PROSES PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/55651/3/TESIS...
Transcript of PROSES PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/55651/3/TESIS...
PROSES PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI SEKITAR LOKASI OBJEK WISATA TALANG INDAH DAN BUKIT
PANGONAN DESA PAJARESUK KECAMATAN PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
(Tesis)
Oleh
Nungky Kurnia Putri
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PROSES PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI SEKITAR LOKASI OBJEK WISATA TALANG INDAH DAN BUKIT
PANGONAN DESA PAJARESUK KECAMATAN PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Nungky Kurnia Putri
Tesis
Sebagai Salah Satu Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan IPS
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PROCESS OF SOCIAL STRUCTURE-ECOMOMIC CHANGE OF
COMMUNITY IN AROUND THE LOCATION OBJEK WISATA TALANG
INDAH DAN BUKIT PANGONAN VILLAGE PAJARESUK DISTRICT
PRINGSEWU
By
Nungky Kurnia Putri
Abstarct
The existence of Objek Wisata Talang Indah and Bukit Pangonan located in
Pajaresuk village caused a change in the social structure and economy of the
local community. This study aims to describe how the process of social structure-
economic changes in the location of Objek Wisata Talang Indah and Bukit
Pangonan. The research approach used in this research is qualitative approach.
The method in this research is expalanation method. Subject in this research is
pajaresuk village society thatb dabbled in Talang Indah dan Bukit Pangonan
tourism object sector. Data collection technique in this research is triangulation
that is researcher use participative observation, depth interview and
documentation. Test data validity in this research is done with stages of data
credibility, transferability, dependability and konfirmationbility. Data analysis
techniques in this study using descriptive qualitative data analysis of interactive
models Miles and Hubberman. The result of this research indicate that the
process of change of socio-economic structure in Pajaresuk community after the
establishment of Objek Wisata Talang Indah and Bukit Pangonan, it can be seen
by the change in social structure in the change in thesocial structure of agrarian
society proceed to industrial society. Thus affecting economic change is seen with
the change of economic orientation of society caused by the emergence of new
livelihoods in the tourism sector, before the community works only rely on the
agricultural sector, is currently starting to establish businesses in the tourism
sector.
Keywords: Social Structure-Ecomomic Change, Society, Tourist Attraction
PROSES PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI SEKITAR LOKASI OBJEK WISATA TALANG INDAH DAN BUKIT
PANGONAN DESA PAJARESUK KECAMATAN PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Nungky Kurnia Putri
Abstrak
Keberadaan objek wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan yang terletak di Desa
Pajaresuk menimbulkan adanya perubahan pada struktur sosial dan ekonomi
masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat di lokasi Objek Wisata Talang
Indah dan Bukit Pangonan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode pada penelitian ini adalah
metode ekspalanasi. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Pajaresuk yang berkecimpung di sektor objek wisata Talang Indah dan Bukit
Pangonan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu
peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
kredibilitas data, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif
model interaktif Miles and Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya proses perubahan struktur sosial ekonomi pada masyarakat Desa Pajaresuk
setelah berdirinya objek wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan, hal tersebut
terlihat dengan adanya perubahan dalam segi struktur sosial yaitu perubahan
struktur masyarakat agraris berproses menuju masyarakat industri. Sehingga
berpengaruh terhadap perubahan dalam segi ekonomi terlihat dengan adanya
perubahan orientasi ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh munculnya mata
pencaharian baru dalam sektor pariwisata, sebelumnya masyarakat bekerja hanya
mengandalkan sektor pertanian, saat ini mulai mendirikan usaha-usaha dalam
sektor pariwisata.
Kata Kunci :Perubahan Struktur Sosia Ekonomi, Masyarakat, Objek Wisata
MOTO
“Barangsiapa bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan
padanya dan sesungguhnya Allah lah yang akan melaksanakan urusan yang
dikehendaki – Nya”
(QS. Ath – Thalaq: 3)
“Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap
malapetaka, sedangkan orang yang pesimis melihat malapetaka dalam setiap
kesempatan”
(Nabi Muhammad SAW)
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat”
(Winston Chunchill)
“Education is a powerful weapon, we can use to change the world”
(Nelson Mandela)
“The best pleasure in life is doing what people say you cannot do”
(Nungky Kurnia Putri)
Tesis ini khusus saya persembahkan untuk
Almarhum Bapakku Hi. Nangtjik Husin dan Mamakku Hj. Amiliah
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nungky Kurnia Putri dilahirkan di
Tambahrejo pada tanggal 29 Mei 1994, merupakan anak
bungsu dari lima bersaudara pasangan Bapak Hi. Nangtjik
Husin (Almarhum) dan Ibu Hj. Amiliah.
Penulis menyelesaikan pendidikan TK Aisyah Bustanul Atfal 3 Tambahsari dan
selesai tahun 2000, lalu melanjutkan di Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Tambahrejo
dan selesai tahun 2006, lalu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Gadingrejo dan selesai tahun 2009, lalu melanjutkan Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 1 Gadingrejo Jurusan IPS dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
yaitu di Universitas Lampung dan masuk program studi Pendidikan Ekonomi
kemudian lulus pada tahun 2016 dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan.
Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Pendidikan
IPS, Program Studi Magister Pendidikan IPS.
Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ke Malaysia, Singapura dan Batam pada tahun 2017.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis
dengan judul “Proses Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi
Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan IPS Jurusan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhya bahwa penulisan tesis ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah
diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih seluruhnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Umum, Keuangan
dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
8. Ibu Dr. Trisnaningsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magiter Pendidikan
IPS Universitas Lampung dan selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar
membimbing dan banyak memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Pembimbing I yang telah
membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. Bapak Dr. Pargito, M.Pd.,selaku Penguji I yang telah membimbing serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd., selaku Penguji II yang telah memberikan kritik dan
sarannya yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan tesis ini.
12. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pengampu Pada Program Studi Magister
Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.
13. Ketua Kepengurusan Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan.
14. Bapak Kepala Desa Pajaresuk, Kecamatan Pringswu, Kabupaten Pringsewu.
15. Masyarakat Desa Pajaresuk.
16. Almarhum bapak Hi. Nagcik Husin yang sangat saya cintai serta mamak Hj.
Amiliah yang selalu mendukung setiap langkahku serta doa yang tak pernah
henti dihaturkan disetiap sujudmu, serta kakak-kakakku mas Rafiq, mas Aan,
mas Roy dan mas Hendra tersayang;
17. Calon suamiku Arizal Darmawan, S.T.P., yang selalu memberikan dukungan
tiada hentinya.
18. Keluarga besar Anang Uning dan Ahmad Abror yang selalu mendoakanku,
kakek, nenek, uyut, om, paman, bibi, juga semua kakak dan adik sepupuku
tersayang;
19. Adik sepupuku Rere dan Nada yang selalu memberi support yang luar biasa
kepadaku;
20. Sahabat dunia akhiratku Desi, Ayu, Arum, dan Gustin yang selalu memotivasi
dan menginspirasi di dalam kehidupanku;
21. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan IPS angkatan 2016.
22. Para Pendidik yang turut membantu kesuksessan saya. Terimakasih banyak;
23. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun
penulis berterimakasih atas semuanya;
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima denga tangan
terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan penulis pada
khususnya.
Bandar Lampung, 25 Januari 2019
Penulis
Nungky Kurnia Putri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 14
1.4. Fokus Kajian ................................................................................. 14
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
1.5.1. Manfaat Teoritis ................................................................. 14
1.5.2. Manfaat Praktis .................................................................. 15
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 15
II. TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN
KERANGKA PIKIR ........................................................................ 17
2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 17
2.1.1. Teori Struktur Sosial .......................................................... 17
2.1.1.1. Definisi Struktur Sosial ......................................... 19
2.1.2. Perubahan Sosial ................................................................ 29
2.1.3. Teori Struktur Sosial Ekonomi .......................................... 38
2.1.4. Pengertian Masyarakat ....................................................... 41
2.1.5. Desa .................................................................................... 43
2.1.6. Pariwisata ........................................................................... 45
2.1.7. Objek Wisata ...................................................................... 48
2.2. Penelitian yang Relevan ................................................................ 51
2.3. Kerangka Pikir .............................................................................. 57
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 60
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 60
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 61
3.3. Subjek Penelitian .......................................................................... 61
3.4. Objek Penelitian ............................................................................ 63
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 64
3.6. Pengecekan Keabsahan Temuan ................................................... 65
3.7. Teknik Analisis Data ..................................................................... 66
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 69
4.1. Langkah-langkah Penelitian Studi Kasus ..................................... 69
4.2. Sejarah Berdirinya Desa Pajaresuk ............................................... 74
4.3. Geografis Wilayah Desa Pajaresuk ............................................... 74
4.4. Talang Indah dan Bukit Pangonan ................................................ 80
4.5. Riwayat Kasus .............................................................................. 82
4.6. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 83
4.6.1. Deskripsi dan Pembahasan Temuan Penelitian .................. 83
A. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pajaresuk
Sebelum Talang Indah dan Bukit Ditetapkan
Sebagai Objek Wisata .................................................... 84
1. Segi Ekonomi ........................................................... 84
2. Segi Sosial ............................................................... 92
B. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Pajaresuk Setelah Talang Indah dan
Bukit Pangonan Ditetapkan
Sebagai Objek Wisata ....................................................... 97
1. Segi Ekonomi .............................................................. 97
2. Segi Sosial .................................................................. 106
4.7. Temuan-temuan Pokok di Lapangan .............................................. 114
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 116
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 116
5.2. Saran ............................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Aspek Ekonomi Bidang Pekerjaan Sebelum Objek
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan
sebagai Objek Wsiata ....................................................................... 7
3.1. Informan dalam penelitian proses perubahan struktur sosial
ekonomi masyarakat di lokasi objek wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu ....................................................................... 62
4.1. Jumlah Penduduk Berdarakan Jenis Kelamin Tahun 2017 .............. 76
4.2. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2017 .............................. 77
4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2017........... 78
4.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017 ............. 79
4.5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun
2014 Sebelum Talang Indah dan Bukit Pangonan
ditetapkan Sebagai Obejek Wisata ................................................... 85
4.6. Sampel Data Pendapatan Masyarakat Desa Pajaresuk
Yang Bekerja Sebagai Petani Sebelum Talang Indah
dan Bukit Pangonan ditetapkan Sebagai Objek Wisata .................. 88
4.7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2014 Sebelum Talang Indah
dan Bukit Pangonan ditetapkan
Sebagai Obejek Wisata ................................................................... 90
4.8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Setelah Talang Indah dan Bukit Pangonan
ditetapkan Sebagai Objek Wisata ................................................... 99
4.9. Sampel Data Pekerjaan Masyarakat Desa Pajaresuk Sebelum dan
Sesudah Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan Sebagai Objek
Wisata .............................................................................................. 100
4.10. Sampel Data Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Pajaresuk Sebelum
dan Sesudah Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan Sebagai Objek
Wisata ............................................................................................. 101
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Pikir Proses Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
di Sekitar Lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan
Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu ....................... 59
3.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 65 3.2. Model Pendekatan Miles and Hubberman ............................. 66
4.1. Diagram pengalokasian lahan di Desa Pajaresuk .................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Informan dalam Penelitian Proses Perubahan Struktur
Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Lokasi Objek Wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan Desa Pajaresuk
Kecamatan Pringsewu Kabupaten Peringsewu ......................... 124
2. Pedoman Observasi ................................................................... 129
3. Pedoman Wawancara ................................................................. 130
4. Hasil Observasi .......................................................................... 132
5. Koding dalam Transkip Wawancara ......................................... 139
6. Hasil Wawancara ....................................................................... 141
7. Sampel Data Pekerjaan dan Pendapatan Masyarakat
Desa Pajaresuk Sebelum dan Sesudah Talang Indah dan
Bukit Pangonan ditetapkan sebagai Objek Wisata .................... 168
8. Peta Wilayah Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu ................................................................ 170
9. Foto-foto Dokumentasi .............................................................. 171
Surat Izin Penelitian untuk Kelurahan Desa Pajaresuk
Surat Balasan Penelitian dari Kelurahan Desa Pajaresuk
Surat Izin Penelitian untuk Ketua Kepengurusan Objek Wisata
Surat Balasan dari Ketua Kepengurusan Objek Wisata
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan
alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya
tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha
penanganan dan peningkatan kepariwisataan. Misalnya saja, Candi
Borobudur yang ada di Yogyakarta di mana objek pariwisata ini merupakan
salah satu objek peninggalan sejarah Dinasti Sailendra yang membangun
peninggalan Budha terbesar di dunia antara 780-840 Masehi. Dinasti
Sailendra merupakan dinasti yang berkuasa pada masa itu. Peninggalan ini
dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan tempat ziarah. Tempat ini
berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju
pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha. Peninggalan ini ditemukan
oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 dibawah pimpinan Sir Thomas
Stanford Raffles. Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun
1835. (borobudurpark.com, 2017).
2
Indonesia juga memiliki pariwisata alam yang sungguh mengagumkan dan
diakui keindahannya oleh negara lain, contohnya saja pantai-pantai yang
ada di Pulau Dewata Bali. Salah satu pantai yang sangat terkenal adalah
Pandawa Beach, Pandawa Beach “Hiden Beach” di balik tebing kapur
berukir besar yang mengungkap pemandangan Samudera Hindia yang luas,
Pandawa Beach pernah juga dijuluki sebagai “Secret Beach” dan dibuka
secara resmi pada tahun 2012, yang semakin populer di antara pengunjung
lokal dan pengunjung Internasional (bali-indonesia.com, 2017). Salah satu
bukti nyata lagi bahwa keadaan flora maupun fauna Indonesia modal besar
dalam peningkatan kepariwisataan. Contoh wisata flora dan fauna di
Indonesia adalah surga bawah laut Raja Ampat yang terletak di Papua Barat
merupakan wisata bawah laut yang menawarkan keindahan flora dan
faunanya. Warna-warni terumbu karang yang ada di perairan Raja Ampat
terpancar begitu indah dan banyaknya jenis ikan yang menari indah
berdampingan dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di dalam laut
(indonesiakaya.com). Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian
perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan upah (Suwantoro, 2004: 3).
Provinsi Lampung terletak di bagian ujung tenggara Pulau Sumatera. Letak
astronomis provinsi Lampung pada posisi 103p 40'-105p 50'BT dan 6p 45'-
3p 45'LS, secara administratif wilayah ini berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah utara, Selat Sunda di sebelah
3
selatan, Laut Jawa di sebelah timur dan Samudera Indonesia di sebelah barat
(Asyik dan Trisnaningsih, 2015: 2). Provinsi Lampung terkenal akan
pariwisatanya yang sangat mengagumkam serta banyak objek wisata yang
masih tumbuh dan berkembang secara alami. Di Pesisir Barat potensi wisata
yang berpeluang dikembangkan misalnya, pesona wisata bahari karena di
wilayah Krui dan sekitarnya ada pantai landai dengan ombak yang pantas
untuk dijadikan olahraga layar dan ski air. Sehingga baru-baru ini banyak
wisatawan mancanegara melancong ke Lampung Barat untuk merasakan
dahsyatnya ombak Pesisir Barat.
Selain itu, objek wisata lain di Provinsi Lampung ada pula pesona wisata
Gunung Krakatau di Selat Sunda dan Pantai Merak Belantung (Lampung
Selatan), Pantai Pasir Putih di Panjang (Bandar Lampung), Situs Purbakala
di Jabung dan Pusat Latihan Gajah (LPG) Way Kambas (Lampung Timur),
Dam Way Rarem di Bukit Kemuning (Lampung Utara) dan banyak lagi
objek wisata menarik yang lokasinya tersebar di wilayah Lampung
(pesonawisataindonesia.com, 2015). Salah satu Kabupaten di Lampung
yaitu Pringsewu merupakan wilayah yang memiliki potensi daya tarik dalam
hal pariwisata. Eksotika alam serta peninggalan sejarah yang masih kental
dan meninggalkan jejak, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat
global. Di Pringsewu telah banyak ditemukan tempat yang memiliki potensi
untuk dapat dinikmati keindahan alam serta peninggalan sejarahnya. Salah
satunya yaitu Talang Indah dan Bukit Pangonan yang saat ini santer
4
dibicarakan masyarakat luas sekaligus menjadi rekomendasi destinasi wisata
yang menarik bagi wisatawan.
Talang Indah dan Bukit Pangonan terletak di Jl. Raya Danau, Pajaresuk,
Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Talang Indah dan Bukit
Pangonan merupakan objek wisata yang mengkolaborasikan antara wisata
sejarah peninggalan jajahan Belanda dan wisata alam berupa perbukitan dan
pemandangan persawahan, hal ini karena sejarah Talang Indah sendiri
merupakan talang peninggalan Belanda sejak tahun 1928. Desain talang
dirancang oleh arsitek yang berasal dari Belanda dan yang mengerjakan
talang-talang tersebut adalah masyarakat asli pribumi. Sejak zaman
Belanda, talang-talang ini berfungsi untuk mengairi sawah diseluruh
Kecamatan Pringsewu (Sumarno, 2017).
Di Pajaresuk, sebenarnya terdapat 5 buah talang yang disebut Talang 1, 2, 3,
4 dan 5 namun talang yang paling indah panoramananya dan dijadikan
objek wisata yaitu Talang 1, selain itu untuk wisata alamnya yaitu objek
wisata Bukit Pangonan, bukit ini satu lokasi dengan Talang Indah (dokumen
resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Pringsewu, 2017). Di Bukit Pangonan
menyajikan pemandangan alam Pringsewu yang luar biasa indah
(jelajahlampung.com, 2017). Hal ini sejalan dengan kondisi alam yang ada
di Desa Pajaresuk, yang pada dasarnya sudah menunjang untuk dijadikan
objek wisata. Sehingga, masyarakat memiliki inisiatif menjadikan lokasi
tersebut ditetapkan sebagai objek wsiata. Karena sebelumnya, lokasi
5
tersebut sering dijadikan tempat untuk melakukan hal-hal yang tidak
senonoh oleh para muda-mudi.
Perkembangan era globalisasi saat ini mulai berpengaruh terhadap proses
sosial yang terjalin dalam kehidupan masyarakat. Hal menarik yang telah
diketahui bahwa kehadiran industri pariwisata di tengah kehidupan
masyarakat pedesaan membawa beberapa perubahan pada aspek kehidupan.
Untuk menggalakan pembangunan perekonomian dengan suatu
pertumbuhan berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memegang
peranan yang menentukan dan dijadikan sebagai katalisator untuk
mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap (Spillane,
1982: 54). Pengembangan pariwisata dapat merangsang tumbuhnya usaha-
usaha ekonomi tertentu yang saling merangkai dan menunjang.
Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan berada di satu tempat,
dimana objek wisata tersebut dikelola oleh masyarakat sekitar lokasi objek
wisata yang terbentuk dalam kepengurusan Objek Wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan dan pemerintahan daerah Pringsewu. Di objek wisata ini,
terdapat banyaknya wahana permainan diantaranya wahana permainan
flying fox, perahu dayung, taman bermain untuk anak-anak, wahana bermain
komedi putar dan wahana bermain kora-kora. Selain wahana bermain yang
disebutkan sebelumnya, ada juga fasilitas spot foto menarik yang dibuka
oleh warga sekitar di lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan
dengan membayar Rp 3.000 untuk sekali foto (Sumarno, 2017).
6
Hasil wawancara penelitian dengan Bapak Sumarno (2017) kepengurusan
Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan memberikan fasilitas
istimewa untuk pengunjung yang memiliki kelainan fisik, dimana mereka
yang menyandang kelainan fisik dapat berfoto di spot foto manapun dengan
gratis. Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan sebagai
objek wisata adalah pada tanggal 15 Desember 2015 yang diresmikan
langsung oleh Lurah Desa Pajaresuk yaitu Bpk. Witriyono (Sumarno, 2017).
Keindahan alam telah menjadi modal kuat untuk terus mengembangkan
objek wisata tersebut, maka beberapa kelompok masyarakat mulai
memperhitungkan peluang dalam mengembangkan potensi masyarakat di
Desa Pajaresuk. Talang Indah dan Bukit Pangonan yang menjadi ikon
wisata di Kabupaten Pringsewu berpotensi menarik wisatawan telah
dimanfaatkan beberapa kelompok sadar wisata untuk memberikan lahan
pekerjaan dan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat.
Upaya yang sudah dilakukan oleh masyarakat telah terlihat seiring dengan
munculnya perubahan-perubahan dalam beberapa aspek kehidupan setelah
berkembangnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan.
Sebelum adanya penetapan sebagai objek wisata, masyarakat yang tinggal
di sekitar lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan menurut
bapak Sumarno (2017) sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani
bahkan ada juga yang menganggur. Namun kini, dengan adanya Objek
7
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan terjadi perubahan dari segi
ekonomi khusunya bidang pekerjaan pada masyarakat Desa Pajaresuk.
Tabel 1.1. Aspek Ekonomi Bidang Pekerjaan Sebelum Objek Wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan Sebagai Objek
Wisata.
No. Nama Responden Pekerjaan
1. Bapak Abas Buruh
2. Ibu Napsiani Petani
3. Bayu Pengangguran
4. Ibu Nurhayati Ibu rumah tangga
5. Dika Pengangguran
6. Bapak Warsito Petani
7. Bapak Mustangin Pensiunan PNS
Sumber : Hasil Wawancara Pra Penelitian (Sumarno, 2017)
Berdasarkan tabel 1.1 bahwa telah terjadi perubahan dalam bidang
pekerjaan yang lebih baik dibanding pekerjaan yang sebelumnya. Dimana
berdasarkan hasil wawancara pra penelitian yang disampaikan oleh Bapak
Sumarno (2017) adalah bahwa masyarakat yang alih profesi mengalami
perubahan yang cukup signifikan dari segi pendapatan. Sebelumnya,
keadaan ekonomi dan penghasilan yang didapatkan oleh masyarakat dengan
memanfaatkan lahan pertanian dianggap kurang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka apalagi yang menganggur. Orientasi ekonomi
yang masih terpaku pada pertanian tersebut, membuat masyarakat sulit
untuk berkembang dalam hal mencari dan menciptakan lapangan pekerjaan
bagi peningkatan kesejahteraan mereka.
8
Berkembangnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan diikuti
dengan para wisatawan yang semakin banyak membuat masyarakat mulai
memanfaatkan peluang tersebut. Sebelum Talang Indah dan Bukit Pangonan
ditetapkan sebagai objek wisata tepatnya sebelum tahun 2015, masyarakat
hanya menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian. Dan saat
Talang Indah dan Bukit Pangonan ditetapkan sebagai objek wisata,
berdasarkan hasil wawancara pra penelitian nyatanya di Objek Wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan telah muncul beberapa lapangan
pekerjaan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat seperti usaha
rumah makan, usaha makanan ringan dan air minum, membuka wahana
permainan, jasa penyewaan payung bahkan ada juga yang menawarkan jasa
foto (Sumarno, 2017).
Sebelumnya, di Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan hanya ada
wc, tempat ibadah dan beberapa warung kecil untuk menunjang pariwisata.
Dan saat ini, Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat yang ditandai dengan banyak
perubahan yang terjadi, yaitu untuk Talang Indahnya sendiri dicat dan
berubah layaknya jembatan kemudian di talangnya maupun di Bukit
Pangonan ditambah wahana-wahana bermain serta spot-spot foto yang
sangat menarik para pengunjung dan ada juga panggung kesenian serta
rumah cinderamata. Jadi, Talang Indah dan Bukit Pangonan telah menjadi
kebanggaan masyarakat Desa Pajaresuk bahkan kebanggaan untuk
Kabupaten Pringsewu.
9
Hal ini tidak terlepas dari peran masyarakat Desa Pajaresuk yang tergabung
dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok sadar wisata Desa Pajaresuk,
Kelompok Pemuda Karang Taruna, serta dukungan dari perangkat desa
yang berpartisipasi aktif dari masyarakat Desa Pajaresuk sendiri. Selain itu,
berkembangnya objek wisata tersebut juga didukung oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Pringsewu. Berdasarkan wawancara pra penelitian, dukungan ini
berbentuk promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Pringsewu yang dikemas dalam Ikatan Muli Mekhanai Kabupaten
Pringsewu (Samsir, 2017). Meraka bujang gadis Kabupaten Pringsewu yang
terpilih sebagai Muli Mekhanai Kabupaten Pringsewu akan selalu
mempromosikan objek-objek wisata di Kabupaten Pringsewu dan salah
satunya adalah Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan. Selain itu,
Pemerintahan Kabupaten Pringsewu mendukung dalam segi pembangunan
di Talang Indah dan Bukit Pangonan berupa pembangunan panggung seni,
ruang cinderamata, membeton jalan menuju talang serta membangun gazebo
untuk bersantai para pengunjung. Pemerintahan Kabupaten Pringsewu juga
sering mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan kepariwisataan yang
diadakan di Talang Indah dan Bukit Pangonan.
Munculnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan di tengah
kehidupan masyarakat Desa Pajaresuk membawa perubahan struktur sosial
ekonomi dalam bidang pekerjaan yang cukup signifikan untuk meningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat. Pola pemikiran masyarakatpun
10
mengalami perubahan, perubahan pola pikir yang berorientasi pada
peningkatan perekonomian telah membuktikan bahwa masyarakat sedikit
demi sedikit meninggalkan ketergantungan mereka pada profesi sebagai
buruh tani.
Sebagaimana hal tersebut berhubungan dengan adanya peluang kerja pada
ekonomi bebas yang meningkat sejalan dengan adanya industri pariwisata.
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005) dalam Sapta
(2011: 1) pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan
diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di
suatu destinasi pariwisata. Jadi dapat dikatakan bahwa kawasan industri
pariwisata telah membuka peluang dan kesempatan usaha bagi penduduk
setempat meskipun tergolong usaha kecil maupun menengah. Keberadaan
wisatawan banyak memberikan masukan atau devisa bagi daerah atau
masyarakat setempat karena mereka membelanjakan uang yang dibawanya
untuk makan, minum, membeli cinderamata dan sebagainya.
Perubahan yang banyak terjadi dalam masyarakat Desa Pajaresuk akibat
munculnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan membawa
dampak yang positif bagi masyarakat jika dapat mengimbangi adanya
perubahan dengan menyesuaikan pola pikir sehingga mereka dapat melihat
peluang dan kesempatan yang dimanfaatkan seperti terciptanya lapangan
pekerjaan, meningkatnya pendapatan dan meningkatnya keramaian. Namun
sebaliknya, apabila masyarakat tidak mampu untuk mengimbangi perubahan
11
yang tercermin dalam pola pikir masyarakat, perilaku dan moral maka
perubahan yang terjadi justru berdampak negatif dan akan merugikan seperti
mahalnya harga barang-barang, rusaknya daerah sekitar, masyarakat
cenderung lebih konsumtif dan melunturnya kebudayaan.
Perubahan yang terjadi di Desa Pajaresuk akibat berkembangnya Objek
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan merupakan bagian dari proses
pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat. Menurut Ginanjar dalam
Riyadi (2005: 4) mengatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses
perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana.
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik secara spiritual maupun material (Soekanto, 2005: 454).
Sektor pariwisata merupakan suatu pendukung adanya pembangunan di
suatu daerah, dikarenakan terdapat kaitan yang erat antara sektor pariwisata
dan sektor ekonomi karena dalam proses perkembangannya mempunyai
dampak dan pengaruh pada bidang sosial dan ekonomi. Akibat adanya
penetapan Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan berpengaruh
terhadap perubahan sosial masyarakat sekitar objek wisata, misalnya
beberapa remaja cenderung mencontoh gaya berpakaian para pengunjung
yang dinilai modern. Selain itu, dari segi bahasa yang biasanya beberapa
remaja menggunakan bahasa daerah, namun saat ini akibat banyaknya
wisatawan yang datang dari kota mereka mengaplikasikan bahasa gaul
12
dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.
sedangkan pengaruh terhadap perubahan bidang ekonomi adalah dapat
dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang disebabkan karena adanya
alih profesi (Sumarno, 2017).
Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan disamping industri kecil
dan agro industri, merupakan suatu instrumen untuk menghasilkan devisa
dan sekaligus diharapkan akan memperluas kesempatan kerja dan
menciptakan kesempatan kerja serta menciptakan usaha bagi masyarakat.
Kemajuan pariwisata dan pembangunan suatu daerah memiliki hubungan
saling ketergantungan, artinya semakin maju sektor pariwisata, maka akan
semakin besar kontribusi yang akan diberikan sektor pariwisata kepada
pemerintah daerah tersebut, begitulah sebaliknya semakin maju
pembangunan suatu daerah maka sudah barang tentu tersedia sarana dan
prasarana yang menunjang kemajuan pariwisata.
Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu
pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang
sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat
tempat yang strategis dalam pembangunan. Dalam proses pembangunan,
selain memperhitungkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan
sosial masyarakat, lebih dari itu dalam proses pembangunan dilakukan
13
upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang
lebih baik.
Sektor pariwisata di Indonesia sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto,
telah mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan. Kepala negara
menghendaki agar pengembangan kepariwisataan memperoleh perhatian
khusus, supaya dengan demikian kita dapat meningkatkan pendapatan
devisa negara dalam suasana ekonomi dunia yang masih buruk dimana
ekspor barang masih mengalami hambatan (Spillane, 1982: 58).
Dengan demikian, penelitian ini akan mengemukakan proses perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata tepatnya di
Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Berdasarkan
latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
“Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Lokasi Objek
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: Bagaiamana proses perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat di lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan ?
14
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui proses perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat di
lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan.
1.4. Fokus Kajian
Fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada proses perubahan struktrur
sosial ekonomi yang memunculkan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi perubahan struktur sosial seperti perubahan pada jenis
struktur sosial pada masyarakat di lokasi Objek Wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai
berikut :
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi para kalangan
akademisi supaya dapat digunakan dalam kajian ilmu pengetahuan
sosial khususnya dalam bidang sosiologi mengenai perubahan
struktur sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi untuk
mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam bidang Sosiologi
15
mengenai perubahan struktur sosial masyarakat sehingga dapat
dijadikan informasi bagi para pembaca.
1.5.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
bagi mahasiswa mengenai kajian Sosiologi dan Ekonomi yang lebih
khususnya dalam mengetahui aspek-aspek perubahan struktur sosial
ekonomi yang terjadi pada masyarakat akibat adanya industri
pariwisata disuatu daerah. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan
dapat memicu pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap
pengembangan objek wisata di Indonesia pada umunya dan terkhusus
di daerah Kabupaten Pringsewu.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Objek Wisata Talang Indah dan Bukit
Pangonan tepatnya di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu pada tahun 2018. Objek yang akan diteliti adalah proses
perubahan struktur sosial ekonomi pada masyarakat di lokasi Objek Wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu.
1. Ruang lingkup ilmu penelitian
Ruang lingkup ilmu atau kajian kelilmuan yang berkaitan dengan
perubahan struktur sosial ekonomi pada masyarakat di lokasi Objek
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu adalah reflective inquiry. Perubahan
16
struktur sosial ekonomi pada masyarakat sekitar lokasi Objek Wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu, masuk ke dalam perspektif Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai reflective inquiry. Hal tersebut
dikarenakan, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana proses
perubahan struktur ekonomi yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial.
2. Ruang lingkup objek penelitian
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah proses perubahan struktur
sosial ekonomi pada masyarakat di lokasi Objek Wisata Talang Indah
dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu.
3. Ruang lingkup subjek penelitian
Adapun ruang lingkup subjek penelitian ini adalah masyarakat di lokasi
Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan.
4. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Objek Wisata Talang
Indah dan Bukit Pangonan di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN
KERANGKA PIKIR
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Struktur Sosial
Emile Durkheim merupakan salah satu tokoh sosiologi klasik dari
perancis. Salah satu sumbangan pemikiran Emile Durkheim dalam ilmu
sosiologi adalah teori struktur sosial, pemikiran Durkheim mengenai
struktur sosial ini terinspirasi dan dilandasi oleh dua pemikiran tokoh lain,
yaitu Thomas Hobbes dan Charles Darwin. Dalam salah satu buku
karangan Thomas Hobbes menerangkan bahwa manusia dapat menjadi
halangan atau musuh bagi sesamanya, dalam hal ini manusia disebut
sebagai homo homini lupus. Dan kondisi sosial pada saat itu berhubungan
dengan adanya Revolusi Perancis dan Revolusi Inggris. Oleh karena itu
Emilie Durkheim berpandangan bahwa diperlukannya sebuah struktur
sosial yang dapat membentuk sebuah tatanan sosial yang tertib, rasional,
dan moral.
Teori struktur sosial merupakan, salah satu teori yang lahir atas fenomena
yang terjadi dimasyarakat. Fenemona sosial yang terjadi dalam kehidupan
smanusia, merupakan suatu interkasi antara manusia dengan lingkungan
alam. Bahkan hubungan antara manusia dengan sang penciptanya. Hal ini
18
mengingat bahwa manusia merupakan sebagai makhluk sosial yang tidak
bisa lepas dari antar keterkaitan manusia yang satu dengan satunya.
Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari
norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari
defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat
anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka
(Saifudin, 2010: 43). Disini Emile Durkheim pada tingkat analisa struktur
sosial menekankan pada analisa mengenai hasil-hasil dari tindakan sosial
yang obyektif terlepas dari motif-motif subyektif, serta minatnya pada
penelitian mengenai dasar-dasar keteraturan sosial, merupakan elemen-
elemen utama dalam teori fungsional masa kini (Ismail dan Zuhaili, 2012:
27).
Emile Durkheim juga telah mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan
sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat yang
disebut Solidaritas Sosial, kemudian ditekankan melalui sosialisasi dengan
melalui proses tindakan sosial manusia secara kolektif belajar standar-
standar atau aturan-aturan perilaku. Hal ini kemudian disebut oleh
Durkheim dengan Fakta Sosial.
Fakta Sosial menurut Emile Durkheim terletak pada bagian eksternal dan
mengendalikan individu-individu. Meski tidak dapat dilihat, struktur
aturan-aturan itu nyata bagi individu yang perilakunya ditentukan oleh
19
fakta sosial tersebut. Ini kemudian membuat Durkheim berpendapat bahwa
masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.
Menurut Durkheim, sifat struktur diberikan kepada warga masyarakat
sejak mereka lahir, sama seperti yang diberikan alam kepada fenomena
alam. Masyarakat terdiri dari realitas fakta sosial yang sama bersifat
eksternal dan menghambat individu. Kita tidak memilih untuk meyakini
sesuatu yang kita yakini kini atau memilih tindakan yang kita ambil
sekarang. Aturan-aturan kebudayaan yang sudah ada yang menentukan
gagasan dan perilaku kita melalui sosialisasi individu dalam masyarakat.
2.1.3.1. Definisi Struktur Sosial
Istilah struktur berasal dari kata structum yang berarti menyusun. Dengan
demikian, struktur sosial memiliki arti susunan masyarkat. Adapun
penggunaan konsep struktur sosial tampak beragam. Walaupun demikian,
kita dapat memberikan batasan-batasan melalui beberapa definisi struktur
sosial menurut para ahli, yaitu sebagai berikut (Waluya, 2007: 2) :
a. Menurut Radclife-Brown, struktur sosial adalah suatu rangkaian
kompleks dari relasi-relasi sosial yang berwujud dalam suatu
masyarakat. Dengan demikian, struktur sosial meliputi relasi sosial di
antara para individu dan perbedaan individu dan kelas sosial menurut
peranan sosial mereka.
20
b. Menurut Evans-Pritchard, struktur sosial adalah relasi-relasi yang
tetap dan menyatukan kelompok-kelompok sosial pada satuan yang
lebih luas.
c. Menurut Beattie, struktur sosial adalah bagian-bagian atau unsur-
unsur dalam masyarakat itu yang tersusun secara teratur guna
membentuk suatu kesatuan yang sistematik.
d. Menurut Raymond Firth, konsep struktur sosial merupakan analytical
tool atau alat analisis yang diwujudkan untuk membantu pemahaman
tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial.
Adapun pengertian struktur sosial menurut para ahli yang dirangkum
dalam Ranti (2017: 4) adalah sebagai berikut:
a. George C. Homan berpendapat bahwa struktur sosial memiliki
keterkaitan dengan perilaku dasar manusia dalam kahidupan sehari-
hari.
b. Coleman mendefinisikan struktur sosial sebagai pola hubungan
antarkelompok manusia.
c. Kornblum melihat struktur sosial sebagai pola perilaku berulang
individu dan kelompok yang menciptakan hubungan antarindividu
dan kelompok dalam masyarakat.
d. Talcott Parsons mengatakan struktur sosial sebagai keterkaitan
antarmanusia dalam sebuah sistem sosial yang menjalankan
fungsinya masing-masing.
21
e. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai hubungan timbal
balik antara posisi-posisi sosial serta peranannya yang dimainkan
oleh individu atau kelompok dalam struktur tersebut.
Dari beberapa definisi tersebut, menurut Ranti (2017: 6) struktur sosial
merupakan rangkaian relasi sosial yang terwujud dalam masyarakat,
rangkaian ini berupa susunan yang bentuknya bisa hierarki atau vertikal,
horizontal, atau bahkan kombinasi keduanya. Kata kunci dalam
pengertian struktur di sini adalah susunan, susunan ini menyatukan suatu
kelompok masyarakat. Selanjutnya, di dalam susunan ini juga terjadi
interaksi sosial. Secara intuitif kita bisa pahami bahwa struktur dan
interaksi adalah dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain. Perlu
digarisbawahi, adanya susunan dalam masyarakat berarti ada perbedaan
tentang peran sosial yang dimainkan oleh anggota masyarakat. Anggota
masyarakat ini bisa individu atau kelompok. Struktur, dengan demikian
selalu mengandung perbedaan peran sosial yang dimainkan masing-
masing oleh anggota kelompok sosial. Peran mengandung nilai.
Jadi, struktur sosial adalah relasi-relasi sosial yang penting dalam
menentukan tingkah laku manusia. Dengan kata lain, jika relasi sosial itu
tidak dilakukan dalam suatu masyarakat, masyarakat tersebut tidak
berwujud lagi. Wujud dari suatu masyarakat adalah adanya interaksi
antarindividu yang menghasilkan nilai dan norma, adanya status dan
peran, adanya kehidupan berkelompok, organisasi sosial dan institusi
22
sosial. Artinya, pada masyarakat yang tidak berwujud, sudah tidak ada
lagi interaksi diantara individu. Fungsi nilai dan norma tidak berlaku lagi
dalam kehidupan bermasyarakat status dan peran tidak diakui lagi dan
masyarakat cenderung untuk hidup masing-masing. Struktur sosial
diartikan sebagai suatu skema penempatan nilai-nilai sosial budaya dan
organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai agar
organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dapat berfungsi dan
kepentingan setiap bagian dapat berjalan dalam jangka waktu yang relatif
lama.
Struktur sosial dalam fenomena kehidupan manusia dapat
diklasifikasikan atas enam jenis sebagai berikut (Waluya, 2007: 3) :
1) Struktur kaku dan luwes Struktur kaku bersifat statis dan tidak
mungkin diubah atau paling tidak sangat sulit untuk diubah. Struktur
luwes adalah sebaliknya. Masyarakat komunis memiliki struktur sosial
yang kaku. Sedangkan masyarakat Indonesia yang menjadikan
pancasila sebagai landasan ideologinya memiliki struktur sosial yang
relatif terbuka karena pancasila yang merupakan ideologi terbuka.
2) Struktur formal dan informal Struktur formal merupakan struktur resmi
dalam arti ada pengakuan tertulis dari otoritas. Struktur informal
merupakan struktur tidak resmi namun benar-benar ada di masyarakat.
Struktur ini tidak resmi karena tidak memiliki ketetapan hukum.
Sebagai contoh, struktur institusi pemerintahan merupakan struktur
resmi.
23
3) Struktur homogen dan heterogen Struktur homogen merupakan
struktur sosial yang unsur-unsurnya memiliki pengaruh yang sama
terhadap dunia luar. Struktur heterogen merupakan struktur relasi
sosial yang unsur-unsurnya memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap dunia luar, bahkan terhadap kelompoknya sendiri.
4) Struktur mekanistik dan statistik Struktur mekanistik merupakan
struktur yang menuntut kesamaan posisi sosial dari anggotanya agar
berfungsi. Struktur statistik menuntut terpenuhinya persyaratan jumlah
anggota agar berfungsi. Contoh struktur mekanistik adalah pengguna
jalan yang harus taat peraturan agar mekanisme lalu lintas dapat
berfungsi. Contoh struktur statistik adalah jumlah pemain dalam olah
raga yang harus terpenuhi sebelum pertandingan dimulai.
5) Struktur atas dan bawah Struktur atas merupakan lapisan masyarakat
yang berada pada tingkatan atas. Struktur bawah merupakan lapisan
golongan masyarakat yang berada di posisi bawah. Contoh struktur
atas adalah kaum elit. Contoh struktur bawah adalah rakyat jelata.
6) Struktur horizontal dan vertikal
Struktur horizontal merupakan pembedaan masyarakat secara
horizontal atau berdasarkan pada aspek diferensiasi. Struktur vertikal
merupakan pembedaan masyarakat secara vertikal atau berdasarkan
tingkatan. Struktur horizontal dalam sosiologi disebut juga diferensiasi
sosial. Struktur vertikal dalam sosiologi disebut juga stratifikasi sosial.\
24
Tahap-tahap yang tejadi dalam perkembangan struktur sosial masyarakat
Menurut Selo Soemardjan, dibagi menjadi tiga bentuk. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Masyarakat Sederhana
Ciri-ciri struktur sosial masyarakat sederhana sebagai berikut.
Memiliki ikatan organisasi berdasarkan tradisi turun-temurun.
Memiliki ikatan kekeluargaan sangat kuat.
Mengedepankan sistem gotong royong.
Menerapkan sistem hukum tidak tertulis.
Masih memiliki kepercayaan pada kekuatan gaib.
Hasil produksi tidak untuk dijual, tetapi untuk dikonsumsi sendiri.
2. Masyarakat Madya
Ciri-ciri struktur sosial masyarakat madya sebagai berikut;
Intensitas ikatan kekeluargaan tidak seerat masyarakat sederhana.
Lebih terbuka terhadap pengaruh perubahan sosial.
Menerapkan sistem hukum tertulis dan tidak tertulis.
Mulai membentuk lembaga formal.
Mulal memiliki pemikiran rasional meskipun tetap memercayai
kekuatan gaib.
Mulai mengenal sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial.
3. Masyarakat Modern
Ciri-ciri struktur sosial masyarakat modern sebagai berikut;
25
Hubungan sosial berdasarkan kepentingan pribadi.
Membentuk hubungan sosial bersifat terbuka.
Mengembangkan pola pikir positivis.
Memiliki tingkat ilmu pengetahuan tinggi.
Memberlakukan sistem hukum formal tertulis.
Membentuk stratifikasi sosial berdasarkan keahlian.
A. Unsur-Unsur Struktur Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat
yang tertata dalam suatu struktur yang cenderung bersifat tetap. Tatanan
sosial dalam kehidupan masyarakat itu diharapkan dapat berfungsi dengan
baik, sehingga akan tercipta suatu keteraturan, ketertiban, dan kedamaian
dalam hidup bermasyarakat. Untuk mewujudkannya diperlukan adanya
unsur-unsur tertentu. Apa saja unsur yang terdapat dalam suatu struktur
sosial dalam masyarakat? Menurut Charles P. Loomis, struktur social
tersusun atas sepuluh unsur penting berikut ini:
a. Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota
masyarakat yang berfungsi sebagai alat analisis dari anggota
masyarakat.
b. Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat.
c. Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai
patokan dan pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
26
e. Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola-pola
tindakan atau perilaku warga masyarakat.
f. Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota
masyarakat yang memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat
berlanjut.
g. Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan
peranan anggota masyarakat.
h. Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam
sistem sosial, sehingga norma tetap terpelihara.
i. Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti
pranata sosial dan lembaga.
j. Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang
menyertai adanya perbedaan kemampuan dan persepsi warga
masyarakat.
B. Ciri-Ciri Struktur Sosial
Segala sesuatu pasti memiliki ciri-ciri tersendiri yssang membedakan
dengan sesuatu yang lain. Misalnya masyarakat desa mempunyai ciri-ciri
tersendiri, seperti bersifat gotong royong, mengutamakan kebersamaan,
tidak ada spesialisasi dalam pembagian kerja, dan lain-lain yang
membedakan dengan masyarakat perkotaan yang cenderung individualistis
dan adanya pembagian pekerjaan sesuai dengan keahlian. Begitupun juga
dalam struktur sosial.
27
Abdul Syani menyebutkan bahwa ada beberapa cirri struktur sosial, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang dapat
memberikan bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-
batas pada aksi-aksi yang kemungkinan besar dilakukan secara
organisatoris.
b. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial di antara individu-
individu pada saat tertentu. Artinya segala Bentuk pola interaksi sosial
dalam masyarakat telah tercakup dalam suatu struktur sosial.
c. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat. Artinya
semua karya, cipta, dan rasa manusia sebagai anggota masyarakat
merupakan aspek dari struktur sosial. Misalnya komputer, alat-alat
pertanian modern, mobil, pesawat, kesenian, ilmu pengetahuan, dan
lain-lain.
d. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis, sehingga
dapat dilihat sebagai kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang
membentuk struktur. Misalnya dalam sebuah organisasi terdapat ketua,
wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang kesemuanya
membentuk suatu struktur.
e. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mengandung dua pengertian; Pertama, di dalam
struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses
perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan
perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian, di mana terjadi
28
stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan
sebelum kemudian terancam oleh proses ketidakpuasan dalam tubuh
masyarakat (Soerjono Soekanto, 1998: 246)
Selain cirri-menurut Abdul Syani, ada beberapa sifat dari Struktur Sosial,
di antaranya:
a. Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang
memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu
hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok
atau masyarakat. Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam
status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan
pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.
b. Berkaitan erat dengan kebudayaan
Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu
kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.
Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang
beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial
yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal-hal yang
memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Keadaan geografis
29
Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah.
Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan
ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2. Mata pencaharian
Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam,
antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
3. Pembangunan
Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat
Indonesia. Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah
dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.
c. Dapat berubah dan berkembang
Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka
bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah
sesuai dengan perkembangan zaman.
2.1.2. Perubahan Sosial
Menurut kamus bahasa Indonesia perubahan dapat di artikan sebagai
keadaan yang berubah. Jadi bisa kita definisi kan bahwa perubahan adalah
peralihan keadaan yang sebelumnya, perubahan tersebut tidak hanya
berupa keadaan saja melainkan bisa berupa perubahan pola pikir dan
perilaku suatu masyarakat. Menurut Abdulsyani (2007: 21) perubahan-
perubahan dalam kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena
sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan
30
yang tak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak stetelah tatanan
sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan
tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru.
Setiap perkembangan zaman tentunya perubahan juga akan terus terjadi,
perubahan memiliki efek positif dan negatif. Perubahan yang positif adalah
perubahan yang terjadi kearah kemajuan suatu keadaan namun perubahan
yang negative adalah perubahan kearah suatu yang merugikan. Menurut
Santoso (2011: 14) perubahan merupakan sifat dasar dari masyarakat, ini
mengubah metafor “kehidupan sosial” seperti kehidupan sosial itu sendiri.
Kehidupan sosial meliputi perubahan yang tiada henti. Gagasan paling
umum dari perubahan mengindikasikan beberapa peralihan dalam hal
entitas tertentu yang terjadi dalam waktu tertentu. Sedangkan menurut
Martono (2012: 57) bahwa perubahan dapat mencakup aspek yang sempit
maupun yang luas. Aspek yang sempit dapat meliputi aspek perilaku dan
pola pikir individu. Aspek yang luas dapat berupa perubahan dalam tingkat
struktur masyarakat yang nantinya dapat memengaruhi perkembangan
masyarakat dimasa yang akan datang.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan
merupakan satu wujud nyata dari kehidupan yang mampu mendorong atau
memotivasi sesorang untuk mengubah Sesuatu menjadi bebeda dari
sebelumnya melalui sebuah proses yang dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja. Perubahan dapat membuat sesorang mampu menciptakan atau
31
merubah sesuatu sesuai dengan tututan situasi dan kondisi keluarga,
lingkungan dan masyarakat setempat.
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan
(Enda, 2010: 26),. Sedangkan menurut Daryanto (1998) dikutip oleh
Naibaho (2012: 39), sosial merupakan sesuatu yang menyangkut aspek
hidup masyarakat. Namun jika dilihat dari asal katanya, sosial berasal dari
kata ”socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.
Kehidupan dalam masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan
tersebut pasti dirasakan oleh masyarakat yang ada didalamnya, maupun
orang-orang luar yang ingin menelaah perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat berupa perubahan-
perubahan yang kurang mencolok, ada juga perubahan-perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada juga perubahan yang
pengaruhnya sangat lambat dan ada juga perubahan yang berjalan dengan
cepat.
Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Perubahan- perubahan yang terjadi pada masyarakat merupakan gejala
yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian
dunia lain berkat adanya komunikasi modern (Soekanto, 2009: 259).
32
Menurut Soemardjan dalam (Soekanto, 2009: 263) perubahan sosial
adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kingsley Davis dalam
Soerjono Soekanto (2007: 262) mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis
telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh
dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam
organisasi ekonomi dan politik. Sedangkan perubahan sosial menurut
Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (2007: 263) adalah sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, komposisi
penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.
Definisi dari beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia termasuk
perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat, perubahan ini
menimbulkan variasi-variasi dari cara hidup yang diterima di dalam
sebuah masyarakat. Perubahan di dalam masyarakat dapat diketahui
33
dengan membandingkan keadaan masyarakat pada waktu sekarang dengan
keadaan masyarakat tersebut pada waktu lalu. Perubahan sosial yang
terjadi dalam suatu masyarakat tertentu berbeda dengan perubahan yang
terjadi pada masyarakat lainnya.
Perubahan Sosial juga memiliki beberapa karakteristik yaitu (Soerjono
Soekanto, 2007: 271):
a. Pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.
b. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam strukturdan fungsi
masyarakat.
c. Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships)
atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial.
d. Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
e. Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalampola-pola kehidupan
manusia.
f. Segala bentuk perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
34
Proses perubahan sosial terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab
terjadi perubahan. Sumber sebab-sebab perubahan secara umum, mungkin
ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang terletak di
luar. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarkat itu sendiri antara lain
sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 2007: 275-282) :
a. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
b. Penemuan-penemuan baru
c. Pertentangan (conflict) masyarakat
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar
manusia.
b. Peperangan
c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Proses perubahan yang terjadi pada masyarakat, di dalamnya terdapat
faktor-faktor yang mendorong dan menghalangi jalannya proses perubahan
itu (Pudjiwati Sajogyo, 1985: 204-209). Faktor-faktor yang mendorong
jalannya proses perubahan diantaranya yaitu: kontak dengan kebudayaan
lain, sistem pendidikan formil yang maju, sikap menghargai hasil karya
seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap
35
perbuatan-perbuatan yang menyimpang, sistem terbuka dalam lapisan-
lapisan masyarakat, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat
terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi ke masa depan, nilai
bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya,
disorganisasi dalam masyarakat dan sikap mudah menerima hal-hal yang
baru.
Di samping adanya faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan
sosial, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan
sosial tersebut. faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan-
perubahan tersebut, antara lain adalah kurangnya hubungan dengan
masyarakat-masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat, sikap masyarakat yang sangat tradisionil, adanya kepentingan-
kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali atau vested interests,
rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,
prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing atau sikap yang tertutup,
hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, adat atau kebiasaan dan nilai
bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
Margo Slamet dalam Soleman B. Taneko (1984: 137-138), dalam
konsepsinya tentang macam kekuatan yang mempengaruhi perubahan
menyatakan bahwa terdapat tiga macam kekuatan yang mempengaruhi
perubahan, antara lain adalah kekuatan pendorong (motivasional forces),
kekuatan mana terdapat dalam masyarakat dan bersifat mendorong orang-
36
orang untuk berubah. Hal ini dinilai sebagai kondisi atau keadaan yang
penting sekali, oleh karena tanpa adanya kekuatan tersebut orang tidak
akan berubah. Kekuatan ini berasal dari segala aspek situasi yang
merangsang kemauan untuk melakukan perubahan. Kekuatan ini
bersumber dari:
a. Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan
untuk situasi-situasi yang lain. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki
rasa tidak puas atas suatu hal atau dicapainya sebuah keinginan dari
dalam dirinya sendiri. Hal inilah yang memacu seseorang untuk
melakukan perubahan.
b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara yang ada dan seharusnya
bisa ada. Perbedaan ini dipengaruhi juga oleh keadaan atau situasional,
di mana setiap orang pasti menginginkan kondisi ideal atau yang
diharapkan, tetapi kenyataan yang terjadi terkadang berbeda dengan
keinginan atau kondisi ideal yang diharapkan. Hal itulah yang
menyebabkan terjadinya sebuah perubahan sosial.
c. Adanya tekanan dari luar seperti kompetisi, keharusan menyesuaikan
diri, dan lain-lain. Tekanan-tekanan dari luar dapat memengaruhi
kondisi kejiwaan seseorang yang kemudian dapat berimbas pada
keinginan seseorang untuk melakukan sebuah perubahan sosial.
d. Kebutuhan dari dalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan
misalnya produktifitas dan lain-lain.
Arah pergerakan perubahan dalam masyarakat (direction of change) ialah
bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan
37
tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak
kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula
bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang
lampau (Pudjiwati Sajogyo, 1985: 121).
Bentuk perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan ke dalam
beberapa bentuk, antara lain (Soerjono Soekanto, 2007: 269) adalah:
a. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi
secara cepat. Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama
di mana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang
mengikuti dengan lambat, dinamakan “evolusi”. Perubahan-perubahan
dalam evolusi terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun
suatu kehendak tertentu, sedangkan perubahan yang terjadi secara
cepat atau disebut juga dengan revolusi adalah adanya perubahan cepat
dan bahwa perubahan itu mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok
dari kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu maupun tanpa rencana.
b. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan-
perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan-perubahan yang
pengaruhnya kecil adalah perubahan-perubahan pada unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang
berarti bagi masyarakat. Sedangkan perubahan yang pegaruhnya besar
adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap struktur
suatu masyarakat.
c. Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang
direncanakan (planed change) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan
(unplanned change). Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
ini terlebih dahulu direncanakan oleh pihak-pihak yang menghendaki
suatu perubahan, disebut sebagai “agent of change”, yaitu seseorang
atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat
sebagai pemimpin suatu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak
direncanakan, merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki
serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapakan.
38
2.1.3. Teori Struktur Sosial Ekonomi
Teori Karl Marx didasarkan pada asumsi bahwa kesatuan sosial dapat
membentuk ketia adanya struktur sosial yang menghubungkan antara
individu. Jaringan hubungan ini menandakan bahwa ada berbagai faktor
yang membentuk ikatan sosial antar individu yang memiliki ciri-ciri yang
sama dan dapat dibedakan dengan individu yang lain dengan
menekankan kesadaran kolektif. Ciri individu tersebut terdapat dalam
pengkatagorian tertentu seperti katagori status ekonomi, pekerjaan dan
lainnya. Individu-individu tersebut baru dapat dikatakan membentuk
kehidupan kolektif apabila sudah ada kebersamaan diantara mereka
dengan membentuk hubungan sosial (Sztompka: 2001: 199).
Karl Marx yang terkenal dengan pemikirannya yang menekankan pada
bidang sosial ekonomi mempunyai pandangan tersendiri mengenai
manusia. Dalam pemikirannya, yaitu anggapan yang telah kita lihat yaitu
emansipasi manusia seutuhnya akan dilaksanakan oleh proletariat. Dari
sinilah Karl Marx mulai memperhatikan perkembangan-perkembangan
ilmu ekonomi. Dalam perkembangannya, struktur kelas di mulai dari
masa berburu meramu yang memproduksi hasil buruan dan hasil
tanaman, menghasikan sebuah suku yang tertua dalam struktur
masyarakat. Cara produksi tanam dan domestikasi hewan menciptakan
masyarakat hortikultural dan pastoral, yang menciptakan kelas tuan dan
budak. Cara pertanian menetap menciptakan masyarakat agraris, yang
menciptakan kelas tuan tanah dan penggarap. Cara memproduksi dengan
39
menggunakan mesin dan buruh yang mengoperasikannya memunculkan
masyarakat industri, yang menciptakan kelas borjuis (kapitalis) dan
proletar. Cara produksi menggunakan komputer dalam mengolah
informasi menciptakan masyarakat posindustrial, yang menciptakan kelas
produsen dan konsumen. Ini adalah salah perkembangan struktur
masyarakat dari awal mula berkesadaran dalam masyarakat. Akan tetapi,
Karl Marx menciptakan teori yang lain.
Karl Marx berpendapat bahwa struktur masyarakat terbagi menjadi dua,
yaitu infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur merupakan dasar suatu
masyarakat dalam berproduksi di bidang ekonomi. Sedangkan
suprastruktur terdiri atas lembaga sosial, gagasan dan nilai. Infrastruktur
adalah fundamental (dasar) untuk membentuk suprastruktur. Cara
produksi ekonomi memunculkan aneka institusi sosial maupun politik,
agama, keluarga, dan pedidikan. Lembaga-lembaga tersebutlalu
mengembangkan gagasan da nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, hal
ini di lakukan agar lembaga tersebut mampu masuk dalam lingkup
masyarakat dan diterima oleh masyarakat.
2.1.3.1. Konsep Sosial Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berkenaan
dengan masyarakat (KBBI, 2002: 1454). Menurut Departemen Sosial,
kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam
berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas,
sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol
40
berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk
mengatur tindakan-tindakan yang yang dimunculkan oleh individu-
individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian,
sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada
satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti
terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling
berfungsi saru dengan lainya (http://www.kemsos.go.id/). Selain itu
Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial juga berkenaan dengan
pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial
(Soekanto, dalam Supardan, 2009: 27).
Sementara ekonomi (economic) dalam banyak literatur ekonomi
disebutkan barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan
“Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Ekonomi adalah salah satu
cabang ilmu sosial yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau
segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan yang relatif
tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya
(Deliarnov, 2003: 23). Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa
ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia
sehari-hari (Putong, 2005: 9).
Menurut Soerjono Soekanto (2001: 34) sosial ekonomi adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
41
lingkungan pergaulan, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya dalam
hubunganya dengan sumber daya. Menurut Amin dalam Grygieńć (2015)
mendefinisikan sosial ekonomi adalah “commercial and non-commercial
activity largely in the hands of third-sector or community organizations
that gives priority to meeting social (and environmental) needs before
profit maximization” (Amin, 2009: 4). Amin menejelaskan bahwa
masyarakat tidak hanya memprioritaskan memaksimalkan tingkat
ekonominya namun masyarakat harus meningkatkan kebutuhan sosialnya
juga. Sedangkan menurut penulis sosial ekonomi adalah keadaan ekonomi
seseorang yang tidak lepas dari kebutuhan dan keinginan sesuai dengan
tingkat pendapatan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan, antara lain pendidikan, pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan
tersebut berkaitan dengan penghasilan.
2.1.4. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas
banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dalam tiap-tiap
kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok
(Polak dalam Abu Ahmadi, 2003: 96). Sedangkan menurut Djojodiguno
dalam Abu Ahmadi (2003: 97) masyarakat adalah suatu kebulatan dari
pada segala perkembangan dalam hidup bersama antar manusia dengan
42
manusia. Pendapat lain mengenai masyarakat adalah suatu kelompok
manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat
istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat
menurut Abu Ahmadi (2003):
a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan
pengumpulan binatang.
b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah
tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.
Dari penjelasan dan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah sekelompok manusia majemuk yang tinggal dalam satu teritorial
tertentu dan terdiri dari beraneka ragam kelompok yang memiliki
kesepakatan bersama berupa aturan-aturan ataupun adat istiadat yang
timbul dan tercipta karena kebersamaan tersebut. Adanya aturan atau adat
ini sangat bergantung dengan masyarakat itu sendiri dan juga kesepekatan
bersama yang timbul setelah kehidupan itu berlangsung dalam waktu yang
lama.
Konsep Masyarakat menurut Edi Suharto (2006: 11) adalah arena dimana
praktek pekerjaan sosial makro beroprasi. Berbagai definisi mengenai
masyarakat biasanya diterapkan berdasarkan konsep ruang, orang,
interaksi dan identitas. Dalam arti sempit istilah masyarakat merujuk pada
sekelompok orang yang tinggal dan berinteraksi yang dibatasi oleh
43
wilayah geografis tertentu seperti desa, kelurahan, kampung atau rukun
tetangga. Dalam arti luas, masyarakat menunjuk pada interaksi kompleks
sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan tujuan bersama meskipun
tidak bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu. Masyarakat
seperti ini bisa disebut sebagai societas atau society. Misalnya, masyarakat
ilmuwan, masyarakat bisnis, masyarakat global dan masyarakat dunia.
1.5.2. Desa
Desa sendiri berasal dari bahasa India yakni swadesi yang berarti tempat
asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu
kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang
jelas (Purnomo, 2004: 23). Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah
aglomerasi permukiman di wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007: 27).
Menurut Poerwadarminta (1976: 735) Desa adalah sekelompok rumah di
luar kota yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota) dusun atau
udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota).
Ketentuan umum UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
menyatakan, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia. Dalam UU tersebut juga ditegaskan desa adalah kesa-
tuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
44
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan ma-
syarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak-asal usul dan atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan Republik Indonesia.
Beberapa pengertian desa di atas dapat disimpulkan bahwa desa sering
diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari
keramaian kota, yang di huni sekelompok masyrakat di mana sebagian
besar mata pencaharianya sebagai petani, sedangkan secara atmininistrastif
desa adalah yang terdiri dari satu atau lebih atau dusun di gabungkan
hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atau berhak mengatur
rumah tangga sendiri (otonomi).
Masyarakat dan pedesaan atau desa, dua kata yang mempunya arti
tersendiri. Untuk mendapatkan pengertian dari dua kata ini harus diartikan
terlebih dahulu kata perkata. Misalnya, masyarakat diartikan golongan
besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia dengan atau karena
sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu
sama lain (Shadily, 1993: 17). Sedangkan menurut Koentjaraningrat
(2002: 144) masyarakat dapat juga diartikan sebagai sekumpulan manusia
yang saling berinteraksi.
Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pedesaan atau
desa dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki hubungan yang
45
lebih mendalam dan erat dan sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari
pertanian. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya. Dengan kata lain
masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong royong yang
merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan kepentingan mereka.
2.1.6. Pariwisata
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang
secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga
membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan
pariwisata dikatakan mempunyai efek yang luar biasa, yang mampu
membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai
aspeknya (Pitana, 2005: 109).
Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena zaman sekarang yang
didasarkan pada kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian
dalam menumbuhkan cinta pada alam, kesenangan dan kenikmatan alam
semesta pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan bangsa
dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan
perniagaan, industri, perdagangan, dan adanya semakin sempurna alat-alat
pengangkutan, (Pendit, 1999: 32).
46
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena
kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan
maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah
pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 2004: 3).
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,
yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar
tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan
kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga
karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk
kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.
Institute of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di
tahun 1976 merumuskan: “pariwisata adalah kepergian orang-orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar
tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan
mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup
kepergian untuk berbagi maksud, termasuk kunjungan seharian atau
darmawisata” (Pendit, 2006: 33).
47
Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
Daerah Tujuan Pariwisata (Destinasi Pariwisata) adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
48
2.1.7. Pengertian Objek Wisata
Dalam Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990, objek dan daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Jadi objek
wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Dalam membangun objek dan daya tarik wisata tersebut harus
diperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya
setempat, nilai-nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, beserta objek
dan daya tarik wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata
dapat dilakukan oleh pemerintah, badan usaha, dan perseorangan.
Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri khas yg ditonjolkan
oleh tiap-tiap objek wisata. Objek wisata dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu :
1. Objek wisata alam, misalnya : laut, pantai, gunung (berapi), danau,
sungai, fauna (langka), flora (langka), kawasan lindung, cagar alam,
pemandangan alam, lain - lain.
2. Objek wisata budaya, misalnya : upacara kelahiran, tari - tari
(tradisional), musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat,
upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan
bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun
49
(tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat istiadat lokal,
museum, dan lain - lain.
3. Objek wisata buatan, misalnya : sarana dan fasilitas olahraga,
permainan (layangan), hiburan (lawak/akrobatik dan sulap),
ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat - pusat
perbelanjaan, dan lain - lain (Mappi, 2001: 30-33).
Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata
dianggap penting karena dengan cara itu dapat ditentukan beberapa
penghasilan devisa yang diterima dari suatu pariwisata yang
dikembangkan disuatu tempat atau daerah tertentu. Adapun jenis wisata
yang telah dikenal dimasa ini antara lain:
1. Wisata Budaya
Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan
mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari
keadaan rakyat dan kebiasaan adat istiadat, budaya dan seni mereka
(Pendit, N.S, 1994: 41).
2. Wisata Konvensi
Wisata Konvensi adalah wisata yang menyediakan fasilitas bangunan
dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi,
atau pertemuan lainnya yang bersifat nasional maupun internasional.
(Pendit, N.S, 1994: 43).
3. Wisata Sosial
Wisata Sosial adalah perorganisasian suatu perjalanan murah serta
50
mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat
ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum
buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya. (Pendit,
N.S, 1994: 44).
4. Wisata Cagar Alam
Wisata Cagar Alam adalah wisata yang diselenggarakan agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur
wisata ketempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah
pegunungan dan sebagainya yang pelestariaannya dilindungi oleh
undang-undang (Pendit, N.S, 1994: 44 ).
5. Wisata Bulan Madu
Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu,dengan
fasilitas-fasilitas khusus, tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan
kunjungan mereka (Pendit, N.S, 1994: 47).
Penggolongan objek wisata menurut undang - undang nomor 9 tahun
1990, bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari :
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.
2. Objek dan daya tarik hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan sejarah, wisata argo, wisata tirta, wisata
petualangan alam, taman rekreasi dan taman hiburan.
Dengan demikian pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok
51
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
2.2. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1. Hilman Nugroho mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi,
Sekolah Pascasarjana UPI pada tahun 2015, penelitian tesis yang
berjudul “Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa
Cibodas Kecamatan Lembang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada anggota-anggota
masyarakat di Desa Cibodas Kecamatan Lembang karena adanya
perkembangan pariwisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode studi kasus. Hasil dari penelitian tersebut yaitu
perubahan sosial masyarakat Desa Cibodas menerima terhadap unsur-
unsur yang baru, menerima adanya akulturasi, adanya migrasi,
menerima adanya perubahan kebiasaan hidup dari tradisional ke semi
modern,adanya sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan
untuk maju.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu, pada fokus kajian yang diteliti.
Dimana pada penelitian ini fokus kajiannya pada proses perubahan
struktur sosial ekonomi sedangkan pada penelitian milik Hilman
Nugroho hanya perubahan sosial saja.
52
2. Ismi Andriyani, Liza Husnita (mahasiswa STKIP PGRI Sumatera
Barat) dan Etmi Hardi (mahasiswa Universitas Negeri Padang) pada
tahun 2012, artikel ilmiah dengan judul “Perubahan Sosial Ekonomi
Masyarakat Pasca Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan Sikakap,
Kabupaten Mentawai” yang diterbitkan oleh Jurnal Nasional Ilmu
Sosial No. 2 Volume 1 Tahun 2012 ISSN 2301-8496. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dampak pembanguan wisata bahari
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penelitian dilakukan
secara kualitatif dengan pendekatan historis. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa wisata bahari yang dikembangkan di kepulauan
Sikakap memberikan dampak positif terhadap perkembangan sosial
ekonomi masyarakat Sikakap. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan
sarana transportasi, perhotelan, pasar dan fasilitas umum yang lainnya
dan berkurangnya angka pengangguran.
Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada pendekatan penelitian,
dimana dalam penelitian milik Ismi Andriyani menggunakan
pendekatan historis sedangkan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan eksplanasi. Selain itu penelitian milik Ismi dilaksanakan di
daerah kepualauan sedangkan pada penelitian ini dilaksanakan pada
objek wisata.
3. Zhiwu Chen, Kaixiang Peng dan Lijun Zhu tahun 2017, dengan judul
"Perubahan sosial-ekonomi dan dampaknya terhadap kekerasan:
53
Sejarah pembunuhan Qing China" yang diterbitkan oleh Elsevier
International Journal Volume 63, January 2017, Pages 8-25. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkonstruksi sejarah tingkat pembunuhan di
Qing China dan menyelidiki penggerak sosial dan ekonominya.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan historis. Hasil
penelitian ini adalah berdasarkan arsip sejarah menunjukkan bahwa
tingkat tahunan ini berkisar antara 0,35 dan 1,47 per 100.000 penduduk
selama periode 1661-1898, tingkat rendah yang tidak tertandingi oleh
Eropa Barat sampai akhir abad ke-19. Tingkat pembunuhan China
meningkat dengan mantap dari tahun 1661 sampai 1821 namun
perlahan-lahan menurun sampai akhir abad ini.
Perbedaannya adalah Penelitian milik Zhiwu Chen dilakukan secara
kualitatif dengan pendekatan historis sedangkan pada penelitian ini
menggunakan kualitatif pendekatan eksplanasi. Selain itu pada
penelitian milik Zhiwu Chen adanya dampak terhadap kekerasan.
4. Reudi Baumgartner pada tahun 1988, dengan judul "Perubahan
Pariwisata dan Sosial-Ekonomi: Kasus Lembah Rolwaling di Nepal
Timur" diterbitkan oleh International Journal of Tourism Recreation
Research, Volume 13 1988, Issue 1 Pages 17-26 published online 11
November 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
sosio-ekonomi dari wisata trekking dan ekspedisi mendaki gunung di
daerah dataran tinggi di Himalaya. Penelitian ini merupakan penelitian
54
kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitiannya
adalah didasarkan terutama pada hasil survei yang dilakukan di
komunitas Sherpa-lembah Rolwaling di Nepal Utara-Timur1. Temuan
sebuah studi kasus tunggal sebuah desa dengan sekitar 200 penduduk
dan 43 rumah tangga. Selain itu, dengan fokus pada perubahan sosio-
ekonomi proses transisi. Kemudian, menempatkan sebuah studi tentang
perubahan yang disebabkan pariwisata dalam proses transisi kehidupan
desa yang terus berlanjut, berkonsentrasi pada dampak spesifik
pariwisata terhadap ekonomi tradisional dan distribusi pendapatan,
kekayaan dan prestise, serta kekuatan politik dalam Rolwaling.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanasi sedangkan
pada penelitian milik Reudi menggunakan pendekatan studi kasus.
Pada penelitian ini memaparkan perubahan struktur sosial ekonomi
sedangkan pada penelitian milik Reudi hanya pada perubahan sosial
ekonomi.
5. Dr. Ashih Mathur Associate Professor (Department of Management
Studies, Lachoo Memorial College of Science & Technology, Jodhpur)
tahun 2014 dengan judul "Perubahan Sosial dan Dampak Pariwisata
terhadap Masyarakat Modern" diterbitkan oleh IJRMEC International
Journal vol. 1, Issue 2 ISSN: 2250-057X. Penelitian ini bertujuan untuk
membahas pariwisata sebagai kekuatan sosial berdampak pada
kehidupan manusia dan banyak yang terkait dengan industri pariwisata
55
secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil
penelitian ini adalah kehidupan dengan dampak wisata membawa
manusia baru memasuki dunia baru era perang dunia pasca dimana
orang-orang hidup dengan damai dan bahagia. Orang-orang bepergian
tanpa rasa takut dan mereka telah melewati hambatan nasional dan
memasuki pasar internasional di mana segala sesuatunya menjadi lebih
mudah diterima dan mudah. Kemampuan belajar dan interaksi
masyarakat meningkat dan dipengaruhi oleh perubahan sosial. Tujuan
dasar makalah ini adalah menganalisis dampak sosial pariwisata
terhadap masyarakat modern.
Penelitian milik Ashih Mathur hanya menjelaskan perubahan sosial
sertda dampak pariwisata, sedangkan pada penelitian ini memaparkan
perubahan struktur sosial ekonomi di objek wisata. Penelitian milik
Ashih Mathur kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus
sedangkan pada penilitan ini menggunakan pendekatan eksplanasi.
6. Prayitno (Mahasiswa Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Universitas Gadjah Mada) tahun 2001, dengan judul “Perubahan Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Pantai Akibat Perubahan Ekosistem Pantai
:: Studi Kasus Di Kawasan Segara Anakan Cilacap”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pola perubahan ekosistem dan
perubahan sosial ekonomi di Kawasan Segara Anakan sena mengkaji
56
interaksi antara perubahan ekosistem dan sosial ekonomi kaitannya
dengan spasial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini adalah dari
tahun 1980 sampai tahun 2000 terlihat adanya kecenderungan
perubahan sosial ekonomi. Persentasi penduduk yang bermata
pencaharian nelayan mengalami penurunan, dan yang bermata
pencaharian petani mengalami peningkatan. Perubahan sosial ekonomi
masyarakat pantai di Kawasan Segara Anakan menunjukkan pola dari
pemanfaatan sumberdaya perairan menjadi pemanfaatan sumberdaya
daratan. Perubahannya melalui tahapan dari nelayan kemudian menjadi
nelayan sambil bertani petani dan akhirnya menjadi petani dan
meninggalkan usaha perikanan. Pentahapan ini terkait dengan kendala
keahlian, kebiasaan dan cara pandang masyarakat terhadap perubahan
kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Walaupun sudah beralih mata
pencaharian sebagai petani, kebiasaan-kebiasaan nelayan masih tetap
dilakukan. Karakteristik spasial sosial ekonomi dari ketiga lokasi
penelitian memperlihatkan masing-masing lokasi mempunyai
karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini akibat pola aktifitas
penduduk dalam menyesuaikan kondisi internalnya dengan kondisi
lingkungannya yang diwujudkan dalam pemilihan mata pencaharian.
Lokasi sebelah Selatan yang wilayahnya masih memungkinkan u ntuk
penangkapan ikan, penduduknya akan cenderung mempertahankan
mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Lokasi sebelah Utara yang
lahannya sudah dapat untuk usaha pertanian, maka penduduknya
57
cenderung pindah mata pencaharian sebagai petani. Lokasi sebelah
Barat yang memungkinkan untuk penangkapan ikan dan
memungkinkan pula untuk pertanian maka penduduknya cenderung
bermata pencaharian ganda sebagai nelayan dan petani.
Penelitian milik Prayitno berlokasi di desa pantai sedangkan pada
penelitian ini berlokasi di desa agraris. Penelitian milik Ashih Mathur
kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus sedangkan pada
penilitan ini menggunakan pendekatan eksplanasi.
2.3. Kerangka Pikir
Provinsi Lampung merupakan salah satu wisata destinasi wisata yang
menarik di Indonesia. Salah satu kabupaten di Lampung yang mnejadi
destinasi wisata yang menarik perhatian para wisatawan terletak di
Kabupaten Pringsewu. Terdapat beberapa objek wisata berbasis alam dan
peninggalan sejarah yang menjadi primadona dan unggulan di Kabupaten
Pringsewu, salah satunya adalah wisata talang dan bukit. Objek wisata
seperti ini yang saat ini paling populer dikalangan para wisatawan.
Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan saat ini telah menjadi
destinasi wisata yang paling diminati. Objek Wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan terletak di Desa Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu,
Kabupaten Pringsewu. Kehadiran Objek Wisata Talang Indah dan Bukit
Pangonan banyak membawa perubahan bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan, tepatnya di Desa
58
Pajaresuk.
Berkembangnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan tidak
terlepas dari peran masyarakat Desa Pajaresuk yang tergabung dalam
beberapa kelompok, yaitu kelompok sadar wisata seperti ikatan Muli
Mekhanai Kabupaten Pringsewu, kelompok pemuda karang taruna, serta
dukungan dari perangkat desa yang berpartisipasi aktif dari masyarakat
Desa Pajaresuk sendiri. Selain itu berkembangnya objek wisata tersebut
juga didukung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pringsewu. Peranannya
sangat diperhitungkan dalam membangun dan mengembangkan Objek
Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan hingga menjadi salah satu
destinasi wisata unggulan di Kabupaten Pringsewu yang diminati oleh
para wisatawan.
Munculnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan juga telah
merubah beberapa aspek dalam bidang kehidupan masyarakat, jika
dibandingkan sebelum munculnya Objek Wisata Talang Indah dan Bukit
Pangonan terlihat adanya perbedaannya terutama yang paling menonjol
pada aspek ekonomi masyarakat setempat. Sedangkan perubahan sosial
menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (2007: 263) adalah
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, komposisi
penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.
59
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Proses Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan di Desa
Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
Proses Perubahan struktur sosial
ekonomi
Struktur sosial
Sesudah Sebelum
Ekonomi
Perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat Desa Pajaresuk di lokasi
objek wisata
60
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor
(1992) dalam Sujarweni (2014: 19) adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati.
Adapun jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis studi kasus.
Karena meneliti kejadian yang berupa proses perubahan yang ada di suatu
daerah. Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1996:
73). Dalam rancangan jenis penelitian ada empat macam tipe desain studi
kasus, yaitu (1) desain kasus tunggal holistik, (2) desain kasus tunggal
terjalin (embeded), (3) desain multikasus holistik, dan (4) desain multikasus
terjalin (Nasution, 2007: 27). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis penelitian studi kasus tunggal holistik. Dikatakan studi kasus tunggal
karena peneliti hanya menggunakan satu obyek atau satu kasus. Kasus yang
diteliti tentang proses perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat di
61
lokasi objek wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan desa Pajaresuk
Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Objek Wisata Talang Indah dan Bukit
Pangonan tepatnya di Jl. Raya Danau, Desa Pajaresuk, Kecamatan
Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Desa Pajaresuk dapat ditepuh dengan
jarak 7 km dari pusat Kabupaten Pringsewu. (dokumen BAPEDA
Kabupaten Pringsewu, 2013). Hal tersebut dilakukan didasarkan pada topik
yang diteliti oleh peneliti berkaitan dengan “Proses Perubahan Struktur
Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Objek Wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan Desa Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten
Pringsewu”.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang akurat dan memenuhi
kriteria dari sebuah tujuan penelitian, maka penelitian dilakukan selama tiga
bulan. Dimulai pada tanggal 1 Desember 2017 – 30 Februari 2018, terhitung
setelah seminar proposal.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah adanya informan-informan. Informan-
informan pada penelitian ini antara lain disajikan pada tabel 3.1.
62
Tabel 3.1. Informan dalam penelitian proses perubahan struktur sosial
ekonomi masyarakat di lokasi objek wisata Talang Indah dan
Bukit Pangonan Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu. No. Nama Informan Kunci
(Usia)
Pekerjaan Informasi yang Diberikan
Segi Ekonomi Segi Struktur
Sosial
1. Alv (45) Wiraswasta dan
anggota
Kelompok
Sadar Wisata
√ √
2. Agg (44) Wiraswasta dan
anggota
Kelompok
Sadar Wisata
√ √
3. Smr (51) Buruh bangunan
dan anggota
kepengurusan
objek wisata
√ √
4. Nps (54) Pedagang
makanan ringan
√ √
5. Nrh (49) Pedagang
makanan dan
minuman ringan
serta makanan
berat seperti
pecel, gorengan
dan mie
rebus/goreng.
√
6. Abs (52) Anggota
kepengurusan
objek wisata
dan pedagang
makanan dan
minuman
ringan.
√
7. Mst (63) Pedagang
makanan dan
minuman ringan
√
8. Bmb (52) Kepala Desa
Pajaresuk
√ √
9. Nrhm (42) Ketua RT 4 √ √
Tabel 3.2. Informan Tambahan pada Penelitian No. Nama Informan
Tambahan (Usia)
Pekerjaan Informasi yang Diberikan
Segi Ekonomi Segi Struktur
Sosial
1. Ww (50) Wiraswasta √ √
2. Amn (52) Petani dan
anggota
kepengurusan
objek wisata
√ √
3. Sp (39) Petani dan ketua
karang taruna
√ √
4. By (18) Penjaga loket √ √
63
objek wisata
5. Tkr (55) Petani √
6. Try (53) Ibu Rumah
Tangga
√
7. Smj (49) Petani √
8. Ipl (29) Buruh
Serabutan
√ √
9. Jmh (51) Petani √ √
10. Prn (44) Petani √
11. Ibn (41) Wiraswasta √ √
Sumber: Hasil wawancara, 2018.
Pada tabel 3.1 informan-informan pada penelitian ini berjumlah 20 orang
dengan pekerjaan dan usia yang bervariasi. Dalam hal ini, informan-
informan ini akan memberikan informasi mengenai perubahan ekonomi
dan struktur sosial ekonomi atau hanya salah satunya saja dari segi
ekonomi ataupun struktur sosial.
3.4. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis proses perubahan
struktur sosial ekonomi pada masyarakat di sekitar lokasi objek wisata
Talang Indah dan Bukit Pangonan. Dimana, perubahan pada aspek ekonomi
seperti jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan dapat
memunculkan perubahan-perubahan pada aspek struktur sosial pada jenis
struktur sosial pada masyarakat di sekitar lokasi objek wisata Talang Indah
dan Bukit Pangonan Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu.
64
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian adalah triangulasi, yakni teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan
dokumentasi.
1. Observasi partisipatif
Pada penelitian ini, observasi partisipatif yang dipakai adalah pengamat
sebagai pemeranserta dimana observer hadir ditengah-tengah
masyarakat Desa Pajaresuk yang akan diamati dan disadari sepenuhnya
kehadirannya, partisipasi observer dilakukan dengan ikut mengambil
bagian dalam kehidupan masyarakat Desa Pajaresuk yang akan
diobservasi dan observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota dari
kelompok yang akan diobservasi sehingga segala macam informasi
mungkin untuk didapatkan dengan mudah, termasuk yang bersifat
rahasia.
2. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas sesuai dengan
kajian masalah dalam penelitian ini. Dalam hal ini metode wawancara
mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya oleh observer.
65
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto, rekaman suara serta
catatan-catatan yang menunjang untuk melengkapi data yang
dikumpulkan.
Gambar 3.1. Teknik Pengumpulan Data (Sugyono, 2013: 331)
3.6. Pengecekan Keabsahan Temuan
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data.
Untuk mencapai kredibilitas data penelitian ini, peneliti melakukan
beberapa upaya, antara lain dengan melakukan triangulasi. Sugiyono (2013:
370) berpendapat bahwa triangulasi dalam upaya pengujian kredibilitas ini
dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini, menerapkan teknik
triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
membandingkan data yang diperoleh, contohnya membandingkan data dari
narasumber A dengan data yang diperoleh dari narasumber B, begitupun
dengan sumber data dari narasumber C,D dan seterusnya. Teknik ini
Observasi
partisipatif
Sumber
data sama Wawancara
mendalam
Dokumentasi
66
dilakukan supaya peneliti dapat memastikan data mana yang benar dan
dapat dipercaya setelah melakukan perbandingan (triangulasi sumber).
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
(Sugiyono, 2010: 89). Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Moleong, 2002: 103). Analisis data merupakan proses
pencandraan (description) dan penyusunan transkrip interview serta material
lain yang telah terkumpul. Maksudnya, agar peneliti dapat
menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian
menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah
ditemukan atau dapatkan dari lapangan (Danim, 2002: 209-210)
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif model
interaktif Miles and Hubberman (2005: 59). Proses analisis data terdapat 4
tahap, yaitu :
Gambar 3.2. Model Pendekatan Analisis Interaktif Miles and Hubberman (2005:
59)
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan Reduksi Data
Penyajian Data
67
1. Pengumpulan Data
Data-data yang telah didapat dari para informan dengan cara wawancara,
observasi, ataupun dokumentasi disatukan dalam sebuah catatan
penelitian yang di dalamnya terdapat dua aspek yaitu catatan deskripsi
yaitu merupakan data alami yang berisi tentang apa yang dialami,
dicatat, dilihat, didengar, dirasakan, tanpa ada pendapat atau tanggapan
dari peneliti terhadap fenomena yang terjadi. Kedua adalah catatan
refleksi yaitu catatan yang memuat kesan pesan, komentar, dan tafsiran
peneliti tentang fenomena yang dihadapinya, catatan ini didapatkan dari
hasil wawancara dengan beberapa informan.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses dimana seorang peneliti
melakukan pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan sebagai
proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat “kasar”
yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan menjadi yang
bersifat “halus” dan siap pakai setelah melakukan penyeleksian,
membuat ringkasan, menggolong-golongkan dalam pola-pola dengan
membuat transkrip penelitian untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus dan kemudian membuang data yan tidak diperlukan.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sejumlah informasi yang tersusun dan
memberikan kemungkinan-kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan lebih lanjut.
68
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna keteraturan pola-pola, kejelasan, alur sebab-akibat atau proporsi.
Proses penyimpulan data harus memiliki pertimbangan yang sangat
matang. Dalam menyimpulkan data, peneliti harus menafsirkan sesuai
dengan apa yang diperoleh dari semua informan.
116
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebelum adanya objek wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan, sebagian
besar masyarakat Desa Pajaresuk berkecimpung pada sektor pertanian.
Mereka memiliki orientasi hidup ketergantungan pada alam. Mereka
menanggung hidup masing-masing keluarganya dari sektor pertanian.
Setelah adanya objek wisata Talang Indah dan Bukit Pangonan, pola pikir
masyarakat Desa Pajaresuk mulai berubah, sebagian dari mereka berproses
menggantungkan pada sektor industri pariwisata. Dapat dikatakan bahwa
struktur sosial kemasyarakatan Desa Pajaresuk sebelum adanya Talang
Indah dan Bukit Pangonan adalah masyarakat agraris, hal ini karena jumlah
masyarakat di desa tersebut mayoritas adalah petani. Ketika beberapa tahun
ke depan perubahan pekerjaan pada sektor industri pariwisata mendominasi
latar belakang pekerjaan masyarakat desa setempat, maka bisa katakan juga,
struktur sosial masyarakat mungkin berubah karena struktur
demografisnya berdasarkan jenis pekerjaan berubah.
5.2. Saran
Desa Pajaresuk meruapakan desa yang sedang berkembang dengan
memajukan sektor pariwisatanya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya dengan tujuan untuk beralih struktur sosial msayarakatnya
117
dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Agar terciptanya tujuan
tersebut, masyarakat Desa Pajaresuk harus siap menerima perubahan dan
selalu berinovasi untuk memajukan sektor pariwisata, dan memberikan
pembelajaran pada masyarakat agar pola pikir masyarakat dapat berubah.
118
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarata: PT Bumi
Aksara. 115 hlm.
Abu Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta. 307 hlm.
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Amin, A. (2009), “Locating the social economy”, in Amin, A. (Ed.), The Social
Economy. International Perspectives on Economic Solidarity, Zed Books,
London, New York, NY, pp. 3-21.
Andriyani, Ismi, dkk. 2012. Jurnal Nasional dengan Judul: “Perubahan Sosial
Ekonomi Masyarakat Pasca Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan
Sikakap, Kabupaten Mentawai”. (diterbitkan oleh Jurnal Nasional Ilmu
Sosial No. 2 Volume 1 Tahun 2012 ISSN 2301-8496).
Anshoriy, N. 2008. Kearifan Lingkungan dalam Prespektif Budaya Jawa.
Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. 413 hlm.
_________________ 2013. Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. 413 hlm.
Asyik, B. dan Trisnaningsih. 2015. PROVINSI LAMPUNG dari Daerah Penerima
menjadi Potensi Daerah Pengirim Transmigran. Histokultura:
Yogyakarta. 75 Hlm.
A, Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penerbit Kompas. 267 hlm.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 146 hlm.
Bali Indonesia. 2017. Pandawa Beach in Bali Hidden Beach in South Bali
(diakses melalui : http://www.bali-indonesia.com/magazine/pandawa-
beach-bali.htm pada tanggal 29 Oktober 2017 pukul 14.15 WIB).
Baumgartner, Reudi. 1988. International Journal:“Tourism and Socio-Economic
Change: The Case of the Rolwaling Valley in Eastern Nepal”. (diterbitkan
oleh International Journal of Tourism Recreation Research, Volume 13
1988, Issue 1 Pages 17-26 published online 11 November 2014).
119
Beratha, Nyoman. 1982. Desa Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa.
Jakarta: GHALIA INDONESIA.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 383 hlm.
Danim, Sudarman. 2002. Menjadi Penelti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia. 211
hlm.
Darsono, Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: ANDI
Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. 282 hlm.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009. Jakarta.
Enda. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fandeli, Chafid. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
317 hlm
Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. 2017. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Grygieńć, Janusz. 2015. Post-transitional social economy: the case of Poland.
Department of Humanities, Institute of Philosophy, Nicolaus Copernicus
University, Toruń, Poland. (diakses melalui : emerald insight International
Journal of Social Economics, Vol. 42 Issue: 9,pp. 817-829, doi:
10.1108/IJSE-03-2015-0053 Permanent link to this document:
http://dx.doi.org/10.1108/IJSE-03-2015-0053 pada tanggal 30 Maret 2017
pukul 21.00 WIB).
Hassan Shadily.1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 856 hlm.
Nawawi, Hadari & Martini, Murni. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta:
Gajahmada University Press. 189 hlm.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 230 hlm.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga.
266 hlm.
Indonesia Kaya. 2017. Surga Bawah Laut Dunia Adalah Raja Ampat (diakses
melalui : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/surga-
120
bawah-laut-dunia-adalah-raja-ampat pada tanggal 29 Oktober 2017 pukul
11.00 WIB).
Jelajah Lampung. 2017. Talang Air Pringsewu, Wisata Alam dan Sejarah Nan
Indah. Lampung. (diakses melalui :
http://www.jelajahlampung.com/2016/05/talang-air-pringsewu.html pada
tanggal 20 April 2017 pukul 08.00 WIB).
Joko Subagyo, P. 2006. Mharetode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta. 167 hlm.
Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo.
Keith M, Eades. 2008. The New Solution Selling. Diakses pada laman :
https://kakilimasubang.wordpress.com/2008/07/09/definisi-proses/.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. (diakses melalui :
http://www.kemsos.go.id/ pada tanggal 21 April 2017 pukul 18.45 WIB).
Jakarta
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Manora, Elsa. 2017. Pengertian Proses. Scribd. (diakses melalui:
https://www.scribd.com/document/343862624/Pengertian-Proses-
Menurut-Para-Ahli-doc pada tanggal 18 Januari 2018 Pukul 17.00 WIB).
Mappi, Andi. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka. 120 hlm.
Mathur, Ashih. 2014. International Journal: “Social Change and the Impacts of
Tourism on the Modern Society”. (diterbitkan oleh IJRMEC International
Journal vol. 1, Issue 2 ISSN: 2250-057X).
Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2005.Qualitative Data Analysis
(terjemahan).Jakarta : UI Press. 245 hlm.
Moleong, Lexy J. 2005. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya. 205 hlm.
______________2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 370 hlm.
______________2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 378 hlm.
______________2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 410 hlm.
Mudjia, Rahardjo. 2010. Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 39 hlm
121
Mudjia, Raharjo. 2017. Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif : Konsep dan
Prosedurnya. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. 45 hlm.
Naibaho, Erni. 2012. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Hak-Hak
Reproduksi Wanita Pada Pasangan Usia Subur di Rumah Sakit Tingkat II
DAM I/BB di Kota Medan. Tesis FKM USU, Medan.
Nasution, S. 2007. Metode Research; Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nirtasari. 2013. Skripsi. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tanah
Abang Kecamatan Batang Hari Leko Kabupaten Musi Banyuasin Setelah
Berdirinya PT. Perkebunan Mitra Ogan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Group. 290 hlm.
Nugroho, Hilman. 2015. Penelitian Tesis dengan Judul : “Perubahan Sosial
dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang”.
Bandung: Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah Pascasarjana
UPI.
Nyoman Kutha Ratna. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 539 hlm.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu. Dokumen Pribadi. Pringsewu
Pendit, Nyoman. 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti.
320 hlm.
Pendit, S. Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita. 361 hlm.
Pesona Wisata Indonesia. 2015. Pesona Wisata Lampung (diakses melalui:
http://pesonawisataindonesia.com/pesona-wisata-lampung-2/ pada tanggal
29 Oktober 2017 pukul 14.00 WIB).
Poerwadarminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Batu Boko Persero.
BOROBUDUR Inspiring Heritage. (diakses melalui :
http://borobudurpark.com/temple/borobudur/ pada tanggal 10 Juni 2018
Pukul 15.45 WIB)
Purnomo, Mangku. 2004. Pembaruan Desa: Mencari Bentuk Penataan Produksi
Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka. 188 hlm.
122
Putong, Iskandar. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media. 418
hlm.
Raharjo, Mudjia. 2017. Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 28 hlm.
Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 155 hlm.
Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Etasa Pembangunan.
305 hlm.
Salim, A. 2002. Perubahan Sosial : Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indoneia. Yogyakarta: Tiara Wacana. 306 hlm
Sapriya. 2014. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosda. 230
hlm.
Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada. 301 hlm.
_________________2005. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 205 hlm.
_________________2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 285 hlm.
_________________2009. Peranan Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi Baru).
Jakarta: Rajawali Pers. 404 hlm.
Soleman, B. Taneko. 1984. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar. Jakarta:
CV. Rajawali.
Spillane, James J. 1982. Ekonomi Pariwisata, sejarah, dan prospeknya.
Yogyakarta : Kanisius. 386 hlm.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. 226 hlm.
Sumarno. 2017. Hasil wawancara pra penelitian (narasumber : Bpk. Sumarno
selaku perwakilan dari kepengurusan sekretariat Objek Wisata Talang
Indah dan Bukit Pangonan. Pringsewu, Lampung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 456 hlm.
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :
PT.Refika Pratama. 189 hlm.
123
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
108 hlm.
Syamsuri, Andi Sukri & Akhir, Muhammad. 2016. Jurnal Nasional: “Perubahan
Sosial Ekonomi Terhadap Eksistensi Batu Akik”. (yang diterbitkan oleh
Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi Volume III No. 2 November
2016 ISSN e-2477-0221 p-2339-2401).
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Bandung: PT. Setia Purna Inves. 130 hlm.
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2017. Borobudur (diakses melalui :
https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur pada tanggal 29 Oktober 2017
pukul 11.30 WIB).
Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus:Desain dan Metode. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada. 218 hlm.
Zhiwu Chen, Kaixiang Peng & Lijun Zhu. International Journal: ““Social-
economic change and its impact on violence: Homicide history of Qing
China”. (yang diterbitkan oleh Elsevier International Journal Volume 63,
January 2017, Pages 8-25).
Zhuge, Ren & Tisdell, Clem. 1999. International Journal: “Sustainability issues
and socio‐economic change in the Jingpo communities of China”.
(diterbitkan oleh International Journal of Social Economics, Vol. 26 Issue:
1/2/3, pp.21-45).