Presus LBP
-
Upload
muhammad-faris -
Category
Documents
-
view
136 -
download
18
Transcript of Presus LBP
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bianti, Kadipaten
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
No. RM : 54 60 98
Dirawat tanggal : 1 Oktober 2012 sampai 5 Oktober 2012
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 2 Oktober 2012
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang.
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada.
3. RPS (Riwayat penyakit Sekarang)
Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke IGD RSUD
Setjonegoro di bawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pinggang
menjalar hingga ke tungkai kanan sejak 10 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan kambuh-kambuhan, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
kambuh ketika pasien berjalan terlalu lama atau sedang melakukan
aktifitas fisik yang berat, seperti saat di sawah. Nyeri dirasa mereda
ketika pasien istirahat. Menurut pasien, nyeri yang dialami baru pertama
kali dan tidak ada riwayat sebelumnya. Pasien pernah memeriksakan di
RSI namun nyeri tidak kunjung sembuh. Selain nyeri pinggang, pasien
tidak ada keluhan lainnya. BAK dan BAB masih dalam batas normal.
1
4. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Sebelumnya pasien tidak pernah memiliki penyakit yang serupa.
Pasien tidak pernah mondok maupun operasi.
5. Riwayat Sosial dan Riwayat Pribadi
Pasien bekerja sebagai petani. Hubungan dengan rekan kerja baik.
Hubungan dengan keluarga baik, tidak ada masalah dalam rumah
tangga.
6. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
Pasien mengaku bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki
riwayat sakit yang serupa.
7. Anamnesis Sistemik
a. Kepala : tidak nyeri
b. Mata : pandangan tidak kabur
c. Telinga : pendengaran baik, tidak keluar cairan.
d. Hidung : tidak keluar cairan, tidak gatal.
e. Bibir dan mulut : tidak kering.
f. Leher dan tenggorokan : tenggorokan tidak terasa kering dan sakit
g. Thorax : tidak sesak napas.
h. Pencernaan : BAB normal.
i. Inguinal : terdapat benjolan kanan dan kiri
j. Genital : tidak ada peradangan.
k. Kaki dan tangan : gerak bebas, tidak lemas, nyeri pinggang.
l. Kulit : kulit tidak kering.
m. Kejiwaan : tidak gelisah, tenang.
n. Berat Badan : cukup.
III. RESUME ANAMNESIS
Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke RSUD dengan
keluhan nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai sejak 10 hari yang
lalu. Nyeri hilang-timbul dan pernah diperiksakan ke RSI namun tidak
2
kunjung sembuh. tidak ada keluhan lainnya. BAK dan BAB masih
dalam batas normal.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Baik, tenang. Kesadaran : compos mentis, GCS : EVM(4/5/6)
15 ,sikap : berbaring aktif.
2. Vital Sign
TD : 136/87
N : 52x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,4
3. Status Generalis
a. Kulit: tidak pucat, sedikit kering, tidak hipo maupun hiper
pigmentasi.
b. Kepala:
Bentuk mesocepal, simetris, tidak ada deformitas.
Ekspresi muka tenang, tidak tampak kesakitan.
Rambut sedikit putih, tidak mudah rontok.
Facial : simetris, tidak ada paresis, tidak ada deformitas.
Mata : visus mata menurun, conjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ada edema palpebra, mata tidak merah, pupil
isokor, Ø 3mm, reflek cahaya positif.
Telinga : tidak ada deformitas, serumen minimal, tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ada otalgia, tidak ada tinitus.
Hidung : nafas cuping hidung negatif, tidak ada deviasi septum,
rhinore negatif, tidak ada edema chonca.
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak kering, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, tidak
3
menggunakan gigi pasangan, uvula dan tonsila tidak membesar
dan tidak hiperemis
c. Leher
Tidak ada deviasi trachea
Tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan tidak ada pembesaran
limponodi leher.
JVP R+2 cm H2O
d. Thorax
Inspeksi
Simetris, bentuk normal, tidak ada bekas jahitan, tidak ada
deformitas, tidak ada ketinggalan gerak. Sifat pernafasan
thoraco abdominal, irama nafas normal, ictus cordis tak tampak.
Palpasi
Fokal fremius seimbang antara paru-paru kanan dan kiri. tidak
ada pembesaran limfonodi axilaries, nyeri tekan negatif, ictus
cordis dan massa tidak teraba.
Perkusi
Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula
kanan.
Batas redup jantung atas kanan SIC II LPS kanan, batas atas kiri
SIC II LPS kiri, batas kanan bawah SIC V LPS kanan, dan batas
kiri bawah SIC V LMC kiri.
Auskultasi
Suara dasar paru vesikuler, tak ada suara tambahan (wheezing
dan ronkhi negatif)
Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada bising jantung.
e. Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada bekas jahitan operasi, tidak ada
distensi, darm contour dan darm staifung negatif.
Auskultasi : Peristaltik positif normal.
4
Palpasi : tidak ada defans muskular seluruh lapang perut, nyeri
tekan negatif. Tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi: seluruh lapang perut timpani, pekak beralih negatif.
f. Anogenital
Tidak ada peradangan maupun discharge uretra.
g. Ekstremitas
Tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak aktif dan pasif, gerakan
bebas dan aktif. Nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai. Akral
hangat dan tidak oedem. Reflek patella menurun, reflek achiles
normal. Laseque (+), Patrick (+), ContraPatrick (+).
h. Neurologi :
Babinski(gores plantar):-/-
Chaddok:-/-
Schaefer:-/-
Openheim:-/-
Gordon:-/-
Bing:-/-
Rosolimo:-/-
Hofmen-Tromner:-/-
i. Kekuatan Otot :
5 5
5 5
5
4. Status Neurologis
NO Nama Nervus Komponen yg diperiksa Kanan Kiri
1. Olfaktorius -Secara subyektif : membau
sesuatu secara bergantian,
hidung ditutup
dbn Dbn
2. Optikus -Tajam penglihatan
-Lapang penglihatan
dbn
dbn
dbn
dbn
3. Occulomotorius -Bentuk dan ukuran pupil
-Refleks terhadap sinar
-Gerak mata : atas, bawah,
medial
dbn
dbn
dbn
Dbn
dbn
dbn
4. Trokhlearis -Gerak mata ke lateral
bawah
Dbn dbn
5. Trigeminus -Membuka mulut
-Reflek kornea
-Reflek bersin
-Mengunyah
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
dbn
6. Abducens -Gerak mata superior
oblique
Dbn dbn
7. Facialis -Kerutan kulit dahi
-Kedipan mata
-Lipatan nasolabial
-Sudut mulut
-Mengerutkan dahi
-Mengerutkan alis
-Menutup mata
-Meringis
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
6
-Menggembungkan pipi Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
8. Akustikus -Detik arloji
-Tes Rinne, Weber (Tidak
dilakukan)
Dbn Dbn
9. Glossofaringeus -Perasaan lidah bagian
belakang (tidak dilakukan)
-Refleks muntah
Tidak
dilakuan
Tidak
dilakukan
10. Vagus -Bicara
-Menelan
-Nadi
Dbn
Dbn
Kuat
angkat
11. Accesorius -Memalingkan kepala
-Sikap bahu
Dbn
Dbn
12 Hipoglosus -Menjulurkan lidah
-Artikulasio
Dbn
Dbn
V. ASSESMENT
Dx : Low Back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus
DD : Spondilosis Lumbalis
Strain Lumbal
Rematik
7
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di RSUD Setjonegoro adalah:
1. Labolatorium: darah rutin dan kimia klinik
2. Rongten Lumbo-Sacral
Usulan pemeriksaan penunjang :
1. MRI
2. CT-Scan
3. Elektromiografi (EMG)
VII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
Hb : 15,2 g/dL (13,2-17,3)
Angka Leukosit : 10.800/ul (3,8-10,6)
Angka Eritrosit : 5.2 106/ul
Hematokrit : 44 % (40-52)
Trombosit : 250.000/ul
MCV : 85 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 35 g/dl
GDS : 87 mg/dl
Ureum : 40,0 mg/dl
Creatinin : 0,80 mg/dl
Kolesterol total : 194 mg/dl
Trigliserida : 100 mg/dl
SGOT : 20,0 U/L
SGPT : 16,0 U/L
8
2. Rongten Spinal
VIII. DIAGNOSIS
Low Back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus
IX. PENATALAKSANAAN
a. Torasic 30 3x1
b. Meloxicam 15 3x1
c. Ranitidin 3x1
d. Myonep 3x1
e. Paracetamol 500 3x1
f. Osteocom 1x1
g. Lansoprazol 1x1
h. Kapsul : Amitriptilin 10, Tramadol 0,5, Nephatic 100
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga
bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha
(Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,
Salmond & Pellino, 2002).
KLASIFIKASI
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
A. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh,
rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh
sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
B. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
10
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
ETIOLOGI
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
A. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat
berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada
saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang
disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat
lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina
dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat
menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,
kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil,
tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir
adalah:
1. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan
korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan
korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau
tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan
(Bimariotejo, 2009).
11
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit
ini adalah:
Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari
semestinya. Antara dada dan panggul terlihat pendek.
Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus
vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan.
Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke
ekstremitas bawah.
Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran
antara ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra
yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina
corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
2. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus
spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan
tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit
ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi
lateral (Soeharso, 1978).
3. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari
vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum
dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
B. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP
(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat
menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
12
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut
(Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back
pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah
rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,
lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan
gerak.
C. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut
tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh
perubahan jaringan antara lain:
i. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan
otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat
memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.
Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak
13
fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan
nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan,
2008).
j. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism
Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di
otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat
beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,
1995 dalam Idyan, 2008).
k. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi
pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh
bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan.
D. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,
coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang
mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan
postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
14
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah
vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah
yang berat, kronik dan berulang (kambuh). ( Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus
ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf.
( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar
dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada
anulus fibrosus.
( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-
serangan penekanan akar syaraf (yang menimbulkan berbagai gejala dan periode
penyesuaian anatomik). ( Price, 2005).
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
(lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra).
(Smeltzer, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang
disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan
menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan
kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang (kambuh).
Patofisiologi
Diskus interveterbralis menghubungkan kopus vetebre satu sama
lainnya, dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).
15
Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Annulus fibrosus. Terbagi menjadi tiga lapis :
a. Lapisan terluar terdiri dari lamena fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per.
b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kargilagenus.
c. Daerah transisi.
Serat annulus di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinal
anterior yang kuat sehingga diskus intervetebralis tidak mudak menerobos
daerah ini. Pada bagian posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah
sedikit dan ligamentum longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah
rusak. Mulai daerah lumbal I, ligamentum longitudinal posterior makin
mengecil sehingga pada ruang intervetebra L5-S1 tinggal separoh dari
lebar semula sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kelainan pada
daerah ini.
2. Nucleus pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglikan
(hialuronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan
mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai
bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang progresif
seiring bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan
degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi ke dalam diskus
disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut,
sebagai akibatnya nucleus menjadi kurang elastis.
Pada siklus yang sehat bila mendapat tekanan maka nucleus pulposus
menyalurkan gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan
air mempengaruhi sifat fisik nucleus. Penurunan kadar air nucleus mengurangi
fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka disalurkan ke
annulus secara asimetris, akibatnya bias terjadi cedera atau robekan pada annulus.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :
16
1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan hamper 75% berat badan disangga oleh
sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi
diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada
sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral.
17
Faktor Resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah.
Umur : makin bertambah umur, resiko makin tinggi.
Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita.
Riwayat cedera punggung/HNP sebelumnya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah.
Pekerjaan dan aktivitas
Olah raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama
Merokok.
Berat badan berlebih.
Batuk lama dan berulang.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala
klinik yang paling sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya bersifat tajam seperti
terbakar dan berdenyut, menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensorik yang
besar terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dermatomnya.
Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot atau hilangnya reflek tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR). bila mengenai konus atau kauda equine dapat terjadi
gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan suatu
kegawatan yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan
miksi secara permanen.
Nyei pada HNP akan meningkat bila terjadi kenaikan tekanan intratekal
atau intradiskal seperti saat mengejan, batuk, bersin, mengangkat benda berat dan
membungkuk.
Diagnosis
Diagnosi HNP didasarkan pada :
1. Anamnesa.
2. Pemeriksaan klinik umum.
3. Pemeriksaan neurologik.
18
4. Pemeriksaan penunjang.
Anamnesis.
Kapan mulai timbul nyeri.
Bagaimana mulai timbul,
Kualitas nyeri.
Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
Riwayat trauma sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang sakit serupa.
Pada anamnesis perlu dicermati adanya keluhan yang mengarah pada lesi
saraf:
1. Adanya nyeri radikuler (ischialgia)
2. Nyeri sampai dibawah lutut dan bukan sekedar paha bagian belakang saja.
3. Riwayat nyeri atau rasa kesemutan yang lama.
4. Riwayat gangguan miksi/defekasi/fungsi seksual.
5. Adanya saddle anaestesi/hipestesi.
6. Adanya kelemahan tungkai.
Juga sangat penting ditelusuri kemungkinan adanya kelainan patologik
pada spinal yang serius (redflags) seperti keganasan tulang vetebre, radang
spinal dan sindroma kauda ekuina.
Pemeriksaan Klinik Umum.
Inspeksi.
Cara berjalan, cara berdiri, cara duduk. Penderita HNP seringkali
berjalan denga susah payah. Raut muka mencerminkan rasa nyeri.
Mungkin pasien berjalan dengan satu tungkai sedikit di fleksi dan
kaki pada satu sisi itu dijinjit karena cara ini dapat mengurangi rasa
nyeri. Bila duduk, ia akan duduk pada sisi yang sehat. Waktu akan
berdiri satu tangan biasanya memegang pinggang sedangkan
tungkai yang sakit sedikit difleksikan pada sendi lutut, ini dikenal
sebagai tanda minor.
19
Palpasi.
Palpasi untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis,
gibbus dan deformitas lain.
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini untuk mematikan bahwa kasus NPB yang
dihadapi termasu suatu gangguan saraaf atau bukan.
1. Pemeriksaan sensorik.
Pada pemeriksaan ini dicari ada atau tidaknya gangguan sensorik, mengetahui
dermatom mana yang terkena sehingga akan diketahui radiks saraf mana yang
terganggu.
2. Pemeriksaan motorik.
Dicari apakah ada tanda tanda kelemahan (paresis, atrofi dan fasikulasi otot)
3. Pemeriksaan reflek.
Bila ada kelainan pada suatu reflek tendon berarti ada gangguan pada
lengkung reflek.
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien LBP, tes untuk meregangkan
saraf ischadikus.
Tes lasseque.
Tes lasseque silang.
Tes bragard.
Tes Patrick
Tes kontra Patrick.
Tes untuk meningkatkan tekanan intratekal.
Tes naffziger.
Tes valsava.
4. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan neurofisiologi.
i. EMG.
ii. Somato sensorik evoked potential (SSEP).
b. Pemeriksaan radiologi.
i. Foto polos
20
ii. Kaudografi.
iii. Mielografi.
iv. CT mielo MRI.
MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
Tatalaksana
1. Konservatif.
a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap
kembali ke aktivitas yang biasa.
b. Medikamentosa.
i. Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamo,
aspirin, tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium
diklofenak, ethodolak, selekoksib, perlu diperhatikan efek
samping obat.
ii. Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol.
iii. Opioid.
iv. Kortikosteroid oral.
v. Analgetik adjuvant : Amitriptilin, carbamazepin dan
gabapentin.
c. Terapi fisik.
i. Traksi pelvis.
ii. Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
iii. Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
iv. Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
v. Latihan dan modifikasi gaya hidup.
d. Akupuntur.
e. Penyuluhan pasien.
2. Terapi bedah.
Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara
konservatif tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap
21
atau bertambah berat, ada gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti
terganggunya radik saraf, adanya paresis otot tungkai bawah.
Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif, sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun telah
diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan membaik tertutama nyeri tungkai,
tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5% dan bias pada diskus yang
sama atau berbeda.
22
BAB III
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 42 tahun dengan
diagnosis klinik ischialgia. Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa yaitu
adanya nyeri pinggang yang menjalar ketungkai bawah kanan sejak 10 hari yang
lalu. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bertambah jika
pasien melakukan aktifitas berat. Nyeri berkurang saat pasien tidur ataupun
sedang istirahat.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger
(-), Patrick(+), Kontra Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada
regangan saraf ischiadikus. Tidak ditemukan penurunan sensasi raba pada tungkai
kanan serta reflek patella yang menurun dan reflek achilles yang masih normal
pada tungkai kanan.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa
sebagai hernia nukleus pulposus yang terjadi pada L4-L5 karena tipe nyeri
radikuler yang menjalar hingga tungkai kanan. Untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto polos lumbosakral atau MRI sebagai
standar emas untuk penegakkan diagnosis HNP.
Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian
secara bertahap melakukan aktivitas separti biasa, fisioterapi dan medikamentosa
yaitu pemberian analgetik-anti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Pada pasien ini diagnosis akhir adalah Hernia Nukleus Pulposus L4-L5
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, sedangkan dari pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis pasti HNP seperti MRI tidak dilakukan karena
keterbatasan alat.
Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian
secara bertahap melakukan aktivitas separti biasa, fisioterapi dan medikamentosa
yaitu pemberian analgetik-anti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B.
24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Albar, Z. 2000. Sistematika pendekatan pada nyeri pinggang. Cermin Dunia Kedokteran ; 129 ; 14-19.
Hills, EC. 2010. Mechanical Low Back Pain. Diakses dari www.emedicine.medscape.com
Wheeler, AH. 2010. Low Back Pain and Sciatica. Diakses dari www.emedicine.medscape.com
Meliala, L., Pinson, R., 2004, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dalam Towards Mekanism-Based pain Treatment tht Recent Trends and Current Evidens, Pokdi Nyeri Perdossi.
Perina, D., 2004, Back Pain, Mechanism, eMedicine Journals
Vookshoor A, Spondilolisthesis, spondilosis and spondilysis Dalam: www.eMedicine.com. Diakses Tanggal 10 Juni 2007.
Bodner RJ, Heyman S, Spondilolysthesis Dalam: www.google.com. Diakses Tanggal 10 Mei 2007.
Deyo RA, Nachemson A, Mirza SK, Spondilolysthesis Dalam: Dalam: www.wikipedia.com. Diakses Tanggal 10 Mei 200
25