PratiKum

49
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya sehingga laporan praktikum teknologi beton ini dapat kami selesaikan. Kegiatan praktikum teknologi sangat bermanfaat untuk melengkapi teori-teori yang kami dapat di bangku kuliah, serta sebagai bekal kami saat terjun ke dalam masyarakat. Seluruh kegiatan yang kami lakukan dan kami tuliskan dalam laporan ini, mengikuti petunjuk dari buku panduan teknilogi beton yang dikeluarkan oleh laboratoriumFakukultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Panca bakti. Adapun pemeriksaan yang akan dilakukan dalam pratikum teknologi beton ini yaitu : a. Analisis Kadar Air Agregat b. Analisis Berat Volume Agregat c. Analisis Kadar Lumpur

Transcript of PratiKum

Page 1: PratiKum

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia Nya sehingga laporan praktikum teknologi beton ini dapat kami

selesaikan.

Kegiatan praktikum teknologi sangat bermanfaat untuk melengkapi teori-

teori yang kami dapat di bangku kuliah, serta sebagai bekal kami saat terjun ke

dalam masyarakat.

Seluruh kegiatan yang kami lakukan dan kami tuliskan dalam laporan ini,

mengikuti petunjuk dari buku panduan teknilogi beton yang dikeluarkan oleh

laboratoriumFakukultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Panca bakti.

Adapun pemeriksaan yang akan dilakukan dalam pratikum teknologi beton

ini yaitu :

a. Analisis Kadar Air Agregat

b. Analisis Berat Volume Agregat

c. Analisis Kadar Lumpur

d. Analisis Berat Jenis Agregat

e. Analisis Saringan Agregat

f. Analisis Ketahanan Aus Agregat

g. Perancangan serta Uji Tekan Beton

Kami menyadari bahwa penulisan laporan pratikum teknonolgi beton ini

masih banyak kekurangan, meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin.

Page 2: PratiKum

Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kami manusia yang tak luput dari

kekeliruan.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar

kami bisa menghasilkan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Lewat kesempatan

ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Sondang Sylvia Manurung, ST selaku dosen mata kuliah teknologi

beton.

2. Ajuani, ST selaku laboran yang telah membimbing kam

menyelesaikan pratikum ini.

3. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam mengerjakan segala

tugas yang diberikan dalam pratikum ini.

Semoga laporan pratikum teknologi beton ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Page 3: PratiKum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Material konstruksi yang paling umum digunakan dalam pembangunan saat ini

adalah beton dan baja. Masing-masing material konstruksi tersebut memiliki sifat-

sifat berbeda, baik sifat menguntungkan maupun sifat yang merugikan. Namun

sampai saat ini beton merupakan naterial yang paling disukai dan sering

digunakan dalam pembuatan konstruksi bangunan, baik bangunan besar maupun

bangunan kecil.

Sebelum perang duni ke II, beton yang dihasilkan di Indonesia hanya bisa

mencapai kekuatan 60-100 kg/cm2. Namun dewasa ini, kekuatan beton yang di

pakai di Indonesia berkisar antara 200-300kg/cm untuk konstruksi bangunan biasa

sedangkan untuk bangunan tinggi dan jembatan pratekan antara 350-500kg/cm.

Dengan demikian berkembangnya pengetahuan di bidang teknologi beton, maka

perkiraan pada masa mendatang, beton dengan mutu beton yang lebih tinggi akan

mudah diperoleh.

1.2 TUJUAN PRATIKUM

Secara umum tujuan dilaksanakan Pratikum Teknologi Beton ini adalah agar para

mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat campuran beton, baik sebagai elemen

maupun sebagai struktur. Sedangkan secara khusus, dilaksanakannya pratikum

Page 4: PratiKum

Teknologi Beton ini bertujuan agar mahasiswa dapat :

a. Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat.

b. Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan.

c. Menentukan presentase kadar lumpur dalam agregat halus.

d. Menentukan ketahanan keausan kerikil/batu pecah.

e. Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan

kekuatan beton tekan karakteristik dan slump rencana.

f. Menentukan ukuran derajad kemudahan pengecoran adukan basah/segar

g. Membuat benda uji untuk pemeriksaaan kekuatan beton, dan

h. Menentukan kekuatan beton berbentuk silinder yang di buat dan di rawat

(cured) di laboratorium.

1.3 LINGKUP PERCOBAAN

Lingkup percobaan yang di lakukan dalam pratikum ini adalah serangkaian

pengujian laboratorium terhadap unsur-unsur pembentukan beton yang mencakup

pemeriksaan agregat, pemeriksaan kadar lumpur pada agregat dan pemeriksaan

kadar air dalam melakukan perencanaan campuran beton dengan kuat

karakteristik yang telah di tentukan.

Selama percobaan dengan penelitian ini di lakukan di laboratorium Fakultas

Teknik Universitas Panca Bhakti Pontianak.

Page 5: PratiKum

MATERIAL PENYUSUN BETON

1.1 PENDAHULUAN

Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan

oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan di

tambah dengan pasta semen. Singkatnya bahwa pasta semen mengikat pasir dan

bahan agregat lain (batu pecah, kerikil, basalt, dsd). Rongga di antara bahan kasar

di isi oleh agregat halus. Untuk itu harus ada perbandingan yang optimal antara

campuran yang bentuknya berbeda-beda agar pembentukan beton dapat

dimanfaatkan oleh seuruh material. Beton yang baik (bertulang atau tidak), harus

cukup kuat menahan beban yang bekerja kepadanya. Sifat-sifat beton yang baik

antara lain : kedap air, awet (tahan lama), tidak banyak mengalami penyusutan,

tidak retak, tidak lapuk, dan pecah-pecah serta permukaannya harus tahan

terhadap pengausan. Untuk itu, mutu beton sangat tergantung pada pemakaian

semen, ukuran agregat, mutu agregat, jenis bahan campuran, kualitas air,

perbandingan semen dan air, percampuran material penyusun beton serta

perawatan yang dilakukan. Dengan memenuhi persyaratan di atas, maka didalam

perncangan campuran beton akan di dapat mutu beton yang baik sesuai rencana.

2.2 SEMEN

Semen adalah suatu hasil produksi yang dibuat di pabrik semen. Pabrik semen

memproduksi bermacam-macam jenis semen dengan sifat dan karakteristik yang

berlainan. Semen di pakai sebagai petunjuk sekelompok bahan ikat hidrolik untuk

pembuatan beton. Hidrolik berarti :

Page 6: PratiKum

- Semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa.

- Semen produksi keras (batuan semen) yang kedap air

Semen di bedakan dalam dua kelompok utama :

1. Semen dari bahan klinker-semen portland

- Semen portland

- Semen portland abu terbang

- Semen portland berkadar besi

- Semen tanur tinggi

- Semen portland trans / puzzolan

- Semen portland putih

2. Semen lain

- Alumunium semen

- Semen bersulfat

Perbedaan di atas berdasarkan karakter dan reaksi pengerasan kimiawi. Semen

dari kelompok satu dengan yang satu tidak bereaksi (membentuk persenyawa

lain). Semen kelompok dua bila saling di campur dengan kelompok satu akan

membntuk persenyawaan baru. Ini berarti bahwa semen dari kelompok dua tidak

boleh dicampur. Semen portland dan semen portland abu terbang adalah semen

yang umum di pakai di indonesia.

Semen portland di buat dengan semen hidrolis yang dihasilkan dengan

menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang

Page 7: PratiKum

bersifat hidrolis di tambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat (umumnya

gips). Klinker semen portland di buat dari batu kapur (CaCO3), tanah liat dan

semen biasanya di bangun di sekitar gunung kapur. Bahan dasar dari klinker

semen portland dapat di pabrikasi secara dua proses (basah dan kering). Pada

proses basah, sebelum dibakar, bahan dasar di campur dengan aor (slurry) dan

digiling sampai halus berupa “bubur halus” selanjutnya kedua produksi ini di

bakar dalam tanur putar datar pada temperatur yang tinggi sehingga di peroleh

klinker semen portland.

Bahan utama dari klonker adalah :

- Dikalsium silikat 2CaOSiO□ atau C□S

- Trikalsium silikat 3CaOSiO□ atau C□S

- Trikalsium aluminat 3CaOAL□O□ atau C□A

- Tetra kalsium aluminat ferit 4CaOAL□O□2Fe□O□ atau C□AF

Akhirnya semen portland didapat dengan cara menggilas klinker tersebut dalam

kilang peluru (kogelmolens) sampai halus dengan ditambah beruoa persen gips

(CaSO□2H□O).

2.3 AGREGAT

Page 8: PratiKum

Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling di ikat oleh perekat

semen. Agregat yang umum di pakai adalah pasir, kerikil, dan batu pecah.

Pemilihan agregat tergantung dari :

- Syarat-syarat yang di tentukan beton

- Persediaan lokasi pemnuatan beton, dan

- Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan waktu

Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat di pengaruhi suatu

pembiayaan yang sepintas lalu dapat di lakukan sebagai berikut :

- Agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt)

- Agregat halus (puing batu, terak lahar, serbuk batu/bims)

- Agregat kasar (bariet, biji besi magnetis dan limoniet)

Kecuali agregat alami, dapat juga di gunakan produk alamisinter atau terbakar.

Beton gilas atau puing tembik batu bata. Berdasarkan ukuran butirnya, agregat

terbagi atas :

a. Agregat kasar, yaitu bagian agregat mineral yang tertahan oleh saringan no.

4 (4.76 mm). Agregat kasar terdiri dari kerikil, kerikil pecag dan batu pecah.

b. Agregat halus, yaitu bahan berupa butiran yang lolos saringan 3/8 “, hampir

semuanya lolos saringan no. 4 dan sebagian tertahan oleh saringan no. 200 (0,

074) agregat halus berupa pasir di dapat sebagai disentegrasi secara alami

serta abrasi atau pengausan batu karang atau batu pasir (stand stone). Untuk

menentukan salah satu sifat dari sifat agregat dapat di lihat dengan

Page 9: PratiKum

menentukan modulus kehausan agregat yang tertahan di atas suatu saringan

standart di bagi 100. Ukuran saringan yang digunakan : no ; 200, no ; 100, no;

50, no; 30, no; 8, no; 4, saringan 3/8”, saringan ½”, saringan ¾”, saringan

1,5”, dan saringan 2”.

2.4 AIR

Penggunaan air dalam campuran beton bertujuan agar terjadi reaksi antara

semen dan air yang menyebabkan cairan mengeras setelah beberapa waktu.

Untuk tujuan ekonomis, air yang ditambah dalam campuran beton lebih

banyak, disamping itu pula akan memudahkan di dalam pelaksanaannya.

Namun perlu lebih juga di ingat bahwa pemberian air yang terlalu banyak

akan menyebabkan berkurangnya kekuatan beton.

Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air maka sangat

diperlukan agar memeriksa apakah air yang digunakan memenuhi syarat

tertentu seperti tidak mengandungbahan perusak misalnya fosfat, minyak

asam, alkali, bahan organis atau garam.

Proses hidrolis akan berlangsung baik apabila air yang dipakai adalah air

tawar murni. Dalam hal ini air juga di gunakan untuk perawatan beton dengan

membasahi beton yang sudah jadi.

BAB II

Page 10: PratiKum

PERCOBAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR DAN HALUS

1. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui atau menentukan kadar air pasir dengan cara kering oven.

2. Peralatan

- Timbangan

- Oven

- Pan atau wadah aluminium

3. Bahan

Agregat halus dan kasar dalam kondisi asli atau SSD.

4. Prosedur

- Timbang dab catat berat talam (W1)

- Masukan benda uji kedalam talam ± 600 gr, kemudian berat talam + benda

uji timbang. Catat beratnya (W2).

- Hitung berat uji W3 = W1 + W2

- Keringkan contoh bersama talam dalam oven selama 24 jam

- Setelah kering, contoh ditimbang dan didapatkan berat benda uji beserta

talam (W4)

- Hitung berat benda uji kering W5 = W4 + W1

5. Perhitungan

Kadar air agregat = W 3−W 5W 3

x 100 %

Page 11: PratiKum

BAB III

PERCOBAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR DAN HALUS

1. Tujuan

Menentukan berat volume agregat kasar dan halus baik dalam keadaan

lepas maupun terikat.

2. Peralatan

- Timbangan

- Takaran berat volume

- Alat peronjok dari besi diameter 16 mm panjang 60 cm ujung bulat

3. Bahan

Agregat kasar dan halus dalam keadaan asli

4. Prosedur

a. Tanpa rojokan atau lepas

- Silinder diisi agregat sampai penuh dan angkat setinggi 15 cm, di

jatuhkan de lantai 3 x kemudian di ratakan permukaannya.

- Timbang silinder yang telah diisi agregat

b. Dengan rojokan\

- Silinder dalam keadaan kosong ditimbang

- Silinder diisi dengan agregat 1/3 bagian, dirojok 25 x. Demikian

hingga penuh, dirojok 25 x. Permukaannya diratakan.

Page 12: PratiKum

- Timbang silinder yang sudah terisi penuh agregat.

-

BAB IV

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR

Pemeriksaan kadar lumpur untuk agregat kasar

1. Tujuan

Mengetahui kadar lumpur agregat kasar

2. Peralatan

- Timbangan

- Saringan no 200 dan 50

- Pan atau wadah

- Oven

3. Bahan

- Agregat kasar kering oven

- Air bersih

4. Prosedur

Kadar lumpur = 11'1−11 ' 211 ' 1

x100 %

B. pemeriksaan kadar lumpur agregat halus

1. Tujuan

Page 13: PratiKum

Menentukan banyaknya kadar lumpur agregat halus

2. Peralatan

- Botol bening

- Penggaris / mistar

3. Bahan

- Agregat halus (pasir) asli

- Air bersih

4. prosedur

- Botol bening diisi pasir secukupnya dan air bersih hingga penuh

- Tutup rapat botol bening, lalu kocok beberapa menit

- Didiamkan selama 24 jam

- Endapan lumpur dan pasir masing-masing diukur tingginya

5. Perhitungan

Kadar lumpur ¿T 2

1=T 2x 100 %

Page 14: PratiKum

BAB V

PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT

Tujuan : menentukan berat jenis agregat pada kondisi SSD.

A. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar dan halus

1. Peralatan

- Timbangan

- Labu takar 500 cc

- Oven

- Pan atau wadah

- Kerucut dan rojokan SSD

2. Bahan

- Agregat halus

3. Prosedur

Penyiapan pasir untuk kondisi SSD

Keringkan pasir dengan bantuan sinar matahari sampai kondisi

SSD

Tempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak menghisap

air

Page 15: PratiKum

Isi kerucut SSD 1/3 tingginya, rojok 9 x. Isi lagi 1/3 tingginya dan

rojok 8 x, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 x.

Ratakan permukaan dan angkat kerucut, diusahakan sampai pasir

gugur tetap berpuncak, ini merupakan SSD.

- Timbang labu takar 500 cc

- Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gr dan masukn pasir

kedalam labu takar dan timbang

- Isi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih sampai penuh,

kemudian didihkan menggunakan sampai gelembung-gelembung

udara dalam pasir udara.

- Kemudian dinginkan terlebih dahulu sebelum ditambahkan dengan air

hingga kapasitas dan timbangan.

- Keluarkan psir dan air dari labu takar, dan labu takar di bersihkan

kemudian pasir di tiriskan dan dimasukan ke dalam oven selama 24

jam.

4. Perhitungan

Berat jenis semu = Bt

B+Bk−Bt

Berat jenis kering permukaan jenuh = 500

B+500−Bt

Berat jenis kondisi SSD = Bk

B+500−Bt

Persentase asorbasi (penyerapan) =500−BkBk

x100%

Page 16: PratiKum

B. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar

1. Peralatan

- Timbangan

- Keranjang kawat tergantung pada timbangan

- Oven

- Pan atau wadah

- Kain lap

2. Bahan

- Agregat

3. Prosedur

- Penyiapan agregat untuk kondisi SSD

# rendam agregat kasar dalam wadah selama 24 jam

# selanjutnya angkat dan lap agregat kasar tersebut satu

persatu

- Timbang batu pecah kurang lebih 3000 gr

- Masukan keranjang yang berisi agregat kasar tersebut kedalam air

- Timbang berat dalam air _(keranjang dan kerikil)

4. Perhitungan

- Berat jenis = Bk

Bj−Ba

- Berat kering permukaan =Bk

Bj−Ba

- Berat jenis semu (Apparent) =Bk

Bk−Ba

Page 17: PratiKum

- Penyerapan (absorbsi) = Bj−BkBk

x100 %

BAB VI

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS

1. Tujuan

Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dan agregat halus,

yang diperlukan dalam perancnagan adukan beton.

2. Peralatan

- Timbangan

- Perangkat saringan agregat kasar

- Oven dengan suhu (110±5)

- Alat pemisah contoh (sample spliter)

- Mesin penggetar saringan

- Talam

- Kuas, kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya

- Penggaris atau mistar

3. Bahan

Agregat kasar dan agregat halus yang telah dikeringkan atau diovenkan

Page 18: PratiKum

4. Prosedur

a. Benda uji dikeringkan dalam oven sampai berat contoh teta, kemudian

timbang sgregat kasar sebanyak 10000 gr dan agregat halus sebanyak

1000 gr.

b. Bersihkan agregat kemudian susun saringan yang besar ke yang kecil

c. Masukan agregat ke dalam ayakan dan di getarkan dengan mesin

penggetar selama menit.

d. Agregat yang tertinggal pada tiap ayakan ditimbang.

5. Perhitungan

a. Hitunglah presentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-

masing saringan terhadap berat total benda uji

b. Analisa gradasi dengan menetapkan jumlah presentasi lolos saringan

atau yang tertahan saringan.

c. Membuat grafik akumulasi (kurva gradasi)

d. Memeriksa grafik dengan batasan kurva gradasi untuk perencnaan

campuran beton

e. Modulus kehalusan dicari dengan rumus

MK = jumlah presentase komulatif tertahan

100

Page 19: PratiKum

BAB VII

PEMERIKSAAN KETAHANAN AUS AGREGAT KASAR

1. Tujuan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui aus agregat kasar, yang

nantinya sebagai tentang kekerasan dan keausan agregat kasar, dan

memberikan kemungkinan terjadinya pecah butir-butir agregat kasar

selama penumpukan, pemindahan maupun selama pengangkatan.

Kekerasan agregat berhunungan dengan kekuatan beton yang dibuat.

2. Peralatan

- Mesin aus angeles. Mesin ini terdiri dari silinder baja yang tertutup

pada sisinya dengan diameter 71 cm, panjang 50 cm. Silinder

tertumpu pada sumbu horizontal tempat silinder itu berputar.

Terdapat lubang untuk memasukan benda uji tutupnya terpasang

sedemikian rupa sehingga permukaan bagian dalam silinder tidak

terganggu. Di bagian dalam silinder tersebut terdapat bilah baja

melintang setinggi 8.9 cm.

Page 20: PratiKum

Bola-bola yang dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat

masing-masing antara 390 gr.

- Timbangan

- Saringan no 12

- Pan/wadah

- Oven

3. Bahan

Agregat kasar kering oven

Berat dan gradasi benda uji.

Lubang ayakan berat benda uji

Lewat Tertinggal gradasi a gradasi b gradasi c

38,10 25,40 1.250 - -

25,40 19,05 1.250 - -

19,05 12,70 1.250 2.500 -

12,70 9,51 1.250 2.500 -

9,51 6,35 - - 2.500

6,35 4,75 - - 2.500

Jumlah berat benda uji 5.000 5.000 5.000

jumlah bola-bola yang sesuai untuk gradasi benda uji.

Gradasi Jumlah bola Berat semua bola

A 12 5.000+/-25

B 11 4.584+/-25

Page 21: PratiKum

C 8 3.300+/-20

4. Prosedur

- Masukan bola-bola uji kedalam mesin los angeles.

- Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, sebanyak 100

kali.

- Setelah diputar yang ke 100. Keluarkan benda uji dari mesin dan

letakan di atas ayakan no 12 dan ayak. Butiran yang tertinggal di

atas ayakan tersebut ditimbang.

- Kemudian agregat kasar tersebut dimasukan kedalam meskan los

angeles dan diputar sebanyak 400 kali.

- Keluarkan benda uji dan letakan diatas ayakan no 12, butiran-

butiran yang tertinggal diatas ayakan no 12 ditimbang.

5. Perhitungan

Keausan =A−BA

x 100

Keausan = B−CB

x100

Dimana

A = berat agregat sebelum di uji

B = berat benda uji setelah diputar 100 kali

C = berat benda uji setelah diputar 500 kali

Page 22: PratiKum

BAB VIII

CAMPURAN BETON

A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON

1. Tujuan

Menentukan komposisi komponen / unsur beton basah dengan

ketentuan kekuatan tekan karakteristik dam slump rencana.

2. Peralatan

- Timbangan

- Wadah

- Perojok

- Sendok semen

Page 23: PratiKum

- Satu test slump

- Cetakan kubus

3. Bahan

- Air yang dicampur garam sebanyak 25%

- Semen tiga roda

- Pasir P. Limbung

- Batu pecah yang telah memenuhi syarat dan ketentuan

4. Prosedur

Perencanaan campuran beton berdasarkan SKSNI 1993

B. PELAKSAAN CAMPURAN

setelah ditetapkan unsur-unsur campuran, prosedur pratikum untuk

pelaksaan campuran beton adalah sebagai berikut :

1. Persiapan bahan dan campuran sesuai dengan rencana berat pada

wadah terpisah.

2. Persiapan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana

3. Masukan agregat kasar dan halus kedalam wadah

4. Dengan menggunakan skop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran

agregat.

5. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses

6. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan ulangi proses untuk

mendapatkan konsistensi adukan.

7. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah, dan ulangi proses

untuk mendapatkan konsistensi adukan.

Page 24: PratiKum

8. Lakukan pemeriksaaan slump

9. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan

benda uji silinder beton. Jika belum tercapai slump yang diinginkan

tambahkan sisa air dan lakukan pengadukan kembali

10. Lakukan perhitungan berat jenis beton

11. Buat uji kubus sesuai dengan petunjuk

12. Jumlah benda uji ditetapkan berdasarkan volume adukan

13. Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan,

terutama pemakaian jumlah air dan slump.

C. PERCOBAAN SLUMP

1. Tujuan

Penentuan ukuran derajad kemudahan pengecoran adukan beton.

2. Peralatan

- Cetakan berupa kerucut terpacung dengan diameter bagian

bawah 20 cm, bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas

dan bawah cetakan terbuka.

- Tongkat pemadat dengan diameter 18 mm, panjang 60 cm.

Ujung dibulatkan dan sebaiknya bahan tongkat dari baja tahan

karat.

- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air

- Sendok cekung

3. Bahan

Contoh beton segar sesuai isi cetakan

Page 25: PratiKum

4. Prosedur

- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah

- Letakan cetakan diatas pelat. Istilah cetakan sampai penuh

dengan beton segar dalam 3 lapis. Setiap lapis karat-karat 1/3

isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat

sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus

masuk tepat sampai bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada

lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan

tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.

- Setelah pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan

pemadat. Tungu sesama setengah menit, dan dengan jangka

waktu ini semua kelebihan beton agar disekitar beton

dibersihkan.

- Cetakan diangkat perlahan tegak lurus keatas

- Balikan cetakan dan diletakan di samping benda uji

- Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan

tinggi puncak cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.

5. Perhitungan

Nilai slump = tinggi – tinggi rata-rata benda uji

Nilai slump dinyatakan dalam satuan cm.

Page 26: PratiKum

BAB IX

PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BENDA UJI

A. PEMBUATAN BENDA UJI

1. Tujuan

Membuat bend auji pemeriksaan kekuatan beton

2. Peralatan

- Cetakan kubus dengan ukuran 15 x 15 x15 cm

- Tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 300 mm

- Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk

- Timbangan dengan ketelitian sesuai kebutuhan

- Mesin tekan yang kapasitas sesuai kebutuhan

- Satu set alat pelapis (camping)

- Peralatan tambahan: ember, sekop, sendok perata talam

3. Prosedur

Benda uji kubus harus dibuat dengan yang sesuai

dengan benda uji yang sebelumnya sudah disapu

dengan solar.

Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan

menggunakan alat lain yang tidak menyerap

Padatkan adukan dalam cetakan sampai permukaan

adukan mengkilap

Page 27: PratiKum

Isilah cetakan dengan adukan beton didalam 2 lapis,

tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali tusukan secara

merata. Pada saat melakukan pemadatan untuk lapisan

kedua dan ketiga, diusahakan tidak mengenai lapisan

pertama. Setelah selesai melakukan pemadatan, cetakan

diketukan secara perlahan-lahan sampai rongga bekas

tusukan tertutup kemudian ratakan. Biarkan beton

didalam cetakan selama 24 jam

Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan benda uji,

kemudian benda uji ditutup dengan karung goni yang

sudag dibasahi untuk perawatan.

B. PERSIAPAN PENGUJIAN

1. bersihkan permukaan benda uji yang akan dilakukan pengujian

2. timbang beratnya dan ukurannya

3. pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari

C. PEMERIKSAAN KUAT TEKKAN BETON

1. Tujuan

Menentukan kekuatan beton yang berbentuk kubus yang dibuat dan

dirawat di laboratorium. Kekuatan beton adalah perbandingan terhadap

luas penampang beton.

2. Pengujian

Page 28: PratiKum

Sebelum benda uji dilakukan pengetesan tekan beton, dilakukan

pengeringan sampel beton ditimbang itu baru bisa dilakukan pengujian

kuat beton.

3. Perhitungan

- Analisis kekuatan tekan beton karakteristik : σ’bk

Dari hasil pengumpulan data kekuatan hancur tekan beton, dilakukan penentuan

tegangan tekan karakteristik ini diperoleh dengan menggunakan rumusan statistik

sebagai berikut:

Menentukan nilai diviasi standart benda uji :

S = standar deviasi

σb = kekuatan tekan beton yang dapat dari masing-masing benda uji

n = jumlah benda uji

rumus :

σ bm∑ σb

n

- Menghitung nilai kekuatan tekanan beton karakteristik, dengan kemungkinan

adanya kekuatan tidak memenuhi syarat :

σbk = σbm – 1,725 s

k = 1,725 dengan benda uji 20 buah

- Nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah b

dibandingkan dengan nilai rencana disebut benda uji memenuhi persyaratan

Page 29: PratiKum

mutu bila nilai ada lebih besar dari nilai rencana. Benda uji tidak memenuhi

syarat apabila mutu kekuatan tekan kurang dari nilai rencana.

- Hasil percobaan

Umumnya pemeriksaan ditetapkan untuk beton umur 3,7,14,21, atau 28 hari.

Pada pengujian ini dilakukan pada umur 28 hari.

- Perhitungan

- Buatlah analisis perhitungan kekuatan tekan karakteristik beton sesungguhnya

bandingkan standar deviasi benda uji :

- Menetapkan kekuatan tekan karakteristik beton :

Σbk = σbm – 1,725 . S

BAB X

PENUTUP

Setelah melakukan pratikum teknologi beton selama 28 hati, kami mencoba

memberi kesimpulan dan saran tentang berbagai hal yang terkait dengan hasil

pelaksanaan pratikum yang telah dilakukan.

A. PENGUJIAN BAHAN

Dari hasil pengujian bahan diperolej hasil-hasil sebagai berikut :

1. Percobaan kadar air agregat kasar dan halus

Dari hasil pratikum yang kami lakukan dan perhitungannya didapat hasil :

Kadar air untuk agregat kasar adalah 0,319

Kadar air untuk agregat halus adalah 1,279

Page 30: PratiKum

2. Percobaan berat volume agregat kasar dan halus

Dari hasil percobaan yang kami lakukan didapat hasil :

Berat volume agregat kasar dengan rojokan : 1,514

Berat volume agregat kasar tanpa rojokan : 1,337

Berat volume agregat halus dengan rojokan : 1,325

Berat volume agregat halus tanpa rojokan : 1,237

Jadi dapat disimpulkan bahwa berat volume agregat dengan rojokan lebih

besar dari pada tanpa rojokan.

3. Pemeriksaan kadar lumpur

Dari hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar didapat 3,32%< 5%.

Dan untuk agregat halus didapat 1,215%<5%. Kedua kadar lumpur

agregat tersebut memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai adukan

beton.

4. Pemeriksaan berat jenis agregat

Dari hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan halus

didapat :

Berat jenis permukaaan jenus agregat kasar : 2,763

Penyerapan agregat kasar : 0,043

Berat jenis permukaan jenuh agregat halus : 2,618

Penyerapan agregat halus : 0,014

Hasil percobaan ini digunakan untuk menentukan berat jenis agregat campuran

yang nantinya akan digunakan dalam perancnagan adukan beton.

Page 31: PratiKum

5. Analisa saringan agregat kasar dan agregat halus

Dari hasil percobaan yang kami lakukan di dapat hasil :

Untuk agregat kasar :

MHB agregat kasar : 2,7 termasuk agregat campuran

Untuk agregat halus :

MHB agregat halus : 2,06 termasuk pasir putih

Berdasarkan greafik termasuk pada daerah gradasi II

Jadi dapat disimpulkan bahwa agregat kasar termasuk dalam jenis agregat

campuran dan agregat halus termasuk dalam jenis pasir halus.

6. Pemeriksaan ketahanan aus agregat kasar

Dari hasil percobaan ketahanan aus pada agregat kasar dengan

menggunakan los angeles di dapat :

Pada putaran ke 100 kali, nilai keausan : 5,36%<10%

Pada putaran ke 500 kali, nilai keausan : 22,06%<40%

Jadi dapat disimpulkan bahwa agregat kasar memenuhi syarat keausan bahan

sehingga layak digunakan dalam campuran beton.

7. Campuran beton (pengujian slump)

Hasil pengujian slump yang didapatkan dalam campuran beton, saat

didiamkan selama 30 menit adalah sebagai berikut :

Adukan pertama slump yang didapat : 1,50 cm

Adukan kedua slump yang didapat : 3,50 cm

Adukan ketiga slump yang didapat : 3,20 cm

Adukan keempat slump yang didapat : 2,50 cm

Page 32: PratiKum

Rata-rata slump yang di dapat : 2,675 cm

Nilai slump yang didapat dipengaruhi oleh kadar air yang ada pada

adukan beton dan cara pengadukan.

B. PENGUJIAN TEKAN

Dari hasil pengujian tekan didapat hasil sebagai berikut :

Mutu beton yang disyaratkan f’c = 17,89 Mpa dengan benda uji silinder,

ekivalen dengan K 225 pada benda uji kubus. Pada pratikum ini

menggunakan kubus sebanyak 20 kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm.

Dari pengujian kuat tekan beton dengan menggunkan air yang di campur

garam sebanyak 35 gr/ltr dapat hasil :

F’c hasil tekan = 18,02 Mpa > 17,89 Mpa, atau σ bk = 226,480 kg/cm2

Dari hasil uji kuat tekan beton diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan.

C. KESIMPULAN AKHIR

Dari hasil pengujian kuat tekan beton yang telah dilakukan selama 28 hari,

dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan yang dihasilkan darp pratikum

yang kami lakukan lebih besar dari pada kuat tekan yang disyaratkan.

Namun apabila mutu beton yang di dapat lebih rendah dari yang

disyaratkan maka hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal :

1. Mutu bahan yang kurang memadai karena tidak semua bahan

dilakukan pemeriksaan, seperti air dan semen.

2. Ketelitian menghitung

Pembacaan skala grafik kurang tepat, hal ini dipengaruhi grafik yang

digunakan diperbesar.

Page 33: PratiKum

3. Ketelitian menimbang

Kurang tepat membaca bacaan pada timbangan dan terburu0buru

dalam menyimpulkan nilai bacaan, serta timbangan tidak di netralkan

terlebih dahulu.

4. Ketelitian mengaduk : kuat tekan yang disyaratkan sebesar 22,5 Mpa

ialah nilai kuat tekan yang cukup besar. Tapi pengadukannya masih

dilakukan secara manual, sehingga pencampuran adukan beton kurang

merata.

5. Pemadatan yang dilakukan kurang merata, hal ini dapat dilihat dari

berat beton yang didapat.

6. Nilai slump yang besar, yang dioengaruhu oleh :

Jumlah air yang relatif banyak

Tidak ada kontrol terhadap kadar air dan daya serap

7. Ketelitian pengujian tekan dipengaruhi oleh :

Faktor manusia seperti : kadang-kadang berhenti saat

memompa alat uji, membuat tekanan yang diberikan tidak

maksimal.

Faktor alat : kerusakan kecil pada alat, karena sudah lama

digunakan.

D. SARAN

1. Pada pengujian bahan contoh yang diambil minimal dua yang

digunakan.

Page 34: PratiKum

2. Dalam pemeriksaan uji tekan beton, sebaiknya digunakan jumlah

contoh yang banyak untuk hasil yang mewakili.

3. Pada setiap proses penimbangan, harus bisa membaca badaan dan

kondisi timbangan harus diperhatikan.

4. Jika hasil yang didapat dari pemeriksaan contoh bahan menyatakan

bahwa bahan yang akan digunakan tidak memenuhi persyaratan yang

telah ditentukan, sebaiknya pemilik proyek harus bisa mengambil

sikap yang tegas dengan menolak pemasokan bahan tersebut dan

menggantinya dengan pemasok bahan yang lain, agar mendapatkan

kualitas yang baik.