Proposal Wana Ismail
Transcript of Proposal Wana Ismail
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK LAPANG PADA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 3 BANTIMURUNG
PROPOSAL PENELITIAN
WANA ISMAILNIM : 06.10710.038
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANYAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2010
ii
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK LAPANG PADA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 3 BANTIMURUNG
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar ProposalPada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Perguruan Islam Maros
WANA ISMAILNIM : 06.10710.038
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANYAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2010
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan Judul ” Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 3 Bantimurung dengan Menggunakan Metode Praktik Lapang pada Materi Ekosistem.”
Atas nama mahasiwa
Nama : WANA ISMAILNIM : 06.10710.038Jurusan : Pendidikan MIPAProgram Studi : Pendidikan Biologi
Setelah diperiksa dan diteliti ulang telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan.
Maros, Maret 2010
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Samin Soewanto, M. Pd. Takbir, S. Pd., M. Pd.
MengetahuiKetua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Perguruan Islam Maros,
Prof. Dr. H. Kaharud din, M. Hum. NIP 19591231 198703 1 020
1
PROPOSAL PENELITIAN
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : WANA ISMAIL
NIM : 06.10710.038
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Alamat : Pakali, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros
B. Judul Penelitian
Peningkatan Motivasi Belajar dengan Menggunakan Metode Praktek Lapang pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bantimurung.
C. Latar Belakang
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan sumber
belajar kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
agar peserta didik dapat mengalami perubahan pada dirinya (Hamalik 1983 : 21)
belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.
Di sekolah seorang guru berperan sangat penting untuk dapat
meningkatkan aktvitas belajar siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Saat pembelajaran bahasa indonesia yang didominasi dengan metode
ceramah ternyata aktivitas tidak muncul secara maksimal karena pembelajaran
2
berpusat pada guru (Sardiman 2004 : 95). Pada prinsipnya belajar merupakan
berbuat atau melakukan. Berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak dikatakan
belajar apabila didalamnya tidak terdapat aktivitas. Oleh sebab itu aktivitas
merupakan suatu prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar. Rendahnya hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Bantimurung pada
pelajaran biologi masih ada yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal ideal yaitu 75 dan hanya beberapa anak yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu nilai mencapai 75 atau lebih, hal itu diduga disebabkan
kurangnya aktivitas dan perhatian siswa pada mata pelajaran di sekolah
khususnya mata pelajaran biologi. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa
kurang terlibat pikir atau dengan kata lain siswa cenderung pasif, prestasi belajar
anak sangat ditentukan oleh aktivitas belajar anak itu sendiri.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan, dengan menerapkan
suatu metode pembelajaran yaitu melalui praktek lapang. Metode ini dapat
melatih pola pikir siswa karena dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan
kemudian dituntut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu dapat
melatih kerja sama siswa di dalam kelompok dan melatih tanggung jawab siswa
terhadap tugas yang diberikan.
Dengan demikian metode ini diharapkan siswa terbisa terlibat dan aktif
mengikuti pembelajaran sehingga aktifitas siswa meningkat dan berujung pada
peningkatan hasil belajar (Slameto, 2001: 2) belajar merupakan proses usaha yng
3
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan
lingkungan. Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang
berujung pada perubahan tingkah laku untuk memantapkan penguasaan konsep
suatu materi diperlukan suatu metode pembelajaran yang baik..
Nana Sudjana (1987: 19 ) menyatakan “mengajar adalah membimbing
kegiatan siswa belajar, mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan
ingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui peningkatan motivasi
peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Bantimurung dengan menggunakan metode
praktek lapang pada materi ekosistem dan selain itu pertimbangan biaya dan
kemudahan akomodasi. Selain itu pula, di tempat tersebut belum ada yang
mengangkat masalah tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan adalah Bagaimana peningkatan motivasi belajar
dengan menggunakan praktik lapang pada siswa kelas VII SMP Negeri 3
Bantimurung materi ekosistem?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
4
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar dengan menggunakan praktek lapang pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Bantimurung
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah
a. Manfaat teoritis
Dengan mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri SATAP Bonto Panno Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros, maka di
harapkan menjadi baham p[ertimbangan bagi guru dalam memilih dan
menerapkan metode mengajar tertentu, agar dapat memenuhi keanekaragman
gaya belajar siswa.
b. Manfaat praktis
Dalam pengembangan ilmu pengtahuan dan teknologi, hasil penelitian ini
harapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pihak yang akan
meneliti hal-hal yang relevan. Dan menjadi bahan masukan yang positif sebagai
salah satu bentuk pemecahan masalah yang muncul dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
F. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir
1. Tinjauan pustaka
5
a. Pengertian belajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat
tafsirannya tentang ”belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda
satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa
perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang
mengajar.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalaui pengalaman. (learning is definied as the modification or strengthening of behavior through experience)(Oemar Hamalik, 2008: 36). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.(Oemar Hamalik, 2008:
36)
Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang
menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan ; belajar adalah
latihan-latian pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.
Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar,
yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Oemar Hamalik, 2008: 36)
Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu
prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha
6
pencapainnya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu
dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman
belajar, sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan
demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan
sesuatu secara permanen, dapat berulang-ulang dengan hasil yang sama. Kita
membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan terjadi secara
kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan seasuatu, tentu tidak
dapat menghalangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat
melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya secara berulang-
ulang dengan hasil yang sama.
b. Aktivitas belajar
Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas peserta didik
dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan
fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa
ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah
data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel
secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Pada
7
prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah
mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang
berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan
modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru
sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh
siswa. Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 1982: 94-95) membuat suatu daftar
kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat. Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan (Nasution, 1982:94-95).
c. Motivasi belajar
1) Pengertian motivasi belajar
8
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu
dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar ataupun tidak sadar
untuk melakukan sesuatu tindakan atau aktivitas dengan suatu tujuan tertentu.
Selanjutnya Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001: 158) mendefinisikan
motivasi sebagai “Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya keinginan dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan”.
Dari pengertian motivasi di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi erat
kaitannya dengan kata motif. Motif itu sendiri diartikan sebagai daya pendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu, dapat pula dimaknai sebagai daya
penggerakan dalam diri seserang untuk melakukan berbagai aktivitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi diartikan
sebagai daya penggerak, motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan sangat mendesak.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, mka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah keadaan di mana dalam diri setiap individu yang cenderung
memberikan dorongan atau semangat untuk siap melakukan suatu kegiatan baik
yang berasal dari dalam dirinya maupun karena ada rangsangan dari
lingkungannya.
Jika dihubungkan antara motivasi dengan pengertian belajar, maka
Sardiman (2004: 55), mengatakan bahwa “Motivasi adalah keseluruhan daya
penggerakan di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
9
menjamin kelangsungan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar dapat tercapai”.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
motivasi belajar adalah keseluruhan atau segala sesuatu yang menjadi daya
pendorong bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat
mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang diinginkannya.
2) Macam-macam motivasi dalam belajar
Berdasarkan alasan timbulnya motivasi belajar, maka motivasi dapat
dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar
dimulai dan teruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, jelas bahwa belajar
harus aktif, karena tanpa aktivitas tersebut tidak mungkin tercapai tujuan
pembelajaran dengan baik.
Motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar dapat diartikan
sebagai motif yang aktif dan dapat berfungsi karena adanya rangsangan dari
lingkungannya. Motivasi ini dapat pula dimaknai bahwa motivasi yang di dalam
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Antara motivasi intrinsic dengan
motivasi ekstrinsik dalam kenyataannya sukar dibedakan karena keduanya saling
mempengaruhi.
10
Adapun tujuan dari motivasi belajar adalah untuk menggerakan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan untuk melakukan aktivitas sehingga
dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.
d. Praktik (psikomotorik)
1) Pengertian pikomotorik
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan
satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung
tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut
kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan
mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada
ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar
psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi,
11
presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan- kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau
diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola
dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya
berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat
presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga
mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat
mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang
komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai
contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat
sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta
didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan
kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan
pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek,
yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target
12
yang diinginkan. Untuk jenjang Pendidikan SMP, mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata
lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan
praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila
dibandingkan dengan ranah psikomotor.
2) Pembelajaran Psikomotorik
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan
hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
mengajar praktik adalah
1. menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan,
2. menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan,
3. mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat
dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan
bagian-bagian yang sukar,
4. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan
praktik dengan pengawasan dan bimbingan,
5. memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.
13
Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik
mencakup tiga tahap, yaitu
1. penyajian dari pendidik,
2. kegiatan praktik peserta didik, dan
3. penilaian hasil kerja peserta didik.
Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci adalah
kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal.
Sebagai contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya adalah
kemampuan peserta didik menempatkan bola pada titik ayun. Dengan cara ini,
tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh lain,
dalam mengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan
peserta didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara
ini tenaga yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila
dibandingkan dengan pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yang
tidak tepat.
Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh
dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada
14
peserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan
keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan,
maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.
3) Penilaian hasil belajar psikomotorik
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
1. pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung,
2. sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap,
3. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor mencakup:
1. kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
2. kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan
pengerjaan,
3. kecepatan mengerjakan tugas,
4. kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
15
5. keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil
belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu
peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik. Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk
penilaian ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang
sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi
dijabarkan minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar
dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat
dibuat butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari
satu kata kerja operasional.
Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah
psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau
portofolio. Tidak ada perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa
observasi dengan skala penilaian. Penyusunan kedua instrumen itu harus
mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar kerja/lembar tugas yang
diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal atau lembar
perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian. Pada
16
umumnya, baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga
bagian, yaitu: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.
e. Praktik Lapang
Gambar 1. Praktek Lapang
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat
kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman
nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat
memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat
metode praktek adalah pengembangan keterampilan. (http://www.humboldt.
edu/~tha1/bloomtax.html).
17
f. Hasil belajar
1) Pengertian hasil belajar
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya dari tidak mampu menjadi
mampu, dan tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan
(coqnitive domain), aspek afektif (afektive domain). Hal tersebut sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996:244) bahwa “dalam taksonomi Bloom,
aspek belajar yang harus diukur keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh
sebagai hasil belajar siswa?”.
Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar yang
diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar juga tidak
terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar
lainnya. Menurut Sudjana (1992 : 3) bahwa hasil belajar adalah “tingkah laku
yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Hasil belajar dalam hal ini, meliputi
wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya
adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.
18
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan adalah prestasi
belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, tujuan
pembelajaran dipandang sebagai suatu harapan yang akan diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Nasution (2000: 61) bahwa “hasil belajar siswa dirumuskan sebagai standar
kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan
komponen dari tujuan umum bidang studi”.
2) Fungsi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk mengikuti
tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar. Sehingga
hasil belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu
sendiri. Di dalam pengertian tentang evaluasi pendidikan ialah untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana
kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan kurikuler.
Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru dan para
pengawas pendidik untuk mengukur dan menilai sampai di mana keefektifan
pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode
19
mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting
peranan dan fungsi hasil belajar dalam pendidikan dan pengajaran
dikelompokkan menjadi empat fungsi (Purnama, 1996 : 2) yaitu :
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil belajar dapat diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, yang berbarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidak hanya seorang peserta didik dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya.
3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK). Hasil-hasil yang telah dilaksanakan terhadapa peserta didiknya dapat dijadikan informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah.
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Adapun menurut Winkel (1996: 483-484) bahwa hasil belajar dapat
digunakan untuk :
1. Mendapatkan informasi tentang masing-masing peserta didik, sampai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional. Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahan untuk memonitor kemajuan peserta didik menyangkut pencapaian tujuan intruksional untuk unit pelajaran tertentu, pada tahap evaluasi sumatif dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam beberapa tujuan instruksional yang diuji bersama-sama.
2. Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok peserta didik sampai berapa jauh kelompok peserta didik mengenai tujuan-tujuan instruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang studi Bahasa Indonesia. Informasi ini diperoleh dengan menerapkan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi tersebut juga bersifat diganostik yaitu membantu menentukan faktor kesulitan dan kesukaran yang masih dialami peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional tertentu,
20
dimana faktor tersebut mungkin terdapat pada pribadi peserta didik dan mungkin juga terletak dalam model proses belajar mengajar itu sendiri.
3) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku subyek
belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian banyak yang
berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, menurur Sardiman (2003 : 49)
bahwa secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor interen (dari
dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek belajar. Hal ini, sama
dikemukakan oleh Abdurahman (1993 : 114) bahwa “hasil belajar secara pokok
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal dan
2. Faktor eksternal
Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi
yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau rumah tangga,
faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.
Menurut Abdurrahman (1993: 114) bahwa
Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, antara lain: 1. Bentuk atau postur tubuh, 2. Kesegaran dan kebugaran, 3. Kesehatan atau keutuhan tubuh, 4. Instink, refleks dan driff (dorongan), 5. Komposisi zat cair tubuh, dan 6. Rentang dan susunan saraf.
21
Adapun faktor psikologis, antara lain : 1. Kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan,
ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, 2. Kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologis dan
emosi rohani, 3. Kekuatan konasi (kemauan), dan dorongan kombinasi berupa minat,
Perhatian, dan sugesti.
Lebih lanjut Abdurrahman (1993: 115)
Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: 1. Suasana kehidupan dalam keluarga, 2. Kondisi sosial ekonomi, 3. Perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, 4. Pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, 5. Fasilitas belajar. Faktor sekolah berkaitan dengan 1. Pengelolaan kelas dan sekolah, 2. Hubungan antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan
antara peserta didik dengan guru, 3. Pelaksanaan bimbingan konseling, 4. Fasilitas dan sumber belajar, 5. Penetapan dan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru, 6. Kondisi ruangan dan tempat belajar, dan 7. Kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah dengan masyarakat.
Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitan dengan 8. Perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat akan
pendidikan, 9. Keteladanan para pemimpin formal dan informal, 10. Peranan media massa, dan 11. Bentuk kehidupan masyarakat.
4) Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar
Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara mengemas
pelajaran dan suasana menantang, merangsang dan menggugah daya cipta siswa
untuk menemukan dan mengesankan. Gagne dalam Mulyasa (2007: 111)
menambahkan bahwa ”jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah
22
pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah memegang
peranan penting dalam pemgembangan siswa.”
Menurut Abdurrahman (1993) bahwa “beberapa prinsip yang dapat
digunakan dalam mengembangkan hasil belajar antara lain:
a) Prinsip motivasi
Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsan daya dorong pribadi
peserta didik melakukan sesuatu (motivasi intrinsil dan motivasi ekstrinsik).
Untuk motivasi instrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu anak, keinginan
mencoba dan hasrta untuk lebih memajukan hasil belajar.
b) Prinsip latar atau konteks;
Peserta didik akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui
adanya hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru
hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
pengalaman yang sudah dimiliki peserta didi. Dengan pengetahuan latar ini, guru
dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar peserta didik.
c) Prinsip sosialisasi;
Kegiatan belajar bersama dala kelompok perlu dikembangkan di
kalangan peserta didik, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan
peserta idik dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal,
23
jenis kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber
yang sama.
d) Prinsip belajar sambil bermain.
Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk berprestasi pada diri
anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan kemampuan dan hasil
belajarnya melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
2. Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar akan lebih baik bila peserta didik secara
aktif terlibat dalam proses penemuan pertalian-pertalian atau hubungan dari
informasi yang diperoleh. Dengan adanya praktek lapang ini akan menghasilkan
kemampuan belajar dan peningkatan pengetahuan. Proses belajar tidak mungkin
akan berhasil tanpa adanya aktivitas belajar praktek lapang itu sendiri. Itulah
sebabnya praktik merupakan prinsip yang penting dalam interaksi belajar
mengajar.
Minat erat sekali hubungannya dengan suka atau tidak suka, tertarik atau
tidak tertarik dan senang atau tidak senang. Minat tidak tercetus dengan
sendirinya, tetapi sesuatu yang terwujud disebabkan oleh pengaruh-pengaruh
tertentu seperti penguasaan terhadap materi pelajaran. Perasaan senang akan
menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Yang jelas
perasaan tidak senang akan menghambat dalam belajar, karena tidak melahirkan
sikap positif dan tidak menunjang minat belajar peserta didik. Penyebab turunnya
24
minat belajar peserta didik antara lain karena kurangnya motivasi dalam diri
peserta didik itu sendiri. Turunnya minat belajar ini akan berdampak negatif pada
hasil belajar, karena sesuatu yang dilakukan tanpa dilandasi niat, kemauan dan
usaha yang keras hanya akan sia-sia dan memberikan hasil yang tidak maksimal.
Dengan demikian, motivasi dan aktivitas belajar peserta didik menentukan
tingkat keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.
Adapun skema kerangka pikiran sebagai berikut.
Gambar 2. Kerangka Pikir
3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Proses Belajar Mengajar
Motivasi Belajar
Praktik Lapang
Aktivitas Belajar
Sikap Pengetahuan
Temuan
25
Ht : Ada peningkatan motivas belajar peserta didik dalam pembelajaran
praktek lapang secara bersama-sama terhadap hasil belajar biologi.
Ho : Tidak ada peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
praktik lapang secara bersama-sama terhadap hasil belajar biologi
B. Metode Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Bantimurung, Kecamatan
Bantimurung, Kabupaten Maros.
2. Variabel dan Desain Penelitian
a. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang diambil adalah sebagai berikut.
1) Variabel perantara, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Praktik
Lapang.
2) Variabel bebas, yaitu motivasi belajar peserta didik kelas VII SMP
Negeri 3 Bantimurung, Kabupaten Maros
3) Variabel terikat, yaitu hasil belajar biologi peserta didik kelas VII SMP
Negeri 3 Bantimurung Kabupaten Maros.
b. Desain Penelitian
26
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada saat penelitian adalah
sebagai berikut.
1) Menentukan sampel penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 3
Bantimurung, Kabupaten Maros.
2) Menentukan kelas uji coba di luar sampel penelitian yaitu peserta didik
kelas VII SMP Negeri 3 Bantimurung, Kabupaten Maros.
3) Mengambil data nilai tes pada materi sebelumnya, untuk menentukan
pembagian kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
4) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.
5) Menyusun kisi-kisi tes.
6) Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi tes yang ada.
7) Mengujicobakan instrumen tes uji coba, di mana instrumen tes itu akan
digunakan sebagai tes hasil belajar.
8) Menganalisis data hasil uji coba
9) Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan poin h).
10) Menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe
praktik lapang.
11) Melaksanakan pembelajaran.
12) Mengadakan observasi dan mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penelitian.
27
13) Melaksanakan tes atau praktik .
14) Menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah
ditentukan.
15) Menyusun hasil penelitian.
3. Definisi Varabel
Definisi variabel penelitian ini adalah
a. Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerakan di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
dapat tercapai Sardiman (2004: 55)
b. Praktik Lapang adalah pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung (Ryan,
1980)
4. Insrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tes, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi. Dan pembanding kognitif
dengan psikomotorik.
28
b. Angket , dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan.
c. Observasi, tentang hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta didik
selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas
kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta didik maupun guru.
5. Subyek penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP
Negeri 3 Bantimurung, Kabupaten Maros.
Setelah dilakukan sampling, terpilihlah SMP Negeri 3 Bantimurung
Kabupaten Maros. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Bantimurung Kabupaten Maros. Pemilihan
sampel dilakukan dengan teknik random sampling, karena diasumsikan populasi
bersifat homogen. Asumsi ini didasarkan pada ciri-ciri yang relatif sama yang
dimiliki populasi, antara lain sebagai berikut.
a. Siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama.
b. Siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelas yang sama.
c. Siswa mendapat waktu pelajaran yang sama.
6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa teknik
sebagai berikut:
a. Tes
29
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.Tes adalah serentetan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, sikap,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Rianto, 1963:83). Tes dibuat untuk mengukur sejauh mana siswa dapat
memahami atau mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelumnya perlu
dilakukan analisis butir soal dari soal pada tes tersebut. Pemberian tes
dilakukan setelah akhir pokok bahasan pecahan. Dalam penelitian ini, tes
digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika.
b. Psikomotorik
Secara teknis dalam persiapan di laboratorium biologi guru menyiapkan
terlebih dahulu matrik yang biasanya disebut Format Acuan Penilaian (FAP).
Contoh seperti di bawah ini.
Tabel 1 Format Acuan Peniliaian
Nomor Jenis KeterampilanDeskripsi Penguasaan
Keterampilan Ket1 2 3 4
1 Gerak reflek2 Reflek Fundamental3 Keterampilan Perseptual
30
4 Keterampilan Fisik5 Keterampilan Gerak Tubuh6 Keterampilan Diskursif
Deskripsi penilaian keterampilan siswa pada tabel di atas menggunakan
empat kategori (1) kurang (2) cukup atau memenuhi kriteria minimal (3) baik, di
atas kriteria minimal (4) sangat baik, keterampilannya sempurna sebagimana
yang diharapkan.
Jenis keterampilan pada contoh di atas menggunakan jenis keterampilan
generik yang dikutip langsung dari uraian teori dasar. Dalam kebutuhan praktis
seperti di laboratorium, di lapangan olah raga, di ruang kesenian, di ruang
produksi karya ilmiah tentu memiliki karakter yang berbeda-beda. Yang
menentukan apa yang hendak dinilai, mutu kriteria kinerja belajar adalah
pendidik. Mereka memiliki kewenangan penuh.
Dalam menetukan kriteria mutu idealnya pendidik memiliki dua model,
benchmarking internal merujuk pada hasil terbaik yang sudah siswa wujudkan
pada angkatan sebelumnya dan benchmarking eksternal dapat menggunakan
ketrampilan yang telah siswa sekolah lain capai dari sekolah yang lebih baik
c. Angket
Angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar
pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.
Jenis angket yang dipergunakan adalah jenis angket tertutup. Angket tertutup
31
merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya
diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun
dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban dari alternatif jawaban yang tersedia (Rianto, 1996:70).
Dalam penelitian ini angket dibuat untuk mengukur minat siswa dalam
pembelajaran kooperatif tipe praktik lapang. Menurut Rianto (1996) prosedur
penyusunan instrumen yang berupa angket secara operasional dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui kuesioner (angket).
2. Setelah tujuan dirumuskan, tetapkan variabel-variabel yang akan
diangkat dalam penelitian.
3. Dari variabel-variabel yang telah ditetapkan, jabarkan indikator-
indikator variabelnya.
4. Dari indikator variabel tersebut, jabarkan ke dalam deskriptor-
deskriptor yang selanjutnya dirumuskan dalam item pertanyaan.
Angket ini diberikan kepada siswa setelah pembelajaran
dilakukan/setelah dikenai kondisi buatan. Teknik ini digunakan untuk
mengambil data tentang minat siswa dalam pembelajaran kooperatif
tipe praktik lapang terhadap mata pelajaran bahasa indonesia.
d. Observasi
32
tentang hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas kelas yang
berhubungan dengan perilaku peserta didik maupun guru.Observasi merupakan
teknik pengumpulan data yang menggunakan pengmatan terhadap obyek
penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi langsung, dalam
artian mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek
yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun
dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan. Petunjuk yang bersifat
umum yang mendasari pelaksanaan obervasi menurut Winarno Surachmad dalam
Rianto (1996) adalah sebagai berikut.
1. Lebih dahulu harus ditetapkan bahwa metode observasi merupakan metode yang tepat untuk tujuan penelitian.
2. Bila observasi ini merupakan teknik yang tepat, kita harus mulai merinci segala unsur data misal sifatnya, banyaknya dan unsur-unsur lain yang mungkin penting dalam penelitian.
3. Bila telah jelas jenis dan jumlah data yang harus dikumpulkan dan penggunaannya, maka perlu dipikirkan bagaimana cara kita mencatat dan menyusun data tersebut.
4. Apabila dalam poin ke-3, ternyata membutuhkan alat-alat pembantu data, maka alat-alat tersebut harus disediakan.
5. Kini tibalah saatnya untuk mengadakan observasi guna pengumpulan data.
Petunjuk yang dikemukakan di atas memang tampak mengacu kepada
petunjuk prosedur umum dalam observasi. Sedangkan menurut Rummel dalam
Rianto (1996), petunjuk dalam menggunakan metode observasi adalah sebagai
berikut.
1. Memperoleh dahulu pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi.
33
2. Menyelidiki tujuan-tujuan umum atau khusus dari masalah-masalah penelitian untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3. Membuat suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. 4. Mengadakan batasan yang tegas mengenai macam-macam tingkat yang
akan digunakan. 5. Mempertimbangkan observasi secara cermat dan kritis.
Lembar observasi dilakukan dengan menggunakan check list. Check list
atau daftar cek terdiri dari daftar item yang berisi faktor-faktor yang diselidiki.
Jenis alat ini mensistematisasi dan memudahkan perekaman hasil observasi.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa.
7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
a. Tahap Perencanaan (planning)
1. Guru membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Membuat bahan evaluasi berdasarkan materi yang diajarkan.
3. Selain perangkat pembelajaran juga disiapkan instrumen penelitian berupa
lembar observasi dan tes hasil belajar.
b. Tahap Tindakan (acting)
Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rancana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan.
34
Adapun hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan adalah
implementasi rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini
yang dimaksud adalah pelaksanaan langkah-langkah proses pembelajaran yang
telah disusun pada rencana perbaikan pembelajaran.
c. Tahap Observasi (observation)
Untuk melihat penampilan guru dan pengaruhnya terhadap aktivitas
peserta didik selama proses belajar mengajar, maka peneliti mengamati lembar
observasi yang suda disiapkan.
Pelaksanaan tindakan, dilakukan pencatatan dengan menggunakan daftar
observasi untuk memudahkan pelaksanaannya. Observator mengamati kegiatan
yang berlangsung sambil mengisi daftar observasi yang telah disiapkan.
Adapun hal-hal yang dicatat selama berlangsungnya kegiatan observasi
adalah keaktifan peserta didik meliputi kerjasama, partisipasi, kejujuran.
Sedangkan observasi untuk guru adala segala perubahan tindakan/ perilaku guru
saat terjadi proses belajar mengajar yang meliputi memotivasi peserta didik,
menyampaikan tujuan, peguasaan materi, dan pemberian umpan balik.
d. Tahap Refleksi (reflection)
Guru dan peneliti berdiskusi untuk melihat keberhasilan dan kegagalan
yang telah terjadi setelah proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu.
Hasil sebagai masukan guru dan observatori untuk membuat perencanaan siklus
35
berikutnya. Untuk memperaiki kelemahan-kelemahan siklus I, maka disepakati
bersama observatori untuk merevisi rencana perbaikan pemelajaran siklus II.
Revisi dilakukan metode pendekatan proses dan mengoptimalkan motivasi
peserta didik serta peraikan umpan balik.
Siklus II
a. Perencanaan (planning)
Rencana tindakan untuk siklus II masih menggunakan tahap kegiatan
seperti pada siklus I, namun diberikan penekanan untuk perbaikan terhadap
kekurangan berdasarkan hasil refleksi dan penemuan penelitian siklus I, rencana
tindakan perbaikan dilaksanakan pada siklus II.
b. Pelaksaaan Tindakan (actioan)
Fokus utama dalam siklus II dibandingkan siklus sebelumnya adalah
mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana peserta didik menjawab soal-
soal pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
c. Tahap Observasi (observation)
36
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata paa siklus kedua ini
menunjukkan kreativitas belajar dengan kegiatan sangat baik pada seluruh
aktivitas yang diamati. Selanjutnya tindakan/ perilaku guru memperlihatkan
perubahan yang signifikan setelah rencana perbaikan pembelajaran direvisi.
Seluruh aspek yang diamati dalam proses belajar mengajar dengan kualitas yang
baik.
d. Refleksi (reflection)
Pada akhir siklus dilakukan refleksi hal-hal yang diperoleh baik dari
hasil observasi maupun hasil tes. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Siklus II dilakukan dengan mangacu pada prosedur kegiatan yang sama
pada siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, osbservasi, dan refleksi.
Hanya saja, pada siklus II seluruh perencanaan dan pengambilan tindakan
mengacu pada upaya peraikan terhadap kekurangan-kekurangan yang diperoleh
pada siklus I guna mencapai hasil yang diharapkan.
Alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
Perencanaan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan II
HasilPelaksanaan Tindakan II
Observasi Refleksi Observasi
Hasil
37
Gambar 3. Alur Penelitian
8. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang diperoleh
siswa pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang digunakan teknik
kategorisasi yang dikemukakan oleh Suherman (1990 : 272) sebagai berikut:
a. Tingkat penguasaan 85 % ≤A≤ 100% atau 85 % - 100% sangat tinggi
b. Tingkat penguasaan 75% ≤B≤ 84% atau 75% - 84% tinggi
c. Tingkat penguasaan 55 % ≤C≤ 74% atau 55 % - 74% sedang, cukup
d. Tingkat penguasaan 40 % ≤D≤ 55% atau 40 % - 74% rendah
e. Tingkat penguasaan 0 % ≤A≤ 40 % atau 0 % - 40 % jelek, sangat rendah
Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :
38
Keterangan :
Me = Mean
f = Frekuensi
x = Nilai perolehan siswa
N = Jumlah siswa
Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan
pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan
perintah/soal tersebut.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor
adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan
dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran.
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala
penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini
selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja
peserta didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil
dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai
prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong
untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena kriteria penilaiannya jelas. Rubrik
terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal
39
lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak
sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian
yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai.
9. Jadwal penelitian
No.
Jenis KegiatanMaret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapana. Pengajuan Judulb. Penyusunan
Proposalc. Konsultasi Dosend. Perbaikan Proposal
2 Pelaksanaana. Pengumpulan datab. Analisis data
3 Penyelesaian Seminar ujian
skripsia.Perbaikan hasil
seminarb. Pemasukan skripsi
10. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
a. Sampul
b. Judul
c. Lembar Persetujuan
d. Lembar Pengesahan
40
e. Kata pengantar
f. Daftar Isi
g. Daftar Tabel
h. Daftar Gambar
i. BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
j. BAB II Kajian Pustaka
A. Pengertian belajar
B. Aktivitas belajar
C. Motivasi belajar
D. Psikomotorik
E. Hasil Belajar
k. BAB III Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian
B. Variabel dan Desain Penelitian
C. Definisi Variabel
D. Instrumen Penelitian
E. Subyek Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
41
G. Prosedur Penelitian
H. Teknik Analisis Data
I. Jadwal Penelitian
K. Sistematika Penelitian
l. BAB IV Hasil Penelitian
m. BAB V Penutup
A. Simpulan
B. Saran
n. Daftar Pustaka
o. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 1993. Pengelolahan Pengajaran. Ujung Pandang : PT. Bintang Selatan.
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa
Anni, Tri, Catharina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
42
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Permen Mendiknas No. 22, No. 23, dan No. 24 Tahun 2006). Jakarta: PT. Binatama Raya.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dave, R.H. (1967). Taxonomy of educational objectives and achievement testing.
London: University of London Press.
Dimyati, Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud dan PT Rineka Cipta.
Edwardes, HN. 1981. Bagaimana membantu orang belajar keterampilan. Padang: FPTK – IKIP Padang.
Hamalik, Oemar. 2009. Keterampilan Membaca di Sekolah Dasar. Penerbit.
Hamalik Oemar.1983, Metode Belajar dan Kesuitan Belajar. Tarsito:Bandung.
Leighbody, G.B. 1968. Methods of teaching shop and technical subjects. New York: Delmar Publishing
Mills, H.R. 1977. Teaching and training. London: The Macmillan Press, Ltd Moentoyah. 1993. “Aspek-aspek Psikologi dalam Kesulitan Belajar pada Anak
dan Remaja”. Makalah Seminar Kesehatan Jiwa Semarang. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moedjiono, Moh. Dimiyanti, 1992, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Nurhadi, 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Algasindo.
43
Puji Santoso, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya.
Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description, comparation, and appraisal. Washington, DC: American Council of Education.
Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman. E. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Wijaya Kusuma: Bandung.
Wingkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Proyek Universitas Terbuka