Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
-
Upload
stkip-pgri-bandar-lampung -
Category
Education
-
view
25.893 -
download
15
description
Transcript of Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar yang
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terkadang, siswa menganggap Matematika adalah sesosok monster
yang menakutkan. Sehingga siswa tersebut akan bersikap pesimis dalam
menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk
mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan memengaruhi hasil yang
akan mereka capai dalam belajar. Padahal, Matematika merupakan kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Faktor
lain yang mungkin terjadi adalah pendidik yang kurang kreatif dalam
menyampaikan materi yang hanya mengandalkan tulisan-tulisannya sehingga
aktivitas siswa hanya mencatat saja. Hal ini yang memungkinkan siswa
merasa bosan karena materi yang disampaikan selalu monoton. Akibatnya,
hasil belajar siswa tidak maksimal.
Berdasarkan pernyataan di atas, pengajaran matematika perlu diperbarui,
dimana siswa dituntut harus aktif dan dominan dalam kegiatan belajar
mengajar dibanding dengan guru. Jadi, sasaran dari pembelajaran matematika
adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. Untuk
mengembangkan potensi tersebut maka salah satunya dengan menggunakan
stategi pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif adalah
proses pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok akan bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama pula. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa
yang mempunyai prestasi yang rendah pastinya akan memahami materi yang
mereka belum pahami sedangkan siswa yang mempunyai prestasi yang baik
akan lebih meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga, terjadilah proses take
and give antara satu siswa dengan siswa lain.
1
Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran
Kooperatif pada Siswa Kelas XI IPA 2 Semester Ganjil MAN 2
Bandarlampung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam pokok bahasan peluang untuk siswa kelas XI Semester Ganjil
kebanyakan siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi tersebut.
Materi peluang ini mengharuskan siswa untuk berpikir logis, inilah kelemahan
para siswa untuk memahami materi tersebut sehingga hasil belajar siswa
rendah. Kemungkinan lain yang terjadi adalah siswa enggan bertanya kepada
guru entah karena malu atau takut mengeluarkan pendapatnya. Hal itu
dikarenakan di dalam proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sedang
yang dilakukan siswa hanya mendengar dan mencatat saja.
Jadi diperlukan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar proses
pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar, salah satunya adalah dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Sehingga di dalam kelas
terjadilah diskusi antara satu siswa dengan siswa lainnya yang awalnya tidak
aktif kini siswa menjadi aktif.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas
masalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika melalui strategi
pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya hasil
belajar siswa dilihat dari proses pembelajaran selama diskusi berlangsung dan
meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari tes yang diberikan.
2
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif pada pokok bahasan peluang siswa kelas XI IPA 2
Semester Ganjil MAN 2 Bandarlampung?
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif pada pokok bahasa peluang
siswa kelas XII IPA 2 Semester Ganjil MAN 2 Bandarlampung.
Dan kegunaan peningkatan tindakan kelas ini adalah:
1. Bagi Siswa
Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan
menganggap matematika adalah pelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
Menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran matematika dengan
melaksanakan pembelajaran kooperatif.
3. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah maupun sekolah lainnya dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran matematika.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Bandarlampung pada semester ganjil tahun
2012. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas XI IPA 2 MAN
2 Bandarlampung.
3
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kela XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung,
yaitu 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa putri dan 10 siswa putra. Dan obyek
penelitian ini adalah peningkatan strategi pembelajaran kooperatif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan
orang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan
belajar.
Berikut ini pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar:
1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process
progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat
progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih
baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan
proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
2. McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in
performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa
perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.
3. Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent
change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice.
Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang
bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.
4. Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be
defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a
result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini
5
adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan
atau pengalaman.
5. Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
6. Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.
Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan
semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
7. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah
laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi
akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
8. Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan
bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
6
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah
belajar dan sebelum belajar.
2.1.2 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiataan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
SPK, yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok;
(3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan
yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan
beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokkan yang didasarkan atas
minat dan bakat siswa, pengelompokkan yang didasarkan atas latar belakang
kemampuan, pengelompokkan yang didasarkan atas campuran baik campuran
ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan
apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan
utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua
pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai
anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,
baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok,
sehingga antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran,
pengalaman, meupun gagasan-gagasan.
7
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok
dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan
strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan
dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan
dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan
tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal
dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga tiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok.
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif
(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative
incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok;
sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan salah satu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran
kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja
8
keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai
materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki
dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi peserta didik
(student archievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi
sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri,
norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi
pertolongan pada yang lain.
Strategi pembelajaran ini bisa digunakan manakala:
Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha
individual dalam belajar.
Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar
saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman
yang lain, dan belajar dari bantuan orang lain.
Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah
tingkat partisipasi mereka.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
2.1.3 Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK
Pembelajaraan kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain
perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan
bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaaan
9
materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dijelaskan dari beberapai perspektif, yait perspektif motivasi,
perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi
kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan
kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling
membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya
adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling
membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota
kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana
setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi
antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir
mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa
akan berusaha untuk memahami dam menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik strategi
pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini.
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota
kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
10
Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas
anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar
belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota
kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan
menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara
efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan
lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, malalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati
bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok,
oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota
kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes
maupun nontes.
c. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu
ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota
kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-
11
masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.
d. Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja
sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di
bawah ini.
a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positif Interdependence)
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota
kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan
kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan
semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan
lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk
menyelesaikan tugasnya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh
karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai
12
dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu
memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian
individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka
akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi
kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk
secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan
kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan
menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota
kelompok.
d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)
Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu
dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya,
cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat
orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan
gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak
mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu,
guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap
siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.
13
2.1.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan
(4) pengakuan tim.
1. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama
dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang
materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan
memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap
ini guru dapat menggunakan metode ceramah, tukar pendapat, dan
tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan
demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan barbagai
media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik
siswa.
2. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok
materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada
kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok
dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik
perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik,
serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan
akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang,
dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita
Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih
disukainya pengelompokkan heterogen. Pertama, kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan
14
saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok
heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu
asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa
didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan
pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama,
membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang
tepat.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau
kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes
individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap
siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan
setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai
bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap
anggota kelompok.
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap
paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan
tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan
juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu
meningkatkan prestasi mereka.
2.1.5 Keunggulan SPK
Keunggulan pembelajaran pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran diantaranya:
15
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
yang lain.
b. SPK dapat mngembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,
dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
2.2 Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar
di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang
selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa masih
16
rendah dalam mempelajari materi peluang. Hal ini yang menjadi indikator
perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi peluang
dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan model
pembelajaran kooperatif lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan
tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak
berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi peluang kelas XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah:
Peningkatan strategi pembelajaran koopertif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi peluang kelas XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut di atas, penulis menggunakan
metode analisis data secara kuantitatif. Dalam melakukan analisi data dan
menarik kesimpulan akhir, penulis menggunakan rumus statistik dan uji
hipotesis.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel bebas: penerapan strategi pembelajaran kooperatif
Variabel terikat : hasil belajar siswa
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti mengambil populasi pada kelas
XI IPA 2 MAN 2 Bandarlampung yang terdiri dari 25 siswa yaitu 15
siswa putri dan 10 siswa putra.
3.3.2 Sampel
Peneliti menggunakan Sampel Random Sederhana (Sample Random
Sampling). Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi
anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari
populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal
yaitu menggunakan Cointoss atau Random Numbers. Bila jumlah
populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
Keuntungan menggunakan cara penarikan sampel ini, bahwa prosedur
estimasi mudah dan sederhana. Sedangkan kerugiannya akan
membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
18
3.3.3 Teknik Sampling
Banyaknya populasi ada 25 siswa dan peneliti menginginkan
banyaknya sampel 5 siswa. Setelah subjek diberi nomor, yaitu nomor 1
sampai 25, maka sampel random kita lakukan dengan salah satu cara
demikian:
Undian (untung-untungan)
Pada kertas kecil-kecil peneliti tuliskan nomor subjek, satu nomor
untuk untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini digulung. Dengan tanpa
prasangka, peneliti mengambil 5 gulungan kertas, sehingga nomor-
nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang
merupakan nomor subjek sampel penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi
hasil belajar siswa dan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Observasi hasil belajar siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan
siswa selama proses pembelajaran pada materi peluang. Sedangkan
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif difokuskan pada
aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan
pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan
pada lembar catatan lapangan.
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif.
4. Tes
Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi peluang dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.
5. Dokumentasi
19
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar
wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto
selama proses pembelajaran.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan
data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan
lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes
naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini
dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara
diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1. Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan
siswa, nilai individu, skor kelompok dan penghargaan kelompok.
a. Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa
”siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh
≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka dalam penelitian ini juga
menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk
menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan
perhitungan persen (%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:
Rumus:
Persen (%) ketuntasan = jumlah siswa tuntasjumlah siswa
x 100%
b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka
pendeknya yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes
pada setiap siklus. Dari data perolehan skor untuk setiap tes, rata-
rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut : rumus
x̄=
∑i=1
i=25
x i
n
Dengan x = nilai siswa; n = jumlah siswa
c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan
membandingkan skor dasar siswa
20
(rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang.
Aturan pemberian skor
peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80).
Menurut Slavin (1995:80) salah satu cara perhitungan dalam
penentuan nilai perkembangan siswa sebagai berikut:
Langkah 1 : menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis
sebelumnya.
Langkah 2 : menentukan skor kuis terkini
Siswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitan dengan materi
terkini.
Langkah 3 : menghitung skor perkembangan
Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang
besarnya dihitung dari selisih skor sekarangdan skor dasar. Poin
tersebut ditentukan dengan menggunakan skala berikut:
Tabel 1 Kriteria Poin Perkembangan
Kriteria Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poindi bawah
skor dasar
5 poin
10 poin hingga 1 poin di bawah
skor dasar
10 poin
Skor dasar hingga 10 poin di
atas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor
dasar
30 poin
Pekerjaan sempurna tanpa
memperhatikan skor dasar
30 poin
d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata
skor tiap kelompok.
Aturan perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan dalam
Mohamad Nur (2005:36).
Menurut Mohamad Nur (2005:36) ada tiga tingkat penghargaan
yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat
adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan
15 Tim Baik
20 Tim Hebat
25 Tim Super
21
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina.(2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Bandung: Kencana Prenada Media Group
Suharsimi, Arikunto.(2010).Prosedur Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta
Pusat Bahasa Depdiknas.(2002).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai
Pustaka
22