Profil Kes Sumsel 2010
Transcript of Profil Kes Sumsel 2010
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page i
KATA PENGANTAR
uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2010 dapat diselesaikan.
Seharusnya penerbitan buku profil kesehatan dapat dilaksanakan setiap awal
tahun anggaran, sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada
tahun sebelumnya. Namun tahun ini masih mengalami keterlambatan, dikarenakan
sumber data berupa tabel profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hampir
sebagian besar belum disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan. Namun demikian, data-data yang dipergunakan untuk penyusunan profil ini
akhirnya menggunakan data-data dari program yang ada di setiap Subdin Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Disadari bahwa berdasarkan pengalaman yang ada, akan ditemui perbedaan
data antara pengelola program yang ada di Subdin-Subdin Dinas Kesehatan Provinsi
dengan data yang ada di Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Buku
Profil yang sekarang berada ditangan Anda, masih perlu disempurnakan lagi melalui
konfirmasi (crosscheck) dengan buku profil yang telah diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari segi pembahasan yang lebih mendalam lagi.
Untuk itulah pada kesempatan ini, kami membutuhkan kritik dan saran dari
semua pihak, agar Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011
akan semakin lebih baik dan berkualitas.
Disamping itu, kualitas data juga masih harus terus ditingkatkan, karena data-
data yang terkumpulkan baru meliputi data dari fasilitas kesehatan (Fasility based)
sementara data dari masyarakat langsung (Community based) belum dapat digali
lebih dalam, sehingga informasi yang dihasilkan dalam buku profil kesehatan 2010
masih banyak kekurangan (under reporting).
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page ii
Sulitnya memperoleh data yang akurat dan tepat waktu, InsyaAllah dari
waktu ke waktu akan bisa diatasi dengan mengoptimalkan peran petugas sistem
pencatatan dan pelaporan baik di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sampai di tingkat puskesmas serta memaksimalkan sistem monitoring
dan evaluasi melalui supervisi-supervisi sekaligus melakukan pembinaan secara
kontinyu oleh petugas/pengelola data di wilayah kerjanya termasuk upaya jemput
bola untuk memenuhi kebutuhan data yang bersifat segera.
Kegiatan-kegiatan pemutakhiran data dengan melibatkan pengelola program,
lintas sektor bahkan pejabat struktural di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus dilakukan paling sedikit 2 kali dalam setahun untuk
memberikan masukan atau mengklarifikasi data-data yang barangkali terjadi
perbedaan, blank, dan sebagainya. Disamping itu juga perlu dilakukan Pelatihan
Pengelola data dan informasi untuk petugas pengelola data di kabupaten/kota.
Diharapkan dengan terbitnya buku profil kesehatan ini, akan dapat
memberikan informasi sekaligus bahan evaluasi terhadap program-program
kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dan yang tak kalah
pentingnya adalah untuk bahan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya dalam
upaya mewujudkan Visi Sumatera Selatan Sehat dan Indonesia Sehat.
Akhirnya, dengan kemauan keras, optimisme, dan selalu ingin belajar
sepanjang hayat, belajar dari kesalahan, InsyaAllah perubahan ke arah yang semakin
baik akan dapat diraih, karena karakteristik orang yang belajar adanya perubahan dari
yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah kepada yang tinggi, dan seterusnya.
Palembang, 2010Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan,
Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
Bab 1 PENDAHULUAN 1
Bab 2 GAMBARAN UMUM 4
2.1. Keadaan Penduduk 4
2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah 6
2.3. Keadaan Pemerintahan 7
2.4. Pendidikan 7
2.5. Ekonomi 8
Bab 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10
3.1. MORTALITAS 10
3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) 10
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) 11
3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI) 12
3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK) 13
3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) 13
3.2. ANGKA KESAKITAN 14
3.2.1. Penyakit Menular 16
3.2.2. Penyakit Tidak Menular 51
3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT 54
3.3.1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 54
3.3.2. Gizi Balita 55
3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) 58
Bab 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 59
4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 59
4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi 59
4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) 59
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iv
4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan 64
4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 66
4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk 68
4.1.1.5. Kunjungan Neonatus 69
4.1.1.6. Kunjungan Bayi 71
4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja 72
4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana 75
4.1.4. Pelayanan Imunisasi 78
4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 81
4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut 84
4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 86
4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 86
4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik 87
4.2.3 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 87
4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 88
4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 88
4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio 94
4.3.3. Pemberantasan TB Paru 100
4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA 101
4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS 104
4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI
DASAR 106
4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan 106
4.4.2. Surveilans Vektor 111
4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan
Makanan
112
4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 115
4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita 115
4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A 115
4.5.3. Pemberian Tablet Besi 116
4.5.4. Bayi dengan ASI Ekslusif 116
4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 117
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page v
4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional 118
4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik 118
4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik 118
4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 119
4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 119
Bab 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 122
5.1. SARANA KESEHATAN 122
5.1.1. Puskesmas 122
5.1.2. Rumah Sakit 124
5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 126
5.1.4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan 130
5.2. TENAGA KESEHATAN 131
5.3. ANGGARAN KESEHATAN 134
Bab 6 KESIMPULAN 136
Lampiran
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok UmurDan Jenis Kelamin
6
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 11Gambar 3.2 Jumlah dan Sebab Kematian Ibu 13Gambar 3.3 Umur Harapan Hidup (UHH) 14Gambar 3.4 STP Berbasis Puskesmas 15Gambar 3.5 STP Berbasis RS (Rawat Inap) 15Gambar 3.6 Annual Malaria Incidence (AMI) 17Gambar 3.7 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR) 20Gambar 3.8 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Menurut Kab/Kota22
Gambar 3.9 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif
22
Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif Menurut Kab/Kota
23
Gambar 3.11 Persentase Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 24Gambar 3.12 Jumlah Pengidap HIV (+) Per Tahun 26Gambar 3.13 Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kab/Kota 27Gambar 3.14 Jumlah Penderita AIDS Per Tahun 28Gambar 3.15 CDR Kusta 30Gambar 3.16 Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta 30Gambar 3.17 Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat II 31Gambar 3.18 Proporsi Kusta Anak 32Gambar 3.19 Penderita Tetanus Neonatorum 33Gambar 3.20 Penderita Difteri 34Gambar 3.21 Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok
Umur35
Gambar 3.22 Data Campak Menuru Sumber Laporan Kab/Kota 36Gambar 3.23 Sebaran Kasus Campak 37Gambar 3.24 Hasil CBMS 38Gambar 3.25 Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium 38Gambar 3.26 Kasus Campak (CBMS) Kelompok Umur Dengan
Konfirmasi Laboratorium39
Gambar 3.27 Kecenderungan Situasi DBD 40Gambar 3.28 CFR Penderita DBD 42Gambar 3.29 Perkembangan Penderita DBD 42Gambar 3.30 Perbandingan Incidence Rate (IR) 43Gambar 3.31 Persentase Penemuan Penderita DBD Yang Ditangani 43Gambar 3.32 Distribusi Penderita Diare Semua Umur Per Kab/Kota 44Gambar 3.33 Trend Kejadian Diare 45
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vii
Gambar 3.34 Cakupan Penderita Diare Yang Ditangani OlehKab/Kota
46
Gambar 3.35 Persentase Penemuan Penderita Diare 47Gambar 3.36 Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1) 51Gambar 3.37 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000
Penduduk52
Gambar 3.38 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas 54Gambar 3.39 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 55Gambar 3.40 Prevalensi Gizi Buruk 56Gambar 3.41 Angka Gizi Buruk Dan Gizi Kurang 57Gambar 3.42 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 57Gambar 3.43 Cakupan Pemberian MP ASI Pada Anak Usia 6 - 24
Bulan Keluarga miskin58
Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil 60Gambar 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 62Gambar 4.3 Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT
Pada Ibu Hamil63
Gambar 4.4 Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 64Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh
Tenaga Kesehatan65
Gambar 4.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 66Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Nifas 67Gambar 4.8 Persentase cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang
Dirujuk68
Gambar 4.9 Persentase cakupan Kunjungan Neonatal 69Gambar 4.10 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut
Kab/Kota70
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal MenurutKab/Kota
70
Gambar 4.12 Cakupan Kunjungan Bayi 71Gambar 4.13 Persentase Cakupan Puskesmas Yang Mampu
Menyelengarakan PKPR Menurut Kab/Kota72
Gambar 4.14 Persentase Cakupan Deteksi Dini Dan InterfensiTumbuh Kembang Balita
73
Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Anak Balita 74Gambar 4.16 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat 75Gambar 4.17 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dan KB Baru
Menurut Kab/Kota76
Gambar 4.18 Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB BaruBerdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi
77
Gambar 4.19 Cakupan Peserta KB Aktif 77Gambar 4.20 Hasil Cakupan Desa UCI 79Gambar 3.21 Hasil Cakupan Desa UCI 80Gambar 4.22 Hasil Cakupan Desa UCI 81
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page viii
Gambar 4.23 Hasil Cakupan BIAS DT Klas I 82Gambar 4.24 Hasil Cakupan BIAS Klas II dan III 83Gambar 4.25 Hasil Cakupan BIAS Campak 84Gambar 4.26 Jumlah Usila Dibina dan PKM Yang Membina 85Gambar 4.27 Persentase Cakupan Lanjut Usia Yang Dibina Dan
Cakupan Puskesmas Melayani Kesehatan Usia Lanjut85
Gambar 4.28 Persentase Kunjungan Rawat Jalan Menurut Kab/Kota 86Gambar 4.29 Persentase Peserta JamSoskes Sumsel Semesta 87Gambar 4.30 Desa/Kelurahan KLB Ditangani< 24 Jam 89Gambar 4.31 Kelengkapan Laporan W1 90Gambar 4.32 Ketepatan Laporan W1 Dari Kab/Kota 90Gambar 4.33 Frekuensi Desa KLB Per Penyakit 91Gambar 4.34 Perbandingan Frekuensi Dan Penderita KLB Penyakit
Dan Keracunan Makanan92
Gambar 4.35 Persentase Jenis Pelaporan KLB Dari Kab/Kota 93Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam93
Gambar 4.37 Persentase Spesimen Adekuat Dan AFP Rate 95Gambar 4.38 Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil 96Gambar 4.39 Penemuan Kasus AFP 97Gambar 4.40 Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non Polio 98Gambar 4.41 Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur 98Gambar 4.42 Sumber Laporan Kasus AFP 99Gambar 4.43 AFP Rate Per 100.000 Penduduk < 15 Tahun 100Gambar 4.44 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru
BTA (+)101
Gambar 4.45 CDR Pneumonia Balita Per Kab/Kota 102Gambar 4.46 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA 103Gambar 4.47 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 104Gambar 4.48 Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan 106Gambar 4.49 Cakupan Penduduk Yang Menggunakan Sarana Air
Bersih107
Gambar 4.50 Persentase Rumah sehat Menurut Kab/Kota 109Gambar 4.51 Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah 110Gambar 4.52 Persentase Cakupan Jamban Keluarga 111Gambar 4.53 Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut
Kab/Kota112
Gambar 4.54 Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1& Fe3)
116
Gambar 4.55 Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 117Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas Dan Rasionya Terhadap 100.000
Penduduk122
Gambar 5.2 Jumlah Puskesmas Menurut Kab/Kota 123Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas Pembantu 124
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page ix
Gambar 5.4 Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kab/Kota 124Gambar 5.5 Jumlah RS Pemerintah Swasta Dan Khusus 125Gambar 5.6 Jumlah Posyandu 127Gambar 5.7 Jumlah Posyandu Menurut Kab/Kota 127Gambar 5.8 Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama Dan
Mandiri128
Gambar 5.9 Rasio Poskesdes Terhadap desa/Kelurahan 128Gambar 5.10 Cakupan Desa Siaga Aktif 129Gambar 5.11 Persentase Anggaran Kesehatan 134
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata rataPenduduk Desa dan Kepadatan Penduduk Per Km2 MenurutKab/Kota
4
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin
5
Tabel 2.3 Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Pendudukdan Kemampuan Membaca dan Menulis
7
Tabel 2.4 PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas DasarHarga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004-2008
9
Tabel 3.1 Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1000 Kelahiran Hidup diIndonesia Tahun 1995-2007
12
Tabel 3.2 Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium danAMI Menurut Kab/Kota
18
Tabel 3.3 Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang 25Tabel 3.4 Data Penyakit PD3I Per Kab/Kota 32Tabel 3.5 Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur 34Tabel 3.6 Distribusi Kasus Campak Per Bulan 36Tabel 3.7 Distribusi Kasus Penemuan DBD per Kab/Kota 41Tabel 3.8 Jumlah Kasus Rabies 48Tabel 3.9 Gambaran Penemuan Kasus Kronis Filariasis 49Tabel 3.10 Gambaran MF Rate Filariasis 50Tabel 3.11 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk 52Tabel 3.12 Angka Kesakitan Secara Absolut 53Tabel 4.1 Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB 91Tabel 4.2 Kinerja Surveilans AFP 94Tabel 4.3 Gambaran Penemuan Kasus ISPA 102Tabel 4.4 Distribusi Penemuan Kasus HIV/AIDS Melalui Klinik VCT 105Tabel 4.5 Persentase Rumah Sehat 108Tabel 4.6 Jenis Vektor Malaria 112Tabel 4.7 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Sehat113
Tabel 4.8 Cakupan Sarana Ibadah 114Tabel 4.9 Cakupan TTU-I Sarana Pendidikan 114Tabel 4.10 Data Kejadian Bencana 119Tabel 5.1 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus Menurut
Kapasitas Tempat Tidur126
Tabel 5.2 Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan 130Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis, Paramedis,
Tenaga Kesehatan Lainnya131
Tabel 5.4 Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per 100.000 Penduduk 132
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1 Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk,JumlahRumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kab/Kota
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin,Kelompok Umur,RasioBeban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin dan Kelompok UmurTabel 4 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun
Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan tertinggi yangDitamatkan di Kab/Kota
Tabel 5 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 TahunKe atas yang Melek huruf
Tabel 6 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita MenurutKab/Kota
Tabel 7 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kab/KotaTabel 8 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka
dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci MenurutKab/Kota
Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru Sembuh dan Peneumonia Balita DitanganiTabel 10 HIV/AIDS, Infeksi Seksual Menular, DBD dan Diare Pada Balita
DitanganiTabel 11 Persentase Penderita Malaria DiobatiTabel 12 Persentase Penderita Kusta Selesai BeobatiTabel 13 Kasus Penyakit Filariasis DitanganiTabel 14 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang
Dapat dicegah Dengan Imunisasi (PD3i)Tabel 15 Cakupan Kunjungan Neonatus,Bayi dan bayi BBLR yang
DitanganiTabel 16 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan GiziTabel 17 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4),Persalinan Ditolong
Tenaga Kesehatan dan Ibu NifasTabel 18 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita,
Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMATabel 19 Jumlah Pus, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut
Kecamatan dan PuskesmasTabel 20 Jumlah peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiTabel 21 Pelayanan KB Baru Menurut KecamatanTabel 22 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Uci Menurut KecamatanTabel 23 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan
Kab/KotaTabel 24 Cakupan Bayi,Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xii
Tabel 25 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe1, Fe3 MenurutKecamatan dan Puskesmas
Tabel 26 Jumlah Wanita Usia Subur dengan status Imunisasi TT MenurutKecamatan dan Puskesmas
Tabel 28 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal RisikoTinggi/Komplikasi ditangani Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 30 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yangditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 31 Jumlah Penderita dan Kematian Serta Jumlah Kecamatan danDesa Yang Terserang KLB
Tabel 32 Jumlah Bayi yang diberi ASI EklusifTabel 34 Pelayanan Kesehatan Gigi n MulutTabel 36 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra BayarTabel 37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat MiskinTabel 39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan UsilaTabel 41 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDSTabel 43 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan
Labkes dan Miliki 4 Spesialis DasarTabel 44 Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan
Kesehatan DasarTabel 45 Persentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih SehatTabel 46 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan KecamatanTabel 47 Persentase Rumah Sehat Menurut KecamatanTabel 48 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air BersihTabel 49 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut
KecamatanTabel 50 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
SehatTabel 51 Persentase Institusi Dibina Kesehatan LingkungannyaTabel 52 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik
Nyamuk AedesTabel 53 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit KerjaTabel 54 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan KesehatanTabel 55 Jumlah Tenaga Medis Disarana KesehatanTabel 56 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi Di Sarana KesehatanTabel 57 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana KesehatanTabel 58 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana
KesehatanTabel 59 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana KesehatanTabel 60 Anggaran kesehatan Kab/kotaTabel 62 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
embangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya untuk mencapai Visi :
Indonesia Sehat 2014. Untuk mencapai visi tersebut, Departemen
Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan telah menetapkan
Visi Departemen Kesehatan yaitu : Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat
Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan
akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup
sehat. Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan
dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat
dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan
fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan
(SIK), ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan. (Depkes,
2006).
SIK di setiap institusi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai tingkat Pusat,
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 2
harus terus dikembangkan sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam
rangka pelaksanaan fungsi manajemen kesehatan.
SIK yang baik akan dapat memberikan informasi yang akurat dan up to
date untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan
kesehatan. Salah satu bentuk output dari SIK adalah penerbitan buku profil kesehatan
yang dilakukan setiap tahun anggaran oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi sampai kepada tingkat Pusat.
Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah
memberikan informasi tentang hasil pencapaian program pembangunan kesehatan di
Provinsi Sumatera Selatan umumnya, termasuk pencapaian indikator-indikator
pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan.
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah
sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan
diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 serta
sistematika penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi
umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial
budaya dan lingkungan.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 3
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan
penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam
situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga
mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang
bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Lampiran. Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan 63 tabel
data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator
pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 10
BAB 3
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti
mortalitas , morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Berikut ini diuraikan
tentang indikator-indikator tersebut.
3.1. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping kejadian
kematian dapat juga digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian
pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan survei dan penelitian.
Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian
yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan dibawah ini.
3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup
mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus
Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan
71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di
Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen
selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi
dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007).
Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran
hidup. Persentase kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir
(1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%)
dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 11
tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi), sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4
(537 kematian bayi). Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.
Gambar 3.1.Angka Kematian Bayi (AKB)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 2008
2525,626,3
3030
535354
59,671
102155
0 50 100 150 200
200820072006
SUPASSDKI
SP 2000SDKI 1997
SUPASSDKI 1994
SP 1990SP 1980SP1971
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Berdasarkan SDKI 2007 AKABA sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 adalah 52 per 1.000 kelahiran
hidup berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Angka Kematian Balita di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,5 (45 kematian Balita ), sedangkan tahun 2008
adalah 0,6 (87 kematian Balita). Distribusi kematian Balita menurut Kabupaten/kota
di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Sedangkan
gambaran perkembangan AKABA berdasarkan estimasi SUPAS, SUSENAS, dan
SDKI pada tahun 1995 2007 disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 12
Tabel 3.1Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Indonesia Tahun 1995 2007
Estimasi SUPAS 1995TahunLaki-Laki Perempuan Jumlah
(L+P)
EstimasiSUSENAS SDKI
1995 731998 71,36 57,61 64,28 641999 66,44 53,05 59,55 -2000 50,77 39,00 44,71 -2001 642002-2003
46
2007 44Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2004,Subdin Kesga
3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurun
dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai
AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)
2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005
yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderung
mengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai
secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,
maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan
target tersebut di masa mendatang sulit dicapai.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 13
Gambar 3.2Jumlah dan Sebab Kematian Ibu
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006-2009
Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006
hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggi
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus.
Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93
per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah
79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Distribusi kematian ibu menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.
3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK)
AKK Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan estimasi pada tahun 2005
sebesar 22,2 per 1000 penduduk, menurun menjadi 21,8 per 1000 penduduk pada
tahun 2006, kemudian menurun lagi menjadi 21,4 per 1000 penduduk.
3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
Sejalan dengan menurunnya estimasi angka kematian bayi, maka estimasi
angka harapan hidup mengalami kenaikan. Menurut hasil SP 1990, estimasi angka
harapan hidup Sumatera Selatan adalah 59,83 tahun, sepuluh tahun kemudian
mengalami kenaikan sebesar 7 persen, menjadi 64,02 tahun menurut SP 2000.
Sedangkan menurut hasil Supas 2005 besarnya angka harapan hidup penduduk
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 14
Sumatera Selatan adalah sebesar 69,5 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa anak
yang baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 69 tahun.
Gambar 3.3Umur Harapan Hidup (UHH)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 2009
0
20
40
60
80U
mur
(tahu
n)
UHH 44,1 53,6 59,8 63,7 69,05 71,1 69,9SP 1971 SP 1980 SP 1990 SPS SP 2000 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
Pada Gambar 3.3 di atas, terlihat bahwa UHH Provinsi Sumatera Selatan
cenderung mengalami peningkatan, dari 44,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 69,9
tahun pada tahun 2009.
3.2. ANGKA KESAKITAN
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community
based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility
based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Program Surveilans Terpadu Penyakit (STP) baru mulai dilaksanakan di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007, sesuai ketentuan dalam Kepmenkes nomor
1116/2003 dan 1479/2003. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dipakai Program SST
(Sistem Surveilans Terpadu). Pada program ini dipisahkan antara STP berbasis
Puskesmas dan STP berbasis Rumah Sakit. Untuk STP berbasis Puskesmas ada 25
kasus baru penyakit menular yang diamati oleh semua Puskesmas. Sedangkan untuk
Puskesmas Sentinel ditambah lagi 2 penyakit tak menular, yaitu Hipertensi dan
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 15
Diabetes Mellitus. Adapun data kasus baru penyakit menular berbasis puskesmas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.4STP Berbasis Puskesmas
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1
DiareMalaria KlinisTifus Perut KlinisTersangka TBC ParuDisentriTBC Paru BTA (+)Malaria VivaxDemam DenguePneumoniaMalaria Falsifarum
Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, 2009
Gambar di atas menunjukan bahwa penyakit berbasis Puskesmas terbanyak
adalah Diare (56,2 %), Malaria Klinis (14,6 %), dan Tifus perut klinis (10,7 %).
STP penyakit menular berbasis Rumah Sakit dipisahkan untuk penderita
rawat inap dan rawat jalan. Ada 29 penyakit menular yang diamati dan dipantau trend
kasusnya sepanjang tahun. Adapun data kasus baru penderita rawat inap penyakit
menular berbasis rumah sakit tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5STP Berbasis Rumah Sakit (Rawat Inap)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1122
923
459 412303 252 212
133 123 118
0
200
400
600
800
1000
1200
Tifus Perut Klinis Diare Demam Berdarah Dengue
Tifus Perut Kultur (+) Malaria Falsifarum TBC Paru BTA (+)
Pneumonia Tersangka TBC Paru Demam Dengue
Malaria Klinis
Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, Tahun 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 16
Dari gambar di atas menunjukan bahwa urutan 3 (tiga) penyakit rawat inap
terbanyak adalah Tifus perut klinis, Diare, dan DBD. Sedangkan pada tahun 2008, 3
(tiga) penyakit rawat inap terbanyak adalah Diare, DBD, dan Tifus perut klinis.
Selanjutnya akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/Wabah, situasi penyakit tidak
menular, dan situasi penyalahgunaan NAPZA.
3.2.1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit
Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,
Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial
wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, Flu Baru AI (H1N1).
3.2.1.1. Malaria
Tujuan umum program Pemberantasan Penyakit Malaria di Provinsi Sumatera
Selatan adalah Pembebasan Provinsi Sumatera Selatan dari malaria tahun
2020. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Pada tahun 2010 menurunnya 50 % jumlah desa dengan positif malaria
5 per 1000 penduduk
2. Pada tahun 2010 semua Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan
sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.
3. Pada Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan
intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria
Kebijakan Pelaksanaan Program P2 Malaria yaitu :
1. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk
LSM, dunia usaha dan masyarakat
2. Pembebasan Malaria dilakukan secara bertahap yang didasarkan pada
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 17
situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat
Pada Gambar 3.6 berikut terlihat bahwa angka kesakitan malaria dari tahun
2003 ke tahun 2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka
dan Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut
adalah penyumbang kasus malaria paling tinggi. AMI (Annual Malaria Incidence)
tahun 2003 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.6Annual Malaria Incidence (AMI)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
21,48
8,04 8,7 8,910,1
8,6 8,74
0
5
10
15
20
25
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
AM
Iper
1000
pend
uduk
Sumber: Bidang PP&PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria, dimana tahun 2009
terdapat 7 kabupaten endemis malaria sedang dan 8 kabupaten/kota lainnya
digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota diantara daerah endemis rendah
yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas malaria dalam arti kasus yang ada
adalah kasus impor dari kabupaten lain (Kabupaten Banyuasin).
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 18
Tabel 3.2Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium
dan AMI Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Kabupaten / Kota JumlahPenduduk
PenderitaKlinis
SDDiperiksa
SDPositif
SPR AMI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)01. OKU 267.022 7.217 7.106 771 10,85 27,0702. OKI 707.627 2.583 0 0 0 3,6503. Muara Enim 668.341 11.713 9.779 1.905 19,48 17,5304. Lahat 341.055 7.531 2.263 1.210 53,47 22,0805. Musirawas 505.940 7.922 1.635 529 32,35 15,6606. Musi Banyuasin 523.025 8.066 7.045 91 1,29 15,4207. Banyuasin 818.280 4.491 8 8 100 5,4908. OKU Selatan 331.879 2.776 30 39 130 8,3609. OKU Timur 581.665 3.272 753 146 19,39 5,6310. Ogan Ilir 384.663 130 18 5 27,78 0,3411. Empat Lawang 213.872 2.641 223 126 56,5 12,5312. Palembang 1.438.938 485 485 34 7,01 0,3413. Prabumulih 137.786 52 26 26 100 0,3814. Pagar Alam 116.486 48 2 2 100 0,4115. Lubuk Linggau 186.056 3.326 836 837 100,12 17,88
Jumlah 7.222.635 62.248 30.209 5.729 18,96 8,45Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Dari tabel diatas angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMI) adalah 8,45 dengan kematian
(CFR 0,27%), dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa / ABER ( Annual Blood
Examination rate) 0,42 % dan persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh
sediaan darah yang diperiksa (SPR) 21,9 %.
Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi adalah di Kabupaten Ogan
Komering Ulu 27,07 (7.217 kasus), Kabupaten Lahat 22,08 (7.531 kasus), Kota
Lubuk Linggau 17,88 (3.326 kasus), sedangkan terendah di Kabupaten Ogan Ilir
0,34 (130 kasus).
Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case
Detection) di Puskesmas dengan Pengobatan Radikal dengan konfirmasi
laboratorium. Kasus klinis tanpa konfirmasi laboratorium diberikan pengobatan
klinis malaria di Puskesmas. Pengobatan klinis malaria maupun dengan konfirmasi
laboratorium positif malaria di kabupaten/kota umumnya masih mengunakan obat
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 19
Cloroquin, sedangkan di tiga kabupaten wilayah GF Malaria Round 6 tahun 2009
(Kab. Muara Enim, Kab. Muba dan Kab.OKU) sudah mengunakan obat terbaru yaitu
ACT (Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas dari kuantitas
maupun kualitas dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih, serta alat dan bahan
laboratorium malaria maupun SDM mikroskopis/pengelola program malaria yang ada
di kabupaten/kota dan puskesmas.
Jumlah sediaan darah yang diperiksa dari penduduk dalam satu tahun / Annual
Blood Examination Rate (ABER) tahun 2009 yaitu 0,42 % dan tingkat persentase
pemeriksaan sediaan darah 48,18 %, sudah mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2008 yaitu ABER 0,18% dan persentase pemeriksaan sediaan darah 22%,
walaupun target yang ingin dicapai adalah 100 %, hal ini menjadi tantangan yang
besar bagi petugas laboratorium dalam pemeriksaan sediaan darah malaria yang
tidak terlepas dari SDM, bahan dan alat pemeriksaan yang ada. Dan masih adanya
beberapa kabupaten/kota tidak/kurang melaksanakan pemeriksaan sediaan darah
malaria antara lain Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten
OKI, Kabupaten Ogan ilir dan Kota Pagar Alam.
Keberhasilan pemberantasan penyakit malaria tidak hanya terletak pada satu
institusi yaitu Dinas Kesehatan saja namun perlu keterkaitan dengan sektor-sektor
lain antara lain Sektor Kimpraswil, sektor Peternakan, sektor Pertanian, sektor
Perikanan dan Kelautan. Serta tidak terlepas dari peran serta masyarakat itu sendiri.
Dari Gambar pola maksimum minimum tahun 2004-2009 dapat dilihat puncak
penularan terjadi pada bulan Januari maka seyogianya kegiatan Indoor Residual
Spraying (IRS) dilaksanakan pada bulan November guna mencapai hasil
pemberantasan vector yang optimum.
3.2.1.2. TB Paru
Penanggulangan tuberkulosis menerapkan strategi DOTS yang dilaksanakan
secara Nasional di seluruh UPK terutama puskesmas yang di integrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004
bahwa prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk,
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 20
secara regional di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah. Sumatera masuk
dalam wilayah 1 dengan prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk.
Tujuan dari Program Pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata rantai penularan serta
mencegah terjadinya MDR TB. Targetnya adalah tercapainya penemuan pasien baru
TB BTA positif paling sedikit 70 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85 % dari
semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada
tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapi tujuan millenium development goals
(MDGs) pada tahun 2015.
Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate) di
Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 s/d 2008 berfluktuatif , sedangkan target
mulai dari tahun 2005 sebesar 70 %, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.7Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 2009
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
TARGET 25 35 40 50 60 70 70 70 70 70
CDR 23,47 24,61 29,74 41,62 55,72 42,77 46,73 45,43 46,69 44,62
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 21
Dilihat dari Gambar 3.7, ada peningkatan CDR mulai tahun 2000 s/ d tahun
2004 dan peningkatan yang tajam pada tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005
terjadi penurunan, ini disebabkan dengan adanya hasil survey prevalensi TB tahun
2004, wilayah Sumatera dengan prevalensi 160 per 100.000 penduduk yang
sebelumnya hanya 130 per 100.000 penduduk. Untuk penemuan pasien baru TB BTA
positif di Sumatera Selatan tidak mengalami penurunan tetapi ada kenaikan setiap
tahunnya walaupun belum mencapai target.
Angka Penemuan Pasien baru TB BTA posistif (Case Detection Rate
=CDR) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 per kabupaten/ Kota dapat dilihat
pada Gambar 3.8, menunjukkan bahwa dibandingkan tahun 2008, pada tahun 2009
terjadi penurunan CDR TB paru BTA+ diprovinsi Sumatera Selatan dari 46,57%
menjadi 44,62%, dan CDR TB paru BTA+ belum mencapai target (70%). Hal ini
disebabkan karena belum semua RS dan DPS melaksanakan strategi DOTS,
penjaringan suspek di sebagian kab/kota masih ketat, dan mutasi petugas masih
tinggi. Oleh sebab itu maka diperlukan pelatihan P2TB bagi tim DOTS di rumah
sakit, memperluas jejaring untuk menemukan dan mengobati pasien TB dengan
ekspansi ke rumah sakit dan lapas/ rutan serta meningkatkan kemitraan dengan
LSM.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 22
Gambar 3.8Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
5,00
15,00
25,00
35,00
45,00
55,00
65,00
75,00
CDR 45,35 6,44 29,48 46,78 68,68 53,01 26,43 25,99 53,01 43,62 70,29 48,01 33,95 40,89 53,84 44,62
L.Linggau
P.Alam Prabumulih
Palembang
E.Lawang
OI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Gambar 3.9Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 - 2008
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
70
75
80
85
90
CR 80,3 75,4 80,74 82,86 81,63 83,36 84,2 84,84 87,19
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 23
Angka kesembuhan (Cure Rate = CR) merupakan angka pasien baru TB
BTA positif yang sembuh setelah masa pengobatan. Dari Gambar diatas dapat dilihat
bahwa angka kesembuhan (cure rate) TBC Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008
yaitu sebesar 87,15% dengan target SPM > 85%. Ini menunjukkan bahwa P2 TBC
telah memenuhi dan melampaui target SPM untuk tahun 2009. Hal ini disebabkan
oleh Tingkat kepatuhan penderita yang berobat cukup tinggi. Gambar berikut
menampilkan distribusi pencapaian CR menurut kabupaten/kota, terdapat 10
Kabupaten/Kota dengan CR sudah mencapai target > 85 %, sedangkan 5 Kabupaten/
Kota yang lain CR belum mencapai target.
Gambar 3.10Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif
Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
CR 94,38 44,44 100 84,27 59,91 92,17 79,34 95,21 94,28 80,95 95,43 85,19 85,27 92,41 87,23 87,19
L.Linggau
P.Alam Prabumulih
Palembang
E.Lawang
OI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 24
Gambar 3.11Penemuan Pasien Baru TB BTA (+)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten
memenuhi target capaian SPM (70%), yaitu kabupaten Musi Rawas. 14
Kabupaten/kota lainnya belum mencapai target SPM, terdiri dari 3 Kabupaten yaitu
OKU, Banyuasin, dan Empat Lawang berada pada range 50-70%, 11 Kabupaten/kota
yaitu MUBA, OKI, OI, OKUT, OKUS, Muara Enim, Lahat, Kota Prabumulih, Pagar
Alam, Palembang, dan Lubuk Linggau berada pada range terendah yaitu dibawah
50%.
3.2.1.3. Pengidap HIV dan Penderita AIDS
Infeksi HIV dan AIDS dalam 10 tahun terakhir semakin nyata menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Selatan yang dibuktikan dengan terus
meningkatnya kasus yang ditemukan melalui kinik VCT dan laporan suveilans AIDS
dari RS. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar hampir di seluruh Kabupaten/Kota
di wilayah Sumatera Selatan, dan di Indonesia sendiri telah mengalami perubahan
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 25
dari epidemi rendah menjadi epidemi terkonsentrasi, hal ini karena hasil survei pada
sub populasi tertentu menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi telah
melebihi 5 % secara konsisten, tetapi di Sumatera Selatan masih pada epidemi rendah
karena prevalensi HIV 0,6 %.
Pada era sebelumnya upaya penanggulangan HIV dan AIDS di prioritaskan
pada upaya pencegahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus
AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral ( ARV), maka strategi penanggulangan
HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya
perawatan, dukungan serta pengobatan. Dan juga dalam rangka mendukung target
VCT pada MDGs untuk tahun 2010 yaitu 300.000 klien yang melakukan complate
testing, maka peran klinik VCT dalam upaya untuk meningkatkan cakupan penemuan
kasus baru serta penanganan 100 % juga harus dimaksimalkan.
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa Prevalensi Rate dari hasil uji saring (skrining)
oleh PMI Kota Palembang yaitu 0,05 % (22 orang) dari jumlah pemeriksaan skrining
darah donor sebanyak 37.918 orang pada tahun 2009. Skrining pada darah donor
merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV kepada orang lain, sehingga
upaya ini sangatlah penting dilakukan, maka apabila darah tersebut mengandung HIV
tidak akan di donorkan.
Tabel 3.3Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang
Tahun 2009
No Kelompok Umur JumlahPemeriksaan
Hasilpemeriksaan
reaktif
PrevalensRate
1 2 3 4 61. 17 30 tahun 12098 16 0,13
2. 31 40 tahun 9942 2 0,02
3. 41 50 tahun 7886 1 0,01
4. 51 60 tahun 7678 3 0,03
5. >60 tahun 314 0 0Jumlah 37918 22 0,05
Sumber : PMI UTDC Kota Palembang 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 26
Gambar 3.12Jumlah Pengidap HIV (+) PerTahun
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
HIV 1 1 5 4 2 14 16 16 24 30 87 98 41 67 76
KUMUL 1 2 7 11 13 27 43 59 83 113 200 298 339 406 482
0
100
200
300
400
500
600
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 3.12 di atas terlihat penemuan HIV pada tahun 2009 berjumlah
85 kasus meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 berjumlah 67 kasus.
Peningkatan kasus ini karena adanya klinik VCT yang telah di bentuk di beberapa
kabupaten/kota (Palembang, Prabumulih, OKU, dan Musi Rawas), layanan dilakukan
baik statis (di Rumah Sakit) maupun mobile VCT untuk mendekatkan akses layanan
ke kelompok resiko tinggi tertular HIV, sehingga cakupan penemuan kasus baru
mengalami peningkatan yang selanjutnya dapat mendapatkan layanan perawatan,
dukungan dan pengobatan.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 27
Gambar 3.13Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
401 5 2 10 1 0 6 2 8 21 3 22 8 2 0 491
PLG OKI OI OKU OKT OKS MBA BA MRA LLG ME PBM LHT PGA 4L TOT
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa kasus penemuan HIV (+) tertinggi
adalah di kota Palembang karena Kota Palembang adalah kota terbesar di Provinsi
Sumatera selatan, yang merupakan salah satu kota transit dari pulau Jawa-pulau
Sumatera melalui jalur transportasi darat sehingga banyak sekali hotel, tempat
hiburan, dan kelompok resti (WPS, Waria, Pengguna Narkoba Suntik, dan
Homoseksual) yang lebih banyak di banding kota lainnya, dan masih ada lokalisasi
yang terkoordinir. Layanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) cukup
banyak terdapat di kota Palembang, seperti di RSUP Moh.Hoesin, RS.RK Charitas,
dan RS Ernaldi Bahar sehingga memudahkan klien untuk mendapatkan layanan.
Berikut adalah gambaran jumlah penderita AIDS di Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2009, yaitu sebanyak 70 orang, jika dibandingkan dengan tahun 2008
sebanyak 45 orang, yang menunjukan adanya peningkatan jumlah kasus AIDS. Hal
ini disebabkan karena klien banyak datang ke layanan kesehatan apabila sudah
mendapatkan kumpulan gejala AIDS dan hasil testing HIV dinyatakan positif dari
Rumah Sakit atau klinik VCT. Pada fase infeksi HIV ini tidak menunjukkan gejala
sehingga klien jarang mendatangi layanan kesehatan, termasuk untuk mengetahui
status HIV nya.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 28
Gambar 3 .14Jumlah Penderita AIDS PerTahun
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009
0
50
100
150
200
250
300
AIDS 1 0 0 0 0 0 3 4 6 15 18 37 49 45 70
KUMUL 1 1 1 1 1 1 4 8 14 29 47 84 133 178 248
95 96 97 98 99 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Penemuan kasus AIDS sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2009 terus
mengalami peningkatan, secara kumulatif sebanyak 248 kasus HIV yang telah
ditemukan. Strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) adalah dengan dibentuknya layanan CST ( Care, Support &
Treatment/ Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di 8 rumah sakit pelaksana CST
yaitu RSMH Palembang, RS Ernaldi Bahar, dan RS RK Charitas, RSUD Sobirin
Musi Rawas, RSUD Ibnu Sutowo Baturaja, RSUD Kayu Agung, RSUD Banyuasin,
RSUD Prabumulih, yang dapat menunjang menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian.
3.2.1.4. Kusta
Provinsi Sumatera Selatan termasuk daerah Low Endemik Kusta, dengan
Prevalensi Rate (PR) < 1/ 10.000 penduduk dan Case Detection Rate (CDR) < 5 /
100.000 penduduk.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 29
Tujuan :
Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui
pengobatan dan perawatan yang benar.
Menghilanglang stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham
masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.
Kebijakan :
Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas.
Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO
di berikan Cuma-Cuma.
Penderita tidak boleh diisolasi.
Memperkuat sistem rujukan.
Case Detection Rate (CDR)
Penemuan kasus baru penderita kusta (case detection rate/ CDR) di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yaitu
sebesar 3,05/100.000 pada tahun 2009 dan 3,99/100.000 pada tahun 2008. Target
SPM untuk CDR kusta adalah
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 30
Gambar 3.15CDR (case detection rate) Kusta
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2009
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
22,22,42,62,8
33,23,43,63,8
44,2
CDR 3,5 2,5 2,3 1,9 2,1 2 1,5 3,7 2,7 3,06 3,99 3,05
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 3.16Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang
digunakan untuk menilai keberhasilannya adalah angka proporsi cacat tingkat II
(kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus baru.
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
PA
LL
OKUS
MR
OKUT
OI
MB
LHT
4L
OKU
PLG
BA
OKI
ME
PB
PROV
CDR 0 0 0,3 0,4 0,32 0,78 1,15 1,47 1,86 1,87 2,22 2,44 2,54 4,04 6,53 3,05
PA LL OKUS
MR OKUT OI MB LHT 4L OKU PLG BA OKI ME PB PROV
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 31
Gambar berikut menunjukkan angka proporsi Cacat tingkat II Provinsi Sumatera
Selatan yaitu 21,36%, masih dibawah target SPM untuk proporsi Cacat tingkat II
yaitu 5%. Hal ini disebabkan karena keterlambatan penemuan kasus, tingginya
Leprae Phoby di masyarakat, dan petugas kurang terampil dalam deteksi dini
penyakit kusta karena daerah low endemic. Dibandingkan tahun 2008, terjadi
peningkatan angka proporsi cacat tingkat II yaitu dari 13,36% menjadi 21,36%.
Gambar 3.17Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat IIDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
05
101520253035404550
CCT TK II 6,25 0 16 5,55 0 33,3 0 0 0 0 5 0 0 0 0 21,3
ABSOLUT 2 0 1 1 0 9 0 0 0 0 34 0 0 0 0 47
PLG PRA MB OKIOKU ME LHT
MURA PA LL BA OI
OKUT
OKUS 4 L
PROV
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
proporsi penderita kusta anak di Provinsi Sumatera Selatan adalah 4,09 %
dengan target SPM untuk proporsi penderita kusta anak sebesar 5%. Ini
menunjukkan bahwa P2 Kusta telah memenuhi atau mencapai target SPM proporsi
penderita kusta anak untuk tahun 2009. Hal ini dapat menggambarkan penularan
kusta yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan cukup terkendali.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 32
Gambar 3.18Proporsi Kusta Anak
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.5. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Tabel 3.4Data Penyakit PD3I Per Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Neonatorum DifteriNo. Kabupaten/Kota
Penderita Meninggal Penderita Meninggal
Campak
1. OKU 2 2 0 0 152
2. OKI 0 0 1 0 36
3. Muara Enim 1 0 0 0 35
4. Lahat 1 1 0 0 95
5. Musi Rawas 0 0 0 0 33
6. Musi Banyuasin 0 0 2 1 155
7. Banyuasin 2 0 1 0 27
8. OKU Selatan 0 0 0 0 0
9. OKU Timur 0 0 0 0 34
10. Ogan Ilir 1 0 0 0 1
11. Empat Lawang 0 0 0 0 4
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
CDR 2,22 2,9 1,14 2,54 1,87 4,03 1,46 0,39 0 0 2,44 0,77 0,34 0,3 1,4 3,04
PLG PRA MB OKI OKU ME LHT MURA
PA LL BA OI OKUT
OKUS
4 L PROV
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 33
12. Palembang 2 1 3 1 274
13. Prabumulih 0 0 0 0 39
14. Pagar Alam 0 0 0 0 17
15. Lubuk Linggau 0 0 0 0 52
Sumatera Selatan 10 4 7 2 954
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kasus Tetanus Neonatorum (TN)
sebanyak 10 kasus dan meninggal 4 (CFR 40 %). Kasus TN terbanyak terdapat di
Kabupaten OKU, Banyuasin, dan kota Palembang, sedangkan CFR yang tertinggi
terjadi di kabupaten OKU dan Lahat (100%).
Gambar 3.19Penderita Tetanus Neonatorum
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 2009
0102030405060708090
100
Jum
lah
Pen
derit
a
Sumber : Subdin P2PL
Penderita 14 24 21 15 17 17 19
Meninggal 8 11 8 10 14 8 8
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Dari Gambar diatas terlihat ada kenaikan jumlah penderita Tetanus
Neonatorum pada tahun 2009 yaitu 19 orang dengan kematian 8 orang. Secara
Nasional, Sumatera Selatan menduduki posisi 3 terbesar kasus Tetanus Neonatorum
pada tahun 2008.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 34
Gambar 3.20Penderita Difteri
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
2
4
6
8
10
12
14
16
Penemuan 2 12 3 8 12 10 7
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Laporan Difteri Subdin PP&PL, tahun 2003 - 2009
Penemuan kasus difteri cenderung terjadi penurunan, kasus terbanyak pada
tahun 2007 (12 kasus) dan terendah pada tahun 2003 (2 kasus). Meskipun demikian,
Sumatera Selatan merupakan provinsi terbesar kedua untuk kasus difteri pada tahun
2008.
Tabel 3.5Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 - 2009
2008 2009No. Kab./Kota
15 Total 15 Total
1 Palembang 39 77 112 69 94 391 24 69 67 97 67 2742 Prabumulih 1 5 6 2 1 15 10 12 7 5 5 393 Muba 13 23 24 14 15 89 26 48 42 15 24 1554 O K I 5 16 11 3 13 48 5 9 6 3 13 365 O K U 14 28 28 17 10 97 26 45 41 16 24 1526 M. Enim 22 36 19 8 13 98 10 4 7 8 6 357 Lahat 12 20 23 5 23 83 5 22 36 16 16 958 Mura 5 10 11 10 8 44 4 7 7 7 8 339 P. Alam 0 5 2 1 0 8 4 6 6 0 1 17
10 L. Linggau 0 0 0 1 2 3 4 6 17 15 10 5211 Banyuasin 5 9 2 1 0 17 1 8 12 5 1 2712 Ogan Ilir 4 1 2 0 1 33 0 17 13 1 3 3413 OKUT 0 0 0 0 0 8 8 1 1 1 0 1114 OKUS 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015 4 Lawang 0 4 0 0 0 4 1 0 0 0 0 1
Provinsi 125 234 246 135 194 938 33 161 134 63 49 440Sumber : Tahun 2007 (Validasi Data Campak); tahun 2008 ( laporan integrasi kab/kota)
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 35
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kasus campak pada tahun 2008
tertinggi terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 24% dan terendah pada
kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 13,3%, sedangkan pada tahun 2009 kasus
campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 36,59% dan terendah
pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 7,5%.
Gambar 3.21Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok Umur
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
109; 13%
202; 24%
223; 27%
146; 18%
150; 18%
< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus campak terjadi
pada kelompok umur > 5 tahun yaitu sebesar 62,5% jika dibandingkan pada
kelompok umur < 4 tahun (37,5%).
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 36
Tabel 3.6Distibusi Kasus Campak Per Bulan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Kasus Campak Per BulanNo Kab./Kota1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
1 Palembang 20 23 29 33 26 26 21 14 20 11 22 23 2682 Prabumulih 0 1 0 3 5 3 5 1 7 5 6 3 393 Muba 10 14 11 9 24 17 14 16 9 4 15 12 1554 O K I 2 2 8 2 5 5 2 2 5 0 1 2 365 O K U 11 14 11 9 24 18 14 16 9 3 11 12 1296 M. Enim 11 2 7 1 4 1 6 0 0 2 0 1 357 Lahat 5 6 5 7 5 6 15 8 11 2 15 10 958 Mura 4 4 3 3 11 5 1 2 0 0 0 0 339 P. Alam 4 3 8 0 1 2 1 0 0 0 0 2 2110 L. Linggau 1 5 2 4 2 10 8 7 7 4 2 0 5211 Banyuasin 1 3 6 5 4 5 0 1 2 0 0 0 2712 Ogan Ilir 7 3 1 0 1 3 2 5 5 0 0 7 3413 O. Timur 1 0 2 3 0 3 1 0 0 0 1 0 1114 O. Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. 4 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Provinsi 77 60 93 79 112 104 90 73 75 31 73 82 949Sumber data : Laporan integrasi kab.kota, 2009
Gambar 3.22Data Campak Menurut Sumber Laporan Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009
0
50
100
150
200
250
2009 2008
2009 152 36 35 95 33 155 27 0 11 34 1 274 39 17 52
2008 97 48 98 83 44 89 17 0 8 33 4 391 15 8 3
OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 37
Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus klinis campak meningkat pada tahun
2009 di beberapa kabupaten/kota dengan jumlah peningkatan tertinggi pada kota
Lubuk Linggau dari 3 kasus pada tahun 2008 menjadi 52 kasus pada tahun 2009.
Gambar 3.23Sebaran Kasus Campak
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari gambar di atas, nampak masih ada kabupaten/kota yang belum mencapai
target kelengkapan laporan yaitu Kabupaten OKI, Empat Lawang dan OKU Timur.
Selain itu mulai bulan Juli 2009 dilaksanakan kegiatan Cases Based Masles
Surveillance (CBMS), yaitu melakukan pemeriksaan spesimen darah penderita klinis
campak dengan konfirmasi laboratorium sebanyak 20% total perkiraan kasus dalam 1
tahun.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 38
Gambar 3.24Hasil CBMS
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
116
1342
61
0
50
100
150
2009 116 13 42 61Spesimen Campak Rubella Negatif
Sumber : Laporan Integrasi S-AFP, TN & Campak Tahun 2009
Dari Gambar di atas, nampak bahwa hasil serologis pada 116 kasus klinis
campak yang ditemukan di Sumatera Selatan, ternyata 13 kasus IgM (+) campak
(11.2%), IgM(+) Rubella sebesar 36.2%, Campak & Rubella (-) sebesar 52,5%. Hal
ini menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan spesimen pada kasus klinis campak
yang ditemukan sebagai upaya untuk intervensi program imunisasi dan sebagai dasar
pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Gambar 3.25Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
15
30
45
60
75
90
Klinis CampakRubella Negatif
Klinis 8 0 6 0 2 4 3 0 0 3 1 83 2 2 2
Campak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0
Rubella 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 35 1 0 1
Negatif 6 0 5 0 1 3 3 0 0 2 1 36 1 2 1
OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 39
Dari Gambar diatas terlihat bahwa kasus klinis dan laboratoris yang
terbanyak berasal dari Kota Palembang, mengingat memang jumlah penduduknya
yang lebih padat dibanding kabupaten/kota lain. Untuk Kabupaten Lahat, OKUS dan
OKUT tidak mengirimkan spesimen ke Balitbang Bomedis & Farmasi Depkes
sehingga tidak diketahui hasil konfirmasinya.
Gambar 3.26Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi Laboratorium
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0%
50%
100%
> 15 Th 37 22 12 1 2
10-14 Th 22 6 12 1 3
5-9 Th 26 15 7 2 2
1-4 Th 23 13 4 6 0
< 1 Th 8 6 0 2 0
Klinis Negatif Rubella Campak Equivocal
Dari Gambar diatas terlihat bahwa proporsi kasus positif campak terbanyak
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (50%), positif Rubella terbanyak pada
kelompok umur 10-14 dan > 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 34%.
3.2.1.6. Penyakit Potensial KLB / Wabah
1). Demam Berdarah Dengue
Sejak terjadi KLB DBD pada tahun 1998, maka diperkirakan akan terjadi
KLB lagi pada tahun 2003 (berdasar pola lima tahunan). Namun hingga tahun 2009
tidak terjadi KLB, seiring dengan adanya penurunan kasus/penderita, dimana situasi
tahun 2008 dari 2.357 penderita (IR 34/100.000 dan CFR 0,42%) menurun menjadi
1.774 penderita (IR 25/100.000 dan CFR 0.28%)) di tahun 2009.
Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk segera membawa
keluarga/penderita langsung ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan yang
terdekat, dan ini juga tidak luput dari kinerja petugas kesehatan, yaitu antara lain
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 40
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan DBD dalam tata laksana kasus di
Rumah Sakit dan puskesmas.
Tujuan dari program:
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam Berdarah Dengue dan
terselenggaranya kegiatan PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) terutama
3 M plus secara berkesinambungan.
Menurunkan angka kesakitan kurang dari 20/100.000.dan kematian CFR
< 1% .
Gambar 3.27Kecenderungan Situasi DBDProvinsi Sumatera Selatan
Tahun 2001 - 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus DBD ditemukan setiap tahun,
sedangkan penemuan kasus yang meninggal tertinggi pada tahun 2004. Untuk
penanggulangan kasus DBD berbagai upaya sudah dilaksanakan setiap tahun seperti
penyebaran Surat Edaran Kewaspadaan DBD, Penangulangan Fokus, pendistribusian
larvasida, insektisida dan pelaksanaan Gertak PSN DBD.
12701621
2280
3487
2360
10481406
1511 1774
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 41
Tabel 3.7Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Perkabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
No Kab/kota Penderita IR(100.000
penduduk)
Kematian CFR(%)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.
OKUOKIM. EnimLahatMuraMubaBanyuasinOku SelatanOku TimurOgan Ilir4 LawangPalembangPrabumulihPagar AlamL.Linggau
7611990267114100793
9651472749
393005141700211671072326
000021000002000
0.000.000.000.007.691.410.000.000.000.000.000.210.000.000.00
Prov 1774 25 5 0.28Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel di atas penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2009 yaitu di
kota Palembang sebanyak 965 kasus , Muara Enim sebanyak 199 kasus lalu disusul
oleh Prabumulih sebanyak 147 kasus. Angka kematian tahun 2009 yaitu sebanyak 5
orang (CFR 0,28%) dibandingkan tahun 2008 (0,42%).
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 42
Gambar 3.28CFR Penderita DBD
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
1
2
3
4
5
CFR 2.05 1.26 0.6 0.5 0.4 0.1 0.3
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 3.29Perkembangan Penderita DBD
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Jum
lah
pend
erita
case 1511 1270 1621 2280 3487 2360 1774
death 31 16 9 2 13 3 5
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 3.29 di atas terlihat bahwa jumlah penderita dari tahun 2004
sampai 2007 mengalami peningkatan, dari 1270 penderita pada tahun 2004 menjadi
3.487 penderita pada tahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 1774
penderita, sedangkan kematian akibat DBD cenderung menurun, dari 31 pada tahun
2003 menjadi 5 kasus pada tahun 2009.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 43
Gambar.3.30Perbandingan Incidence Rate (IR)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Standar program untuk angka kesakitan (IR) adalah kurang dari 20/100.000.
Angka IR belum memenuhi standar program untuk tahun 2008 maupun tahun 2009.
Gambar 3.31Penemuan Penderita DBD yang DitanganiDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
34
25
0
5
10
15
2025
30
35
2008 2009
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 44
Gambar diatas menunjukkan bahwa Penemuan kasus DBD yang ditangani
tertinggi adalah Kabupaten Musi Rawas, Ogan ilir, dan Kota Pagar Alam. Sedangkan
Kabupaten Muara enim, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau berada pada
range pertengahan yaitu antara 70%-100%. Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, Musi
Banyuasin, Kota Prabumulih di bawah 70%, sedangkan Kabupaten OKUS, OKUT,
Lahat, Empat Lawang tidak ditemukan kasus.
2). Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar
yaitu : infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lain.Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Distribusi penderita diare pada tahun 2009 per
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
Gambar 3.32Distribusi Penderita Diare Semua Umur PerKabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
2009 8791 1621 2045 7339 1156 1607 2255 2760 1634 1198 3089 5979 3102 1482 4430 2E+0
OKU OKI ME Lht MURA
MUBA
BA OKUS
OKUT
OI 4L PLG Prb PGA LLG Prov
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari data di atas dapat dilihat bahwa penderita diare terbanyak ada di
Palembang, Banyuasin, Muara Enim dan OKI. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 45
yang banyak dan padat serta merupakan DAS (endemis diare). Selain itu juga
didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Sedangkan penderita diare
paling sedikit ada di Pagar Alam, OKUS, Empat Lawang dan Prabumulih dengan
alasan sebaliknya.
Gambar 3.33
TREND KEJADIAN DIARETREND KEJADIAN DIAREPROV SUMSEL BERDASARKAN BULANPROV SUMSEL BERDASARKAN BULAN
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2008 2009
2008 15194 14355 16384 15036 15980 17334 18111 18042 16176 14977 13397 11493
2009 15419 14734 15635 15340 14040 17807 20210 25072 17886 18504 16249 15095
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kasus diare biasa terjadi
mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Hal ini dikarenakan pada bulan-
bulan ini merupakan puncak musim kemarau sehingga warga kekurangan air bersih
untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 46
Gambar 3.34Cakupan Penderita Diare yang Ditangani oleh Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
120
Capaian 78 54 72 51 54 73 65 20 66 74 34 98 53 30 56 67
Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
OKU
OKI ME Lht MURA
MUBA
BA OKUS
OKUT
OI 4L PLG
Prb Pga LLG Prov
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa hanya kota Palembang yang
mencapai target, dikarenakan jumlah penduduk yang lebih banyak dan padat,
merupakan daerah aliran sungai dengan masih banyaknya tempat-tempat kumuh,
serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah baik dan rutin.
Berikut adalah gambaran penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota
dengan target SPM 70%. Capaian 15 Kabupaten/Kota rata-rata 3,24%, yang berarti
bahwa persentase penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita
diare di wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
terjadi kenaikan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian SPM 2,23%)
pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM 3,24%) pada tahun 2009.
Untuk melihat sebaran kasus di 15 Kabupaten/Kota dapat melihat lampiran Tabel 10.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 47
Gambar 3.35Penemuan Penderita Diare
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
3.2.1.7. Rabies
Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti
anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat
virus rabies.
Jumlah kasus gigitan hewan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah
808 orang sedangkan tahun 2008 ditemukan kasus 978 orang dan tidak ditemukan
penderita Lyssa (Rabies). Jumlah kasus gigitan hewan tertinggi terjadi di kabupaten
Muara Enim (158 kasus), kota Palembang (220 kasus), sedangkan kasus terendah
terjadi di Kabupaten Oku Selatan (12 Kasus).
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 48
Tabel. 3.8Jumlah Kasus Rabies
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 2009
TahunNo Kab/Kota2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 347 427 135 327 245 232 2202 Prabumulih 35 27 8 10 12 17 303 Pagar Alam 67 71 19 34 30 74 334 Lubuk Linggau 35 15 15 17 21 10 215 Ogan Ilir 0 0 0 65 39 17 776 OKUS 0 0 0 6 5 47 127 OKU 70 30 15 46 26 60 528 MURA 35 66 10 20 36 29 289 Lahat 79 69 34 34 19 88 58
10 OKI 67 83 29 85 41 48 3011 Banyuasin 25 43 278 42 43 43 2212 Muara Enim 261 239 74 269 242 266 15813 OKUT 0 0 67 26 26 17 1814 MUBA 32 40 0 55 24 28 2715 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0 2216 Provinsi 1058 1113 684 1036 809 978 808
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.8. Filariasis
Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria
menginfeksi jaringan limfe. Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan
nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di
jaringan limfe. Tujuan dari P2 Filaria adalah untuk mendukung program eliminasi
kaki gajah ( ELKAGA) tahun 2020.
Dari tabel berikut terlihat bahwa sejak tahun 2004 kasus kronis filariasis telah
ditemukan di 10 Kabupaten/Kota yaitu di Kota Palembang, Prabumulih, Lubuk
Linggau, Kabupaten Ogan Ilir, MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, Muara Enim, OKU
Timur dan MUBA. Tetapi untuk 5 kabupaten yang lain masih perlu melakukan
program rapid survey secara efektif.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 49
Tabel 3.9Gambaran Penemuan kasus kronis filariasis
Provinsi Sumatera SelatanTahun 2004 2009
TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 0 1 0 0 0 12 Prabumulih 0 0 0 2 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 24 Lubuk Linggau 0 1 0 1 0 15 Ogan Ilir 0 3 0 0 0 26 OKUS 0 0 0 0 0 147 OKU 0 0 0 0 0 18 MURA 0 2 0 0 0 29 Lahat 11 0 0 0 0 15
10 OKI 0 3 0 0 0 311 Banyuasin 15 13 9 8 13 13012 Muara Enim 5 4 3 5 4 1313 OKUT 0 5 9 0 0 014 MUBA 0 2 0 0 0 215 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari 15 Kabupaten/kota yang ditemukan kasus, hanya Kabupaten Banyuasin
yang mendapat penanganan yaitu dari 130 kasus, ditangani 53 kasus (38,81%)
melalui program pengobatan massal. Persentase kasus penyakit filariasis yang
ditangani dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.
Dari tabel berikut terlihat bahwa di 6 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu Kabupaten MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, OKU Timur, dan
MUBA mempunyai MF rate > 1 %. Salah satu tujuan program P2 filariasis adalah
menurunkan MF rate < 1 %. Jika MF rate > 1 % berarti daerah tersebut merupakan
daerah endemis dengan program utama adalah pengobatan massal. Sedangkan untuk
daerah yang lain program yang dilaksanakan adalah rapid survey dan survey Darah
Jari. Dari 6 kabupaten endemis tersebut baru Kabupaten Banyuasin yang secara
kontinue telah melaksanakan pengobatan massal sejak tahun 2004.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 50
Tabel 3.10Gambaran MF rate Filariasis
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2009
TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 0 0 0 0 0 02 Prabumulih 0 0 0 0 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 04 Lubuk Linggau 0 0 0 0 0 05 Ogan Ilir 0 0 0 0 0 06 OKUS 0 0 0 0 0 07 OKU 0 0 0 0 0 08 MURA 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3%9 Lahat 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%
10 OKI 0 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0%11 Banyuasin 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5%12 Muara Enim 0 0 0 0 0 0,2%13 OKUT 0 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%14 MUBA 0 0 0 0 0 2,0%15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.9. Influenza A Baru (H1N1)
Influenza A baru (H1N1) merupakan salah satu penyakit baru di Sumatera
Selatan (new emerging disease). Selama tahun 2009 ditemukan 4 (empat) kasus
suspek, dimana 2 (dua) orang diantaranya positif menderita penyakit ini yang berasal
dari Kabupaten OKU dan Kota Palembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 51
Gambar 3.36Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
1
2
3
4
5
6
SUSPECT 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 4
POSITIF 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
SEMBUH 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 6
OKU OKI ME LHTMUR
AMBA BA
OKUS
OKUT
OI PLG PBM PGA LLG PROP
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.2. Penyakit Tidak Menular
Data penyakit tidak menular (PTM) diperoleh dari rumah sakit berdasarkan
laporan tiap bulannya, serta dari puskesmas untuk 2 penyakit terpilih yaitu Hipertensi
dan Diabetes Mellitus.
Dari Gambar 3.37 berikut dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terjadi
penurunan prevalensi penyakit Neoplasma, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi namun
untuk lalin mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan jika dibanding tahun
2008. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kelengkapan laporan yang diterima di
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 52
Gambar 3.37Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
05
1015202530354045505560
2004 11,37 17,09 34,52 25,97 18,08
2005 18,25 25,89 59,96 38,61 9,75
2006 19,44 11,61 30,11 33,24 7,9
2007 16,4 25,49 49,21 31,95 10,31
2008 17,42 28,85 55,17 30,26 11,39
2009 17,52 28,72 53,36 30,55 14,49
Neoplasma DM Hipertensi Jantung Lalin
Sumber: Laporan PTM Subdin PP&PL, tahun 2004 - 2009
Tabel 3.11Prevalensi Penyakit Tidak Menular per 10.000 penduduk
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
NO KAB/KOTA Karsinoma DM Hipertensi Peny.Jantung
KLL
1 Palembang 14.55 22.79 43.79 29.78 5.26
2 MUBA 0.18 1,03 1.25 0,05 1.16
3 Banyuasin 0.01 0,04 0,23 0,03 1,11
4 OKI 0.51 1.42 1,31 0,21 0,58
5 Prabumulih 1.16 1,32 3,02 0,13 1.26
6 M.Enim 0,17 0,19 0,23 0,07 1.13
7 Lahat 0 0 0 0 0
8 Lb.Linggau 0,04 0,05 0.19 0,02 1.05
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 53
9 MURA 0,30 0.05 0,25 0,13 1.14
10 Pagaralam 0,07 0,86 2,25 0,05 1,13
11 OKU 0,02 0,35 0,27 0,04 0,18
12 OKUT 0.52 0,62 0,57 0,04 0,49
Jumlah 17.53 28.72 53.36 30.55 14.49
Sumber: Laporan PTM Bidang PP&PL, 2009
Tabel 3.12Angka Kesakitan Secara Absolut
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
T O T A LNo. JENISPENYAKIT LK PR JUMLAH PREVALENSI
1/10.0001 Karsinoma 3.615 8.150 11.765 17.532 DM 6.565 12.710 19.275 28,723 Hipertensi 18.612 17.208 35.820 53.364 Penyakit
Jantung11.121 9.099 20.500 30,55
5 KecelakaanLalin
5.913 3.813 9.726 14.496 Stroke 265 238 503 0,757 Psikosis 2 1 3 0,048 Com-ser 54 46 100 0,15
Sumber: Laporan PTM, 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa prevalensi PTM tertinggi per 10.000
penduduk di Sumatera Selatan adalah Hipertensi (53,36) dan diiringi Penyakit
Jantung (30,55), Diabetes Melitus (28,85) dan terendah Psikosis (0,04).
3.2.2.5. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dapat menyebabkan luka ringan, luka berat
maupun kematian. Selama tahun 2008, tercatat jumlah kecelakaan yang terjadi 2.026
meningkat dari 1.653 kasus pada tahun 2007, dengan jumlah korban sebanyak 3.706
orang dengan perincian 1.067 meninggal dunia, luka berat 1.312 orang, 1.327 luka
ringan. KLL yang terjadi berdasarkan kabupaten / kota dapat dilihat pada Gambar
berikut :
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 54
Gambar 3.38Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu LintasDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0 50 100 150 200 250 300
Lubuk Linggau
Pagar Alam
Prabumulih
Palembang
Empat Lawang
Ogan Ilir
OKU Timur
OKU Selatan
Banyuasin
Musi Banyuasin
Musi Rawas
Lahat
Muara Enim
OKI
OKU
Luka Ringan
Luka Berat
Meninggal
KKL
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi
Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY).
3.3.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetap berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan
-
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 55
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit
Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Gambar 3.39Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1410
41154
629
3821
55179
7317
29137
470,41
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Proporsi BBLR di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,41%
(rentang : 0,19% - 6,65%). Pada Gambar di atas, terlihat bahwa proporsi bayi BBLR
tertinggi terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di
Kabupaten Muara Enim (0,19%).
Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada tahun
2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu terdapat
peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS, Empat
Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan penanganan
sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan BBLR ditangani
dapat dilihat pada lampiran Tabel 15.
3.3.2. Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah
dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U).
Kategori yang d