Print

download Print

of 24

Transcript of Print

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar muhammad SAW. Tugas presentasi kasus berjudul Irritabale Bowel Sindrom (IBS) ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr.H. Syahbuddin Sp.PD.FINASIM dan dr.Andika Putra Sp.PD yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun sehingga tugas presentasi kasus ini dapat terselesaikan. Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu penyusun dalam menyusun tugas laporan kasus ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas laporan kasus ini terdapat kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Aceh Tamiang, November 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUANBAB II PEMBAHASAN1. DEFINISI 2. EPIDEMIOLOGI3. ETIOLOGI4. KLASIFIKASI 5. PATOFISIOLOGI6. MANIFESTASI KLINIK 7. KRITERIA DIAGNOSTIK 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 9. DIAGNOSA BANDING10. PENATALAKSANAAN11. PENCEGAHAN12. PROGNOSIS BAB III LAPORAN KASUSDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

Irritable Bowel Sindrom (IBS) adalah salah satu penyakit gastrointestinal fungsional. Irritabale Bowel Sindrom memberikan gejala berupa adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik.Pada dekade terakhir, Irritabale Bowel Sindrom telah mendapatkan perhatian yang cukup besar di bidang kesehatan akibat semakin tingginya prevalensi dan gejala yang muncul bervariasi. IBS termasuk dalam kelompok penyakit gastrointestinal kronik yang disebut sebagai fungsional bowel disorder (FDS) yang diklasifikasikan oleh the Rome foundation.Menurut kriteria Rome II, prevalensi kejadian IBS dinegara-negara seperti Singapura (8,6%) dan Jepang (9,8%) sebanding dengan Australia(6,9%) dan Eropa (9,6%), dan prevalensi tinggi terdapat di Kanada dan Amerika (12%).Gejala klinis IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak nyaman di abdomen dan perubahan pola buang air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan konstipasi bergantian serta rasa kembung. Didiagnosa atas dasar gejala-gejala yang khas tanpa adanya gejala alam seperti penurunan berat badan, perdarahan perrektal, demam atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang sekarang tersedia tidak cukup spesifikuntuk menegakkan diagnosa IBS, sehingga diagnosa IBS ditegakkan atas dasar gejala-gejala yang khas tersebut.Oleh karena patofisiologi dan penyebab IBS yang kirang dipahami, pengobatan utama difokuskan pada gejala-gejala yang muncul untuk mempertahankan fungsi sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan IBS.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. DEFINISIIrritabale Bowel Sindrom merupakan gangguan fungsional pada saluran cerna bagian bawah berupa adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik. Gejala-gejala IBS biasanya tidak spesifik, gejalanya biasanya seperti gejala yang sering ditunjukkan pada hampir semua individu.

2. EPIDEMIOLOGIKejadian IBS mencapai 20% dari penduduk Amerika, hal ini didasarkan pada gejala yang sesuai dengan kriteria IBS. Kejadian IBS lebih banyak pada perempuan dan mencapai 3 kali lebih besar dari laki-laki. Prevalensi IBS bisa mencapai 3,6-21,8 % dari jumlah penduduk dengan rata-rata 11%.

3. ETIOLOGISampai saat ini tidak ada teori yang menyebutkan bahwa IBS disebabkan oleh salah satu fokus saja. Banyak fokus yang menyebabkan terjadinya IBS antara lain gangguan motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas sensoris, abnormalitas dari interaksi aksis brain-gut, hipersensitivitas viseral, dan pasca infeksi usus.Adanya IBS predominan diare atau predominan konstipasi menunjukkan bahwa pada IBS terjadi sesuatu perubahan motilitas. Pada IBS tipe diare terjadi peningkatan kontraksi usus dan memendeknya waktu transit colon dan usus halus. Sedangkan IBS tipe konstipasi terjadi penurunan kontraksi usus dan memanjangnya waktu transit kolon dan usus halus.IBS terjadi pasca infeksi dilaporkan hampir pada1/3 kasus IBS. Keluhan-keluhan IBS muncul setelah 1 bulan infeksi. Penyebab IBS pasca infeksi atara lain virus, giardia atau amuba. Pasien IBS pasca infeksi biasanya mempunyai gejala perut kembung, nyeri abdomen dan diare.Para peneliti telah menyimpulkan bahwa penyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor yang akan mengakibatkan gangguan fungsional dari usus.

Faktor faktor yang dapat menganggu kerja dari usus adalah sebagai berikut :

a. Faktor psikologisStres dan emosi dapat seara kuat mempengaruhi kerja kolon. Kolon memiliki banyak saraf yang berhubungan dengan otak. Seperti jantung dan paru, sebagian kolon dikontrol oleh SSO, yang beresponterhadap stress. Sebagai contoh pada saat kita takut detak jantung kita akan bertambah cepat dan tekanan darah akan naik. Begitu pula dengan kolon, kolon dapat berkontraksi secara cepat atau sebaliknya. Para peneliti percaya bahwa sistem limbik ikut terlibat. Pada percobaan dengan binatang, perangsengan stress akan menyebabka pelepasan faktor kortikotropin.b. Sensitivitas terhadap makanan Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh beberapa jenis makanan seperti kafein, coklat, produk-produk susu, makaman berlemak, alkohol, sayur-sayuran yang dapat memproduksi gas(kol dan brokoli) dan minuman bersoda.c. GenetikBeberapa penelitian menyatakan bahwa ada kemungkinan IBS diturunkan dalam keluarga.d. Hormon Peneliti menemukan bahwa gejala IBS sering muncul pada wanita yang sedang menstruasi, mengemukakan bahwa hormon reproduksi dapat meningkatkan gejala dari IBS.e. Obat-obatan konvensionalBanyak pasien yang menderita IBS melaporkan bertambah beratnya gejala setelah menggunakan obat-obatan konvensional seperti antibiotik, steroid, dan obat antiinflamasi.

4. KLASIFIKASI Menurut kriteria Roma III dan berdasarkan pada karakteristik feses pasien subklasifikasi IBS dibagi menjadi : IBS predominan diare (IBS-D) Feses lunak >25 % dan feses keras 25 % dan feses lunak