presentasi bokong
-
Upload
riagustriapohan -
Category
Documents
-
view
221 -
download
3
description
Transcript of presentasi bokong
KELAHIRAN PRESENTASI BOKONG
Paper ini Dibuat untuk Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU. DR. Pirngadi Medan
DISUSUN OLEH
HARIGARAN SATIWASILAN (090100404)SAMUEL LINUS LEENOS (070100318)
MENTOR PEMBIMBING
dr. Rizal K.Aritonang dr.Christoffel L Tobing, Sp.OG(K)
BAGIAN SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRSU DR. PIRNGADI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat
yang dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul PLASENTA
PREVIA sebagai tugas kepaniteraan klinik senior di bagian Obstetri & Ginekologi RSU Dr.Pirngadi
Medan. Laporan kasus ini penulis susun sebagai usaha untuk memberikan informasi ilmiah kepada
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr.Christoffel L Tobing, Sp.OG(K)
dan mentor dr. Rizal K.Aritonang serta pihak-pihak yang telah membantu baik dalam bentuk sarana
maupun dukungan moril sehingga mempermudah terselesaikannya laporan kasus ini.
Dalam menyusun laporan kasus ini tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu,
tenaga dan pengetahuan sehingga penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun
untuk menyempurnakan laporan kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II TEORI 4
BAB III STATUS PASIEN 16
BAB IV ANALISA KASUS DAN PERMASALAHAN 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN
Presentasi bokong (breech presentation) terjadi ketika bokong janin lebih terdepan. Istilah
breech (bokong) mungkin berasal dari kata yang sama dengan britches, yang menggambarkan kain
untuk menutupi selangkangan dan paha. Untuk alasan tertentu, presentasi bokong umumnya terjadi
sebelum aterm. Namun yang paling sering terjadi adalah pada janin yang mendekati aterm, janin
berusaha menyesuaikan diri dengan bentuk kavum uteri menjadi letak memanjang dan titik berat janin
dekat kepala, maka kepala mengarah ke bawah dan terjadilah presentasi kepala. Oleh karena itu
presentasi bokong hanya terjadi pada 3 - 4 % kelahiran tunggal.1,2,3,4,5
Hal ini menunjukkan bahwa secara normal bayi memilih posisi yang paling tepat sesuai
dengan ruang intrauterin yang normal. Maka jika tetap terjadi presentasi bokong, ini berhubungan
dengan adanya kelainan pada janin volume air ketuban, lokasi plasenta atau kelainan pada uterus.
Komplikasi yang paling ditakuti pada persalinan bokong adalah terperangkapnya kepala bayi
di dalam rongga panggul (after coming head). Hal ini dapat tejadi pada persalinan pervaginam
maupun pada bedah sesar.4,5,6 Trauma lain pada janin juga dapat terjadi baik pada persalinan secara
bedah sesar maupun pervaginam. Oleh karena itu kontroversi masih terjadi dalam pilihan cara
persalinan pada presentasi bokong, meskipun manajemen presentasi bokong mengalami perubahan
yang mengarah kepada semakin dipilihnya cara persalinan bedah sesar dibandingkan per vaginam.
Pada tahun 1990, sebanyak 90% kasus presentasi bokong dilahirkan secara bedah sesar, sedangkan
pada tahun 1970 hanya sebanyak 11, 6%. Meskipun nilai ambang dilakukannya bedah sesar pada
kasus presentasi bokong semakin rendah, keterampilan melakukan persalinan pervaginam pada
presentasi bokong masih tetap diperlukan.2
BAB II
TEORI
PRESENTASI BOKONG
DEFINISI
Komplikasi yang paling ditakuti pada persalinan bokong adalah terperangkapnya kepala bayi
di rongga panggul. Keadaan ini disebut “trapped after-coming head of a breech”. Namun, istilah
“after-coming head” lebih sering digunakan untuk menggambarkan situasi ini.4
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada sekitar 3 – 4% dari seluruh kehamilan. Persentase ini lebih tinggi pada janin
preterm (< 32 minggu), saat ukuran kepala janin masih jauh lebih besar dari badan. 6 Namun dapat
menetap saat janin mencapai usia aterm pada sekitar 3% dari seluruh kehamilan dengan presentasi
bokong. Dari semua persalinan diperoleh 2,5 – 3 % merupakan persalinan presentasi bokong,
diantaranya 75 % presentasi bokong sempurna dan 25 % adalah presentasi bokong tidak sempurna
seperti presentasi kaki dan lutut.1
ETIOLOGI
Faktor predisposisi presentasi bokong yaitu :1,2,3,8
1. Multiparitas
2. Kelainan Uterus, misalnya uterus arkuatus
3. Tumor dalam panggul yang dapat mendesak uterus
4. Kelainan panggul
Pintu atas panggul yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat mengganggu fiksasi dari
kepala janin.
5. Kelainan dari jumlah air ketuban
Hidramnion menyebabkan terlampau bebasnya pergerakan janin dalam uterus
sehingga fiksasi kepala terganggu dan pada oligohidramnion gerakan janin terbatas
sehingga terhalang versi spontan dari jauh.
6. Kelainan implantasi plasenta
Misalnya plasenta previa yang menghalangi turunnya kepala ke pintu atas panggul.
7. Bayi prematur
Pada bayi premature ukuran kepala masih kecil, fiksasi kepala tidak sempurna
8. Kehamilan multipel
Umumnya pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam rahim.
9. Bayi dengan kelainan bawaan
Kelainan bawaan pada kepala bayi, misalnya hidrosefalus, ansefalus dan
mikrosefalus. (3,4)
After coming head umumnya disebabkan oleh :1
Bayi yang preterm, pada keadaan ini bokong dan ekstremitas bawah janin preterm dapat
melewati serviks uteri dan dilahirkan, padahal serviks belum membuka secara adekuat untuk
dilewati kepala bayi tanpa trauma.
Kurangnya waktu bagi kepala untuk mengadakan molase, pada panggul sempit sedang – yang
sebelumnya tidak menimbulkan masalah pada pelahiran janin presentasi kepala berukuran
normal - ternyata merupakan keadaan yang berbahaya bagi bayi dengan presentasi bokong.
JENIS-JENIS PRESENTASI BOKONG
Ada 3 klasifikasi dari presentasi bokong :1,3,5,8,10
1. Frank breech (Presentasi bokong sempurna)
Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan ekstensi pada lutut, sehingga kaki terletak
dekat dengan kepala. Pada pemeriksaan dalam hanya bokong yang dijumpai sebagai bagian
terbawah.
2. Complete breech (Presentasi bokong lengkap)
Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan salah satu atau kedua lutut juga fleksi. Pada
pemeriksaan dalam selain bokong, kaki juga dapat dijumpai.
3. Incomplete breech (Presentasi bokong tidak lengkap)
Dimana salah satu atau kedua paha tidak fleksi dan salah satu atau kedua kaki terletak di
bawah bokong. Sehingga pada pemeriksaan dalam kaki atau lutut yang merupakan bagian
terbawah.
Terdiri dari :
a. Footling breech → salah satu atau kedua kaki dijumpai dulu, dengan bokong pada
posisi yang tinggi. Ini jarang tetapi relatif umum pada janin premature.
b. Kneeling breech → janin dalam posisi lutut, dengan salah satu atau kedua kaki
ekstensi di pinggul dan fleksi di lutut. Keadaan ini sangat jarang dijumpai.
DIAGNOSIS
Presentasi bokong ditegakkan dengan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan dengan
pemeriksaan USG apabila dengan pemeriksaan lainnya dijumpai kesulitan seperti pasien dengan berat
badan yang lebih, perut tegang, hidramnion dan lain-lain. Ibu hamil dengan presentasi bokong sering
mengemukakan adanya penekanan pada ulu hati oleh kepala janin yang diraba pada bagian fundus.1,2,3
Inspeksi
Umumnya secara inspeksi tidak dijumpai tanda yang spesifik. Bentuk rahim kadang kala kelihatan
dengan bentuk cekungan yang melintang difundus. 1,2
Palpasi
Cara palpasi yang dipakai adalah dengan cara LEOPOLD.
Pada Leopold I : Teraba bagian janin yang keras dan bulat serta mudah digerakkan
(ballottement) pada fundus uteri. Kepala biasanya terletak di daerah hypochondrium, disebabkan
fleksi tulang panggul. Kadang-kadang kepala teraba di daerah epigastrium. Jika air ketuban sedikit
dan posisi dorso – posterior kepala menjadi fleksi dan tidak mudah bergerak sehingga ballottement
sukar ditemukan, juga jika air ketuban berlebihan (polihidramnion) sukar untuk meraba kepala.1,2
Pada Leopold II : Menunjukkan punggung berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian
kecil janin pada sisi yang lain.1,2
Pada Leopold III : Teraba bokong janin yang lunak, dan kurang bulat di atas simpisis
dibandingkan kepala janin yang teraba pada perasat Leopold I. Bila belum terjadi enggagement,
diameter intertrochanterica dari panggul janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul.1,2
Pada Leopold IV : Menunjukkan apakah bokong sudah masuk pintu atas panggul atau belum.1,2
Seringkali ibu menyatakan bahwa pada kehamilannya ini terasa penuh di bagian atas
abdomen dan menyesak daerah ulu hati dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah abdomen.
Auskultasi
Bunyi jantung janin umumnya cenderung terdengar setinggi sekitar umbilicus atau sedikit
lebih tinggi dari umbilicus.1
Pemeriksaan Dalam1
Sebelum inpartu, sedikit yang dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam terhadap presentasi
dan posisi janin. Bila telah inpartu pemeriksaan dalam diperlukan untuk menentukan jenis dan posisi
presentasi bokong. Pada presentasi bokong dapat teraba sacrum, kedua tuberositas ischiadica dengan
processus spinosumnya dan anus. Pada penurunan lebih lanjut, dengan pemeriksaan dalam yang baik,
genitalia eksterna dapat dikenali.
Apabila teraba bagian kecil yakni kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
teraba tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari
lain dan panjang jari tangan kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan janin.
Pada partus tak maju, bokong bisa terjadi edema, sehingga dapat meragukan diagnosa
presentasi muka. Anus teraba seperti mulut dan tuberositas ischiadica seperti rahang atas. Dengan
perabaan hati – hati, telunjuk yang masuk ke dalam anus terasa tegangan otot – otot spinter ani dan
bila tangan dikeluarkan terdapat meconium pada sarung tangan.
Pada Presentasi bokong sempurna (Complete Brecch), kedua kaki dapat diraba disamping
bokong. Sedangkan pada Incomplete Breech, hanya teraba satu kaki disamping bokong. Dan pada
Frank Breech tidak teraba kaki disamping bokong.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi atau USG dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi kepala janin,
memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan untuk menentukan usia kehamilan serta
kesejahteraan janin.1,2
Apabila dipertimbangkan untuk persalinan pervaginam, tipe presentasi bokong merupakan hal
yang penting diperhatikan. Peran Pelvimetri radiologik dalam menentukan tindakan persalinan
sungsang masih menjadi kontroversial.1,6
TATALAKSANA
Untuk memahami penanganan after-coming head, perlu diketahui penanganan presentasi
bokong dalam persalinan.
Penanganan dalam kehamilan, dapat dibagi :(1-5)
a. Knee Chest Position ( KCP )
Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah hasil yang diharapkan setelah melakukan
KCP ini. Dilakukan 2 – 3 kali sehari selama 10 – 15 menit.
Diharapkan bokong janin yang telah turun bebas kembali sehingga terjadi versi spontan. Usia
kehamilan yang dianjurkan untuk melakukan KCP adalah pada usia kehamilan 30 – 32
minggu.
b. Versi Luar
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan diatas 32 minggu. Pada primigravida 32 – 34
minggu dan pada multigravida 34 – 36 minggu. Sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit
dilakukan karena janin sudah cukup besar, jumlah air ketuban sudah berkurang.
Syarat-syarat versi luar :
1. Janin diharapkan dapat dilahirkan pervaginam
2. Bagian terendah janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul
3. Ibu tidak gemuk, agar penolong dapat meraba bagian-bagian janin
4. Selaput ketuban masih utuh
5. Pada keadaan yang inpartu, dilatasi serviks < 4 cm
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah :
- Panggul sempit
- Perdarahan antepartum
- Hipertensi
- Hamil kembar
- Kelainan uerus
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak dan presentasi janin harus pasti, dan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Versi luar harus dengan kekuatan ringan tanpa
paksaan. Penggunaan narkosis dalam versi luar masih kontroversial, mengingat penderita
tidak merasakan sakit sehingga tenaga penolong berlebihan melakukan versi luar, dapat
menyebakan terjadinya solusio plasenta. Perlu alat ultrasonografi untuk memandu reposisi
janin pada versi luar.
Penanganan Presentasi Bokong Dalam Persalinan
Secara garis besar ada dua cara persalinan presentasi bokong yaitu pervaginam dan perabdominal
( seksio sesaria ). 1,2,3,4 Zatuchni dan Andros telah melakukan suatu indeks prognosis untuk menilai
apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai berikut :3
Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2
Paritas Nullipara multipara
Umur Kehamilan >39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Taksiran Berat Janin >3630 gr 3629-3175 gr < 3175 gr
Riwayat presentasi bokong Tidak ada 1 kali >2 kali
Pembukaan Serviks <2 cm 3 cm >4cm
Station <-3 -2-1 atau lebih
rendah
Skor : < 3 : Persalinan per abdominal
4 : Evaluasi kembali secara cermat, khususnya taksiran berat janin, bila tidak
yakin/alat diagnosa penunjang tidak ada, dapat dilakukan persalinan per
abdominal.
5 : Dilahirkan pervaginam
Persalinan Pervaginam
Syarat – syarat persalinan pervaginam :
1. Panggul adekuat
2. Presentasi bokong sempurna (Frank breech)
3. Berat badan janin < 3500 gram pada primipara, < 4000 gram pada multipara.
4. Kehamilan aterm
5. Kepala janin fleksi
6. Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala janin dan tidak adanya
kelainan kongenital
7. Tidak ada lilitan tali pusat.
Syarat Pimpinan Meneran Kala II Pada Persalinan Letak Sungsang :
1. Pembukaan lengkap
2. Bokong di Hodge III atau lebih
3. Ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
4. Hati-hati prolaps tali pusat
5. Hati-hati "aftercoming head”
6. Tersedia forcep (cunam) Piper
7. Operator yang kompeten dalam menolong persalinan sungsang dan dapat melakukan
penanganan komplikasi.
Persalinan pervaginam dibagi atas :
1. Persalinan spontan (Spontaneus Breech)1,3
Yang dimaksud persalinan spontan adalah lahirnya janin seluruhnya dengan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara BRACHT.
Tahap Pertama : Fase Lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilicus
Tahap Kedua : Fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut bayi, dimana harus
dilahirkan cepat karena umbilikus dapat terjepit.
Tahap Ketiga : Fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Setelah bokong lahir, umbilikus dikendorkan terlebih dahulu, kemudian bokong dicengkeram
dan melakukan hiperlordosis pada punggung janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu.
2. Ekstraksi Parsial (Partial Breech Extraction/Assisted Breech Delivery/Manual Aid )1,6
adalah lahirnya anak secara spontan sampai batas umbilikus (pasif). Kemudian seluruh tubuh
bayi dilahirkan dengan pertolongan aktif. Pada fase pasif kita harus menunggu dengan sabar
sampai lahir tubuh bayi sebatas umbilikus.
A. Cara melahirkan bahu dan lengan ada beberapa cara:2,8
Cara Klasik (Deventer)
Adalah melahirkan bahu dan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di
ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah
simfisis.
Cara Muller
Tarik bayi vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu-
lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang
dengan menarik kaki ke atas, lalu bahu-lengan belakang dikait dengan menyapu muka.
Cara Lovset
Memutar badan janin setengah lingkaran sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
yang semula di belakang akan lahir di depan (dibawah simfsis), kemudian lahirkan bahu
berikutnya dengan memutar kembali setengah lingkaran sambil melakukan traksi curam ke
bawah sehingga bahu yang dibelakang kembali ke depan dan lahir.
B. Cara Melahirkan Kepala1,6,8
Cara Mauriceau (Veit Smellie)
Jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan penolong diletakkan pada mulut janin untuk
memfleksikan kepala, sementara lengan bawah penolong ditunggangi oleh badan janin.
Penolong kemudian mengait leher bayi dengan dua jari tangan yang lain, dan dengan memegang
kedua bahu, dilakukan traksi ke bawah sampai bagian suboksipitalis terlihat di bawah simfisis.
Badan janin kemudian diangkat ke arah abdomen ibu, dan secara berturut-turut mulut, hidung
dahi seta akhirnya oksiput akan tampak di perineum.
Cara Naujoks
Satu tangan memegang leher bayi dari depan, tangan lain memegang leher dari belakang pada
bahu, tarik bayi ke bawah dengan bantuan penolong lain menekan dari atas simfisis.
Cara Prague terbalik1,6
Cara ini dipakai bila ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sakrum dan muka bayi
menghadap simfisis. Satu tangan memegang bahu bayi dari belakang/bawah dan punggung bayi
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan lain memegang kedua pergelangan kaki, lalu
menarik bayi ke arah atas bersamaan dengan tarikan paada bahu bayi. Sehingga perut bayi
mendekati perut ibu. Dalam hal ini laring sebagai sumbu (hipomoclion).
3. Ekstraksi Totalis (Total Breech Extraction)1,3,6
Dilakukan dimana seluruh badan anak masih berada di dalam jalan lahir. Hampir seluruh ahli
kebidanan menyetujui bahwa tindakan ini hanya dilakukan bila ada indikasi darurat. Misalnya
indikasi untuk anak adalah gawat janin.
Sedangkan indikasi untuk ibu adalah penyakit – penyakit ibu yang tidak boleh mengedan.
Mortalitas anak dengan tindakan ini sangat tinggi, oleh karena itu semua ahli sependapat untuk
melakukan seksio sesaria dari pada melakukan ekstraksi totalis. Ada 2 cara melakukan Ekstraksi
Totalis, yaitu :
a. Ekstraksi kaki
Jika kaki yang turun maka dilakukan tarikan dengan memegang kaki yang turun
b. Ekstraksi bokong
Dilakukan jika bokong telah turun memasuki rongga panggul.
Cara Melahirkan Lengan di Atas Kepala atau di Belakang Leher (Nuchal Arms)
Cara melahirkan lengan di atas kepala atau di belakang leher adalah sebagai berikut :2
a. Bahu dan lengan anterior dibiarkan lahir spontan. Bila tidak bisa, lengan anterior
dikeluarkan dengan cara mengusap lengan atas janin menggunakan 2 jari penolong
berfungsi sebagai bidai.
b. Bokong janin diangkat ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan lengan posterior.
Apabila kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan
dahulu bahu dan lengan posteriornya.
Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan pervaginam:1,8
1. Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan napas
2. Prolaps tali pusat
3. Asfiksia
4. Kerusakan jaringan otak
5. Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu, tulang kepala
dan cervical.
6. Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.
Persalinan Per-abdominal
Pritchard menganjurkan untuk memperkecil morbiditas dan mortalitas pada bayi, seksio sesaria
dilakukan dalam keadaan-keadaan berikut:1,3
1. Presentasi bokong dengan bayi besar > 4000 gram
2. Presentasi bokong dengan bayi besar dengan panggul sempit serta beberapa kelainan bentuk
panggul
3. Presentasi bokong dengan kepala hiperekstensi
4. Presentasi bokong belum inpartu dan keadaan ketuban pecah dini.
5. Presentasi bokong dengan disfungsi uterus
6. Presentasi kaki atau Incomplete Breech
7. Janin Prematur yang Viable
8. Severe IUGR
9. Presentasi bokong dengan kematian perinatal sebelumnya atau riwayat trauma lahir pada
persalinan sebelumnya dan nilai sosial anak yang tinggi (anak sangat berharga).
10. Permintaan untuk sterilisasi
11. Penolong yang kurang kompeten
Penanganan aftercoming head pada persalinan per vaginam
1. Ekstraksi forcep (Cunam Piper).1,5,6,8
Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul yang sesuai dan panjang, dapat
dipergunakan untuk melahirkan kepala pada keadaan After Coming Head.
Langkah 1 : Tubuh janin disanggah keatas menggunakan kain/handuk yang hangat. Langkah 2 :
Dilakukan pemasangan cunam piper pada kepala janin yang after coming head.
Langkah 3 : Dilakukan tarikan kepala searah sumbu lahir dan ke arah atas sambil menekan supra
pubis oleh seorang penolong, sementara penolong lain memegang kain/ handuk yang menyanggah
tubuh bayi mengikuti arah tarikan kepala oleh cunam piper yang dilakukan penolong pertama.
Indikasi Cunam Piper ini setara dengan pertolongan pengeluaran kepala cara Mauriceau.
2. Insisi Duhrssen1,6,10
Insisi serviks di 1-3 arah, yaitu di arah jam 10, jam 2 dan jam 6. Namun, perluasan insisi dapat
mencapai segmen bawah rahim sehingga operator harus siap terhadap komplikasi ini.
3. Simfisiotomi1,4,6
Simfisiotomi adalah tindakan memotong jaringan ikat simfisis pubis. Dengan cara ini diameter
transversa panggul dapat diperbesar hingga 3 cm dan sudut pubis diperlebar, namun demikian hanya
terdapat sedikit peningkatan dalam diameter anteroposterior panggul. Prinsip tindakan ini:
- kepala harus berada 2/5 atau lebih di panggul
- serviks harus berdilatasi sedikitnya 8 cm pada primigravida atau 6 cm pada multipara
- tungkai ibu dalam posisi abduksi dibantu oleh asisten untuk menghindari regangan
berlebihan pada jaringan vagina saat jaringan tersebut diinsisi
- kateter ditempatkan di kandung kemih dan satu jari mendorong uretra dari dalam
vagina untuk menghindari cedera uretra
- simfisis pubis dan perineum dinfiltrasi dengan anestesi local
- scalpel ditancapkan di pertengahan sendi. Kemudian mata pisau digeser untuk
membelah jaringan ikat simfisis
- kepala janin dilahirkan
- tungkai ibu dirapatkan selama 3x24 jam post operatif
4. Zavanelli maneuver1,6,10
Cara ini adalah usaha memasukkan janin kembali ke kavum abdomen, diikuti persalinan seksio
sesarea.
5. Bila janin sudah meninggal dapat dilakukan kraniotomi.1,4
Penanganan aftercoming head pada persalinan per abdominal
Aftercoming head umumnya terjadi pada persalinan preterm, khususnya apabila dilakukan
insisi low transverse uterine incision, karena kepala harus dilahirkan secepatnya sebelum uterus
mulai berkontraksi.1,6,10
Apabila aftercoming head terjadi pada keadaan ini, maka insisi transversal dapat diperluas ke
arah vertikal, sehingga membentuk T incision. Atau sebagai alternatif lain, insisi transversal dapat
diperluas ke lateral atas guna menghindari arteri uterina. Pilihan ketiga adalah dengan memberikan
relaksan uterus jangka pendek (mis. Nitrogliserin) sebagai usaha mempermudah persalinan.6
PROGNOSIS
Prognosis ibu
Mortalitas ibu tidak banyak berbeda dengan presentasi belakang kepala, namun morbiditas
akan bertambah akibat adanya ruptura perinei.3
Prognosis janin
Mortalitas dan morbiditas pada janin menjadi lebih besar dibandingkan dengan presentasi
belakang kepala. Mortalitas dan morbiditas meningkat oleh karena setelah sebagian janin lahir maka
janin akan bernafas, terjadi aspirasi air ketuban, lendir darah, dan lain-lain.3
Hal tersebut hendaknya tidak membuat kekhawatiran terjadinya kematian atau morbiditas
perinatal membuat semua kasus presentasi bokong dilakukan bedah sesar. Argumentasi atas hal
tersebut adalah a). morbiditas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong tidak semata-mata
berkaitan dengan cara persalinannya, akan tetapi berhubungan dengan trauma persalinan, prematuritas
dan kelainan kongenital, b) protokol khusus yang dikembangkan untuk penanganan persalinan
presentasi bokong memberikan luaran yang serupa dengan luaran bedah sesar elektif.
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny.M
Umur : 30 tahun
Status : G6P5A1
Suku : Batak
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl.Ampilindo no.14,kota Medan
Tanggal Masuk : 17-04-2014
Pukul : 16.59 wib
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama : Mules-mules mau melahirkan
Telaah : Dialami os sejak tanggal 16-04-2014 pukul 20.00 WIB disertai keluar lendir
darah (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-).Tangan dan kaki tidak dapat
digerakkan sejak 1 tahun yang lalu,awalnya hanya ekstrimitas sebelah kiri tapi
sekarang tidak bisa gerakkan seluruh ekstrimitas.Riwayat demam (-),riwayat
trauma (-),Riwayat tekanan darah tinggi (-).BAK (+) normal, BAB (+)
normal.Pasien merupakan pasien poli yang direncanakan untuk Sectio cessarian
atas indikasi letak janin presentasi bokong.
RPT : Tetraparese
RPO : -
HPHT : Pasien tidak ingat
TTP : -
ANC : SpOG 2x
Bidan 3x
Riwayat Persalinan
1. Laki-laki,aterm,BBL 2200gram,klinik,PSP,bidan,11 tahun,anak sehat
2. Laki-laki,aterm,BBL 3500gram,klinik,PSP,bidan,9 tahun, anak sehat
3. Perempuan,aterm,BBL 3200gram,klinik,PSP,bidan,meninggal saat usia 2tahun
4. Laki-laki,aterm,BBL, 3000gram.klinik,PSP,bidan,6 tahun, anak sehat
5. Laki-laki,aterm,BBL 3500gram,klinik,PSP,bidan,2 tahun,anak sehat
6. Hamil ini
Status Present
Sens : CM Anemis : (-)
TD : 120/80 mmHg Icterus : (-)
HR : 88 x/i Dispnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianonis : (-)
T : 36,40C Oedem : (-)
Status Obstetrikus
Abdomen : Membesar asimetris
TFU : 3 jari bpx
Teregang : kanan
Terbawah : bokong
Gerak : (+)
His : (+) 2 x 25’’/10’
Djj : (+), 150 x/i, reguler
VT : Cx axial, Ø 3 cm, eff 100%, sel ket (+), teraba kaki pada hodge I
Sarung tangan : lendir darah (+), air ketuban (-)
Adekuasi Panggul :
- Promontorium tidak teraba
- Linea inominata teraba 2/3 anterior
- Spina ischiadika tidak menonjol
- Os sacrum cekung
- Arcus pubis tumpul
- Os coccigeus mobile
Kesan : panggul adekuat
USG : TAS
Janin tunggal, sungsang, anak hidup
FHR (+). FM (+)
Plasenta corpus anterior grd. III
BPD: 91 mm
FL: 70 mm
AC : 332 mm
AFI 6 cm
EFW : 3000 – 3200 gram
Kes: IUP (37-38 minggu ) + Letak Sungsang + Anak hidup
Hasil Laboratorium (17-04-2014)
Hb : 10,3 gr/dl
Ht : 31,2%
Leukosit : 11.600/mm3
Trombosit : 242.000/mm3
KGD ad R : 91,3 mg/dl
Na : 139 meq/l PT : 12,2’’
K : 4,4 meq/L aPTT : 32,2’’
Cl : 100 meq/L TT : 11,5’’
Ureum : 20,3 mg/fl
Creatinin : 0,45 mg/dl
SGOT : 18 u/L
SGPT : 12 u/L
Dx: Kehamilan Dalam Rahim ( 37-38 minggu ) + footling breech + Anak Hidup + Inpartu +
tetraparese
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 gr ( profilaksis ) skin test dahulu
Rencana :
- Rawat
- Terminasi kehamilan dengan Seksio Sesarea Cito
- Persiapan operasi
- Awasi VS, his, DJJ
Laporan Seksio Sesarea atas indikasi footling breech
– Pasien dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
– Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Lapangan operasi dibersihkan dengan alkohol
70%.
– Dibawah Spinal anestesi dilakukan insisi pfanensteil, dimulai dari cutis, subcutis sampai
dengan fascia.
– Kemudian fascia digunting ke atas dan ke bawah, tampak otot.
– Otot dikuakkan secara tumpul, tampak peritoneum. Kemudian peritoneum digunting, dan
dilakukan pemasangan haak blast.
– Tampak uterus sesuai dengan usia kehamilan. Dilakukan identifikasin SBR. Kemudian
dilakukan pembebasan plika vesicouterina.
– Uterus diinsisi secara konkaf, kemudian ditembus secara tumpul.
– Dengan menarik kaki, Lahir bayi laki-laki, BB : 3100 gr, PB : 49 cm, AS 8/9, anus (+).
– Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting diantaranya.
– Plasenta dilahirkan secara PTT. Evaluasi → kesan lengkap.
– Luka insisi uterus dijepit dengan oval klem. Cavum uteri dibersihkan.
– Dilakukan penjahitan uterus dengan Vicryl no 1 secara continuous interlocking, kemudian
overhecting. Evaluasi perdarahan → TAA.
– Cavum abdomen dibersihkan. Dan ditutup lapis demi lapis.
– KU ibu post SC : baik
Terapi :
– IVFD RL + Oksitocin 10-10-5-5 20gtt/i
– Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
– Inj Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
– Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/iv
Instruksi :
– Awasi vital sign, balance cairan dan tanda-tanda perdarahan
– Cek Hb 2 jam post operasi jika 8 gr/dl transfusi PRC sesuai kebutuhan.
Hasil Lab Tanggal 17/04/2014 ( Post SC )
Hb : 10,9 gr/dL
Ht : 32,2 %
Leukosit : 19.850/mm3
Trombosit : 276.000/mm3
Follow up tanggal 18-04-2014
KU : nyeri luka operasi
Pemeriksaan Fisik
Sens : sadar penuh
TD : 120/80 mmHg
HR : 84x/i
RR : 20 x/i
T : 36,8 0C
Pemeriksaan lokal
Thorax : SP : Vesicular
ST : -
Abdomen : Soepel, luka operasi tertutup verband
TFU : 1 jari bawah pusat
Kontraksi : (+)
Peristaltik : (+)
Perdarahan P/V : (-)
ASI : (-)
Lochia : rubra
BAK : (+), 350 cc/3 jam
BAB : (-), flatus (+)
Dx : Post SC a/i footling breech + tetraparese + NH2
Terapi :
– IVFD RL 20gtt/i
– Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
– Inj Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
– Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/iv
– Folley catheter menetap
Rencana :
- Aff kateter, mobilisasi bertahap
- Konsul neurologi untuk ambil ahli pasien
Follow up tanggal 19-04-2014
KU : nyeri luka operasi berkurang
Pemeriksaan Fisik
Sens : sadar penuh
TD : 130/80 mmHg
HR : 84x/i
RR : 20 x/i
T : 36,8 0C
Pemeriksaan lokal
Thorax : SP : Vesicular
ST : -
Abdomen : Soepel, luka operasi tertutup verband
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi : (+)
Peristaltik : (+)
Perdarahan P/V : (-)
ASI : (+)/(+)
Lochia : rubra
BAK : (+), 100cc/2 jam
BAB : (+), flatus (+)
Dx : Post SC a/i footling breech + tetraparese + NH2
Terapi :
– IVFD RL 20 gtt/i
– Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
– Inj Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
– Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/iv
Rencana :
- Aff infus, ganti oral, mobilisasi lanjut
Follow up tanggal 20-04-2014
Pasien diambil alih oleh neurologi
Analisa kasus
Faktor predisposisi presentasi bokong yaitu multiparitas sebagaimana pada pasien yang
merupakan kehamilan yang ke-enam. Ultrasonografi atau USG dapat dipergunakan untuk
menentukan lokasi kepala janin, memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan untuk
menentukan usia kehamilan serta kesejahteraan janin.Dari hasil USG pasien tampak
presentasi letak sungsang. Ada 3 klasifikasi dari presentasi bokong yaitu complete
breech,incomplete breech dan frack breech.
Klasifikasi presentasi bokong pada pasien ini adalah dengan footling breech yaitu salah
satu atau kedua kaki dijumpai dulu, dengan bokong pada posisi yang tinggi. Ini jarang tetapi
relatif umum pada janin premature. Secara garis besar ada dua cara persalinan presentasi
bokong yaitu pervaginam dan perabdominal ( seksio sesaria ).Dengan menggunakan kriteria
Zatuchni dan Andros mendapati skornya adalah 4, ini merupakan Evaluasi kembali secara
cermat, khususnya taksiran berat janin, bila tidak yakin/alat diagnosa penunjang tidak ada,
dapat dilakukan persalinan per abdominal.
PERMASALAHAN
1. Apakah penanganan pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah seksio sesarea merupakan pilihan terminasi yang paling tepat dibandingkan
dengan persalinan pervaginam pada kasus ini ?
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham G, Leveno JK, William Obstetrics 21nd Edition, McGraw Hill, 2005
2. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Edisi
keempat, Jakarta, 2008, hal 588-597
3. Hariadi R, Ilmu Kedokteran Fetomaternal Edisi Perdana, Penerbit himpunan kedokteran
fetomaternal perkumpulan obstetrik dan ginekologi Indonesia, Surabaya, 2004, hal 484-489
4. Baker P, Obstetrics by ten teachers 18th edition, Oxford university press, Amerika, 2006, p.
262-25
5. Vaginal Breech Delivery, available from Alarm International Second Edition, 108
6. Fischer R, Breech Persentation, last update July 7 2009, available from
http://www.emedicine.com/med/OBSTETRICSGYNECOLOGY/topic3272.htm
7. Gallagher K, Breech Position and Breech Birth, last update January 2010, available from :
http://www.revolutionhealth.com/articles?id=tx1038
8. Minihane C, Head entrapment and neonatal outcome by mode of delivery in breech deliveries
from twenty-four to twenty-seven weeks of gestation, available from
ile:///G:/Head-entrapment-and-neonatal-outcome-by-mode-of-delivery-in-breech-deliveries-
from-twenty-four-to-tw.html
9. Military Obstetrics & Gynecology, Breech Delivery, available from
http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/AbnormalLandD/
Breech.htm
10. Hanretty K. P, Obstetrics illustrated, sixth edition, Churchill livingstone, 2004