PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

9
Lampiran I LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN OUTDOOR MENGENAI PTIRIASIS VERSIKOLOR I. Latar Belakang Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas dermatofitosis dan non dermatofitosis. Ptiriasis versikolor merupakan penyakit jamur non dermatofitosis superfisial yang sering dijumpai. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur atau kontak langsung dengan penderita. Ptiriasis versikolor disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah ke atas 1

description

pitiriasis

Transcript of PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

Page 1: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

Lampiran I

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN OUTDOOR

MENGENAI PTIRIASIS VERSIKOLOR

I. Latar Belakang

Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan

negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang

sempurna. Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit,

kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya

golongan penyakit ini dibagi atas dermatofitosis dan non dermatofitosis. Ptiriasis

versikolor merupakan penyakit jamur non dermatofitosis superfisial yang sering

dijumpai. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang

terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang

sudah terkontaminasi oleh jamur atau kontak langsung dengan penderita. Ptiriasis

versikolor disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh

karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan

penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah

(misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan.

Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah ke atas yang mengutamakan

penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah (Nasution,

2005).

II. Judul Kegiatan

Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dengan judul “Ptiriasis

Versikolor”.

III. Tujuan Kegiatan

Kegian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui penyakit ptiriasis versikolor.

2. Untuk mengetahui gambaran klinis dari ptiriasis versikolor.

1

Page 2: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

3. Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari ptiriasis

versikolor.

IV. Waktu dan tempat kegiatan

Tempat : Lingkungan sekitar puskesmas Banda Raya

Waktu : Senin, 30 Juni 2014 pukul 10.00-10.30 WIB

Peserta : Warga di sekitar puskesmas Banda Raya

Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah

V. Metode penyuluhan

Dilakukan penyuluhan pada warga sekitar yang sebelumnya telah dibagikan

brosur tentang Ptiriasis versikolor. Terlebih dahulu disampaikan secara ringkas

mengenai Ptiriasis versikolor kemudian menjelaskan bagaimana cara pencegahan

penyakit dan penatalaksanaan penyakit tersebut.

VI. Materi Penyuluhan

Definisi

Ptiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan

oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang

ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya

menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas,

leher, muka, dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu

(Budimulja, 2006).

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur

merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel

rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang

lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro

dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan

organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan)

pembentukan hifa. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya ptiriasis

2

Page 3: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperatur,

kelembaban udara, hormonal dan keringat (Budimulja, 2006).

Faktor Resiko

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter,

pengobatan dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun merupakan faktor resiko

terjadinya ptiriasis versikolor (Wolf, 2007). Faktor lain adalah (Brannon, 2004):

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid

7. Supresi sistem imun

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

Gejala Klinis

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada

keluhan pasien. Pasien yang menderita Ptiriasis versikolor biasanya mengeluhkan

bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi ptiriasis vesikolor yaitu

pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha,

genitalia (Burkhart and Lorie, 2010). Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas

sampai difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai (Jhonson and Suurmond, 2007):

1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus

diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Penegakkan Diagnosis

3

Page 4: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

1. Anamnesis

Penderita biasanya mengeluhkan gatal ringan, yang merupakan alasan

berobat. Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/macula

berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa

gatal yang akan muncul saat berkeringat (Radiono, 2001).

2. Pemeriksaan fisik

Kelainan kulit di temukan di badan terlihat sebagai bercak-bercak

berwarna putih/coklat, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai

difus. Sering didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk

nummular yang meluas membentuk plakat (Madani A, 2000).

3. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%

Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat berdinding tebal

dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih

mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru

laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat

ball and spageti” . Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok

bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas

alcohol 70%, lalu dikerok dengan skapel steril dan jatuhnya ditampung dalam

lempeng-lempeng steril. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan

KOH 10% yang di beri tinta parker biru hitam, dipanaskan sebentar, ditutup

dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya

memang jamur, maka akan terlihat garis yang memiliki indeks bias lain dari

sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-

butir yang bersambung seperti kalung. Pada ptiriasis versikolor hifa tampak

pendek-pendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora

yang berkelompok.

4. Pemeriksaan dengan sinar wood

Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna

seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena

infeksi akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan sampai orange.

Penatalaksanaan

4

Page 5: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

Pengobatan ptiriasis versikolor dapat diterapi secara topikal maupun

sistemik. Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai

60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan

terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi :

Pengobatan topikal

1. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten.

Obat yang dapat digunakan ialah :

a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu.

Obat digosokan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit

sebelum mandi.

b. Salisil spiritus 10 %.

c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan

ekonazol dalam bentuk topikal.

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%.

e. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis

mandi selama 2 minggu (Djuanda, 2013).

2. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus ptiriasis versikolor yang

luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat

diberikan adalah :

a. Ketokonazol

Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari

b. Flukonazol

Dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu

c. Itraconazol

Dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu (Madani A, 2000)

3. Terapi hipopigmentasi

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00

Pencegahan

5

Page 6: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

1. Menghindarkan tubuh berkeringat dan menjauhkan diri dari keadaan tempat

yang panas.

2. Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau

sampo yang mengandung antiseptik.

3. Menggunakan peralatan mandi sendiri dan tidak bergantian dengan orang lain.

4. Mengatasi actor risiko.

VII. Tanya Jawab

VIII. Penutup

Banda Aceh, Juni 2014Mengetahui,

6

Kepala UPTD Puskesmas Banda Raya/ Dokter Pembimbing I

dr. Intan Keumala SariNIP. 19800515 200604 2 012

Dokter Pembimbing II

dr.Sri WahyuniNIP. 19770801 201001 2 008

Page 7: PROMKES PTIRIASIS VERSIKOLOR

7