praktikum 7 BIOKIM

5
Pemeriksaan glukosa urine test benedict (semi kwantitatif) - Tujuan percobaan dan dasar teori Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan sifatnya semi kuantitatif. Salah satu reagen yang dapat digunakan untuk melakukan tes ada tidaknya glukosa adalah dengan benedict yang menggunakan sifat glukosa sebagai sifat pereduksi. Benedict adalah reagen yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, Cu++) tetapi ketika dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang mengandung glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu+ atau kupro lalu dioksidasi menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna orange-kecoklatan yang tidak bisa larut air. Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadi lah perubahan warna. Selama proses ini, Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi. Pemeriksaan dengan reagen benedict ppaling sering untuk mendeteksi diabete melitus dengan melihat ada ada tidaknya glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes mensekresikan glukosa di dalam urin karena pada diabetes, glukosa tidak dapat di absobsi secara maksimal ke dalam sel-sel atau jaringan. Jika hasil benedict memberikan hasil yang positif pada seorang pasien, alangkah baiknya jika di lakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Pada keadaan normal karbohidrat diekskresikan melewati urin dalam jumlah yang kecil (kurang dari 50 mg/ml) untuk membantu membuat diagnosa atau mengikuti perjalanan penyakit atau gangguan metabolisme dan gangguan organ – organ atau faktor – faktor yang berhubungan dengan metabolisme tersebut. Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat di dalam urin baik secara normal maupun patologis

description

biokimia

Transcript of praktikum 7 BIOKIM

Page 1: praktikum 7 BIOKIM

Pemeriksaan glukosa urine test benedict (semi kwantitatif)

- Tujuan percobaan dan dasar teori Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan sifatnya semi kuantitatif. Salah satu reagen yang dapat digunakan untuk melakukan tes ada tidaknya glukosa adalah dengan benedict yang menggunakan sifat glukosa sebagai sifat pereduksi. Benedict adalah reagen yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, Cu++) tetapi ketika dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang mengandung glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu+ atau kupro lalu dioksidasi menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna orange-kecoklatan yang tidak bisa larut air.

Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadi lah perubahan warna. Selama proses ini, Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.

Pemeriksaan dengan reagen benedict ppaling sering untuk mendeteksi diabete melitus dengan melihat ada ada tidaknya glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes mensekresikan glukosa di dalam urin karena pada diabetes, glukosa tidak dapat di absobsi secara maksimal ke dalam sel-sel atau jaringan. Jika hasil benedict memberikan hasil yang positif pada seorang pasien, alangkah baiknya jika di lakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Pada keadaan normal karbohidrat diekskresikan melewati urin dalam jumlah yang kecil (kurang dari 50 mg/ml)

untuk membantu membuat diagnosa atau mengikuti perjalanan penyakit atau gangguan metabolisme dan gangguan organ – organ atau faktor – faktor yang berhubungan dengan metabolisme tersebut.

Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat di dalam urin baik secara normal maupun patologis

Glukosa di dalam urin dapat diukur. Penanganan glukosa di ginjal tergantung pada transportasi yang di perantarai oleh pembawa, karena glukosa difiltasi secara bebas menembus kapiler glomerulus. Pada non diabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke dalam urin akan di serap secra aktif kembali ke dalam darah. Glukosa urin dalam keadaan normal adalah nol. Apabila kadar glukosa lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah, seperti yang dapat terjadi pada diabetes, maka pengangkut glukosa di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali kedarah mengalami kejenuhan. Dengan demikian, pengangkut – pengangkut tersebut tidak dapat mengangangkut glukosa lebih banyak. Setiap glukosa yang lebih dari 180 mg per 100 ml akan keluar melalui urin.Referensi : ( patofisiologi, Elizabeth J. Corwin : halaman 456)

Page 2: praktikum 7 BIOKIM

III. Alat dan bahan- Alat : 1. tabung reaksi2. tabung ukur 3. pipet ukur4. rak tabung reaksi5. penjepit tabung reaksi6. api bunsen7. korek api

Bahan :a. 2,5 ml pereaksi benedict kwalitatifb. urine normal dan patologis (masing – masing 4 tetes)

IV. Prosedur percobaan1. siapkan urine yang akan di periksa beserta semua lat dn bahan yang diperlukan2. siapkan tabung ukur lalu tambahkan pereaksi benedict kwalitatif sebanyak 2,5 ml3. 2,5 ml pereaksi benedict kwalitatif tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi 4. teteskan urine sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2,5 ml pereaksi benedict kwalitatif 5. nyalakan api bunsen 6. didihkan urine dan pereaksi benedict kwalitatif yang telah dicampur tersebut di atas api bunsen selama 1 menit7. biarkan menjadi dingin perlahan-lahan8. lakukan penafsiran dan catat hasil percobaan

WARNA PENILAIAN KADAR

Biru - -

Hijau + < 0,5%

Kuning ++ 0,5-1,0%

Jingga +++ 1,0-2,0%

Merah ++++ >2%

Page 3: praktikum 7 BIOKIM

Hasil PengamatanBahan uji Warna setelah diberi benedict

2,5 ml larutan glukosa 0,5% Hijau, endapan merah

2,5 ml larutan glukosa 1% Hijau tua, endapan merah

2,5 ml larutan glukosa 2% Jingga kecoklatan, endapan jingga-coklat

2,5 ml larutan glukosa 3% Merah-kecoklatan, endapan merah

2,5 ml urin Mr. X1 Jingga, endapan merah

2,5 ml urin Brawijaya biru

PembahasanPraktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula dalam urin

seseorang dengan menggunakan reagen benedict. Reagen benedict adalah larutan CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitart dalam air. Reagen ini berwarna biru karena adanya CuSO4. Tes ini akan menghasilkan hasil positif apabila dalam sampel terdapat gula pereduksi yaitu golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron. Gula pereduksi mengandung gugus aldehid atau keton bebas diantaranya monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa (gula pasir) dan pati (poliisakarida) karena tidak mengandung gugus aldehid atau keton.

Gula pereduksi yang mengandung gugus aldehid atau keton bereaksi dengan CuSO4, gula mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ lalu dioksidasi menjadi Cu2O yang tidak larut air (endapan) dan berwarna merah/ jingga-kecoklatan. Na2CO3 berfungsi menciptakan larutan alkali dimana reaksi dapat terjadi, sedangkan Na-sitrat berfungsi mencegah CuSO4 bereaksi dengan alkali. Jumlah dan tipe gulapereduksi terlihat dari perubahan warna yang terjadi, sehingga tes ini disebut tes semi-kuantitatif.

Mekanisme reaksi

Dalam praktikum digunakan larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi sebagai kontrol, setelah ditetesi benedict dan dipanaskan, pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa. Pada larutan glukosa 0,5% berwarna hijau begitu pula pada larutan glukosa 1 %, pada larutan glukosa 2 % warnanya jingga-kecoklatan, sedangkan pada glukosa 3% warnanya merah kecoklatan, pada ke-4

Page 4: praktikum 7 BIOKIM

tabung larutan tersebut terbentuk endapan warna jingga-merah, semakin tinggi konsentrasi glukosa dalam sampel semakin banyak endapan merah-jingga yang terbentuk, karena semakin banyak glukosa yang mereduksi Cu, warna larutannya pun dari hijau ke merah.

Dari urin Mr. X1 yang diuji terbentuk warna jingga terang, bila dibandingkan dengan larutan kontrol, kadar glukosa urin Mr. X1 sebesar 2-3%. Hal ini mengindikasikan mr. X1 mungkin menderita diabetes mellitus. Sedangkan pada urin brawijaya yang diuji warnanya tetap biru tanpa endapan yang berarti tidak ada glukosa/gula pereduksi dalam urinnya.

Urin merupakan hasil akhir metabolisme tubuh yang dikeluarkan tubuh berupa cairan yang diekskresikan

Kesimpulan1. Uji benedict dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknys glukosa/gula pereduksi pada

urin yang dapat mengindikasikan penyakit diabetees mellitus, karena gula pereduksi mereduksi Cu2+ dari benedict, sehingga terjadi perubahan warna (hijau – merah) dan endapan meah-jingga

2. Semakin besar kadar gula pereduksi bila diuji dengan benedict maka semakin banyak endapan merah-jingga yang terbentuk, warna larutan juga berubah dari hijau ke merah.

3. Pada urin Mr. X1 kadar glukosanya sekitar 2-3% , sedangkan pada urin brawijaya tidak terdeteksi adanya glukosa