PROTEKSI RADIASI DALAM RADIOLOGI · PDF fileMasalah yang lebih sering diperbincangkan tentang...
Transcript of PROTEKSI RADIASI DALAM RADIOLOGI · PDF fileMasalah yang lebih sering diperbincangkan tentang...
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
PROTEKSI RADIASI
DALAM RADIOLOGI INTERVENSIONAL
Oleh: Togap Marpaung™
1. PENDAHULUAN
Pada era maju sekarang ini, umumnya layanan radiologi telah dikelompokkan menjadi 2
(dua) prosedur, yaitu radiologi diagnostik dan intervensional. Radiologi diagnostik adalah
cabang ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk
prosedur diagnosis, sedangkan radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi
yang berhubungan dengan penggunaan pesawat sinarX untuk memandu prosedur
perkutaneus seperti pelaksanaan biopsi, pengeluaran cairan, pemasukan kateter, atau
pelebaran terhadap saluran atau pembuluh darah yang menyempit. Jenis pesawat sinar
X yang digunakan untuk radiologi intervensional: fluoroskopi konvensional dan CArm, C
Arm/UArm cinefluorografi dan Computed Tomography (CT). Oleh karena prosedur
radiologi intervensional tersebut menggunakan radiasi pengion yang berasal dari pesawat
sinarX maka penggunaanya harus berdasarkan proteksi radiasi. Terapan proteksi radiasi
tidak hanya terhadap personil atau pekerja, dan pengunjung (anggota masyarakat) yang
berada di sekitar ruang pesawat sinarX tetapi juga proteksi pasien.
Dalam makalah ini pembahasan secara singkat meliputi: satuan dan besaran radiasi,
peraturan (proteksi radiasi dalam bidang kesehatan) dan prinsip dasar proteksi radiasi.
Kemudian dibahas lebih lanjut tentang prosedur dan pesawat sinarX yang didesain
khusus untuk mengurangi paparan yang diterima oleh pasien dan personil. Agar
materinya lebih informatif makalah ini dilengkapi dengan gambar dan spesifikasi pesawat
sinarX juga tingkat panduan prosedur radiologi diagnostik.
2. SATUAN DAN BESARAN RADIASI
Interaksi sinarX atau γ dengan bahan akan menghasilkan pasangan ion melalui efek
fotolistrik dan Compton1. Rontgen adalah satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah
pasangan ion yang dihasilkan oleh radiasi γ atau X dalam volume udara. Satuan lama:
Rontgen (R) dan satuan SI: coulomb per kilogram (C/kg). Proses produksi pasangan ion ™ Kasubdit. Pengaturan Kesehatan, Industri, dan Penelitian, DP2FRZR BAPETEN
725
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
tersebut secara umum dikenal dengan paparan radiasi. Satuan R atau C/kg ini
merupakan dasar dalam proteksi radiasi.
Jumlah pasangan ion yang dihasilkan di udara tidak mengukur secara langsung jumlah
energi yang terdeposit dalam medium lain sebab perbedaan serapan sinarX oleh bahan
yang berbeda1. Rad digunakan sebagai satuan ukuran dosis serap radiasi (energi
terdeposit per satuan massa). Dosis serap dapat dihitung asalkan paparan diketahui
(dosis serap adalah konversi koefisien tergantung medium dikali paparan. Satuan lama:
rad dan satuan SI: Joule/kilogram (J/kg) atau Gray (Gy). Satuan rad atau Gy ini
merupakan dasar penting dalam dosimetri pasien.
Radiasi pengion selain sinarX dan γ, seperti partikel β, α, dan neutron dapat
menyebabkan efek biologi yang lebih besar untuk dosis serap yang diberikan. Untuk
mengkuantitatifkan besarnya penerimaan radiasi digunakan rem, satuan untuk mengukur
dosis ekivalen. Rem adalah sama dengan jumlah rad dikali dengan faktor kualitas,
rentang dari 1 – 20 yang menyatakan tingkat kerusakan biologi untuk jumlah yang sama
jenis radiasi pengion yang berbeda. Faktor kualitas untuk sinar X dan γ adalah 1 (satu),
oleh karena itu pada umumnya dosis serap adalah sama secara numerik dengan dosis
ekivalen untuk bidang kedokteran. Konsep faktor kualitas ini adalah konsep lama (ICRP
No. 26) dalam dosimetri sedangkan konsep baru (ICRP No. 60) digunakan faktor bobot
radiasi (WR). Satuan lama: rem dan satuan SI: Sievert (Sv). Satuan ini lebih sering
digunakan dalam fisika kesehatan dan ukuran paparan personil.
Satuan dan besaran lama, bukan SI masih digunakan di beberapa negara, seperti
Amerika Serikat.
Satuan radiasi tersebut disimpulkan dalam Tabel 1.1.
Sebagai tambahan, beberapa satuan radiasi, besaran dosis dan dosimetri terkait
diperlukan dalam bidang radiologi diagnostik. Sebagian dosis dapat diukur secara
langsung sedangkan yang lain hanya dapat diperkirakan. Besaran dosimetri berguna
726
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
untuk mengetahui bahaya potensial radiasi dan menentukan proteksi radiasi yang harus
dilakukan.
3. DASAR PROTEKSI RADIASI
Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil, prinsip
proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan dengan benar.
Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan, sedemikian
sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi dosis
separuhnya. Oleh karena berkas sinarX berbeda setelah melalui bahan, maka intensitas
radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber radiasi
tersebut:
22
21
1
2
dd
II
=
Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang
seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 1.1). Meskipun hubungan ini diberlakukan
secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna juga dalam
pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap sebagai poin
utama. Pelemahan suatu berkas sinarX adalah eksponensial sebab sebagian berkas
tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:
I = Io e µx,
dengan:
I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan;
Io adalah intensitas radiasi awal;
µ adalah koefisien atenuasi dari bahan (yang tergantung pada nomor atom dan
densitas, dan energi foton); dan
x adalah ketebalan bahan atenuasi.
727
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.1. Pengurangan Intensitas Radiasi Sesuai dengan Hukum Kuadrat Terbalik.
Oleh karena itu, hanya sedikit bahan perisai radiasi yang dapat mengurangi secara
besar intensitas berkas sinarX. Sebagai contoh, 99 % pengurangan berkas sinarX
diagnostik diperoleh dengan menggunakan bahan setara 0,5 mm Pb (timah hitam).
Contoh pelemahan eksponensial berkas sinarX radiologi diagnostik ditunjukkan dalam
Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Pengurangan Intensitas Radiasi dengan Bertambahnya Ketebalan Timah Hitam dan Tulang pada Tegangan Tabung 60 kVp (20 keV) dan 120 kVp (40 keV).
728
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Oleh karena fluoroskopi digunakan secara luas dalam prosedur radiologi intervensional
maka observasi prinsip dasar proteksi radiasi secara terusmenerus dalam radiologi
intervensional tersebut jauh lebih penting dilakukan daripada bidang radiologi
diagnostik.
4. PERATURAN PROTEKSI RADIASI DALAM BIDANG KESEHATAN DI AMERIKA SERIKAT
Tidak seperti bidang lain dalam kedokteran yang mana radiasi pengion digunakan untuk
tujuan diagnosa dan pengobatan penyakit (misalnya, radiologi terapi dan kedokteran
nuklir), proteksi dan penggunaan sinarX tidak diatur pada tingkat federal. Tidak ada
badan federal yang sepadan dengan Komisi Pengaturan Nuklir yang eksis mengawasi
penggunaan sinarX untuk medis. Namun demikian, kecuali untuk pengaturan yang
berhubungan dengan pemasangan pesawat sinarX 2, fungsi pengawasan dilaksanakan
pada tingkat negara bagian, pada umumnya berada di suatu departemen kesehatan dan
layanan sosialkemanusiaan. Meskipun ketentuan ini dapat menimbulkan suatu
ketidakharmonisan dari peraturan yang berbeda, namun variasi peraturan dari satu
negara bagian dengan negara bagian lain sebenarnya tidaklah besar, sebab sebagian
besar negara bagian telah menetapkan peraturannya sesuai dengan rekomendasi
National Council on Radiation Protection and Measurements (NCRP). Badan ini telah
mengembangkan seperangkat pedoman pengaturan yang telah menjadi standar untuk
keselamatan dan penggunaan radiasi pengion yang sesuai (disimpulkan dalam Tabel
1.2). Publikasi lain memberikan rincian yang lebih jauh tentang filosopi umum proteksi
radiasi, juga rekomendasi spesifik untuk keadaan tertentu 35 .
Dua badan lain juga mempublikasikan rekomendasi untuk proteksi radiasi: ICRP dan
International Council on Radiation Protection (ICRU). Selain itu, ada juga peraturan dibuat
oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) yang mengatur
pengoperasian pesawat sinarX dalam bagian radiologi diagnostik.
729
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Keberadaan rekomendasi yang beraneka ragam tersebut sangat penting dalam radiologi
intervensional, sebab paparan maksimum kuartalan untuk mata yang dibolehkan oleh
rekomendasi yang beraneka tersebut berbeda dengan suatu faktor 6 (Tabel.1.3). Paparan
kuartalan yang dibolehkan tersebut dimaksudkan untuk menghitung paparan yang
sporadis atau berubah, tidak kontinu. Paparan harus selalu dipertahankan “as low as
reasonably achievable” (ALARA). Meskipun tangan dan lengan orang yang
mengoperasikan pesawat sinarX tersebut dapat terpapar selama prosedur radiologi
intervensional, pada umumnya, paparan mata dan tiroid adalah masalah yang lebih besar
dan oleh karena itu, kedua bagian organ tubuh tersebut harus dipantau dengan lebih
teliti.
Tabel 1.3. Nilai Batas Radiasi untuk Mata
Masalah yang lebih sering diperbincangkan tentang dosis serap mata sebab risiko radiasi
yang dapat menyebabkan katarak. Efek biologi timbul pada batas ambang tertentu,
apabila sekitar 600 rad diterima dari paparan sinarX diagnostik maka beberapa minggu
setelah kejadian akan mengakibatkan katarak 3,10,11, sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 1.3.
730
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.3. Katarak mata
Ada lagi pendapat lain yang menyatakan bahwa dosis serap sekitar 1500 rad dapat
menyebabkan katarak dalam radiologi diagnostik 6,10. Meskipun demikian, memantau
semua personil dan menggunakan semua peralatan protektif diharuskan untuk
menurunkan paparan terhadap kepala dan leher dalam prosedur radiologi intervensional.
Adapun peralatan protektif sebagai perisai radiasi yang diperlukan untuk radiologi
intervensional meliputi: apron, kaca mata, perisai gonad, perisai tiroid, dan sarung tangan
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.4.
731
Cataract in eye of interventionalist after repeated use of old x ray systems and improper working conditions related to high levels of scattered radiation.
Weight: 80 gramsLead Equiv: 0.75mm front and side shields leaded glass
VestSkirt Combination distributing 70% of the total weight onto the hips leaving only 30% of the total weight on the shoulders.
Option with light material reducing the weight by over 23% while still providing 0.5 mm Pb protection at 120 kVp
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.4. Perlengkapan Protektif Personil
5. PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI PERSONIL
Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila dimungkinkan bahwa
seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan yang dibolehkan (Nilai Batas
DosisNBD) ketika seseoarang tersebut melakukan tugasnya. Ketentuan ini
mengamanatkan keharusan dilakukan pemantauan paparan yang diterima oleh dokter
spesialis radiologi, dokter spesialis kardiologi dan semua personil lain (seperti radiografer
dan perawat) yang terlibat membantu prosedur radiologi intervensional.
Metode yang paling populer pemantauan radiasi adalah film badge sebab alat tersebut
sangat praktis dan ekonomis. Biasanya, setiap orang menggunakan satu film badge di
bawah apron dan yang lain pada bagian leher baju yang berada di luar apron tersebut.
Apabila hanya satu film badge yang tersedia maka dapat digunakan pada lokasi yang lain
asalkan semua pihak melakukan hal yang sama dan menjadi suatu kesepakatan.
Petugas proteksi radiasi (PPR) harus diberitahu kesepakatan penggunaan film badge
tersebut sehingga laporan paparan radiasi dapat diinterpretasikan secara benar. Pilihan
lokasi tersebut bergantung pada apakah paparan tersebut maksimum atau paparan
seluruh tubuh lebih penting, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.5. Hal ini
merupakan suatu masalah yang menjadi kontroversial dalam komunitas fisika kesehatan.
Biasanya, pilihan tersebut diputuskan oleh PPR.
732
THYROID PROTECTOR
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Lens dose, optional Finger dose, optional Second dosemeteroutside and above the apronat the neck, optional
Personal dosedosemeter behind the lead apron
Xray tube
Image intensifier
Patient
Radiationprotectionmeasures
Dose limits of occupational exposure
(ICRP 60)
Effective dose 20 mSv in a yearaveraged over a period of 5 years
Anual equivalent dose in the lens of the eye 150 mSvskin 500 mSvhands and feet 500 mSv
Gambar 1.5. Penempatan personal monitoring
Alat pemantauan radiasi perorangan berupa ring badges yang mengandung dosimeter
termoluminisen (TLD) dapat digunakan untuk memantau paparan radiasi tangan 10.
Pemakaian TLD tersebut dalam radiologi tidak memberikan manfaat yang besar sebab
masalah teknis dengan dosimeter tersebut dan keluhan dari beberapa dokter spesialis
radiologi yang dapat mengganggu pelaksanaan pemeriksaan.
Kerugian penggunaan film dan ring badge adalah bahwa paparan radiasi tidak secara
langsung dapat dibaca, akan tetapi membutuhkan waktu 1 (satu) hingga 2 (dua) bulan
setelah film dan ring badge diproses dan dievaluasi. Penggunaan kamar pengion personil
seperti dosimeter kantong dihindari dalam hal ini 10, sebab alat tersebut mahal dan mudah
pecah.
6. PROTEKSI RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINARX FLUOROSKOPI
Proteksi radiasi dalam radiologi intervensional yang menggunakan kedua pesawat
fluoroskopi konvensional dan Carm dibahas dalam bagian ini. Pesawat sinarX
fluoroskopi sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.6. Sedangkan pesawat sinarX
fluoroskopi Carm sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.7.
733
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.6. Pesawat SinarX Fluoroskopi
734
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Spesifikasi fluoroskopi konvensional sebagai berikut:
Model Unit : Polyphos 30 MPabrik : SiemensParameter maksimum : kV : 150
mAs : 1500Parameter operasional : kV : 60 – 70
mAs : 20 30
Gambar 1.7. Pesawat SinarX Fluoroskopi CArm
Paparan radiasi terhadap personil sangat tergantung pada geometri citra. Garisgaris
isopaparan yang khas untuk beberapa konfigurasi citra ditunjukkan dalam Gambar 1.8;
pertambahan paparan yang besar terhadap personil dengan konfigurasi tabung sinarX
berada di atas pasien. Pertambahan paparan ini terjadi sebab 2 (dua) alasan:
(1) dari seluruh intensitas berkas radiasi yang dipancarkan sekitar 98 % lebih yang
masuk pada tubuh pasien dibandingkan yang ke luar tubuh pasien 1; dan
735
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
(2) lebih sedikit yang dilemahkan oleh bahan (misalnya, alat penguat citra) antara
pasien dan personil.
Sebagai suatu ketentuan, paparan personil maksimum pada suatu jarak tertentu apabila
tidak ada penghalang antara objek dengan tabung sinarX yang memancarkan berkas
radiasi masuk ke pasien. Sebagai contoh, paparan mata personil maksimum akan terjadi
apabila personil tersebut melihat berkas radiasi yang masuk ke pasien tanpa penghalang.
Prosedur proteksi radiasi ”see it – beat it” terdiri dari perubahan posisi seseorang apabila
mungkin melihat secara langsung luas lapangan berkas radiasi. Selain waktu
pengamatan luas lapangan tertentu selama prosedur tersebut, jarak pasien juga penting
dan menjadi pertimbangan utama untuk semua personil yang terlibat. Sebagai contoh,
pengukuran paparan mata menggunakan pantom anthropomorpis perorangan ukuran
165 cm x 25 cm dan 20 cm x 10 cm diperoleh suatu paparan yang bertambah sekitar
70 – 115 % untuk perorangan yang lebih pendek 2. Pertimbangan proteksi radiasi yang
berbeda menjadi penting tergantung pada tinggi setiap personil. Oleh karena tidak selalu
dimungkinkan mengubah posisi sesuai dengan berkas sinarX maka sudah banyak
pesawat sinarX yang telah dibuat oleh pihak pabrik agar dapat mengurangi paparan
personil selama prosedur radiologi intervensional 1217.
736
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.8. Radiasi hambur dari beberapa konfigurasi peralatan. Daerah isoexposure ditunjukkan dalam satuan millirad/jam. A: fluoroskopi konvensional, B: tabung sinarX di atas, C: fluoroskopi Carm/Uarm proyeksi posteroanterior, D: fluoroskopi Carm/Uarm proyeksi lateral.
Selain parameter waktu, jarak, dan perisai radiasi, parameter proteksi radiasi penting lain
adalah ukuran berkas sinarX. Jumlah paparan radiasi yang dihamburkan secara
langsung berhubungan dengan ukuran berkas. Selain hal tersebut, dosis pasien dan
kualitas citra dipengaruhi oleh perubahan kolomasi. Maka, dengan membatasi ukuran
berkas menjadi luas lapangan paling kecil sesuai yang diperlukan, personil yang
mengoperasikan fluoroskopi dapat menurunkan paparan terhadap personil dan pasien
sekaligus meningkatkan kualitas citra.
Konsep perisai radiasi permukaan akhirakhir ini terdiri dari perlidungan garis penglihatan
operator dari permukaan pasien bukan tingkat paparan radiasi operator. Perisai tersebut
dapat dipabrikasi dalam bentuk lempengan strip atau padat yang terbuat dari timah hitam
apron dan oleh karena itu dapat disterilkan untuk penggunaan kembali. Pengurangan
paparan radiasi tertentu dengan suatu permukaan perisai 0,77 mm dapat mengurangi 33
737
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
– 75 % (Gambar 1.9). Penggunaan peralatan protektif tersebut penting untuk mengurangi
paparan radiasi personil dan sesuai dengan peraturan.
Gambar 1.9. Reduksi paparan radiasi hambur oleh permukaan permukaan (2,8 R/menit paparan pada kulit) A: fluoroskopi vertikal tanpa perisai, B: fluoroskopi oblique (450) tanpa perisai, C: fluoroskopi vertikal dengan luas perisasi 25 x 15 cm (0,75 mm ekivalen Pb), D: fluoroskopi oblique (450) dengan dilengkapi perisai.
Untuk memberikan perspektif tentang paparan radiasi yang diperoleh dalam radiologi
intervensional, sebagai contoh:
Jika:
paparan radiasi = 300 mR/jam;
waktu fluoroskopi = 0,5 jam/pemeriksaan; dan
paparan maksimum yang dibolehkan = 1,25 R/kuartal.
=== maka prosedur fluoroskopi yang dibolehkan = 8 pemeriksaan/kuartal !
738
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Pentingnya perhatian terhadap proteksi radiasi selama prosedur tersebut dinyatakan
dalam Tabel 1.4.
Dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi paparan personil selama radiologi
intervensional fluoroskopi dengan syarat, laju paparan paling rendah dan ukuran luas
lapangan paling kecil yang dapat diterima harus digunakan dengan konfigurasi pesawat
sinarX yang paling strategis 20 – 22. Sebagai tambahan, meskipun hukum kuadrat terbalik
tidak dapat diterapkan secara tepat dalam fluoroskopi 20, jarak dari pasien harus
dimaksimalkan dan bahan perisai radiasi harus ditempatkan antara pasien dan personil.
7. PROTEKSI RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINARX
CINEFLUOROGRAFI
Sebab cinefluorografi (cine) adalah suatu pengembangan fluroskopi, semua
pertimbangan proteksi radiasi yang sebelumnya dapat diterapkan; namun, paparan
radiasi secara signifikan lebih besar diterima pasien maupun personil. Pada umumnya
pesawat sinarX Cinefluorografi ditempatkan di bagian kardiologi suatu rumah sakit.
Sebagai contoh adalah pesawat sinarX Angiografi sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 1.10.
739
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.10. Pesawat SinarX Carm Angiografi
Paparan masuk kulit pasien dewasa tertentu (tingkat panduan) dapat berkisar 20 – 90
R/menit 23 – 25, tergantung pada sistem dan parameter perolehan citra, secara substansi
lebih besar daripada paparan masuk kulit pasien dewasa tertentu 2 – 3 R/menit dalam
fluoroskopi. Tingkat radiasi hambur ditunjukkan dalam Gambar 1.9 yang diperoleh
dengan suatu paparan masuk kulit 2,8 R/menit; untuk menggambarkan paparan radiasi
hambur dalam prosedur cine, nilai dalam gambar tersebut harus dikalikan oleh suatu
faktor 7 hingga 32. Paparan mata untuk cine tanpa perisai radiasi akan berkisar 245 –
3520 mR/jam. Penggunaan perisai radiasi permukaan akan menurunkan paparan
radiasi mata 105 – 896 mR/jam. Sebagai tambahan, pengukuran menunjukkan bahwa
penurunan paparan mata diperoleh hingga 84 % dengan mengubah posisi orang yang
mengoperasikan pesawat cine bergeser ke arah sisi samping meja pasien hingga 30 cm 26. Pengurangan paparan yang sedemikian adalah bergantung sistem dan harus
diverifikasi untuk suatu rangkaian radiologi khusus.
Dari observasi tersebut, dapat dinyatakan bahwa jarak dan teknik proteksi radiasi dengan
perisai memerlukan perhatian yang lebih apabila cine digunakan selama prosedur
radiologi intervensional.
740
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
8. PROTEKSI RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINARX CTSCAN
Distribusi hamburan radiasi sekitar pesawat sinarX CT scan tentu saja sangat berbeda
dari tingkat paparan yang diperoleh dalam penggunaan pesawat sinarX fluoroskopi,
sebab luas lapangan berkas jauh lebih kecil selama pembuatan irisan (slice) dan gantri
tabung sinarX yang ada sekitar pasien memberikan perisasi radiasi. Salah satu model
pesawat sinarX CT. scan mutakhir ditunjukkan dalam Gambar 1.11.
• Real Time Guidanc (up to 8 fps)
• Great Image Quality
• Low Risk
• Faster Procedures (up to 66%
faster than nonfluoroscopic
procedures)
• Approx. 80 kVp, 30 mA
Gambar 1.11. Pesawat SinarX CT scan
Garisgaris isopaparan tertentu pesawat CT scan ditunjukkan dalam Gambar 1.12 10, 27.
Paparan kepala dan leher sekitar 300 – 900 mR untuk prosedur intervensional dengan
kondisi posisi samping meja pasien untuk 10 – 20 paparan. Dalam hal ini pergerakan
mengarah ke sisi gantry dapat mengurangi paparan secara besar dibandingkan dengan
yang diterima apabila seseorang berdiri di depan atau di belakang gantry. Dalam
kejadian ini, suatu tindakan kecil secara dramatis dapat mengurangi paparan radiasi.
741
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1.11. Paparan radiasi hambur rerata pada pesawat sinarX CTScan. Paparan radiasi tersebut dengan parameter pengoperasian 130 kV, 50 mA, 10 s, tebal slice 10 mm pada jarak 1 meter dan pada ketingggian yang sama terhadap isosenter.
9. KESIMPULAN
Radiologi Intervensional bergantung kepada kesadaran yang meningkat untuk penerapan
prinsip proteksi radiasi dasar (waktu, jarak, dan perisasi radiasi). Paparan personil dapat
dikurangi melalui penggunaan yang sesuai dan konfigurasi sistem pencitraan, juga
melalui penggunaan peralatan protektif seperti perisai permukaan. Pertimbangan
tersebut harus dilaksanakan secara tegas apabila cine digunakan. Paparan pasien
tertentu kirakira 3 R/menit selama fluoroskopi dan 50 R/menit selama cine. Paparan
mata personil dapat berkisar 10 – 100 mR/jam selama fluoroskopi dan sekitar 100 – 2500
mR/jam selama cine. Pada umumnya, paparan personil berkurang secara nyata untuk
prosedur intervensional yang menggunakan pesawat CT scan, dengan pengurangan
yang sangat besar jika personil lain berlindung di balik gantry atau keluar ruangan selama
pembuatan irisan dengan prosedur CT. Scan.
742
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1. Curry TS, Dowdy JE, Murry RC: Christensen's Introduction to the Physics of
Diagnostic Radiology. Philadelphia, Lea & Febiger, 1984
2. Code of Federal Regulations, Title 21, parts 10001050, U.S. Government, 1985.
Revision of the Radiation Control for Health and Safety Act of 1968
3. National Council of Radiation Protection and Measurements: Basic Radiation
Protection Criteria. NCRP Report No. 39. Washington, DC, 1971
4. National Council on Radiation Protection and Measurements: Medical XRay and
Gamma Ray Protection for Energies up to 10 Mev. NCRP Report No. 33. Washington,
DC, 1968
5. National Council on Radiation Protection and Measurements: Structural Shielding,
Design and Evaluation for Medical Use of XRays of Energies up to 10 Mev. NCRP
Publication No. 49. Washington, DC, 1976
6. Recommendations of the International on Radiological Protection: Radialion
Protection. 1CRP publication 26. Oxford, Pergamon Press, 1977
7. National Council on Radiation Protection and Measurements: Review of the Current
State of Radiation Proteclion Philosophy. NCRP Report No. 43. Washington, DC,
1975
8. Code of Federal Regulations, Title 29, part 16, chapter 17, section 1910.96.
Washington, DC, U.S. Government Printing Office, 1571
9. Code of Federal Regulations, Title 10, part 20, chapter 1, section 20.102. Washington,
DC, US. Government Printing Office, 1971
10. Bushong SC: Radiologic Science for Technologists: Physics, Biology, and Protection.
St. Louis, CV Mosby, 1984
11. Pizzarello DJ, Witcosfski RC: Medical Radiation Biology. Philadelphia, Lea & Febiger,
1982
12. Rusnak B, CastanedaZuniga WR, Kotula F, et al: Radiolucent handle for
percutaneous puncture under continuous fluoroscopic monitoring. Radiology
1981;141:538
13. Gertz EW, Wisneski JA, Gould RG, et al: Improved radiation protection for physicians
performing cardiac catheterization. Am J Cardiol 1982;50:1283
14. Allsion JD, Teeslink CR: Special procedures screen. Radiology 1980;136:233
743
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
15. Thomson KR, Brammall J, Wilson BC: “Flagpole” leadglass screen for radiographic
procedures. Radiology 1982;143:557
16. Gilula LA, Barbier J, Totty WG, Eichling J: Radiation shielding device for fluoroscopy.
Radiology 1985;147:882
17. Miotto D, Feltrin G, Calamosca M: Radiation protection device for use during
percutaneous transhepatic examinations. Radiology 1984;151:799
18. Young AT, Morin RL, Hunter DW, et al: Surface shield: device to reduce personnel
radiation exposure. Radiology 1986;159:801
19. Miller DL, Vucich JJ, Cope C: A flexible shield to protect personnel during
interventional procedures. Radiology 1985; 155:825
20. Linos DA, Gray JE, McIlrath DC: Radiation hazard to operating room personnel
during operative cholangiography. Arch Surg, 1980; 115:1431
21. Jacobson A, Conley JG: Estimation of fetal doses to patients undergoing diagnostic
xray procedures. Radiology 1976; 120:683
22. Bush WH, Jones D, Brannen GE: Radiation dose to personnel during percutuneous
renal calculus removal. AJR 1985; 14 5:1261
23. Webster EW: Quality assurance in cineradiographic systems in Waggener RG, Wilson
CR (eds): Quality Assurance in Diagnostic Radiology: Medical Physics Monograph
No. 4. New York, American Institute of Physics, 1980
24. Gray JE, Winkler NT, StearsJ, Frank ED: Quality Control in Diagnostic Imaging.
Baltimore, University Park Press, 1983
25. American Institute of Physics: Evaluation of Radiation Exposure Levels in Cine
Cardiac Catheterization Laboratories. AAPM Report No. 12. New York, American
Institute of 1984
26. Jeans SP, Faulkner K, Love HG, Bardsley RA: An investigation of the radiation dose
to staff during cardiac radiological studies. Br J Radiol 1985;58:419
27. Picker International, Inc: typical Drawing and Specifications for Synerview 1200
SX/600S. Clevenland, Picker International, Inc, 1982.
744
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
745