan berusaha untuk mempelajari

    dan memperdalam pemahaman keagamaan.

    Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga

    sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.

    Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

    Bersikap lebih kritis tehadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain

    didasarkan atas pertimbangan pikiran dan hati nurani.

    Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe- tipe kepribadian masing- masing.

    Terlihat adanya hubungan antara sikap dan keberagamaan dengan kehidupan sosial.

    C. Agama Pada Usia LanjutProses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi

    lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan- jaringan dan sel- sel menjadi tua,

    sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini, biasanya dimulai pada

    usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan mengahadapi berbagai persoalan. Persoalan

    pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas

    menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebebkan mereka kehilangan

    semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya

    sudah tidak berharga lagi.

    D. Ciri- Ciri Keagamaan Pada Usia Lanjut

    Secara garis besar ciri- ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:

    1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

    2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

    3. Mulai muncul pengakuan terhadap relitas tentang kehidupan akherat secara lebih sungguh-

    sungguh.

    4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara sesama

    manusia serta sifat- sifat luhur.

    5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia

    lanjutnya.

    6. Perasaan takut pada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap

    keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akherat).

    E. Kematangan BeragamaKematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya ditunjukkan dengan

    kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya

    dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.

    Pada dasarnya terdapat dua factor yang menyebabkan adanya hambatan:

    1. Faktor diri sendiri

    faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua: kapasitas diri dan pengalaman. Kapasitas

    ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran- ajaran itu telihat perbedaanya

    antara seseorang yang berkemampuan dan kurang berkemampuan. Bagi mereka yang mampu

    menerima dengan rasionya, akan menghayati dan kemudian mengemalkan ajaran- ajaran

    agama tersebut dengan baik, penuh keyakinan dan argumentatif, walaupun apa yang harus ialakukan itu berbeda dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan

    masyarakat.

    Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang keagamaan,

  • 8/9/2019 psi agama

    11/21

    maka akan semakin mantap dan stabil dalam melakukan aktivitas keagamaan. Namun, bagi

    mereeka yang mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai

    macam kesulitan dan akan selalu dihadapkan pada hambatan- hambatan untuk dapat

    mengerjakan ajaran agama secara mantap.

    2. faktor luarYang dimaksud dengan faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan yang tidak

    banyak memberikan kesempatan untuk berkembang. Faktor- faktor tersebut antara lain tradisi

    agama atau pendidikan yang diterima.

    Berkaitan dengan sikap keberagamaan, William Starbuck sebagaimana dipaparkan kembali

    oleh William James, mengemukakan dua buah faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan

    seseorang, yaitu:

    1. Faktor intern, terdiri dari:

    a. Temperamen

    Tingkah laku yang didasarkan pada temperamen tertentu memegang peranan penting dalam

    sikap beragama seseorang.

    b. Gangguan jiwaOrang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah

    lakunya.

    c. Konflik dan keraguan

    Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama, seperti taat,

    fanatic, agnotis maupun ateis.

    d. Jauh dari tuhan

    Orang yang hidupnya jauh dari tuhan akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan

    hidup, terutama saat menghadapi musibah.

    2. Faktor ekstern yang mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah:

    a. Musibah

    Seringkali musibah yang sangat serius dapat mengguncangkan seseorang, dan kegoncangan

    tersebut seringkali memunculkan kesadaran keberagamaannya. Mereka merasa mendapatkan

    peringatan dari tuhan.

    b. Kejahatan

    Mereka yang hidup dalam lembah hitam umumnya mengalami guncangan batin dan rasa

    berdosa. Perasaan tersebut mereka tutupi dengan perbuatan yang bersifat kompensatif, seperti

    melupakan sejenak dengan berfoya- foya dan sebagainya. Tidak jarang pula melakukan

    pelampiasan dengan tindakan brutal, pemarah dan sebagainya.

    Adapun ciri- ciri orang yang sehat jiwanya dalam menjalankan agama antara lain:

    1. Optimisme dan gembira.

    2. Ekstrovert dan tidak mendalam.3. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal.

    Bab VII

    KONVERSI AGAMA

    A. Pengertian Konversi Agama

    Konversi berasal dari kata conversion yang berarti tobat, pindah, berubah. Sehingga

    convertion berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change

    from one state, or from one religius to another).

    B. Macam- Macam Konversi

    Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Splika membagi konversi menjadi dua

    macam, yaitu:

    a. Type volitional (perubahan secara bertahap)

    Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit hingga kemudian menjadi

  • 8/9/2019 psi agama

    12/21

    seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.

    b. Type self surrender (perubahan secara drastis)

    Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu

    tiba- tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan tersebut

    dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat, dari tidak kuat keimanannya menjadi kuatkeimanannya, dari tidak percaya kepada suatu agama menjadi percaya dan sebagainya.

    C. Faktor- faktor yang menyebabkan konversi

    Para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama disebabkan oleh pengaruh

    sosial. Dijelaskan oleh Clark, pengaruh- pengaruh tersebut antara lain:

    a. Hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat non

    agama.

    b. Kebiasaan yang rutin.

    c. Anjuran atau propaganda dari orang- orang yang dekat , seperti keluarga, sahabat dan

    sebagainya.

    d. Pengaruh pemimpin agama

    e. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.f. Pengaruh kekuasaan pemimpin

    D. Proses Konversi

    Proses konversi menurut H. Carrier yaitu:

    1. Terjadi disintegrasi kognitif dan motivasi sebagai akibat krisis yang dialami.

    2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru. Dengan adanya reintegrasi ini

    maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur lama.

    3. Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh

    ajarannya.

    4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan yang suci, petunjuk

    Tuhan

    E. Pengalaman Beragama

    Pengalaman beragama, (religius experience) adalah unsur dari perasaan dalam kesadaran

    beragama, yaitu perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).

    Pengalaman beragama ini cenderung mengungkapkan diri (mengekspresikan diri).

    ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

    Pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.

    Pada bagian pertama difokuskan pada sejarah, konsep, serta objek kajian psikologi agama dan

    sumber jiwa keberagamaan.

    Pada bagian kedua, diuraikan tentang rangkaian periodesasi perkembangan jiwa beragama

    manusia mulai masa kanak- kanak, remaja hinga masa lanjut usia dan signifikasinya bagipendidikan agama serta pengaruhnya terhadap pembentukan jiwa beragama manusia pada

    umumnya.

    Sedangkan pada bagian ketiga membahas masalah konversi agama yang dimulai dengan

    konsep, serta ragam maupun prosesnya, dilanjutkan dengan faktor- faktor yang menjadi

    penyebab terjadinya konversi agama.

    Secara keseluruhan buku ini sangat menarik. Hal ini disebabkan antara lain:

    Karena isi dari buku ini sangat lengkap dan mencakup semua hal yang berkaitan dengan

    psikologi agama

    Pembahasan dan penjelasan yang disusun secara sistematis.

    Penggunaan bahasanya jelas dan lugas sehingga sangat mudah dipahami oleh orang yang

    membacanya.

    Dilengkapi dengan latihan- latihan soal (pertanyaan) di tiap akhir pembahasan (bab) yang

    nantinya dapat membantu para pembaca khususnya Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dalam

  • 8/9/2019 psi agama

    13/21

    memahami Ilmu Jiwa Agama.

    Dalam buku ini juga disebutkan teori- teori dan konsep- konsep juga sumber dan refrensi

    yang jelas.

    Akan tetapi hanya saja buku ini terlalu banyak mengambil pendapat- pendapat dari beberapa

    ahli, sehingga banyak pengertian- pengertian yang tidak jelas dan sulit untuk dipahami karenaadanya perbedaan diantara pendapat- pendapat para ahli tersebut.

    BAB 1PENDAHULUAN

    Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan

    terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatiK, psikologik, dan social.

    1

    Psikologi

    secara etimologi memiliki arti

    ilmu tentang jiwa

    . Dalam Islam, istilah jiwa dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang

    menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya

    daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-

    nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang

    berbeda.Psikologi menurut Plato dan Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

    tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.Menurut Wilhem Wundt (tokoh

    eksperimental) bahwa

    psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yangtimbul dalam diri manusia , seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, feeling dan

    kehendaknya

    .

    2

    Menurut

    Prof. Dr. Zakiah Darajat

    bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau

    mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap,

    bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu

    masuk dalam kostruksi pribadiBelajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama

    mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya ,bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya Mengapa manusia ada

    yang percaya Tuhan ada yang tidak , apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran

    yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.

    1

    W F. Maramis , Ilmu kedokteran Jiwa, Airlangga university Press, 1980, hal 88

    2

    Drs H. Ahmad Fauzi , Psikologi Umum Pustaka setia Bandung, 2004 hal

    BAB 2DEFINISI AGAMA , TUHAN, SPIRITUAL, KEPERCAYAANA. AGAMA danPSIKOLOGI AGAMAAgama

    berasal dari kata

  • 8/9/2019 psi agama

    14/21

    latin religio,

    yang dapat berarti

    obligation/kewajiban

    Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah

    kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yangmengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James

    Martineau)

    3

    Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna, dan tujuan

    singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu, (Edward Caird)

    4

    Agama hanyalah upaya mengungkapkan realitas sempurna tentang kebaikan melalui setiap

    aspek wujud kita (F.H Bradley)

    5

    Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang keTuhanan disertai keimanan dan

    peribadatan6

    Jadi agama pertama-tama harus dipandang sebagai pengalaman dunia dalam individu yang

    mengsugestit esensi pengalaman semacam kesufian, karena kata Tuhan berarti sesuatu yang

    dirasakan sebagai supernatural, supersensible atau kekuatan diatas manusia. Hal ini lebih

    bersifat personal/pribadi yang merupakan proses psikologis seseorang

    7

    Yang kedua adalah adanya keimanan, yang sebenarnya intrinsik ada pada pengalaman dunia

    dalam seseorang. Kemudian efek dari adanya keimanan dan pengalaman dunia yaitu

    peribadatan.

    8

    Tidak ada satupun definisi tentang agama (religion) yang dapat diterima secara umum,

    karena para filsuf, sosiolog, psikolog merumuskan agama menurut caranya masing-masing,

    menurut sebagian filsuf religion adalah

    Supertitious structure of incoheren metaphisical notion

    . Sebagian ahli sosiolog lebih senang menyebut religion

    3

    Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004 hal50

    4

    Ibid hal 51

    5

    Ibid hal 506

    Drs. Psy H.A. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, pnerbit Martiana Bandung, hal 17

    7

    ibid

    8

    Ibid

    sebagai

    collective expression of human values

    . Para pengikut Karl Marx mendifinisikan Religion sebagai the opiate of people

    . Sebagian Psikolog menyimpulkan

  • 8/9/2019 psi agama

    15/21

    religion adalah mystical complex surrounding a projected superego

    disini menjadi jelas bahwa tidak ada batasa tegas mengenai agama/religion yang mencakup

    berbagai fenomena religion.

    9

    Menurut Einstein , pada pidato tahun 1939 di depan Princeton Theological seminar, ilmupengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah untuk

    mencapai kebenaran dan pemahaman, tetapi sumber perasaan itu berasal dari tataran agama,

    termasuk didalamnya keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku

    pada dunia wujud itu bersifat rasional, artinya dapat dipahami akal. Saya tidak dapat

    membayangkan ada ilmuwan sejati yang tidak mempunyai keimanan yang mendalam seperti

    itu, ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta

    10

    Beragama berarti melakukan dengan cara tertentu dan sampai tingkat tertentu penyesuaian

    vital betapapun tentative dan tidak lengkap pada apapun yang ditanggapi atau yang secara

    implicit atau eksplisit dianggap layak diperhatikan secara serius dan sungguh-sungguh

    (Vergulius Ferm)11

    Psikologis atau ilmu jiwa mempelajari manusia dengan memandangnya dari segi kejiwaan

    yang menjadi obyek ilmu jiwa yaitu manusia sebagai mahluk berhayat yang berbudi. Sebagai

    demikian, manusia tidak hanya sadar akan dunia disekitarnya dan akan dorongan alamiah

    yang ada padanya, tetapi ia juga menyadari kesadaranya itu , manusia mempunyai kesadaran

    diri ia menyadati dirinya sebagai pribadi, person yang sedang berkembang , yang menjalin

    hubungan dengan sesamanya manusia yang membangun tata ekonomi dan politik yang

    menciptakan kesenian, ilmu pengetahuan dan tehnik yang hidup bermoral dan beragama,

    sesuai dengan banyaknya dimensi kehidupan insani , psikologi dapat dibagi menjadi beberapa

    cabang

    12

    9

    H. Endang Saifuddun Anshari M. A. Ilmu , Filsafat dan Agama, Penerbit Bina Ilmu 1979,

    Hal 111

    10

    Ibid hal 53

    11

    Ibid hal 51

    12

    Dr. Nico Syukur Dister, Psikologi Agama, penerbit Kanisius, hal 9

    Kepercayaan dan pengamalannya sangat beragam antara tradisi yang utama dan usaha dalam

    mendifinisikan agama itu sendiri secara keseluruhan yang sempurna. Agama sendiri menurut

    bahasa latin berasal dari kata religio, yang dapat di artikan sebagai kewajiban atau ikatan

    13

    Menurut Oxford English Dictionary, religion represent the human recognition of super human

    controlling power, and especially of a personal God or Gods entitle to obedience and

    worship, agama menghadirkan manusia yang kehidupannya di kontrol oleh sebuah kekuatan

    yang disebut Tuhan atau para dewa-dewa untuk patuh dan menyembahnya.

    Psikologi agama

    merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang adasangkut pautnya dengan keyakinan beragama, dengan demikian psikologi agama mencakup 2

    bidang kajian yang sama sekali berlainan , sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya.

  • 8/9/2019 psi agama

    16/21

    14

    Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap

    sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara

    seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari

    keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi15

    Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu

    pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal yang seperti itu baik

    sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan

    Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris,

    tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa.

    Psikologi agama sebagai ilmu pengetahuan empiria tidak menguraikan tentang Tuhan dan

    sifat-sifatNya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman terhadap

    tingkah laku manusia. Psikologi dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman

    individu, dapat mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari gejala keagamaan , tingkah

    laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan , pengalaman keagamaan, hukum-hukumumum tetang terjadinya keimanan,

    13

    Davic Fontana, Psychology , Religion and spirituality, Bps Blackwell, 2003, hal 6

    14

    Prof Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia 2004 hal1

    15

    Ibid hal 5

    proses timbulnya kesadaran beragama dan persoalan empiris lainnya. Ilmu jiwa agama

    hanyalah menghadapi manusia dengan pendirian dan perbuatan yang disebut agama, atau

    lebih tepatnya hidup keagamaan

    16

    B. Tuhan/ God/Allah

    Menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang

    alami dan pengaruhnya tidak dapat di bendung : Very personal nature and an irresistible

    influence, I call it GodThomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber

    kejiwaan agama itu ialah berfikir , manusia berTuhan karena manusia menggunakan

    kemapuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir

    manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapatkan tempatnya hinggasekarang ini dimana para ahli mendewakan ratio sebagai satu-satunya motif yang menjadi

    sumber agama

    17

    Fredrick Schleimacher berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa

    ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Dengan adanya rasa ketergantungan yang

    mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah, kelemahan ini menyebabkan manusia selalu

    tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya, berdasarkan rasa

    ketergantungan ini timbullah konsep tentang Tuhan.Mengapa manusia ada yang bersifat

    Atheis , tidak percaya adanya Tuhan, ucapan terkenal sepanjang masa adalah dari seorang

    yang bernama Nietscshe yang mengatakan Gott ist Gestorben Tuhan sudah mati. Paul Vitz

    yang menceritakan kisah Nietscshe menyampaikan teori kekafiran Nietsche (theory ofunbelief) bukan karena perenungan dan penelitian yang sadar , anda tidak percaya kepada

    agama bukan karena secara ilmah anda menemukan agma itu hanya sekumpulan tahayul,

  • 8/9/2019 psi agama

    17/21

    anda menolak agama bukan karena anda alas an rasional ,melainkan fakto psikologis yang

    tidak anda sadari, Nietsche menolak Tuhan seperti yang diakuinya bukan karena pemikiran

    tapi karena naluri.

    18

    Kematian ayah nya diusia 36 tahun membawa kesedihan yang mendalam pada diri Niersche16

    Drs. H. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, Mertiana Bandung hal 9 - 10

    17

    Prof Dr. H Ramayulis , Op cit hal 26

    18

    Jalaluddin Rakhmat op cit hal 149

    Tidak berbeda dengan Nietsche , maka Freud menulis dalam future of an Illusion bahwa

    gagasan-gagasan agama muncul dari kebutuhan yang sama seperti yang memunculkanpencapaian peradaban lainnya , yakni dari desakan untuk mempertahankan diri melawan

    kekuatan alam yang lebih perkasa dan menaklukkan (kepercayaan agama hanyalah) ilusi,

    pemuasan dari keinginan manusia yang paling tua, paling kuat, dan yang paling penting

    seperti yang kita ketahui, kesan tidak berdaya yang menakutkan pada masa anak-anak

    membangkitkan kebutuhan akan perlindungan melalui cinta yang diberikan oleh sang Bapa

    jadi peraturan Tuhan yang maha kuasa dan Maha pengasih menentramkan ketakutan kira akan

    bahaya kehidupan. Secara singkat pada waktu kecil anak mengidola ayahnya sebagai

    pelindung dan pemelihara , ketika posisi anak tidak berdaya, setelah dewasa ketika manusia

    berhadap dengan kekuatan yang maha perkasa, ia kembali ingat kepada ayahnya, lalu ia

    berilusi tentang Tuhan yang seperti ayahnya , untuk memenuhi kebutuhan seorang ayah ia

    menciptakan Tuhan Bapak, manusia diciptakan tidak berdasar citra Tuhan , tetapi Tuhan

    diciptakan berdasar citra manusia.

    19

    Bagaimana Freud seorang psikoterapi dan seorang atheis berpendapat unsur kejiwaan yang

    menjadi sumber keagamaan ialah sexual (naluri seksual). Berdasarkan libido ini timbullah

    idea tentang ketuhanan, upacara keagamaan setelah melalui proses Oedipus Complex (sebuah

    mythos Yunani yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka

    Oedipus membunuh ayahnya, sehingga setelah membunuh ayah timbul rasa bersalah (sense of

    guilt) pada diri anak-anak itu. Father Image (citra bapak) setelah membunuh timbul rasa

    bersalah yang kemudian perasaan itu menimbulkan ide membuat suatu cara penebusan

    dengan memuja arwah ayah yang telah mereka bunuh, Realisasi dari pembawaan itulahmenurutnya sebagai asal upacara keagamaan. Sigmund freud yakin akan kebenaran

    pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa

    20

    Seperti Nietscshe , Freud memandang ayahnya sebagai bapak yang lemah, pengecut dan

    berprilaku sexual yang menyimpang , Ia membenci ayahnya dan selanjutnya membenci

    Tuhan yang tercipta berdasarkan citra ayahnya, Psikoanalis akhirnya membuang Tuhan

    sebagai sekadar ilusi kekanak-kanakan, bagi freud agama

    19

    Ibid hal 149 - 150

    20

    Ibid hal 28

    adalah irasional dan patologi, prilaku yang diperteguh , respons pada situasi yang tak terduga

  • 8/9/2019 psi agama

    18/21

    dan pemuasan keinginan kekanak-kanakan

    21

    Freud membagi jiwa dalam 3 bagian yang semuanya punya fungsi sendiri-sendiri:

    Id

    adalah tempat dorongan naluri (instinct) dan berada dibawah pengawasan proses primer, idbekerja sesuai prinsip kesenangan.

    Ego

    (pribadi) tugasnya menghindari ketidak senangan dan rasa nyeri dengan melawan atau

    mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Ego bekerja

    sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan seperti represi, salah

    pindah, rasionalisasi dan lain-lain. Ego mulai terbentuk ketika anak berumur 1 tahun.

    SuperEgo

    ajaran dan hukuman yang diletakkan kepadanya oleh orang tua dari luar, dimasukan kedalam

    superego (internalisasi) yang selanjutnya menilai dam membimbing prilakunya dari dalam,

    biarpun orang tua tidak ada lagi disampingnya, Superego yang mulai terbentuk umur 5 6

    tahun membantu ego dalam pengawasan dan pelepasan impuls id, mengadung moral,hatinurani, rasa salah,

    22

    C.Spiritual

    Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion, dibanding dengan

    kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spitual

    mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah orang dengan

    spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai

    factor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan psikologi,

    23

    Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin Spiritus

    yang berarti nafas (breath) dan kata kerja Spirare yang berarti bernafas. Melihat asal

    katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.

    Menjadi spiritual berarti

    mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan

    dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material

    . Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna

    21

    Jalaluddin Rahmat op cit Hal 152

    22

    WE Maramis, Ilmu Kedoteran Jiwa, Airlangga University Press, 1980 hal 3723

    David Fontana op cit hal 11

    hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan

    kesejahteraan seseorang.

    24

    Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit , sesuatu yang

    spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia,

    sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi, dan sementara, Didalamnya

    mungkin terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supernatural seperti dalam agama , tetapimemiliki penekanan terhadap pengalaman pribadi. Spiritual dapat merupakan eksperesi dari

    kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam

  • 8/9/2019 psi agama

    19/21

  • 8/9/2019 psi agama

    20/21

    kecintaan sebagai implikasi kewajiban kepada si muknin. Kepercayaan bisa menjadi

    keimanan melalui perkembangan sedikit demi sedikit . Dalam perkembangan ini berperan

    pengarug orang tua dan lingkungannya. Keimananpun berkembang pula

    28

    KeimananW.H. Clark membagi taraf perkembangan keimanan seseorang kedalam 4 level:29

    2627

    Prof Nico Syukur Dister op cit Hal 126

    28

    H. A Aziz Ahyadi op cit hal 21

    29

    Ibid hal58 59

    1. Stimulus response verbalism, pada level ini keimanan hanyalah di bibir (anak-anak),

    mekanismenya disini seperti orang yang belajar, mereka mengulang-ulang perbuatan yang

    mendapat hadiah dan menghilangkan kata atau perbuatan yang tercela, kata-kata yangmenimbulkan rasa aman akan diulang-ulang oleh si anak, dengan demikian timbul rasa aman,

    kepercayaan yang hanya dibibir akan dikembangkan oleh anak dengan memasukkan

    kepercayaan itu dalam dirinya, dan ini sangat pendtin untuk menjadi dasar dan sikapnya dan

    menjadi pegangan hidup.2. Intelectual comprehensionTerlihat pada masa remaja, lebih

    memerlukan intelek dan adanya proses kreatif yang lebih kmpleks dari pada respons bersyarat

    saja, pikirna dan logika berperan dalam setiap proses keimanan, jiwa mula-mula percaya,

    timbul kebimbangan, kemudian proses berfikir timbul kepercayaan yang baru atau insight

    baru sebagai sintesa dari kepercayaan yang ada dan kebimbangan3. Behavioral demonstration

    Pada level ini sebagai akibat kepercayaan yang kuat akan keimanan seorang terlihat dalam

    timdakannya. Tingkah laku lebih menunjukan kesungguhan adanya keimanan daripada

    sekedar ucapan-ucapan saja, behavior demonstraton contoh nya pada sufi/mistikus yang teguh

    imannya4. Comprehensive integrationHal-hal yang termasuk ketiga level diatas merupakan

    penampilan aspek-aspek saja dari pada kepercayaan . Disamping tiu yang lebih dalam ialah

    yang mencakup ketiga-tiganya menjadi satu kesatuan, baik kata-kata , pemikiran dan juga

    perbuatan di integrasikan untuk mebentuk satu kesatuan dalam diri individu KEIMANAN

    memberikan makna pada hidup, memberikan arti pada kehidupan ini. Pemberian makna pada

    hidup itulah yang menurut Clark bekerja sebagai dinamika dan sekaligus daya tarik agama

    KESIMPULANMenurut

    Prof. Dr. Zakiah Darajatbahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau

    mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap,

    bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu

    masuk dalam kostruksi pribadiBelajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama

    mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya ,

    bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya

    Agama

    berasal dari kata

    latin religio,

    yang dapat berarti

    obligation/kewajibanAgama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah

    kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang

  • 8/9/2019 psi agama

    21/21

    mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James

    Martineau)

    Menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang

    alami dan pengaruhnya tidak dapat di bendung : Very personal nature and an irresistible

    influence, I call it GodThomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumberkejiwaan agama itu ialah berfikir , manusia berTuhan karena manusia menggunakan

    kemapuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir

    manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapatkan tempatnya hingga

    sekarang ini dimana para ahli mendewakan ratio sebagai satu-satunya motif yang menjadi

    sumber agamaMenurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin

    Spiritus yang berarti nafas (breath) dan kata kerja Spirare yang berarti bernafas. Melihat

    asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.

    Menjadi spiritual berarti

    mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan

    dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material

    . Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dantujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan

    kesejahteraan seseorangKata percaya lebih statis dan tidak menunjukan adanya sikap emosi

    yang positif terhadap obyek atau ide yang dipercayainya itu.

    Iman yang bersikap dinamis , kata iman menunjukan adanya kehangatan emosi dan

    mengandung keharusan-keharusan atau kewajiban-kewajiban sebagai akibat adanya

    keimanan.DAFTAR PUSTAKADrs H. Ahmad Fauzi , Psikologi Umum Pustaka setia

    Bandung, 2004 Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004 Dr. Nico

    Syukur Dister, Psikologi Agama, penerbit Kanisius,Davic Fontana, Psychology , Religion and

    spirituality, Bps Blackwell, 2003Endang Saifuddun Anshari M. A. Ilmu , Filsafat dan

    Agama, Penerbit Bina Ilmu 1979Prof Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia

    2004 Drs. H. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, Mertiana Bandung Aliah B. Purwakanta

    Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, PT Raja Grafindo Persada, JakartaWE Maramis, Ilmu

    Kedoteran Jiwa, Airlangga University Press, 1980