PR ANES - GAGAL NAFAS AKUT PADA ANAK.docx
description
Transcript of PR ANES - GAGAL NAFAS AKUT PADA ANAK.docx
1
Divan Fernandes l (406117052)
GAGAL NAFAS AKUT PADA ANAK-ANAK
Gagal nafas merupakan penyebab paling sering perawatan neonatal dan pediatrik di
ICU. Gagal nafas sering merakan konsekuensi dari kelainan yang disebabkan oleh organ lain,
sebagai contoh penyakit jantung kongenital atau kelainan sistem saraf pusat. Insiden tinggi
dari gagal nafas, terutama pada usia satu tahun, disebabkan oleh cadangan pernafasan yang
lebih rendah.
FAKTOR PREDISPOSISI
Fungsi respirasi harus adekuat dengan kebutuhan dari metabolik. Konsumsi oksigen
pada neonatal diperkirakan 7 ml/kg per menit (3-4 ml/kg per menuet pada anak yang lebih
tua dan dewasa). Demam, penyakit dan kegelisahan meningkatkan kebutuhan secara
dramatis; pada pasien apnoea, Paco2 meningkat 2 kali ipar dari normal. Cadangan pernafasan
pada bayi dan neonatus diakibatkan oleh hal berikut :
Immaturitas dari thorax
Tulang rusuk pada anak lebih pendek dan horizontal sehingga gerakan untuk
meningkatkan ruangan antara anteroposterior dan lateral minimal. Hal ini menyebabkan bayi
bergantung pada pemindahan diafragma untuk meningkatkan volume dan luas dari thorax.
Struktur dan fungsi tulang rusuk berubah pada usia antara 12 sampai 18 bulan, kemungkinan
disebabkan oleh perubahan postur tubuh. Kelaian apapun pada fungsi diafragma (misalnya
asistensi abdomen) akan menyebabkan gagal nafas.
Jalan Nafas
Walaupun secara relatif lebih besar dari dewasa, jalan nafas bayi sangat kecil dan
lebih mudah mengalami obstruksi. Diameter trakea dan bronkus pada bayi 3 kg adalah sekitar
sepertiga diameter pada orang dewasa 60 kg.
Meningkatnya risiko infeksi jalan nafas
Sistem imun yang imatur dan belum berpengalamana pada bayi meningkatkan resik
infeksi pada usia 6 bulan pertama bayi.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
2
Divan Fernandes l (406117052)
Perkembangan imatur pada sistem pernafasan
Bayi prematur biasanya memiliki defisiensi surfaktan, dengan alveolar yang tidak
stabil, atelektasis, intrapulmonary Hunt, dan berkurangnya kapasitas pemenuhan paru
(compliance).
Imaturitas dari kontrol pernafasan
Dorongan nafas yang inadekuat dari sistem pernafasan pusat merupakan faktor utama
dari apnoe, terutama pada bayi prematur. Analgesi opioid dihubungkan dengan depresi
pernafasan yang lebih besar.
Kelainan Kongenital
Defek dari sistem pernafasan atau organ yang berhubungan (misalnya jantung)
biasanya terdapat pada anak dengan gagal nafas beberapa saat setelah kelahiran.
Asfiksi dan trauma perinatal
Asfiksi dan perdarahan intrakranial pada saat kelahiran dapat menyebabkan kejang
dan depresi nafas.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
3
Divan Fernandes l (406117052)
PRESENTASI KLINIS
Depresi nafas dapat bermanifes sebagai, takipnouea, kelainan dinding dada (retraksi
sternum dan tulang iga, pengunduran dari ruang intercosta, subcosta, dan suprasternal) dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
Pada bayi muda, lethargi, pallor, apnoue, bradikardi dan hipotensi merupakan tanda-
tanda awal dari hipoksia. Anemia fisiologis pada bayi dapat menyebabkan pengamatan
sianosis yang terhambat, dan ini merupakan tanda mayor dari depresi sistem kardiovaskular
dan sistem saraf pusat.
Pada bayi yang lebih tua dengan hipoksia akut dapat ditemukan tanda-tanda seperti
pada dewasa yaitu takipneu, takikardi, hipertensi dan gelisah karena depresi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat. Berkeringat terjadi karena adanya retensi CO2 – gejala
yang tidak tampak pada bayi baru lahir.
Pada bayi baru lahir, efek dari hipoksia dapat disebabkan oleh hipertensi pulmonal
yang dapat disebabkan oleh sunting dari atensi duktus arteriosus dan foramen ovale. Jika
tidak dilakukan penanganan akan terjadi hipoksemia, asidosis yang progresif dan kematian.
Pemeriksaan pada dada harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan x-ray toraks
penting untuk penilaian.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
4
Divan Fernandes l (406117052)
ETIOLOGI
Gagal nafas akut dapat disebabkan obstruksi saluran nafas atas atau bawah, penyekit
alveolar, kompresi pulmonal dan penyakit neuromuskular atau trauma.
LETAK NEONATUS BAYI DAN ANAK-ANAK
SALURAN NAFAS
ATAS
Lihat BAB 102
SALURAN NAFAS BAWAH
TRAKEA Trakeomalasia
Anomali vaskular
Stenosis trakea
Benda asing
Tumor mediastinum
BRONKIAL Bronkomalasia Benda asing
BRONKILOAR Aspirasi mekonium
Emfisema lobar
Bronkiolitis virus akut
KELAINAN FUNGSI
PARU
Sindrom aspirasi
Penyakit membran Halim
Displasia bronkopulmonal
Pneumonia perinatal
Perdarahan masif pulmonal
Hipoplasia pulmonal
Hernia diafragmatika
Pneumonia
Fibrosis kitik
Sindrom aspirasi
Penyakit jantung kongenital
Tenggelam
Trauma
Luka bakar
ARDS
KOMPRESI
PULMONAL
Hernia diafragmatika
Pneumotoraks
Riwayat eksomfalos
Riwayat gastroshcisis
Pneumotoraks
Efusi pleura
Empyema
KELAINAN
NEUROLOGS DAN
OTOT
Palsi diafragma
Asfiksi saat lahir
Kejang
Apnoea
Keracunan
Meningitis
Encephalitis
Status epileptik
Trauma
Sindrom Gullain-Barre
Venom
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
5
Divan Fernandes l (406117052)
Trakeomalasia, stenosis trakea, kompresi vaskular
o Ketidakstabilan dinding trakea paling umum terkait dengan atresia esofagus.
trakeo - oesofistulphageal dan berbagai anomali vaskular. Penyebab paling
umum dari kompresi vaskular adalah lengkung aorta ganda dan kompleks dari
sisi kanan arkus aorta, kiri duktus arteriosus dan menyimpang meninggalkan
arteri subciavian. Ini menghasilkan vas benar cincin cular, dengan
pengepungan trakea dan kerongkongan . Kompresi trakea mungkin juga
disebabkan oleh suatu anomali arteri. Tracheornalacia atau stenosis trakea
mungkin terjadi dalam hubungan dengan anomali arteri paru sebelas kiri.
Masalahnya mungkin meluas ke bronkus (bronchornalacia). Meskipun
keparahan gejala dapat dikurangi dengan operasi masalah mungkin bertahan
selama beberapa tahun. Tracheomalacia kadang-kadang dapat distabilkan
demgam intubasi Nasotracheal atau tracheostomy dengan continuous positive
airway pressure (CPAP). Tracheopexy, yang menunda anterior dinding trakea
dari permukaan posterior sternum danpembuluh darah besar, kadang-kadang
berguna.
Sindrom aspirasi mekonium
o Aspirasi mekonium terlihat pada 0,3% dari kelahiran, dan yang paling umum
dalam kelahiran. Biasanya terdapat riwayat fetal distress pada proses
persalinan. Pada saat bernafas untuk pertama kali, materi-materi pada saluran
pernafasan atas (misalnya cairan amnion, mekonium, vernix dan squama)
terhirup dan menimbulkan obstruksi pada salurang pernafasan kecil dan
membuat atelektasis dan emfisema konstruktif. Setelah pemulihan, materi
yang terhirup tersebut akan terserap dan difagositosis. Tanda-tanda klinis
termasuk takipnea dan sianosis. Kondisi ini sebagian besar dapat dicegah jika
dilakukan pembersihan jalan nafas ketika sebagian kepala bayi muncul dari
rahim dan bayi belum bernafas. Sebagian besar bayi ini membutuhkan terapi
oksigen.
Emphisema lobaris
o Sebagian besar kasus (70%) hadir pada bulan pertama kehidupan dengan
takipnea, mengi, mendengus dan batuk. Tanda-tanda meliputi hyperresonance,
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
6
Divan Fernandes l (406117052)
penurunan udara masuk dan deviasi trakea dan jantung jauh dari lobus yang
terkena. Mungkin ada asimetri dada karena tonjolan hemithorax yang terkena.
Sianosis berhubungan dengan keparahan dari gagal nafas. Biasanya diperlukan
lobektomi.
Pneumonia aspirasi
o Pada bayi baru lahir, aspirasi dapat terjadi sebagai akibat inkoordinasi dari
faring Sn refleks perlindungan yang tidak ada karena prematuitas, asfiksia saat
lahir dan perdarahan intrakranial. Biasanya sering terjadi pada kelainan
saluran seperti atresia esofagus, Vistula trakeo-oesofageal, dan oesofagal
reflux. Obstruksi jalan nafas dan pneumonia dapat terjadi.
Penyakit membran Halim
o Terjadi karena kekurangan surfaktan. Faktor predisposisi antara lain,
prematuritas, ibu diabetes, adiksi internal dan sectio cecarean. Produksi
surfaktan juga dihambat oleh hipoksia postnatal dan asidosis. Kekurangan
surfaktan adalah hasil dari instabilitas alveolar, atektasis, shunt intrapulmonal
dan peningkatan kerja dari pernafasan. Tanda klinis dapat muncul segera
setelah kelahiran yang terdiri dari takipneu, retraksi dinding dada,
mendengkur, dan peningkatan kebutuhan oksigen. Pemberian surfaktan ke
dalam trakea memperlihatkn oksigenase yang membaik dan berkurangnya
risiko terjadi pneumothorax, mortalitas dan morbiditas. Terdapat dua tipe
surfaktan yang digunakan, yaitu sintesis (exosurf) dan bovine (Sutanta) atau
porcine (curosurf).
Displasia bronkopulmonal
o Displasia bronkopulonal dapat terjadi pada pendek penyakit paru neonatus
yang sembuh. Kejadiannya berhubungan dengan maturitas dari paru, tekanan
jalan nafas yang tinggi dan barotrauma. Ini menyebabkan terjadinya gagal
nafas kronis pada bayi, dan dapat berlanjut menjadi cor pulmonal dan
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
7
Divan Fernandes l (406117052)
kematian pada 2 tahun pertama kelahiran. Pemberian oksigen aliran rendah di
rumah Peru untuk mengurangi risiko.
Pneumonia
o Pneumonia perinatal timbul sebagai hasil dari infeksi maternal transplasental,
ruptur membran lama, kelahiran melewati saluran kelahiran yang infeksi, atau
infeksi nosokomial. Antibiotik harus diberikan (penisilin dan gentamicin)
sampai hasil kultur didapatkan negatif. Kenbanyakan pneumonia pada bayi
dan anak-anak berasal dari infeksi virus. Biasanya gejala yang diderita
kebanyakan anak adalah batuk, demam dan takipneu.
Perdarahan masif pulmonal
o Hal ini biasanya terjadi sebagai kolaps kardiorespiratori akut, disusul dengan
keluarnya lendir darah dari trakea, mulut dan hidung. Biasanya dihubungkan
dengan adiksi saat kelahiran yang parah, penyakit membran hyalin, penyakit
jantung kongenital, erutriblastosis fatalis, koagulopati dan sepsis. Faktor
pendeta yang tersering adalah hipoksia. Terapi dengan mengatasi faktor yang
mendasari, oksigenase dan koreksi dari gangguan koagulasi.
Oedem Pulmo
o Oedem pulmo pada anak baru lari biasanya disebabkan penyakit jantung
kongenital terutama koartasi aorta, atensi duktus arteriosus, stenosis arteri, dan
yang lebih jarang obstruksi total dari drainase vena pulmonal. Oedem pulmoal
akibat sirkulasi yang overload juga terjadi pada eritroblastosis foetalis,
sindrom transfusi plasenta, atau sebagai akibat dari terapi cairan yang salah.
Hipoplasia pulmonal
o Paling banyak terlihat dengan hernia diafragmatika kongenital, tetapi
hipoplasia pulmonal bilateral juga dapat terjadi dengan agenesis atau
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
8
Divan Fernandes l (406117052)
disgenesis Arenal (Potter’s syndrome). Hipoplasia unilateral dapat terjadi
sebagai anomali atau berhubungan dengan kelainan kardiovaskular.
Hernia diafragmatika
o Hernia diafragmatika kongenital (biasanya pada sisi kiri) terasi sebagai akibat
dari gagal nafas, sebagian akibat dari kompresi paru tetapi lebih sering
berhubungan dengan hipoplasia paru (ipsilateral maupun kontralateral).
Gangguan fungsi paru berkisar dari ringan sampai berat. Pada kasus yang
berat, sianosis, retraksi interkostal, kelainan mediastinum dan suara nafas yang
buruk pada paru yang terkena terjadi sejak kelahiran.
Pneumotoraks
o Pneumotoraks spontan dapat terjadi pada proses kelahiran normal atau karena
penyakit membran hyalin, maupun aspirasi mekonium. Tendon pneumotoraks
harus dicurgai pada penurunan kelainan mendadak pada bayi dengan
ventilator. Asistensi abdomen karena depresi diagragma atau hiperekspansi
dada unilateral dapat menjadi tanda yang berguna. X-ray dada harus
dilakukan, tetapi harus didahului dengan aspirasi jarum atau drainase jika
kondisi bah kritis.
Riwayat exomphalos dan gastroschsisis
o Repair dari dinding abdomen dapat menyebabkan efek berupa peningkatan
tekanan intra-abdomen jua usus ditutup pada rongga peritoneal yang
berkembang dengan buruk. Diafragma menjadi terangkat dan menekan paru-
paru. Sebagai tambahan, kompresi dari vena Ava inferior dapat penyebabkan
oedema perifer, berkurangnya cardiac output dan oliguria. Ileus paralitik yang
terjadi akan menyebabkan bertambahnya tekanan intra-abdomen.
Palsi diafragmatika
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
9
Divan Fernandes l (406117052)
o Palis dari nervus prenikus umumnya terjadi pada operasi kardiotoraks.
Baiasanya terjadi sebagai abnormalitas kongenital atau sebagai akibat dari
trauma kelahiran. Paralisis dan gerakan yang tidak normal pada diafragma
yang terkena menyebabkan berkurangnya volume paru dan volume tidal,
hipoksemia dan kesulitan dalam bernapas. Paralisis pada hemidiafragma dapat
menybabkan gagal nafas pada bayi, terutama jika berhubunga dengan kelainan
lain yang mengenai gusi paru. Masalah paling besar pada anak-anak berumur
kurang dari 3 tahun, karena stabilitas yang buruk dari dinding dada. CPAP
merupakan metode yang efektif untung meningkatkan volume paru,
menstabilkan tulang rusuk dan gerakan paradoksikal. Operasi pada diafragma
biasanya efektif pada pasien yang tidak dapat disembuhkan dengan
penatalaksanaan konservatif.
Asfiksia saat lahir
o Asfiksia pada saat kelahiran dapat disebabkan karena kegagalan plasenta,
kesulitan obstetri atau sedasi maternal. Depresi pernafasan pusat, kejang,
perdarahan intrakranial, aspirasi mekonium dan sirkulasi fetal yang persisten
berkontribusi pada gagal nafas. Apgar skor pada menit pertama kelahiran
merupakan evaluasi objektif untuk menentukan derajat dari asfiksia, skor
setelah 5 menit menentukan prognosis. Nafas spontan yang terhambat setelah
5 menit kelahiran mempunyai prognosis yang buruk. Hipoksemia posnatal,
hiperkapnia, dan iskemik dari otak harus dihindari.
Kejang
o Kejang pada anak baru Bahri paling sering didapatkan pada 3 hari pertama
kehidupan. Biasanya terjadi karena asfiksi saat lahir,trauma, perdarahan
intracranial, kelainan metabolik seperti hipoglikemi atau hipokalsemia, dan
meningitis. Awitan pada anak yang lebih tua biasanya terjadi dengan demam,
epilepsi idiomatik, infeksi sistem saraf pusa, keracunan, trauma dan gangguan
metabolik. Awitan generalisata dapat menyebabkan gagal nafas dari obstruksi
jalan nafas, aspirasi, apnoea, atau depresi sistem pernafasan pusat. Pada saat
awitan Grand mal, ventilasi menjadi inadekuat, dan terjadi peningkatan
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
10
Divan Fernandes l (406117052)
konsumsi oksigen dan peningkatan produksi CO2. Obat antikonvulsan juga
dapat menekan sistem pernafasan. Penatalaksanaan yang terdiri dari pemastian
jalan nafas yang bersih, oksigenase adekuat dan ventilasi, dan pemberian obat
antikonvulsan, oksigen harus diberikan karena kebutuhan oksigen pada otak
meningkat.
Apnoea pada prematur
o Episode apnoea yang rekuren ( lebih dari 20 kali) biasanya sering terjadi pada
bayi prematur dan berhubungan dengan maturitas dari batang otak, hipoksia,
gangguan dari responsivitas kemoreseptor. Kelelahan diafragma, dan saat tidur
dalam REM. Penyakit penyeba seperti penyakit membran hyalin, hipoglikemi,
aspirasi, sepsis, anemia dan perdarahan intrakranial harus dicari. Episode
ringan dapat dibalikkan dengan stimulasi taktil, episode yang parah dapat
memerlukan ventilasi dengan kantong nafas. Episode apnoe dapat dikurangi
atau dicegah dengan pemberian teofilin atau kafein (stimulan sistem nafas
pusat). Banyak bayi prematur juga menderita penyakit obstruksi atau apnoea
campuran (Central dan obstruksi).
Status asmatikus
o Asma adalah alasan tersering dari penyebab masuk rumah sakitnya pediatrik.
Asma adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jalan nafas. Obstruksi
jalan nafas terjadi kaarena oedema mukosa, mucus plugging, dan spasme otot
bronkial. Anak kurang dari 2 tahun memiliki otot bronkial yang belum
berkembang sempurna, dan spasme kemungkinan kurang penting, dengan
respons bronkodilator yang kurang. Gejala klinis dan radiologis dan
penatalaksanaan asma sama seperti pada dewasa. Perkiraan gas darah
mengindikasikan asma akut yang parah jika pulsus paradoksus melebihi 20
mmHg (2.6 kPa), atau jika anak tersebut tidak merespon terhadap terapi obat
optimal. Biasanya akan ditemukan hipoksia yang merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas. Maka dari pemberian terapi oksigen penting.
Simpatomimetik amines nebulized Beta 2, aminofilin IV dan kortikosteroid
adalah bentuk dari terapi obat; terapi maksimal harus diperkenalkan
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
11
Divan Fernandes l (406117052)
secepatnya. Salbutamol diuapkan dengan oksigen 0.05 mg/kg dari 0.5% dari 4
ml air steril, diberikan 2-4 jam, atau lebih sering pada kasus yang berat. Anak-
anak kurang dari 9 tahun metabolismenya lebih tinggi dan memerlukan dosis
teofilin yang lebih besar (0.85 mg/kg per jam sebanding dengan aminofilin
infusion 1.1 mg/kg per jam). Asidosis metabolik dapat timbul sebagai akibat
dari hipksemia dan meningkatnya pernafasan. Terapi bikarbonat secara hati-
hati direkomendasikan untuk meningkatnya fungsi kardiovaskular dan
responsivitas dari bronkomotor terhadap teofilin dan agen simpatomimetik.
Iosprenalin dan teofilin dapat membuat respons vasokonstriktor pulmonal dan
memperburuk hipoksema. Salbutamol lebih dipilih karena hal ini.
Keseimbangan cairan harus diperhatikan.
Bronkiolitis akut viral
o Sebagian besar kasus bronkiolitis terjadi pada 5 bulan awal kehidupan dan
disebabkan oleh RSV. Batuk, demam ringan, takipneu dan mengi merupakan
tanda-tanda kardinal. Bayi-bayi, terutama yang lahir dengan prematur, akan
mengalami episode apnue. Penanganan terdiri dari penanganan minimal dan
terapi oksigen. Jika distres nafas terlihat, pemberian makanan harus ditunda
dan cairan diberikan secara IV. Perjalanan penyakit dapat membuat kelelahan
dan gagal nafas pada 1-2% kasus. Agen antivirus Ribaviran sulit dibeikan dan
tidak memperlihatkan hasil yang lebih baik. Konfeksi bakteri biasanya terjadi,
dan merupakan indikasi untuk penggunaan antibiotik broad-spektrum pada
kasus yang beras.
Gagal nafas akibat penyakit jantung kongenital
o Penyakit jantung menyebabkan gagal nafas akibat beberapa alasan antara lain :
Tipe dari lesi kardinal
Left heart obstruction
Large Left-to-right shunts
Hypoxaemic lesions
Valscular lesions
Infeksi rekuren
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
12
Divan Fernandes l (406117052)
Infeksi rekuren pada pneumonia dan bronkiolitis biasanya
terjadi pada anak dengan penyakit jantung kongenital, hal ini
disebabkan karena aliran darah pulmonal yang tinggi.
Postoperatif
Tenggelam
o Gagal nafas setelah hampir tenggelam dapat merupakan akibat dari
pneumonitis aspira atau depresi sistem saraf pusat akibat ensepalopati hipoksi-
iskemik. Dilatasi gastrik akut (berhubungan dengan resusitasi) biasanya
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi. Oedema paru dapat
disebabkan oleh air dan partikel yang terhirup, atau pneuonitis kimia dari
aspirasi isi lambung. Infeksi sekunder biasanya akan menuju ke pneumonia
nekrosis. Antibiotik profilaksis tidak menunjukkan keuntungan. Antibiotik
broad-spektrum diberikan sejak awal jika terdapat penyakit paru yang
signifikan. Terap dilanjutkan berdasarkan hasil kultur dari aspirasi trakea.
Pasien yang tenggelam pada air tawar maupun air asin biasanya mengalami
hipovolemik, hipoksia dan asidosis saat tiba di tempat. Terapi oksigen harus
dilakukan, resusitasi biasanya memerlukan ekspansi volume dan perbaikan
dari asidosis dan dukungan inotropik. Hipothermia dapat memberikan
perlindungan terhadap otak, penghangatan komplit tidak boleh dilakukan
sampai resusitasi sirkulasi didapatkan.
Trauma
o Gagal nafas dapat terjadi pada trauma otak, tulang belakang, dada, dan
abdomen.
ARDS (acute respirator distress syndrome)
o ARDS dapat terjadi pada segala usia dengan karakteristik gagal nafas,
infiltrasi pulmonal difus, komplians paru yang berkurang dan hipoksemia.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
13
Divan Fernandes l (406117052)
Pada anak-anak, penyebab biasanya shock karena berbagai akibat, pneumonia
dengan septikemia, tenggelam, aspirasi dan kontusio pulmonal.
Keracunan
o Keracunan merupakan penyebab gagal nafas pada 4 tahun pertama kehidupan
yang dapat dicegah. Antidepresan trisiklik, antihistamin, antikejang dan
benzodiazepin membuat depresi sistem saraf pusat.
Meningitis dan enchepalitis
o Meningitis biasanya terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan. Setelah
periode nonatal, penyebab tersering adalah Haemophlis influenza, Neisseria
meningitidis dan Streptococcus pneumonia. Diagnsis cepat dan terapi
antibiotik yang tepat merupakan dasar dari penatalaksanaan. Gagal nafta
biasanya terjadi karena kejang yang tidak terkontrol, gangguan kesadaran dan
meningkatnya tekanan intrakranial. Ensefalitis dapat juga menyebabkan
ketidaksadaran dan peningkatan tekanan intrakranial. Masalah yang menyertai
termasuk obstruksi saluran nafas atas, aspirasi pumonal dan depresi pernafasan
pusat. Encefalitis biasanya disebabkan oleh virus dengan komplikasi berupa
hiperpireksia, kejang dan oedema cerebri.
Sindrom Gullain-Barre
o Penyakit ini adalah penyebab tersering polineuritis pada masa kanak-kanak.
Onset dapat terjadi cepat, dengan gagal nafas yang terjadi dalam waktu 48 ja.
Intervensi berdasarkan dari kesimpulan klinis refleks batuk dan fungsi bulbar,
kapasitas vital <15 ml/kg, dan tanda-tanda hipoksemia (Sa)2 < 90%). CMV
penting jika diperlukan intubasi, kecuali jika antisipasi cepat dilakukan,
trakeostomi dianjurkan untuk kenyamanan pasien. Kondisi ini biasanya
membaik setelah penggunaan plasmapheresi atau immunoglobulin IV. Nyeri
otot dapat digunakan analgesik.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
14
Divan Fernandes l (406117052)
Venom
o Bisa ular dapat mengandung neurotoksik dan menyebabkan kelemahan otot
dan sistem respirasi. Gejala terdiri dari salivasi, lakrimasi, berkeringat, spasme
oto laring dan oedema pulmonal. Terapi suportif diperlukan sampai dilakukan
pemberian antivenom dan penyembuhan terjadi.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
15
Divan Fernandes l (406117052)
MANAJEMEN GAGAL NAFAS AKUT
Pada beberapa kasus, penatalaksanaan definitif dapat menjadi jalan keluar dari gagal
nafas (misalnya pengeluaran benda asing akibat tersumbat benda asing). Jika hal tersebut
tidak dapat dilakukan, ventilator diperlukan sampai penyebab gagal nafas dapat diatasi.
Penatalaksaan umum
Suhu sekitar
o Maintenans dari temperatur tubuh penting dilakukan. Bayi imatur yang baru
lari sangat mudah mengalami cold stress yang akan meningkatkan
metabolisme, hilangnya karbohidrat dengan cepat dan menyebabkan kelainan
kardiorespiratori. Pada bayi baru lahir yang normal, konsumsi oksigen dapat
meningkat 3 kali lipat pada temperatur antara 20 – 25 celcius. Kondisi optimal
didapatkan pada suhu abdominal 36 – 36.5 celcius. Alat yang paling baik
untuk menjaga temperatur infra Red adalah sero-controlled infrared-heated
open cots. Dengan alat ini observasi dan akses ke bayi dapat dilakukan.
Inkubator memiliki temperatur lingkungan yang lebih tidak stabil dan sulit
diakses. Anak-anak yang lebih tua dapat dirawat dengan selimut dan ranjang
bayi standar.
Postur
o Neonatus sebaiknya dirawat dengan keadaan pinggang dan lutut fleksi dan
kepala dipindah posisikan secara reguler. Postur ini dapat menghilangkan
episode apnue pada bayi prematur. Postur ini juga dapat menurunkan waktu
pengosongan lambung sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya aspirasi
dari muntahan. Namun, jika Osis bayi tidak stabil dan harus dilakukan
intervensi, posisi supine lebih dipilih. Bayi yang lebih tua dan anak-anak
biasanya dirawat dengan posisi yang paling nyaman tergantung bayi atau anak
tersebut. Untuk fungsi kardiovaskular yang stabil, posisi setengah duduk
dianjurkan, karena akan meningkatkan fungsi dari respirasi.
Fisioterapi
o Fungsi dari fisioterapi dada konvensional dengan postur, perkusi dan getar
pada ICU pediatri telum dapat dibuktikan. Fisioterapi harus dilakukan dengan
hati-hati pada anak dengan sistem kardiovaskular yang tidak stabil atau anak
dengan peningkatan tekanan intrakranial. Kompresi dada dan getaran pada
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
16
Divan Fernandes l (406117052)
bayi baru lahir dapat menyebabkan fraktur tulang iga dan kemungkinan
terjadinya kerusakan intrakranial. Fisioterapi dapat menyebabkan penurunan
PaO2 yang signifikan; FiO2 harus ditinggkatkan sebelumnya. Pada bayi,
Action faring dengan lembut secara berkala dapat menyingkirkan sekresi
faring dan menstimulasi batuk. Bagging yang efektif, suction trakea dan posisi
yang tepat adalah teknik yang paling berguna pada pasien diintubasi.
Terapi cairan
o Pemberian makan oral harus ditunda pada gangguan nafas yang berat, karena
sulitnya pemberian oksigen dan risiko terjadinya asistensi abdomen, muntah
dan aspirasi. Pemberian makan dengan NGT dapat dilakukan dengan hati-hati
pada bayi dengan gangguan nafas yang ringan sampai sedang. Penyakit paru
dan jalan nafas sering dihubungkan dengan meningkatnya sekresi ADH, yang
menyebabkan terjadinya retensi cairan. Meningkatnya tekanan jalan nafas
(penggunaan CMV dan CPAP) juga dapat menyebabkan meningkatnya sekresi
ADH. Pelembapan efisien melalui trakea dengan trakeostomi dapat mencegah
hilangnya cairan dari jalan nafas, dan mengurangi kebutuhan cairan/ sebagian
besar pasien dengan penyakit paru akut membaik dengan restriksi cairan.
Keseimbangan cairan dan status biokimia harus dimonitor secara hati-hati.
Pada gagal nafas yang lama, penting untuk meminimalisir berkurangnya otot
pernafasan dan memberikan energi untuk pernafasan yang meningkat.
Pemberian makan oral atau NGT kalori tinggi dapat ditoleransi. Nutrisi
parenteral berguna ketika restriksi cairan diperlukan.
Monitoring
o Observasi klinis berulang oleh staf ahli penting untuk mendeteksi tanda awal
dari hipoksia, kesulitan bernafas dan onset dari kelelahan. Pengawasan dari
parameter kardiorespiratori dan terapi respirasi sangat penting untuk
perawatan respiratori yang optimal
Gas darah
Pulse oxymetry
Capnography
X-ray toraks
Transiluminasi
Kapasitas vital dan gaya inspirasi maksimum
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS
17
Divan Fernandes l (406117052)
Penatalaksaan spesifik
Terapi oksigen
o Petunjuk cara pemberian oksigen pada pasien bergantung dari ukuran tubuh
pasien dan FiO2 yang diperlukan. Neonatus yang memerlukan oksigen kurang
dari 40% dapat dirawat dengan inkubator. Headbox plastik digunakan untuk
mengantarkan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Anak yang lebih tua
dapat mentorelir facemask, tetapi FiO2 jarang dap diketahui. Anak yang
gelisah juga tidak dapat mentorelir facemask dan pemberian oksigen menjadi
sulit. Prosedur penatalaksanaan, fisioterapi dan penatalaksanaan semuanya
meningkatkan konsumsi dari oksigen dan menyebabkan hipoksemia dan
perburukan keadaan.
o Komplikasi dari terapi oksigen dapat berupa Retrorental fibroplasia akibat
pemberian oksigen yang berlebihan (PaO2 yng dianjurkan adalah antara 50
sampai 80 mmHg atau 6.6 sampai 10.6 kPa), dan juga dapat terjadi displasia
bronkopulmonal.
Intubasi
o Intubasi trakea membebaskan dari obstruksi jalan nafas dan dapat digunakan
untuk mengontrol oksigen yang diinspirasi dengan akurat, pemberian tekanan
positif pada jalan nafas dan toilet trakeal. Intubasi nasotrakeal lebih dipilih
karena fiksasi yang lebih baik. Untuk penggunaan jangka panjang, trakeostomi
diindikasikan. Kekurangan dari pemasangan intubasi nasotrakeal adalah
bypass dari alat pelembab nasal, meningkatnya resistensi jalan nafas, risiko
stenosis subglotis, ganggaun refleks batu, hilangkanya physiological positif
end-expiratory pressure dan terganggunya mekanisme pertahanan dari paru.
Pada neonatus risiko trauma laring berhubungan dengan durasi dari intubasi
dan jumlah dari usaha pemasangan.
Ventilator mekanik
o Penggunaan ventilator pada pediatri dibahas di bab 109.
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI, RSUD KUDUS