Proposal Karaginan Rumput Laut
-
Upload
kemal-bocah-regge -
Category
Documents
-
view
347 -
download
10
description
Transcript of Proposal Karaginan Rumput Laut
1. RANGKUMAN EKSEKUTIF
Bagai onggokan serat kusut berwarna hijau kehitaman dan berlendir,
wujud rumput laut ketika habis dipanen mungkin tampak menjijikkan. Namun,
tumbuhan berderajat rendah ini sesungguhnya merupakan "tambang emas".
Budi daya rumput laut harus diikuti dengan pengembangan industri
pengolahannya. Karena, sesungguhnya nilai tambah yang tinggi justru pada
pengolahan pascapanen. Industri pengolahan bahan baku rumput laut menjadi
bahan setengah jadi apalagi bahan jadi belum banyak dilakukan di Indonesia.
Sebagian besar produksi rumput laut di ekspor sebagai bahan mentah, yaitu
rumput laut yang telah dikeringkan. Padahal bila bahan baku rumput laut diolah
dapat memberi nilai tambah beberapa kali lipat. Pengolahan rumput laut yaitu E
cottonii menjadi karaginan misalnya, Farid Ma’ruf dari BRKP memberi gambaran
dicapai 20 hingga 30 kali lipat peningkatan nilai tambahnya. Bila dijual dalam
bentuk bahan baku harganya 0,3 dollar AS perkilogram. Namun, dalam bentuk
SRC (semi refined carrageenan) berharga 6 dollar AS/kg dan menjadi 10 dollar
AS/kg dalam bentuk jadi sebagai bubuk karaginan.
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai
bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karaginan
dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di
samping mengekspor rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari
tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai saat ini industri
pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi
industri, sedangkan untuk karaginan dan alganit belum diolah di dalam negeri.
Selain jenis rumput laut penghasil agar-agar, terdapat juga jenis lain yang
cukup potensil dan banyak di perairan Indonesia yaitu Eucheuma sp. yang dapat
menghasilkan karaginan dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegunanaan,
dimana karaginan tersebut bersifat hidrocolloid, terdiri dari dua senyawa utama,
senyawa pertama bersifat mampu membentuk gel dan senyawa kedua mampu
menyebabkan cairan menjadi kental. Komponen tersebut pada hakekatnya adalah
suatu polisacharida yang terdiri dari ketiga kelompok besar : agar-agar,
1
carrageenan dan gelans yang memiliki beberapa sifat yang mirip dengan alginat
pada ganggang coklat dan secara kolektif polisacharida dari ganggang tersebut
dikenal sebagai phycocolloid. Polisacharida-polisacharida tersebut terdiri dari
unit-unit Galaktose dan membentuk ikatan Glucosidec secara berselang dengan
α1–3 dan β1–4. Kandungan ester sulfat dapat digunakan sebagai parameter untuk
membedakan berbagai jenis polisacharida dari ganggang merah. Menurut Food
Chemical Codex (1974) yang disebut carrageenan minimal harus mengandung
sulfat 18% dari berat kering, sedangkan agar-agar hanya mengandung sulfat 3–
4%.
Karaginan, biasanya diproduksi dalam bentuk garam Na, K, Ca yang
dibedakan dua macam yaitu Kappa karaginan dan lota karaginan berasal dari
Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum. Iota kagarinan berasal dari Eucheuma
spinosum. Kedua jenis karaginan tersebut dapat berfungsi sebagai stabilizer,
thickener, emulsifer, gelling agent, pengental. Pemakaian karaginan diperkirakan
80% digunakan di bidang industri makanan, farmasi dan kosmetik. Pada industri
makanan sebagai stabilizer, thickener, gelling agent, additive atau komponen
tambahan dalam pembuatan coklat, milk, pudding, instant milk, makanan kaleng
dan bakery.
Untuk industri non food antara lain pada industri :
- farmasi : sebagai suspensi, emulsi, stabilizer dalam pembuatan pasta gigi,
obatobatan, mineral oil.
- Industri-industri lain : misalnya pada industri keramik, cat dan lain-lain.
Untuk itu kami mencoba mengolah rumput laut kering yang ada di KEPRI
menjadi karaginan yang merupakan bahan setengah jadi untuk membuat berbagai
macam produk seperti agar yang banyak dijadikan bahan baku yang sering
digunakan oleh perusaan industri makanan maupun kosmetik. Dengan adanya
produk karaginan rumput laut ini, akan meningkatkan mutu jual dan nilai tambah
dari produk rumput laut tersebut.
2
2. DESKRIPSI PERUSAHAAN
A. Latar Belakang
UKM Pulau Biru berdiri pada tanggal 26 desember 2010 di
Tanjungpinang. Nama Pulau Biru diambil dari nama sebuah pulau impian di
provinsi KEPRI. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di sektor
perikanan,dimana perusahaan ini bergerak pada pengolahan hasil perikanan
menjadi barang jadi maupun setengah jadi.
B. Tujuan
Adapun tujuan berdirinya perusahaan ini dengan tujuan sebagai berikut:
1.Meningkatkan nilai komoditi perikanan yang ada di KEPRI sehingga memilki
nilai jual yang lebih tinggi.
2.Meningkatkan kesejahteraan masyarat khususnya masyarakat pesisir
3.Memperkenalkan produk lokal yang ada di KEPRI pada tingkat nasional
maupun internasional.
4.Membuka lapangan pekerjaan.
C. Target
Perusahaan kami ini memiliki target 1000 kg/bulan pengolahan rumput
laut kering menjadi karaginan.
D. Komoditi
UKM Pulau Biru memproduksi Karaginan dari rumput laut yang
merupakan bahan setengah jadi untuk berbagai produk.
E. Bentuk organisasi
Usaha ini memiliki bentuk kerjasama yang saling terikat antara investor
modal, pekerja ahli di bidang pengolahan sumber perikanan serta masyarakat
pembudidaya bahan baku.
3
F. Jenis Usaha
Perusahaan ini mengkhususkan pada usaha pengolahan sumberdaya
perikanan lanjutan yang menggunakan bahan baku rumput laut hingga
menghasilkan produk olahan berupa karaginan dimana lebih memfokuskan pada
usaha kecil menengah (UKM).
4
3. RENCANA PRODUKSI
A. Lokasi
UKM Pulau Biru direncanakan akan didirikan di Tanjugpinang, Propinsi
KEPRI.
B. Sumber Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan kami berasal dari rumput
laut yang mana rumput laut yang digunakan dalam pengolahan karaginan adalah
jenis Euchcuna spinosa atau Eucheuma cottonii dan dipasok dari tanjungbalai.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan untuk mendukung produksi antara lain:
peralatan ekstraksi
peralatan pencucian
peralatan pemekatan (evaporator)
peralatan pemisah (filtrasi centrifuge)
tangki pengendapan (precipitator)
alat pengering (roll drum dryer)
grinder (mill)
peralatan pengepakan.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam usaha pengolahan, diantaranya:
rumput laut jenis Eucheuma sp.
Air
NaOH / Ca (OH)2
Isopropil alcohol
Carbon aktif.
5
D. Proses Produksi
Pengolahan rumput laut menjadi karaginan dilakukan dengan ekstraksi
panas dalam suasana basa. Tahap-tahap proses pengolahan karaginan secara
umum terdiri dari pencucian, perebusan/ekstradisi, penyaringan, pengendapan
filtrat dengan al kohol, pengeringan dan penepungan.
- Pencucian
Rumput laut yang akan diekstraksi dicuci dan dibersihkan dengan air
untuk menghilangkan pasir, garam, kapur, karang, potongan tali dan rumput laut
jenis lainnya yang tidak diinginkan.
- Ekstraksi :
Rumput laut yang telah bersih kemudian direbus/diekstraksi dalam air
dengan volume 40 - 50 kali berat rumput laut kering, pH air ekstraksi diatur
dengan menggunakan larutan NaOH sehingga diperoleh pH 8 - 9. Perebusan
pertama dilakukan selama 30 - 60 menit pada suhu 90 - 95°C. Rumput laut
kemudian dihancurkan sehingga berbentuk bubur rumput laut. Ekstraksi kedua
dilakukan selama 2 sampai beberapa jam tergantung jenis rumput laut yang
diekstraksi. Menurut Marine Colloid Inc untuk rumput laut jenis Eucheuma
cottonii dilakukan selama 18 jam, sedangkan untu jenis Eucheuma spinosum
dilakukan selama 3 jam.
- Penyaringan :
Setelah proses ekstraksi selesai bubur rumput laut ditambah dengan filter
aid (celite atau tanah diatomae) dengan konsentrasi 3-4%. Penyaringan dilakukan
dengan filter press, dalam keadaan panas sehingga memudahkan penyaringan.
Filtrat hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 0,05% NaC untuk
memudahkan proses pengendapan.
6
- Pengendapan :
Pengendapan karaginan dilakukan dengan cara menuangkan filtrat ke
dalam isopropyl alkohol sambil diaduk-aduk selama 15 menit, sehingga terbentuk
seratserat karaginan. Perbandingan filtrat dan isopropyl alkohol yang digunakan
adalah 1 : 2. Serat-serat karaginan yang diperoleh kemudian direndam kembali
dengan isoprpyl alkohol selama 30 menit sehingga diperoleh serat karaginan yang
lebih kaku.
- Pengeringan dan Penepungan :
Serat-serat karaginan kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu
60°C sampai kering, kemudian digiling sehingga diperoleh tepung karaginan.
7
4. RENCANA PEMASARAN
A. Target Market
Usaha pembuatan karaginan rumput laut yang di usahakan oleh UKM
Pulau Biru ditargetkan untuk tujuan pasar lokal dan ekspor industri pasar luar
negeri seperti Singapura, Hongkong, Jepang.
B. Strategi Pemasaran
1). Produk (product)
Karaginan yang diproduksi oleh UKM Pulau Biru merupakan olahan
barang setengah jadi dari rumput laut yang selanjutnya dapat dijadikan berbagai
macam produk oleh industri makanan dan kosmetik. Produk jadi karaginan
dikemas sedemikian rupa menggunakan kemasan yang telah disterilkan sehingga
tetap terjamin mutunya hingga mencapai pasar yang dituju.
2). Harga ( Price )
Dari segi harga, perusahan kami mampu bersaing di pasar nasional
maupun internasional karena bahan baku yang kami pakai tersedia dalam jumlah
yang cukup. Selain itu, untuk ekspor kami memberikan harga relatif lebih murah
dibanding usaha daerah lain yang dikarenakan faktor geografis lokasi perusahaan
kami yang dekat dengan negara tujuan ekspor.
3). Distribusi (Place)
Distribusi karaginan berorientasi lokal maupun ekspor menggunakan
jalur pelabuhan dengan pengangkutan menggunakan jasa kapal distribusi.
4). Promosi (Promotion)
Promosi terhadap produk karaginan dilakukan melalui keikutsertaan
produk kami baik di ajang pameran yang diadakan oleh pihak pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat. Selain itu, kami juga mengembangkan usaha melalui
jalur promosi produk di internet.
8
5. BIAYA PRODUKSI
A. Sumber Biaya
Seluruh biaya yang diperlukan dalam proses produksi karaginan di peroleh
dari pihak investor modal, sedangkan pihak lokal hanya berperan dalam pencarian
lokasi perusahaan dan tenaga ahli terkait.
B. Estimasi Biaya
Biaya bahan baku Rp 9.000,-/kg * 1000kg = Rp 9.000.000,-
Biaya Investasi Rp 1.750.000.000,-
C. Sistem Bagi Hasil
Sistem keuntungan yang diterapkan menggunakan perbandingan 60 : 40,
dimana 60 untuk penanam modal dan 40 untuk perusahaan.
9