Prosedur Penegakkan Diagnosa di Bidang Periodonsia.docx
Transcript of Prosedur Penegakkan Diagnosa di Bidang Periodonsia.docx
Prosedur Penegakkan Diagnosa di Bidang Periodonsia
A. Identitas Pasien
1. Nama Penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya, di
samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara
lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang Eropa (ras
Kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras Mongoloid)
cembung.
2. Pekerjaan
Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena faktor jenis pekerjaan,
seperti seorang pembuat kue/roti, yang secara rutin harus mencicipi makanan yang
sudah terbakar, pada hal insidensi kariesnya tinggi. Pada kenyataannya, gula pada kue
tadi akan diuraikan menjadi asam di bawah pengaruh enzim yang terdapat pada air
liur. Di lain pihak, seorang atlit mungkin perlu alat pelindung bagi geligi tiruannya.
Restorasi yang dibuat untuk seorang atlit nasional yang terkenal mungkin perlu
pertimbangan khusus dalam segi estetiknya. Begitu pula orang-orang yang dalam
pelaksanaan tugasnya sering berhubungan dengan public, seperti guru, pegawai
kantor, artis, politikus dan lain-lain membutuhkan pemenuhan faktor estetik yang
baik. Sebagai tambahan, factor estetik dan fonetik dengan sendirinya amat penting
dan dituntut begi seorang penyanyi, misalnya. Dengan memahami pekerjaan pasien,
keadaan social ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi
kedudukan social seseorang, lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik.
3. Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu
yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali
penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita
mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula
diketahui status sosialnya.
4. Usia
Pengaruh lanjutnya usia selalu menjadi bahan pertimbangan. Proses menua
mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya
saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia yang menentukan bentuk,
warna serta ukuran gigi seseorang. Pada orang lanjut usia, lebih sering pula dijumpai
pelbagai penyakit seperti hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Bila pada orang
usia muda lebih sering dijumpai karies dentis, maka pada kelompok usia lanjut
penyakit periodontallah yang lebih sering dijumpai. Kemampuan adaptasi penderita
pada usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia
lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan
akan menjadi lebih sukar setelah usia empat puluhan.
5. Jenis Kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria
dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada
umumnya cenderung memperhatikan faktor estetik disbanding pria. Sebaliknya pria
membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka menunjukkan kekuatan
mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman,
disamping faktor fungsional geligi tiruan yang dipakai. Selanjutnya, bentuk gigi
wanita relative lebih banyak lingkungan/bulatannya, dibanding gigi pria yang
memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita
dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada peroide ini,
mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.
B. Anamnesa Pasien
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat
diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang diutarakan pasien dengan
bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat
datang mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa
adanya menurut pasien misalnya: “Gigi saya terinfeksi dan gusinya bengkak”.
Untuk menghindari informasi yang menyesatkan , pasien hendaknya diupayakan
menyatakan secara lisan misalnya demikian rupa sehingga keinginan mereka untuk
meredakan sakitnya akan terungkap. “tolonglah saya dan hentikan sakitnya”. Jika
pasien tidak menyadari adanya masalah, atau merupakan pasien yang dirujuk untuk
diagnosis atau perawatan fakta-fakta ini harus dicatat dengan baik (sebagai tidak ada
keluhan utama) untuk acuan dimasa datang.
2. Riwayat Kasus
Merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien.
Terdiri atas pertanyaan sebagai berikut:
- Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?
- Apakah ada perubahan keluhan sejak saat itu? Apakah makin parah, lebih baik,
atau sama saja?
- Apakah ada sesuatu yang menyebabkan kelainan itu timbul atau membuatnya
makin parah (misalnya, panas, dingin, atau saat makan dan memperparah rasa
sakit gigi).
3. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang
diderita. Riwayat ini memberikan informasi yang sangat berharga mengenai sikap
pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya.
Riwayat dental harus meliputi acuan seperti:
a. Kunjungan ke dokter gigi meliputi frekuensi, tanggal terakhir kunjungan, dan
perawatannya. Profilaksis oral atau “pembersihan” oleh dokter gigi, frekuensi dan
tanggal terakhir dibersihkan.
b. Menyikat gigi – frekuensi, sebelum atau sesudah makan, metode, tipe sikat gigi
dan pasta, serta interval waktu digantinya sikat gigi.
c. Perawatan ortodontik – durasi dan perkiraan waktu selesai.
d. Rasa nyeri di gigi atau di gusi – cara rasa nyeri terpancing, asal dan durasinya,
dan cara menghilangkan rasa nyeri tersebut.
e. Gusi berdarah – kapan pertama kali diketahui; terjadi spontan atau tidak, terjadi
saat sikat gigi atau saat makan, terjadi pada malam hari atau pada periode yang
teratur; apakah gusi berdarah berhubungan dengan periode menstruasi atau factor
spesifik; durasi perdarahan dan cara menghentikannya.
f. Bau mulut dan daerah impaksi makanan
g. Kegohayan gigi – apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi? Apakah
terdapat kesulitan pada saat mengunyah?
h. Riwayat masalah gusi sebelumnya
i. Kebiasaan – grinding teeth atau clenching teeth pada malam hari atau setiap
waktu. Apakah otot gigi terasa sakit pada pagi hari? Kebiasaan lainnya seperti
merokok, menggigit kuku, dan menggigit benda asing.
4. Riwayat Kesehatan Umum
Untuk mendapatkan riwayat medis pada pasien. Beberapa pertanyaan yang harus
ditanyakan :
- Pernahkan mederita penyakit berat atau pernah dirawat dirumah sakit? Bila
pernah masuk rumah sakit menunjukkan pasien punya penyakit yang cukup berat.
- Pernakah menjalani operasi? Bila pernah menunjukkan pasien punya penyakit
yang cukup berat, bisa juga didapat informasi tentang kepekaan anastesi. Bila
pernah apakah ada masalah? Seperti perdarahan berlebihan atau reaksi alergi
terhadap obat.
- Apakah saat ini dalam perawatan seorang dokter? Menunjukkan suatu masalah
yang cukup serius, juga bisa menunjukkan adanya penyakit sistemik, sehingga
perlu menggalinya lagi.
- Pernakah mengalami perdarahan setelah terluka atau setelah pencabutan gigi?
- Pernakah ditolak menjadi donor? Kemungkinan ada virus yang berkembang biak
dalam darah.
- Apakah mempunyai masalah dengan antibiotik? Resiko reaksi alergi.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
- Wajah
Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan. Perhatikan apakah
ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang berlebihan
ataupun palsi wajah. warna kulit muka (pucat karena anemia, kuing karena sakit
kuning)
- Bentuk Muka
Leon william menyatakan adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk
gigi insisivus sentral atas. Permukaan labial gigi ini sesuai dengan bentuk muka
dilihat dari depan, dalam arah terbalik. Gambaran geometris, yaitu persegi,
lonjong, lancip dan kombinasi antara ketiganya dapat digunakan sebagai langkah
awal seleksi bentuk gigi bila dilihat dari aspek frontal. Indikator gigi trubyte dapat
dipakai dengan cara berikut ini. Tempatkan indikator pada wajajh pasien sehingga
hidung berada pada pusat segi tiga. Tempatkan pupil mata pada bagian ”eye slot”
dan peganglah indikator, sehingga garis tengahnya sesuai dengan garis tengah
wajah. Bentuk wajah dapat dengan baik dilihat dengan memperhatikan bagian
khusus wajah dibanding garis-garis vertikal pada indikator. Pada wajah persegi,
tepinya dapat dikatakan sesuai dengan garis vertikal indikator. Pada wajah lancip,
sisi wajah dari dahi sampai ke sudut rahang secara diagonal akan menyudut ke
dalam. Sebaliknya, wajah lonjong dapat dikenali dari adanya garis luar wajah
yang melengkung dibandingkan garis-garis vertikal dari indikator. Muka
penderita juga harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya abnormalitas seperti
asimetri, pembengkakan, hemiatropi, hemihipertropi dsb. Setiap abnormalitas
hendaknya diteliti dengan cermat
- Leher
Untuk memeriksa daerah leher, mintalah pasien mengangkat dagunya keatas
sehingga daerah leher akan terlihat. Dalam posisi kepala seperti ini, setiap
pembengkakan atau keabnormalan lain akan terlihat jelas. Perhatikan saat pasien
menelan, pembengkakan pada kelenjar tiroid akan bergerak saat menelan.
- TMJ
Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang mulus,
kasar, bunyi kliking maupun krepitasi
2. Pemeriksaan Intra Oral
a. Penggunaan indeks CPITN
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang adekuat bagi komunitas tertentu,
sering kali perlu ditentukan kebutuhan perawatan. CPITN terbukti merupakan
sistem yang paling sering digunakan untuk tujuan ini dan menggunakan metode
berikut ini:
Sistem pemberian skore adalah :
kode 0 tidak ada poket atau perdarahan pada gingiva saat dilakukan BOP dan PD
kode 1 perdarahan gingiva pada saat dilakukan BOP dan PD
kode 2 kalkulus supra – plus minus subgingiva
kode 3 poket sedalam 3,5-5,5 mm
kode 4 poket lebih dari sama dengan 6 mm
b. CSI (Calculus Stain Index)
Pencatatan indeks ini dimaksudkan untuk menilai status kalkulus dan stain untuk
keperluan penilaian tindakan skaling. Pemeriksaan dilakukan pada semua gigi,
baik permukaan fasial maupun pada permukaan lingual.
Penilaian CSI
a) nilai 0 tidak ada kalkulus
b) nilai 1 terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
c) nilai 2 terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingival
d) nilai 3 terdapat kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 atau seluruh
permukaan gigi atu terdapat kalkulus subgingival yang melingkari servikal
Sumber:
Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L. 2004. Silabus Periodonti, Edisi 4. Jakarta: EGC
Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : EGC