PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

25
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS 1. Pengertian Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh atau memberikan cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus menerus selama periode tertentu. 2. Tujuan Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk : a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut. b. Memulihkan keseimbangan asam-basa. c. Memulihkan volume darah. d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat- obatan. 3. Keadaan yang Memerlukan Pemberian Infus Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah: 1

description

prosedur pemasangan infus

Transcript of PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Page 1: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

1. Pengertian

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah

cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)

untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh atau memberikan

cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara

terus menerus selama periode tertentu.

2. Tujuan

Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :

a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori

dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang

adekuat melalui mulut.

b. Memulihkan keseimbangan asam-basa.

c. Memulihkan volume darah.

d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.

3. Keadaan yang Memerlukan Pemberian Infus

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:

· Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

· Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

· Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan

cairan tubuh dan komponen darah)

· “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)

· Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

· Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

· Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan

komponen darah)

1

Page 2: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

4. Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral

Venous Cannulation) dan Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus

Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena

Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah

terbatas.

Pemberian kantong darah dan produk darah.

Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).

Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk

persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi

(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah

kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah

Vena

Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan

untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis

(cuci darah).

Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran

darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi.

2

Page 3: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Komplikasi Lokal

Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya

pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang

tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.

Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan

pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus

yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.

Iritasi Vena, kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada

kulit di atas area insersi.

Trombosis, ditandai dengan nyeri kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus

berhenti, disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.

Occlusion, ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol

dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area

pemasangan /insersi, disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah

ketika pasien berjalan dan selang diklem terlalu lama.

Spasme Vena, ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar vena,

aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa

disebabkan oleh pemberian darah tau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat

atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.

Reaksi Vasovagal, kondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps

pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual, dan penurunan tekanan

darah. Reaksi vasovagal disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.

Kerusakan Syraf, tendon dan ligament, ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas(mati

rasa), dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati

3

Page 4: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

rasa dan deformitas. Komdisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak

tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon, ligament.

Komplikasi Sistemik

Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat

masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Septicemia/bakterimia, adanya substansi pirogenik baik dalam larutan infus atau

alat pemberian dapat mencetuskan reaksi demam dan septicemia. Perawat dapat

melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus dimulai, sakit

pumggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual dan

muntagh, diare, demam dan menggigil, malaise umum, dan jira parah bisa terjadi

kollaps vaskuler. Penyebab septikemi adlah kontaminasi pada produk IV,

kelalaian teknik aseptik. Septikemi terutama terjadi pada klien yang mengalami

penurunan imun.

Reaksi Alergi, ditandai dengan gatal, hidung dan mata merah, bronkospasme,

wheezing, urticaria, edema pada area insersi, reaksi anafilatik (kemerahan, cemas,

dingin, gatal, palpitasi, paresthesia, wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi

ini bisa disebabkan oleh allergen, misal karena medikasi.

Overload Sirkulasi, membebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena yang

berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena

sentral, dispnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk

dan kelopak mata yang membengkak. Penyebab yang mungkin hádala infus

larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung, dan ginjal. Hal ini juga

mungkin bisa terjadipada pasien dengan gangguan jantung yang disebut dengan

kelebihan beban sirkulasi.

5. Macam-Macam Infus

Continous Infusion (infus berlanjut) menggunakan alat kontrol

4

Page 5: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau

tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra-arteri dan intra techal

(spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun

eksternal.

Keuntungan:

1. Mampu menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat

2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus

atau adanya penyumbatan

3. Mengurangi waktu perawat untuk emastikan kecepatan aliran infus.

Kerugian:

1. Memerlukan selang khusus

2. Biaya lebih mahal

3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi.

Intermitten Infusion (infus sementara)

Infus ini dapat diberikan melalui ’heparin lock’ , ’piggy bag’ untuk infus yang

kontinyu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.

Keuntungan:

1. Inkompabilitas dihindari

2. Dosis obat lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi permililiter

yang lebih rendah daripada yang dipraktekkan dengan metode dorongan IV

Kerugian:

5

Page 6: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

1. Kecepatan pemberian tidak dapat dikontrol dengan teliti kecuali infus dipantau

secara elektronik

2. Volume yang ditambahkan 50-100ml cairan IV dapat menyebabkan kelebihan

cairan pada beberapa pasien.

6. Jenis Cairan Infus

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi

ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan

menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah

keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke

osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada

keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)

dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)

dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan

kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada

beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum

(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh

darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan

tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya

overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan

hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga

“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.

Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan

mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan

hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-

Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

6

Page 7: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Pembagian cairan berdasarkan tujuan penggunaannya

Nutrient Solution

Berisi karbohidrat (dekstrose, glukosa dan levulosa) dan air. Air untuk menyuplai

kebutuhan air , sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini

diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis. Contoh, D5W, dekstrose 5%

dalam 0.45% sodium chloride

Electrolyte Solution

Berisi elektrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi,

mencegah dan koreksi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Contoh, normal saline,

lar.ringer (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)

Alkalizing Solution

Untuk menetralkan asidosis metabolik. Contoh, ringer laktgat.

Acidifying Solution

Untuk menetralkan alkalosis metabolik. Contoh, dekstrose 5% dalam NaCl 0.45%,

NaCl 0.9%.

Blood Volume expanders

Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam

jumlah besar. (misal: hemoragi, luka bakar berat).contoh, Dekstran, plasma, human

serum albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

a. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan

(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan

7

Page 8: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan

garam fisiologis.

b. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan

keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka

sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.

Contohnya adalah albumin dan steroid.

7. Prosedur Pemasangan Infus

A. Tahap Preinteraksi

1. Cek program terapi cairan klien

2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat

Alat dan bahan

1. Standar infus

2. Set infus

3. Cairan sesuai program medik

4. jarum infuse dengan ukuran yang sesuai

5. Pengalas

6. Torniket

7. Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Kasa steril

11. Betadin

12. Sarung tangan

B. Tahap Orientasi

1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya

2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga

8

Page 9: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

C. Tahap Kerja

1. Mencuci tangan

2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan

3. Menanyakan keluhan utama

4. Jaga privacy klien

5. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supinasi jika tidak memungkinkan

6. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/ kemeja

7. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses slang

ke botol infuse

8. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian da

buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar

9. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan

10.Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi atas

tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular

( bila sadar )

11. Gunakan sarung tangan steril

12. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol

13. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da

posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas

14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar

bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena

15. setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena

dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian

infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infus

16. buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan

17. lakukan fiksasi dengan kasa steril

18. tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum

19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

D. Tahap Terminasi

1. Evaluasi hasil kegiatan

9

Page 10: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3. Akhiri kegiatan

4. Cuci tangan

E. Dokumentasi

1. Toleransi klien terhadap prosedur pemasangan dan penginfusan cairan

2. Status sisi IV, balutan, cairan dan slang

3. Ukuran dan tipe kateter/jarum

4. Penyuluhan klien diberikan

5. Pengkajian tindak lanjut terhadap penginfus

Contoh jarum infus/abbocath:

ONC (over the needle cannula)

Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien yang aktif

Manfaat : lebih nyaman bagi klien, ada tempat untuk mengecek aliran darah balik,

kerusakan pada vena lebih kecil.

Kerugian : lebih sulit dimasukkan daripada alat lain

Through the needle cannula

Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien yang aktif

Manfaat : kerusakan pada vena lebih kecil, lebih nyaman bagi klien, tersedia dalam

berbagai ukuran panjang.

Kerugian : biasanya untuk pasien lansia, menimbulkan kebocoran.

Wing needle:

10

Page 11: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Tujuan : terapi jangka pendek untuk pasien yang kooperatif, terapi untuk neonatus, anak

atau lansia dengan vena yang fragile dan sklerotik

Manfaat : meminimalkan nyeri ketika insersi, ideal untuk memasukkan obat

Kerugian : mudah menimbulakan infiltrasi , jika wing needle kaku yang digunakan.

Contoh ukuran jarum:

nomor 16------bedah mayor atau trauma

nomor 18------darah dan produk darah, pemberian obat-obat yang kental

nomor 20------digunakan pada kebanyakan pasien

nomor 22------digunakan pada kebanyakan pasien, terutama anak-anak dan

orangtua

nomor 24------pasien pediatric atau neonatus

Semakin besar ukuran, semakin kecil caliber kateter.

Cara Fiksasi Infus

1. Metode Chevron

* Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang

berperekat menghadap ke atas.

* Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien

* Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk

memperkuat, kemudian berikan label

2. Metode H

* Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub

kateter

* Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel

11

Page 12: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

dengan hub kateter

* Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat

sempurna dan berikan label

3. Metode U

* Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter

Pemeliharaan infus

o Periksa area insersi

o Periksa seluruh system IV (jumlah cairan, kecepatan aliran, integritas

jalur, posisi jalur halus, kondisi area insersi, kondisi proksimal vena

sampai area insersi)

o Kaji adanya komplikasi terapi IV

o Kaji respon klien terhadap terapi

o Lakukan perawatan pada daerah insersi (sesuai kebijakan institusi)

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan ( kewaspadaan)

a) Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru

b) Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi

c) Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain

d) Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan

e) Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir

f) Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,

periksa ujung kateter terhadap adanya embolus

g) Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan

memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)

9. Pemilihan Vena

a. Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin

12

Page 13: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

b. Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan

dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin

c. Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV

d. Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi

dan keinginan dokter

e. Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan

dokter ; sering dipilih pada bayi

f. Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang

g. Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau

infus cairan yang mengiritasi (hipertonik)

h. Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan

vena sentral Contoh Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis

interna/eksterna, v. sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll.

i. Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral

atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava

superior.

j. Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat tetapi

dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP.

k. Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan

vena untuk dialisis ginjal

l. Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow

ke sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal

m. Fistula : anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side

untuk dialisis ginjal

n. Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonatus

Akses vena-vena yang mudah untuk terapi intravena

a) Metakarpal

b) Sefalika

c) Basilika

d) Sefalika mediana

13

Page 14: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

e) Basilika mediana

f) Antebrakial mediana

Tips untuk vena yang sulit:

Pasien gemuk, tidak dapat mempalpasi atau melihat vena--------buat citra visual

dari anatomi vena, pilih kateter yang lebih panjang

Kulit dan vena mudah pecah, infiltrasi terjadi setelah penusukan------gunakan

tekanan torniket yang minimal

Vena bergerak ketika ditusuk-----fiksasi vena menggunakan ibu jari ketika

melakukan penusukan

Pasien dalam keadaan syok atau mempunyai aliran balik vena minimal----biarkan

torniket terpasang untuk meningkatkan distensi vena, gunakan kateter no. 18 atau

16.

Hindari menggunakan vena berikut:

o Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)

o Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau

sklerosis)

o Vena yang nyeri palpasi

o Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum dimasukkan

o Vena yang mudah pecah

o Vena yang berbelok-belok

o Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan pembuluh darah pada ekstremitas

dengan gangguan sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis)

Cara memunculkan vena:

o Mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat pungsi vena yang

dituju

o Minta klien menggenggam dan membuka genggaman secara bergantian

14

Page 15: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

o Ketuk ringan di atas vena

o Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan diinsersi,

kencangkan torniket

o Berikan kompres hangat pada ekstremitas selama beberapa menit (misal dengan

waslap hangat)

Kriteria pemilihan pembuluh darah (vena)

A. Gunakan cabang vena distal (vena bagian proksimal yang berukuran lebih besar

kan bermanfaat untuk keadaan darurat)

B. Pilihan vena :

o vena metakarpal (memudahkan pergerakan tangan)

o vena basilika / sefalika

o vena fosa antekubital, medianna basilika atau sefalika untuk pemasangan

infus yang singkat saja

C. Pada klien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bagian bawah hanya

digunakan sebagai pilihan terakhir.

10. Pertimbangan dasar dalam pemilihan sisi (vena)

Vena Perifer Vena Sentral

Cocok untuk kebanyakan obat dan

cairan isotonik

Cocok untuk terapi jangka pendek

Biasanya mudah untuk diamankan

Tidak cocok untuk obat-obatan

yang mengiritasi

Tidak cocok untuk terapi jangka

panjang

Sukar untuk diamankan pada pasien

yang agitasi

Cocok untuk obat-obatan yang

mengiritasi atau cairan hipertonik

Cocok untuk terapi jangka panjang

Obat-obatan harus diencerkan

Resiko komplikasi yang

berhubungan dengan pemasangan

kateter vena sentral, seperti infeksi,

hemothoraks, pneumothoraks.

Tidak disukai karena bisa terganggu

oleh pasien (namun masih

15

Page 16: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

mungkin)

11. Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena)

a) Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan

mempengaruhi berapa lama IV berakhir.

b) Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi

tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang

tidak terpengaruh oleh apapun

c) Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan tingkat

kesadaran

d) Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa

tempat-tempat yang optimum (mis, hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi

vena-vena perifer)

e) Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk

memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati,

rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mis, mulai di tangan dan pindah ke

lengan)

f) Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada ,pemilian sisi dan

rotasi yang berhati – hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti

( mis ,pemasangan kateter broviac atau hickman atau pemasangan jalur PICC )

g) Terapi Ivsebelumnya :flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik

untuk di gunakan ; kometerapi sering membuat vena menjadi buruk (mis,mudah

pecah atau sklerosis )

h) Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien

dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (mis, pasien mastektomi ) tanpa izin

dari dokter .

i) Sakit sebelumnya :jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan

stroke .

16

Page 17: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

j) Kesukaan pasien : jika mungkin ,pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk

sebelah kiri atau kanan dan juga sisi .

12. Perhitungan Tetesan Infus

Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus adalah tanggung jawab perawat.

Masalah yang dapat muncul apabila perawat tidak memperhatikan regulasi infus adalah

hipervolemia dan hipovolemia. Dalam menentukan tetesan infus, perawat perlu

memperhatikan faktor tetesan yang akan digunakan. Faktor tetesan yang sering

digunakan adalah:

Mikrodips (tetes mikro) : 60tetes/ml (infusent mikro)

Makrodips (tetes Makro) :10tetes/ml, 15tetes/ml, 20tetes/ml(infusent

reguler/makro)

Untuk mengatur tetesan infus, perawat harus mengetahui volume cairan yang akan

dimasukkan dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan cairan infus. Penghitungan

cairan yang sering digunakan adalah penghitungan milimeter perjam (ml/h) dan

penghitungan tetesan permenit.

a. Milimeter per jam

Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah mililiter perjamnya adalah

sebagai berikut:

3000/24 = 125ml/h

b. Tetes per menit

Contoh: 1000ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20

17

Total Volume infus x faktor tetesan/total waktu dalam menit

Total Volume infus /Total waktu pemberian infus

Page 18: PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

1000 x 20/8 x 60 = 41tpm (tetesan per menit)

18