PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
-
Upload
abdullah-shidqul-azmi -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
Transcript of PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
1/25
PRESENTASI KASUS NEUROLOGI
KEJANG DEMAM
Pembimbing :
Dr. Dedy Ria, SpA (K)
Disusun oleh:
Abdullah Shidqul Azmi
1110103000012
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
2/25
! #
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kasus ini. Shalawat dan salam
marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadaDr. Dedy Ria,
SpA (K) selaku pembimbing presentasi kasus ini.
Kami menyadari makalah kasus tentang Kejang Demamini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi kesempurnaannya.Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah kasus ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan rekan-rekan mahasiswa yang sedang
menempuh pendidikan kepaniteraan klinik.
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al
Insyirah:6-7)
Jakarta, Februari 2015
Penyusun
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
3/25
$ #
DAFTAR ISI
Kata Pengantar-------------------------------------------------------------------------------1
Daftar Isi--------------------------------------------------------------------------------------2
BAB 1 Status Pasien------------------------------------------------------------------------3
BAB 2 Tinjauan Pustaka------------------------------------------------------------------12
Kejang Demam-----------------------------------------------------------------------------12
Daftar Pustaka------------------------------------------------------------------------------24
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
4/25
% #
BAB 1
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Status Pasien
Nama : An. Y
Nomor RM : 01346434
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 31/05/2014!8 bulan
Alamat : Jl. Bintaro Permai, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta SelatanAgama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Masuk Rawat Inap RSF : 28 Januari 2015
Identitas Orang Tua Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 31 tahunAlamat : Jl. Bintaro Permai, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Ny. A
Umur : 28 tahun
Alamat : Jl. Bintaro Permai, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
5/25
& #
II. Anamnesis ( Alloanamnesis pada tanggal 30 Januari 2014) dengan ibu pasien
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kejang, 1 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi laki-laki usia 8 bulan dating dengan keluhan kejang pada 1 jam
SMRS. Dalam 1 jam SMRS pasien mengalami kejang 1 kali selama 10 menit, saat
kejang kedua tangan dan kaki kelonjotan, mata mendelik keatas, lidah tidak
menjulur dan tidak keluar busa. Saat dipanggil namanya tidak merespon. Setelah
kejang pasien menangis. Sebelum kejang pasien demam tinggi tetapi suhu tidak
diukur oleh ibu pasien. Kejang ini merupakan kejang kedua kalinya yang
didahului oleh demam. Sebelumnya, pasien mengalami kejang 1 kali pada 10 jam
SMRS. Kejang terjadi selama
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
6/25
' #
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kejang disertai demam sebelumnya disangkal. Riwayat kejang
tanpa demam disangkal ibu pasien. Riwayat alergi makanan, alergi obat-obatan
serta riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal. Pasien sebelumnya belum
pernah dirawat di RS.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga tidak terdapat riwayat kejang disertai demam. Riwayat
kejang tanpa disertai demam disangkal. Di rumah, tidak ada anggota keluarga
yang mengalami keluhan serupa dengan pasien. Riwayat alergi makanan atau
alergi obat-obatan disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien tinggal 1 rumah dengan kedua orang tua. Di rumah lingkungan
padat, punya halaman depan. Ventilasi cukup. Tetangga sekitar tidak ada yang
menderita sakit demam berdarah dan TB.
Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu pasien rutin kontrol ke bidan, tidak dalam
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, dan tidak pernah mengalami sakit, tidak ada
riwayat keguguran.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir cukup bulan, lahir spontan ditolong oleh bidan. Setelah lahir
pasien langsung menangis, tidak ada kebiruan dan tidak mengalami sakit kuning.
BBL 3000 g, PBL 49 cm, dan lingkar kepala ibu pasien lupa.
Riwayat Nutrisi
Pemberian minum ASI hanya sampai 3 bulan karena ibu pasien bekerja,
dan diganti dengan susu formula. Saat ini makanan yang diberi berupa bubur susu,buah, biskuit, serta susu formula
Riwayat Perkembangan
Tengkurap usia 5 bulan
Duduk usia 6 bulan
Berdiri berpegangan usia 8 bulan
Kesan : Perkembangan sesuai umur
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
7/25
( #
Riwayat Imunisasi
BCG 1x, Hep B 3x, polio 4x, DPT 3x, campak belum diberikan
Kesan: Imunisasi dasar lengkap
III.
Pemeriksaan Fisik ( Tanggal 2 Juli 2013 pukul 14.00)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :
Frekuensi nadi : 120x/menit, reguler, kuat, isi cukup
Frekuensi napas : 32x/menit, reguler, cepat, dangkal
Suhu : 37,8 C axilaris dextra
Status Gizi
Laki-laki usia 8 bulan, BB 7,7 kg, PB 68 cm, LLA 15 cm, LK 49 cm
BB/U!0 > Z Score > - 2
TB/U!2 > Z Score > 0
BB/TB!Z Score = -1!Kesan gizi baik
HA!7 bulan
BBI!8 kg
RDA!8 x 98 = 784 ~ 800 Kkal/hari
Status generalis :
Kepala : Normocephali, rambut hitam tersebar merata, ubun-ubun datar,
wajah simetris, deformitas (-), hidrosefalus (-).
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor
diameter 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+, gerakan mata ke
segala arah, edem palpebra -/-
Hidung : Septum deviasi (-), konka edema (-), mukosa hiperemis ( + ),
sekret +/+, warna putih jernih, Napas cuping hidung +/+
(menggunakan nasal kanul)
Mulut : Mukosa bibir basah, atrofi lidah (-), gigi karies (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (+), tonsil T1-T1, arcus faring simetris,
uvula terletak ditengah
Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tak teraba
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
8/25
) #
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi
sela iga (-)
-
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
- Auskultasi : Suara napas vesikular +/+, Rhonki +/+ di kedua lapang
paru, wheezing -/-, ekspirasi memanjang (+)
Jantung
-
Inspeksi : Ictus kordia tidak terlihat
- Palpasi : Ictuc kordis teraba ICS V
-
Perkusi : Batas jantung kiri ICS V sisi medial MCLS, batas
jantung kanan ICS V PSL dektra
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-), Hepar/lien tak teraba,
ballotement -/-
-
Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus positif normal
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 3 detik
Genital: orificium uretra eksternum tidak hiperemis
Kulit: lembab, petekie (-), ikterik (-), sianosis (-)
Status Neurologis
GCS!E4M6V5
TRM!Kaku kuduk (-), Laseq > 70/> 70, Kerniq >135/>135,
Brudzinski I dan II (-/-)
Nervus Kranialis (kesan tidak ada parese)
- Nervus I dan II tidak diperiksa
-
Nervus V tidak diperiksa
- Nervus III, IV, VI!Mata dapat bergerak ke segala arah
- Nervus VII!Parese (-)
-
Nervus VIII tidak diperiksa
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
9/25
* #
- Nervus IX dan X!Reflek muntah (+)
- Nervus XI tidak diperiksa
- Nervus XII!Atrofi lidah (-), tremor (-), deviasi (-)
Kekuatan Motorik : kesan baik
Sensorik dan Otonom : kesan baik
Reflek fisiologis bisep, tricep, achiles, patella ++/++
Reflek patologis (-/-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium 28/1/2015
Hemoglobin 12 g/dl 10,8-15,6
Hematokrit 36 % 35-43
Leukosit 11 ribu/ul 6-17
Trombosit 282 ribu/ul 217-497
Eritrosit 4,55 juta/ul 3,6-5,2
LED 27,0 mm 0-20
VER 79,5 fl 73-101
HER 26,3 pg 23-31
KHER 33,1 g/dl 28 -32
SGOT 42 0-34
SGPT 20 0-40
Ureum Darah 24 0-48
Kreatinin Darah 0,3 0-0,9
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
10/25
+ #
Natrium 135 135-147
Kalium 4,11 3,10-5,10
Klorida 106 95-108
V. Resume
Seorang bayi laki-laki, umur 8 bulan, datang dibawa ibunya dengan
keluhan kejang pada 1 jam SMRS. Kejang berlangsung selama satu kali selama
10 menit yang didahului dengan demam tinggi. 10 jam sebelumnya pasien
juga mengalami kejang < 5 menit, 4 hari sebelumnya pasien mengalami
batuk,pilek, dan demam turun naik. Keluhan lesu, tidak mau makan diakui.
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
aktif. Dari status generalis didapatkan ronkhi pada kedua lapang paru. Pada
status neurologis tidak ditemukan rangsang meningeal, nervus kranialis dan
motorik tidak ada parese, sensorik dan otonom baik. BB= 7,7 kg, PB 68 cm,
kesan gizi baik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan
LEDVI.
Diagnosis Kerja
1. Kejang demam kompleks (berulang dalam waktu 24 jam)
2. Bronkiolitis
VII. Diagnosis Banding
1. Pneumonia
1. Tatalaksana
Oksigen 1 L nasal canule
IVFD KA-EN I B 780 cc/24 jam!12 tpm makro
Parasetamol 3 x 90 mg
Ampicilin 4 x 200 mg
Cholarmfenicol 4x 200 mg
Dexametason 3x1,5 mg
Diet MB (nasi tim 3x150kkal : 450 , susu formula : 4x100cc)
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
11/25
!, #
2. Pemeriksaan Anjuran
Lumbal Pungsi
EEG
3. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
4. Pembahasan
- Diagnosis Kejang demam kompleks
Pada kasus ini diagnosis kejang demam kompleks berdasarkan anamnesis.
Kejang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh saat demam yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial. Suatu proses ekstrakranial pada kasus ini terbukti
adanya infeksi atau inflamasi akut pada paru. Adanya infeksi atau inflamasi ini
akan menimbulkan gejala demam yang dapat memprovokasi terjadinya bangkitan
kejang. Kejang demam terjadi sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 24 jam
Termasuk dalam kategori kejang demam komplek. Tidak dicurigai kearah
intrakranial karena tidak ada penurunan kesadaran dan defisit neurologis.
-
Diagnosis Bronkiolitis
Adapun diagnosis bronkiolitis berdasarkan adanya keluhan batuk dan pilek
sejak 4 hari SMRS, keluhan disertai sesak nafas yang hilang timbul,dan demam
yang muncul hilang timbul dan tidak mendadak. Diperjelas dengan rontgen
didapatkan gambaran infiltrat di lapangan atas kedua paru dan parakardial kanan
dan kiri disertai basal emfisema
-
Diagnosis Banding
Demam Dengue
Diagnosis demam dengue berdasarkan adanya keluhan demam mendadak
tinggi 2-7 hari, lesu, tidak mau makan. Kemungkinan infeksi pada kasus ini
disebabkan oleh virus. Infeksi virus bisa dilihat dari pola demam yang mendadak
tinggi selama 2-7 hari.
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
12/25
!! #
- Pneumonia
Diagnosis pneumonia berdasarkan adanya keluhan sesak nafas yang hilang
timbul,dan demam yang muncul hilang timbul dan tidak mendadak sejak 4 hariSMRS, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi di kedua lapang paru.
Tata Laksana
Tatalaksana pada pasien ini adalah diberikan cairan infus KAEN IB
Pemberian cairan ini sebagai terapi rumatan yang dihitung sesuai kebutuhan
pasien. Pemasangan infus juga berguna sebagai akses untuk memasukkan obat
terutama obat anti kejang yang dimasukkan secara intravena. Hal ini sangat
penting jika suatu saat kejang kembali kambuh. Jenis cairan ini dipilih karena
salah satu kandungannya adalah glukosa sehingga penting untuk anak dengan
keluhan sulit makan, selain itu cairan ini diberikan untuk menjaga keseimbangan
elektrolit yang ada. Pada pasien ini diberikan obat parasetamol untuk penurun
panas. Pada pasien ini diberikan antibiotik ampisilin dikombinasikan dengan
kloramfenikol untuk mencegah kemungkinan terjadinya pneumonia pada pasien
ini. Adapun untuk dietnya berupa makanan biasa sesuai usia dan kebutuhan
kalorinya.
Prognosis
Prognosis pada pasien ini untuk kekambuhannya masih mungkin terjadi
jika timbul demam yang tinggi lagi, oleh karena itu mencegah agar tidak terjadi
demam pada pasien ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah
kejang berulang.
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
13/25
!$ #
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.4,6
Mengenai definisi kejang demam ini masing-masing peneliti membuat
batasan-batasan sendiri, tetapi pada garis besarnya hampir sama. Anak yang
pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak
termasuk. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang
demam ialah 38C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang tidak diketahui.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi
usia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.4,6
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kenjang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam.4
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain,
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 4
Menurut Consensus Statement onFebrile Seizures, kejang demam adalah
suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 6
bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.4
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
14/25
!% #
Faktor Resiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam: 4
1.
Riwayat kejang demam dalam keluarga
2.
Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari: 4
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3.
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Klasifikasi
Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu
kejang demam sederhana ( simple febrile convulsion) dan epilepsi yang
diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever). Definisi ini tidak lagi
digunakan karena studi prospektif epidemiologi membuktikan bahwa risiko
berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang tanpa demam tidak sebanyak
yang diperkirakan.6
Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FK UI-RSCM Jakarta, kriteria
Livingston tersebut setelah dimodifikasi dipakai sebagai pedoman untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana ialah: 6
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang hanya berlangsung sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul setalah 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
15/25
!& #
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang
menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor
pencetus saja.8
Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan,yaitu :
Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) yaitu kejang
menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15, menit dan tidak berulangdalam 24 jam. Umumnya akan berhenti sendiri, kejang berbentuk umum
tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang demam sederhana
merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.4
Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure) yaitu kejang fokal
(hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung lebih dari 15
menit dan atau berulang dalam waktu singkat ( selama demam
berlangsung).4
Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-
kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.6
Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
16/25
!' #
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadilah kejang.6
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi
pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi , kejang baru
terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang.6
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama (
lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apne, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapni, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat.6
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksemia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edem otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.6
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.6
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
17/25
!( #
Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, faringitis, otitis media akuta,
bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain. 6,8
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik
bilateral, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Bentuk kejang yang lain dapat juga
terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.6,8
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dengan suhu > 380C dan sebelumnya tidak ada riwayat
epilepsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan jika
didapatkan karakteristik khusus pada anak yaitu:
a.
Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal yang dilakukan
untuk menyingkirkan menigitis terutama pada pasien kejang demam pertama.
Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % -6,7 %. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :4
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak
diperlukan pungsi lumbal.
b. EEG
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan
gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang
demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit neurologis.Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
18/25
!) #
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam
fokal.4
c.
Pemeriksaan laboratoriumPermeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit
dan gula darah.4
d.
Pemeriksaan imaging
Foto X-ray kepala dan pencitraaan seperti CT-Scan atau MRI jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi seperti : 4
Kelaianan neorologik fokal yang menetap seperti hemipareses
Paresis nervus VI
Papiledema
Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
Kemungkinan adanya lesi struktural diotak (mikrosefali, spastik).
Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus
dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu didalam atau diluar susunan saraf
pusat (otak). Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis,
ensefalitis, abses otak dan lain-lain.
Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada
kelainan organis di otak. Baru sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini
tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh
demam.
Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 3 faktor yang perlu dikerjakan,
yaitu: pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.3, 9
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
19/25
!* #
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan
untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus bebas agar
oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,
suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan
kompres air dingin dan pemberian antipiretik.8
Obat yang paling cepat untuk menghilangkan kejang adalah diazepam
yang diberikan secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam
darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan intrvena
dan dalam waktu 5 menit apabila diberikan intrarektal. Dosis diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam
waktu lebih dari 2 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.8
Obat yang paling praktis dan dapat diberikan orang tua atau di rumah
adalah fiazepam rectal. Dosis diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau dengan diazepam rectal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.8
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit, dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 -
0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau
kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kgBB/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang
belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang intensif. Bila kejang berhenti
pemberian obat selanjutnya tergantung jenis kejang demam dan faktor resikonya.8
2. Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk meyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
20/25
!+ #
kasus yang dicurigai mengalami meningitis atau bila kejang demam berlangsung
lama. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas, sehingga pungsi
lumbar harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan laboratorium lain perlu
dilakukan untuk mencari penyebab. Apabila disertai dengan adanya fokal infeksi
yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya demam, maka hal itu harus
segera diobati untuk mencegah terjadinya kejang demam berulang.
3. Pengobatan profilaksis
Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena
menakutkan dan bila sering berulang menyebabkan kerusakan otak menetap. Ada
2 cara profilaksis, yaitu:
1. Profilaksis intermittent pada waktu demam.
2. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari (rumatan).
Profilaksis intermittent
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan
ketentuan orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam
pada pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak.
Hal yang demikian sebenarnya sukar dipenuhi. Peneliti-peneliti sekarang tidak
mendapat hasil dengan fenobarbital intermittent. Diazepam intermittent
memberikan hasil lebih baik karena penyerapannya cepat. Dapat digunakan
diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg,
setiap pasien menunjukkan suhu 38,50 C atau lebih. Diazepam dapat pula
diberikan oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu
pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk danhipotonia.5, 9
Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari ( rumatan)
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis setiap hari terus menerus dengan
fenobarbital 3-4 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang digunakan
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
21/25
$, #
adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis.
Antikonvulsan terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir
dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.5, 9
Indikasi obat rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut ( salah satu ) :4
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanyakelainanneurologisyangnyatasebelumatau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3.
Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun
Pengobatan rumatan dapat dipertimbangkan jika ditemukan keadaan seperti
berikut :4
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam !4 kali per tahun
Pemberian Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.4
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
22/25
$! #
Algoritma Tatalaksana Kejang2
Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:4
a. Kejang demam kompleks
b. Hiperpireksia
c. Usia dibawah 6 bulan
d. Kejang demam pertama
e. Dijumpai kelainan neurologis
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
23/25
$$ #
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan
tidak perlu menyebabkan kematian.Dua penyelidikan masing-masing mendapat
angka kematian 0,46% dan 0,74%. Dari penelitian yang ada, frekuensi
terulangnya kejang berkisar antara 25%-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan
pertama.8
Berdasarkan penelitian Livingston didapati golongan kejang demam
sederhana hanya 2,9 % yang menjadi epilepsi dan dari golongan epilepsi yang
diprovokasi oleh demam ternyata 97% yang menjadi epilepsi. Risiko yang akan
dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor:
Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga.
Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita kejang demam.
Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka
dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%,
dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas,
serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja (Consensus Statement on Febrile
Seizure, 1981).
Edukasi pada orang tua
1.
Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikaninformasimengenaikemungkinankejang kembali
4.
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat
5. Memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan bila kembali kejang yaitu,
- Tetap tenang dan tidak panik
- Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
-
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
24/25
$% #
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam
mulut.
- Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
-
Tetap bersama pasien selama kejang
-
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti.
- Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlang- sung 5 menit
atau lebih
-
5/19/2018 PRESENTASI KASUS NEUROLOGI azmi.pdf
25/25
$& #
DAFTAR PUSTAKA
1.
Behrman, Kliegman, Arvinka.Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 3. Edisi
15. EGC. Jakarta: 1999; 205-9
2. Divisi Neurologi. Kejang Demam. Dalam: Sudigdo Sastroasmoro,
penyunting. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Penyakit Anak
RSCM.Cetakan pertama. Jakarta : RSCM, 2007; Hal 249-54
3. Divisi Infeksi Tropis. Kejang Demam. Dalam: Sudigdo Sastroasmoro,
penyunting. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Penyakit Anak
RSCM.Cetakan pertama. Jakarta : RSCM, 2007; Hal 153-63
4. Pusponegoro, H.D., Dwi Putro W, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. Jakarta : IDAI Unit Neurologi, 2006.
5. Saharso, Darto, Hardiono D.P., Irawan mangunatmadja, Setyo
Handyastuti, Dwi P. W., Erny. Kejang Demam. Dalam: Antonius H.
Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Hanryastuti, Nikmah Salamia Idris, Ellen
P. Gandapura, Eva Devita Harmoniati, editor. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Cetakan pertama. Jakarta: IDAI,
2010; Hal 150-3
6.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.Buku Kuliah 2. Ilmu Kesehatan Anak.
Bagian IKA FK UI. Jakarta: 1985; Hal 847-855.
7.
Widodo, Dwi Putro. Konsensus Tata Laksana Kejang Demam. Dalam:
Hartono Gunardi, dkk. Penyunting. Kumpulan Tips Pediatrik. Edisi 2.
Cetakan pertama. Jakarta : Balai Penerbit IDAI, 2011; Hal 193-203