Proposal Kualitatif - Kesulitan Belajar Siswa
Click here to load reader
-
Upload
rizka-pradhana-hidayanto -
Category
Documents
-
view
2.306 -
download
20
Transcript of Proposal Kualitatif - Kesulitan Belajar Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, focus
penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
1. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu kegiatan yang dijalankan secara sadar, sengaja, teratur
dan terencana guna mengubah dan mengembangkan kualitas manusia didalam
suatu sekolah. Sekolah adalah lembaga formal yang menjadi sarana
pencapaian tujuan tersebut. Melalui sekolah, siswa dapat belajar berbagai
macam hal. Baik ilmu pengetahuan maupun ketrampilan. Kedua aspek
tersebut dapat kita temukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah
menengah kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah.
Secara umum sekolah menengah kejuruan merupakan penghasil tenaga
professional dalam berbagai bidang kerja. Namun sekarang ini persaingan
dunia kerja yang semakin ketat dan meningkatnya standar kelulusan sekarang
ini. Semua itu tergantung hasil belajar dan kemampuan yang dimiliki siswa
masing-masing. Karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru senantiasa
mengharapkan agar anak didiknya dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-
baiknya. Dalam kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan tidak dapat
mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Beberapa siswa masih
menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah diusahakan dengan
sebaik-baiknya oleh guru. Dengan kata lain, mengalami kesulitan belajar.
Setiap anak atau siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan
orang lain, dan setiap orang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Setiap
anak atau siswa memiliki perbedaan, baik pada aspek fisik, emosional,
intelektual, social, lingkungan dan tingkat ekonomi yang berbeda-beda.
Page | 1
Hal itu dapat menjadi factor penyebab sulitnya siswa dalm belajar.
Masing-masing faktor saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang
mudah dikontrol untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa ada masalah yang dihadapi oleh siswa
dalam belajarnya. Setiap siswa pernah mengalami kesulitan belajar meskipun
dalam tingkat yang berbeda-beda.
Keadaan seperti di atas sering dialami oleh lembaga pendidikan di
berbagai jenjang. Kondisi yang sama juga dialami oleh siswa kelas II jurusan
Otomotif di SMK Negeri 39 Klaten. Terlihat masih banyak dari siswa yang
memperoleh pretasi belajar dibawa rata-rata. Ini menunjukan adanya kesulitan
belajar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Untuk iu harus ada
penanganan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa. Yakni dengan
mendiaknosis dan mencari solusi dari kesulitan belajar yang dialami siswa.
2. Fokus Penelitian
Agar yang dibahas tidak meluas maka focus dalam penelitian ini adalah
studi kesulitan belajar siswa kelas II jurusan Otomotif di SMK Negeri 39
Klaten.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapi dalm penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui factor-faktor kesulitan belajar siswa kelas II jurusan
Otomotif di SMK Negeri 39 Klaten tahun ajaran 2010/2011.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
a. Bagi Siswa
- Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar
- Meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
Page | 2
b. Bagi Guru
- Sebagai acuan mengajar bagi guru supaya lebih baik
- Menjadi bahan bagi dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan
belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
- Sebagai sumbangan informasi penting yang baik bagi sekolah dalam
rangka perbaikan proses belajar mengajar.
- Sebagai sumber data, informasi, dan bahan referensi bagi penelitian
sejenis
Page | 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN
1. Kajian Teoritis
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Menurut Totok Santoso
(1986:1) secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses untuk
memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Dalam pengertian ini
belajar mengandaikan dua hal, yaitu proses dan hasilnya (out come) atau
manifestasi (eksternal). Proses diartikan sebagai perubahan internal dalam
diri individu yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Sedangkan
perbuatan (performance) merupakan hasil yang dicoba diukur untuk
dilihat atau merupakan hasil belajar yang sudah dinyatakan dengan ukuran
tertentu.
Menurut M. Surya dan M. Amin (1980:14) kegiatan belajar di sekolah
mempunyai tujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku
bagi setiap siswa dalam rangka mencapai tingkat perkembangan yang
optimal. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-
menerus. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
lainnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
Belajar juga sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan (Zainal Aqib, 2002:62).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Rochman Natawidjaja, 1984:13).
Page | 4
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang
lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun
yang menyangkut nilai dan sikap/ afektif (Arief S. Sadiman, 1996:2).
Asas-asas belajar menurut Abu Ahmadi dalam Totok Santoso (1986:6)
sebagai berikut:
1) belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntut subyek
yang belajar untuk mencapai harapan-harapannya;
2) belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru maupun buku pelajaran;
3) belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh antara
subyek dengan lingkungannya;
4) belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang dipelajari dapat
dikuasainya;
5) belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan Prinsip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting
yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Jika hal
tersebut diabaikan, maka dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak
optimal. Prinsip-prinsip belajar tersebut meliputi kesiapan belajar,
perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan,
materi pelajaran yang menantang, balikan dan penguatan, dan perbedaan
individual ( Max Darsono dkk, 2000: 30).
Page | 5
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, dalam rangka mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dalam aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif). Perubahan yang terjadi
dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan berlangsung seumur
hidup sejak lahir hingga meninggal.
B. Pengertian Kesulitan
Pengertian Kesulitan belajar secara umum dalam konteks ini adalah
jenis-jenis kesulitan belajar yang pada umumnya terjadi pada anak-anak
disekolah.
Ada beberapa kasus kesulitan belajar yang termasuk dalam kategori
ini, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu :
1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan
minat belajar.
2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif terhadap
guru, pelajaran, dan situasi belajar.
3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang
salah.
4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara
kondisi obyektif keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif
instrumental impuls dan lingkungannya.
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi motor bakar.
Page | 6
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar antara lain
(Rochman Natawidjaja,1984:20) :
a) Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompok kelas).
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Semisal ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat
tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
d) Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e) Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos,
datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di
dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur
dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan tidak mau
bekerja sama, dan sebagainya.
f) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah
tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.
Banyak hal yang dapat manghambat dan menggangu kemajuan belajar,
bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar pada pokoknya dapat digolongkan menjadi
dua faktor (Zainal Aqib,2002:62-67) :
1) Faktor Internal ialah faktor yang datang dari diri pelajar atau siswa
sendiri
a) Faktor Biologis
Faktor bialogis adalah faktor yang berhubungan dengan
jasmaniah siswa.
Page | 7
Faktor ini misalnya :
- Kesehatan
Kesehatan adalah faktor penting dalam belajar. Pelajar yang
tidak sehat badannya tentu tidak dapat belajar dengan baik.
Konsentrasinya akan terganggu dan pelajaran sukar masuk.
- Cacat badan
Cacat badan dapat juga menghambat belajar dan yang
termasuk cacat badan misalnya setengah buta, setengah tuli,
gangguan bicara, dan sebagainya. Anak-anak yang mengalami
cacat badan alangkah lebih baik jika dimasukkan dalam
pendidikan khusus atau Pendidikan Luar Biasa.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan
rohaniah. Faktor ini yaitu:
Intelegensi
Faktor intelegensi adalah faktor intern yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bilamana
pembawaan intelegensi anak memang rendah, maka anak
tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Seperti
cacat mental yang dibawa sejak lahir (idiosi, embisilitas dan
debilitas).
Perhatian
Perhatian juga merupakan faktor penting dalam usaha
belajar anak. Untuk dapat menjamin belajar yang baik, anak
harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila
bahan pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa
bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar. Sehingga
prestasi belajarnya menurun.
Untuk itu maka pendidikan harus mengusahakan agar
bahan pelajaran yang diberikan dapat menarik perhatian siswa.
Page | 8
Minat
Bahan pelajaran yang menarik minat/keinginan anak akan
dapat dipelajari oleh anak dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya
bahan yang tidak sesuai dengan minat/keinginannya pasti tidak
dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya. Minat sering timbul bila ada perhatian.
Bakat
Bakat dalam hal ini salah satu factor membantu dan
mempermudah dalam belajar atau menyelesaikan suatu
pemasalahan.
Namun bagi siswa yang kurang berbakat dalam bidang
yang sedang dijalani akan merasa kesulitan. Dan jika
keberhasil menyelesaikan tugasnya pun tak sebaik siswa yang
berbakat dalam bidang itu. Oleh karena itu, pengertian tentang
bakat adalah hal yang juga menentukan dalam suksesnya
belajar.
Emosi
Dalam keadaan emosi yang mendalam ini tentu belajarnya
mengalami hambatan-hambatan. Anak-anak semacam ini
membutuhkan situasi yang cukup tenang dan penuh pengertian
agar belajarnya dapat lancar.
2) Faktor Ekstern ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau siswa
a) Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan keluarga ini lah bisanya siswa banyak
mengalami kesulitan belajar. Hal ini karena waktu mereka lebih
banyak bersama keluarga. Adapun factor dalam hal ini adalah:
Faktor orang tua
Faktor orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat
Page | 9
mendidik anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang
baik tentu akan sukses dalam belajarnya.
Faktor lain yang ada hubungannya dengan faktor orang tua
adalah hubungan orang tua dengan anak. Apakah terdapat
kedekatan atau kesenjangan.
Faktor suasana rumah
Lingkungan keluarga yang lain dapat mempengaruhi usaha
belajar anak adalah faktor suasana rumah. Suasana rumah yang
terlalu gaduh tidak akan mendukung anak belajar dengan baik.
Misalnya, rumah dengan penghuni yang banyak maka akan
mempengaruhi konsentrasi anak dalam belajar.
Faktor ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan juga dalam
belajar anak. Misalnya, anak dari keluarga mampu maka dapat
membeli perlengkapan belajar dengan lengkap namun anak
dari keluarga yang kurang mampu akan mengalami kesulitan
dalam membeli perlengkapan sekolah sehingga dapat
mengganggu proses belajar.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terkadang juga menjadi salah satu faktor
penyebab kesulitan belajar siwa. Adapun yang termasuk dalam
faktor ini adalah :
- Cara penyajian pelajaran yang kurang baik
- Hubungan guru dan murid yang kurang harmonis
- Hubungan antar murid yang kurang baik
- Bahan pelajaran yang sulit dimengerti oleh anak
- Alat-alat pelajaran yang kurang lengkap
- Pemberian materi pelajaran di saat yang kurang tepat. Semisal
pemberian materi pelajaran setelah olah raga maka siswa
mengalami kecapaian dan kurang konsentrasi.
Page | 10
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu factor yang
memungkinkan terjadinya kesulitan belajar siswa. Hal ini karena
lingkungan masyarakat akan akan menjadi contoh sehingga
membentuk sikap dan kebiasaan siswa. Adapun yang termasuk
dalam faktor ini ialah:
o Media massa, seperti bioskop, radio, televisi, surat kabar,
majalah dan sebagainya. Semua ini dapat memberi pengaruh
yang kurang baik terhadap anak.
o Teman bergaul yang memberikan pengaruh yang tidak baik
o Corak kehidupan tetangga
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah hambatan atau
ganguan yang dialami siswa dalam belajar. Yang menyebabkan
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar.
Hal ini karena setiap siswa mempunyai karakteristik individu yang
berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun social-emosional.
Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan belajarnya
mesing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai jenis
kesulitan belajar yang berbeda pula., sesuai dengan karakteristik dan
potensinya masing-masing. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan
oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan
fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, serta
faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya
motivasi dan minat belajar.
C. Pengertian Studi Kasus
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang. Hal itu bertujuan agar orang dapat Page | 11
memahami kesulitan-kesulitannya yang dialami serta menolongnya dalam
usaha penyesuaian diri atau adjustment (Kartini dan Gulo, 2000).
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis
dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)
menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji
unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan
sernua variabel yang penting.
Menurut I. Djumhur (1985) studi kasus adalah suatu teknik
mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu
memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Studi kasus juga merupakan
metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid
secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai
penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel, 1995).
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983) studi kasus adalah metode
pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative
artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat
komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi
individu secara lengkap.
Studi kasus sendiri mempunyai tujuan untuk memahami siswa sebagai
individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari
pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa
untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada
diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi
permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan
kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Page | 12
Dan sasaran studi kasus yang dilakukan biasanya adalah individu yang
menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan
bantuan yang serius pula.
Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah
murid yang menjadi suatu problem (problem case).
Jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri
dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak
mengalami gangguan mental. Studi kasus mempunyai metode dalam
pelaksanaannya. Ciri-ciri metode yang digunakan yakni :
1. Mengumpulkan data yang lengkap
Studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek
kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi
dan analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan
dalam identifikasi dan analsis masalah maka besar kemungkinan
terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan dapat terjadi
malpraktik.
2. Bersifat rahasia
Studi kasus tidak dapat dipisahkan dari bimbingan dan konseling,
maka salah satu kode etik dalam konseling yaitu asas kerahasiaan.
Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan konseli
(baca : siswa). Disisi lain, sangat mungkin informasi yang diperoleh
belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila informasi
tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari
berbagai pihak. Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan
pihak-pihak yang dianggap perlu mengetahui keadaan konseli
sebenarnya.
3. Dilakukan secara terus menerus (kontinyu)
Studi kasus juga merupakan proses memahami perkembangan
siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus menerus
sehingga terbentuk gambaran individu yang obyektif dalam berbagai
Page | 13
segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang
dihadapinya.
4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah
Studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan secara rasional dan
obyektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah
dengan mengacu kaedah-kaedah yang rasional dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran dan validitasnya.
5. Data yang diperoleh dari berbagai pihak
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan dengan
permasalahan yang dihadapi siswa. Pengumpulan data tentang siswa
yang bermasalah didapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan
dengan siswa tersebut.
Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan
orang tersebut apakah dekat/mempengaruhi dalam permasalahan
siswa, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan yang
bukan berdasarkan gossip, rumor atau kabar burung, mempunyai
informasi yang relevan dengan permasalahan individu.
Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi
kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan
berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik
berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu
maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis,
keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah
(diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi
individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada
guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data
yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah
Page | 14
sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan
individu dalam penyesuaiannya.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut
maka timbulah masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas II jurusan Otomotif
di SMK Negeri 39 Klaten tahun ajaran 2010/2011.
Page | 15
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan
sebagai tempat untuk memperoleh data yang berguna untuk mendukung
tercapainya tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan
penelitian di SMK Negeri 39 KLATEN, yang beralamat dijalan Batu
No.14 RT.3, RW.5, Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Adapun pemilihan
tempat ini karena beberapa alasan diantaranya:
SMK Negeri 39 KLATEN merupakan salah satu sekolah menengah
kejuruan yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk menghasilkan
tenaga profesiaonal dalam bidang mesin salah satunya otomotif.
SMK Negeri 39 KLATEN juga merupakan sekolah menengah
kejuruan yang cukup berprestasi di lingkup Klaten, Jawa Tengah dan
telah dipercaya oleh masyarakat.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus 2010 – Desember
2010. Adapun perinciannya alokasi penelitian adalah sebagai berikut.
Page | 16
Tabel 1. Waktu Penelitian
Bulan Agustus September Oktober November Desember
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judulPembuatan proposalSeminar proposalPerijinan penelitianPelaksaan penelitianPenulisan laporan penelitian
2. Populasi Dan Sampel
a) Populasi
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 108) “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2002 :
220) “ Seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut
populasi atau universe”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas II jurusan otomotif di SMK Negeri 39 KLATEN tahun ajaran
2010/2011. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 40 siswa.
b) Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 109) “Sampel adalah sebagian
wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
didasarkan pada Nomogram Harry King. Populasi yang ada yaitu 40 siswa
Page | 17
dengan taraf signifikansi 5% maka dapat diambil sampel sebanyak 70%
yaitu 28 siswa. Sampel 28 siswa dari 40 siswa dalam penelitian ini sudah
dapat mewakili populasi yang ada.
Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
Proportional Random Sampling. Pendapat Husaini Usman dan R.
Purnomo Setiady Akbar (2003 : 183) “Sampling random proporsional
(proportional randam sampling) yaitu pengambilan contoh secara cak
(random) yang dilakukan secara undian, ordinal atau table bilangan
random atau dengan computer yang dihitung berdasarkan perbandingan”.
Sesuai teknik random sampel maka perhitungan pengambilan sempel tiap
kelas adalah
Jadi subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas II jurusan Otomotif di
SMK Negeri 39 Klaten yang mengikuti mata pelajaran motor bakar
dengan jumlah keseluruhan 28 orang.
3. Sumber Data
Sumber data adalah sumber informasi tentang data dalam penelitian. Secara
umum data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Sumber Data penelitian ini adalah siswa kelas II jurusan Otomotif,
peneliti, dan pengamat.
Data yang diperlukan dalam penelitian ada dua macam yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara.
Observasi dijadikan sebagai penilaian terhadap proses kegiatan belajar
mengajar yang dijalankan dan melihat factor-faktor yang memungkinkan
menjadi sumber kesulitan belajar siswa. Selain itu wawancara juga dijadikan
sebagai sumber untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Wawancara ini
Page | 18
dilakukan secara langsung kepada subjek penelitian yakni siswa. Dan untuk
data sekunder diperoleh dari data dokumentasi.
Data ini diperoleh dari pencatatan sumber yang memungkinkan menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa. Sumber data ini data tertulis yang dimiliki
guru dan sekolah. Hal ini seperti sarana dan prasarana belajar, kemampuan
mengajar guru, metode mengajar, peraturan sekolah dan lain-lain.
4. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam memperoleh data
dalam penelitian. Dalam suatu penelitian, penelitian harus menyusun
instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang diperlukan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpul data
antara lain :
a) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara memperoleh suatu data dengan
melakukan suatu pencatatan pada sumber-sumber data yang ada pada
lokasi penelitian. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah dokumentasi,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya yang
dapat memberi informasi tentang factor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
b) Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi,2002 :128). Metode ini
digunakan untuk mencari dan mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar siswa kelas II jurusan Otomotif di SMK Negeri 39
Page | 19
Klaten. Berikut adalah kisi-sisi angket yang digunakan peneliti untuk
pengambilan data:
Tabel 2. Kisi-Kisi Angket
No. PertanyaanJawaban
SS S RR TS STS
1.Selalu datang tepat waktu dalam mata pelajaran motor bakar.
2.Suasana dirumah cukup kondusif untuk belajar
3.Mempunyai sarana dan buku pelajaran yang lengkap
4.Metode pembelajaran yang digunakan cukup baik
5.Sarana dan prasarana belajar di sekolah cukup lengkap.
6. Menyukai pelajaran motor bakar.7. Tidak mempunyai penyakit kronis/cacat
8.Penghasilan orang tua mempu memenuhi kebutuhan sehari-hari
9.Hidup dilingkungan yang cukup baik dan bersih
` Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
c) Metode Wawancara
Metode Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden. Metode
Page | 20
wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan penjawab atau responden. (Moh Nazir, 1988:234).
Adapun pedoman wawancara yang digunakan peneliti sebagai berikut:
1. Dimana tempat tinggal mu?
2. Apa pekerjaan orang tuamu?
3. Berapa jumlah saudaramu?
4. Apa saja kegiatanmu dirumah sesudah pulang sekolah?
5. Apakah kamu mempunyai penyakit kronis?
6. Apakah sarana dan buku pelajaran kamu lengkap?
7. Apakah sarana dan prasarana belajar disekolahmu lengkap?
8. Apakah metode belajar yang diterapkan disekolah sudah tepat?
Jelasakan!
9. Apakah kamu menyukai mata pelajaran motor bakar? Jelasakan!
10.Apa saja yang sudah dapat kamu lakukan setelah belajar motor
bakar?
d) Observasi
Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indra (pengamatan langsung)
(Suharsimi,2002:133)..
Dalam pelasanaannya pengamat menggunakan lembar pengamatan
(observasi) yang dibuat untuk mengamati kesulitan belajar yang dialami
siswa dan factor-faktor penyebabnya. Pengisian lembar pengamatan
berdasarkan data yang dilihat oleh peneliti dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini peneliti melakukan kerjasama dengan guru
pamong atau temannya untuk pengisisan lembar pengamatan.
Page | 21
Tabel 3. Lembar Pengamatan/Observasi Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar Siswa.
No. Objek Observasi Hasil Observasi
1. Kesehatan
2. Cacat
3. Kemampuan Inteligensi
4. Perhatian
5. Minat
6. Bakat
7. Lingkungan Keluarga
8. Lingkungan Sekolah
9 Lingkungan Masyarakat
5. Teknik Analisis Data
Pada prinsipnya metode analisis data digunakan untuk mengolah data untuk
mencari kesimpulan. Arikunto (1998:236) menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh
dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan
pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka
diperlukan adanya teknik analisis data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik naturalistic
yaitu teknik analisis data yang disajikan dalam bentuk kata-kata verbal, bukan
dalam bentuk angka. Data yang berupa kata-kata tersebut masih sangat
beragam, sehingga harus diolah agar menjadi sistematis, ringkas, dan logis.
Page | 22
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam menganalisis masing-masing
hasil data yaitu:
a) Teknik Analisis Data Dokumentasi
Data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen di analisis dengan
menggunakan teknik analisis data model interaktif sebagiamana
disampaikan diatas dan mengarah pada kajian isi dari dokumen-dokumen
yang didapat tersebut dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk kalimat
secara kualitatif. Menurut Krippendorff (1980: 21) sebagaimana dikutip dari
Lexy J. Moleong (2007 : 220) kajian isi adalah teknik penelitian yang
dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data
atas dasar konteksnya.
b) Teknik Analisis Data Angket (Kuesioner)
Data yang diperoleh dari instrumen angket akan ditampilkan dalam
bentuk uraian dan prosentase serta tabel. Hasil analisis ini akan
menyampaikan faktor-faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
kesulitran belajar siswa yang dilihat dari aspek internal dan ekternal siswa.
Penghitungan prosentase adalah dengan rumus sebagai berikut:
N = X : Y x 100 %
Keterangan:
N : Prosentase responden hasil pencapaian (Sangat setuju, Setuju,
Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju) pada setiap aspek
X : Jumlah responden hasil pencapaian (Sangat setuju, Setuju, Ragu-
ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju) pada setiap aspek
Y : Jumlah responden seluruhnya ( 28 ).
Page | 23
Dalam instrumen angket faktor kesulitan belajar siswa tersebut dicari
rata-rata dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut:
Ñ = ∑ N : n
Keterangan:
Ñ : Rata-rata prosentase hasil pencapaian pada setiap aspek dari
setiap indikator
∑ N : Jumlah prosentase hasil pencapaian pada setiap aspek dari setiap
indikator
n : Jumlah item pertanyaan dalam angket pada setiap aspek dari
setiap indikator
Hasil perhitungan dengan cara diatas menunjukkan prosentase faktor
yang memungkinkan menjadi penyebab kesulitan belajar responden. Dan
untuk menghitung rata-rata faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
ÑA= ∑ Ñ : a
Keterangan:
ÑA : Jumlah rata-rata prosentase akhir hasil pencapaian pada setiap
aspek kesiapan siswa dalam berwirausaha
∑ Ñ : Jumlah prosentase hasil pencapaian pada setiap aspek kesiapan
siswa dalam berwirausaha
a : Jumlah indikator dari setiap aspek kesiapan siswa dalam
berwirausaha
Hasil akhir adalah jumlah prosentase rata-rata faktor yang
Page | 24
memungkinkan menjadi penyebab kesulitan belajar siswa (ÑAtotal) yang
menyatakan sangat tinggi dikulminasi dengan tingkat yang menyatakan
tinggi.
Sehingga hanya ada satu tingkat hasil pencapaian yaitu tinggi.
Sedangkan tingkat faktor yang memungkinkan menjadi penyebab kesulitan
belajar siswa yang menyatakan sedang dikulminasi dengan tingkat yang
menyatakan rendah. Sehingga hanya ada satu tingkat hasil pencapaian yaitu
rendah. Sehingga terdapat dua rata-rata faktor yang memungkinkan
menjadi penyebab kesulitan belajar siswa (ÑAtotal) yakni ÑAtinggi dan
ÑArendah. Hasil perhitungan analisis diatas menggunakan rumus sebagai
berikut:
ÑAtinggi = ST + T
Keterangan :
ÑAtinggi = Kulminasi dari hasil pencapaian Sangat Tinggi dan Tinggi
ST = Hasil pencapaian Sangat Tinggi
T = Hasil pencapaian Tinggi
ÑArendah = S + R
Keterangan :
ÑArendah = Kulminasi dari hasil pencapaian Sedang dan Rendah
S = Hasil pencapaian Sedang
R = Hasil pencapaian Rendah
c) Teknik Analisis Data Wawancara
Data yang diperoleh dari wawancara akan ditampilkan dalam bentuk
uraian yang memuat tentang faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa. Hal tersebut kemudian disimpulakan oleh peneliti.
Page | 25
Dan apa saja rata-rata faktor yang dialami siswa. Sehingga memungkinkan
menjadi penyebab kesulitan belajar siswa
d) Teknik Analisis Data Observasi
Data yang diperoleh dari observasi akan ditampilkan dalam bentuk
uraian yang memuat tentang faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa. Berikut adalah penjabaran pengisian lembar
observasi :
Untuk objek observasi kesehatan diisi dengan hasil pengamatan terhadap
kesehatan siswa pada saat proses pembelajaran motor bakar.
Untuk objek observasi cacat diisi dengan hasil pengamatan terhadap
kondisi fisik siswa, cacat atau tidak.
Untuk objek observasi kemampuan inteligensi diisi dengan hasil
pengamatan terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan
permasalahan.
Untuk objek minat diisi dengan hasil pengamatan terhadap keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran
Untuk objek bakat diisi dengan hasil pengamatan terhadap kemampuan,
kecepatan dan keluesan dalam menyelesaiakan masalah.
Untuk objek lingkungan keluarga diisi dengan hasil pengamatan
terhadap kondisi keluaga siswa. Baik keuangan dan jumlah keluarga.
Untuk objek lingkungan sekolah diisi dengan hasil pengamatan terhadap
kondisi yang terjadi disekolah. Baik dari metode mengajar, sarana dan
prasarana, serta kemapuan mengajar guru,
Untuk objek lingkungan masyarakat diisi dengan hasil pengamatan
terhadap kondisi yang terjadi disekeliling siswa tersebut. Baik dari teman
bergaul maupun masyarakat
6. Validitas Data
Page | 26
Memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah maka peneliti haruslah melakukan pemeriksaan keabsahan data. Data
yang didapat atas dasar keabsahan dari kepala sekolah. Teknik pemeriksaan
keabsahan data menurut Lexy J. Moleong (2007 : 326-332) antara lain dapat
dilakukan melalui :
a) Ketekunan / keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang
diamati. Dengan ketekunan pengamatan ini maka peneliti dapat
mengadakan pengamatan dengan teliti, rinci, dan berkesinambungan
tehadap faktor-aktor yang menonjol sehingga diperoleh kedalaman data
b) Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi ini antara lain dapat
dilakukan melalui :
Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti menbandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan
menbandingkan informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda,
antara lain dari guru, siswa ataupun dokumen-dokumen.
Triangulasi metode
Triangulasi metode yaitu pencocokan informasi yang diperoleh
dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya antara angket,
wawancara, pengumpulan dokumen maupun observasi.
Dan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode, yakni untuk
menjawab masalah pertama menggunakan observasi dan pengumpulan
dokumen sedangkan untuk menjawab masalah kedua menggunakan
Page | 27
wawancara dan angket.
7. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut :
a) Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi kegiatan perijinan, penyusunan strategi
pengumpulan data, strategi penelitian dan persiapan yang menyangkut
alat-alat bantu pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya, kegiatan persiapan
adalah sebagai berikut :
a) Penyusunan jadwal penelitian.
b) Penyusunan alat-alat bantu pengumpulan data. Hal ini termasuk
pedoman pertanyaan dalam kegiatan wawancara.
c) Pengurusan perijinan ke Pembantu Dekan III FKIP Universitas Sebelas
Maret
d) Pengurusan perijinan penelitian ke SMK Negeri 39 Klaten
b) Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini meliputi pengumpulan data yang
diperoleh melalui wawancara, pengunaan angket, dokumentasi serta
observasi langsung. Data-data tersebut diperoleh dari sumber-sumber yang
telah dipilih. Data yang dikumpulkan tersebut adalah data yang berkaitan
faktor-faktor yang memungkinkan menjadi penyebab kesulitan belakar
sisiwa. Kemudian melakukan review dan pembahasan data yang telah
terkumpul. Setelah itu mengelompokkan data sesuai dengan kelompok
data masing-masing. Hal ini memudahkan untuk analisis data dan
pengolahan data.
c) Analisis Dan Pengolahan Data
Page | 28
Kegiatan analisis dan pengolahan data ini meliputi pengujian data,
analisis dan pengolahan data yang telah dikumpulkan melalui hasil
wawancara, angket, dokumentasi dan observasi langsung.
d) Penyajian Simpulan/Hasil
Simpulan data yang disajikan berupa laporan yang bersifat naturalistik
dari data rata-rata factor yang memungkinkan menjadi penyebab kesulitan
belajar siswa kelas II di SMK Negeri 39 Klaten. Penyusunan data ini
dilakukan secara sistematis, logis, kompleks dan sederhana serta selektif
yakni dengan menggunakan bahasa dan kalimat peneliti sehingga lebih
mudah dipahami.
Keempat langkah dalam proses penelitian tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dimana setiap langkah merupakan hal
yang harus dilakukan untuk menuju langkah selanjutnya. Dalam hal ini juga
terjadi hubungan antar satu langkah dengan langkah lain. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Page | 29
Persiapan
Pengumpulan Data Analisis Dan Pengolahan Data
Penyajian Simpulan /Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta Rineka Cipta.
Mardiati, Busono. (1988). Pandangan Mengajar Buku Diagnosis dalam
Pendidikan. Jakarta: Debdikbud
Yusuf, M. Sunardi, Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi Anak dengan
Problema Belajar. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Edi, Purwanto. (1996). Pendiagnosisan Kesulitan Belajar. Edukasi. No. 03-04/
TH VIII Juli- Desember 1996, Hlm 93-103
Suharsimi, Arikunto. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Dimyati; Mudjiono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Ngalim Purwanto, M. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud
Page | 30