Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL MELALUI TINDAKAN LOKAL PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK ...

30
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat, terutama adanya pemanasan global yang tejadi di seluruh permukaan planet bumi ini dari daerah ekuator, sub tropik sampai daerah lintang tinggi bahkan sampai kutub. Kondisi seperti ini dipicu oleh aktifitas manusia yang terfokus kepada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sesaat tanpa memperhitungkan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Aktifitas masyarakat perkotaan menghasilkan berbagai polutan gas rumah kaca (CO 2 , CH 4 , N 2 O) dan gas-gas polutan lain (CO, SO 2 , NO 2 , partikulat dll.) yang menyebabkan peningkatan penyerapan radiasi gelombang panjang bumi, sehingga menyebabkan peningkatan suhu udara. Selain meningkatkan suhu udara, polutan udara juga menyebabkan kualitas udara menjadi menurun sehingga mengganggu kesehatan serta kenyamanan manusia. Menurut Murdiyarso (2003) gas rumah kaca global pada jaman pra industri sebesar 290 ppmv (CO 2 ), 700 ppbv (CH 4 ) dan 275 ppbv (N 2 O). Kemudian meningkat cepat yaitu pada tahun 1998 menjadi 360 ppmv (CO2), 1.745 ppbv (CH4) dan 311 ppbv (N2O). Diperkirakan oleh para ahli, pada tahun 2050 CO 2 mencapai 550 ppmv. Kualitas udara di atmosfer bumi terus memburuk, diperkirakan dalam kurun waktu 100 tahun mendatang

Transcript of Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL MELALUI TINDAKAN LOKAL PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK ...

Page 1: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat, terutama adanya pemanasan

global yang tejadi di seluruh permukaan planet bumi ini dari daerah ekuator, sub tropik

sampai daerah lintang tinggi bahkan sampai kutub. Kondisi seperti ini dipicu oleh

aktifitas manusia yang terfokus kepada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sesaat

tanpa memperhitungkan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

Aktifitas masyarakat perkotaan menghasilkan berbagai polutan gas rumah kaca

(CO2, CH4, N2O) dan gas-gas polutan lain (CO, SO2, NO2, partikulat dll.) yang

menyebabkan peningkatan penyerapan radiasi gelombang panjang bumi, sehingga

menyebabkan peningkatan suhu udara. Selain meningkatkan suhu udara, polutan udara

juga menyebabkan kualitas udara menjadi menurun sehingga mengganggu kesehatan

serta kenyamanan manusia.

Menurut Murdiyarso (2003) gas rumah kaca global pada jaman pra industri sebesar

290 ppmv (CO2), 700 ppbv (CH4) dan 275 ppbv (N2O). Kemudian meningkat cepat yaitu

pada tahun 1998 menjadi 360 ppmv (CO2), 1.745 ppbv (CH4) dan 311 ppbv (N2O).

Diperkirakan oleh para ahli, pada tahun 2050 CO2 mencapai 550 ppmv.

Kualitas udara di atmosfer bumi terus memburuk, diperkirakan dalam kurun waktu

100 tahun mendatang peningkatan polutan udara terutama gas-gas rumah kaca ini

menyebabkan suhu udara rataan akan meningkat sebesar 4,5 ºC. Tingginya gas rumah

kaca ini dibarengi dengan terus merosotnya luas hutan. Hasil pengukuran World Bank

(1995) dalam Murdiyarso (2003), kerusakan hutan tercatat sebesar 1,3 juta ha/tahun,

sedangkan menurut Walhi (1999) dalam Murdiyarso (2003) tercatat 2,4 juta ha/tahun.

Peningkatan suhu udara akibat terus meningkatnya polusi udara dan menurunnya

luas hutan, dapat ditanggulangi dengan dibangunnya hutan di perkotaan. Hutan kota

dapat menyerap dan menjerap berbagai polutan udara sehingga akan meningkatkan

kualitas udara serta mempunyai fungsi sebagai climate amelioration (memperbaiki

kondisi iklim.

Page 2: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan

ibukota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 terletak antara

6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Wilayah ini berbatasan :

 Sebelah Utara    :  Kabupaten Bekasi, Kota Depok,  Sebelah Barat    :  Kabupaten Lebak (Prop. Banten) Sebelah Barat Daya   :  Kabupaten Tangerang  Sebelah Timur   :  Kabupaten Karawang Sebelah Timur Laut   :  Kabupaten Purwakarta Sebelah Selatan   :  Kabupaten Sukabumi Sebelah Tenggara   :  Kabupaten CianjurTengah   :  Kotamadya Bogor

Peta Administrasi Kabupaten Bogor disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. peta administrasi Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kabuaten Bogor merupakan wilayah pengembangan dan buffer Kota Jakarta.

Perkembangan kotanya sangat pesat. Di Kota ini terjadi peningkatan jumlah penduduk,

Page 3: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

luas permukiman, jumlah transportasi dan industri juga berkembang pesat. Di Kecamatan

Gunung Putri dan Citeurep terdapat beberapa industri skala besar. Berbagai macam

aktifitas ini menyebabkan tingginya polutan udara di Kabupaten Bogor. Polutan udara

yang tinggi menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan di perkotaan.

Kondisi ini akan menurunkan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini

diantaranya adalah meningkatnya suhu udara, berubahnya iklim mikro, meningkatnya

konsentrasi polutan udara, terganggunya kesehatan warga masyarakat dll.

Oleh karena itu penataan kota berdasarkan kaidah konservasi dalam mewujudkan

kota lestari di Kabupaten Bogor sangat penting yaitu dengan cara mengalokasikan ruang

untuk pembangunan hutan kota serta mengatur tata letak, penentuan tipe, bentuk, strata

vegetasi hutan kota, agar dapat berfungsi optimal dalam mengantisipasi adanya

pemanasan di perkotaan yang dampaknya bersifat lokal. Apabila tindakan lokal seperti

ini dilakukan bersama-sama di seluruh kota di planet bumi ini maka harapan perbaikan

kondisi iklim global tidak mustahil akan terwujud.

Selain dapat berdampak positif dalam mitigasi pemanasan global, pengelolaan hutan

kota yang tepat akan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota diantaranya adalah

menciptakan iklim mikro yang nyaman, pemasok oksigen, penapis bau, penjerap polutan,

pengabsorbsi bermacam polutan udara, sebagai habitat satwa (serangga, burung dll.),

menciptakan estetika yang indah dll. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan kota yang

dapat dijadikan penyangga kehidupan warga masyarakat kota secara lestari.

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan penataan hutan kota, termasuk

penentuan tipe, bentuk, strata vegetasi dan tata letak hutan kota yang disesuaikan dengan

kondisi lingkungan (fisik dan biotik, lingkungan yang sudah terbangun) serta kondisi

sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat agar tercipta kota lestari yang dapat

memberikan manfaat sebagai penyangga kehidupan warga masyarakat yang berkualitas

dan lestari.

Kerangka pikir kegiatan disajikan pada Gambar 2.

Sumber polutan

Page 4: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Gambar 2. Kerangka pemikiran mitigasi pemanasan global melalui tindakan lokal dengan penataan tipe, bentuk dan tata letak hutan kota untuk mewujudkan kota lestari.

Dalam bagan alir ini dijelaskan dampak dari berbagai aktifitas manusia yang

menghasilkan emisi polutan udara sehingga menyebabkan konsentrasi polutan udara di

Kualitas Sistem Penyangga Kehidupan

KOTA LESTARI

Kualitas Lingkungan Pemanasan Global

Transportasi

Polutan udara

Pemanasan udara

Industri Permukiman Sumber lain

Penataan dan Pengelolaan Hutan Kota

Topografi Cuaca

(angin) Lingkungan

fisik lain (tanah)

Nilai sosial budaya

Manfaat ekonomi

Polutan udara

Kualitas udara

Page 5: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

atmosfer meningkat serta menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan

udara. Peningkatan konsentrasi polutan dan pemanasan udara akan menyebabkan

kualitas udara dan kualitas lingkungan menurun sera menyebabkan kenyamanan

terganggu.

Hutan kota berperan penting dalam menjerap dan menyerap berbagai macam

polutan sehingga daat menurunkan konsentrasi polutan udara, mengurangi efek rumah

kaca sehingga dapat menurunkan suhu udara. Kondisi ini dapat meningkatkan kualitas

lingkungan dan kenyamanan serta dapat mewujudkan kota lestari yang dengan daya

dukung tinggi sehingga dapat menjadi penyangga kehidupan bagi warga masyarakat yang

tinggal di dalamnya.

1.3. Manfaat

Perbaikan Kualitas Udara

Hasil kegiatan ini sangat penting sebagai dasar pengelolaan lingkungan hidup untuk

meningkatkan kualitas lingkungan. Penentuan tata letak hutan kota yang tepat dan

disesuikan dengan kondisi lingkungan seperti topografi, iklim (curah hujan, suhu udara,

angin), letak sumber pencemar dan letak permukiman, man kota akan dapat menjerap dan

menyera polutan dengan maksimal. Hal ini akan sangat mengurangi konsentrasi polutan

udara di atmosfer perkotaan. Selain itu hutan kota juga dapat menghasilkan oksigen yang

sangat penting dan menyehatkan manusia. Pengelolaan hutan kota yang tepat akan dapat

meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.

Mengantisipasi Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca di atmosfer terjadi pada saat polutan udara khususnya gas rumah

kaca terdapat di lapisan troposfer. Radiasi matahari yang sampai di atmosfer akan

mengalami pembauran, refleksi dan diteruskan ke permukaan bumi. Sebagian besar

radiasi matahari yang sampai permukaan bumi, diserap kemudian dipancarkan oleh

permukaan tersebut dalam bentuk radiasi gelombang panjang. Gas rumah kaca memiliki

sifat menyerap radiasi gelombang panjang. Oleh karena itu radiasi gelombang panjang

yang seharusnya sebagian besar lolos ke angkasa, terserap oleh gas rumah kaca sehingga

Page 6: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

terperangkap dan mengakibatkan suhu udara meningkat. Proses seperti ini disebut efek

rumah kaca.

Perkotaan dengan penduduk dan transportasi padat, perkembangan industri yang

pesat serta konsumsi bahan bakar fosil yang tinggi, menyebabkan konsentrasi gas rumah

kaca di atmosfer (udara) tinggi dan dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek

rumah kaca di perkotaan dapat menyebabkan terbentuknya fenomena urban heat island

(pulau panas) yang sekarang sudah terjadi di beberapa kota di dunia termasuk Indonesia.

Fenomena urban heat island dicirikan dengan suhu udara yang lebih tinggi di

perkotaan dibandingkan dengan daerah sekitarnya (sub urban dan rural), karena pancaran

radiasi balik gelombang panjang bumi tertahan oleh polutan yang ada di udara sehingga

menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan suhu udara tinggi. Fenomena urban heat

island dapat diantisipasi dengan penataan dan pengelolaan hutan kota yang tepat agar

dapat menyerap dan menjerap gas rumah kaca sehingga dapat menurunkan suhu udara.

Profil urban heat island disajikan pada Gambar 3.

Sumber : Rosenberg (2009)

Gambar 3. Profil Urban Heat Island.

Perbaikan Cuaca dan Iklim

Page 7: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Penataan hutan kota yang disesuaikan dengan lingkungan setempat akan

menciptakan kondisi iklim mikro yang baik dan nyaman bagi mahluk hidup termasuk

manusia. Hutan kota dapat mengintersepsi radiasi surya sehingga yang dapat mengurangi

intensitas radiasi surya. Penurunan intensitas radiasi surya akan menyebabkan penurunan

suhu udara dan peningkatan kelembaban udara. Kondisi iklim mikro yang baik

memberikan kontribusi positif di dalam menekan laju pemanasan global.

Manajemen Hutan Kota

Saat ini hampir setiap pemerintah daerah di Indonesia memiliki ruang terbuka hijau

termasuk hutan kota. Tetapi didalam pelaksanaannya belum ada panduan yang dapat

dijadikan pegangan bagaimana membangun hutan kota yang baik. Hutan kota dibangun

masih sebatas seperlunya tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan dan berbagai

faktor yang menentukan efektifitas hutan kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan

termasuk iklim. Bahkan menentukan kebutuhan luas hutan kotapun masih belum banyak

dilakukan. Penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat dijadikan dasar dalam

manajemen pengembangan hutan kota di daerah.

1.4. Produk Akhir Kegiatan

Produk akhir dari kegiatan ini adalah tersedianya panduan pengelolaan hutan kota

berdasar kaidah-kaidah konservasi sumberdaya alam dalam rangka upaya mitigasi

pemanasan di perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan sehingga tercipta

kota lestari yang dapat menjadi penyangga kehidupan warga masyarakat kota. Panduan

ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai pertimbangan dalam penataan dan

pengembangan tata ruang yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menciptakan

geen city yang sekarang ini sudah dicanangkan beberapa kota di Indonesia.

1.5. Keberlanjutan Proposal Paska Pelaksanaan

Page 8: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Perancangan pengelolaan hutan kota yang sudah tersusun, dapat digunakan sebagai

acuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, tetapi tentu perlu monitoring dan

evaluasi terus menerus karena semua variabel/faktor yang mempengaruhi kondisi

lingkungan kota terus berubah secara dinamis. Selain itu pemeliharaan hutan kota perlu

dilakukan secara sinergis antar instansi di dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Pembangunan hutan yang memperhatikan kebutuhan ruang publik masyarakat

seperti : kebutuhan akan rekreasi, olah raga dan keindahan, akan memunculkan rasa

memiliki dan rasa tanggungjawab masyarakat untuk memelihara, minimal tidak merusak

hutan kota. Selain itu pemilihan vegetasi lokal, endemik atau khas daerah setempat serta

pemilihan vegetasi yang dapat menjadi habitat satwa (misalnya burung), maka akan dapat

dijadikan masyarakat sebagai tempat pendidikan lingkungan (sebagai laboratorium alam),

bahkan dapat dijadikan obyek penelitian yang sangat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan biologi dan lingkungan.

Oleh karena itu hasil perancangan pembangunan hutan kota ini perlu

disosialisasikan kepada beberapa instansi terkait diantaranya Dinas Pekerjaan Umum,

Dinas Kehutanan, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Jasa Marga, DPRD, tokoh

masyarakat, organisasi pemuda dll. Kegiatan sosialisasi ini akan dapat memberikan

masukan dan penyempurnaan dalam pengelolaan hutan. Selain itu juga dengan sinerginya

berbagai instansi dan berbagai bagian masyarakat dalam pengelolaan hutan kota maka

upaya mitigasi pemanasan global melalui tindakan lokal akan lebih mudah dilaksanakan.

Apabila kegiatan ini berhasil, maka akan dapat dijadikan model di beberapa daerah lain

di Indonesia. Mitigasi pemanasan global akan efektif apabila dilakukan bersama-sama di

seluruh daerah. Mitigasi pemanasan global harus dimulai dari mitigasi tingkat lokal

(daerah).

BAB II. RENCANA KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Page 9: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Perancangan pembangunan hutan kota berbasis konservasi sumberdaya alam dalam

rangka menciptakan kota lestari ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, yaitu :

2.1. Ekplorasi Data

Data yang diperlukan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan permasalahan

lingkungan di Kabupaten Bogor adalah :

a. Perkembangan unit industri

b. Kondisi iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan

arah angin minimal lima tahun terakhir)

c. Data jumlah transportasi, kepadatan lalu lintas, jaringan jalan.

d. Jumlah dan pertumbuhan penduduk.

e. Data monitoring kualitas udara secara time series.

f. Peta penutupan lahan.

g. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor.

h. Data sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

i. Legalitas dan kebijakan mengenai penetapan ruang terbuka hijau (RTH)

termasuk hutan kota.

2.2. Analisis Data Lingkungan Fisik

Analisis data lingkungan fisik (topografi, tanah, iklim) dan biologi akan dapat

menggambarkan kondisi lingkungan Kabupaten Bogor. Topografi, suhu udara dan arah

angin akan menjadi dasar penentuan tata letak hutan kota. Dengan menganalisis kondisi

topografi dan arah angin, dapat diperkirakan pergerakan sumber polutan dan daerah yang

akan terkena dampak. Sedangkan jenis tanah dan kondisi iklim juga dijadikan dasar

pemilihan vegetasi yang cocok dalam membangun hutan kota.

2.3. Analisis Spasial Penutupan Lahan

Analisis spasial penutupan lahan sangat penting untuk memperkirakan lokasi hutan

kota yang tepat. Dari analisis spasial penutupan lahan, maka dapat diperkirakan lokasi

beberapa sumber polutan (area industri, transportasi, sawah, TPA dll.) serta lokasi

Page 10: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

permukiman tempat berdiam warga masyarakat yang harus dilindungi dengan

membangun hutan kota sebagai windbreak serta penjerap dan penyerap polutan udara.

2.4. Analisis Spasial Sebaran Polutan Udara

Hasil analisis spasial sebaran polutan udara disajikan dalam peta dengan tiga

tingkat konsentrasi polutan yaitu : a) area warna hijau (memenuhi standar baku mutu

kualitas udara), b) area warna biru (konsentrasisi polutan sedang), sedangkan c) area

warna merah (di atas standar baku mutu yang berdampak buruk bagi lingkungan). Peta

sebaran polutan udara dan data suhu udara, dijadikan dasar penentuan prioritas lokasi

pembangunan hutan kota.

2.5. Prakiraan Kebutuhan Luas Hutan Kota

Menurut Dahlan (2004), pendekatan parsial yang dapat dijadikan dasar penentuan

kebutuhan luas hutan kota, yaitu :

a. Berdasarkan persen luas dari suatu kota

b. Berdasarkan jumlah penduduk

c. Berdasarkan isu penting

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang terbuka

hijau (RTH) kota adalah sebesar 40 %, sedangkan bedasarkan Peraturan Pemerintah

No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, menyatakan bahwa luasan hutan kota sekurang-

kurangnya 10 % dari luas kota.

Pendekatan yang lain dalam menentukan luas hutan kota adalah berdasarkan

kebutuhan hutan kota per kapita (berdasarkan jumlah penduduk). Berdasarkan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378 Tahun 1987 menetapkan luasan RTH kota

untuk fasilitas umum adalah sebesar 2,53 m2/jiwa dan untuk penyangga lingkungan kota

sebesar 15 m2/jiwa.

Penentuan luas hutan kota berdasarkan isu penting, misalnya kota yang sangat padat

transportasi maka perlu dihitung kebutuhan luas hutan kota berdasarkan jumlah

kendaraan di kota tersebut, serta kebutuhan bensin, solar, minyak tanah, gas dan lain-lain

yang potensial mengemisikan polutan udara, kemudian dihitung kemampuan hutan kota

dalam menyerap polutan.

Page 11: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Jumlah polutan khususnya CO2 dapat dijadikan dasar penentuan kebutuhan luas

hutan kota. Prabang (2009) melakukan pendekatan penentuan luas hutan kota

berdasarkan kemampuannya menyerap CO2 sebagai berikut :

L = aV + bW + c X + d Y + eZ

K

Keterangan :

L = Luas hutan kota (ha)

a = CO2 yang dihasilkan seorang manusia (g/jam)

b = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bensin (g/jam)

c = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran solar (g/jam)

d = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran minyak tanah (g/jam)

e = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran LPG (g/jam)

V = Jumlah penduduk

W = Jumlah konsumsi bensin

X = Jumlah konsumsi solar

Y = Jumlah konsumsi minyak tanah

Z = Jumlah konsumsi LPG

K = Kemampuan hutan dalam menyerap CO2 yaitu sebesar 8.000 gram/jam/ha

(Prabang 2009)

2.5. Perancangan Pembangunan Hutan Kota

Perancangan pembangunan dan pengelolaan hutan kota dihasilkan dengan

mengoverlaykan beberapa peta yaitu peta sebaran polutan udara, peta penutupan lahan

dan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor. Selain itu juga dengan

menganalisis kecenderungan peningkatan suhu udara, jumlah transportasi, jumlah

penduduk dan unit industri maka akan dapat diperkirakan luas hutan kota yang

dibutuhkan. Pembangunan hutan kota juga mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi

dan budaya masyarakat terutama dalam penentuan tata letak hutan kota serta pemilihan

jenis vegetasi. Ada beberapa jenis vegetasi yang sangat erat terkait dengan budaya

Page 12: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

masyarakat yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan hutan kota. Pemilihan

jenis vegetasi ini harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

o Pemilihan jenis tanaman yang dibutuhkan masyarakat

o Pemilihan jenis tanaman endemik dan langka

o Pemilihan jenis tanaman yang mempunyai nilai keindahan

o Kebutuhan akan ameliorasi (perbaikan) iklim yang berkaitan dengan

kenyamanan lingkungan

Pengelolaan hutan kota yang mempertimbangkan semua faktor baik lingkungan

fisik, biologi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat secara partisipatif dengan

melibatkan warga masyarakat serta menampung aspirasi mereka, maka diharapkan akan

dapat mewujudkan kota lestari.

Page 13: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.

Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tentang Luas Ruang Terbuka Hijau. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 tentang Hutan Kota. Jakarta.

Murdiyarso D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Wetlands International. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Prabang S. 2009. Identifikasi Kerawanan Lingkungan sebagai Basis Manajemen Bencana di Jawa Tengah. http://pasca.uns.ac.id/?p=92 (17 Februari 2009).

Rosenberg M. 2009. Urban Heat Island : Urban Heat Islands and Warm Cities. http:// geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/urbanheatisland.htm

Page 14: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

BAB IV. PEMBIAYAAN

No. Keterangan Pengeluaran1. Bahan habis pakai :

a. Alat tulis kantorb. Kertas 10 rimc. Tinta

Rp. 500.000,-Rp. 300.000,-Rp. 1.500.000,-

2. Telpon, fax dll Rp. 3.000.000,-3. Sewa alat untuk digitasi Rp. 5.000.000,-4. Beli citra landsat, penelusuran beberapa peta (peta

topografi, peta penutupan lahan, RTRW dll.)Rp.15.000.000,-

5. Analisis spasial peta penutupan lahan Rp.10.000.000,-Analisis spasial peta sebaran polutan Rp.10.000.000,-

6. Biaya eksplorasi data (data sekunder) sosial, ekonomi, budaya masyarakat

Rp. 5.000.000,-

7. Data Iklim5 parameter x 10 tahun x Rp. 100.000,-

Rp. 5.000.000,-

8. Penelusuran pustaka Rp. 3.000.000,-9. Biaya konsinyasi, rapat-rapat, ansport

Konsumsi : 24 x 1 thn x 4org x Rp. 200.000,- Rp. 19.700.000,-10. Biaya survey lapang (perjalanan dinas) peneliti

8 x 4 org x Rp. 450.000,- Rp. 14.400.000,-

11. Biaya survey lapang (perjalanan dinas) tenaga lapang8 x 4 org x Rp. 200.000,-

Rp. 6.400.000,-

12. Biaya transportasi survey lapang8 x 2 mobil x Rp. 500.000,-

Rp. 8.000.000,-

13. Konsumsi survey lapang8 x 8 org x 3 kali makan x Rp. 35.000,-

Rp. 6.750.000,-

14. Sewa peralatan (termometer air raksa 8 buah, termometer bola kering dan bola basah 8 buah, anemometer 1 buah, hemivericleview 1 buah)

Rp. 3.000.000,-

15. Biaya analisis kondisi iklim, analisis kerapatan (kerindangan pohon), analisis kualitas udara3 jenis analisis x Rp. 3.000.000,-

Rp. 9.000.000

16. Dokumentasi Rp. 1.000.000,-

17. Fotocopy, penjilidan dan penggandaan laporan Rp. 2.000.000,-

18. Honorarium :Ketua tim 1 org x 12 bln x Rp. 750.000,-Anggota tim 3 org x 12 bln x Rp 500.000,-

Rp. 9.000.000,-Rp.18.000.000,-

Jumlah Rp.147.550.000,-

Page 15: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

Biodata Peneliti

Ketua Tim

1. Nama : Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat/Tanggal Lahir : Wonogiri, 4 Juli 1965

4. Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

5. Alamat Rumah : Jl. Citarum No 5 Laladon Indah, Ciomas, Bogor

Telp : (0251) 7520101

Fax : (0251) 637650

6. Alamat Kantor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Po. Box 168, Bogor - 16001

Telp/fax. : (0251)621947

7. Latar Belakang Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan

Universitas/Institut Bidang Keahlian TahunLulus

GelarNama Negara/

kota1 S1 IPB Indonesia, Bogor Agrometeorologi 1989 Ir2 S2 IPB Indonesia, Bogor Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan

1999 M.Si

8. Pengalaman Profesional : Sekretaris Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dari tahun 2005 s/d 2007.

9. Buku Ilmiah/Artikel yang pernah Ditulis

No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun1. Pendidikan Lingkungan Hidup

melalui Pengembangan Katerampilan Berwawasan Lingkungan (Magang Pendidikan Lingkungan Tim Bapedalda Papua)

Siti Badriyah Rushayati Fakultas Kehutanan IPB

2002

2. Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Katerampilan Berwawasan Lingkungan bagi Pendidik Usia Dini

Siti Badriyah Rushayati ASDEP Urusan Sarana dan Pengembangan SDM, Kementrian Lingkungan Hidup

2002

Page 16: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun3. Penghematan Sumberdaya

Alam melalui Re-Use dan Re-Cycle Limbah (pada pelatihan Pendidikan Pengetahuan Hutan dan Lingkungan bagi Guru SD, SLTP)

Siti Badriyah Rushayati Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Bina Penyuluhan Kehutanan, Departemen Kehutanan

2002

4. Buku Seri Keanekaragaman Hayati : Mengenal Keanekaragaman Hayati

Siti Badriyah Rushayati Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan KEHATI dan Coca Cola Fondation

2003

5. Pengembangan Kurikulum Pelatihan di Bidang Lingkungan Hidup (Manajerial, Teknis dan Fungsional)

E.K.S. Harini M., S. Badriyah Rushayati, Rahmad H., Burhanudin M., Lin N.G., Siswoyo

Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

2001

6. Standar Kompetensi Pengelola Ekowisata di Indonesia

E.K.S. Harini M., Ani Mardiastuti, S. Badriyah Rushayati, Rahmad H., Haryanto, Soedibyo, Istanto, Ae Priyatna, Burhanudin M.

Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB, dengan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam Direktorat Pengembangan Wisata Alam, Hutan dan Kebun

2000

7. Pedoman Perencanaan Sumberdaya Manusia Pengelola Lingkungan Hidup dengan Konsep Model Berbasis Ekosistem.

E.K.S. Harini M., S. Badriyah Rushayati, Rahmad H., Burhanudin M., Lin N.G., Siswoyo

Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

2001

8. Buku Pegangan Pembina Pramuka (Pendidikan Pengetahuan Hutan dan Lingkungan untuk Pramuka)

E.K.S. Harini M., S. Badriyah Rushayati, Rahmad H., Burhanudin M., Lin N.G., Siswoyo

Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Perum Perhutani

2000

Page 17: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun9. Buku Pegangan Guru TK

mengenai Pendidikan Hutan dan Lingkungan

E.K.S. Harini M., S. Badriyah Rushayati, Rahmad H., Burhanudin M., Rinekso S., Siswoyo

Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan PT. Perhutani (PERSERO) dan Yayasan Tunas Rimba Perhutani

2002

10. Pengembangan Pendidikan Konservasi melalui Keterampilan Berwawasan Lingkungan (pada Pelatihan Pendidikan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Berbasis Agama)

Siti Badriyah Rushayati Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Royal Netherland Embassy

2004

11. Pengembangan Metode dan Media Pembelajaran Pendidikan Konservasi di Sekolah (pada Pelatihan Pendidikan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Berbasis Agama)

Siti Badriyah Rushayati Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Royal Netherland Embassy

2004

12. Contoh-contoh Praktek Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Siti Badriyah Rushayati Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan PT. Perhutani (PERSERO) dan Yayasan Tunas Rimba Perhutani

2002

13. Penuruna Polusi Timbal oleh Jalur Tanjung (Mimos0s elengi Linn) di Taman Monas Jakarta Pusat

Lindri Suyanti, Siti Badriyah Rushayati, Rachmad Hermawan

Fakultas Kehutanan IPB

2008

14. Ameliorasi Iklim Melalui Zonasi Bentuk dan Tipe Hutan Kota di Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat

(Sedang dilaksanakan)

Ir. Siti Badriyah Rushayati, Msi; Dr. Ir. Endes N. Filmarasa, MS; Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc; Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo

Rachmad Hermawan, M.Sc

Ir. Lilik Budi Prasetyo

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

2009

Page 18: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

9. Daftar Publikasi yang pernah Ditulis

No. Judul Publikasi Penulis Nama Jurnal

Nasional/Internasional

Akreditasi Tahun

1. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu-Tengah

Siti Badriyah Rushayati

Media Konser-vasi

Nasional ISSN 0251-1677

2002

2. Identifikasi Respon Anatomi Daun dan Pertumbuhan Kenari, Akasia dan Kayu Manis terhadap Emisi Gas Kendaraan bermotor.

Siti Badriyah Rushayati, Rizky Yusup Maulana

Media Konser-vasi

Nasional ISSN 0251-1677

2005

3. Struktur Anatomi Daun Akasia dan Sengon Akibat Pencemaran Udara di Jalan Tol Jagorawi Bogor.

Siti Badriyah Rushayati, Haris Imansantosa

Media Konser-vasi

Nasional ISSN 0251-1677

2005

10. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang pernah Dilakukan No. Nama Kegiatan Tempat Bulan/

TahunSasaran Jumlah staf/

mahasiswa/masyarakat yang terlibat

1. Evaluasi Model Pendidikan Pengetahuan tentang Hutan dan Lingkungan bagi Anak Sekolah

BogorCianjur

Januari-April2003

Guru SD, SLTP dan SMU

58

2. Pemberdayaan Perempuan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sekitar Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Bogor, Sukabumi, Cianjur

September-Desember 2001

Perempuan sekitar Taman Nasional

250

3. Penyuluhan Kehutanan Desa Cibadak, Ciampea

28 Agustus 2000

Masyarakat Desa

59

Page 19: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

No. Nama Kegiatan Tempat Bulan/Tahun

Sasaran Jumlah staf/mahasiswa/masyarakat yang terlibat

4. Mengajar pada Magang Kurikulum Muatan Lokal Bidang Pendidikan Lingkungan HidupPropinsi Papua

Departe-men Konser-vasi Sumberdaya huitan, Faklultas Kehutanan IPB

13-16 Oktober 2002

Tim Bapedalda Papua

5

5. Mengajar pada Magang Pendidikan Lingkungan Hidup Tim Bapedalda Binjai

Departe-men Konser-vasi Sumberdaya huitan, Faklultas Kehutanan IPB

7-10 April 2003

Tim Bapedalda Binjai

6

6. Kontes Aksi Bumi dan Lingkungan Hidup (sebagai Pembina)

Bogor, Jakarta dan sekitarnya

Maret-Juni 2003

Mahasiswa dan masyarakat umum

100

7. Pendidikan Lingkungan : Mengenal Hutan

Masjid Al-Hurriyh Kampus IPB Darmaga

26 Juni 2002 Anak-anak peserta Pesantren Kilat

60

8. Sosialisasi Model Pendidikan Hutan dan Lingkungan bagi Anak Sekolah

CianjurSukabumi

2001 Guru Siswa

60 guru250 siswa

9. Sebagai Pengajar pada Diklat Lingkungan Hidup bagi Pendidik Usia Dini (Peserta guru-guru TK dan SD asal Kota Bogor) kerjasama dengan ASDEP Kementrian Lingkungan Hidup

Serpong 1-4 Juli 2002

Guru TK dan SD

40

10. Sebagai Pengajar pada Diklat TOT Lingkungan Hidup bagi Guru SMU Wilayah Jakarta kerjasama dengan ASDEP Kementrian Lingkungan Hidup

Serpong 26 - 30 Agustus 2002

Guru SMU 41

Page 20: Proposal 02 MITIGASI PEMANASAN GLOBAL  MELALUI TINDAKAN LOKAL  PENATAAN TIPE, BENTUK DAN TATA LETAK  HUTAN KOTA

No. Nama Kegiatan Tempat Bulan/Tahun

Sasaran Jumlah staf/mahasiswa/masyarakat yang terlibat

11. Sebagai Pengajar pada Pelatihan Pendidikan Hutan dan Lingkungan Hidup bagi Guru TK Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan PT. Perhutani (PERSERO) dan Yayasan Tunas Rimba Perhutani

Madiun 28-31 Oktober 2002

Guru TK se Jawa di bawah PT Perhutani (PERSERO)

130

12. Penyuluhan tentang penghijauan di SD Sukamantri I

Sukamantri I April 2000 Guru dan siswa SD Sukamantri I

9 guru120 siswa

13. Penyuluhan tentang penghijauan di SLTP Ciomas II

SLTP Ciomas II

April 2000 Guru dan siswa SD SLTP Ciomas II

30 guru120 siswa

14. Sebagai Pengajar pada Pelatihan Pendidikan Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Ciomas, Ciampea Bogor

1-8 Nopember 2000

Guru-guru SLTP 30

15. Sebagai Pengajar pada Pelatihan Pendidikan Lingkungan Berbasis Agama

Bogor 4-8 Mei 200411-15 Mei 2004

Guru dan Pembina Agama SD

42

Bogor, 26 Oktober 2009

Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si