preskes katarak.doc
-
Upload
bahtiar-mahdi -
Category
Documents
-
view
43 -
download
4
Transcript of preskes katarak.doc
Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN MATA
Oleh:
Venny Yulianti Gana G0007024
Ahimsa Yoga Anindita G0007030
Judo Yustanto Kahono G0007091
Kirana Mustikasari G0007095
Nurma Yuliyanasari G0007119
Pembimbing :
Halida Wibawati, dr., Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
NAMA : T. S
UMUR : 73 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Petani
ALAMAT : Gemolong, Sragen
TGL. MRS : 30/11/2011
TGL. PEMERIKSAAN : 30/11/2011
NO. RM : 764798
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : mata kanan dan kiri pasien kabur untuk melihat
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak ± 1 tahun SMRS pasien mengeluh kedua matanya terasa
kabur untuk melihat. Pandangan seperti tertutup kabut atau awan yang
semakin lama semakin memberat sehingga mengganggu aktivitas.
C. Kesan umum
Keadaan umum baik, composmentis, gizi kesan cukup
T : tidak dilakukan Rr : 18x/menit
N : 80x/menit t : afebril
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat darah tinggi :disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
- Riwayat pakai kacamata : disangkal
- Riwayat pakai softlens : disangkal
- Riwayat trauma mata : disangkal
1
- Riwayat pemakaian obat-obat mata : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat darah tinggi :disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
- Riwayat pakai kacamata : disangkal
F. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses Gangguan penglihatan Gangguan penglihatan
Lokalisasi Lensa Lensa
Sebab Degeneratif Degeneratif
Perjalanan Kronis Kronis
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
B. Pemeriksaan subyektif
OD OS
Visus Sentralis Jauh 2/60 1/60
Pinhole tidak membaik tidak membaik
Koreksi - -
Visus Sentralis Dekat
Koreksi - -
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang ` tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
2
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Pasangannya dalam batas normal dalam batas normal
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Pseudostrabismus tidak ada tidak ada
Exophthalmus tidak ada tidak ada
Enophthalmus tidak ada tidak ada
Anophthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophthalmus tidak ada tidak ada
Makrophthalmus tidak ada tidak ada
Ptosis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada
Bufthalmus tidak ada tidak ada
Megalokornea tidak ada tidak ada
Mikrokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal dalam batas normal dalam batas normal
3
Nasal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Nasal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
6. Kelopak Mata
Gerakan : dalam batas normal dalam batas normal
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemis : tidak ada tidak ada
Tepi Kelopak Mata
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemi : tidak ada tidak ada
Entropion : tidak ada tidak ada
Ekstropion : tidak ada tidak ada
7. Sekitar saccus lakrimalis
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemi : tidak ada tidak ada
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi N+ N+
NCT - -
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
4
Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Injeksi Konjungtiva tidak ada tidak ada
Injeksi Siliar tidak ada tidak ada
Subkonjungtiva
Hematom tidak ada tidak ada
11. Sklera
Warna putih putih
Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus normal normal
Permukaan rata rata
Sensibilitas tidak dilakukan tidak dilakukan
Keratoskop tidak dilakukan tidak dlakukan
Flourescin Test tidak dilakukan tidak dlakukan
Arcus Zenilis ada ada
13. Kamera Okuli Anterior
Isi : jernih jernih
Kedalaman : dangkal dangkal
14. Iris
Warna : cokelat tua cokelat tua
Bentuk : bulat bulat
5
Sinekia anterior : tidak ada tidak ada
Sinekia posterior : tidak ada tidak ada
15. Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Letak : sentral sentral
Bentuk : bulat bulat
Reaksi terhadap
Cahaya Langsung : (+) (+)
Cahaya tak langsung : (+) (+)
Konvergensi : tidak dilakukan tidak dilakukan
16. Lensa
Ada/tidak : ada ada
Kejernihan : keruh sebagian keruh sebagian
Letak : sentral sentral
Shadow test : (+) (+)
17. Corpus vitreum
Kejernihan : tidak dilakukan tidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Visus sentralis jauh 2/60 1/60
Pinhole tidak membaik tidak membaik
Koreksi - -
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
dalam orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
6
Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan intraokuler meningkat meningkat
Konjungtiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Sklera dalam batas normal dalam batas normal
Kornea ada arcus senilis ada arcus senilis
Camera oculi anterior dalam batas normal dalam batas normal
Iris dalam batas normal dalam batas normal
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa keruh sebagian keruh sebagian
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS BANDING
ODS katarak imatur
VI. DIAGNOSIS
ODS Katarak imatur
VII. TERAPI
- Medikamentosa
Katarlent 3 x1
Retivit 1x1
-Operasi OS Katarak
VIII. PLANNING
- Pmx laboratorium
- Konsul jantung
- Konsul Anestesi
7
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam Bonam Bonam
Ad sanam Bonam Bonam
Ad fungsionam Bonam Bonam
Ad cosmeticum Bonam Bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah
tetapi dapatdisembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk
ke dalam mata. Katarak terjadi karenafaktor usia, namun juga dapat
terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisitersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,yaitu
usia diatas 50 tahun.
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati
di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua
sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan
pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak
terkait usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata
(glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi,
pengobatan tetes mata steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik
spesifik (diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin
sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom
Down, katarak turunan, radiasi sinar X) (Perdami, 2011).
B. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang
kekuatanrefraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub
anterior dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut
axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa.
Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak
memiliki pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat
9
zonula yang berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus,
korteks dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan
transparantersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel
lensa. Kapsul inimengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk
lensa pada saat akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di
bagian tengah kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal
pars planadan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu
dengan lensa padabagian anterior dan psterior kapsul lensa.
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel.Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
tersebut juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi
lensa. Sel-sel epitel yang baruterbentuk akan menuju equator lalu
berdiferensiasi menjadi serat lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
akanmenekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang
diproduksi pada faseembrionik dan masih menetap hingga sekarang.
Serat-serat yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous
humor. Oleh karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun
10
jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun
low-resistance gap junction antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubahseiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa
berada di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah
sekitar 20µM dan potasiumsekitar 120µM. Konsentrasi sodium di luar
lensa lebih tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa
sangat tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas
pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase dapat
mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air
di dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa.
Konsentrasikalsium di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di
luar lensa adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur
sepenuhnya oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan
kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa,
pembentukan protein high-molecular-weight dan aktivasi protease
destruktif. Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk
kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam lensa melalui
pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa memasuki lensa secara
difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif (AAO,
2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah
kekuatan refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan
lensa oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30
tahun, kekakuanyang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi
daya akomodasi.Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi
mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier
berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat, kekuatan dioptri
11
meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi, serat zonular
menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang
nervus III (okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin)
memicu akomodasi,sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine)
memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot silier
disebut cycloplegik.
D. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui
secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas
(2006) sebagai berikut:
- Teori putaran biologik (“A biologic clock”)
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan
- Teori ”A free radical” : free radical terbentuk bila terjadi reaksi
intermediate reaktif kuat, free radical dengan molekul normal
mengakibatkan degenerasi, dan free radicaldapat dinetralisasi oleh
antioksidan dan vitamin E
- Teori“A Cross-link” : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan
bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu
fungsi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
12
nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang
paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2006).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak (AAO, 2011).
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian
trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul : menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding
anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau
kabur, terlihat bahan granular.
- Epitel : semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator
bertambah besar dan berat, bengkak dan vakuolisasi
mitokondria yang nyata.
- Serat lensa : lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat
kerusakan antarsel, Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet
lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan,
metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet protein
13
lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding
normal.
- Korteks lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat
tinggi dan menghalangi fotooksidasi, sinar tidak banyak
mengubah protein pada serat muda.
- Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia
lanjut biasanya mulai terjadi pada usia lbih dari 60 tahun
E. Klasifikasi Katarak Senilis
- Stadium Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi
ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol
mulai terlihat didalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks berisi jaringandegeneratif (benda Morgagni)
pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk
ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
- Stadium Intumesen dan Imatur
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak
dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi kortek sehingga lensa akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
14
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau
katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehinggaterjadi glaukoma sekunder.
- Stadium Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai
seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka
cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif.
- Stadium Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni.
F. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya
klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh
15
kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam
akan tampak abu-abu atau putih (Perdami, 2011).
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam
penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara
progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata
tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-
benar tampak putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi (AAO,
2011) :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi
objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes
melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes mellitus
dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi
secara dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
16
subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pada
pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA
terlihat normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu,
dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada
penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya
seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan
lapang pandang dan pengukuran TIO.
H. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan
kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak
dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur
intrakapsular atau ekstrakapsular :
- Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan
lagi sekarang.
- Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada teknik ini, bagian depan
kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata,
sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa
intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut.
Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul
bagian belakang utuh.
- Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik
untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi.
Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin
17
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum.
Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau
diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat
dirawat sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan
rumah sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh
ekstraksi katarak ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction,
ECCE). Insisi harus dijahit.
- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melaluiinsisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi). Biasanyatidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang
metode ini merupakan metode pilihan dinegara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam
operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara
ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga
dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat
katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan
pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik
jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telahsembuh. Rehabilitasi visual dan
peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien
membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan.
Komplikasi pembedahan katarak antara lain :
18
Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata
depan yang merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada
periode paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius
namun jarangterjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang
terasa nyeri, penurunantajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di
bilik mata depan (hipopion).
Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan
jahitan kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan
sebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi
sembuh dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang
berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat.
Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien
duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk
mencegah infeksi namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika
penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan
melaluiinsisi yang kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu,
penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada
sebelumnya.
Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah
pembedahan, terutama biladisertai dengan hilangnya vitreous. Dapat
sembuh seiring berjalannya waktu,namun dapat menyebabkan penurunan
tajam penglihatan yang berat.
Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak
dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi
ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan
kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan
19
ketika sel epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan
menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu
lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium yttrum(ndYAG) laser)
sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular
sistoid atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang
ditujukan pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan
yang digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang
tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior
penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan
menimbulkan gangguan penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma,
uveitis dan kerusakan retina.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan
tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak
senilis umumnya baik.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan
pencegahan terhadap hal-halyang memperberat seperti mengontrol
penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat
(AAO, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
AAO (American Academy of Ophthalmology). 2011. Cataract. http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm (diakses tanggal 5 Desember 2011)
20
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 205-8.
Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia). 2011. Katarak. http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2 (diakses tanggal 5 Desember 2012)
21