Profil Pengusaha Puspo Waydoyo "RM AYAM BAKAR WONG SOLO"
-
Upload
shabri-prayogi -
Category
Documents
-
view
23.198 -
download
4
description
Transcript of Profil Pengusaha Puspo Waydoyo "RM AYAM BAKAR WONG SOLO"
Tugas Kewirausahaan
Nama : Shabri Prayogi
NIM : E1E1 10 095
Kelas : Genap
Profil Pengusaha Puspo Wardoyo “RM AYAM BAKAR WONG SOLO”
Puspo Wardoyo , sosok yang cukup menginspirasi dalam dunia
Entrepreneurship. Sosok yang luar biasa ini, selain terkenal dengan rumah
makannya juga sangat populer lewat Poligamy Awards -nya. Baginya, agar
orang lain membicarakn dirinya, ia harus menciptakan konflik secara
terus-menerus di benak orang,salah satunya lewat ajang Poligamy Awards
tersebut. Selain itu,bagi Puspo sendiri ketika orang membicarakan hal
positif ataunegatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang
terpenting,setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini dikatakan
penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti
membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Keputusan
Puspo untuk berhenti dari PNS ternyata tidak sia-sia.Lewat ketekunan dan keuletannya, nama Ayam
Bakar Wong Solo sekarang melanglangbuana bahkan sampai ke antero manca negara (Singapura dan
Malaysia). Hal ini terbukti dengan adanya lebih dari 40 outlet Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo
yang tersebardi kota-kota besar di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Berbicara mengenai filosofi, Puspo sebenarnya mempunyai suatu pandangan yang sederhana
tetapi maknanya sangat dalam bahwa hidup ya bisnis, bisnis ya ibadah, hidup ya ibadah, jadi ketiganya
walaupun secara istilah berbeda tetapi baginya mempunyai makna sama, tidak bisa dipisahkan satudengan
yang lainnya. Ingin sukses seperti Puspo Wardoyo adalah hal yang mudah akan tetapi itu semua
tergantung dengan pribadi setiap orang. Berbagai rintangan kehidupan telah dilalui oleh sosok yang telah
merambah bisnis waralaba rumah makan ayam bakarini.
Sosok Puspo Wardoyo
Puspo Wardoyo lahir 30 November 1957 di Kota Solo, Jawa Tengah. Puspodi besarkan dari
keluarga yang berekonomi pas-pasan. Orang tuanya berprofesi sebagai pedagang daging ayam di pasar
pada pagi hari, dan membuka warung makan pada siang sampai malam hari. Puspo sendiri memiliki 7
saudara. Dari hasil berjualan tersebut, orangtua Puspo berhasil menyekolahkan 4 anak-anaknya sampai ke
perguruan tinggi, salah satunya yakni Puspo. Keinginan orang tuanya untuk bekerja sebagai pegawai
negeri terkabul. Puspo menjadi salah satu guru bidang studi pendidikan seni di SMU Negeri IBlabak
Muntilan.
Menjadi guru SMU awalnya memang senang,
mendapat gaji tetap, dapat membeli semua kebutuhan
yang dibutuhkan pada waktu itu, dan dihormati murid-
murid yang merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi
Puspo. Mengajar selama tiga tahun bukan menambah
kecintaannya pada dunia pendidikan. Hati kecilnya
mulai gelisah. Ia merasa bahwa pekerjaan tersebut
tidak cocok dengan jiwanya. Dengan berbagai
pertimbangan akhirnya Puspo keluar dari pegawai negeri (PNS). Dua alasan kuat yang membuatnya
keluar yaitu:
Puspo kurang berbakat menjalani profesi sebagai guru, tidak bisa mengembangkan diri dan beliau
merasa kurang merdeka. semua sudah ada aturan baku, beliau tidak bisa menciptakan hal-hal
baru, sehingga merasa cara kerjanya kurang optimal.
Puspo merasakan dari penghasilan (gaji) menjadi PNS tidak dapat mencukupi biaya hidup
keluarga dan sifatnya statis.
Karier Dan Bisnis Puspo Wardoyo
Setelah keluar dari PNS Puspo Wardoyo kembali ke kampung halamannya di Solo. Banyak
saudara dan teman-temannya bingung melihat beliau pulang kampung dan memilih untuk membuka
warung ayam goreng kaki lima di Kleco Solo, bahkan tidaks edikit yang mengolok-oloknya. Dengan
kesabaran dan ketabahan, serta dibantu oleh 2orang, Puspo Wardoyo menekuni usaha ini. Sedikit demi
sedikit usahanya berkembang. Usahanya ini termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di kota Solo
(1986). Perkembangan bisnis Puspo Wardoyo dimulai ketika suatu hari datang temannya,seorang penjual
bakso di Medan (saat itu pulang ke Solo) menyampaikan bahwa prospek bisnis rumah makan di Medan
sangat bagus. Dengan enteng beliau mengatakan bahwaMedan itu tidak jauh, lebih dekat dibandingkan
Semarang, perjalanan hanya 3,5 jam saja, demikian beliau memotivasi Puspo. Peluang ini akhirnya beliau
ambil dengan segalaresiko. Karena perhitungannya kalau di Solo terus, rasanya sulit untuk berkembang
dengan pesat, mengingat Solo waktu itu termasuk kota kecil (kurang hetereogen), persaingan sangat ketat,
karena sudah banyak Rumah Makan Ayam Goreng/Bakar yangsudahbesar.
Akhirnya usaha yang ada diteruskan oleh kawan beliau dan sampai sekarang menjadi Rumah
Makan yang cukup terkenal di Solo (tetapi perkembangannya tidakpesat). Dengan berbekal uang
seadanya Puspo berangkat ke Medan. Karena modal tidak cukup, maka Puspo berusaha mencari modal di
Jakarta. Pada saat itu, Puspo tidak berambisi untuk membuka warung di Jakarta. Beliau mempunyai
prinsip harus berhasi ldahulu di daerah, membangun brand di daerah, baru membuka cabang di Jakarta.
Jika beliau langsung ke Jakarta, itu sedikit ngeri sebab persaingan usaha di Ibu Kota sangatketat.
Pada suatu hari, Puspo membaca pengumuman di suatu surat kabar bahwa adal owongan menjadi
guru di Perguruan Wahidin Bagan siapi-api. Walaupun harus menjadi guru lagi, Puspo bertekad bahwa
beliau bekerja mencari modal untuk membiayai bakatnya. Akhirnya Puspo mendaftar dan diterima
mengajar di perguruan Wahidin selama 2 tahun yaitu tahun 1989-1991. Di tempat kerja inilah Puspo
mendapatkan istri pertamanya, Rini Purwanti, SE (alumnus FE UGM), yang merupakan teman seprofesi.
Dari hasil kerja selama dua tahun terkumpul uang sebesar Rp 2.400.000,-. Akhirnya suami-istri
Puspo Wardoyo berangkat ke Medan. Dari uang yang didapatkan, sebagian digunakan untuk membeli
sepeda motor, sebagian untuk kontrak rumah dan uangsebesar Rp 700.000,00 digunakan untuk modal
kerja jualan Ayam Bakar Kaki Lima, yaitudi Jl. SMA 2 Padang Golf Polonia Medan.
Puspo memilih untuk berjualan ayam bakar berdasar wasiat yang telah beliau terima dari
ayahnya, padahal sebelumnya Puspo berjualan ayam goreng. Tiga hari sebelum ayahnya meninggal,
Ayahnya sempat berpesan agar berjualan ayam bakar dengan jaminan dari ayahnya, bahwa kelak beliau
akan menjadi sukses. Wasiat dari ayahnya tersebut dilaksanakan betul oleh Puspo.
Walaupun sudah ada pengalaman, awal-awal usahanya tidak langsung membuahkan hasil. Saat
itu, ayam bakar belum ada di Medan, dan Puspo menjadi pionirbagi wirausaha ayam bakar. Puspo hanya
menjual nasi dan ayam bakar, tidak ada menulainnya. Setiap harinya hanya bisa menjual 3-4 ekor/hari.
Puspo tidak mempunyai karyawan, semua dilakukan sendiri. Istrinya pun juga tidak terlibat. Hal ini
berjalan sampaihampir satu tahun.
Melihat perkembangan usaha ayam bakar yang kurang bagus, istrinya membujuk agar berhenti
jualan karena malu dan menganggap pekerjaan ini remeh. Ajakan untuk berhenti dari usaha jualan ayam
bakar tidak hanya datang dari istrinya, namun juga darimertua Puspo. Mereka memintanya untuk menjadi
guru kembali.
Dalam perjalanan berwirausaha ayam bakar ini, banyak kendala yang sering melanda Puspo.
Pernah suatu ketika makanan yang sudah dimasak di rumah tumpah dijalan karena jalanan licin sehabis
hujan, sehingga terpaksa pulang dan masak lagi. Juga sering seharian hujan tidak berhenti, sehingga tidak
ada tamu yang datang. Itu semua adalah cerita-cerita pahit yang justru membuat cambuk pada Puspo
untuk tidak pantang menyerah.
Dengan kesabaran, tekad yang bulat, kerja keras, dan usaha yang ingin selalu maju,beliau terus
berjualan serta terus meyakinkan istrinya bahwa usaha ini Insya Allah akanmaju. Perlahan tapi pasti,
usahanya sudah mulai tampak kemajuannya. Sadar akanperkembangan ini, Puspo mulai mempekerjakan
2 karyawan untuk membantu. Walaupun sudah mempunyai karyawan, pekerjaan-pekerjaan utama tetap
dikerjakan sendiri, terutama menyangkut masakan karena Puspo merasa harus menjaga kualitas
(qualitycontrol).
Sampai suatu saat kesabarannya diuji, salah satu rumah karyawatinya akan disitaoleh rentenir
karena tidak sanggup membayar. Puspo pada saat itu hanya memiliki uang sebesar uang Rp 1.300.000,- di
BRI. Setelah bercerita kepada istrinya, kemudian Puspo mengambil keputusan untuk membantu
karyawannya tersebut, walaupun dengan berathati karena uang tersebut adalah hasilnya berjualan ayam
bakar. Merasa berterima kasih, karyawati tersebut membawa seorang wartawan yang merupakan kawan
suaminya. Akhirnya ditulislah sebuah profil “ Sarjana Buka Ayam BakarWong Solo ” di Koran
Waspada Medan. Ternyata, obrolan dengan wartawan tersebut menjadi headline news. Keesokan harinya,
ratusan konsumen mendatangi warung Puspo.Seratus potong ayam ludes terjual hari itu juga dan terus
meningkat hingga 200 potongpada hari-hari berikutnya. Omset juga ikut membubung menjadi sekitar Rp
350 ribu/hari. Momen ini sekaligus menyadarkan Puspo akan dua hal, yakni ;
a) Di dalam berjualan/berbisnis kita harus melakukan promosi dan publikasi serta membuat
sensasi-sensasi sehingga nama kita bisa dikenal di masyarakat;
b) Sisihkan sebagian uang kitaatau keuntungan kita untuk orang lain yang membutuhkan.
Filosofi Hidup dan Bisnis
Berbicara mengenai filosofi, saya
sebenarnya mempunyai suatu pandangan
yang sederhana tetapi maknanya sangat
dalam bahwa hidup ya bisnis, bisnis ya
ibadah, hidup ya ibadah, jadi ketiganya
walaupun secara istilah berbeda tetapi
bagi saya maknanya sama, tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
“Hai orang-orang yang beriman,
sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?,
( yaitu) : Kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui” (QS; Ash Shaff : 10-11)
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku (ibadah)” (QS: Adz-
dzaariyat : 56)
Dua ayat di atas jelas bahwa antara hidup, bisnis, ibadah itu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
Kunci sukses Ayam Bakar Wong Solo tidak lepas dari hukum-hukum Allah dan Kami memahami
bahwa hal terpenting dalam menjalankan roda perniagaannya adalah bagaimana suatu pekerjaan tersebut
justru dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka. Sehingga insan Ayam Bakar Wong Solo
memandang Bekerja Adalah beribadah. Di setiap outlet tersedia sarana peribadatan berupa Mushalla dan
mewajibkan pendalaman Agama bagi para staff dan karyawan secara terus-menerus.
Jadi tujuan sukses insan Ayam Bakar Wong Solo yaitu usaha profesional yang maju dan islami dalam
rangka terhindarnya insan Ayam Bakar Wong Solo dari azab yang pedih dan bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat serta sukses dunia dan akhirat.
Di samping berbisnis tentu saya juga harus mengurus rumah tangga( istri dan anak-anak) karena
saya adalah suami ( kepala keluarga). Kalau rumah tangga ini tidak kita manage, bisnis kita pasti akan
kacau. Sadar akan hal ini, dari awal saya sudah sepakat dengan istri bahwa resiko karier saya adalah
seperti ini, maka kita harus menjalaninya dengan ikhlas, dan masing-masing harus tahu betul dan
konsisten untuk menjalankan hak dan kewajibannya secara proporsional. Dan Alhamdulillah semua
berjalan lancar-lancar saja. Sekali lagi saya sampaikan bahwa peran keluarga sangat besar di dalam
kesuksesan bisnis kita.
RM Ayam Bakar Wong Solo Dipercaya Lembaga Keuangan
Usaha yang Puspo geluti terus berkembang dan berkembang dan akhirnya pertengahan tahun
1993, BNI menawarkan bantuan pinjaman tanpa agunan (bantuanpegel kop/pengusaha golongan lemah
dan koperasi) sebesar Rp 2 juta tanpa Puspo mengajukan permohonan pinjaman sebab memang tidak
butuh. Namun, Puspo setuju dan menggunakannya untuk memperluas warung sekaligus mengganti
komporminyaknya dengan kompor gas yang lebih modern.
Penambahan fasilitas semakin membuat usaha terus berkembang dan akhirnya Puspo menjadi
anak emas BNI, berbagai fasilitas ditawarkan dalam rangka pengembangan usahanya tersebut.
Melihat prospek bisnis yang cukup bagus, pada tahun 1997, lembaga keuangan nonbank, yaitu
PT Sarana Sumut Ventura (PT SSUV), tertarik untuk membiayainya. Gayung bersambut, Puspo memang
telah mempunyai niat untuk mengembangkan RM AyamBakar Wong Solo go nasional. Bersama PT
SSUV, RM Wong Solo mulai mengawali program go nasionalnya dengan membuka gerainya di
Sumatera (Medan, Pekanbaru),Jawa (Surabaya, Solo, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, dan Malang).
Sedangkan Balibekerja sama dengan PT Sarana Bali Ventura (PT SBV).
Memasuki tahun 2002, RM Wong Solo mulai memasuki Ibu kota Jakarta. “Kepung Jakarta”,
menjadi tekad bulat untuk mengusai pasar ibu kota (makanan tradisional). Beberapa investor perorangan
mulai bergabung. Mereka mengadakan patungan denganrekan/kawannya untuk membuka RM Wong Solo
di Jakarta (Kalimalang, Bintaro,Cibubur, Bogor, Fatmawati, Semanggi Pluit dan seterusnya).
Melihat perkembangan outlet-outlet di Jakarta yang cukup menjanjikan, lembaga keuangan PT.
Permodalan Nasional Madani Venture Capital, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat tertarik untuk
membiayai pengembangan RM Wong Solo dalam rangka gonasional dan internasional.
Goleko Jeneng Disik, Lagi Jenang
Dalam mengembangkan usaha ayam bakarnya, Puspo berpedoman pada pepatah Jawa yakni,
goleko jeneng disik, lagi jenang . Jeneng artinya nama, sedangkan jenang (pulut/ketan) artinya uang atau
keuntungan atau hasil. Jadi, apabila kita ingin sukses janganlah tergesa-gesa untuk menikmati hasilnya
tapi lebih pada bangunlah nama/brand/merk terlebih dahulu. Kalau nama /brand /merk kita sudah kuat
maka jenang/uang/hasilakan mengikuti kita.
Bisnis rumah makan merupakan bisnis jasa, disamping kualitas makanan (cita rasaharus enak),
beda dengan lainnya (diferensiasi), ada hal-hal penting yang harusdi perhatikan yaitu, pelayanan, dan
value (nilai). Nama/brand sangat terkait dengan value.Value bisa di tafsirkan sebagai gengsi.
Awalnya, tamu-tamu Puspo malu menyebut mereka makan di Wong Solo, tetapi sekarang banyak
tamu bangga kalau mereka makan di Wong Solo. Kasus ini benar-benarterjadi, dan ini berkaitan dengan
gengsi tadi. Untuk membangun brand /nama ( Image building ) kita harus berani mengeluarkan biaya
yang jumlahnya tidak kecil. Kasus seperti rumah makan yang konsumennya sifatnya masal (banyak)
peran brand ini sangat besar,sehingga brand harus dibangun dan dijaga terus menerus.
Puspo selalu membuat suasana rumah makannya selalu tampak baru. Dengan pengecatan,
renovasi di sana-sini, penambahan ornamen-ornamen sehingga tamu kalau datang akan senang. Orang
lain kadang melihat hal ini adalah pemborosan, atau mutlak sebagai cost (biaya), tetapi Puspo melihat ini
adalah investasi yang nantinya akan sangat mempengaruhi masa depan rumah makannya. Ini salah satu
cara Puspo menjaga gengsi tadi dan juga membangun image. Puspo selalu berusaha bagaimana membuat
tamunya betah dan mau kembali lagi. Puspo selalu menempatkan diri sebagai abdi/pelayan di hadapan
tamu. Puspo memperlakukan pelanggan-pelanggannya seperti saudara, dia selalu berusaha untuk
mengetahui nama-nama mereka sehingga hubungan dengan pelanggan terasa akrab, Puspo selalu
berusaha mengetahui nama-nama pelanggan dengan cara pura-pura ada yang mencari walaupun salah,
untuk kesempatan tanya nama, selanjutnya dia selalu menegur dan menyapa dengan nama agar merasa
bangga diantara teman-teman tamunya.
Puspo juga selalu bertanya apa keluhan para tamunya selama ini. Masukan-masukan pelanggan
juga dia perhatikan untuk terus memperbaiki pelayanan. Banyak tamu Puspo yang datang di samping
makan tentunya, juga untuk bersilaturahmi dengannya. Lucunya, setelah makan pelanggannya
mengucapkan terima kasih. Bahkan kalau pelanggannya lama (1 minggu) tidak datang, mereka minta
maaf dan dengan berbagai alasan seperti keluar kota, sedang sibuk, atau alasan lainnya. Dan 75%
lebihpelanggan-pelanggan Puspo masih setia datang di outlet Wong Solo dimanapun berada sampai
sekarang.
Sedikit-demi sedikit jumlah menu Puspo tambah sehingga lebih bervariasi sehingga tamu
mempunyai banyak pilihan. Satu cacatan penting, sebelum menu ini ditampilkan Puspo selalu melakukan
uji coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok, baru menu itu ditampilkan,
sehingga dia sangat hati-hati dalam hal ini. Untu kpenampilan karyawan sedikit demi sedikit juga
diperbaiki, yang sebelumnya tidak pakai seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih
bagus. Semua usaha-usaha di atas ujung-ujungnya adalah membangun Image (citra).
Di samping usaha-usaha yang sifatnya internal, Puspo juga melakukan promosi secara tidak
langsung/terselubung lewat tulisan-tulisan Puspo di koran seperti profil-profil bisnis. Dengan tulisan ini
menurutnya lebih bagus, artinya lebih masuk ke dalam pikiran konsumen daripada harus menawarkan diri
secara vulgar misal, “Datanglah ke Rumah Makan Saya, Yang Enak, Murah, Kualitas Bagus”.
Selain itu, Puspo menanamkan prinsip bahwa pembeli akan selalu kangen pada Rumah Makan
Wong Solo. Beliau mau memberi kesan kepada masyarakat bahwa menu-menu Wong Solo adalah menu
spesial. Salah satu caranya membuka cabang dengan sistem keterwakilan wilayah. Artinya, dalam satu
kota, hanya terdapat satu saja lokasi Rumah Makan Wong Solo. Jumlah cabang maksimal hanya dua. Itu
pun hanya saya lakukan di kota yang benar-benar kelebihan pengunjung, seperti Medan, Banda
Aceh ,Banjarmasin, dan Bali. Sebab, jumlah pembeli di kota tersebut membludak dan tidak terlayani lagi.
Perkembangan RM Ayam Bakar Wong Solo
Sampai saat ini RM Wong Solo telah memiliki 27 outlet yang tersebar di kota-kota besar di
Sumatera, Jawa, dan Bali. RM Wong Solo masih tetap memfokuskan usahanya di bidang restoran, belum
ada niat untuk diversifikasi usaha.
Di tahun 2002 ini RM Wong Solo telah membuka gerainya di Kota Jakarta tepatnya pada tanggal
24 Januari 2002, tepatnya di Jl Meruya hilir 36 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Alhamdulillah, kehadiran RM
Wong Solo di ibu kota jakarta ini mendapat sambutan yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat mulai
pembukaan sampai saat ini, banyak tamu rela antri menunggu tempat duduk yang kosong untuk
menikmati menu-menu RM Wong Solo, terutama hari sabtu, minggu, dan hari-hari libur nasional.
Melihat perkembangan yang cukup bagus tersebut maka wong solo menambah outletnya yang ke dua di
Jakarta yaitu, di Jl Kalimalang Kav DKI A-2 no 8/9 pondok kelapa Jakarta Timur pada tanggal 7 Maret
2002, Serta outletnya yang ke tiga di Jakarta yaitu di kawasan Bintaro Jaya sektor VII tanggal 11 Juli
2002, Jakarta Selatan, kemudian menyusul di Cibubur, Bandung, Pondok Gede, Kelapa Gading,
Fatmawati, kafe Semanggi, Pluit, Rawamangun. Bogor, Kedoya, Casablanca, dan Cikarang.
Ditargetkan tahun 2005 ini RM Wong Solo akan membuka 25 outlet di wilayah Jabotabek, RM
Wong Solo menggunakan strategi ?Kepung Jakarta ? artinya Wong Solo memasuki Jakarta dimulai dari
daerah pinggiran Jakarta. Dengan strategi ini diharapkan Wong Solo akan ? menguasai ? Jakarta dari
pinggiran. Target itu memang tidak terlalu berlebihan mengingat potensi jakarta yang sangat besar. Hal
ini juga didukung oleh keberadaan Wong Solo yang telah memiliki jaringan yang luas dari Medan sampai
Bali, adanya standarisasi bumbu dan rasa, serta sistem operasional yang sudah dibakukan.
Sedangkan untuk luar Jawa dan Sumatera RM Wong Solo mengembangkan outletnya di Batam,
Pontianak Balikpapan, Makasar.
RM Wong Solo juga terus bertekad mengembangkan gerainya baik di Luar negeri (Malaysia dan
Singapura). Negara-negara tersebut dipilih karena alasan serumpun artinya selera makannya tidak jauh
berbeda dengan bangsa kita. Khusus untuk Malaysia, RM Wong Solo sudah begitu dikenal, terutama
yang ada di Medan dan Pekanbaru. Sudah banyak sekali wisatawan Malaysia yang yang datang di RM
Wong Solo, bahkan boleh dibilang seminggu sekali wisatawan Malaysia datang. Bahkan ada cerita, ?
ketika rombongan Malaysia datang ke Surabaya, oleh Tour Guide-nya diajak makan ke suatu restoran.
Mereka menolak dan minta makan di RM Wong Solo. Tour Guide-nya bingung apakah di Surabaya ada
RM Wong Solo ? (waktu itu RM Wong Solo Surabaya baru saja dibuka). Akhirnya dicarilah RM Wong
Solo dan ketemu.? Ketenaran RM Wong Solo di masyarakat Malaysia tidak bisa dipungkiri salah satunya
adalah peran media elektronik terutama TV yaitu TV3 dan TV1. RM Wong Solo pernah dimuat di acara
niaga tahun 1998 di TV 3 dengan durai ? 15 menit selama dua kali. Dan di tahun 2001 ini juga diliput
oleh TV1 Malaysia dan disiarkan pada acara Salam Nusantara selama lebih kurang 15 menit juga. Banyak
pengusaha dari negeri jiran itu untuk membeli Wong Solo.
Di samping mengembangkan outlet stand alone ( berdiri sendiri), ke depan Wong Solo juga
mengembangkan usahanya di mallmall dan super market. Hal ini penting terhadap perkembangan ke
depan mengingat orang cenderung untuk melakukan hal-hal yang bersifat efisien mengingat terbatasanya
waktu, tenaga, dan biaya. Trend ke depan orang cenderung melakukan one stop shoping, dan mall
menjadi pilihan utama.
Puspo Wardoyo Pandai Mem-brand -kan Produk
Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang.
Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar
dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan
dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah
sebabnya, agars eimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu,
beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan
pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih saying dengan keluarga, dan dermawan.
“Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang.
Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera
diluncurkan.
Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal,usahanya ini
memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan
yang hidup di air panas dari Cibaya, yang Karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung
Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet
poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang
ada, sukatidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.