Proposal Pembenihan Patin

8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan pating (pangasius sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan lokal dan ekspor ikan patin semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya yang khas, enak, lezat, dan gurih. Ikan ini dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah bila dibandingkan dengan daging ternak. Keunggulan ini menjadikan ikan patin sebagai primadona perikanan tawar. Ikan patin adalah ikan perairan tawar yang termasuk ke dalam famili pangasidae dengan nama umum adalah catfish. Populasi di alam ditemukan di sungai-sungai besar di daerah sumatera, kalimantan, dan sebagian di daerah jawa. Di daerah penyebarannya di Indonesia, terdapat sekitar 14 jenis ikan patin, termasuk ikan patin siam (Slembrouk et al., 2005). Selain di Indonesia, ikan patin juga banyak ditemukan di kawasan Asia seperti Vietnam, Thailand, dan China. Sebagai salah satu primadona perikanan air tawar, masyarakat mulai melakukan budidaya pembesaran ikan patin, karena produksinya dari alam semakin menurun. Perkembangan pembesaran ikan patin di beberapa wilayah di Indonesia mulai meningkat pada tahun 1990 an. Wilayah produsen ikan patin meliputi sumatera (terutama provinsi Riau, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan), seluruh wilayah provinsi di Kalimantan, dan Jawa (terutama Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta). Sayangnya salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produksi pembesaran ikan patin tidak dibarengi oleh ketersediaan benih yang berkualitas, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat ukuran. Padahal kebutuhan akan benih ikan patin, terutama untuk daerah Kalimantan, Sumatera tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini tentunya membuka peluang yang sangat besar bagi bisnis usaha pembenihan patin. Salah satu fase produksi pembenihan yang sering mengalami keterkendalaan dalam hal produksi benih yaitu pada fase pendederan. Pendederan larva patin merupakan konsep usaha budidaya setelah pembenihan yang dilakukan pada saat benih dua hari menetas (larva) kemudian dikelola secara intensif selama 21 hari. Larva dipelihara sampai ukuran ¾ inci, yang kemudian bisa langsung dipasarkan ke para pembudidaya ikan ataupun distributor benih ikan. Dengan pemeliharaan

description

Filename: Proposal Pembenihan Patin.doc

Transcript of Proposal Pembenihan Patin

Page 1: Proposal Pembenihan Patin

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan pating (pangasius sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan lokal dan ekspor ikan patin semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya yang khas, enak, lezat, dan gurih. Ikan ini dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah bila dibandingkan dengan daging ternak. Keunggulan ini menjadikan ikan patin sebagai primadona perikanan tawar.

Ikan patin adalah ikan perairan tawar yang termasuk ke dalam famili pangasidae dengan nama umum adalah catfish. Populasi di alam ditemukan di sungai-sungai besar di daerah sumatera, kalimantan, dan sebagian di daerah jawa. Di daerah penyebarannya di Indonesia, terdapat sekitar 14 jenis ikan patin, termasuk ikan patin siam (Slembrouk et al., 2005). Selain di Indonesia, ikan patin juga banyak ditemukan di kawasan Asia seperti Vietnam, Thailand, dan China.

Sebagai salah satu primadona perikanan air tawar, masyarakat mulai melakukan budidaya pembesaran ikan patin, karena produksinya dari alam semakin menurun. Perkembangan pembesaran ikan patin di beberapa wilayah di Indonesia mulai meningkat pada tahun 1990 an. Wilayah produsen ikan patin meliputi sumatera (terutama provinsi Riau, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan), seluruh wilayah provinsi di Kalimantan, dan Jawa (terutama Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta).

Sayangnya salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produksi pembesaran ikan patin tidak dibarengi oleh ketersediaan benih yang berkualitas, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat ukuran. Padahal kebutuhan akan benih ikan patin, terutama untuk daerah Kalimantan, Sumatera tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini tentunya membuka peluang yang sangat besar bagi bisnis usaha pembenihan patin. Salah satu fase produksi pembenihan yang sering mengalami keterkendalaan dalam hal produksi benih yaitu pada fase pendederan.

Pendederan larva patin merupakan konsep usaha budidaya setelah pembenihan yang dilakukan pada saat benih dua hari menetas (larva) kemudian dikelola secara intensif selama 21 hari. Larva dipelihara sampai ukuran ¾ inci, yang kemudian bisa langsung dipasarkan ke para pembudidaya ikan ataupun distributor benih ikan. Dengan pemeliharaan yang relatif singkat otomatis keuntungan yang didapat juga semakin cepat dengan catatan benih yang diproduksi harus bagus dan bebas penyakit.

1.2 Tujuan

Menjadikan sektor perikanan sebagai lokomotif bisnis yang menjanjikan, sehingga para wirausaha muda bisa menggali potensi yang ada.

Page 2: Proposal Pembenihan Patin

II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Visi dan Misi

Visi

Mewujudkan sistem usaha yang kompetitif di dadalam penyedian benih yang berkualitas dan berdaya saing.

Misi

1. Melakukan sistem budidaya yang berkelanjutan

2. Melakukan penerapan teknologi yang tepat guna sehingga menghasilkan benih yang unggul.

3. Melakukan manajemen usaha dengan prinsip yang mengedepankan profesionalisme

4. Melakukan system jejaring usaha yang kuat diantara produsen dan konsumen

2.2 Nama usaha

Nama usaha pembenihan patin.....

2.3 Lokasi dan Fasilitas

Usaha ini bertempat di Kecamatan Ciampea, Kab Bogor. Beberapa fasilitas yang dipergunakan diantaranya ruang produksi, dan ruang sarana penunjang.

2.4 Perencanaan Organisasi dan SDM

Dalam rangka menjaga keberlangsungan usaha maka dibuat struktur organisasi dengan harapan adanya pembagian kerja sehingga menghasilkan kinerja yang baik sehingga usaha pembenihan patin bisa berjalan dengan baik. Struktur organisasinya dapat dilihat Gambar di bawah ini.

Gambar Struktur Organisasi

Uraian tugas

Ketua :

1. Melakukan pengorganisasian pada setiap divisi

2. Melakukan perencanaan prospek usaha ke depan

3. Melakukan analisa hasil laporan dari setiap divisi

Divisi Produksi

KETUA

Divisi Pemasaran Divisi Produksi Divisi Keuangan

Page 3: Proposal Pembenihan Patin

1. Memastikan proses produksi berjalan dengan baik

2. Memberikan laporan kondisi produksi kepada ketua

3. Melakukan analisa produksi yang menyangkut kondisi kesehatan ikan, pemberantasan penyakit, dan manajemen pakan.

4. Melakukan pengorganisasian pada bawahan

Divisi Pemasaran

1. Melakukan pemetaan pasar

2. Melakukan koordinasi yang intensif dengan pasar tujuan

3. Memberikan laporan kepada ketua

Divisi Keuangan

1. Melakukan transaksi keuangan berupa pembayaran gaji karyawan, maupun yang terkait dengan proses berjalannya usaha

2. Membuat laporan keuangan

Page 4: Proposal Pembenihan Patin

III. TEKNIK PRODUKSI

3.1 Analisa Parameter Kualitas Air

A. Suhu

Untuk menjamin keberlangsungan hidup dari larva yang dipelihara sampai pada ukuran benih maka dilakukan pengukuran suhu air. Suhu yang optimal bagi keberlangsungan hidup larva berpada pada kisaran 28 0C-30 0C

Prosedur pengukuran dilakukan dengan mencelupkan termometer ke permukaan air dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pada jam 05.00-06.00 WIB

B. pH

pH yang optimal untuk menjamin keberlangsungan hidup larva berada pada kisaran :6,5-7,5

prosedur pengukurannya dilakukan dengan pH meter atau pH indikator dengan frekuensi dua kali sehari yaitu jam 05.00-06.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB

C. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut yang optimal untuk menjamin keberlangsungan hidup larva berada pada kisaran >5 mg/l

Prosedur pengukurannya dilakukan dengan mencelupkan DO-meter ke permukaan air dan dasar wadah dengan frekuensi 2 kali/hari yaitu pada jam 05.00-06.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB

D. Ketinggian air

Ketinggian air yang optimal untuk menjamin keberlangsungan hidup larva berada pada kisaran 20-50 cm.

Prosedur pengukurannya dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai kepermukaan air menggunakan meteran.

3.2 Manajemen Produksi

A. Sistem pemeliharaan

Untuk menghasilkan benih sampai pada ukuran ¾ inchi maka waktu yang dibutuhkan selama 21 hari. Sebelum menghasilkan larva maka terlebih dahulu dilakukan penyuntikan induk ikan patin menggunakan ovaprim (hormon). Setelah disuntik maka akan menghasilkan telur dan kemudian menghasilkan larva. Setelah itu maka dilakukan pemeliharaan larva sampai menghasilkan benih ukuran ¾ inchi.

B. Manajamen Pakan

1. Kultur Artemia

Prosedurnya

Pertama adalah menyiapkan media air kemudian memasukkan garam ke dalam air sampai salinitas air 25 ppt. Setelah itu menyalakan lampu kemudian panen artemia bisa dilakukan setelah 12 jam masa kultur. Proses pemanenan dilakukan dengan membuka kran yang ada di media dan menampunya di media saring. Setelah itu bisa langsung diberikan ke wadah pemeliharaan larva patin. Frekuensi pemberian artemia dilakukan setiap dua jam.

Page 5: Proposal Pembenihan Patin

Tabel 1. Dosis Penggunaan Pakan Hidup Untuk 100.000 larva patin

Hari Ke

Jenis pakan hidup

Naupli Artemia sp(g) Tubifex sp (liter)

2 3.2

3 7.2

4 11.2

5 16

6 20.8 1

7 22.2 1

8 23.5 1.5

9 1.5

10 2

11 2

12 2.5

13 2.5

2. Pemberian cacing

Prosedurnya

Dilakukan dengan mencincang cacing dengan pisau setelah itu dilakukan pencucian air dan kemudian langsung diberikan ke media pemeliharaan. Bisa juga dilakukan tanpa terlebih dahulu mencincang cacing tetapi langsung diberikan ke media pemeliharaan setelah di cuci.

3. Pemberian pakan buatan

Prosedurnya

Jenis pakan yang diberikan berupa pakan terapung yang ukurannya kecil. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari bobot massa benih patin.

3.3 Prosedur Kegiatan Operasiol

Page 6: Proposal Pembenihan Patin

Tabel. Jadwal Kegiatan Program Pendederan Ikan Patin

No Uraian KegiatanMinggu ke- 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1

1 Persiapan wadah √ Pembelian alat √ Instalasi Hatchery √ Pembersihan wadah √ Pengisian air √ 2 Penebaran larva √ 3 Pemberian pakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √4 Pengelolaan air √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5Penanggulangan hama dan penyakit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Sampling benih Pertumbuhan √ √ √ √ √ √ √ √ Populasi √7 Pemanenan √

IV. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 7: Proposal Pembenihan Patin

4.1 Aspek Pasar

4.1.1 Permintaan

Permintaan terhadap benih ikan patin cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan budidaya ikan patin yang semakin meluas di beberap wilayah di Indonesia, diantaranya di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Jawa dan Sumatera Barat. Ukuran benih yang banyak diminati atau dipasarkan adalah benih kelas tebar kategori P II A (ukuran ¾-2 inchi). Sementara itu permintaan benih kelas tebar kategori P II B (ukuran 2-3 inchi) relatif sedikit.

Permintaan pasar terhadap benih ikan patin diperkirakan akan semakin meningkat dengan drastis. Hal ini berkaitan dengan program Kementerian dan Perikanan (KKP) tentang pembangunan perikanan tahun 2010-2014, bahwa produksi perikanan budidaya tawar Nasional akan ditingkatkan menjadi 1,8 juta ton.

4.1.2 Penawaran

Dengan memperhatikan perkembangan produksi dan penjualan benih patin. Kemudian diikuti dengan perkembangan pembesaran ikan patin maka produksi ikan patin semula hanya ikan patin lokal tangkapan yang berasal dari perairan umum. Namun , saat ini produksi ikan patin sebagian besar adalah budidaya, terutama sejak diperkenalkannya ikan patin jenis siam dari Thailand. Wilayah produksi budidaya ikan patin terdapat pada daerah tertentu, seperti Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau, Kalimantan Selatan dan Jawa. Dari segi sumberdaya yang tersedia, wilayah tersebut cukup potensial untuk pengembangan budidaya ikan patin.