Proposal ptk bahasa indonesia
-
Upload
laila-amru -
Category
Documents
-
view
2.057 -
download
15
Transcript of Proposal ptk bahasa indonesia
PROPOSAL
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heards Together
(NHT) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester II,
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
Kabupaten Malang
Oleh
LAILA AMR’ULIA, S.Pd
PLPG Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional
Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan
merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah.
Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor
yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila
dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan
pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius.
Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya
manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah
pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian
nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangnya dari
pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas
tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola
pembelajaran yang kurang menarik.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup
baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya
kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang
masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah
utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal metode
pengajaran yang digunakan, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti
yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan
itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan
melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktik.
Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru
adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat
aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, sebagian
besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa
kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan
dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di
antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode
mengajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah
penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga
pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif
tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono,
2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan
pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang
mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar
mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan
yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam
menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan
model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih
model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti
model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered
Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor
dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dan mempunyai motivasi dalam
belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang
ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X Smester II, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu
apakah rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep
dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang
dibuat.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada
dalam RPP yang ia buat
b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar
c. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi pada kelas X semester II.
d. Implementasi konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK
Muhammadiyah 7 Gondanglegi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumusnan
masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan
sehingga dapat memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah
7 Gondanglegi?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam
memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7
Gondanglegi.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan motivasi
belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu
yang terkait dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis
1. Bagi siswa
Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga
pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih baik.
2. Bagi guru
Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
BABA II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian Numbered Heads Together
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali
dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para
siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur
tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian
secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2. Langkah-langkah:
Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan
model pembelajaran NHT adalah :
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f) Kesimpulan.
Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan
dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together.
Kelebihan:
a) Setiap siswa menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif
merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam
Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai
dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan
bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila
ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa
siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan
perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
dalam belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
4. Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar.
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut
Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak
didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam
bentuk gerakan psikofisik.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
a) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan
yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
5. Jenis motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental
individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a)Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif
dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat
Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif
dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
b) Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan
motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif
dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa
dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
6. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi
juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan
Mudjiono, 2002:90).
a)Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya
pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran
karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.
b) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena
terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses
belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang
tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia
termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks,
dalam Dimyati, 2002:91).
7. Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi
menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati
mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan
5 tingkatan penting yaitu:
a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan
atau perumahan, pangan.
b) Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik
maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.
c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri,
kesempatan untuk maju.
d) Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.
e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai
kemampuannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki
kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena
berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.
8. Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
a) Tekun menghadapi tugas
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d) Lebih senang bekerja mandiri
e) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
f) Dapat mempertahankan pendapatnya
g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi
yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat
untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam
mengatasi kesulitan belajar.
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah:
a) Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar.
b) Kemampuan belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir,
fantasi.
c) Kondisi siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis.
Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian
belajar siswa, begitu juga sebaliknya.
d) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi
lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya
dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses
belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang
sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-
lain.
f) Upaya guru dalam pembelajaran siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut
dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat
menimbulkan motivasi belajar siswa.
10. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
a) Memberi angka
Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.
b) Hadiah
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut
dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.
c) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.
d) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena
harga dirinya.
e) Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh
hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang
cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.
f) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan
mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan
hasilnya akan terus meningkat.
g) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan
sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi
gairah belajar.
h) Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan
merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
i) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk
belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan
agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar.
j) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu
mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik
baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat
dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan
penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik,
menggunakan berbagai macam metode menggajar.
k) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup
penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari
motivasi dalam penelitian ini adalah :
a) Adanya minat untuk belajar akuntansi
b) Tekun dalam menghadapi tugas
c) Senang memecahkan soal-soal
d) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat dizsimpulkan bahwa: “Penerapan
pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X di
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakanadalah desain PTK Model John
Elliott.
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK
model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin.
Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya
bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan
pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan
guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan
pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa
siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas
mereka?
3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”.
Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam
lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek
pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di
capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam
melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau
adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati
pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para
siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail,
seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa
yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran
mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka
tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?
Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk
membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah
mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik
atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari
tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga
memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan
dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus:
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu
mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto
(1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk
variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek
penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data
tentang variabel yang peneliti akan amati. Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek
penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7
Gondanglegi.
C. Tehknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan
berbicara siswa serta instrument observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan
guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar
dalam kegiatan penelitian.
Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa
selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut
membantu proses pembelajaran
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :
1. Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan
berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik).
2. Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan
rentang skor 0-100.
3. Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan.
D. Instrument pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar
observasi, jurnal dan catatan lapangan.
1. Tes Kemampuan
Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk
menyimak berita dengan baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran telah dicapai.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau
melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa
selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi
oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka
pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan
keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
3. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk
mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini
akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang
tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan
permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Siklus Penelitian menurut John Elliot
1. Siklus Pertama
a. Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti
menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan antara
guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika
hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya
dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X
semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus I, peneliti
melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi
3) Peneliti membagai siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi,
menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X
semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Maka tahapan pembelajaran sesuai
dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya
berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi:
Pertemuan I : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahas
c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi
b) Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
c) Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
Apersepsi
a) Peneliti/guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari mengenai materi
menyimak dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang
disesuaikan dengan materi serta mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang ditunjuk
oleh peneliti/guru.
b) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.
c) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan
menjewabnya.
Penutup
a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran.
b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
c) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
d) Peneliti/guru memberi tugas untuk mempelajarai pembahasan yang akan di bahas
selanjutnya.
e) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan.
c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
d) Peneliti/guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan menyimak siswa.
f) Peneliti/guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai
hasil belajar.
2. Tahap Inti
Whilst Activity
a) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada nomor dari masing-masing kelompok yang
belum menjawab.
b) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
Post Activity
a) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
b) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c) Peneliti/guru menjelaskan secara detail materi Menyimak.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya.
b) Peneliti/guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
d) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam penutup.
c. Observasi Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai
guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar
observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus,
siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang
didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.
Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini
terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat menyimak
berita dengan baik serta bersemangat dalam mengapresiasikannya.
Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together, siswa diberi soal test
formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah
disampaikan.
d. Refeleksi Siklus I
Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together semula adalah untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Bahasa Indonesia dapat
dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7
Gondanglegi. Yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang
dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah:
1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menyimak, maka harus diberikan perhatian khusus
untuk dibimbing dalam menyimak.
2. Siklus Kedua
a. Rencana Tindakan Siklus II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih
menggunakan metode Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus II, peneliti
melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa bagian.
3) Peneliti/ guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas
masing-masing kelompok..
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap menggunakan metode Numbered Heads Together maka tahapan
pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan..
c) Presensi siswa.
d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa.
f) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai
hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre Activity
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi menyimak
b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
Whilst Activity
a) Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi
menyimakdalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang
disesuaikan dengan materi.
b) Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.
Post Activity
a) Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
c) Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan.
c) Presensi siswa.
d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk men.getahui kemampuan menyimak siswa
e) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai
hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre Activity
Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst Activity
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab.
b) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
c) Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.
Post Activity
a) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
b) Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c) Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
c) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.
c. Observasi Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I.
kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi
kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup
antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk
bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan
kemampuan menyimak.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari
pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar
siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa.
d. Refleksi Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode
Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together
harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna
yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap
terpelihara.
F. Teknik Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara
mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata.
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa metode antara lain :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah
mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan
mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
2. Pengukuran test hasil belajar
Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4. Metode dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu:
1. Bilamana siswa lebih paham dalam menyimak wacana berita dari sebelum penelitian
diadakan.
2. Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara
Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas
Terbuka
C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media
Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research.
Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta
Suwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.