Problem Based Learning
-
Upload
arijuddin-saputra -
Category
Documents
-
view
31 -
download
2
description
Transcript of Problem Based Learning
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga
ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek
belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang
dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam
keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan
kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi
yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang
baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru
adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan
memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas,
walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus
dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau
kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan
dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran
diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis.
Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi
berbagai masalah. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model
pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari
1
asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta
didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik
secara otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran
berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa
yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah itu ?
2. Bagaimanakah sintaks (implementasi/pelaksanaan) Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah tersebut ?
3. Apakah keunggulan dan kelemahan dari Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah tersebut ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Mengetahui langkah-langkah serta sintaks
(implementasi/pelaksanaan) Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah.
3. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa sesuatu dengan cara efektif
dan efisien (Muhaimin, 1996).
Sedang strategi adalah suatu rencana tentang pendayagunaan
potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengajaran (Slameto, 1991).
Rusyan berpendapat, bahwa strategi secara umum dapat
didefinisikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Djamarah (2002), bahwa
secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dengan anak didik dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Dick dan Carey mengatakan bahwa, strategi pembelajaran adalah
semua komponen materi/paket pengajaran dan prosedur yang digunakan
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Strategi
pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan
termasuk seluruh komponen materi atau paket pengajaran dan pola
pengajaran itu sendiri.
Dengan memahami beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam
mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan
interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.
3
Menurut Slamet (1991), bahwa strategi pembelajaran mencakup
jawaban atas pertanyaan :
a. Siapa melakukan dan menggunakan alat apa dalam proses
pembelajaran. Kegiatan ini menyangkut peranan sumber,
penggunaan bahan dan alat – alat bantu pembelajaran.
b. Bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang telah
didefinisikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut
memberikan hasil yang optimal. Kegiatan ini menyangkut
metode dan teknik pembelajaran.
c. Kapan dan dimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan
serta berapa lama kegiata tersebut dilaksanakan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Belajar berdasarkan
masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungannya. Lingkungan memberikan
masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan
sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga
masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal
dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi
untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan
baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang
penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik,
yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan
melakukan kerja kelompok antar peserta didik. Peserta didik menyelidiki
5
sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik
untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang
relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada
peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih
diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan
atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik
lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara
terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning),
selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan
untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu
dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang
sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas,
memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin
diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan
pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman
mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau
pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
6
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
B. Konsep Dasar dan Karakteristik PBL
PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBL. Pertama , PBL merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan
siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktfi berpikir,
berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan – tahapan tertentu ; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Permasalahn tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber –
sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar, dari
peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah ini dapat
diterapkan :
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
7
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru,
mengenal adanya perbedaan antara fakta dengan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgement secara
objektif.
Manakala guru menginginkan kemapuan siswa untuk memecahkan
masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab
dalam belajarnya.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara
teori dengan kenyataan).
C. Hakikat Masalah dalam PBL
Antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dan strategi pembelajaran
berbasis masalah (SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak
pada jenis masalah serta tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI
adalah masalah yang bersifat tertutup. Artinya, jawaban dari masalah itu
sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah yang sudah dikaji itu
sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak
secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI tugas guru
pada dasarnya menggiring siswa melalui proses tanya jawab pada jawaban
yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPI adalah
menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu
masalah.
Berbeda dengan SPI, masalah SPBM adalah masalah yang bersifat
terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa,
bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan
demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi
mengumpulkan data dan menganalisis data secara lengkap untuk
8
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh
SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis,
dan logis untu menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara
situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan
dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena
itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran
yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari
peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dibawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu – isu yang mengandung
konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman
video, dan yang lainnya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
sehingga siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan
kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa
merasa perlu untuk mempelajarinya.
D. Langkah-langkah dan Sintaks Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah
1. Langkah – langkah :
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika
memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
9
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5
langkah melalui kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari perstiwa tertentu
yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa
yang akan di kaji. Salam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan
penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.\
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
f. Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang
harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik
10
adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan
kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan
dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta
didik dapat menentukan prioritas masalah.
3. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat
menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan
dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan
data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta
didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan
dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan
menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah
yang diuji.
6. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan
dengan alternatif yang dipilih.
2. Sintaks :
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1Orientasi peserta didik
pada masalahTahap-1
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
11
Tahap-2Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik untuk
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar
yang ebrhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluassi terhadap penyelidikkan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
E. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Keunggulan PBL
Arends (2004) mengidentifikasikan 6 keunggulan pembelajaran
berbasis masalh, yakni :
a. Mahasiswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka
sendiri yang menemukan konsep tersebut,
b. Menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan
masalah,
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta
didik sehingga pembelajaran lebih bermakna,
12
d. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah yang dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan nyata,
e. Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan lebih dewasa,
termotivasi, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat
orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara peserta
didik, dan
f. Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi, baik dengan guru maupun teman akan memudahkan
peserat didik mencapai ketuntasan belajar.
Sebagai suatu strategi pembelajaran berbasis masalah, Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
peserta didik.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
13
h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk
secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada
kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan
sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini
adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan
Disamping keunggulannya, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga
memiliki kelemahan, di antaranya :
a. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
14
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
15
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan
masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan
dan karier.
B. Saran
Untuk mengimplementasikan Strategi Pembelajaran Biologi, guru
perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa di ambil dari buku teks atau dari
sumber-sumber lainnya, misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar, dari peristiwa dlam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
16