PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS...

50
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) PADA MENCIT (Mus musculus) ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS...

  • UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)

    PADA MENCIT (Mus musculus)

    ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014

    PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2013

  • UJI TOKSISITAS AKUT

    EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) PADA MENCIT (Mus musculus)

    SKRIPSI

    Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

    syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

    ANDI PUTRI AYUNINTIAS

    N111 07 014

    PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2013

  • UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)

    PADA MENCIT (Mus musculus)

    ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014

    Disetujui Oleh :

    Pembimbing Utama

    Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

    Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

    Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt Usmar, S.Si., M.Si., Apt NIP. 19651010 199203 2 002 NIP. 19710109 199702 1 001

    Pada 7 Juni 2013

  • PENGESAHAN

    UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)

    PADA MENCIT (Mus musculus)

    Oleh :

    ANDI PUTRI AYUNINTIAS N111 07 014

    Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

    Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada tanggal : 7 Juni 2013

    Panitia Penguji Skripsi :

    1. Ketua : Prof.Dr.Gemini Alam, M.Si., Apt ……….......

    2. Sekretaris : Dra.Hj.Aisyah Fatmawaty, M.Si.,Apt. ..…………..

    3. Anggota : Dr.Hj.Latifah Rahman, DESS., Apt. ……….......

    4. Anggota (Ex Officio) : Prof.Dr.Elly Wahyudin, DEA., Apt ……………

    5. Anggota (Ex Officio) : Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. ...……….…

    6. Anggota (Ex Officio) : Usmar, S.Si., M.Si., Apt. ….…………

    Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

    Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri, bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

    Makassar, Juni 2013

    Penyusun

    Andi Putri Ayunintias

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Assalamualaikum Wr.Wb

    Segala Puji hanyalah milik Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya serta kekuatan dan kemudahan yang senantiasa dianugrahkan-

    Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

    “ Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius L.)

    Pada Mencit (Mus Musculus).

    Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari

    berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan tulus penulis

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin,

    Makassar

    2. Ibu Prof.Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. Selaku pembimbing utama, ibu Dra.

    Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. Selaku pembimbing pertama dan Bapak

    Usmar, S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan

    waktu, dan ilmunya dalam memberikan bimbingan mulai dari perencanaan

    sampai terselesainya skripsi ini. Tak lupa kepada Bapak Drs. Kus Haryono,

    M.Si., Apt selaku penasehat akademik atas waktu, bimbingan dan nasehat-

    nasehatnya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi

    UNHAS sampai terselesaikannya skripsi ini.

    3. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan mem-berikan

    masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

    4. Segenap Dosen, Asisten Dosen, Staf Laboratorium, dan Staf pegawai

    Fakultas Farmasi atas bantuannya selama ini.

  • 5. Ayahanda Andi Amsal, Bc.Ku dan Ibunda Hj.A. Suriani, S.Pd tersayang,

    semua ini tiada artinya tanpa dukungan dan doa kedua orang tua tercinta.

    Saudaraku tersayang adikku A. Dwi Annisa Fahira, atas perhatian, kasih

    sayang, dukungan moril maupun materil serta doa yang tak pernah putus.

    6. Seluruh Sahabat-sahabatku tanpa terkecuali yang selalu menemani baik

    suka maupun duka dan mendoakan baik dalam menjalani masa pendidikan

    dari awal semester hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

    7. Kakanda Sukamto S Mamada S,Si., Apt. dan Maria Katanun S,Si. serta

    saudara Wiro Ratupanrita, atas segala bantuan, dukungan, dan masukan

    kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian untuk merampungkan skripsi

    ini.

    8. Christian Aspriamijaya dan Grisye Torri sebagai rekan kerja dalam

    menyelesaikan penelitian ini.

    9. Segenap Komponen UKM Seni Tari Universitas Hasanuddin atas dukungan

    dan doanya selama ini.

    10. Seluruh angkatan 2007 Farmasi UNHAS, 0ne7hink community, Serta

    Rekan-rekan dan semua pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan

    terima kasih atas bantuan dan doanya.

    Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

    jauh dari kesempurnaan, Dengan segala kerendahan hati, penulis mengajak

    semuanya untuk bersama-sama saling memperbaiki dan melengkapi, saran

    dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat

    bagi para pembaca.

    Makassar, Juni 2013

    Andi Putri Ayunintias

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv

    LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v

    UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi

    ABSTRAK..................................................................................... ix

    ABSTRACT .................................................................................. x

    DAFTAR ISI .................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ........................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 4

    II.1 Uraian Tanaman ............................................................ 4

    II.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................. ....... 4

    II.1.2 Nama Daerah .......................................................... .... 4

    II.1.3 Morfologi Tanaman .................................................. ... 4

    II.1.4 Kandungan Kimia ...................................................... .. 6

    II.1.5 Pemanfaatan dan Kegunaan .................................... .. 7

    II.2 Simplisia……………………………. ................................ 7

    II.3 Infundasi ............................................................ ........... 8

    II.3.1 Metode Infundasi ……………………………….............. 8

    II.4 Uraian Mengenai Toksisitas …….…………………………… 9

  • II.4.1 Mekanisme Terjadinya toksisitas ………………………….. 11

    II.4.2 Metode Pengujian Toksisitas ……………………………….. 12

    II.4.3 Uji Toksisitas Akut ………………………………………….. 13

    II.4.4 Dosis Letal Menengah (LD50)……………………………….. 15

    II.4.5 Cara Penentuan LD50………………………………………. 16

    II.5 Sistem Saraf………………………………………………..….. 17

    II.6 Pemilihan dan Persyaratan Hewan Uji……………………. 19

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 21

    III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ...................................... 21

    III.2 pengambilan dan Penyiapan Sampel .......... ……………. 21

    III.3 Pembuatan Infusa ......................................... ……………. 21

    III.4 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji……………………….. 22

    III.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji…………………………… 22

    III.6 Pengamatan………………………….. ............................ 22

    III.7 Pengumpulan dan Analisis Data....................................... 24

    III.7 Pembahasan Hasil………................................................. 24

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 25

    IV.1 Hasil Penelitian............................................................. 25

    IV.2 Pembahasan ................................................................ 25

    BAB V PENUTUP ......................................................................... 30

    V.1 Kesimpulan .................................................................... 30

    V.2 Saran ............................................................................. 30

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 31

    LAMPIRAN ................................................................................... 33

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Gambar bagian-bagian tanaman kasumba turate ……………….. 6

    2. Mekanisme Keracunan................................. ................................ 11

    3. Tanaman Kasumba Turate (Chartamus tinctorius L.)................... 39 Senyawa-senyawa Urikosurat ……………………………… 25

    4. Hewan Coba Mencit ( Mus musculus ) ......................................... 39

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Data Efek Toksik Setelah Pemberian Ekstrak Air Kasumba Turate.......................................……………………………………... 26

    2. Data Jumlah Kematian Hewan Uji Setelah Pemberian Ekstrak Air Kasumba Turate .................................................................. 28

    Senyawa-senyawa U

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Skema Kerja ....................................................................... 33

    2. Hubungan Antara Faktor Pembobotan dan Kategori

    Efek..................................................................................... 34

    3. Perhitungan Antara Banyaknya Efek Yang Tampak Dihubungkan Dengan Faktor Pembobotan Masing-masing Aktivitas Yang Diamati ........................................................ 35

    4. Gambar-gambar pelaksanaan dan hasil penelitian…………… 39

  • ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian tentang uji toksisitas akut ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius. L.) pada mencit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang gejala-gejala toksik yang timbul pada mencit setelah pemberian ekstrak dan penentuan LD50. Mencit yang digunakan sebanyak 60 ekor, terdiri atas 30 ekor mencit jantan dan 30 mencit betina, dibagi dalam 6 kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina. 1 kelompok diberi Air sebagai kontrol dan 5 kelompok diberi ekstrak air kasumba turate dengan dosis pemberian berturut-turut 1 mg/kg BB, 5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB. Pengamatan efek toksik didasarkan atas perubahan tingkah laku mencit seperti peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak, kejang, urinasi, salivasi, diare dan kelumpuhan dengan waktu pengamatan berturut-turut 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180 dan 240 menit. Untuk penentuan LD50 didasarkan pada jumlah mencit yang mati dalam setiap kelompok dalam waktu 24 jam sampai 7 hari. Analisis data menunjukkan bahwa efek toksik yang paling dominan adalah efek peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak, urinasi, dan diare. Sedangkan analisis LD50 dengan metode Reed and Muench tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat kelompok dosis yang kematian hewan ujinya mencapai 50 persen atau lebih, sehingga ekstrak air kasumba turate dapat di kategorikan sebagai bahan yang praktis tidak toksik.

  • ABSTRACT

    A research concerning the acute toxicity of the Kasumba Turate extract (Carthamus tinctorius. L.) on mice had been done. This research was to get description about the toxic symptoms and LD50. Sixty mice were used, consist of the thirty female mice and thirty male mice, were divided into six groups, were each group consisted of five male and five female mice. One group was given water treated as a control and the other groups were administrated orally with kasumba turate extract with 1 mg/kg BB, 5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, and 2000 mg/kg BB by respectively. The observation of toxic effect based on the change of mice’s behavior such as increased respiratory rate, motor activity decreased, seizures, urination, salivation, diarrhea and paralysis in period 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180 and 240 minutes. Determination of LD50 based on the number of dead mice from each group during 24 hours until 7 days. The result of toxic effect showed that the dominant toxic effect was increased respiratory rate ,depression central nervous system and muscle relaxation, salivation, and diarrhea. Analized of LD50 with method of Reed Muench and cannot be because not there are dose group which death of its test animal reach 50% or more, so that extract irrigate turate kasumba earn in categori practical upon which is not toxic.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisonal adalah salah satu program

    pelayanan kesehatan dasar serta merupakan suatu alternatif untuk memenuhi

    kebutuhan dasar penduduk di bidang kesehatan (1). Agar peranan obat tradisional,

    khususnya tanaman berkhasiat obat dalam pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan,

    perlu didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan serta

    keamanan suatu tanaman obat (1). Keraguan dalam pemanfaatan obat tradisional

    dapat teratasi dan masyarakat indonesia dapat menggunakan obat tradisional secara

    tepat dan aman karena telah melalui tahap pengujian secara ilmiah (2).

    Bunga kasumba turate atau safflower (Carthamus tinctorius L.) merupakan

    salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak khasiat, dikenal sebagai bahan

    tambahan kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan. Di Cina,

    bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti penyumbatan pembuluh

    darah di otak, rematik, bronkhitis, mem-perkuat sirkulasi darah, hati, juga menunjukkan

    efek yang bermanfaat pada sakit dan pembengkakan karena trauma. Selain itu juga

    biasanya digunakan oleh masyarakat di daerah Sulawesi Selatan sebagai obat

    tradisional untuk mengobati penyakit campak (morbili). Bunga kasumba turate

    (Carthamus tinctorius L.) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang larut dalam air,

    yaitu carthamidin dan carthamin, yang berwarna orange-merah dan larut dalam larutan

    alkali. Bunganya mempunyai 0,3-0,6 % carthamin. Flavonoid, glikosida, sterol dan

    derivat serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan biji (3).

    Seduhan dari mahkota bunga kasumba turate yang dikeringkan juga

    memperlihatkan efek meningkatkan aktivitas antibodi imunoglobulin M (IgM) dan

  • imunoglobulin G (IgG) pada mencit (4). Oleh karena itu dibutuhkan serangkaian

    pengujian seperti uji khasiat, toksisitas, sampai uji klinik dengan didukung oleh

    pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektifitasnya dapat dioptimalkan.

    Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dirancang untuk

    mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24

    jam setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling

    sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah dosis letal

    tengah (LD50). (5). Sedangkan data kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan

    klinis, morfologis, dan mekanisme efek toksik (5).

    Atas dasar tersebut dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek

    toksisitas akut kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai ekstrak air pada

    mencit yang diukur secara kuantitatif dengan LD50 dengan metode Reed dan Muench

    yaitu dengan menghitung jarak proporsi kemudian ditentukan logaritma perbandingan

    dosis dan menentukan nilai dosis kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai

    ekstrak yang mengakibatkan kematian 50% populasi mencit. Dengan demikian dapat

    menjadi sumber informasi penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas akut pemberian

    ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap mencit dan

    memperkirakan resiko penggunaan kasumba turate pada manusia.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Uraian Tanaman

    II.1.1 Klasifikasi Tanaman (6, 7)

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Anak Divisi : Angiospermae

    Kelas : Magnoliopsida

    Anak kelas : Sympetalae

    Bangsa : Asterales

    Suku : Asteraceae

    Marga : Carthamus

    Jenis : Carthamus tinctorius Linn.

    II.1.2 Nama Daerah (6,7)

    Jawa : Kembang pulu

    Makassar : Kasumba Turate

    Bugis : Rale’

    Umum : Kesumba

    II.1.3 Morfologi Tumbuhan (6,7,8)

    Tegak lurus bercabang banyak, tanaman menahun, tinginya 30-180 cm.

    Sistem akar terbentuk dengan baik, berwarna coklat kehijauan, akar tebal dan

    gemuk, menusuk sampai 3 m ke dalam tanah, cabang sampingnya tipis

    mendatar, sebagian besar terdapat di atas 30 cm. Tangkai berbentuk selinder,

    padat dengan intisari lunak, berkayu di dekat pangkal. Daun tersusun secara

  • spiral dengan ukuran 4-20 cm x 1-5 cm. Tepi daun berduri-bergerigi, berwarna

    hijau gelap mengkilap dan berbentuk herba ketika masih muda, berubah

    menjadi keras dan kaku setelah tua. Bagian kepala terletak di ujung berbentuk

    jambangan besar, panjang sekitar 4 cm dan diameter 2,5-4 cm, hanya

    mengandung bunga-bunga tunggal. Memiliki banyak kelopak involucral,

    tersusun spiral, bagian luar membujur dan menyempit diatas bagian dasar, 3-7

    cm x 0,5-1,6 cm. Bagian atas seperti daun dan spinescent, tegak atau

    menyebar, tidak terkatup, dengan rambut panjang pada tepi bawah, berwarna

    hijau lebih muda daripada daun, bagian bawah terkatup, berwarna putih

    kehijauan, berambut panjang pada bagian luar, khususnya pada tepi,

    sedangkan pada bagian dalam glabrous; disekitar bagian tengah kepala,

    kontriksinya menjadi kurang jelas dan bagian yang seperti daun menjadi tidak

    nampak; kelopak yang paling dalam berbentuk lanset, 2-2,5 cm x 1-4 mm,

    ujung spinescent, ciliate. Dasar bunganya rata sampai berbentuk kerucut,

    banyak, tegak, bebulu putih dengan panjang 1-2 cm dan terdapat 20-80 bunga

    tunggal berkelamin ganda, tubular, aktinomorf, panjangnya sekitar 4 cm

    glabrous, kebanyakan berwarna jingga kemerahan yang menjadi merah gelap

    saat mekar, kadang-kadang kuning; mahkotanya tersusun oleh 5 lobus,

    panjang tubular 18-22 mm, lobus menyebar, sedikit oblongata sampai linier, 7

    mm x 1 mm; benang sari 5, epipetalous, tertanam pada bagian mulut, filamen

    1-2 mm, anthers 5 mm, berkumpul, membentuk kolom; ovarium berbentuk

    elips, panjangnya 3,5-4,5 mm, satu sel, satu ovulet, bearing cakram pada

    bagian atas; penghalang tipis, panjang 28-30 mm, glabrous, mendesak mulut

  • kolom serbuk sari, stigma panjangnya 5 mm, bifidus, kuning, dengan rambut

    pendek.

    Gambar 1. Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) : 1. Tanaman utuh; 2. Cabang tanaman dengan bunga; 3. Kuncup bunga; 4. Bunga lengkap; 5. Bagian apikal dari floret yang membuka; 6. Ovarium dengan pappus; 7. Achene dengan pappus. (Sumber : Van der Vosen, H.A.M, Umali B.E. Plant Resources of South-East Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers Leiden. 2001. pp 72)

    II.1.4 Kandungan Kimia (6)

    Safflower (kasumba) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang larut

    dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye carthamin, yang berwarna oranye-

    merah dan larut dalam larutan alkali. Bunganya mempunyai 0,3-0,6 %

    carthamin. Flavonoid, glikosida, sterol dan derivat serotonin telah diidentifikasi

    dari bunga dan biji.

    II.1.5 Pemanfaatan dan Kegunaan (6,7,8)

  • Bunga kasumba turate atau safflower dikenal sebagai bahan tambahan

    kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan. Di Cina,

    bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti penyumbatan

    pembuluh darah diotak, sterilitas pada laki-laki, rematik dan bronkhitis, dan

    sebagai teh tonik untuk memperkuat sirkulasi darah dan hati. Pengobatan

    dengan safflower juga menunjukkan efek yang bermanfaat pada sakit dan

    pembengkakan karena trauma. Kasumba turate juga biasanya digunakan oleh

    masyarakat di daerah Sulawesi Selatan sebagai obat tradisional untuk

    mengobati penyakit campak (morbili).

    II.2 Simplisia (9)

    Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

    mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya

    berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi

    menjadi tiga golongan yaitu :

    1. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

    tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya.

    2. Simplisia hewani berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan

    oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.

    3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau

    mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan

    kimia murni.

    II.3 Infundasi (10)

  • Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan

    air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang

    umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air

    dari bahan-bahan nabati.

    II.3.1 Metode Infundasi

    Infus dibuat dengan cara :

    1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan 2 kali bobot bahan, untuk

    bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.

    2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada

    suhu 900 -980 C. umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian

    bahan.Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian. Hal ini disebabkan

    karena :

    a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina

    digunakan 6 bagian.

    b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam Pengobatan, misalnya

    daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc, karena itu diambil ½

    bagian.

    c. Berlendir , misalnya karagen di gunakan 1 ½ bagian.

    d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian.

    3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambahkan bahan

    kimia misalnya :

    a. Asam sitrat untuk infus kina.

    b. Kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembek

  • 4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang

    mengandung bahan yang mudah menguap.

    Infus dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus

    yang sesuai dalam panci secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15

    menit terhitung mulai suhu mencapai 900 sambil berkali-kali diaduk. Serkai

    selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui

    ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

    II.4 Uraian Mengenai Toksisitas

    Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan kimia atau suatu obat

    pada organ target. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya

    keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelcus (1564) telah

    meletakkan dasar penilaian dasar toksikologi dengan mengatakan bahwa dosis

    menetukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Tetapi sekarang dikenal

    banyak faktor yang menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun

    dosis tetap merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia

    termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau

    suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian

    (11,12).

    Jarang terdapat suatu obat yang hanya memiliki satu jenis efek, hampir

    semua obat mempunyai efek tambahan dan mampu mempengaruhi fungsi

    berbagai macam alat dan faal tubuh. Efek yang menonjol biasanya digunakan

    sebagai pegangan dalam menentukan penggunaannya, sedangkan perubahan

    lain merupakan efek samping yang bahkan dapat bersifat toksik (11).

  • Efek toksik yang terjadi sangat bervariasi dalam sifat, organ, sasaran

    maupun mekanisme kerjanya. Efek toksik dapat bersifat : (13)

    1. Lokal yaitu hanya terjadi pada tempat bahan toksik bersentuhan dengan

    tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, iritasi gas atau uap saluran

    nafas.

    2. Sistemik yaitu terjadi hanya setelah toksikan terserap dan tersebar

    kebagian tubuh lain. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau

    beberapa organ saja.

    3. Reversibel yaitu bila efek yang ditimbulkan dapat hilang dengan sendirinya

    atau dapat hilang beberapa waktu setelah pemaparan toksikan tertentu.

    4. Irreversibel yaitu efek yang menetap atau justru bertambah parah setelah

    pemaparan toksikan terhenti.

    Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian

    penting dari toksikologi, karena setiap zat kimia yang baru disintesis dan akan

    dipergunakan harus diuji toksisitas dan keamanannya. Setiap zat kimia bila

    diberikan dengan dosis yang cukup besar akan menimbulkan gejala-gejala

    toksik (11).

    II.4.1 Mekanisme Terjadinya Toksisitas

    Semua keracunan mempunyai dasar suatu reaksi antara zat beracun

    dan struktur molekul tertentu dan badan. Kerusakan primer pada taraf

    molekular disebut lesi primer. Reseptornya berupa struktur molekuler yang

    dikenai zat dirubah oleh zat beracun, umpamanya dengan oksidasi atau

    dengan pengikatan diri zat pada reseptornya. Perubahan reseptor merupakan

    stimulus untuk terjadinya efek. Stimulus ini dapat positif atau negatif. (14)

  • Mekanisme keracunan sebagai berikut :

    stimulus S R SR efek Keracunaan integral ( + atau -) Gambar 2. Mekanisme keracunan. Hubungan S R menggambarkan reaksi suatu zat dan reseptor (Sumber : Koeman, JH, 1967. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan Yudono RH, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal. 35).

    Efek terjadi pada taraf subsellular atau sellular. Bila dosis yang diserap

    relatif kecil, kerusakannya dapat terbatas pada beberapa sel saja. Masih cukup

    banyak sel yang sehat untuk dapat tetap jalan menjalankan fungsi normal

    organ. Jika relatif banyak sel yang menderita, organ tersebut sudah tidak dapat

    lagi memenuhi fungsinya yang normal. Pada waktu itu biasanya keracunan

    (kerja toksik) menampakkan diri, umumnya sebagai proses penyakit yang

    integral pada individu itu. Proses keracunan itu berpindah secara berurutan dari

    taraf molekuler ke taraf yang lebih tinggi integrasi biologis dengan urutan sel-

    jaringan-organ-individu (14).

    II.4.2 Metode Pengujian Toksisitas (15)

    Pada umumnya segala metode uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua

    golongan, yaitu :

    a. Golongan pertama, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk

    mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan uji. Uji-uji

    diidentifikasi sebagai uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis, dan uji

    toksisitas kronis. Uji toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa

    kepada hewan uji pada suat saat dengan maksud untuk menentukan gejala

    kematian sebagai akibat dari pemberian senyawa tersebut. Uji toksisitas

    subkronis adalah suatu uji toksikologi yang bertujuan untuk secara umum

  • mengevaluasi dan menggolongkan segala efek senyawa apabila efek

    senyawa itu diberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang, biasa sekali

    selama tiga sampai empat bulan. Uji toksisitas kronis adalah suatu uji

    toksikologi yang membutuhkan waktu yang lebih panjang, biasanya tidak

    kurang dari satu tahun dan sebelum suatu zat kimia baru dipertimbangkan

    untuk studi toksisitas kronis, maka informasi tentang sifat toksisitasnya, dan

    dosis letalnya harus sudah diketahui.

    b. Golongan kedua, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk

    mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik adalah :

    (1) uji potensi, yaitu uji toksisitas yang menentukan efek suatu zat dengan

    adanya zat-zat tambahan yang mungkin secara bersama-sama dijumpai,

    di mana toksisitas suatu zat diperkuat,

    (2) uji teratogenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek terhadap janin

    (fetus) pada hewan bunting,

    (3) uji reproduksi, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek atas

    kemampuan reproduksi hewan eksperimental,

    (4) uji mutagenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek pada sistem

    kode genetik;

    (5) uji kemampuan tumogenisitas dan karsinogenisitas, yaitu uji toksisitas

    untuk menentukan kemampuan zat untuk menimbulkan tumor;

    (6) uji kulit dan mata, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek lokal zat

    bilamana zat-zat dipakai secara langsung pada kulit dan mata,

    (7) uji perilaku, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek zat atas berbagai

    macam pola tingkah laku hewan.

  • II.4.3 Uji Toksisitas Akut

    Toksisitas akut di definisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dalam

    waktu singkat setelah pemberian oral dosis tunggal suatu senyawa atau dalam

    waktu 24 jam hingga beberapa hari tergantung dari gejala yang ditimbulkannya.

    Gejala toksisitas akut dapat menyerupai tiap macam sindroma penyakit,

    sehingga selalu waspada dan mengingat kemungkinan keracunan pada saat

    sakit mendadak dan menunjukkan gejala-gejala seperti muntah, diare, konvulsi,

    koma dan sebagainya. Uji tunggal yang dilakukan atas segala zat kimia yang

    ada kaitannya dengan kepentingan biologi adalah uji toksisitas akut. Uji

    toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu senyawa kepada hewan uji pada

    suatu saat. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang

    akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemejanan atau pemberiannya

    dengan takaran tertentu. Uji ini dikerjakan dengan cara memberikan dosis

    tunggal senyawa pada hewan uji jantan dan betina (13,16).

    Banyak penelitian tentang toksisitas akut telah dilakukan untuk

    menentukan LD50 senyawa-senyawa kimia. Tetapi LD50 tidak sama dengan

    toksisitas akut. Dan satu yang seharusnya diingat bahwa LD50 hanya satu dari

    beberapa petunjuk dalam menentukan batasan toksisitas akut. Evaluasi tidak

    hanya mengenai LD50, tetapi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau

    depresi SSP, aktivasi motorik dan pernapasan untuk mendapatkan gambaran

    tentang sebab kematian. Biasanya pada penentuan LD50 pengamatan

    dilakukan selama 7 hari untuk senyawa-senyawa dosis tunggal (11,16).

  • Beberapa senyawa kimia akan menimbulkan kematian dengan takaran

    mikrogram sedangkan senyawa kimia lainnya relatif tidak berbahaya dengan

    takaran lebih dari bebebrapa gram. Menurut Doull (1986) mengemukakan

    klasifikasi tingkat keracunan berdasarkan LD50 sebagai berikut : (17)

    1. Praktis tidak toksik > 15 g/kg BB

    2. Sedikit toksik 5-15 g/kg BB

    3. Toksisitas sedang 0,5-5 g/kg BB

    4. Sangat toksik 50-500 mg/kg BB

    5. Ekstrim toksik 5-50 mg/kg BB

    6. Super toksik < 5 mg/kg BB

    II.4.4 Dosis Letal Menengah (LD50)

    LD50 didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali

    (tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik

    diharapkan dapat mematikan 50% hewan coba. Untuk menentukan nilai LD50

    secara tepat, perlu dipilih suatu dosis yang akan membunuh sekitar separuh

    jumlah hewan-hewan itu, dosis yang lain akan membunuh lebih dari separuh

    (kalau bisa kurang dari 90%) dan dosis yang akan membunuh kurang dari

    separuh (kalo bisa lebih dai 10%) dari hewan itu (18).

    Nilai LD50 telah digunakan untuk menggolongkan dan membandingkan

    toksisitas umum senyawa-senyawa kimia. Meskipun LD50 dan slope kurva dosis

    respon dapat memberikan informasi yang cocok pada toksisitas dari senyawa,

    LD50 tidak sama dengan toksisitas. Selain itu nilai LD50 yang diperoleh dapat

    digunakan untuk menetukan indeks terapinya, yaitu dengan membagi LD50

    dengan ED50, yang telah digunakan untuk memperkirakan batas keamanan dari

  • beberapa bahan-bahan obat. Makin tinggi indeks terapi, makin besar batas

    keamanan suatu obat (13).

    II.4.5 Cara Penentuan LD50

    Ada beberapa cara untuk menentukan LD50, beberapa di antaranya

    adalah sebagai berikut :

    a. Metode Reed dan Muench (19)

    Penentuan LD50 dengan menggunakan nilai komulatif. Diasumsikan bahwa

    hewan yang mati pada dosis tertentu akan mati pada dosis yang lebih besar,

    dan bahwa hewan yang tetap hidup akan bertahan hidup pada dosis yang

    lebih kecil. Jumlah kumulatif hewan yang telah mati dicatat dengan

    menambahkan berturut-turut isi kolom hewan yang mati. Prosentase yang

    telah mati untuk dua dosis yang berurutan dan dihitung dan kemudian

    diperbandingkan jarak dari 50% dihitung dan dikalikan dengan logaritma

    perbandingan peningkatan dosis berdekatan yang lebih kecil untuk

    mendapatkan logaritma LD50

    b. Metode Grafik (15,20)

    Penentuan LD50 dengan metode ini menggunakan grafik hubungan

    antara presentase hewan percobaan yang mengalami kematian (ordinat) dan

    dosis yang diberikan pada hewan (absis). Dengan cara ini didapatkan kurva

    yang berbentuk S. Nilai LD50 dapat diperoleh dengan menarik garis lurus

    memotong kurva pada ordinat 50%.

    c. Perhitungan secara Matematika

    Perhitungan ini menggunakan rumus :

    m = a – b (pi – 0,5)

  • di mana m adalah logaritma LD50; a adalah logaritma dosis terendah yang

    masih menyebabkan jumlah kematian 100% tiap kelompok; b adalah beda

    logaritma dosis yang berurutan; pi adalah jumlah hewan yang mati menerima

    dosis; dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis.

    II.5 Sistem saraf

    Sistem saraf dibagi menjadi 2, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf

    tepi atau perifer (SST). SSP terdiri dari otak dan medula spinalis, sedangkan

    SST terdiri dari sistem saraf otonom atau involunter (SSO) dan sistem saraf

    somatik atau volunter (SSS). SSO mempunyai efektor simpatik dan

    parasimpatik. Dalam tubuh kita transmisi informasi dari SSP ke berbagai organ

    (efektor) melalui perantaraan impuls listrik, hormonal atau neurotransmitter.

    Suatu zat dapat menimbulkan efek toksik dalam sistem saraf jika dapat

    mempengaruhi salah satu atau ketiga diatas secara berlebihan (18).

    Efek perangsangan susunan saraf pusat (SSP) baik oleh obat yang

    berasal dari alam atau sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manusia.

    Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan yang nyata dalam toksik,

    sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSP sebagai efek

    samping. Secara garis besar obat-obat yang bekerja terhadap SSP dibagi

    dalam dua golongan berdasarkan efek farmakodinamik yang merangsang atau

    menghambat aktivitas otak, sum-sum tulang belakang dan saraf-sarafnya.

    Kedua golongan tersebut adalah sebagai berikut : (21)

    1. Stimulasi yang merangsang SSP secara langsung maupun tidak langsung

    tergantung jenis obat dan dosisnya. Efeknya hanya mempengaruhi 1

    bagian spesifik dari seluruh bagian SSP, sedangkan perangsangan SSP

  • dapat memperlihatkan reaksi yang berkisar antara meningkatkan

    kewaspadaan sampai terjadinya kejang-kejang.

    2. Depresi yang menghambat atau memblokir proses tertentu dalam SSP,

    reaksi berkisar antara efek yang lemah sampai hilangnya kesadaran.

    Saraf simpatis : perangsangan pada saraf simpatis (simpatomimetik) dapat

    memberikan efek berupa mulut kering, stimulasi SSP (gelisah) sedangkan

    penghambatan pada saraf simpatis (simpatolitik) dapat menyebabkan kontraksi

    otot-otot rangka.

    Saraf parasimpatis : Perangsangan pada saraf parasimpatis

    (parasimpatomimetik) dapat memberi efek berupa stimulasi aktifitas saluran

    pencernaan, peristaltik usus, diperkuat dan sekresi – sekresi kelenjar ludah dan

    getah lambung. Efek lain dari perangsangan parasimpatis berupa kontraksi otot

    rangka, depresi SSP yang mula – mula menstimulasinya dan kontraksi saluran

    kemih dan ureter yang berefek mempelancar keluarnya air seni. Penghambatan

    pada saraf parasimpatis menyebabkan relaksasi otot mata dengan efek

    midriasis dan juga memperlihatkan efek sentral terhadap SSP yaitu

    merangsang pada dosis kecil dan menghambat pada dosis toksik (15).

    Sitem saraf otonom juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara

    lain saraf-saraf dan ganglia yang merupakan persyarafan ke otot polos dan

    ganglia yang merupakan persyarafan ke otot polos berbagai organ (bronkus,

    lambung, usus, pembuluh) termasuk otot jantung serta beberapa kelenkar

    ludah, keringat dan pencernaan.

  • II.6 Pemilihan dan Persyaratan Hewan Uji

    Karena tujuan akhir dari pengujian toksisitas suatu senyawa kimia

    adalah untuk keselamatan manusia, maka hewan uji yang dipakai dipilih yang

    mempunyai sifat-sifat respon biologik dan adaptasi yang mendekati manusia

    (13).

    Jenis yang sering digunakan adalah mencit dan tikus, tetapi kadang-

    kadang kelinci dan anjing juga digunakan. Alasan memilih adalah karena murah

    dan mudah didapat, berkembang biak dengan cepat, jenis hewan ini ukurannya

    kecil sehingga mudah pemeliharannya dan tidak memerlukan biaya yang besar

    (13).

    Respon yang disebabkan oleh suatu senyawa sering bervariasi karena

    jenis yang berbeda dari hewan yang sama. Oleh karena itu hewan uji yang

    akan digunakan dipilih berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, kondisi

    kesehatan, dan keturunan. Mencit yang digunakan sebiknya berumur 2-3 bulan

    (11).

    Hewan uji yang digunakan harus selalu berada dalam kondisi dan tingkat

    kesehatan yang baik, dalam hal ini hewan uji yang digunakan dikatakan sehat

    bila pada periode pengamatan bobot badannya bertambah, tetap atau

    berkurang tidak lebih dari 10% serta tidak ada kelainan dalam tingkah laku dan

    harus diamati satu minggu dalam laboratorium atau pusat pemelharaan hewan

    sebelum ujinya berlangsung. Hewan dengan jenis kelamin berbeda, tetapi

    jumlahnya seimbang, terdiri dari 10 ekor hewan, dan masing-masing kelompok

    diberi dosis yang berbeda dari formulasi (22).

  • BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    II.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan

    Alat-alat yang digunakan adalah jarum oral, spoit, vial, kertas saring, timbangan

    analitik (Sartorius), timbangan hewan (Berkel),

    Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, liofilisat kasumba turate

    (Carthamus tinctorius L.) dari laboratorium fitokimia fakultas farmasi universitas

    hasanuddin, Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan

    bobot 20-30 g.

    II.2 Penyiapan Sampel

    Liofilisat kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) masing-masing ditimbang

    sebanyak 3 mg, 15 mg, 150 mg, 1500 mg dan 6000 mg, kemudian masing-masing dari

    liofilisat kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang telah ditimbang, ditambahkan

    air panas secukupnya sehingga diperoleh ekstrak air 100 ml..

    II.4 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

    Hewan uji yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus) yang berbadan sehat

    sebanyak 60 ekor dengan bobot badan 20-30 gram. Mencit dibagi ke dalam 6

    kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor mencit, yaitu 5 ekor mencit

    jantan dan 5 ekor mencit betina. kelompok 1 – 6 sebagai kelompok perlakuan.

    II.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji

  • Hewan uji ditimbang bobot badannya masing-masing, kemudian

    dikelompokkan, setiap kelompok ditempatkan ke dalam satu kandang (kelompok

    jantan dan betina berbeda). dan dipuasakan selama 3 – 4 jam. Kelompok 1 diberi air

    suling, kelompok 2-6 diberi ekstrak air kasumba turate dengan dosis yang disiapkan

    dengan volume pemberian 1 ml/30 g bobot badan, dengan variasi pemberian dosis

    yang sesuai 0,03 mg, 0,15 mg, 1,5 mg, 15 mg dan 60 mg tiap 30 g bobot badan.

    II.6 Pengamatan

    Dari setiap kelompok diambil secara acak, efek toksik yang terjadi diamati dan

    dibandingkan dengan kontrol. Waktu pengamatan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit,

    30 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit. Jadi total waktu pengamatan

    adalah 4 jam. Pada perlakuan untuk mengamati efek toksik yang timbul dilakukan

    pengujian yang meliputi uji panggung, uji katalepsi, uji urinasi, uji defekasi, dan uji

    salivasi. Pengujian diulangi kembali pada mencit yang lain dalam kelompok yang

    sama, kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lain. Setelah itu mencit diamati

    terus untuk menentukan LD50nya selama 7 hari, dengan melihat jumlah mencit yang

    mati.

    Adapun cara pengujiannya, yaitu :

    1. Uji Panggung

    Mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate diletakkan di ata meja

    alas bulat “plat form” dengan diameter 30-40 cm dan tinggi 40-45 cm. Pada

    uji ini yang diamati adalah aktivitas mencit secara umum dan aktivitas

    motorik.

    2. Uji katalepsi

  • Mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate diletakkan diatas pensil

    yang digerakkan dari atas ke bawah 2-3 cm di atas permukaan meja. Dicatat

    mudah tidaknya kaki depan mencit jatuh kembali ke atas meja.

    3. Uji urinasi

    Pengeluaran urin mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate

    dibandingkan dengan control, menggunakan kertas saring.

    4. Uji defekasi

    Pengeluaran tinja mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate dibandingkan

    dengan control, menggunakan kertas saring.

    5. Uji salivasi

    Pengeluaran salivasi mencit yang telah diberi ekstrak air kasumba turate

    dibandingkan dengan control, menggunakan kertas saring.

    II.7 Pengumpulan dan Analisis Data

    Data efek toksik diambil dari mencit yang memperlihatkan gejala-gejala

    abnormal setelah pemberian ekstrak air kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

    dibandingkan kontrol. Data LD50 diambil dari jumlah mencit yang mati dan yang masih

    hidup pada setiap kelompok .

    Data dari pengamatan efek toksik dianalisis dengan menghubungkan jumlah

    efek yang tampak dengan faktor pembobotan. Kategori masing-masing efek yang

    diamati dihitung dalam setiap kelompok dosis. Sedangkan data untuk perhitungan LD50

    dianalisis dengan metode Reed and Muench.

  • II.8 Pembahasan Hasil

    Penentuan LD50 dilakukan dengan metode Reed dan Muench dan metode

    grafik Probit-Log dosis yaitu dengan menghitung jumlah hewan uji yang memiliki efek

    kumulatif terhadap dosis tertentu dan persentase kematian tiap kelompok.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Penelitian

    Dari hasil penelitian uji toksisitas akut setelah pemberian ekstrak air

    kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dengan konsentrasi yaitu 1 mg/kg BB,

    5 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 500 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB secara oral,

    sebagai berikut :

    1. Gejala-gejala yang diperlihatkan adalah berupa peningkatan laju

    pernapasan, penurunan aktivitas gerak , diare dan urin yang berlebihan.

    Tidak terlihat adanya reaksi kejang, salivasi dan kelumpuhan. Hasil

    pengamatan pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberi konsentrasi

    0% atau hanya diberi air tidak menunjukkan gejala seperti di atas. Hasil

    selengkapnya dilihat pada tabel 1.

    2. Nilai LD50 ekstrak air kasumba turate dengan metode Reed dan Muench

    tidak diperoleh, karena hewan uji yang mati dari tiap kelompok tidak ada

    yang melebihi 50 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

    IV.2 Pembahasan

    Pengamatan efek toksik yang tampak berupa peningkatan laju

    pernapasan, penurunan aktivitas gerak, urinasi, dan diare. Pada dosis 1 mg/kg

    berat badan tidak ada mencit yang mati dan sudah menunjukkan adanya

    peningkatan laju pernapasan (efek kolinergik dan stimulasi sistem saraf pusat),

    penurunan aktivitas gerak (depresi susunan saraf pusat dan relaksasi otot,

    namun semakin meningkat dan tampak lebih nyata sampai dosis 2000 mg/kg

  • berat badan dan sudah tampak adanya gejala urinasi dan diare (efek

    kolinergik).

    Hasil pengamatan terhadap jumlah kematian mencit selama 7 hari

    setelah pemberian ekstrak air kasumba turate mulai menunjukkan gejala

    kematian mulai terjadi pada dosis 500 mg/kg BB yaitu sebanyak 2 ekor mencit

    dan 2000 mg/kg BB 3 ekor mencit.

    Tabel 2. Data Jumlah Kematian Hewan Uji 7 Hari Setelah Pemberian Oral Sediaan Cair

    Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

    Dosis (mg/kg

    BB)

    Jumlah Mencit

    Jumlah Mencit Mati pada Hari Ke-

    Jumlah yang Mati

    1 2 3 4 5 6 7

    Kontrol 10 0 0 0 0 0 0 0 0

    1 10 0 0 0 0 0 0 0 0

    5 10 0 0 0 0 0 0 0 0

    50 10 0 0 0 0 0 0 0 0

    500 10 1 0 0 0 1 0 0 2

    2000 10 0 0 1 0 1 0 1 3

    Jumlah 60 1 0 1 0 2 0 1 5

    Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi

    konsentrasi ekstrak, maka efek yang ditimbulkan semakin besar, dilihat dari

    frekuensi gejala toksik yang timbul dari peningkatan laju pernapasan,

    penurunan aktivitas gerak, gejala diare dan urinasi serta banyaknya hewan

    yang mati pada tiap – tiap konsentrasi. Hal tersebut dapat terjadi karena

    semakin tinggi dosis, semakin banyak kandungan zat aktif yang terdapat

    didalamnya, sebagaimana diketahui bahwa dosis merupakan hal utama yang

    menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun.

    Pengamatan secara kualitatif yang diikuti dengan perhitungan

    persentase kategori efek pada masing-masing konsentrasi menunjukkan bahwa

    efek toksik dominan yang tampak pada mencit adalah depresi sistem saraf

  • pusat dan relaksasi otot dengan gejala penurunan aktivitas gerak. Diikuti

    dengan stimulasi sistem saraf pusat dan kolinergik.

    Adapun cara untuk mendapatkan persen dari tiap-tiap kategori adalah

    dengan cara mengalikan antara banyaknya efek yang diamati dengan faktor

    pembobotan masing-masing kategori, dibagi dengan banyaknya pengamatan

    yang dikali dengan faktor pembobotan, kemudian hasilnya dikali dengan 100%.

    Namun Penentuan LD50 tidak dapat dilakukan karena hewan uji yang mati tidak

    mencapai 50 persen sehingga nilai dosis tertinggi yang diujikan yakni 2000

    mg/kg berat badan hasil ini menunjukkan bahwa untuk ekstrak air kasumba

    turate cukup aman untuk digunakan karena berdasarkan klasifikasi toksisitas

    akut, sehingga dapat dikategorikan ekstrak air kasumba turate praktis tidak

    toksik.

  • BAB V

    KESIMPULAN

    V.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis uji toksisitas akut ekstrak

    air kasumba turate, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak air kasumba turate

    pada dosis 1 mg/kg BB sudah memperlihatkan gejala-gejala toksik seperti

    peningkatan laju pernapasan, penurunan aktivitas gerak dan pada dosis 2000

    mg/kg BB semakin nyata meningkat disertai adanya gejala urinasi dan diare.

    V.2 Saran

    Melihat hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan perlu

    lebih lanjut dilakukan penelitian ED50 ekstrak air kasumba turate untuk

    mendapatkan indeks terapinya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Wijayakusuma, W., Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, jil. 1, Cet. 2. Jakarta.

    Pustaka Kartini. 2007. Hal. 9.

    2. Sastroamidjojo, A.S. Obat asli Indonesia. Cet. 4. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. 1997. Hal 8,274.

    3. Umar S. Efek Ekstrak Etanol kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) Terhadap Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dan Peningkatan Bobot Limpa pada Mencit Jantan (Mus musculus). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. 2006. Hal. 20.

    4. Usmar, Rahmawati S, Nurlaila A, dan Rosany T. Uji Aktivitas Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai Upaya Pembuatan Sediaan Terstandar Menuju Prototipe Skala Industri Kecil. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol.14. No.1- Maret 2010. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. 2010. Hal. 17-20.

    5. Nurlaila, Donatus IA, Sugiyanto, Wahyono D, Suhardjono D. Petunjuk Praktikum Toksikologi. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada; Yogyakarta. 1992. hal. 3 – 5, 16 – 30.

    6. Van der Vosen, H.A.M., Umali, B.E. ”Plant Resources of South-East Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers. Leiden. 2001. 70-72

    7. Li D & Hans HM. Safflower, Carthamus tinctorius L. Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1996 (7). pp. 28.

    8. Tjitrosoepomo, G. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gajah Madah University Press. Yogyakarta. 1994.

    9. Mulyani S & Gunawan D. Ilmu Obat Alam Farmakognosi. Jakarta; Penebar Swadaya. 2004

    10. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1986. hal 8-20

    11. Ganiswarna SG. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. Bagian Farmakologi FK-UI. Jakarta. 2007. Hal 823-6

    12. Ariens EJ, Mutschler E, Simonis AM. Pengantar Toksikologi Umum. Terjemahan oleh Yoke R Watimena, Mathilda B Widianto. Elin Yulinah Sukandar. Yogyakarta; Gajah Mada University Press. 1985. Hal. 2

  • 13. Lu FC and Kacew S. Lu’s Basic Toxicology; Fundamental, Target Organs, and Risk Assessment. 4th Ed. London and New York. 2003. Hal. 77. Available as PDF file

    14. Koeman JH. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh Yudoyono RH. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press. 1987. Hal. 34-6

    15. Loomis TA. Toksikologi Dasar. Ed. 3. Terjemahan oleh Imono Argo Donatus. Yogyakarta; Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; hal 21, 225-6, 233-8.

    16. Hayes AW. Principles and Methods of Toxicology. Raven Press. New York. 1983. Hal. 4

    17. Klaasse CD. Casarett and Duoll’s Toxycology : The Basic Science of Poisons. 3Rd ed. Macmillan Publishing Company. New York. 1986. hal. 11-13

    18. Priyanto. Toksikologi. Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Risiko. Leskonfi (Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi); Jakarta Barat. 2009. Hal. 177-180

    19. Turner RA. Screening Methods In Pharmacology. Academic Press. London. 1965. Hal. 61-63

    20. Hodgson E. A Textbook of Modern Toxicology 4rd ed. A. Jhon Wiley & Sons, Inc. Publication. Canada. 2010. Hal. 230-231.

    21. Mardjono MS. Neurologi Klinik Dasar. Ed. 4. Dian Rakyat. Jakarta. 1994. Hal 219-235

    22. Malole MBM dan Pramono CSU. Penggunaan Hewan-Hewan Laboratorium, Penelaah Mashudi Pertadirija. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. 1989. Hal.94

  • Pemeliharaan

    Pemilihan

    Penimbangan

    Pengelompokkan

    Pengolahan sampel

    LAMPIRAN I

    Skema Kerja Uji Toksisitas akut Ekstrak kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

    Pada Mencit (mus musculus)

    Hewan uji mencit

    Mencit

    Bobot 20-30 g

    Sampel kasumba turate

    (Carthamus tinctorius L.)

    Infusa kasumba turate

    (Carthamus tinctorius L.)

    Perlakuan pada

    hewan uji mencit

    Klp kontrol Air

    Klp I 1 mg/kgBB

    Klp II 5 mg /kgBB

    Klp III 50 mg/kgBB

    Klp V 2000 mg/kgBB

    Pengamatan

    Pengujian

    Pengambilan data

    Analisis data

    Pembahasan

    Kesimpulan

    Klp IV 500 mg/kgBB

  • LAMPIRAN II

    HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBOBOTAN DAN

    KATEGORI EFEK

    NO Aktivitas Faktor Pembobotan

    Kategori Efek

    1 Penurunan Aktivitas gerak

    1,0 - - CNS Dep.

    Musc Rel

    2 Peningkatan Laju Pernapasan

    2,0 Kol. CNS Act

    - -

    3 Urinasi 1,0 Kol. - -

    4 Salivasi 2,0 Kol. - -

    5 Diare 2,0 Kol. - -

    6 Konvulsi 1,0 Kol. CNS Act

    - -

    7 Kelumpuhan 1,0 - CNS Dep.

    Musc Rel

    Keterangan :

    CNS Act = Central Nervous System Activated / Stimulasi Sistem Saraf

    Pusat (SSP)

    CNS Depresi = Central Nervous System Depresed/ Depresi SSP

    Musc Rel = Muscle Relaxation / Relaksasi Otot

    Kol = Kolinergik

    Efek yang Diamati pada :

    1. Stimulasi SSP = Peningkatan laju pernapasan dan konvulsi

    2. Depresi SSP = Penurunan aktivitas dan kelumpuhan

    3. Relaksasi Otot = Penurunan aktivitas gerak dan kelumpuhan

    4. Kolinergik = Peningkatan laju pernapasan, urinasi,

    salivasi, diare dan konvulsi

    LAMPIRAN III

    PERHITUNGAN ANTARA BANYAKNYA EFEK YANG TAMPAK

  • DIHUBUNGKAN DENGAN FAKTOR PEMBOBOTAN MASING-MASING

    AKTIVITAS YANG DIAMATI

    NO Kategori

    Efek Konsentrasi yang diberikan (mg/kg BB)

    1 5 50 500 2000

    1 CNS. Act 1,90 1,90 5,71 20 29,52

    2 CNS. Dep 8,57 10,48 17,14 20 27,62

    3 Mus. Rel 8,57 10,48 17,14 20 27,62

    4 Kolinergik 1,90s 6,67 12,38 29,52 39,05

    Rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai diatas adalah :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = banyaknya efek yang diamati x faktor pembobotan

    (banyaknya pengamatan x faktor pembobotan) x 100%

    1. Perhitungan efek stimulasi SSP (peningkatan laju pernapasan dan konvulsi)

    Konsentrasi 1 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 1,90 %

    Konsentrasi 5 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 1,90%

    Konsentrasi 50 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 6x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 5,71%

    Konsentrasi 500 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%

    Konsentrasi 2000 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 31x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 29,52%

    2. Perhitungan efek depresi SSP (Penurunan aktivitas gerak, kelumpuhan)

    Konsentrasi 1 mg/kg BB :

  • % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 9x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 8,57%

    Konsentrasi 5 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 11x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 10,48%

    Konsentrasi 50 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 18x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 17,14%

    Konsentrasi 500 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%

    Konsentrasi 2000 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 29x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 27,62%

    3. Perhitungan efek Relaksasi Otot (Penurunan aktivitas gerak, kelumpuhan)

    Konsentrasi 1 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 9x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 8,57%

    Konsentrasi 5 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 11x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 10,48%

    Konsentrasi 50 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 18x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 17,14%

    Konsentrasi 500 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 20%

    Konsentrasi 2000 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 29x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100% = 27,62%

  • 4. Perhitungan efek kolinergik (Peningkatan laju pernapasan, urinasi, salivasi,

    diare, konvulsi)

    Konsentrasi 1 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + 0x1,0 + 0x2,0 + 0x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100%

    =4

    210x100% = 1,9%

    Konsentrasi 5 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 2x2,0 + 4x1,0 + 2x2,0 + 3x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100%

    =14

    210x100% = 6,67%

    Konsentrasi 50 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 6x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 3x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100%

    =26

    210x100% = 12,38%

    Konsentrasi 500 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 21x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 6x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (70x1,0) x 100%

    =62

    210x100% = 29,52%

    Konsentrasi 2000 mg/kg BB :

    % 𝑒𝑓𝑒𝑘 = 31x2,0 + 8x1,0 + 0x2,0 + 6x2,0 + (0x1,0)

    70x2,0 + (80x1,0) x 100%

    =82

    210x100% = 39,05%

  • LAMPIRAN IV

    PERHITUNGAN KONSENTRASI DOSIS PEMBERIAN

    PADA MENCIT (Mus musculus)

    Rumus yang digunakan untuk memperoleh konsentrasi infus adalah :

    𝐶 =dosis pemberian

    volume pemberian

    1. Untuk menyiapkan dosis 1 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :

    =1 mg/kg

    1 ml/0,03kg = 1 mg x 0,03 ml = 0,03 mg/ml

    Dibuat sebanyak 100 ml :

    = 0,03mg

    mlx 100 ml

    = 3 mg

    2. Untuk menyiapkan dosis 5 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :

    =5 mg/kg

    1 ml/0,03kg = 5 mg x 0,03 ml = 0,15 mg/ml

    Dibuat sebanyak 100 ml:

    = 0,15mg

    mlx 100 ml

    = 15 mg

    3. Untuk menyiapkan dosis 50 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi:

    =50 mg/kg

    1 ml/0,03kg = 50 mg x 0,03 ml = 1,5 mg/ml

    Dibuat sebanyak 100 ml :

    = 1,5 mg / ml x 100 ml = 150 mg

    4. Untuk menyiapkan dosis 500 mg/kg disiapkan liofilisat dengan konsentrasi :

  • =500 mg/kg

    1 ml/0,03kg = 500 mg x 0,03 ml = 15 mg/ml

    Dibuat infus sebanyak 100 ml:

    = 15 mg / ml x 100 ml = 1500 mg

    5. Untuk menyiapkan dosis 2000 mg/kg disiapkan liofilisat dengan

    konsentrasi:

    =2000 mg/kg

    1 ml/0,03kg = 2000 mg x 0,03 ml = 60 mg/ml

    Dibuat sebanyak 100 ml :

    = 60 mg / ml x 100 ml = 6000 mg

    LAMPIRAN V

    GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

  • Gambar 3. tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

    Gambar 4. Hewan coba mencit ( Mus musculus ) dilakukan pengujian efek

    toksik yang meliputi uji panggung, uji katalepsi, uji urinasi, uji defekasi, dan uji

    salivasi.