Proposal Penelitian Tindakan Kelas · Web viewAnalisis Data 1. Analisis Hasil Pre-Test Tujuan...
Transcript of Proposal Penelitian Tindakan Kelas · Web viewAnalisis Data 1. Analisis Hasil Pre-Test Tujuan...
Laporan Penelitian
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIK LAPANGAN DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP PADA MATA PELAJARAN IPA DIBANDINGKAN DENGAN METODE CERAMAH DAN
TANYA JAWAB PADA KELAS V SD NEGERI 1 SUKABUMI
Disusun oleh :
………………..NIP. …………
SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI I SUKABUMI2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kesulitan paling besar yang dialami para siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPA pada topik ¡°Klasifikasi
Makhluk Hidup¡± adalah kemauan dan kemampuan mereka
dalam mengingat klasifikasi spesies makluk hidup yang sangat
beraneka ragam. Kesulitan ini muncul karena kompetensi dasar
yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran topik
ini adalah siswa mampu menyusun klasifikasi keanekaragaman
hayati (makhluk hidup) yang terdapat pada lingkungan sekitar
mereka. Kemampuan ini harus dimiliki siswa baik menyangkut
klasifikasi tumbuhan maupun hewan.
Kemampuan menyusun klasifikasi makhluk hidup diawali
dengan pemahaman siswa tentang dasar dan macam klasifikasi
dan macam klasifikasi beserta kunci determinasi untuk
mengklasifikasikan keanekaragaman hayati tersebut.
Selanjutnya, para siswa perlu mendapatkan contoh nyata
klasifikasi makhluk hidup yang sudah tersusun. Berdasarkan
pemahaman dan contoh nyata tentang klasifikasi, para siswa
mengikuti praktik lapangan untuk menyusun sendiri klasifikasi
makhluk hidup yang mereka temui di lapangan berdasarkan
kunci determinasi sederhana.
Pelaksanaan praktik lapangan, di samping memberikan
pengalaman nyata dalam menyusun klasifikasi makhluk hidup,
juga dapat menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada
pembelajaran yang hanya bertumpu pada metode ceramah atau
praktik di laboratorium. Melalui pelaksanaan praktik lapangan,
para siswa diperkenalkan pada keragaman hayati yang
sesungguhnya yang terdapat dalam suatu habitat makhluk
hidup. Pemahaman tentang klasifikasi makhluk hidup yang
didapatkan dari teori secara langsung dapat diterapkan untk
menyusun klasifikasi keragaman hayati yang ditemui para siswa
ketika mereka melakukan praktik lapangan. Dengan demikian,
kemauan dan kemampuan mengingat para siswa tentang
klasifikasi makhluk hidup dapat ditingkatkan melalui
pelaksanaan praktik lapangan ini.
B. Perumusan Masalah
Selama ini, pembelajaran mata pelajaran IPA memang
telah mengkombinasikan beberapa metode pengajaran,
misalnya: ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktik di
laboratorium. Namun demikian, beberapa topik pelajaran
tertentu dirasakan kurang memadai bila hanya menggunakan
kombinasi metode-metode pengajaran tersebut. Salah satu topik
yang membutuhkan metode di samping metode-metode
pengajaran yang secara konvensional telah digunakan adalah
topik klasifikasi makhluk hidup. Di samping ceramahm, tanya
jawab, dan praktik di laboratorium, pembelajaran topik klasifikasi
makhluk hidup membutuhkan metode tambahan, yaitu praktik
lapangan.
Rumusan masalah yang dihadapi dalam penggunaan
metode ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan praktik lapangan
terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran
dengan pelaksanaan simulasi di kelas”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian eksperimen dengan menggunakan
metode praktik lapangan adalah untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara pembelajaran dengan menggunakan praktek
lapangan dibanding dengan pelaksanaan simulasi di kelas.
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendesain,
merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran yang
menarik serta mengevaluasi dan menganalis hasil belajar
yang diraih siswa.
2. Meningkatnya kemampuan siswa dalam pencapaian
kompetensi dasar dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup.
3. Menambah khasanah desain, perencanaan, dan
pelaksanaan metode pengajaran, khususnya untu pengajaran
mata pelajaran IPA.
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai ruang lingkup
pada pembelajaran mata pelajaran IPA yang meliputi
perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan
analisis hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada
pembelajaran satu topik mata pelajaran IPA yang diajarkan pada
Kelas V, yaitu: topik Klasifikasi Makhluk Hidup. Kompetensi dasar
yang diharapkan dicapai oleh siswa juga dibatasi pada
penyusunan klasifikasi makhluk hidup yang terdapat pada
lingkungan sekitar.
BAB IIKAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Pengajaran
Pengajaran adalah suatu aktivitas atau proses belajar-
mengajar. Pengajaran berkaitan erat dengan pengembangan
potensi manusia (peserta didik), perubahan, dan pembinaan
dimensi-dimensi kepribadian peserta didik. Karena itu,
melaksanakan pengajaran tidak seperti menyuapi makanan kepada
seorang bayi. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan
sistemik yang terdiri dari banyak komponen yang berjalan secara
teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, dalam pengajaran dibutuhkan suatu pengelolaan
yang disebut pengelolaan pengajaran. Pengelolaan pengajaran
merupakan aktivitas untuk mengatur, melaksanakan, dan
mengendalikan aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan
pengajaran agar tercapai dengan cara yang lebih efektif, efisien,
dan produktif.
Rohani mengemukakan bahwa pengajaran merupakan
perpaduan dua aktivitas, yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas
belajar telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Aktivitas
mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar dan
peserta didik. Agar lalu lintas pengajaran dapat berjalan lancar,
teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada
stagnasi pengajaran maka seorang guru harus mengerti,
memahami, dan menghayati prinsip-prinsip pengajaran, serta
menerapkannya dalam proses pengajaran. Prinsip-prinsip
pengajaran tersebut adalah:
a. Prinsip Aktivitas.
Risk, sebagaimana dikutip Rohani, mengemukakan bahwa mengajar
adalah membimbing pengalaman belajar. Pengalaman akan
diperoleh apabila terdapat keaktifan peserta didik dalam bereaksi
dengan lingkungannya. Guru dapat membantu peserta didik belajar
tetapi tidak dapat belajar untuk peserta didik. Dalam hal ini, guru
hanyalah merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan
bahan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan,
membimbing diskusi, memberikan tugas untuk memecahkan
masalah, menyelenggarakan berbagai percobaan,
menyelenggarakan praktek, karyawisata, dan sebagainya.
b. Prinsip Motivasi
Pengajaran sangat erat berhubungan dengan pemberian motivasi.
Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam pengajaran adalah
bagaimana menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara
efektif. Padahal, motif siswa belajar adalah karena terdorong untuk
mengetahui atau ingin mendapatkan nilai yang baik dalam mata
pelajaran tertentu.
c. Prinsip Individualitas
Sama halnya dengan prinsip belajar, pengajar harus menyadari
bahwa sebagai manusia, tidak dua peserta didik yang sama persis.
Pengajar harus memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai:
(a) sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda; (b) cara belajar
yang berbeda; (c) minat khusus yang berbeda; (d) latar belakang
(keluarga) yang berbeda; (e) membutuhkan bimbingan khusus
dalam menerima pelajaran; dan (f) irama pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda.
d. Prinsip Lingkungan
Lingkungan pengajaran adalah segala sesuatu yang ada di luar diri
individu yang dapat mendukung pengajaran dan dapat difungsikan
sebagai sumber pengajaran dan sumber belajar. Pengajaran yang
tidak memperhatikan prinsip lingkungan akan mengakibatkan
peserta didik tidak dapat beradaptasi dengan kehidupan tempat ia
hidup. Cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran
adalah: (a) membawa peserta didik dalam lingkungan dan
masyarakat untuk keperluan pelajaran, misalnya melalui
karyawisata atau survei; dan (b) membawa sumber-sumber dari
masyarakat ke dalam kelas pengajaran, misalnya mengundang
praktisi atau mengadakan pameran.
e. Prinsip Konsentrasi
Pada saat proses pengajaran berlangsung, guru harus berupaya
agar peserta didik memusatkan perhatian pada bahan pelajaran. Ini
berarti bahwa guru harus dapat: (a) membuat bahan pelajaran agar
mengandung masalah yang menarik peserta didik; (b)
menghubungkan bahan pelajaran dengan masalah dan tugas nyata
yang dapat dikerjakan peserta didik; dan (c) menghubungkan
bahan pelajaran dengan bidang kegiatan tertentu dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Prinsip Kebebasan
Kebebasan di sini bukanlah kebebasan anarkis atau
totalitarianisme, melainkan kebebasan yang demokratis. Kebebasan
ini menurut Linskie, sebagaimana dikutip Rohani, mempunyai tiga
dimensi, yaitu self directedness, self discipline, dan self control.
Pengajar harus menyadari bahwa tanggungjawabnya dalam
pengajaran adalah mengantarkan perkembangan dan perubahan
lebih maju pada peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
menerapkan metode pengajaran yang dapat mengembangkan
dimensi-dimensi kebebasan tersebut.
g. Prinsip Peragaan
Menurut Ghazali, sebagaimana dikutip Rohani, agar peserta didik
mudah mengingat, menceritakan, dan melaksanakan materi
pelajaran yang pernah diterima di kelas maka harus didukung
dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang nyata. Melalui
peragaan, peserta didik dapat mengamati bahan pelajaran dengan
teliti dan penuh perhatian. Terdapat dua macam peragaan yang
dapat digunakan pengajar, yaitu: (a) peragaan langsung, pengajar
memperlihatkan obyek yang sesungguhnya dan (b) peragaan tidak
langsung, pengajar menunjukkan benda atau obyek tiruan seperti:
gambar, foto, film, dan sebagainya.
h. Prinsip Kerjasama dan Persaingan
Baik kerjasama maupun persaingan sama pentingnya dalam
pengajaran yang demokratis. Kerjasama dalam kelompok yang
demokratis memungkin setiap individu berperan secara aktif yang
di dalamnya terdapat baik proses kerjasama maupun persaingan
yang sehat. Kerjasama dapat dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah atau proyek tertentu yang melibatkan seluruh individu
dalam kelompok.
i. Prinsip Apersepsi
Apersepsi adalah penafsiran terhadap suatu pendapat, yaitu
menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan
pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi merupakan batu
loncatan sebelum pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan
pelajaran baru. Dalam hal ini guru harus dapat menghubungkan
terlebih dahulu peserta didik dengan bahan pelajaran yang
sebelumnya yang dianggap telah dikuasai siswa. Apersepsi dapat
disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta
didik masih ingat atau sudah menguasai bahan pelajaran yang
sudah berlalu.
j. Prinsip Korelasi
Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga akan
tumbuh minat peserta didik terhadap pelajaran. Pengajaran yang
dihubungkan dengan masalah-masalah kehidupan keseharian
individu maupun dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang
memang berkaitan akan menghasilkan sesuatu yang baru dan
bermanfaat dari peserta didik. Oleh karena itu, selain
menghubungkan bahan pengajaran dengan kegidupan keseharian
peserta didik, guru juga harus dapat menghubungkannya bahan
pelajaran lain.
k. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang menggunakan waktu
yang cukup dan sekaligus dapat mencapai tujuan pengajaran
secara lebih tepat dan cermat. Waktu pengajaran yang sudah
ditentukan berdasarkan bobot materi pelajaran maupun target
pencapaian tujuan instruksional diharapkan dapat memberikan
sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik. Dalam
hal ini, metode dan media pengajaran mempunyai peranan yang
penting.
l. Prinsip Globalitas
Menurut prinsip ini, keseluruhan adalah menjadi titik awal
pengajaran. Pesrta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dulu
baru bagian-bagiannya. Dalam hal ini diperlukan pendekatan
deduktif, yaitu: mengenalkan kepada peserta didik dari pengertian
yang umum kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada
kaidah-kaidah khusus, dari yang global kepada yang spesifik, dan
dari pengenalan sistem kepada elemen-elemennya.
m. Permainan dan Hiburan
Pada dasarnya setiap individu, termasuk peserta didik, sangat
membutuhkan permainan dan hiburan setelah selesai belajar. Kelas
pengajaran yang diliputi suasana hening, serius, dan penuh
konsentrasi terhadap mata pelajaran akan menghasilkan efek
samping, yaitu peserta didik yang merasa kelelahan dan
kebosanan. Peserta didik hendaknya diizinkan bermain, refreshing,
menghibur diri, bersuka ria, berbicara bebas, atau bergerak-gerak
untuk mengendorkan saraf-saraf yang tegang, menghindarkan
kebosanan, dan menghilangkan kelelahan. Tentu saja, asalkan
semua hal tersebut memiliki nilai manfaat bagi peserta didik dan
bagi kelangsungan atau kelancaran aktivitas pengajaran serta
berada pada batas kewajaran.
2. Hakekat Metode dan Media Pengajaran
Sebagaimana telah dikemukakan, satu hal yang tidak boleh
dipandang remeh dalam pengajaran adalah metode dan media
pengajaran. Menurut Suparman, metode dan media pengajaran
berhubungan dengan strategi pengajaran atau strategi
instruksional.[2][2] Strategi ini berkenaan dengan urutan
penyampaian materi, metode, media, dan waktu yang digunakan
pengajar dalam proses pengajaran. Dengan demikian, metode dan
media pengajaran merupakan dua dari empat komponen dalam
strategi instruksional sebagaimana telah disebutkan.
a. Hakekat Metode Pengajaran
Metode pengajaran adalah cara pengajar mengorganisasikan
materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar
secara efektif dan efisien. Metode pengajaran berfungsi sebagai
cara dalam menyajikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Suparman menyebutkan 20
macam metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran, yaitu: ceramah, demosntrasi, penampilan, diskusi, studi
mandiri, kegiatan instruksional terprogram, latihan dengan teman,
simulasi, sumbang saran, studi kasus, computer assisted learning
(CAL), insiden, praktikum, proyek, bermain peran, seminar,
simposium, tutorial, deduktif, dan induktif.[3][3]
Tabel 1. Kemampuan Metode Pengajaran dalam Mencapai TIK
Metode Pengajaran Kemampuan dalam Mencapai TIK
CeramahDemonstrasi
PenampilanDiskusiStudi Mandiri
Kegiatan Instruksional TerprogramLatihan dengan TemanSimulasiSumbang Saran
Studi KasusComputer Assisted Learning
InsidenPraktikumProyekBermain PeranSeminarSimposiumTutorial
Deduktif
Induktif
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedurMelakukan suatu ketrampilan dengan standar prosedur tertentuMelakukan suatu ketrampilanMenganalisis/memecahkan masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeva-luasi/melakukan/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun psikomotorikMenjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
Melakukan suatu ketrampilanMenjelaskan, menerapkan, dan menganalisis konsep/prinsipMenjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentuMenganalisis/memecahkan masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeva-luasi sesuatuMenganalisis/memecahkan masalahMelakukan suatu ketrampilanMelakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatanMenerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedurMenganalisis/memecahkan masalahMenganalisis masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedurMenjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedurMensintesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku
Sumber: Suparman, 2001
Hal yang perlu diperhatikan guru dalam pemilihan metode
pengajaran adalah bahwa tidak setiap metode pengajaran sesuai
untuk digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu.
Setiap metode mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
mencapai tujuan instruksional khusus (TIK) pada proses pengajaran.
Tabel 1 mencantumkan kemampuan masing-masing metode
pengajaran dalam mencapai TIK. Dalam Tabel 1 dapat dilihat
dengan jelas bahwa setiap metode mempunyai kemampuan yang
spesifik dalam mencapai TIK. Ini berarti bahwa tidak sembarang
metode dapat dipilih oleh pengajar untuk digunakan dalam
menyampaikan seluruh materi pelajaran.
b. Hakekat Media Pengajaran
Setelah metode pengajaran, hal lain yang turut
mempengaruhi keberhasilan pengajaran adalah media pengajaran.
Media pengajaran adalah alat atau wahana yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan pesan, yaitu materi pengajaran,
dari pengajar kepada peserta didik. Media pengajaran dapat berupa
alat-alat elektronik, gambar, buku, dan sebagainya yang secara
umum dikelompokkan menjadi media audio, visual, atau audio-
visual. Suparman menyebutkan keunggulan media pengajaran yang
merupakan alasan penggunaannya dalam proses pengajaran, yaitu:
1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh
mata menjadi lebih besar, misalnya pada penggunaan film
tentang perkembangan sel.
2) Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari
peserta didik ke hadapan mereka, misalnya melalui
penggunaan gambar atau video tentang salju, bintang, atau
perut bumi.
3) Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung
dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih
sistematis dan sederhana, misalnya pada penggunaan film atau
video tentang bekerjanya suatu mesin atau terjadinya gol dalam
pertandingan sepak bola.
4) Menampung sejumlah besar peserta didik untuk mempelajari
materi pelajaran dalam waktu yang SD, misalnya melalui
penggunaan siaran televisi, radio, buku, atau modul.
5) Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan
peserta didik, misalnya penggunaan film bingkai (slide) tentang
gelombang tsunami.
6) Meningkatkan daya tarik pelajaran, misalnya melalui
penggunaan gambar berwarna tentang keindahan alam atau
pemutaran kaset audio tentang musik klasik.
7) Meningkatkan sistematika pengajaran, misalnya pada
penggunaan transparansi, kaset audio, atau grafik.
Tabel 2. Kemampuan Setiap Jenis Media Pengajaran dalam Mempengaruhi Berbagai Macam Belajar
Jenis Media Macam Belajar1 2 3 4 5 6
Gambar diam Sedang
Tinggi Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Gambar hidup Sedang
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Sedang
Televisi Sedang
Sedang
Tinggi Sedang
Rendah
Sedang
Obyek tiga dimensi
Rendah
Tinggi Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman audio Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Programmed instruction
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi Rendah
Sedang
Demonstrasi Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi Sedang
Sedang
Buku teks tercetak
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sajian oral (lisan)
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Keterangan Macam Belajar:
1. Belajar informasi faktual2. Belajar pengenalan visual3. Belajar konsep, prinsip, dan aturan4. Belajar prosedur5. Belajar menyajikan keterampilan persepsi gerak6. Belajar mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
Sumber: Suparman, 2001
Terdapat banyak ragam media pengajaran yang dapat
digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran. Namun demikian,
sama halnya dengan metode pengajaran, masing-masing media
pengajaran hanya sesuai digunakan untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Tabel 2 menyajikan kemampuan setiap jenis media
pengajaran dalam mencapai tujuan atau macam belajar.
3. Hakekat Prestasi belajar
Arti prestasi yaitu suatu hasil yang di capai atau hasil yang
sebenarnya dicapai. Dengan demikian, prestasi belajar peserta
didik adalah hasil konkrit yang telah diperoleh dalam usaha
mencapai kecakapan jaSDniah atau kecakapan rohaniah dengan
jalan menggunakan pengalaman yang diperoleh maupun yang telah
dipelajari sehingga menjadi miliknya. Dalam menjalani proses
belajar, maka peserta didik akan menjadi pandai atau bodoh itu
hanyalah ditentukan prestasi belajar yang diperoleh.
Untuk dapat mempertahankan atau membina prestasi belajar
yang efisien dan dapat meningkatkan daya pikir peserta didik yang
lebih baik maka ada beberapa pedoman antara lain:
a. Keteraturan dalam belajar. Pengetahuan cara belajar yang
efisien pada umumnya berupa rumus-rumus untuk belajar harus
diatur dengan waktu secara tepat seperti mengikuti pelajaran,
membaca buku pelajaran catatan, dan alat-alat perlengkapan
belajar yang harus pula di simpan dan di pelihara secara teratur
sehingga dapat benar-benar dihayati kebiasan belajar.
b. Pengertian belajar. Melalui disiplin untuk melakukan pedoman
yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang peserta didik
dapat mempunyai cara belajar yang baik. Segala sifat bermalas-
malasan, seperti keinginan untuk mencari mudahnya
keengganan untuk bersusah payah, memutuskan pikiran,
kebiasaan untuk melamun, dan gangguan-gangguan lain dapat
diatasi kalau seorang pelajar itu mempunyai disiplin yang tinggi.
c. Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kepada
suatu hal dengan mengesampingkan hal-hal lainya yang tidak
berhubungan dengan konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi
berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran
dengan membuang jauh segala hal yang tidak ada hubungan.
d. Pemakaian perpustakaan. Selain keteraturan serta disiplin
konsentrasi, masih ada satu hal yang perlu dijadikan pedoman
oleh setiap penyampaian mata pelajaran yaitu belajar dengan
menggunakan perpustakaan. Dengan seringnya membaca di
perpustakaan akan lebih banyak menambah pengalaman
ataupun ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak. Ini karena pada
dasarnya membaca adalah merupakan kunci kesuksesan.
Demikian juga perpustakaan adalah merupakan gudang bacaan
yang dapat membantu sukses para pelajar maupun mahasiswa
yang mau memanfaatkan.
Sebagai seorang pendidik senantiasa ingin mengetahui
sampai di manakah tujuan yang telah ditetapkan telah dapat
dicapai. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
yang hendak akan dinilai, misalnya keterampilan pengetahuan,
budi pekerti, kecakapan kerja ketelitian, dan lain sebagainya.
Penilaian prestasi belajar dapat ditempuh dengan jalan evaluasi
sebagai berikut:
a. Evaluasi Formatif
Adalah evaluasi yang dilakspeserta didikan oleh guru untuk
mengetahui kemampuan murid dalam suatu sub bidang
pekerjaan.
b. Uangan harian, mid semester, dan semester.
c. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakspeserta didikan
untuk mengetahui prestasi dalam bidang studi tertentu. Dalam hal
ini biasanya untuk mengetahui prestasi belajar tahap akhir misal
suatu: Ujian Nasional (UN). Hasil-hasil tes ini kemudian dicerminkan
ke dalam nilai rapor semester. Di dalam pelaksanaan penilaian
untuk dapat mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka setiap
akhir bidang studi diadakan evaluasi.
4. Hakekat Belajar
Istilah belajar sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Belajar
proses yang dialami setiap orang dalam perkembangannya menuju
perubahan pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan. Belajar
dapat berlangsung secara otodidak atau melalui proses pendidikan.
Belajar otodidak adalah proses perubahan pengetahuan, sikap
mental, dan keterampilan yang dicapai seseorang secara alamiah
atau upaya mandiri. Sementara, menurut Undang-undang RI Nomor
20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya
beberapa pengertian belajar menurut para ahli adalah:
a. Belajar adalah perubahan sistem urat saraf dengan maksud
untuk pembentukan hasil respon terhadap stimulus atau hasil
reaksi terhadap aksi sebagian urat saraf.
b. Belajar adalah penambahan pengalaman. Belajar sering
disamakan dengan menghafalkan, karena peserta didik belajar
ternyata dari hal-hal yang telah diajarkan, seorang peserta
didik menghapal ilmu-ilmunya yang dikumpulkan kepadanya.
c. Belajar adalah perubahan tingkah laku berkat pengalaman
latihan.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan dan
berbeda dari kondisi yang sebelumnya. Bagi peserta didik yang
sudah belajar akan tampak adanya perubahan misalnya dapat
menyesuaikan diri dengan pribadi seseorang, bertingkah laku baik,
dan lain sebagainya. Surahmad mengemukakan bahwa belajar
adalah proses tingkah laku yang terjadi karena reaksi terhadap
situasi yang dialami. Berdasarkan batasan-batasan belajar dapat
dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan pribadi seorang
peserta didik berkat pengalaman dan latihan serta bertambahnya
pengetahuan dari luar atau dari orang lain. Oleh kerana itu, belajar
dianggap sangat penting bagi kehidupan, suatu misal, belajar ilmu
alam, ilmu ekonomi, ilmu kimia, ilmu sosial, ilmu agama, ilmu
kependidikan, dan ilmu-ilmu yang lain. Melalui belajar berbagai ilmu
itulah akan dapat dipergunakan sebagai bekal kehidupan di dunia.
Lebih penting lagi, seperti ilmu agama, merupakan ilmu yang
benar-benar bermanfaat dan menjamin keselamatan di dunia dan
akhirat kelak bagi yang mematuhi dan melaksanakan perintahNya
dan menjauhi laranganNya.
Belajar sebagai proses psikologi yang terjadi pada diri
seseorang dan sukar diketahui dengan pasti. Ada beberapa teori
belajar, yaitu:
a. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya.
Teori ini mengatakan bahwa manusia mempunyai otak dan
berbagai daya. Masing-masing berfungsi dengan baik apabila
dilatih dan makin sering mengadakan latihan atau menghapal
maka akan semakin tajamlah daya ingatan seseorang.
b. Teori belajar menurut ilmu jiwa assosiasi (The Liang Gie).
Bahwa semua ini terjadi atas penjumlahan-penjumlahan bagian
atau unsur dasarnya. Dalam lapangan pengetahuan aliran ini
ada dua macam teori yang terkenal yaitu teori connectionisme
(Torndike) dan conditioning (Pavlov). Menurut teori ini belajar
merupakan pembutuhan atau pembentukan atau pengetahuan
hubungan antara stimulasi dan respons. Kedua hal ini terjadi
suatu hubungan erat bila dilatih.
Adanya bermacam-macam teori itu menunjukkan bahwa
proses belajar itu sangat erat dan komplek sekali. Mungkin tidak
ada teori yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenaran
seluruhnya, tetapi pada umumnya ada perbedaan antara teori ini
dan banyak pula persamaanya. Di antara persamaan tersebut ialah:
a. Di dalam segala kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor
yang penting.
b. Tiap-tiap peserta didik belajar selalu ada suatu halangan serta
kesulitan.
c. Belajar memerlukan kegiatan atau aktivitas pada pihak peserta
didik yang belajar.
d. Dalam menghadapi beberapa kesulitan sering terdapat adanya
beberapa respon.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam belajar
adalah:
a. Syarat Belajar
Agar segala usaha dapat berhasil dengan baik termasuk
dalam usaha belajar peserta didik, terdapat beberapa prinsip yang
harus ditaati agar belajarnya dapat berhasil dengan baik. Prinsip-
prinsip itu antara lain:
1) Pedoman untuk belajar
2) Cara mengatur waktu belajar
3) Cara mengikuti pelajaran
4) Cara membaca dan memahami buku
5) Cara membuatkan ringkasan
6) Cara menghapal pelajaran
b. Motivasi belajar
Maksud motivasi belajar yaitu uapaya-upaya untuk
menyediakan dan mengadakan kondisi agar peserta didik mau
melakukan apa saja yang dapat dilakukan bila peserta didik itu
suka. Memberi motivasi bukanlah pekerjaan yang mudah.
Kemungkinan memberi motivasi pada seseorang peserta didik yang
pertama berhasil, tetapi yang kedua dan seterusnya belum tentu
berhasil. Oleh karena itu, memberi motivasi kepada peserta didik
itu adalah sukar karena kemauan setiap peserta didik berbeda-
beda. Motivasi berfungsi antara lain sebagai berikut:
1) Setiap motivasi bertalian erat dengan satu tujuan.
2) Makin tepat memberi motivasi pada peserta didik semakin
berhasilah pelajaran yang diberikan kepada mereka.
3) Motivasi sebagai dorongan pada peserta didik untuk
melakukan sesuatu, misalnya peserta didik lebih giat
melakukan latihan sepak bola. Dengan giatnya latihan tersebut
peserta didik bertujuan untuk memenangkan pertandingan.
Jadi, dapatlah dikemukakan bahwa motivasi sebagai hasrat
atau dorongan atau kehendak atau untuk suatu yang akan
diperbuat guna mencapai tujuan ataupun cita-cita.
c. Tujuan belajar
Peserta didik mencari pengetahuan itu sebenarnya tidak
terbatas pada lingkup sekolah saja, tetapi selama manusia masih
hidup dan bergaul dengan keluarga atau dengan masyarakat, tentu
masih memerlukan pengetahuan. Sekolah adalah merupakan
lembaga pendidikan yang menjadi tumpuhan harapan pemuda dan
orang tua untuk menaikan jenjang karir dalam kehidupan
kemasyarakatan.[4][4] Sekolah adalah tempat peserta didik
menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan
pribadi peserta didik, karena di sekolah merupakan kumpulan
peserta didik yang beraneka ragam tata cara kehidupanya,
pergaulanya, perkembanganya pribadi peserta didik dan lain
sebagainya.
Kita menyadari bahwa pendidikan dalam arti luas adalah
wahana yang paling ampuh dalam membina disiplin masyarakat,
dalam melaksanakan undang-undang dasar dan ketentuan-
ketentuan yang lain. Ada beberapa macam tujuan pendidikan yang
dapat diuraikan di sini yaitu:
1) Mengadakan aturan atau menjadikan peserta didik dapat
berdiri sendiri mempersiapkan
2) mereka untuk mencari kebahagiannya sendiri.
3) Mengajak peserta didik untuk mempergunakan kepandaianya.
4) Bahwa yang mudah itu selalu menguasai pusaka yang berupa
pikir dan berbuat dengan kesadaran dan perasaan serta
bertanggung jawab.
5) Menyesuaikan kelakuan dengan persekutuan.
6) Membuat kelakuan yang dapat tepat dalam pergaulan hidup.
7) Memberikan pengetahuan ataau menetapkan apa yang di
katakan dengan kelakuan tepat itu.
8) Memperbesar persekutuan dengan melalui peserta didik-
peserta didik.
Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip Dimyati
dan Mdjiono, Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar.[5][5]
Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah:
1) Perhatian dan Motivasi. Perhatian memegang peranan
penting dalam belajar. Tanpa perhatian tidak mungkin terjadi
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Selain
perhatian, sebagaimana telah dikemukakan, motivasi juga
memegang peranan penting dalam kelangsungan belajar.
Motivasi dapat menjadi tujuan atau alat dalam pembelajaran.
Sebagai tujuan, guru berharap siswa tertarik dalam kegiatan
intelektual dan estetika sampai kegiatan belajar berakhir.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa.
2) Keaktifan. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif; jiwa mengolah informasi yang
diterima. Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Ini
menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar peserta didik
menunjukkan keaktifan.
3) Pengulangan. Sebagai mana telah dikemukakan, dalam
Psikologi Daya, belajar menekankan perlunya pengulangan.
Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia, yaitu daya mengamati, menanggapi, mengingat,
mengkhayal, merasakan, dan berpikir.
4) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman. Belajar harus
dilakukan sendiri oleh peserta didik. Belajar adalah mengalami
dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
5) Tantangan. Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa yang sedang belajar berada dalam suatu medan
atau lapangan psikologis. Pada kondisi tersebut siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, dan pada saat
tersebut selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar. Oleh karena itu, timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu dengan mempelajari bahan pelajaran.
6) Balikan dan Penguatan. Dalam teori Operant Conditioning dari
B.F. Skinner dikemukakan bahwa siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
belajar yang baik. Hasil yang baik akan menjadi balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh positif bagi usaha belajar
selanjutnya. Di samping itu, adanya penguatan baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan juga dapat
memperkuat belajar.
7) Perbedaan Individual. Harus disadari bahwa seorang siswa
merupakan individu yang unik. Artinya, tidak ada dua orang
siswa yang sama persis. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan
individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh
guru dalam upaya pembelajaran.
B. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dikemukakan,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: Metode praktik lapangan tidak efektif digunakan dalam
pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup pada mata pelajaran
IPA.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Desain Penelitian
Penelitian direncanakan berlangsung di tiga tempat, yaitu: (1)
ruang kelas, (2) Hutan Jati, dan (3) Hutan Pinus. Pelaksanaan
penelitian direncanakan berlangsung selama satu bulan, yaitu dari
tanggal 26 Nopember sampai dengan 22 Desember 2007.
Penelitian ini menggunakan desain Randomized Group Pretest-
Posttest (Treatment by Levels Design). Skema desain ini disajikan
pada Gambar 1.
Pretest Perlakuan PosttestKelompok Perlakuan
TO1 Pembelajaran dengan praktik lapangan
T11
Kelompok Pembanding
TO2 Pembelajaran dengan simulasi di kelas
T12
Keterangan:1. Pembelajaran Kelompok Perlakuan dilakukan pertama kali di dalam kelas
dengan metode ceramah, tanya jawab dan dilanjutkan dengan praktik lapangan di dua tempat, yaitu hutan jati dan hutan pinus.
2. Pembelajaran kelompok pembanding dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi di kelas.
Gambar 1. Skema Desain Penelitian Efektifitas Metode Praktik Lapangan dalam Pengajaran IPA
B. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode
praktik lapangan dalam pengajaran topik klasifikasi makhluk hidup
pada mata pelajaran IPA dilakukan melalui prosedur berikut:
1. Memilih obyek penelitian, yaitu siswa Kelas V sebanyak dua
kelas, secara acak.
2. Mengelompokkan obyek penelitian menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok perlakuan sebanyak satu kelas dan kelompok
pembanding sebanyak satu kelas.
3. Melakukan pretest terhadap kedua kelompok tentang
keanekaragaman hayati beserta pengklarifikasiannya.
4. Menghitung nilai rata-rata hasil pretest masing-masing
kelompok, kemudian membandingkannya.
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perlakuan yang
telah ditetapkan.
6. Melakukan posttest terhadap kedua kelompok tentang
keanekaragaman hayati beserta klasifikasinya.
7. Menghitung nilai rata-rata hasil posttest masing-masing
kelompok kemudian membandingkannya.
C. Metode Analisis Data
Pembuktian hipotesis sebagaimana telah dirumuskan pada
Bab II dilakukan dengan membandingkan mean kedua
kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding. Jika mean kelompok perlakuan adalah μ1 dan
mean kelompok pembanding adalah μ2, maka secara hipotesis
dirumuskan ulang sebagai berikut:
Ho : μ1 < μ2
(Nilai rata-rata posttest kelompok perlakuan lebih kecil dari kelompok pembanding)
H1 : μ1 > μ2
(Nilai rata-rata posttest kelompok perlakuan sama dengan atau lebih dari kelompok pembanding)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t one-tail.
Langkah-langkah melakukan uji-t ini adalah:
1. Menghitung standar error dari beda kedua data:
SX1 – X2 = ................................................ (1)
Dengan ketentuan:
SX1 – X2 = Standar error dari beda kedua data
SS1 = Sumsquare sampel 1 (kelompok perlakuan)
SS1 = …………………………………... (2)
SS2 = Sumsquare sampel 2 (kelompok
pembanding)
= ………………………(3)
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2
2. Menghitung statistik t dengan rumus:
t Hitung = ................................................................
(4)
Dengan ketentuan:
t (thitung) = Nilai statistik t hasil perhitungan
= Rata-rata hitung (mean) sampel 1 (kelompok
perlakuan)
= Rata-rata hitung (mean) sampel 2 (kelompok
pembanding)
SX1 – X2 = Standar error dari beda data kedua sampel
3. Membandingkan thitung dengan ttabel = t ∝ = 0,05; df = n1 + n2 -2
4. Menarik kesimpulan hasil pengujian, yaitu:
a. Ho diterima dan H1 ditolak jika thitung < ttabel.
b. Ho ditolak dan H1 di terima jika thitung > ttabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Pemilihan Obyek Penelitian dan Penentuan Kelompok
Perlakuan
Dalam prosedur penelitian telah dikemukakan bahwa
kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah memilih dan menentukan obyek penelitian. Obyek
penelitian yang dipilih sebagai sampel adalah siswa Kelas V.
Pengelompokan obyek penelitian, demi kemudahannya, dilakukan
berdasarkan kelas. Kelas V3 dengan jumlah siswa sebanyak 40
orang ditetapkan sebagai kelompok perlakuan; sementara Kelas V
dengan 38 siswa ditetapkan sebagai kelompok pembanding.
Terhadap kedua kelompok ini, selanjutnya, diberikan penjelasan
tentang kegiatan pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup
sebagai berikut. Pembelajaran topik ini dimulai dengan pre-test
untuk kedua kelompok. Selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran,
dan diakhiri dengan ulangan harian yang dalam penelitian ini
disebut post-test.
B. Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan pre-test, sebagaimana telah dikemukakan,
dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan dengan jenis soal yang
sama. Soal pre-test ini berbentuk tes terulis pilihan ganda dengan
lima opsi. Jumlah soal sebanyak 20 butir dengan durasi waktu
mengerjakan 45 menit. Bobot tiap butir soal sama, yaitu 5 (lima).
Dengan demikian, nilai maksimum yang didapatkan siswa adalah
100. Hasil pre-test selanjutnya diperiksa dan berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut dilakukan perbandingan: nilai terendah, nilai
tertinggi, nilai rata-rata, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
(lulus melampaui KKM sebesar 66), dan jumlah siswa yang tidak
berhasil mencapai ketuntasan (tidak dapat melampaui KKM sebesar
66). Lebih jauh, untuk nilai rata-rata selanjutnya dilakukan uji
perbedaan nilai rata-rata untuk mendapatkan kepastian siswa-siswa
dari kedua kelompok tersebut memiliki kompetensi awal yang tidak
berbeda dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah pelaksanaan pre-test, selanjutnya, dilaksanakan
pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup untuk kedua
kelompok perlakuan. Berbeda dengan pre-test yang menggunakan
jenis dan jumlah soal yang sama, pelaksanaan pembelajaran untuk
kedua kelompok menggunakan metode yang berbeda.
Pembelajaran pada kelompok perlakuan menggunakan metode
praktik lapangan, selain ceramah dan tanya jawab di kelas;
sementara pembelajaran pada kelompok pembanding hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab di kelas. Durasi
waktu pembelajaran untuk kedua kelompok sama, yaitu 4 kali 45
menit. Praktik lapangan untuk kelompok perlakuan dilaksanakan
dua macam ekosistem, yaitu hutan jati dan pinus. Dalam
pembelajaran ini seluruh siswa dari dua kelompok perlakuan
ternyata dapat menghadirinya. Hal penting yang dapat
dikemukakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah antusiasme
dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
kelompok perlakuan jauh lebih tinggi dibandingkan pada kelompok
control.
D. Pelaksanaan Post-Test
Sama halnya dengan pre-test, post-test juga dilakukan
terhadap dua kelompok perlakuan dengan jenis dan jumlah soal
yang sama. Soal post-test juga berbentuk tes terulis pilihan ganda
dengan lima opsi. Jumlah soal sebanyak 20 butir dengan durasi
waktu mengerjakan 45 menit. Bobot tiap butir soal sama, yaitu 5
(lima). Dengan demikian, nilai maksimum yang didapatkan siswa
adalah 100. Hasil post-test selanjutnya diperiksa dan berdasarkan
hasil pemeriksaan tersebut dilakukan perbandingan: nilai terendah,
nilai tertinggi, nilai rata-rata, jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan (lulus melampaui KKM sebesar 66), dan jumlah siswa
yang tidak berhasil mencapai ketuntasan (tidak dapat melampaui
KKM sebesar 66). Lebih jauh, untuk nilai rata-rata selanjutnya
dilakukan uji hipotesis untuk menarik kesimpulan apakah metode
praktik lapang dapat meningkatkan ketuntasan dalam
pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup.
D. Analisis Data
1. Analisis Hasil Pre-Test
Tujuan pelaksanaan pre-test biasanya adalah untuk
mengetahui kompetensi awal yang dimiliki peserta didik berkaitan
dengan topik Klasifikasi Makhluk Hidup. Namun, dalam penelitian
ini, tujuan utama pelaksanaan pre-test adalah untuk mendapatkan
kepastian bahwa siswa-siswa pada kedua kelompok perlakuan
mempunyai kompetensi yang tidak berbeda dalam topik Klasifikasi
Makhluk Hidup. Rangkuman hasil analisis terhadap nilai pre-test
disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test
Ukuran Klp. Perlakuan Klp. Pembanding Pre-Test Pre-Test
Jumlah Siswa 40 38Tuntas (%) 2,50 2,63Tidak Tuntas (%) 97,50 97,37Nilai Terendah 25,00 35,00Nilai Tertinggi 75,00 70,00Nilai Rata-rata 43,50 47,24
Dalam Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada saat pre-test,
jumlah siswa yang lulus hanya satu orang untuk masing-masing
kelompok, atau sebesar 2,50% untuk kelompok perlakuan dan
2,63% untuk kelompok pembanding. Nilai terendah kelompok
perlakuan sebesar 25 dan kelompok pembanding sebesar 35. Nilai
tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 75 untuk kelompok
perlakuan dan 70 untuk kelompok pembanding.
Sementara, nilai rata-rata yang didapatkan siswa pada
kelompok perlakuan adalah 43,50 lebih rendah dari nilai rata-rata
yang diperoleh siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 47,24.
Namun demikian, pada perhitungan Uji t (Lampiran 5.5) didapatkan
nilai statistik tHitung = 1,958; sedangkan tTabel, yaitu tdf=76; ∝=0,05 =
2,000. Hal ini berarti bahwa tHitung < tdf=76; ∝=0,05. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa secara statistik kedua nilai rata-rata
tersebut tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwa, sebelum
pembelajaran, kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi Makhluk
Hidup pada kedua kelompok tidak berbeda secara nyata.
2. Analisis Hasil Post-Test
Sebagaimana telah dikemukakan, setelah pelaksanaan
pembelajaran, terhadap masing-masing kelompok dilakukan
ulangan harian yang sekaligus merupakan post-test dalam
penelitian. Ulangan harian atau post-test mempunyai dua tujuan,
pertama, untuk mengukur kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi
Makhluk Hidup setelah mereka menyelesaikan proses
pembelajaran. Tujuan kedua, khusus untuk mencapai tujuan
penelitian, adalah membandingkan hasil belajar siswa setelah
mengikuti dua proses pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu,
sama halnya dengan pre-test, setelah pelaksanaan post-test
dilakukan analisis terhadap hasil post-test. Perhitungan lengkap
analisis hasil post-test dapat dilihat pada Lampiran 5.4 dan 5.6.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuat rangkuman
hasil analisis terhadap nilai post-test sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Post-Test
Ukuran
Klp. PerlakuanPost-Test
Klp. PembandingPost-Test
Jumlah Siswa 40 38Tuntas (%) 80,00 47,37Tidak Tuntas (%) 20,00 52,63Nilai Terendah 55,00 50,00Nilai Tertinggi 90,00 80,00Nilai Rata-rata 69,25 63,82
Dalam Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada post-test, jumlah
siswa yang tuntas dalam pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk
Hidup sebanyak 80,00% pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari
ketuntasan kelompok pembanding yang hanya sebesar 47,37%. Ini
menunjukkan bahwa metode praktik lapangan untuk pembelajaran
topik Klasifikasi Makhluk Hidup dapat meningkatkan ketuntasan
belajar siswa. Nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok
perlakuan sebesar 55 juga lebih tinggi dari nilai terendah yang
didapatkan siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 50.
Demikian halnya, nilai tertinggi yang didapatkan oleh siswa pada
kelompok perlakuan sebesar 90 juga lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada kelompok
pembanding, yaitu 80.
Selanjutnya, nilai rata-rata yang didapatkan siswa pada
kelompok perlakuan adalah 69,25 lebih tinggi dari nilai rata-rata
yang diperoleh siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 63,82.
Lebih jauh, pada perhitungan Uji t (Lampiran 5.6) didapatkan nilai
statistik tHitung = 13,628; sedangkan tTabel, yaitu tdf=76; ∝=0,05 = 2,000.
Hal ini berarti bahwa tHitung > tdf=76; ∝=0,05. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa secara statistik kedua nilai rata-rata tersebut
adalah berbeda nyata. Ini berarti bahwa, pada post-test, nilai rata-
rata yang didapatkan siswa pada kelompok perlakuan secara nyata
lebih tinggi dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok
pembanding. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa selain
dapat meningkatkan ketuntasan belajar, metode praktik lapangan
pada topik Klasifikasi Makhluk Hidup juga menghasilkan nilai rata-
rata hasil belajar siswa yang secara nyata lebih tinggi dari nilai rata-
rata hasil belajar siswa yang dalam proses pembelajarannya hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab di dalam kelas.
E. Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test
Demi melengkapi pembahasan, selain perbandingan hasil
post-test pada kedua kelompok perlakuan, juga dilakukan
perbandingan hasil pre-test dan post-test pada masing-masing
kelompok siswa. Perhitungan lengkap analisis perbandingan hasil
kedua tes untuk setiap kelompok dapat dilihat pada Lampiran 5.3
dan 5.4 serta Lampiran 5.7 dan 5.8. Rangkuman hasil perhitungan
tersebut disajikan pada Tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test dan Post-Test
Kelompok Pembanding
Ukuran Pre-Test Post-TestJumlah Siswa 38 38Tuntas (%) 2,63 47,37Tidak Tuntas (%) 97,37 52,63Nilai Terendah 35,00 50,00Nilai Tertinggi 70,00 80,00Nilai Rata-rata 47,24 63,82
Setelah mengikuti pembelajaran, ketuntasan siswa pada
kedua kelompok dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup mengalami
peningkatan. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.3, ketuntasan
siswa pada kelompok pembanding naik dari 2,63% pada saat pre-
test menjadi 47,37% pada saat post-test. Kenaikan ketuntasan
belajar ini, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.4, ternyata lebih
tinggi terjadi pada siswa yang berada dalam kelompok perlakuan,
yaitu dari 2,50% pada saat pre-test menjadi 80% pada saat post-
test.
Tabel 5.4. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test dan Post-Test
Kelompok Perlakuan
Ukuran Pre-Test Post-TestJumlah Siswa 40 40Tuntas (%) 2,50 80,00Tidak Tuntas (%) 97,50 20,00Nilai Terendah 25,00 55,00Nilai Tertinggi 75,00 90,00Nilai Rata-rata 43,50 69,25
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah pembelajaran
juga mengalami kenaikan. Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai
rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok pembanding
meningkat dari 47,24 pada saat pre-test menjadi 63,82 pada saat
post-test. Kenaikan lebih tinggi pada nilai rata-rata juga didapatkan
siswa pada kelompok perlakuan. Nilai rata-rata siswa pada
kelompok perlakuan adalah 43,50 pada saat pre-test naik menjadi
69,25 pada saat post-test. Berdasarkan uji statistik, perbedaan nilai
rata-rata pre-test dan post-test yang terjadi pada kedua kelompok
siswa adalah nyata atau signifikan. Hal ini berarti bahwa
pembelajaran pada kedua kelompok siswa dapat meningkatkan
ketuntasan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Lebih jauh
dapat dikemukakan bahwa peningkatan ketuntasan dan nilai rata-
rata hasil pembelajaran dengan metode praktik lapangan lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran hanya dengan
metode ceramah dan tanya jawab di kelas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan pada pelaksanaan pembelajaran dan
analisis terhadap kompetensi siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan:
1. Kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup sebelum
pembelajaran tidak berbeda secara nyata.
2. Antusiasme dan kesungguhan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode praktik lapangan
yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya jawab lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
di kelas.
3. Ketuntasan belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode praktik
lapangan yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya
jawab, secara nyata, lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran hanya dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab di kelas.
4. Peningkatan hasil belajar siswa, yaitu ketuntasan belajar dan
nilai rata-rata, pada kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode praktik lapangan
yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya jawab lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab di kelas
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Muchtar Buchori. Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars, 1990
Nasution. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmars, 1990
Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jakarta. 1988.
Purbokawotjo, R. Suganda, A. Gazoli, dan D.H. Dequitjo. Pengantar Paedagogik.. Jakarta: Penerbit Geneca, 1990.
Rohani H.M., Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Sudjana. Metode Statistik. Bandung: Penerbit Tarsito 1986.
_______. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Penerbit Tarsito, 1997.
Suparman, M. Atwi. Desain Instruksional: Pekerti Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.
Surahmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. 1990
The Liang Gie. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada,
[1][1] Ahmad Rohani H.M., Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), p. 65.
[2][2] M. Atwi Suparman, Desain Instruksional: Pekerti Mengajar di
Perguruan Tinggi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), p. 87.
[3][3] Ibid., p. 89.
[4][4] R. Suganda Purbokawotjo, A. Gazoli, dan D.H. Dequitjo,
Pengantar Paedagogik (Jakarta: Penerbit Geneca, 1990), p. 10.
[5][5] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), p. 26.
Lampiran 5.9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan Pelaksanaan, Minggu Ke-1 2 3 4
1. Mengurus izin penggunaan tempat penelitian.
2.Memilih sampel untuk obyek penelitian dan membentuk kelompok perlakuan.
3.Melaksanakan pretest untuk kelompok pembanding dan perlakuan.
4. Menghitung nilai hasil pretest.
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai perlakuan.
6.Melakukan postest untuk masing-masing kelompok perlakuan.
7. Menganalisis nilai hasil postest.
8. Menyusun laporan penelitian.