PROPOSAL PTK JUDUL: PENINGKATAN KEMAMPUAN …
Transcript of PROPOSAL PTK JUDUL: PENINGKATAN KEMAMPUAN …
PROPOSAL PTK
JUDUL: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS VIII A SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 1 KETUNGAU TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
DI SUSUN OLEH : ERNA SAFITRI,S.Pd
SMPN 1 KETUNGAU TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi peserta didik
dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi
pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Kleis seperti yang dikutip oleh Sukmadinata
(2010: 24) yang memberikan batasan bahwa,
Pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau
kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami.
Pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan
lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia
dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development)
bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.
Pembelajaran sastra dapat memberikan pencerahan batin kepada siswa. Melalui
pembelajaran sastra siswa dapat merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa
yang dibuat pengarang dalam sebuah karya sastra. Dengan merasakan dan seakan
mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang terdapat dalam
sebuah karya sastra, siswa akan kaya dengan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan
ini pada akhirnya akan meningkatkan kepekaan perasaan siswa terhadap kehidupan di
sekitarnya sehingga membentuk pribadi yang berbudi perkerti luhur.
Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Kosasih (2012: 97) ―Puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin.‖ Jadi, di dalam sebuah puisi, penyair
mencurahkan segala perasaan dan pikirannya atau di kenal dengan pengalaman jiwa.
Berdasarkan hasil praobservasi melalui wawancara dengan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah, kelas VIII A merupakan
kelas yang memiliki nilai menulis puisi rendah dibandingkan kelas VIII lainnya. Hal ini
didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes menulis puisi sebelumnya yaitu
dengan nilai rata-rata 56,5 (terlampir) sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditentukan adalah 70. Menurut guru kelas VIII A, saat penulis melakukan
wawancara pada tanggal 20 Januari 2014, dari jumlah siswa kelas VIII A yaitu sebanyak
36 siswa, yang sudah mampu mencapai nilai KKM (70) atau yang dinyatakan tuntas
dalam pembelajaran menulis puisi yaitu sebanyak 14 siswa dengan persentase 38,89%.
Sedangkan 22 siswa lainnya belum mampu mencapai nilai KKM (70) yang dinyatakan
belum tuntas yaitu dengan persentase 61,11%.
Berdasarkan hasil puisi yang dibuat siswa pada penugasan yang pernah diberikan
oleh guru, menunjukkan bahwa banyak diantara siswa yang mengeluh dan tidak
menginginkan tugas tersebut. Sebagian besar siswa menghabiskan waktu yang diberikan
untuk mencari ide tulisan dan siswa mengalami kesulitan untuk memilih kata-kata untuk
menulis puisi. Akibatnya, tugas menulis yang seharusnya selesai harus menjadi tugas di
rumah.
Rendahnya kemampuan siswa menulis puisi karena kebosanan, kejenuhan, serta
kebingungan yang dialami siswa. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap kegiatan
menulis puisi menjadi pemicu rendahnya kemampuan siswa menulis puisi, selain itu,
pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa
dan kreativitas siswa dalam berbahasa juga menjadi faktor rendahnya kemampuan siswa
menulis puisi.
Melihat fenomena tersebut, perlu dihadirkan sebuah model pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan menulis puisi. Salah satu model yang digunakan dalam
proses pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament untuk meningkatkan inspirasi dan minat siswa dalam belajar.
Huda (2013: 197), menyatakan bahwa ―Teams Games Tournament merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif untuk membantu siswa mereview dan
menguasai materi pelajaran.‖ Teams Games Tournament adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan dalam Teams Games Tournament
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diyakini dapat
membantu siswa menulis puisi yaitu siswa akan lebih mudah membahas dan menemukan
gagasan atau ide berdasarkan kata yang telah dituliskan pada sebuah kartu. Siswa akan
lebih mudah untuk menyampaikan ide atau inspirasinya karena dapat bekerjasama.
Melalui model ini dapat dilatih kerjasama siswa sehingga dapat saling menghargai.
Alasan penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament karena TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menarik.
Menarik karena diselingi dengan games atau permainan akademik dengan mengaitkan
materi yang dipelajari sehingga siswa tidak bosan dalam belajar dan menjadi tertarik
dalam mengikuti pembelajaran. Teams Games Tournament juga sesuai untuk menulis
puisi karena dalam Teams Games Tournament, apabila ada dari anggota kelompok yang
tidak mengerti tentang menulis puisi, maka anggota kelompok lain yang sudah paham
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya. Dengan demikian,
siswa tidak ragu lagi, siswa dapat menulis puisi disertai praktek yaitu secara
berkelompok.
Teams Games Tournament memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan perasaan
atau persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan
bukannya pada keberuntungan. Dapat meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. Teams Games Tournament mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu dan menjadikan proses belajar mengajar
berlangsung dengan keaktifan dari siswa karena diselingi dengan games dan tournament
yang membuat motivasi belajar lebih tinggi.
Harapan penulis dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, selain dapat membantu siswa untuk lebih
terbantu mengembangkan ide menulis puisi, juga dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif atau pilihan bagi guru dalam mengajar. Guru harus mampu menggunakan cara
belajar yang menarik dan salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
―Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada Siswa Kelas VIII A Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021‖.
B. Masalah Penelitian
1. Masalah Umum Masalah penelitian secara umum adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun
pelajaran 2013/2014?
2. Sub Masalah Berdasarkan masalah umum, maka sub masalah penelitian ini yaitu:
a. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021?
b. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021?
c. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament pada
siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan masalah umum, maka yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini
adalah untuk mendeksripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada
siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan sub masalah, maka tujuan khusus penelitian ini yaitu:
a. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.
b. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.
c. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament pada
siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan koseptual terutama pengetahuan mengenai
kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat memudahkan dan mengkreatifkan
siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament dan dapat meningkatkan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan agar guru dapat
menggunakan model yang sesuai dalam pembelajaran menulis puisi dan
diharapkan guru selalu berupaya meningkatkan proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas
sekolah melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam
pembelajaran menulis puisi.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat menjadi lebih termotivasi dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan menjadikan penelitian ini pengalaman
bermanfaat.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 60) ―Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.‖ Variabel dalam penelitian ini
dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2009: 61) ―Variabel bebas adalah stimulus atau variabel yang
mempengaruhi variabel lain yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan.‖
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament.
b. Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2009: 61) ―Variabel terikat adalah akibat atau tidak bebas
yang dipengaruhi variabel bebas dan menjadi akibat terjadinya suatu perubahan.‖
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi.
2. Definisi Operasional
Menurut Anggoro (2007: 1.29), ―Definisi operasional merupakan variabel yang
telah didefinisikan dengan menggunakan definisi-definisi sederhana dan mudah
dipahami sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi orang lain yang mungkin
akan menggunakan variabel tersebut untuk penelitian lebih lanjut.‖ Definisi
operasional dalam penelitian ini yaitu:
a. Kemampuan Menulis Puisi
Kemampuan menulis puisi adalah suatu kecakapan seseorang dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan ke dalam bahasa tulis
sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain. Puisi adalah bentuk
karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan srtuktur batin.
b. Model Pembelajaran Koooperatif Tipe Teams Games Tournament
Menurut Lie (2008: 12) ―Model pembelajaran kooperatif atau disebut juga
dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
yang terstruktur.‖ Model kooperatif dalam penelitian ini ditekankan untuk lebih
memudahkan siswa agar dapat bekerjasama dan berpikir bersama.
Teams Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam Teams Games
Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
BAB II
KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
A. Kemampuan Menulis
1. Pengertian Kemampuan Menulis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 623) kemampuan adalah
kesanggupan; kecakapan; kekuatan; berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Menurut
Ambarjaya (2012: 17) kemampuan peserta didik (student abilities: adalah segala
potensi dan kecakapan yang dimiliki peserta didik, baik dalam segi kognitif, sosial,
afektif maupun psikomotor. Dengan demikian kemampuan merupakan suatu potensi
yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus.
Menulis merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung, melalui tulisanlah
ide/gagasan dan perasaan seseorang diungkapkan karena menulis merupakan satu
diantara keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Tarigan (2008: 4)
mengemukakan bahwa:
Menulis dipergunakan, melaporkan atau memberitahukan, dan memengaruhi;
dan maksud serta tujuan seperti hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-
orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan jelas,
kejelasan itu tergantung pikiran organisasi, pemakaian kata-kata, struktur
kalimat.
Tarigan (2008: 22) menambahkan bahwa, ―Menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang sehinggga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu.‖ Selanjutnya Zainurrahman (2011: 4) mengemukakan
pendapatnya bahwa, ―Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.‖
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan
sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis
adalah upaya sesesorang dalam mengekspresikan hasil pikiran dan perasaannya yang
ingin dikomunikasikan kepada orang lain secara tidak langsung yang disampaikan
melalui simbol-simbol bahasa tulis yang tertata dan mudah dipahami serta mempunyai
arti. Menulis memiliki tujuan untuk menjadikan siswa terampil dalam menulis agar
dapat menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan yang dikomunikasikan kepada
pembaca. Kegiatan menulis bukan merupakan suatu bakat akan tetapi memerlukan
proses latihan yang secara berkesinambungan.
2. Tujuan dan Manfaat Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tarigan (2008: 24)
mengemukakan setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan;tetapi karena tujuan
itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya
memperhatikan kategori di bawah ini:
a. Memberitahukan atau mengajar;
b. Meyakinkan atau mendesak;
c. Menghibur atau menyenangkan;
d. Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig dalam Tarigan
(2008: 25) merangkumnya sebagai berikut:
a. Tujuan Penugasan
Penulis memilih sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya
para siswa yang diberi tugas merangkum buku).
b. Tujuan Altruistik
Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para
pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, ingin membuat hidup para
pembaca lebih menyenangkan dengan karyanya.
c. Tujuan Persuasif
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
d. Tujuan Informasional/Penerangan
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada
para pembaca.
e. Tujuan Pernyataan Diri
Tujuan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
f. Tujuan Kreatif
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
g. Tujuan Pemecahan Masalah
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat
pikiran dan gagasannya agar dapat an diterima pembaca.
Seorang penulis dalam menulis harus memiliki kemampuan menyerap, mencari,
dan menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan sehingga dengan
wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa
puas. Hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat
sulit sehingga orang atau siswa kurang berminat untuk dapat menulis dengan baik dan
benar. Tarigan (2008: 24) mengemukakan manfaat menulis:
a. Menulis menyumbang kecerdasan;
b. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatif;
c. Menulis menumbuhkan keberanian; dan
d. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan
tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah:
a. Maksud dan tujuan sang menulis (perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada
diri pembaca).
b. Penulis atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan atau teman sang
penulis).
c. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu
kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung,
masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis
adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis,
mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu penulis
menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur. Teratur
artinya mengikuti tata bahasa yang baku dan berlaku dalam bahasa Indonesia.
B. Puisi
1. Pengertian Puisi
Menurut Kosasih (2012: 97) ―Puisi adalah bentuk karya sastra yang
menggunakan kata-kata indah dan kaya makna.‖ Keindahan sebuah puisi disebabkan
oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun
kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala
unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan
sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya.
Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak
penafsiran dan pengertian.
Tarigan (2011: 7) mengemukakan bahwa ―Puisi adalah ekspresi yang konkret
dan artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.‖ Puisi dapat
dirumuskan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya
aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif,
emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan
sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-
pendengarnya.
Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas. Puisi
sebagai sosok pribadi penyair atau ekspresi personal berarti puisi merupakan luapan
perasaan atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi pada persepsi-
persepsinya. Bahasa dalam puisi sebagai sosok pribadi penyair lebih difungsikan
untuk menggambarkan, membentuk dan mengekspresikan gagasan, perasaan,
pandangan dan sikap penyairnya. Dibandingkan dengan bentuk lain, puisi lebih
bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini
disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di
dalam puisi. Puisi juga merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan
pengulangan suara sebagai ciri khasnya.
Samuel Taylor Colerige (Pradopo 2005: 6), mengemukakan ―Puisi itu kata-kata
terindah dalam susunan terindah.‖ Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan
disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan
unsur lain sangta erat hubungannya, dan sebagainya. Shelley (Pradopo 2005: 6),
mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam
hidup. Kata-kata adalah kata-kata itu sendiri, sehingga ia harus dibebaskan dari beban
makna maupun metafora. Setiap kata mengandung berbagai makna sehingga mampu
mewakili berbaris-baris kalimat yang hendak diungkapkan penulisnya. Hal ini pulalah
yang membuat penafsiran terhadap sebuah puisi menjadi bermacam-macam. Akan
tetapi, pada dasarnya karya sastra termasuk puisi memang multi interpretable. Karena,
pada hakekatnya, semua puisi adalah sama, yaitu menyampaikan sesuatu secara tidak
langsung. Semua puisi adalah ungkapan perasaan dan pemikiran penyairnya yang
ingin dikomunikasikan itu tidak lain adalah manusia, hidup, kemanusiaan, dan
kehidupan.
Berdasarkan beberapa definisi puisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
puisi meupakan bentuk ungkapan perasaan dan pemikiran pengarangnya dimana
pengarang memiliki hak penuh terhadap puisi tersebut, baik dari segi isi maupun
tipografinya. Sebuah puisi akan memunculkan karakternya sendiri, sebgaimana
karakter yang dimiliki pengarangnya.
2. Unsur-unsur Puisi
Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam (Waluyo
dalam Kosasih, 2012: 97). Penjelasan dari unsur-unsur puisi tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Unsur Fisik Puisi
Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan
bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan
baitnya.
Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata
dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna
dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya
bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan
memiliki kehaarmonisan dengan kata-kata lainnya. Contoh diksi dalam puisi
yaitu seperti pada puisi karya Iyan Sugyana berikut:
perahu kertas masih berlayar
mengalir, mengikuti alur air
meski ia sendiri tak pernah tahu
seberapa panjangkah perjalanan
yang musti ia tempuh
akankah ia sampai pada suatu tujuan
ataukah karena kerapuhannya
ia akan koyak bahkan lumat
oleh air yang membawanya
hingga ia pun tak pernah sempat
menyelesaikan perjalanannya
Diksi yang terdapat dalam puisi tersebut secara kesinambungan memiliki
makna yang lebih dari satu yang mempunyai efek keindahan. Kata-katanya puisi
disertai bunyi yang indah dan hubungan kata-kata yang serasi antara kata yang
satu dengan kata yang lainnya.
1) Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu
telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan
pengalaman, kesan, imajinasi, dan sebagainya. Contoh kata konotasi seperti
pada puisi ―Doa‖ karya Chairil Anwar berikut:
DOA
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi tersebut terdapat pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Kata-kata yang Bermakna Konotasi dalam Puisi “Doa” Karya Chairil
Anwar
KATA MAKNA DENOTASI MAKNA KONOTASI
termangu terdiam kekosongan jiwa
menyebut berucap berzikir
kerlip lilin cahaya lilin kesadaran yang tinggal
sedikit
hilang bentuk musnah, lenyap hilang kepercayaan diri,
bimbang
remuk hancur frustasi
mengetuk memukul sesuatu dengan
buku jari
mengharapkan
pertolongan
berpaling melihat ke samping
(ke arah lain)
lupa, munkar
Sumber: Kosasih (2012: 98)
2) Kata-kata Berlambang
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun
kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas
dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka.
Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu. Rantai bermakna ‗persatuan
dan kesatuan Indonesia‘, padi kapas perlambang ‗kesejahteraan dan
kemakmuran‘, tunas kelapa berarti ‗anggota Pramuka yang diharapkan
menjadi generasi yang berguna bagi hidupnya bagi nusa dan bangsa‘.
2) Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan adanya imajinasi tersebut, pembaca seolah-
olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:
1) Mendengar suara (imajinasi auditif),
2) Melihat benda-benda (imajinasi visual), dan
3) Meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).
Contoh pengimajinasian seperti contoh puisi ―Doa‖ karya Amir Hamzah
berikut:
Doa
Dengan apakah kubandingkan kita,
kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa
menayang pikir, membawa angan ke
bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
Dalam puisi di atas didapati kata-kata berikut.
a) Senja samar, masa purnama meningkat naik, ke bawah kursimu, terang,
bagai bintang memasang lilinnya, kalbuku terbuka, bagai sedap malam
menyirak kelopak, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar; kata-kata
tersebut membangkitkan imajinasi melalui penglihatan.
b) Sepoi, panas payah terik, menghembus lemah, menyejuk badan; kata-kata
tersebut membangkitkan imajinasi melalui perabaan.
c) Gelakku rayu; membangkitkan imajinasi melalui pendengaran.
Dengan kata-kata itu, penyair bermaksud menggambarkan keadaan
dirinya ketika sedang berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Ia menggambarkan
dirinya lemah, namun berada dalam suasana tenteram. Melalui kata-kata itu pula
penyair menunjukkan keinginan agar Tuhan mengisi seluruh kalbunya. Tentang
besarnya cinta, kerinduan, dan kepasrahan sang penyair akan Tuhannya, juga
dapat terbayangkan secara nyata melalui kata-kata itu.
3) Kata Konkret
Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret
atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca
seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan penyair.
Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang
dilukiskan penyair. Contoh kata konkret dalam puisi seperti pada cuplikan puisi
―Gadis Peminta-minta‖ berikut:
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Angat aku ikut, gads kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Untuk melukiskan gadis itu benar-benar seorang pengemis gembel,
penyair menggunakan kata-kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan itu lebih
konkret daripada dengan begitu saja menggunakan gadis peminta-minta atau
gadis miskin. Untuk melukiskan tempat tidur pengap di bawah jembatan yang
hanya dapat untuk menelentangkan tubuh, penyair menulis pulang ke bawah
jembatan yang melulur sosok. Untuk memperkonkret dunia pengemis yang
penuh kemayaan, penyair menulis: Hidup dari kehidupan angan-angan yang
gemerlapan gembira dari kemayaan riang. Untuk memperkonkret gambaran
tentang martabat gadis itu yang sama tingginya dengan martabat manusia
lainnya, penyair menulis duniamu yang lebih tinggi, dari menara ketedral.
4) Bahasa Figuratif (Majas)
Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Kosasih (2012: 104)
mengemukakan ―Majas adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk
menciptakan efek tertentu.‖ Dalam penggunaannya, majas diciptakan untuk
menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembicaranya. Misalnya,
untuk menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunakan majas
personifikasi berikut.
Risik risau ombak memecah
di pantai landai
buih berderai
Penggunaan majas dalam puisi yang lazim digunakan oleh penyair
menurut Kosasih (2012: 104) diantaranya sebagai berikut.
a) Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda yang
ridak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contohnya:
Hujan itu menari-nari di atas genting.
b) Majas litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan
tujuan merendahkan diri. Contohnya: Terimalah kado yang tidak berharga
ini sebagai tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya (Padahal
rumahnya besar dan mewah)
c) Majas hiperbola adalah pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal mencapai langit.
Contohnya: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan.
d) Majas simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan,
―umpama‖, ―ibarat‖, ―bak‖, ―bagai‖. Membandingkan suatu dengan keadaan
lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya. Contohnya: Kau
umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk
cinta berkorban apa saja.
e) Majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda
dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contohnya: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan
diri.
f) Majas Alegori adalah majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui
kiasan atau penggambaran. Contohnya: Perjalanan hidup manusia seperti
sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit
ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada
akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
g) Majas Totum pro parte adalah pengungkapan keseluruhan objek padahal
yang dimaksud hanya sebagian. Contohnya: Indonesia bertanding volly
melawan Thailand.
h) Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan. Contohnya: Saya naik tangga ke atas.
i) Majas aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang
sama. Contohnya: Keras-keras kena air lembut juga.
j) Majas paralelisme adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan
kata pada baris atau kalimat. Contohnya: Jika kamu minta, aku akan datang.
k) Majas antitesis adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang
berlawanan maknanya. Contohnya: Kaya miskin, tua muda, besar kecil,
smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
l) Majas paradoks adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-
olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan
berbeda. Contohnya: Dia besar tetapi nyalinya kecil.
m) Majas sinisme adalah ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide
bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contohnya:
Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?
n) Majas satire adalah ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau
parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Contohnya: Ya,
Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
o) Majas ironi adalah sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya
dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contohnya: Suaramu merdu
seperti kaset kusut.
p) Majas sarkasme adalah sSindiran langsung dan kasar. Adalah gaya bahasa
yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan. Contohnya:
Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat
masuk ke telinga.
5) Rima/Ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi yang berselang, baik di
dalam larik puisi maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Dengan
adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih
kuat. Misalnya Dan angin mendesah/mengeluh mendesah.
Di samping rima, dikenal pula istilah ritma, yang diartikan sebagai
pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Misalnya kata
mendesah yang terus digunakan secaar berulang. Contoh rima dan ritma dalam
puisi seperti pada contoh puisi ―Salju‖ berikut ini.
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Ke manakah pergi
Ke manakah pergi
selain mencuci diri
Pada contoh puisi tersebut, rima misalnya dapat dilihat adanya
pengulangan bunyi vokal (e) seperti tampak pada larik "ke manakah pergi".
Perulangan bunyi demikian disebut asonansi. Selain itu, juga dapat diamati
adanya perulangan bunyi konsonan (n) seperti nampak pada larik "pohon
kehilangan daun". Perulangan bunyi konsonan itu disebut aliterasi. Perulangan
bunyi seperti contoh tersebut berlaku di antara kata-kata dalam satu larik. Rima
itu disebut rima dalam.
Lebih lanjut, jika kita mengamati bait pertama puisi "Salju" tersebut,
tampak juga adanya paduan bunyi antara setiap akhir larik sehingga
menimbulkan pola persajakan vokal /i/ — vokal /i/ dengan konsonan /n/ —
konsonan /n/ seperti tampak pada bentuk . . . pergi/. . . matahari/. . . turun/. . .
daun. Rima demikian itu, yakni rima yang terdapat pada akhir larik puisi,
disebut rima akhir.
Pada contoh puisi tersebut juga dapat kita jumpai adanya ritma yaitu
pengulangan kata "ketika" di antara bait-bait. Ulangan kata demikian disebut
ritma identik.
6) Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.
Dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi
itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.
.
1. Ciri-ciri Tipe Teams Games Tournament
Huda (2013: 197) mengemukakan ―Dalam TGT, siswa memperlajari materi di
ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.‖ Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus
(tabel turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota
ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota timnya,
barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang diperoleh
dari game akan menentukan skor kelompok masing-masing.
Huda (2013: 198) mengemukakan karakteristik khusus yang menjadi ciri
Teams Games Tournament seperti pada prosedur TGT, turnament, dan scoring.
a. Prosedur TGT
Tim Studi (sering juga dikenal dengan Home Team)
Siswa memperdalam, mereview, dan mempelajari materi secara kooperatif dalam
tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-langkah
berikut : 1) membuat daftar rangking akademik siswa; 2) membatasi jumlah
maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa; 3) menomori siswa mulai dari yang
paling atas misalnya, 1,2,3,4,5,6,7, dan seterusnya); dan 4) membuat tim heterogen
dan setara secara akademik, dan jika perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis
kelamin, etnis, agama dan sebagainnya. Tujuan dari Tim Studi ini adalah
membebankan tugas kepada setiap tim untuk mereview dengan format dan sheet
yang telah ditentukan.
b. Turmanen
Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam turnamen.
Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah-langkah berikut:
1) menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya; 2) membentuk
kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa; 3)
menentukan setiap anggota dari masing-masing kelompok berdasarkan kesetaraan
kemampuan akademik, jadi ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok
yang terdiri dari siswa-siswa pandai, dan dan turnamen yang khusus untuk
kelompok-kelompok siswa yang lemah secara akademik.
Format yang diterapkan adalah : 1) memberikan kartu-kartu yang telah
dinomori (misalnya dari 1-30) kepada setiap kelompok; 2) memberi pertanyaan
pada setiap kartu sebelum dibagikan pada siswa; 3) membuat lembar jawaban yang
juga sudah dinomori; 4) membagikan sati amplop pada masing-masing tim yang
berisi kartu-kartu, lembar pertanyaan dan lembar jawaban; 5) menginstruksikan
siswa untuk membuka kartu; 6) menunjuk pemegang nomor tertinggi untuk
membacakan pertanyaan terlebih dahulu; 7) mengarahkan siswa pertama untuk
mengambil sebuah kartu dari amplop dan membacakan nomornya, lalu siswa
kedua (yang memiliki lembar pertanyaan) membaca pertanyaan dengan keras, lalu
siswa pertama menjawab pertanyaan etrsebut, kemudian siswa ketiga (yang
memiliki lembar jawaban) menginformasi apakah jawabannya benar atau salah; 8)
menggunakan aturan jika jawaban benar, maka siswa pertama mengambil kartu itu,
namun jika jawabannya salah, maka siswa kedua dapat membantu menjawabnya.
Jika benar, kartu tetap mereka pegang. Namun, jika tetap salah, kartu itu harus
dibuang.
c. Scoring
Scoring dilakukan untuk semua tabel turnamen. Setiap pe,ain bisa
menyumbangkan 2 hingga 6 poin kepada Tim Studinya masing-masing. Poin Tim
Studi akan ditotal secara keseluruhan.
Dengan demikian, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh yang merupakan karakteristik dari TGT,
yaitu:
a. Mengajar (Teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas
atau kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
b. Belajar Kelompok (Team Study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru
menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen
menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah
bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok
yang salah dalam menjawab.
c. Permainan (Game Tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok
yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua
anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan
kelompok.
d. Penghargaan kelompok (Team Recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan.
2. Langkah-langkah Tipe Teams Games Tournament
Menurut Slavin (2009: 166-167) langkah-langkah model TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan
kelompok (team recognition). Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tahapan-
tahapan dalam model pembelaran TGT sebagai berikut:
a. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas.
Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru
menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada
tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus
dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta
berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa
bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik.
Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan
mempresentasikan jawaban di depan kelas.
b. Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5
siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami
materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat
turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan
jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan
pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan
menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang
bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota
kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan
mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
c. Game (Permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota
kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan
oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di
meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor
pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta.
Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta
teman sekelompoknya.
d. Tournament (Turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen
diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen
dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi,
dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan
setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja
1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan
sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2,
dan seterusnya. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-
soal yang disediakan mewakili kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari
semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi,
guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang
lebih mudah untuk anak yang kurang.
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih
tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama,
sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang
yang tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai
dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
1) Cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama.
Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik
kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan
nomor tersebut pada lembar permainan
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian
mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu
membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu.
Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar mereka siap
ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I
(siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban
pembaca atau melewatinya.
3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka
penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika
penantang I melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya
pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang
atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II
memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca
serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya.
Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban
penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah
dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi
kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi
pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang
yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai
waktu yang ditentukan guru.
5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah
meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen
selanjutnya dilakukan oleh guru. Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke
lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk
menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh
anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.
Bila skor dasar dalam hal ini skor rata-rata nilai sebelum kuis/kerja tim =
x dan nilai kuis/kerja tim = y maka kriteria penyekoranya untuk kerja tim adalah
sebagai berikut:
y < (x-10) Skornya 5
(x-10) < y < x Skornya 10
x < y < (x + 10) Skornya 20
(x+10) < y Skornya 30
y berharga maksimum Skornya 30
Kalau misalnya dalam pembelajaran dilakukan 3 games maka setelah
kegiatan/games 3 selesai kartu benar yang dikumpulkan anggota kelompok
dijumlahkan dan dimasukkan dalam kolom total. Untuk mengisi kolom poin
turnamen dipakai aturan sebagai berikut:
Jumlah total yang terkecil diberi poin 20
Yang menengah diberi poin 40 dan
Yang terbesar diberi poin 60 (Slavin, 1995)
e. Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok.
Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut:
Tabel 2.2
KriteriaPenghargaan Tim
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40
45
50
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
(Sumber: Slavin, 2009: 175)
1. Tahap Implementasi
a. Kegiatan Guru
1) Apersepsi; bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang pernah
dialami atau dikenal siswa;
2) Memotivasi peserta didik bahwa menulis puisi itu mudah;
3) Presentasi kelas yaitu penyajian materi yang dilakukan di awal pembelajaran
disertai penyampaian tujuan pembelajaran berkaitan dengan puisi yaitu dari
pengertian, ciri, jenis, dan unsur puisi;
4) Pembagian tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah kemudian siswa bergabung di
kelompok;
5) Menyajikan media kartu kata dan menjelaskan cara menulis puisi dengan
memberikan contoh mendata puisi berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu
kata;
6) Memberikan tugas yang akan dibahas bersama kelompok dengan membagikan
kartu kata dan kelompok mengerjakan tugas tersebut dengan saling bertanya
jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;
7) Membimbing dan mengarahkan siswa saat melaksanakan games tournament;
8) Guru dapat memberikan penghargaan berupa reward (hadiah) atau pujian dan
motivasi;
9) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat terhadap keberhasilan peserta didik;
10) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dan
meluruskan kesalahan pemahaman;
11) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan
pelajaran;
12) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
b. Kegiatan Siswa
1) Mendengarkan penyajian materi berkaitan dengan puisi yaitu dari pengertian,
ciri, jenis, dan unsur puisi;
2) Bergabung dengan tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah;
3) Memperhatikan penyajian media kartu kata dan penjelasan cara menulis puisi
berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu kata;
4) Menerima tugas yang dan membahas bersama kelompok dengan saling
bertanya jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;
5) Games atau permainan yang dimainkan di atas meja turnamen dengan jumlah
siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda untuk setiap meja;
6) Turnamen yaitu berlangsungnya games yang dipersiapkan. Pembentukan
turnamen ini berdasarkan prestasi siswa sebelumnya secara homogen,
misalnya tiga siswa berprestasi tinggi berada pada meja turnamen 1, tiga siswa
yang berprestasi sedang berada pada meja turnamen 2, dan tiga siswa yang
berprestasi rendah berada pada meja turnamen 3;
7) Siswa melakukan turnament dengan mendata pilihan kata yang sesuai untuk
selanjutnya dideskripsikan berdasarkan kata yang ada di kartu kata dan setiap
anggota turnament berkompeten menyumbangkan idenya;
8) Siswa kembali ke tim asal untuk mendeskripsikan kata yang terdapat dalam
kartu kata menjadi larik puisi yang menarik dengan pilihan kata yang sesuai;
9) Penghargaan tim berdasarkan rata-rata skor tim yang telah dihitung melalui
poin turnamen.
2. Penilaian Pembelajaran Menulis Puisi
Menurut Effendi (2007: 1.4) penilaian adalah usaha sadar menentukan kadar
keberhasilan atau keindahan suatu karya sastra. Nurgiyantoro (2012: 5)
mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar
pencapaian tujuan. Dengan demikian, penilaian adalah proses untuk mengetahui atau
menguji apakah suatu kegiatan atau suatu proses kegiatan dan sebuah program telah
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dengan kata lain kadar pencapaian ujuan
belum dapat diketahui apabila belum diadakan penilaian.
Salah satu penilaian tersebut adalah portofolio yang merupakan koleksi atau
kumpulan rekaman berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan siswa selama
jangka waktu tertentu. Portofolio dapat memberikan gambaran perkembangan
kompetensi siswa dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, karya atau tagihan siswa dapat
dikoleksi dalam satu file secara kronologis. Dengan demikian, portofolio dapat
bermanfaat bagi siswa untuk melakukan penilaian diri (self assesment) untuk melihat
kelemahan dan kekurangannya.
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pedoman penilaian menulis
puisi dengan menggunakan acuan dari buku Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi (Nurgiyantoro, 2012: 58), yang telah dimodifikasi. Penialaian dalam
puisi ini memiliki keterbatasan pada aspek yang di nilai dan pemberian skor. Penilaian
di sesuaikan dengan kemampuan siswa tingkat SMP khusunya kelas VIII. Penilaian
ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan menulis puisi siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Ketungau Tengah. Pedoman penilaian menulis puisi siswa dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 2.3
KriteriaPenilaian Hasil Pembelajaran Menulis Puisi No Aspek yang
Dinilai
Skor Kategori Deskriptor
1 Diksi 25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika menggunakan kata-kata yang tepat
dan sesuai dengan situasi yang dihadapi
Jika menggunakan kata-kata tepat dan
cukup sesuai dengan situasi yang dihadapi
Jika menggunakan kata-kata yang cukup
tepat tetapi kurang sesuai dengan situasi
yang dihadapi
Jika menggunakan kata-kata kurang tepat
dan kurang sesuai dengan situasi yang
dihadapi
2 Gaya Bahasa 25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika menggunakan majas yang menarik
dan citraan yang bervariatif
Jika penggunaan majas menarik dan
citraan cukup bervariatif
Jika penggunaan majas cukup menarik
dan citraan kurang bervariatif
Jika penggunaan majas kurang menarik
dan citraan kurang bervariatif
3 Kesesuaian
judul dan tema
dengan isi
puisi
25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika antara judul, tema, dan isi puisi
terdapat keseuaian
Jika antara judul, tema, dan isi puisi
cukup sesuai
Jika antara judul, tema, dan isi puisi
kurang sesuai
Jika antara judul, tema, dan isi puisi
kurang sesuai
4 Makna 25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika isi puisi terangkai dengan baik dan
tercipta makna yang dipahami
Jika isi puisi terangkai dengan cukup baik
dan makna dapat dipahami
Jika isi puisi terangkai dengan kurang
baik dan makna agak kabur
Jika isi puisi terangkai dengan kurang
baik dan makna sulit dipahami
Skor Maksimal 100
Sumber: Nurgiyantoro (2012: 482)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Bentuk Penelitian
1. Metode Penelitian
Menurut Anggoro (2007: 1.1) ―Metode penelitian adalah cara atau upaya yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara
sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah.‖ Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2010: 72) ―Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk mendekripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.‖ Data kualitatif disajikan dalam
bentuk pernyataan kata-kata atau gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan dalam
bentuk penjelasan dengan kata-kata atau tulisan (Sukmadinata, 2010: 94).
Penulis memilih penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena
dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan keadaan mengenai kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan model koperatif tipe Teams Games Tournament.
Dari pengumpulan data mengenai proses pembelajaran, kemampuan, dan respon
akan diperoleh data kualitatif yaitu gambaran secara umum mengenai pelaksanaan,
hasil dan respon. Data tersebut pada lembar observasi, hasil tes, dan hasil wawancara.
2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2012:
12) mendefinisikan ―Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik
pembelajaran.‖ Sedangkan menurut Asrori (2007: 6), ―PTK merupakan suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih
berkualitas.‖ Adelman (Sukmadinata, 2010: 142) ―Penelitian tindakan merupakan
suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir
reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam kegiatannya.‖
Penulis menggunakan bentuk PTK karena penelitian tindakan kelas bertujuan
untuk menjawab permasalahan yang terdapat di dalam kelas tersebut dengan
melakukan sebuah tindakan kelas. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas,
penulis akan terjun langsung dalam suasana pembelajaran yang sesungguhnya,
sehingga dapat memahami segala kemungkinan yang akan terjadi di kelas.
Untuk lebih jelasnya mengenai tahap-tahap penelitian ini dapat peneliti
jelaskan sebagai berikut.
a. Siklus I
1) Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut:
a) Melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal
dan keadaan kelas penelitian,
b) Menyusun silabus dan rencana pembelajaran (RPP),
c) Menyusun instrumen berupa lembar amatan guru dan siswa, lembar tes
dan kriteria penilaian serta lembar wawancara, dan
d) Menyusun skenario pembelajaran dan mempersiapkan prosedur
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament.
2) Pelaksanaan (action) atau Skenario Pembelajaran
Tahap ini merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang sesuai
dengan skenario atau rencana pembelajaran.
a) Pendahuluan
1) Apersepsi; bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang
pernah dialami atau dikenal siswa;
2) Memotivasi peserta didik bahwa menulis puisi itu mudah;
3. Kegiatan Inti
1) Presentasi kelas yaitu penyajian materi yang dilakukan di awal
pembelajaran disertai penyampaian tujuan pembelajaran berkaitan
dengan puisi;
2) Pembagian tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat
kemampuan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
kemudian siswa bergabung di kelompok;
3) Menyajikan media kartu kata dan menjelaskan cara menulis puisi
dengan memberikan contoh mendata puisi berdasarkan kata yang
terdapat dalam kartu kata;
4) Memberikan tugas yang akan dibahas bersama kelompok dengan
membagikan kartu kata dan kelompok mengerjakan tugas tersebut
dengan saling bertanya jawab, apabila mengalami kesulitan dapat
bertanya pada guru;
5) Games atau permainan yang dimainkan di atas meja turnamen dengan
jumlah siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda untuk
setiap meja.
6) Turnamen yaitu berlangsungnya games yang dipersiapkan.
Pembentukan turnamen ini berdasarkan prestasi siswa sebelumnya
secara homogen, misalnya tiga siswa berprestasi tinggi berada pada
meja turnamen 1, tiga siswa yang berprestasi sedang berada pada
meja turnamen 2, dan tiga siswa yang berprestasi rendah berada pada
meja turnamen 3.
7) Siswa melakukan turnament dengan mendata pilihan kata yang sesuai
untuk selanjutnya dideskripsikan berdasarkan kata yang ada di kartu
kata dan setiap anggota turnament berkompeten menyumbangkan
idenya;
8) Siswa kembali ke tim asal untuk mendeskripsikan kata yang terdapat
dalam kartu kata menjadi larik puisi yang menarik dengan pilihan
kata yang sesuai;
9) Perhitungan poin yang diperoleh siswa selama mengikuti turnamen
yaitu perolehan skor dijumlahkan setiap hasil anggota timnya dan
dibagi dengan jumlah anggota tim;
10) Penghargaan tim berdasarkan rata-rata skor tim yang telah dihitung
melalui poin turnamen. Guru dapat memberikan penghargaan
berupa reward (hadiah) atau pujian dan motivasi.
11) Memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap
keberhasilan peserta didik;
12) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
dan meluruskan kesalahan pemahaman.
4. Kegiatan Penutup
1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau
simpulan pelajaran;
2) Memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.
3) Pengamatan (observing)
a) Pengamatan tindakan fokus pada mengamati dua tahap yaitu menulis
puisi menggunakan tipe Teams Games Tournament dan keaktifan
bekerjasama dengan model kooperatif saat pembelajaran oleh siswa
sesuai skenario pembelajaran,
b) Pengamatan juga terarah melihat kemampuan guru menerapkan langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament,
c) Mengamati respon dan tanggapan siswa terhadap kegiatan menulis puisi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament, dan
d) Mengamati rancangan tindakan dan pelaksanaan tindakannya pada setiap
siklus, melihat hambatan dan kemajuan belajar atau kemampuan menulis
puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament.
4) Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan
persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Tahapan ini adalah tahapan
untuk menguji dan memproses data yang diperoleh pada saat dilakukan
observasi tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada saat refleksi adalah
sebagai berikut:
a) Melakukan evaluasi tindakan dalam pembelajaran,
b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tindakan dan
skenario pembelajaran yang telah dilakukan,
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian Menurut Arikunto (2012: 46) ―Subjek penelitian adalah sesuatu baik itu benda
maupun orang yang diteliti sebagai sumber data penelitian.‖ Subjek penelitian ini
dipilih satu kelas saja, sebab merupakan sebuah penelitian tindakan kelas. Jadi,
subjek penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Ketungau Tengah dan Guru Bahasa Indonesia kelas VIII A. Alasan
pemilihan subjek penelitian ini adalah bahwa pada kelas VIII A adalah kelas yang
bermasalah dalam menulis puisi. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara
dengan guru bidang studi. Kemudian dipertimbangkan, nilai rata-rata siswa kelas
VIII A paling rendah diantara semua kelas VIII, sehingga kelas VIII A dipilih
sebagai subjek penelitian yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 19 siswa laki-laki dan
17 siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 38), ―Pengertian objek penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.‖ Objek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
variabel bebas dan variabel terikat yaitu kemampuan menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2009: 193) mengemukakan ―Pengumpulan data berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.‖ Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya.
Nurgiyantoro (2012: 93) mengemukakan ―Observasi merupakan cara untuk
mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan
terencana.‖ Objek yang dimaksud dapat berwujud orang (peserta didik),
kegiatan, keadaan, benda, dan lain-lain. Observasi dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung untuk melihat penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam upaya
meningkatkan kemampuan menulis puisi. Observasi juga dilakukan untuk
melihat aktivitas siswa selama pembelajaran yaitu melihat ketertarikan,
antusiasme dan seberapa jauh bisa membantu siswa untuk lebih mudah menulis
puisi.
b. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran adalah teknik pengumpulan data untuk menguji
subjek untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan butir-butir soal atau instrumen soal. Nurgiyantoro (2012: 105)
mengemukakan ―Tes merupakan pengumpulan informasi yang dilakukan lewat
pemberian seperangkat tugas, latihan atau pertanyaan yang harus dikerjakan
oleh peserta didik yang sedang dites.‖ Tes ini berupa tes tertulis dalam bentuk
hasil kerja siswa menulis puisi. Adapun teknik ini digunakan untuk mengetahui
perubahan hasil pembelajaran siswa. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti
dalam pengambilan data ini dengan menyiapkan bahan tes, pedoman penilaian,
serta mengolah data dari hasil kegiatan tersebut. Tes digunakan untuk mengukur
sejauh mana hasil belajar siswa menulis puisi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.
2. Alat Pengumpulan Data Sugiyono (2009: 305) menyatakan bahwa ―Instrumen penelitian adalah ―alat
yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya.‖ Adapun alat pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mendeskripsikan serangkaian kejadian
penting yang akan diamati selama proses tindakan kelas. Anggoro (2007: 5.20)
mengemukakan ―Format obervasi berupa check list berisikan serangkaian daftar
kejadian penting yang akan diamati.‖ Aktivitas siswa diukur dengan
menggunakan skala Guttman. Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya Yakin – tidak yakin,
ya – tidak, setuju – tidak setuju, dan lain sebagainya. Skala Guttman dapat
dibuat dalam bentuk check list.
Pada lembar observasi ini peneliti fokuskan pada pelaksanaan penggunaan
model pembelajaran koopetaif tipe Teams Games Tournament dalam
pembelajaran menulis puisi selama proses belajar berlangsung. Ketika
pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan
memberi tanda cek pada daftar kejadian. Disediakan pula kolom-kolom kososng
untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu atau untuk menambah
kejadian penting yang belum ada dalam daftar.
b. Lembar Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui tingkat penyerapan materi yang
diajarkan pada siswa. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes essay atau tes uraian
menulis puisi. Sukmadinata (2010: 223) mengemukakan ―Tes uraian adalah
butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau
pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran
peserta tes.‖ Butir soal tipe uraian hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas
(kadang-kadang juga harus disertai dengan beberapa ketentuan dalam menjawab
soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya harus dipirkan oleh peserta tes. Setiap
peserta tes dapat memilih, menghubungkan dan menyampaikan gagasannya
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dengan pengertian ini maka akan
segera kelihatan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak dilakukan
secara objektif.
Kelebihan tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar
yang kompleks. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran
kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan
sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan
keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan
dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya. Sedangkan
kelemahannya adalah reliabilitas rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta
tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel diuji ulang beberapa
kali. Untuk menyelesaikan tes uraian dengan baik harus menyediakan waktu
cukup banyak.
D. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009: 335) ―Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi‖. Proses ini dilakukan dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah teknik analisis
data model Miles dan Huberman. Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2009: 337)
bahwa ―Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.‖
Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada Gambar 3.2 .
Gambar 3.2
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
(Sugiyono, 2009: 338)
Penjelasan dari Gambar 3.2 adalah sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan
Data
Display Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat atau merekam interaksi yang
terjadi selama proses pembelajaran menulis puisi atau pengumpulan hasil observasi
pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament..
2. Display Data/Penyajian Data
Melalui sajian ini, data yang sudah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa
bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah dimengerti. Data yang
ada dijabarkan dan ditafsirkan, kemudian diperbandingkan persamaan dan
perbedaannya. Berbagai macam data perlu dinarasikan memudahkan pemahaman
sehingga mudah untuk menarik kesimpulan. Data yang terkumpul kemudian
disajikan dalam bentuk narasi yang selanjutnya dideskripsikan.
Hasil data yang diperoleh dianalisis sebagai acuan untuk menarik kesimpulan
berdasarkan semua yang terdapat dalam reduksi maupun sajian data. Dari setiap
siklus akan dikumpulkan data yang sifatnya kualitatif deskriptif seperti hasil
observasi dan lembar kerja siswa akan dicari persentase setiap siklus kemudian
menarik kesimpulan.
Cara menganalisis data yaitu dengan menghitung perolehan nilai siswa dan
persentase peningkatan hasil belajar siswa yaitu dengan rumus:
Nilai Akhir =
X%=
Keterangan:
X% = Persentase yang dicapai
∑n = Skor yang diperoleh
∑N = Jumlah Subjek (Ali, 2013: 184)
Setelah didapat data hasil perhitungan persentase maka dimasukkan pada skala
empat untuk mengetahui daya serap siswa seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
PenentuanKriteria dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Empat
Interval Persentase Tingkat
Penguasaan Kategori Nilai Keterangan
86 – 100 A Baik sekali
76 – 85 B Baik
56 – 75 C Cukup
10 - 55 D Kurang
Sumber: (Nurgiyantoro, 2012: 253)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan Sebelum memberikan implementasi tindakan kepada siswa di kelas, peneliti
menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ini, peneliti dan guru akan melakukan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pembelajaran menulis puisi,
dengan menggunakan model Teams Games Tournament. Waktu pembelajaran dalam
satu kali pertemuan adalah 2 x 40 menit. Rencana tindakan yang dilakukan oleh
peneliti pada siklus pertama adalah sebagai berikut:
3) merancang pembelajaran dengan menggunakan model Teams Games Tournament
dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Mula-mula siswa diajak
berdiskusi tentang puisi dan unsur-unsurnya. Selanjutnya siswa diberikan materi
menulis puisi dengan memperkenalkan penggunaan model Teams Games
Tournament;
4) menyiapkan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat
pembelajaran yaitu kartu kata yang akan membantu siswa saat pelaksanaan games
tournament;
5) menyiapkan instrumen yang berupa kartu kata, lembar pedoman pengamatan,
lembar kerja siswa, dan lembar wawancara; dan
6) membagi tim siswa secara heterogen berdasarkan hasil belajar menulis puisi
sebelumnya yang telah dilakukan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia.
b. Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Penerapan model Teams Games Tournament dalam kegiatan pembelajaran
menulis puisi adalah pada kegiatan pendahuluan, peneliti memberikan apersepsi
dan motivasi yaitu siswa diajak berdiskusi tentang puisi dan unsur-unsur
pembentuknya. Kegiatan inti, peneliti memberikan presentasi kelas yaitu
menjelaskan langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan kartu kata.
Peneliti membagi tim siswa yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti
menjelaskan tahap-tahap menulis puisi dengan menggunakan kartu kata dimulai
dengan memahami kata kunci, kemudian mengaitkan kata kunci tersebut dengan
diksi yang menarik.
Tahap elaborasi peneliti memberikan tugas kepada setiap tim untuk menulis
puisi berdasarkan kartu kata yang dibagikan. Selanjutnya peneliti menjelaskan
langkah-langkah model Teams Games Tournament kepada siswa. Siswa
diarahkan untuk melakukan game turnamen bedasarkan tingkat kemampuan yang
homogen, artinya perwakilan setiap tim maju mengikuti turnamen berdasarkan
tingkat kemampuannya. Saat pelaksanaan turnamen ini, setiap perwakilan tim
asal diminta untuk mendeskripsikan kata kunci yang dipilih secara acak hingga
semua peserta turnamen mendapatkan bagian yang sama. Setelah menyelesaikan
turnamen, siswa diminta kembali ke tim asal untuk mendiskusikan puisi
berdasarkan hasil deskripsi kata kunci yang telah dibahas saat turnamen. Pada
tahap ini, peneliti menghitung poin yang diperoleh siswa selama turnamen yaitu
kemampuan siswa mendeskripsikan kata kunci dengan menarik akan diberikan
poin masing-maisng hingga mendapatkan penghargaan tim.
Peneliti mengkondisikan kelas untuk memberikan umpan balik berupa
tanya jawab dan meluruskan hal-hal yang belum dipahami siswa berdasarkan
hasil menulis puisi. Refleksi pembelajaran dilakukan dengan memberikan
kesimpulan hasil pembelajaran menulis puisi pada hari itu dan jalannya tindakan
pembelajaran menggunakan model Teams Games Tournament. Selanjutnya di
akhir pertemuan, peneliti menginformasikan tes individu menulis puisi pada
pertemuan berikutnya.
b. Refleksi
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat atau merekam interaksi
yang terjadi selama proses pembelajaran menulis puisi atau pengumpulan hasil
observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Data yang
dikumpulkan saat pelaksanaan proses pembelajaran adalah data catatan
lapangan. Data tes dikumpulkan saat evaluasi, dan data respon siswa
dikumpulkan saat melakukan wawancara pada akhir pelaksanaan siklus
penelitian.
2) Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan memilah data yang kurang
mendukung penelitian. Data yang dipakai adalah data yang mendukung untuk
menjawab masalah penelitian dipergunakan sesuai dengan fokus penelitian.
Masalah penelitian pertama berkaitan dengan penerapan model Teams Games
Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, reduksi data ini yaitu berupa
data observasi yang digunakan untuk melihat kegiatan pengajaran guru pada
pelaksanaan siklus, serta aktivitas siswa pada proses pembelajaran dalam
penerapan model Teams Games Tournament pada pelaksanaan siklus.
Masalah penelitian kedua berkaitan dengan peningkatan kemampuan
siswa menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament, reduksi
data ini yaitu berupa data tes menulis puisi yang terdiri dari empat aspek
penilaian berupa aspek diksi (pilihan kata), aspek gaya bahasa, aspek kesesuaian
judul, tema, dan isi, serta aspek makna. Masalah penelitian ketiga berkaitan
dengan respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi menggunakan model
Teams Games Tournament, reduksi data ini berupa data wawancara dari
responden yang dilakukan pada akhir siklus atau akhir pembelajaran dan
wawancara yang digunakan sebagai refleksi guru pada proses pengajaran pada
pelaksanaan siklus.
3) Penyajian Data
Pada penyajian data ini peneliti menyajikan data proses pembelajaran
yaitu berupa data observasi dan data hasil evaluasi pembelajaran menulis puisi
menggunakan model Teams Games Tournament berupa data tes.
Data observasi proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan
model Teams Games Tournament pada siklus I dari catatan lapangan yang telah
diuraikan berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran dapat diketahui guru sudah cukup baik menggunakan model
Teams Games Tournament dan siswa sudah menunjukkan keaktifannya dalam
pembelajaran menulis puisi. Siswa begitu semangat untuk mencoba
menggunakan model Teams Games Tournament dalam praktik menulis puisi
walaupun masih ada yang terlihat bingung. Hal ini disebabkan sebelumnya
siswa belum pernah menggunakan model tertentu dalam praktik menulis puisi.
Hasil tes siswa menulis puisi setelah mendapatkan implementasi tindakan
siklus I mendapatkan hasil yang cukup baik berdasarkan setiap aspek menulis
puisi. Perolehan semua aspek dalam puisi siswa, rata-rata hitung untuk aspek
diksi dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 17,92 atau 71,68%. Rata-rata
hitung untuk aspek gaya bahasa dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai
15,42 atau 61,68%. Aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa
memperoleh rata-rata 18,75 atau 75%. Aspek makna dalam puisi siswa
mencapai skor rata-rata 13,75 atau 55%. Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang
diamati dalam puisi siswa di akhir siklus I sebesar 65,83.
Aspek yang terlihat belum mampu dikuasai siswa dalam menulis puisi
adalah aspek makna dan gaya bahasa. Berdasarkan hasil kerja siswa menulis
puisi banyak ditemukan puisi yang kurang sesuai maknanya karena terlihat
siswa hanya menuliskan untaian diksi yang menurutnya menarik tetapi kurang
memperhatikan kekohesifan atau kepaduan antarlariknya. Misalkan saja di larik
pertama siswa menuliskan tentang suatu keadaan yang mengembirakan, namun
pada larik berikutnya tiba-tiba berubah menjadi suatu kesedihan yang
menguraikan air mata. Hal ini tentu bertentangan dan tidak dapat dipahami
makna yang ingin disampaikan sebenarnya tentang kegembiraan atau kesedihan.
Aspek gaya bahasa juga demikian halnya, banyak hasil kerja siswa yang
dirasa masih mengambang gaya bahasanya. Artinya tidak jelas gaya bahasa
membandingkan kata konkret yang digunakan karena isinya juga tidak jelas
mengarah pada tema yang ditulis. Imajinasi siswa terlihat masih kurang kreatif
yaitu belum dapat memunculkan khayalan bagi pembacanya. Hal ini
dikarenakan pemahaman siswa yang masih kurang dan kurang konsentrasinya
saat menulis puisi. Susunan kata yang siswa gunakan cenderung menggunakan
bahasa sehari-hari sehingga kurang terlihat adanya gaya bahasa khas puisi yang
menarik dengan menggunakan majas perumpamaan, perbandingan.
Pada aspek diksi dan aspek kesesuaian judul, tema, dan isi menulis puisi
terlihat sudah cukup mampu dikuasai oleh siswa. Pilihan kata yang digunakan
siswa terlihat cukup cermat artinya hanya beberapa siswa yang menggunakan
pemborosan kata karena kata yang satu sudah menjelaskan suatu maksud tetapi
kata berikutnya yang digunakan mempunyai maksud yang sama. Pada aspek
kesesuian judul, tema, dan isi terlihat sudah cukup dipahami siswa karena
mampu fokus pada tema yang ditulisnya hanya saja pada larik-lariknya terlihat
ada yang kurang padu. Namun secara umum isinya masih membahas tema yang
dimaksudkan. Dengan demikian, perolehan nilai akhir rata-rata kelas secara umum yang
diperoleh siswa pada siklus I ini berdasarkan hasil tes kelompok yaitu 71,67 dan
hasil tes individu 65,83 adalah 68,75 termasuk pada kategori cukup. Artinya siswa
sudah cukup mampu menulis puisi berdasarkan aspek menulis puisi. Namun
kelemahan yang masih terlihat pada siklus I ini yaitu pada penggunaan gaya
bahasa dan makna yang kurang diperhatikan oleh siswa karena siswa hanya
menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya dengan pilihan kata yang sudah
cukup menarik tetapi kurang mencermati keterpaduan makna yang tercipta dan
gaya bahasa yang akan memudahkan pembaca untuk memahami puisinya
tersebut.
4) Kesimpulan
Dari reduksi data dan penyajian data peneliti menarik kesimpulan bahwa
dari data observasi dan data tes pada siklus I sudah cukup baik. Setelah
diadakan perlakuan tindakan dengan menggunakan model Teams Games
Tournament pada siklus I, hal-hal positif yang terjadi bahwa penggunaan model
Teams Games Tournament dalam kegiatan praktik menulis puisi dapat
memberikan kesenangan, memudahkan dan dapat mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi siswa dalam praktik menulis puisi. Selain itu, siswa merasa
penggunaan model Teams Games Tournament ini sangat menarik dan dapat
menambah kemampuannya dalam menulis puisi karena menjadikan siswa lebih
memahami tahap menulis puisi yang baik dari diskusi tim dan adanya turnamen
yang dapat melatih kemampuan siswa. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi juga dapat dilihat dari
skor rata-rata hitung hasil kerja siswa menulis puisi setelah menggunakan model
Teams Games Tournament. Jumlah nilai rata-rata hitung yang dicapai siswa
sebelum menggunakan model Teams Games Tournament adalah 56,5 dan
setelah menggunakan model Teams Games Tournament pada siklus I rata-rata
hitung akhir puisi siswa dari hasi tes kelompok dan individu menjadi 68,75 Jadi,
skor rata-rata puisi siswa mengalami peningkatan sebesar 12,25 dari hasil
sebelum menggunakan model Teams Games Tournament.
Namun, dari hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
bersama guru, dalam menerapkan penggunaan model Teams Games
Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, ada beberapa hal yang perlu
ditingkatkan. Pertama, terkait dengan proses pembuatan puisi, di antaranya
siswa mengalami kendala dalam berkonsentrasi saat menulis puisi, selain itu
masih ada siswa yang belum memahami bagaimana cara penggunaan model
Teams Games Tournament. Kedua, pada implementasi tindakan siklus II,
peneliti dan guru juga akan memfokuskan pada peningkatan pemilihan kata,
penggunaan gaya bahasa kias, dan makna. Hal ini dilakukan agar aspek-aspek
yang diamati dalam puisi dapat meningkat dengan optimal.
Berdasarkan kesimpulan hasil refleksi siklus I diketahui bahwa perolehan
nilai rata-rata akhir siklus I dari hasil tes kelompok dan individu yaitu 68,75
terlihat masih belum mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditentukan yaitu
70. Berdasarkan ketuntasan hasil akhir menulis puisi siklus I yaitu 61,11% juga
terlihat belum mencapai indikator keberhasilan pembelajaran. Sesuai yang
ditargetkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yaitu setidak-
tidaknya 85% dari jumlah siswa sudah tuntas, maka suatu pembelajaran akan
berhasil. Berdasarkan permasalahan yang perlu ditingkatkan tersebut,
1) Pembahasan
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dalam
Pembelajaran Menulis Puisi
Penerapan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi
berdasarkan catatan hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
menjadi semakin baik dan optimal dengan
digunakannya model Teams Games Tournament. Siswa menunjukkan keaktifannya
dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa begitu semangat untuk menggunakan model
Teams Games Tournament dalam praktik menulis puisi. Siswa sudah mampu menulis
puisi dengan tenang dan konsentrasi dengan imajinasi dan daya kreatifitas mereka
masing-masing.
Pada siklus I, awalnya saat guru mulai memasuki materi mengenai puisi, siswa
terlihat ada yang kurang tertarik dengan materi terkait puisi. Namun, saat guru
menjelaskan bahwa dalam penulisan puisi kali ini akan menggunakan model Teams
Games Tournament dengan kartu kata yang ada turnamen dan penghargaan timnya,
maka siswa terlihat lebih antusias dengan mampu menghargai dan memperhatikan
guru. Memasuki proses pembelajaran, setelah menyajikan materi dan menjelaskan
mengenai pilihan kata dalam puisi berdasarkan kartu kata, guru menugaskan siswa
untuk memahami kata kunci pada kartu kata. Saat bekerja sama bersama tim ini, tidak
semua siswa aktif mendiskusikan kartu kata yang dibagikan, ada yang hanya
memperhatikan saja sambil bergurau di tim.
Pelaksanaan game turnamen siklus I, terlihat ada siswa yang belum paham aturan
saat melaksanakan game turnamen karena kebingungan saat turnamen. Pada tahap ini
guru kurang begitu memperhatikan keadaan siswa karena guru juga terlihat kurang
mampu menguasai kelas terhadap setiap kelompok turnamen. Seelah turnmaen selesai,
siswa kembali ke tim asal untuk menulis puisi, terlihat siswa masih ada yang kurang
aktif di tim karena hanya diam saja. Selanjutnya penghargaan tim yang diberikan guru
berupa pujian kepada tim yang mendapatkan skor tinggi dan tetap memberikan
motivasi untuk tim yang lainnya.
Untuk menguji pemahaman siswa, guru mengadakan tanya jawab. Awalnya siswa
terlihat malu dan ragu-ragu untuk bertanya, tetapi dengan motivasi tepuk tangan bagi
yang mau bertanya dan menanggapi pertanyaan, siswa terlihat menunjukkan
keaktifannya bertanya jawab. Saat refleksi guru kurang membimbing siswa untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai hasil pembelajaran. Hal ini tentu menjadikan
siswa kurang terlibat saat merefleksikan hasil pembelajaran.
Hasil catatan lapangan siklus I dapat disimpulkan bahwa secara umum guru
sudah mampu menerapkan modelnya sesuai dengan rancangan pembelajaran, namun
saat pelaksanaannya diharapkan untuk lebih optimal lagi agar hasilnya semakin baik.
Rencana pembelajaran yangdirancang oleh guru perlu difokuskan lagi pada model yang
digunakan agar siswa paham. Siswa terlihat sangat antusias melaksanakan game
turnamen, namun keantusiasan ini membuat kelas menjadi kurang terkendali karena
banyak yang ribut. Secara umum model Teams Games Tournament sudah mampu
menarik minat siswa untuk menulis puisi.
2. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
a. Siklus I
1) Dari segi pilihan kata/ diksi
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk
mencapai keefektifan dalam penulisan suatu puisi. Dalam puisi hasil karya
siswa secara umum sudah mulai menggunakan diksi yang efektif dan estetis.
Skor maksimal aspek diksi yaitu 25 dan skor yang mampu dicapai oleh siswa
pada siklus I ini yaitu 17,92. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup
paham memilih kata-kata yang tepat yaitu kata-kata yang sesuai dengan situasi
yang sedang dihadapi atau dirasakan.
Berdasarkan hasil kerja siswa pada aspek diksi, secara umum setiap kata
perkata sudah mulai terangkai dengan baik dan memiliki makna. Baris demi
baris dalam setiap baitnya sudah cukup mendukung dan mempunyai arti. Kata-
kata yang digunakan cukup mampu menimbulkan asosiasi pembaca namun
masih ada juga yang menggunakan kata yang berlebihan. Melalui pilihan kata
yang digunakan, pembaca dapat turut merasakan peristiwa yang terjadi dan ikut
merasakan suasana dari puisi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa sudah mulai
dapat menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan situasi yang digambarkan.
d. Dari segi gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai
kepuitisan. Suatu puisi dapat dikatakan puitis apabila memiliki keaslian ucapan,
sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti
yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Gaya bahasa dalam puisi
mengkiasakan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain agar tercipta
sebuah gambaran yang jelas, lebih menarik dan membuat lebih hidup. Skor
maksimal aspek gaya bahasa adalah 25 dan skor yang mampu dicapai siswa
pada siklus I ini adalah 15,42. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum
memahami penggunaan gaya bahasa yang menyangkut citraan dalam sebuah
puisi.
Berdasarkan hasil puisi yang ditulis siswa, sudah terdapat penggunaan
gaya bahasa kias, namun belum bervariasi karena hanya menggunakan bahasa
kias berjenis personifikasi. Citraan penglihatan sudah ditemukan pada beberapa
hasil siswa walaupun gaya bahasanya maish sangat sederhana. Citraan
pendengaran masih jarang ditemukan karena kebanyakan menggunakan citraan
penglihatan saja. Melalui gaya bahasa tersebut pembaca sudah dapat memiliki
sugesti atau gambaran peristiwa yang terjadi kepada suasana atau hal yang
dikisahkan di dalam puisi. Namun, kebanyakan siswa menggunakan bahasa kias
yang mubazir pada baris puisinya. Artinya makna yang telah diungkapkan
dengan bahasa kias personofokasi diungkapkan lagi dengan kata-kata konkret
sehingga ditemukan dua jenis kata yang memiliki makna yang sama.
e. Dari segi keseuaian judul, tema dan isi
Kesesuian judul, tema, dan isi puisi merupakan ide utama yang
dimaksudkan oleh penulis. Apakah ia benar-benar fokus pada perasaannya atau
hanya asal tulis saja. Melalui kesesuaian judul, tema, dan isi ini akan terlihat
kekuatan curahan perasaan penulis yang menunjukkan ekspresinya terhadap
suatu keadaan yang sedang dihadapi atau dialami. Skor maksimal untuk aspek
ini adalah 25 dan skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan siklus
I yaitu 18,75. Hal ini menunjukkan siswa mampu mengekspresikan perasaannya
yang terlihat dari is puisi yang fokus tertuju pada suatu masalah atau keadaan
yang benar-benar pernah dialami. Berdasarkan hasil puisi siswa, secara umum
puisi-puisi tersebut sudah sudah menggunakan judul yang sesuai dengan isi
puisi, yakni menceritakan tentang suatu keadaan yang dalam hal ini juga sesuai
dengan tema yang ditentukan sesuai dengan perasaan penulis.
f. Dari segi makna
Setiap baris dalam masing-masing bait memiliki keterkaitan yang saling
mendukung makna. Antara bait pertama, kedua dan ketiga terjalin
kesinambungan makna. Bait pertama sebagai pembuka, bait kedua sebagai
klimaks dan ditutup dengan bait ketiga. Melalui kata-kata yang digunakan,
citraan dan bahasa kias pendukung, pembaca dapat memahami isi dari puisi
tersebut. Pembaca juga diajak untuk ikut merasakan peristiwa dan kepedihan
yang di alami oleh tokoh di dalam puisi. Hal ini berarti bahwa puisi memiliki
makna yang jelas.
Skor maksimal untuk aspek makna adalah 25 dan skor yang dicapai siswa
pada siklus I ini yaitu 13,75. Perolehan skor ini menunjukkan masih kurangnya
keterkaitan makna yang saling mendukung pada setiap baris puisi yang ditulis
siswa. Berdasarkan hasil menulis puisi siswa, kebanyakan siswa terlihat hanya
menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya saja, tetapi kurang
memperhatikan kepaduan atau keterkaitan makna yang tercipta pada setiap
baris puisinya.
Contohnya pada baris pertama siswa menggambarkan tentang suatu
fenomena keindahan dengan ekspresi yang dituangkan pada diksi untuk
mengisyaratkan suatu menggembirakan seperti ―Cerah bersinar memancarkan
cahaya‖. Namun pada baris berikutnya siswa menggambarkan keadaan yang
sangat menyedihkan seperti ―Kabut hitam tebal bersanding dengan awan yang
kelam‖. Kedua baris puisi ini jelas tidak memiliki kesinambungan, hari yang
sedang cerah tiba-tiba menjadi kelam dalam seketika tanpa ada penyebabnya.
Hal ini jelas sulit ditemukan makna yang sebenarnya ingin disampaikan penulis
mengenai keadaan menggembirakan atau menyedihkan.
Berdasarkan pembahasan semua aspek manulis puisi yang diperoleh siswa
pada akhir siklus I dengan skor rata-rata puisi hasil kerja individu siswa 65,83 dan
hasil kerja kelompok 71,67 diperoleh hasil akhir 68,75 menunjukan hasil yang
cukup baik dan jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya tanpa menggunakan
model Teams Games Tiurnament menggambarkan adanya peningkatan. Untuk lebih
jelasnya mengenai perolehan aspek menulis puisi dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Aspek Menulis Puisi Siklus I
Rata-rata hitung untuk aspek diksi dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai
17,92. Rata-rata hitung untuk aspek gaya bahasa dalam puisi siswa di akhir siklus I
mencapai 15,42. Aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa memperoleh rata-
rata 18,75. Aspek makna dalam puisi siswa mencapai skor rata-rata 13,75. Aspek
yang terlihat belum mampu dikuasai siswa dalam menulis puisi adalah aspek makna
dan gaya bahasa. Sedangkan aspek diksi dan aspek kesesuaian judul, tema, dan isi
menulis puisi terlihat sudah cukup mampu dikuasai oleh siswa.
Dengan demikian, siswa sudah cukup mampu menulis puisi berdasarkan aspek
menulis puisi. Namun kelemahan yang masih terlihat pada siklus I ini yaitu pada
penggunaan gaya bahasa dan makna yang kurang diperhatikan oleh siswa karena
siswa hanya menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya dengan pilihan kata yang
sudah cukup menarik tetapi kurang mencermati keterpaduan makna yang tercipta
dan gaya bahasa yang akan memudahkan pembaca untuk memahami puisinya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana tindakan siklus II adalah
sebagai berikut:
0
5
10
15
20
Diksi Gaya Bahasa Judul & Tema Makna
17.92 15.42
18.75
13.75
Nilai Rata-rata Aspek Menulis Puisi Siklus I
1) Peneliti dan guru menentukan materi dan lembar kerja siswa yang nantinya akan
diberikan kepada siswa;
2) Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat pembelajaran yang
kartu kata;
3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar catatan lapangan dan
lembar kerja siswa;
4) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan saat pembelajaran. Pembelajaran
dimulai dengan menanyakan kesulitan yang dialami siswa, mengajak siswa untuk
lebih meningkatkan konsentrasi saat menemukan ide-ide dan menuliskannya ke
dalam tulisan berbentuk puisi, mengajak siswa untuk lebih tenang agar tercipta
suasana kelas yang kondusif pada saat game turnamen proses penulisan puisi.
Selanjutnya, siswa diminta untuk membuat puisi dengan teliti.
b. Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Implementasi tindakan pada silus II, kegiatan pendahuluan sebagai bentuk
apersepsi dan motivasi, peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa terkait
penggunaan model Teams Games Tournament dengan kartu kata dalam
penulisan puisi. Siswa diajak untuk mendiskusikan kesulitan yang mereka
hadapi saat menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament.
Bagian mana yang dirasa masih membingungkan bagi siswa.
Peneliti menjelaskan lagi langkah-langkah menulis puisi dengan
menggunakan kartu kata dan langkah-langkah pelaksanaan model Teams Games
Tournament dengan lebih memperhatikan kata kunci yang ada pada kartu kata.
Pada saat pelaksanaan turnamen, siswa diminta untuk lebih tenang agar tercipta
suasana kelas yang kondusif untuk proses menulis puisi saat bekerja sama dan
saat turnamen. Siswa difokuskan untuk memahami kartu kata dengan
memusatkan pikiran dan konsntrasi mereka, sambil memikirkan diksi yang
menarik terkait dengan kata kunci yang ada pada kartu kata. Dengan siswa
memahami langkah ini, maka siswa akan lebih paham saat pelaksanaan
turnamen sehingga kelas tidak ribut lagi karena siswa paham apa yang akan
dilakukan saat turnamen.
Setelah turnamen, siswa kembali ke tim asal untuk berdiskusi menemukan
ide-ide yang dikembangkan menjadi puisi. Siswa bekerja sama mengisi data-
data yang terdapat pada kartu kata dengan tujuan untuk mempermudah siswa
dalam proses penulisan puisi. Siswa mengembangkan data-data yang ada pada
kartu kata menjadi puisi. Peneliti menghitung skor perolehan dan menentukan
penghargaan tim.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan pembelajaran pertemuan kedua diawali dengan pemberian
motivasi dari peneliti dengan memberikan pujian dan motivasi terhadap hasil
kerja siswa menulis puisi sebelumnya. Peneliti kembali menanyakan kesulitan
yang masih dialami siswa dalam menulis puisi dan meluruskan segala
kekeliruan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Peneliti memberikan
tanya jawab singkat dengan siswa mengenai materi puisi untuk kembali
mengingatkan siswa akan aspek menulis puisi agar siswa lebih cermat dan
kreatif menulis puisi.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kartu kata kepada setiap siswa
dan peneliti memotivasi siswa untuk mendapatkan hasil terbaik dalam menulis
puisi. Siswa memulai tes dengan mencermati kata kunci yang terdapat pada
kartu kata yang dipegang oleh setiap siswa. Berdasarkan kata kunci tersebut,
siswa mendata pilihan kata yang sesuai untuk menggambarkan kata kunci.
Selanjutnya siswa mendeskripsikan pilihan kata yang disusun menjadi larik-
larik puisi pada baris puisi yang menarik.
Saat tes siswa menulis puisi, peneliti tetap mengarahkan siswa untuk benar-
benar mengerjakan tugas dan mengkondisikan siswa untuk tidak ribut agar dapat
berkonsentrasi. Selama proses tes berlangsung, peneliti tetap memberikan
motivasi dan dorongan kepada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri
siswa. Setelah waktu pelaksanaan tes habis, sswa diminta mengumpulkan hasil
menulis puisinya. Kegiatan dilanjutkan dengan bertanya jawab mengenai
kesulitan belajar atau kendala yang dialami siswa saat menulis puisi. Kegiatan
pembelajaran menulis puisi pertemuan kedua pada hari itu diakhiri dengan
kesimpulan pembelajaran dan ucapan terima kasih kepada siswa yang bersedia
mengerjakan tugas dengan baik.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang
dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang
sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh
peneliti. Instrumen pengamatan diisi oleh observer atau pengamat yaitu guru Bahasa
Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah, sementara peneliti
bertindak sebagai guru yang mengajar menggunakan model Teams Games
Tournament.
Dari hasil pengamatan, kegiatan praktik menulis puisi pada siklus II
menunjukkan adanya sikap positif. Siswa tetap bersemangat dalam praktek menulis
puisi dengan menggunakan model Teams Games Tournament. Di awal pertemuan
siklus II, salah satu siswa yang bertugas hari itu membuka pelajaran dengan
mengucap salam, membaca doa dan menyampaikan harapan dari pertemuan hari itu.
Guru juga kembali menanyakan kabar siswa sebelum memulai proses belajar
mengajar. Guru melakukan tanya jawab untuk mengawali proses belajar mengajar yaitu
terkait penggunaan model Teams Games Tournament dalam proses penulisan puisi.
Beberapa siswa menjawab dengan saling berteriak dan mengatakan menyukai
penggunaan model Teams Games Tournament. Namun ada juga siswa yang menjawab
bahwa menulis puisi memang sulit. Guru menanyakan kendala yang dihadapi siswa
dalam proses penulisan puisi. Siswa terlihat merespon pertanyaan dengan
mengemukakan kesulitannya yaitu kurang memahami aturan turnamen, kesulitan
menentukan diksi yang menarik dan menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan
makna puisi yang dimaksudkan karena sulit konsentrasi.
Setelah siswa terlihat lebih santai, guru mengajak siswa mengingat kembali
materi tentang unsur dan ciri-ciri puisi kemudian menyajikan kartu kata dan
menjelaskan pilihan kata yang sesuai dengan kata kunci pada kartu kata tersebut
untuk selanjutnya dirangkai menjadi contoh puisi yang menarik perhatian siswa
yaitu mengenai masa remaja. Dengan contoh puisi tersebut, suasana kelas dapat
terkendali yaitu siswa terlihat tertarik dan fokus mengamati kata kunci dan pilihan
katanya.
Tahap proses pembelajaran, guru meminta siswa membentuk tim sesuai
dengan tim sebelumnya dan siswa terlihat lebih semangat bergabung dengan tim
karena akan diadakan game turnamen. Guru memberikan tugas kelompok seperti
sebelumnya dengan membagikan kartu kata pada setiap kelompok untuk dipahami
dan disikusikan sebagai persiapan mengikuti game turnamen. Siswa telihat semangat
bekerj sama dengan tim karena mereka sudah lebih memahami pelaksanaan game
turnamen dengan menentukan pilihan kata yang sesuai dengan kata kunci. Pada
pelaksanaan game turnmaen, siswa menunjukkan kenatusiasannya menjawab soal
yaitu menentukan pilihan kata yang menarik dari kata kunci yang dipilih secara
acak.
Pada saat pelaksanaan game turnamen ini, guru terlihat memperhatikan
keadaan siswa dengan menjadi fasilitator agar setiap kelompok turnamen melakukan
turnamen dengan baik dan adil dan tentunya tidak ribut. Guru meninjau ke setiap
kelompok turnamen untuk mengendalikan jalannya turnmaen. Siswa juga terlihat
semakin terkendali saat pelaksanaan game turnamen karena siswa tidak bingung lagi
dan paham apa yang harus dijawab dan dikerjakan saat turnamen. Setelah turnamen,
siswa kembali ke tim asal untuk menulis puisi berdasarkan pilihan kata yang
ditentukan siswa saat turnamen. Siswa terlihat sudah dapat bekerja sama dengan
aktif bersama tim dengan daya imajinasi dan kreatifitas mereka karena sudah dapat
memahami langkah menulis puisi dengan pilihan kata dari kata kunci. Sementara
siswa menulis puisi bersama tim, guru menghitung skor perolehan siswa saat
turnamen. Setelah waktu berdiskusi cukup, guru dan siswa menghitung skor yang
sebelumnya telah direkap oleh guru dan siswa menunjukkan keterlibatannya secara
aktif hingga pemberian skor tim yang disambut antusias dengan tepuk tangan oleh
siswa.
Proses belajar mengajar pada hari itu berlangsung dengan cepat dan
menyenangkan. Pada saat waktu menunjukkan bahwa jam pelajarn kurang 15 menit,
guru meminta dua orang siswa untuk membacakan hasil karya mereka. Sebelum
pelajaran berakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi siswa dan guru
dalam membantu penelitian tersebut. Peneliti juga memohon maaf apabila selama
penelitian berlangsung melakukan kesalahan dan terdapat kekurangan. Proses
belajar mengajar hari itu ditutup langsung oleh guru dengan membaca doa bersama
Selesai berdoa bersama, guru, siswa dan peneliti saling bersalaman. Di akhir
pertemuan, peneliti mengajak siswa untuk berfoto bersama sebagai kenang-
kenangan.
g. Refleksi
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat atau merekam interaksi
yang terjadi selama proses pembelajaran menulis puisi atau pengumpulan hasil
observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Data yang
dikumpulkan saat pelaksanaan proses pembelajaran adalah data catatan
lapangan. Data es dikumpulkan saat evaluasi, dan data respon siswa
dikumpulkan saat melakukan wawancara pada akhir pelaksanaan siklus
penelitian.
2) Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan memilah data yang
mendukung penelitian. Data yang dipakai adalah data yang mendukung untuk
menjawab masalah penelitian dipergunakan sesuai dengan fokus penelitian.
Masalah penelitian pertama berkaitan dengan penerapan model Teams Games
Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, reduksi data ini yaitu berupa
data observasi yang digunakan untuk melihat kegiatan pelaksanaan siklus dan
aktivitas siswa pada proses pembelajaran dalam penerapan model Teams Games
Tournament pada pelaksanaan siklus.
Masalah penelitian kedua berkaitan dengan peningkatan kemampuan
siswa menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament, reduksi
data ini yaitu berupa data tes menulis puisi yang terdiri dari empat aspek
penilaian berupa aspek diksi (pilihan kata), aspek gaya bahasa, aspek
kesesuaian judul, tema, dan isi, serta aspek makna. Masalah penelitian ketiga
berkaitan dengan respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi
menggunakan model Teams Games Tournament, reduksi data ini berupa data
wawancara dari responden yang dilakukan pada akhir siklus atau akhir
pembelajaran dan wawancara yang digunakan sebagai refleksi guru pada proses
pengajaran pada pelaksanaan siklus.
3) Penyajian Data
Pada penyajian data ini peneliti menyajikan data proses pembelajaran
yaitu berupa data observasi dan data hasil evaluasi pembelajaran menulis puisi
menggunakan model Teams Games Tournament berupa data tes.
Data observasi proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan
model Teams Games Tournament pada siklus II berdasarkan catatan lapangan
hasil observasi yang telah diuraikan, diketahui bahwa pada siklus II siswa
terlihat tetap aktif dan antusias dalam pembelajaran. Siswa menunjukkan
adanya kerja sama antaranggota tim dan pelaksanaan turnamen terlihat sangat
menyenangkan bagi siswa. Siswa sudah mampu menulis puisi dengan tenang
dan konsentrasi dengan imajinasi dan daya kreatifitas mereka masing-masing.
Siswa tampak begitu menikmati proses pembelajaran yang dirasa berlangsung
dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model Teams Games
Tournament dapat membantu siswa menciptakan kerja sama yang baik dan saling
menghargai pendapat untuk menulis puisi sehingga hasil yang dicapai juga
semakin meningkat.
Penyajian data hasil tes menulis puisi mengalami peningkatan pada setiap
aspeknya. Skor rata-rata aspek pilihan kata atau diksi dalam puisi siswa di akhir
pertemuan siklus II meningkat menjadi 20,69 jika dipersentasekan sebesar
82,76%. Skor rata-rata aspek gaya bahasa dalam puisi siswa di akhir pertemuan
juga meningkat menjadi 19,58 jika dipersentasekan sebesar 78,32%. Skor rata-
rata aspek kesesuaian judul, tema dan isi dalam puisi siswa meningkat menjadi
21,80 jika dipersentasekan sebesar 87,20%. Skor rata-rata aspek makna dalam
puisi siswa menjadi 18,75 atau 75%. Skor rata-rata keseluruhan aspek yang
diamati dalam puisi siswa pada siklus II pertemuan terakhir adalah sebesar
80,83.
Berdasarkan hasil menulis puisi siklus II ini menunjukkan semua aspek
menulis puisi sudah mencapai skor yang baik untuk setiap nilai rata-rata hitung
dan persentasenya. Siswa sudah dapat mencermati setiap pilihan kata yang
digunakan sehingga terlihat lebih padat makna dan cermat penggunaannya.
Gaya bahasa yang digunakan siswa berdasarkan hasil kerja menulis puisi siklu
II ini juga semakin baik dari sebelumnya. Siswa mampu berimajinasi dengan
penuh konsentrasi hingga tercipta gaya bahasa yang menarik yang dapat
membuat pembaca seolah-olah juga melihat dan merasakan apa yang
diuatarakan dalam puisi tersebut. Gaya bahasa majas juga sudah terlihat lebih
baik karena lebih jelas penggunaannya dalam puisi. Aspek kesesuaian tema,
judul, dan isi semakin mengalami peningkatan yang lebih baik yaitu kepaduan
setiap bait puisi yang sesuai dengan tema dan isi yang dibahas mengenai suatu
tema yang tentukan siswa. Selanjutnya pada aspek makna juga terlihat semakin
baik karena siswa lebih cermat memperhatikan kepadatan makna kata yang
digunakan dan kepaduan antarlarik puisi sehingga dapat dipahami maknanya.
Dengan demikian, perolehan nilai akhir rata-rata kelas secara umum yang
diperoleh siswa pada siklus II ini dari hasil rata-rata tes kelompok 85 dan rata-
rata tes individu 80,83 adalah 82,92 sudah menunjukkan hasil yang baik.
Setelah siswa melakukan implementasi praktik menulis puisi dengan model
Teams Games Tournament, siswa lebih paham menulis puisi menggunakan
pilihan kata yang sesuai, gaya bahasa yang menarik, kesesuaian tema, judul, dan
isi, serta makna yang tersirat pada puisi yang dibuatnya. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan menulis puisi siswa semakin baik pada setiap
siklusnya.
4) Kesimpulan
Dari reduksi data dan penyajian data peneliti menarik kesimpulan bahwa
dari data observasi dan data tes pada siklus II sudah baik dan optimal. Setelah
adanya implementasi tindakan-tindakan mulai dari siklus I sampai siklus II,
penggunaan model Teams Games Tournament dalam praktik menulis puisi
menunjukkan dapat membantu siswa untuk lebih paham menulis puisi.
Penggunaan model Teams Games Tournament membuat siswa lebih semangat
belajar dan pembelajaran lebih efektif karena tidak perlu berkali-kali
mengulangi penjelasan karena siswa melakukan kerja sama bersama tim.
Dengan kerja sama tim, siswa lebih mudah paham dan dapat menentukan
bersama pilihan kata yang sesuai dengan kata kunci sesuai dengan imajinasi dan
daya kreativitas masing-maisng kemudian dibahas bersama. Siswa
menunjukkan keantusiasannya menanggapi pembelajaran menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament.
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi terlihat dari puisi
yang dihasilkan siswa hingga akhir siklus II. Nilai rata-rata hitung akhir yang
diperoleh siswa pada akhir siklus I sebesar 68,75. Selanjutnya siklus II siswa
terlihat semakin paham dengan skor rata-rata hitung akhir puisi siswa sebesar
82,92. Jadi, peningkatan skor akhir puisi siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
14,17.
Penggunaan model Teams Games Tournament dalam praktek menulis
puisi juga dapat diterima oleh siswa sesuai dengan tanggapan siswa yang
menyatakan bahwa model Teams Games Tournament sangat menyenangkan untuk
pembelajaran menulis puisi karena membuat siswa sungguh-sungguh belajar agar
siap saat game turnamen yang sangat menarik minat dan perhatian siswa. Dilihat
dari hasil kerja siswa dalam praktik menulis puisi, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Teams Games Tournament mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam praktik menulis puisi. Hal ini berdasarkan skor yang
selalu meningkat setelah implementasi tindakan.
Berdasarkan kesimpulan hasil refleksi siklus II diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata akhir
siklus II yaitu 82,92 terlihat sudah mencapai nilai ketuntasan yang ditentukan yaitu 70.
Berdasarkan ketuntasan hasil akhir menulis puisi siklus II yaitu 97,22% juga terlihat sudah
mencapai indikator keberhasilan pembelajaran yaitu lebih 85% dari jumlah siswa sudah
tuntas, maka pembelajaran ini sudah berhasil. Berdasarkan hasil tersebut, maka penelitian ini
berhasil di siklus II
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan secara umum bahwa
kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun
pelajaran 2013/2014 dapat ditingkatkan dengan menggunakan model Teams Games
Tournament. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil observasi, hasil tes dan hasil wawancara
yang berdasarkan perumusan masalah yang diteliti sebagai berikut.
1. Penerapan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menjadi semakin baik dan optimal
dengan digunakannya model Teams Games Tournament. Siswa menunjukkan
keaktifannya dalam pembelajaran menulis puisi. Proses belajar mengajar berlangsung
menyenangkan dengan model Teams Games Tournament. Siswa menunjukkan adanya
kerja sama antaranggota tim dan pelaksanaan turnamen terlihat sangat menyenangkan
bagi siswa. Siswa sudah mampu menulis puisi dengan tenang dan konsentrasi dengan
imajinasi dan daya kreatifitas mereka masing-masing.
2. Peningkatan kemampuan siswa menulis puisi menggunakan model Teams Games
Tournament berdasarkan hasil tes akhir dari hasil tes kelompok dan individu kemudian
dibagi dua menunjukkan peningkatan yang sangat baik dari nilai rata-rata yang
diperoleh siswa siklus I adalah 68,75. Respon siswa dalam pembelajaran menulis puisi
menggunakan model Teams Games Tournament berdasarkan hasil wawancara siswa
menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang baik dan dampak yang positif.
Dampak positif tersebut berupa peningkatan kemampuan siswa menulis puisi yang
terlihat dari nilai yang diperoleh siswa sudah diatas nilai ketuntasan minimal. Selain
mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi, penggunaan model Teams
Games Tournament juga mampu memberikan kesenangan, gairah dan semangat siswa
dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan uraian pembahasan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di
kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021, maka peneliti
memberikan masukan atau saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa Siswa diharapkan untuk lebih mampu mengembangkan potensi dan keterampilannya
secara optimal khususnya kemampuan menulis puisi menggunakan model Teams Games
Tournament.
2. Bagi Guru
Penggunaan model Teams Games Tournament dapat menjadi salah satu
alternatif model pembelajaran bagi guru untuk mampu berinovasi dengan baik sesuai
dengan perkembangan kebutuhan mengajar saat ini dengan menekankan pada fungsi
guru sebagai pengusung gagasan, inovatif dan motivator atau dengan kata lain
membentuk guru menjadi guru yang kreatif.
3. Bagi Sekolah
Penggunaan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis
puiis dipandang dapat menjawab kebutuhan siswa ke arah tersebut sehingga pihak
sekolah diharapkan mampu untuk terus memahami karakteristik siswa sehingga dapat
memprogramkan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan
siswa.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Peningkatan kemampuan menulis puisi menggunakan model Teams Games
Tournament yang sederhana dan dapat digunakan secara lazim dalam pembelajaran.
Maka harapan peneliti agar para peneliti selanjutnya mampu memunculkan ide-ide
atau gagasan kreatif yang dekat dengan lingkungan siswa sehingga dapat menjadi
sebuah model pembelajaran baru yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.2013. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.
Ambarjaya, B. S. 2012. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik.
Yogyakarta: CAPS.
Anggoro, M. T. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S, Suhardjono, Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asrori, M. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Effendi, A, dkk. 2007. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka.
Huda, Miftahu. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif; Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Lie, A. 2008. Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nurgiyantoro, B. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Nurholis. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament. [Online].Tersedia:
http://nurholishomeedukasi.blogspot.com / 2013 / 04 / kelebihan-dan-kekurangan-
tgt.html. (31 Maret 2014).
Pradopo, R. D. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prihatin, E. 2008. Konsep Pendidikan. Bandung: Karsa Mandiri Persada.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I (Pertemuan Pertama)
Sekolah : SMP Negeri 1 Ketungau Tengah
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas /Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam
puisi bebas
Kompetensi Dasar : 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan
pilihan kata yang sesuai
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 1 x Pertemuan )
Indikator : 1. Mampu menemukan kata kunci yang akan dijadikan bahan
untuk menulis puisi
2. Mampu mendeksripsikan kata kunci menjadi larik puisi yang
menarik
3. Mampu menyusun puisi dengan pilihan kata yang tepat
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menemukan kata kunci yang akan dijadikan bahan untuk menulis puisi
2. Siswa mampu mendeskripsikan kata kunci menjadi larik-larik puisi yang menarik
dengan menggunakan pilihan kata dan majas yang sesuai
3. Siswa mampu menyusun larik-larik puisi menjadi sebuah puisi yang menarik dengan
pilihan kata yang tepat.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (respect)
Tekun (diligence)
B. Materi Pembelajaran
1. Definisi puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang
terkandung dalam karya sastra itu. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun
maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif yang
mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Puisi meupakan bentuk ungkapan perasaan dan pemikiran pengarangnya dimana
pengarang memiliki hak penuh terhadap puisi tersebut, baik dari segi isi maupun
tipografinya. Sebuah puisi akan memunculkan karakternya sendiri, sebagaimana
karakter yang dimiliki pengarangnya.
2. Ciri-ciri puisi
Lampiran 2
a. Ciri fisik puisi
1) Diksi (Pemilihan Kata) yaitu kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan
pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan,
baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata
lain dalam baris dan baitnya.
a) Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah
mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman,
kesan, imajinasi, dan sebagainya.
b) Kata-kata berlambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda,
ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi
kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang
Pramuka.
2) Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan adanya imajinasi tersebut, pembaca seolah-
olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
3) Kata konkret untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus
diperkonkret atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka
pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan
penyair.
4) Bahasa Figuratif (Majas) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain.
Dalam penggunaannya, majas diciptakan untuk menimbulkan kesan imajinatif
bagi penyimak atau pembicaranya.
5) Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi yang berselang, baik di dalam larik
puisi maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Di samping rima, dikenal
pula istilah ritma, yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat
dalam bait-bait puisi.
6) Tata Wajah (Tipografi) merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan
prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan
membentuk bait.
b. Ciri batin puisi
1) Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya.
Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah
yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi.
2) Perasaan yaitu puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi
perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau
pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau sang Khalik.
3) Nada dan Suasana yaitu dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu
terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek,
menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.
4) Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-
kata yang disusun, dam juga berada di balik tema yang diungkapkan.
3. Jenis-jenis Puisi
a. Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke
dalam beberapa macam, yakni balada dan romansa.
a. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun
tokoh pujaan.
b. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang
berisi kisah percintaan, yang deselingi perkelahian dan petualangan.
b. Puisi lirik terbagi ke dalam beberapa macam misalnya elegi, ode, dan serenada.
1) Elegi adalah puisi yang mengungkapkan persaan duka..
2) Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang, sesuatu hal, atau
sesuatu keadaan.
3) Serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.
c. Cara menulis puisi
a. Tentukanlah pengalaman paling menarik yang bisa ditulis menjadi puisi. Galilah
terus pengalaman-pengalaman menarik dalam hidup sebagai bahan penyusunan
puisi.
b. Tuliskanlah pengalaman-pengalaman itu ke dalam baris-baris puisi dengan
menggunakan kata-kata yang tepat dan padat.
c. Pilihlah kata-kata yang memiliki makna kias atau konotatif yang bisa menjadi
simbol atau lambang dari hal-hal yang diceritakan dalam puisi tersebut.
d. Berlatihlah terus-menerus untuk menulis puisi yang baik.
C. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
D. Skenario Kegiatan Pembelajaran (80 menit)
1. Pendahuluan (5 menit)
a. Apersepsi; guru meminta peserta didik mencermati sebuh puisi dan bertanya
jawab tentang proses penyusunan puisi yang pernah dialami atau dikenal siswa;
b. Memotivasi; guru memotivasi peserta didik bahwa menulis puisi itu mudah dan
dapat dilakukan siapapun dan memberikan keterangan tentang pilihan kata yang
sesuai pada puisi;
3. Kegiatan Inti (65 menit)
a. Eksplorasi (15 menit)
1) Presentasi kelas yaitu penyajian materi yang dilakukan di awal pembelajaran
disertai penyampaian tujuan pembelajaran berkaitan dengan puisi yaitu dari
pengertian, ciri, jenis, dan unsur puisi;
2) Pembagian tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah kemudian siswa bergabung di
kelompok;
3) Menyajikan media kartu kata dan menjelaskan cara menulis puisi dengan
memberikan contoh mendata puisi berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu
kata;
b. Elaborasi(40 menit)
1) Memberikan tugas yang akan dibahas bersama kelompok dengan membagikan
kartu kata dan kelompok mengerjakan tugas tersebut dengan saling bertanya
jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;
2) Games atau permainan yang dimainkan di atas meja turnamen dengan jumlah
siswa yang masing-masing mewakili tim.
3) Turnamen yaitu berlangsungnya games yang dipersiapkan. Pembentukan
turnamen ini berdasarkan prestasi siswa sebelumnya secara homogen,
misalnya tiga siswa berprestasi tinggi berada pada meja turnamen 1, tiga siswa
yang berprestasi sedang berada pada meja turnamen 2, dan tiga siswa yang
berprestasi rendah berada pada meja turnamen 3.
4) Siswa melakukan turnament dengan mendata pilihan kata yang sesuai untuk
selanjutnya dideskripsikan berdasarkan kata yang ada di kartu kata dan setiap
anggota turnament berkompeten menyumbangkan idenya;
5) Siswa kembali ke tim asal untuk mendeskripsikan kata yang terdapat dalam
kartu kata menjadi larik puisi yang menarik dengan pilihan kata yang sesuai;
6) Perhitungan poin yang diperoleh siswa selama mengikuti turnamen yaitu
perolehan skor di turnamen dijumlahkan setiap hasil anggota timnya dan
dibagi dengan jumlah anggota tim;
7) Penghargaan tim berdasarkan rata-rata skor tim yang telah dihitung melalui
poin turnamen. Guru dapat memberikan penghargaan berupa reward (hadiah)
atau pujian dan motivasi.
c. Konfirmasi (15 menit)
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat terhadap keberhasilan peserta didik;
2) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dan
meluruskan kesalahan pemahaman.
4. Penutup (10 menit)
a. Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan
pelajaran;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
E. Sumber, Alat, dan Media Belajar
1. Sumber Belajar
a. Prasetyo, Andi. 2013. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII semester 2.
Jakarta: CV. Sindhunata (Fokus).
b. Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV. Yrama
Widya.
c. Teks/Naskah puisi
2. Alat
a. Spidol
b. Penghapus
c. Papan tulis
3. Media Belajar
a. Kertas manila
b. Kartu kata
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Instrumen
Mampu mendata objek
yang akan dijadikan
bahan menulis puisi
Menulis puisi dengan
menggunakan pilihan
kata yang tepat
Tugas
kelompok
dan
individu
Tes tertulis
dan uraian
bebas
Tulislah sebuah puisi
berdasarkan tipe Teams
Games Tournament dengan
pilihan kata yang tepat!
Suntinglah puisimu
sehingga menjadi lebih
puitis!
CONTOH KARTU KATA YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
KARTU KATA
Kata yang terdapat di kartu kata:
1. Hujan
2. Rintik
3. Pohon
4. Jalan
5. Akar
Kata-kata hasil deskripsi berkaitan dengan contoh kata-kata tersebut:
1. Hujan bulan Juni
2. Rintik rindunya
3. Pohon berbunga
4. Jalan berlembah
5. Akar menjalar
Perangkaian hasil deskripsi kata menjadi bangunan puisi dengan kegiatan kreatif mengubah ke
dalam larik puisi yang membentuk bait puisi dan menjadi puisi utuh.
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
H U J A
A K A R
P O H O
J A L A
R I N T
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan berlembah itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar menjalar pohon bunga itu
Aspek
1. Diksi
a. Hujan bulan juni; diksi hujan memiliki makna sebenarnya air yang turun dari langit,
tetapi dalam puisi tersebut dimaksudkan untuk suatu perbuatan yang baik.
b. Rintik rindunya; menggunakan diksi untuk mengungkapkan sesuatu yang kecil
seperti percik air, namun banyak seperti rindu yaitu melakukan suatu perbuatan kecil
akan mendapat pahala yang banyak.
c. Pohon berbunga; diksi yang digunakan mengutarakan kehidupan yang baik dan
menjanjikan yaitu apabila sering berbuat baik maka hidup akan senang nantinya.
d. Jalan berlembah itu; diksi yang digunakan untuk mengungkapkan alur kehidupan
yang buruk dan membawa keraguan sebaiknya jangan diteruskan dan segera
diakhiri.
e. Akar menjalar pohon bunga itu; diksi tersebut mengungkapkan awal kehidupan
yang lebih baik yaitu setelah meninggalkan kehidupan yang suram dan mulai
melakukan kebaikan.
2. Gaya Bahasa
a. Kata ‗hujan‘ dan ‗bunga‘ merupakan gaya bahasa perlambang bagi ‗kebaikan‘
ataupun ‗kesuburan‘ dan bunga bermakna ‗keindahan‘.
b. Hujan bulan Juni; menggunakan majas personifikasi untuk mengungkapkan makna
hujan yang berarti hujan memiliki sikap tabah, bijak, dan arif. Sifat-sifat itu biasanya
dimiliki oleh manusia.
c. Hujan bulan juni; menggunakan majas paralelisme yaitu perulangan yang tersusun
dalam baris yang berbeda yaitu pada kata hujan.
2. Kesesuaian judul dan tema dengan isi puisi
Tema pada puisi tersebut yaitu mengangkat tema kemanusiaan. Penyair bermaksud
menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca
bahwa perbuatan baik dapat menghapus hal-hal buruk yang pernah dilakaukan.
Perbuatan baik akan membawa kebahagiaan. Oelh karena itu penyair mengumpamakan
perbuatan baik itu seperi ―Hujan Bulan Juni‖ yang dapat menyejukkan siapa saja.
3. Makna
Makna keseluruhan yang ingin penyair sampaikan dalam puisinya tersirat setelah
membaca keseluruhan isi puisi. Dalam puisi tersebut, penyair menyelipkan makna bahwa
perbuatan baik akan menolong siapa saja dan tidak ada kata terlambat untuk memulai
perbuatan yang baik.
Rubrik penilaian
No Aspek yang
Dinilai Skor Kategori Deskriptor
1 Diksi 25
Sangat Tepat
Jika menggunakan kata-kata yang tepat dan
sesuai dengan situasi yang dihadapi
20
15
10
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika menggunakan kata-kata tepat dan cukup
sesuai dengan situasi yang dihadapi
Jika menggunakan kata-kata yang cukup tepat
tetapi kurang sesuai dengan situasi yang
dihadapi
Jika menggunakan kata-kata kurang tepat dan
kurang sesuai dengan situasi yang dihadapi
2 Gaya Bahasa 25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika menggunakan majas yang menarik dan
citraan yang bervariatif
Jika penggunaan majas menarik dan citraan
cukup bervariatif
Jika penggunaan majas cukup menarik dan
citraan kurang bervariatif
Jika penggunaan majas kurang menarik dan
citraan kurang bervariatif
3 Kesesuaian
judul dan
tema dengan
isi puisi
25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika antara judul, tema, dan isi puisi terdapat
keseuaian
Jika antara judul, tema, dan isi puisi cukup
sesuai
Jika antara judul, tema, dan isi puisi kurang
sesuai
Jika antara judul, tema, dan isi puisi kurang
sesuai
4 Makna 25
20
15
10
Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Jika isi puisi terangkai dengan baik dan
tercipta makna yang dipahami
Jika isi puisi terangkai dengan cukup baik dan
makna dapat dipahami
Jika isi puisi terangkai dengan kurang baik dan
makna agak kabur
Jika isi puisi terangkai dengan kurang baik dan
makna sulit dipahami
Skor Maksimal 100
Sumber: Nurgiyantoro (2012: 482)
Nilai Akhir =
Nanga Merakai, 17 Oktober 2020
Mengetahaui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
ABED NEGO,S.Pd.Mat ERNA SAFITRI,S.Pd
Nip. 196707141990031013