Proses sampah organik menjadi kompos
-
Upload
juleha-usmad -
Category
Engineering
-
view
1.562 -
download
15
description
Transcript of Proses sampah organik menjadi kompos
REKAYASA LINGKUNGAN
Dosen Pembimbing : Alfi Rahmi, S.T, M.Eng
Juleha(1213019)
Silvia Royani
(1213011)Akmal Adi
Putra (1213019)
Tirta Gia Anggia
(1213022)
Mutridi (1213005)
Hasmar (1213019)
Afrizal (1213012)
Dalam istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai: ”bahanyang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan manusiamaupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis."(Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).
Latar Belakang
Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa
jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai
ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita
perlu memiliki pemahaman tentang sampah dan
bagaimana mengelolanya agar berguna. Salah satu
bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk
kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi
masalah sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi
dari sampah.
Apa itu sampah organik ??????
Sampah yang bisa mengalami
pelapukan (dekomposisi) dan
terurai menjadi bahan yang lebih
kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos).
Sampah organik
Jenis-Jenis Sampah OrganikSampah organik berasal dari makhluk hidup,
baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi
menjadi 2 :
Sampahorganik basah
sampah mempunyaikandungan air yang
cukup tinggi.
Contohnya kulit buah dan sisa sayuran
Sampah organikkering
bahan organik lainyang kandunganairnya kecil.
Contoh sampah organik kering
di antaranya kertas, kayu atau
ranting pohon, dan dedaunan
kering.
Gambar Sampah Organik Basah
gambar sampah organik kering
Dampak sampah organik
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut :
•Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan
cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
•Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya
jamur kulit).
•Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
•Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di
Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
2. Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air.Berbagai organisme termasuk ikan dapat matisehingga beberapa spesies akan lenyap, hal inimengakibatkan berubahnya ekosistem perairanbiologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalamair akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbaukurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggidapat meledak.
Prinsip Pengolahan Sampah Organik
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisaditerapkan dalam pengolahan sampah.Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:•Mengurangi (reduce)Sebisa mungkin meminimalisasi barang ataumaterial yang kita pergunakan. Semakin banyakkita menggunakan material, semakin banyaksampah yang dihasilkan.•Menggunakan kembali (reuse)Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisadipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang
•Mendaur ulang (recycle)Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidakberguna didaur ulang lagi. Tidak semua barangbisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyakindustri tidak resmi dan industri rumah tanggayang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
•Mengganti (replace)Teliti barang yang kita pakai sehari-hari.Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakaisekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Secara rinci adalah:1. Pemilahan Sampah
•Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah
organik dari sampah an-organik (barang lapak dan
barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan
dengan teliti karena akan menentukan kelancaran
proses dan mutu kompos yang dihasilkan.2. Pengecil Ukuran
•Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas
permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan
mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
Tahapan Pengomposan
3. Penyusunan Tumpukan•Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan
pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
•Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 2m x
12m x 1,75m.
•Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam
tumpukan.
4. Pembalikan•Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan
bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap
bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman •Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan
yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%).
•Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan
dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam
tumpukan.
•Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak
mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah
keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan •Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari,
suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati
suhu ruangan atau suhu di tempat.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna coklat
tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama ± 14 hari.
7. Penyaringan•Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran butiran partikel
kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-
bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses
pemilahan di awal proses.
•Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan
yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang
sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan•Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
•Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh
bibit jamur dan benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan
yang mungkin terbawa oleh angin.
1
Mesin pencacah sampah organik
digunakan untuk menghancurkan
berbagai jenis sampah organik berukuran
kecil
2
Keunggulan Mesin Pengolah Kompos:
1. Bentuk yang ringkas dan sederhana
2. Sangat mudah dioperasikan
3. Hasil cacahan maksimum dengan potongan kurang dari 3 cm.
4. Mampu mencacah daun, ranting, sabut kelapa, dan jerami dari berbagai
jenis sampah pertanian yang dapat digunakan untuk pupuk organik
5. Pisau mempunyai ketajaman dan kekerasan tinggi sehingga lebih awet
walaupun digunakan mencacah bahan organik agak keras dan berumur
teknis panjang.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan
hubungi :
085 2277 46362 atau 0857 433 66688
3 dan 4
5 6 7 8
Proses Pembuatan Kompos
Proses pengomposan tergantung pada :
1.Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yangdipergunakan
3.Metode pengomposan yang dilakukan
Bahan-bahan yang dapat dikomposkan pada dasarnya semua
bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah
organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri,
limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa
sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara
lain: tulang, tanduk, dan rambut.
1.Karakteristik bahan yang dikomposkan
Gambar bahan yang dikomposkan
Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain:
PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp,
BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing
guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
TEKNIK SEGITIGA
Ini adalah teknik membuat kompos dengan cara menumpuk daun-daun,
potongan rumput dan bahan lain di atas terowongan udara, yaitu sebuah
alat berbentuk segitiga dan panjang yang terbuat dari bambu atau kayu
(lihat gambar di bawah). Terowongan udara berukuran tinggi: 20 cm dan
panjang antara 1,5 hingga 2 meter. Buatlah dua buah terowongan udara
dan letakkan berdampingan seperti tampak pada gambar di bawah:
1. Menumpuk daun-daun dan bahan-bahan lain di atas satuterowongan udara dan biarkan yang satunya
2. Menambahkan bahan dan menyiram air secara teratur setiaphari agar tumpukan tetap lembab
3. Menjaga kelembaban tumpukan dengan menyiram secarateratur dan membiarkan sampai menjadi kompos (± 6minggu/warna kehitaman seemua)
4. Jika bagian bawah sudah mulai menghitam, kemudian membaliktimpukan di atas terowongan udara yang satunya. Tumpukanbahan yang baru di atas terowongan yang lama
5. Setelah bahanya menjadi kompos, kemudian dikumpulkan danditempatkan di tempat yang telah disediakan (karung) untukdapat dipergunakan sebagai pupuk organik
Langkah-langkah teknik segitiga :
‘Keranjang Takakura’
Keranjang kompos Takakura merupakan hasil penemuan Mr.
Koji Takakura, orang Jepang yang menemukan sistem pengolahan
sampah organik. Keranjang Takatura kemudian berkembang sebagai
alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga.
Keranjang Takakura sangat mudah digunakan, bersih dan tidak berbau
sehingga aman digunakan di lingkungan rumah.
Apa itu keranjang Takakura.....???
1. setelah sampah organik dipisahkan dari jenis
sampah lainnya, diolah dengan
memasukkannya ke dalam keranjang Takakura.
2. Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada
keranjang Takakura akan menguraikan sampah
menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan
tidak mengeluarkan cairan. Inilah keunggulan
pengomposan dengan keranjang Takakura.
Cara kerjanya adalah:
1. Carilah keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil
(supaya tikus dan binatang lain tidak bisa masuk) termasuk
penutupnya,
2. Cari kardus bekas dengan ukuran tertentu, untuk
memasukkan keranjang. Kardus ini untuk tempat bahan-bahan
yang akan dijadikan kompos,
3. Masukkan kompos yang sudah jadi ke dalam kardus. Jika
sebelumnya anda tidak membuat kompos sendiri, anda dapat
mencari kompos yang sudah jadi yang sudah siap pakai.
Tebarkan kompos ke dalam kardus, satu lapisan saja, setebal
kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi
sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang
sudah jadi tersebut telah mengandung banyak sekali mikroba-
mikroba pengurai. Setelah itu masukkan kardus tersebut ke dalam
keranjang plastik.
Cara membuat keranjang Takakura dan bahan yang dibutuhkan :
4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan
ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan
antara lain: sisa makanan dari meja makan seperti nasi, sayur, kulit
buah-buahan. Bahan lainnya adalah sisa sayuran mentah dari dapur,
seperti akar atau batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum
dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil
lebih kurang 2 cm x 2 cm,
5. Setiap hari, bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses
memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti tahap
sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai
memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bila perlu,
tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi,
6. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama
dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan.
Catatan untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakanagar bekas sayuran bersantan, daging atau bahan lain yangmengandung protein tidak dimasukkan ke dalam kardus.Mengingat starternya telah menggunakan kompos yangsudah jadi, maka MOL (mikroba lokal) tidak digunakan.Desain Keranjang Takakura berbahan bambu sederhanadapat dilihat di bawah :
Gambar Model Sederhana Keranjang Takakura
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses
yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.
Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen
yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan,
karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak
sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam
butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S
Skema Proses Pengomposan Aerobik
Manfaat Pupuk Kompos
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa
aspek:
Aspek Ekonomi :
1.Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.Mengurangi volume/ukuran limbah
3.Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat
bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Aspek bagi tanah/tanaman:
Keuntungan Kompos :
•Lebih ramah lingkungan, tidak merugikan kesehatan dan tidak
mencemari lingkungan
•Bahan mudah didapat, selalu tersedia setiap hari dan tentunya tidak
perlu membeli
•Cara membuatnya sedrhana, tidak memerlukan peralatan canggih
ataupun mahal
•Dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah makhluk
hidup (mikroba) di dalam tanah yang mampu membantu pertumbuhan
tanaman
•Kompos Tidak Larut Dalam Air
•Kompos menahan air sampai 60%
•Kompos dapat dibuat dari semua bahan organik
•Kandungan unsur hara tidak bisa diketahui secara pasti
•Kandungan unsur hara lebih rendah dibandingkan dengan
pupuk anorganik
•Tanaman tidak bisa menyerap unsur hara dari kompos
lebih cepat, dibandingkan dengan pupuk organik
•Proses pembuatan yang tidak hati-hati dapat mengandung
telur dan larva hama.
Kekurangan Kompos :
Pupuk Kompos merupakan hasil dekomposer limbah
pertanian (kotoran ternak, jerami, sisa-sisa tanaman) yang
dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi kelangkaan dan
mahalnya harga pupuk kimia. Kompos atau pupuk organik
berperan dalam memperbaiki struktur dan sifat fisika, kimia
maupun biologis tanah. Selain itu, pupuk organik juga berperan
dalam memperbaiki kesuburan lahan sehingga kesuburannya
makin lama makin meningkat serta dapat mengurangi
pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penumpukan
limbah yang tidak termanfaatkan.
Dalam rangka menuju pertanian yang berkelanjutan, pengembalian bahan organik atau kompos ke lahan
adalah merupakan suatu keharusan
TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJARKeep Spirit !!!