promkes komunitas
-
Upload
gita-aprilonia -
Category
Documents
-
view
344 -
download
16
description
Transcript of promkes komunitas
MAKALAH KOMUNITAS III
“KONSEP PROMOSI KESEHATAN”
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Annisa Khaidir2. Amelia Ulfa3. Elsa Abel Nuine4. Gita Aprilonia5. Refika Rahmi
6. Riki Alfitra7. Sari Afma Yuliane8. Sesar Fauza Fatimah9. Yolanda Putri10. Yendhika Ivo Apsectya
TINGKAT : III (TIGA)
PRODI : S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Konsep Promosi Kesehatan. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu
tugas matakuliah Komunitas.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.
Bukittinggi, 25 April 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Sejarah Promosi Kesehatan............................................................................ 3
B. Konsep Promosi Kesehatan............................................................................ 4
C. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan............................................................... 8
D. Strategi Promosi Kesehatan........................................................................... 11
E. ...........................................................................................Sasaran Promosi Kesehatan...............................................................................................................14
F. Strategi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)................................ 15
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................... 18
DARTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang
optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-
sama.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan
bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami
akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan
upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma
sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan
mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka
(Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to
improve, their health, WHO, 1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan
dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan
belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal
ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang
menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu
sekaligus kolektif (Taylor, 2003 dalam notoatmodjo).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah singkat promosi kesehatan
1
2. Untuk mengetahui defenisi dari promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui visi dan misi promosi kesehatan
4. Untuk mengetahui ruang lingkup promosi kesehatan
5. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan
6. Untuk mengetahui sasaran promosi kesehatan
7. Untuk mengetahui strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun
1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat
definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada
waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah
yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul
dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),
Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai
Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan
ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara
termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan
Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan
Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya
tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan
lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush
mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya
ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh
pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu
kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva
lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan
persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
3
berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya
di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesiatersebut
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO
baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi
unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami
perubahan menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE).
Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan
pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.
B. KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN
Beberapa definisi promosi kesehatan telah dikemukakan, salah satunya definisi
Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan
cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk
hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari
social dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab
pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al,
2007).
Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya
menekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga
perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan
individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan
kesehatan individu dan masyarakat.
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
4
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian,
sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada
perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan
kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial
untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).
Sebagai bentuk kesinambungan promosi kesehatan maka langkah-langkah
peromosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari monitoring dan evaluasi. Suatu
monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010) :
1. Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama
program perencanaan dan pengembangan.
2. Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis yang
didapat selama implementasinya.
3. Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang akan
dicapai.
4. Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan hasil
sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.
C. VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang
jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang
ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-
program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi
kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun
1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
5
program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian
suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai
dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership)
dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan
kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah
kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang
penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka
6
kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan
tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan
juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung
oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian,
efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat
penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan secara
nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu
Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam
lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat hidup sejahtera dan produkti.
Setiap tahap perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahapan
selanjutnya. Untuk mencegah berjalannya penyakit ke tahapan yang lebih lanjut
lagi, diperlukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan
yang meliputi usaha-usaha berikut ini:
1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek
kehidupan pasien yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.
2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of
prevention) dari Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:
a) Promosi Kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan
umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan,
sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya
tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang sehat. Misalnya, promosi kesehatan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), kesehatan olahraga, dan lain sebagainya.
7
b) Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih
dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit
penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu.Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat
tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Misalmya, Pemberian
Imunisasi, Keluarga Berencana (KB).
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
d) Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksanaan
terapi yang adekuat pada pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah
penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien serat mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
e) Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan
pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau
agar tidak menjadi beban orang lain.
4. Pelayanan rujukan
D. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
8
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan
peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo,
ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek
pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam
pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua
(ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada
anak-anaknya sejak lahir
9
b) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan
pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk
memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan sekolah
yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak.
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja
Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor
kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya
dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik bagi prilaku sehat
karyawan atau pekerjanya.
d) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu
dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang
dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan memberikan
poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga kebersihan.
e) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik,
dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual oleh para
petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga yang ada di tempat pelayanan
kesehatan tersebut.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Leavel and Clark.
a) Promosi Kesehatan.
b) Perlindungan khusus (specific protection).
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d) Pembatasan cacat (disability limitation)
e) Rehabilitasi (rehabilitation).
10
E. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :
1. Strategi Global (Global Strategy)
a) Advokasi (advocacy)
Adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan di berbagai sector
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang
kita inginkan.
b) Dukungan sosial (social support)
Tujuannya adalah untuk mencari dukungan social melalui tokoh-tokoh
masyarakat untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Misalnya : dukungan sosial
berupa seminar, bimbingan kepada tokoh masyarakat.
c) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Suatu kegiatan promosi kesehatan promosi kesehatan yang diberikan secara
langsung dapat membuat masyarakat mewujudkan kemampuannya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka. Misalnya : penyuluhan
kesehatan
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (OttawaCharter)
Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan
strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian
diantaranya :
a) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
Healthy public policy adalah suatu strategi promosi kesehatan yang
ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka
11
mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada
peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak
lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan
sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
b) Lingkungan yang medukung (supportive environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus
memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah
promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja
lingkungan fisik, tetapi lingkungan non fisik yang kondusif terhadap
kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana dan prasarana atau
fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau
sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan
yang mendukung bagi kesehatan tempat-tempat umum antara lain;
tersedianya tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan
bagi perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola
tempat-tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara,
pelabuhan, mall harus menyediakan sarana-sarana untuk mendukung
perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
c) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam
pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan
masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.
12
Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa
masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima
pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan
masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
d) Keterampilan individu (personal skill).
Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya,
mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau
anak-anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
individu, keluarga dan kelompok-kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat
akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat
terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel
skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
e) Gerakan masyarakat (community action).
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
13
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat
di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk
kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
F. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam
tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target.
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan
promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau
kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh
14
bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy)
G. STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada
pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya
merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan
dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal secara
lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat).
Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan
(health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia
ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the
process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari
Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/
Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan
merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya
perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya
perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi
Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual
yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu”
15
yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan
masyarakat.
4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,
sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata
primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan
masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama
untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana
(social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang
dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenalah strategi ABG, yaitu
Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui
atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang
dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan
dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku
sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan
bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan
lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu.
Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga
pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di
masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi
kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where
we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-
tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where
we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah
sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada
kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke
Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
16
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas
program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya
juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti
hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil
kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat.
Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti:
advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut
untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan
hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah
sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya
Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo,
ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek
pelayanan kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.
Advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan
B. SARAN
Dalam mewujudkan promosi kesehatan yang bisa meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat dibutuhkan kerja sama antara unsur-unsur yang
meliputi pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat itu sendiri. Dengan
demikian, taraf kesehatan masyarakat bisa dipelihara atau bahkan ditingkatkan
dengan baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health Promotion.
Victoria, Australia : Oxford University Press.
2. Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.(2009).Ilmu Kesehatan Masyarakat :
Teori dan Aplikasi.Salemba Medika : Jakarta.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
4. Notoatmodjo, Soekidjo.(2010).Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Rineka Cipta :
Jakarta