Ppt hubungan pengetahuan dengan kanker rongga mulut
-
Upload
prastuti-kosasih -
Category
Healthcare
-
view
122 -
download
1
Transcript of Ppt hubungan pengetahuan dengan kanker rongga mulut
SEMINAR LAPORAN PENELITIAN
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan tentang Kanker
Rongga Mulut dengan Sikap dan Tindakannya di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Universitas Hasanuddin
Nama : Prastuti Wulandari KNIM : J111 11 256Pembimbing : drg. Rini Pratiwi, M.KesPenguji : Prof. Dr. drg. Rasmidar Samad,
MS.
Latar Belakang
Informasi dasar tentang tingkat pengetahuan
Pertimbangan perlunya perbaikan lebih lanjut
Kesiapan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat
Rumusan Masalah
Mahasiswa Kepanitera
an di RSGMP unhas
Tingkat Pengetahuan
tentang Kanker rongga Mulut?
Tindakan?
Sikap?
Tujuan PenelitianMengetahui Tingkat Pengetahuan
Mengetahui Tingkat Pendidikan dengan Sikap
Mengetahui Tingkat Pendidikan dengan Tindakan
Metode Penelitian• observasional analitik dengan rancangan
cross-sectional study. Jenis
Penelitian
• Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Hasanuddin
• Bulan Desember Tahun 2015.
Lokasi Dan Waktu
Penelitian• Variabel bebas: Tingkat pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan tentang kanker rongga mulut.• Variabel akibat:
• Sikap mahasiswa kepaniteraan terhadap kanker rongga mulut.
• Tindakan mahasiswa kepaniteraan terhadap kanker rongga mulut.
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel
Tingkat Pengetahuan
• Ilmu yang dimiliki mahasiswa kepaniteraan sehubungan dengan kanker rongga mulut yang dinilai dengan kuesioner. Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan tentang faktor risiko dan 7 pertanyaan tentang konsep diangnosis dari kanker rongga mulut. Setiap item pertanyaan terdapat tiga pilihan jawaban yaitu “Ya”, “Tidak”, dan “Tidak Tahu”.
Sikap
• Reaksi atau respon masih tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang menjadi kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan, dinilai dengan kuesioner yang terdiri dari 9 pertanyaan dengan pilihan jawaban “Setuju”, “Netral”, dan “Tidak Setuju”.
Tindakan• Respon seseorang terhadap stimulus berupa perilaku
terbuka atau nyata, dinilai dengan kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan, dengan pilihan jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”.
Kriteria Penilaian
•Pengetahuan rendah, 0% - <56% benar atau responden menjawab benar 0-11 pertanyaan•Pengetahuan sedang, ≥56% - <70% benar atau responden menjawab benar 2-14 pertanyaan•Pengetahuan tinggi, ≥70% benar atau responden menjawab benar 15-21 pertanyaan
Tingkat Pengetahuan
• Sikap negatif, <50% atau skor total responden 9-12. • Sikap netral, 50% - 75% atau skor total responden 13-
19. • Sikap positif, >75% atau skor total responden 20-27.
Sikap• Tindakan kurang, 0% - <56% benar atau responden menjawab
benar 0-2 pertanyaan• Tindakan cukup ≥56% - ≤70% benar atau responden menjawab
benar 3-5 pertanyaan• Tindakan baik, >70% benar atau responden menjawab benar 6
pertanyaan.
Tindakan
Metode Pengumpulan Data
•Data primer dari lembar kuesioner responden
Jenis Data
•Formulir informed consent.•Perlengkapan alat tulis.
Alat dan bahan
•Kuesioner diambil dari penelitian serupa oleh Joseph yang telah divalidasi5
Kuesioner
Prosedur Penelitian
1. • Mengunjungi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Hasanuddin untuk meminta persetujuan melakukan penelitan
2.• mengunjung setiap bagian yaitu Bagian
Oral Srurgery, Oral Medicine, Periodonsi, Ortodonsi, Prostodonsi, Konservasi, Radiologi, Pedodonsi, dan IKGM untuk memberikan penjelasan mengenai penelitian ini kepada mahasiswa kepaniteran dan menbagikan kuesioner.
3.• Analisis data menggunakan uji Spearman
Rank Correlation pada program SPSS dengan taraf signifikansi atau taraf kesalahan 5% (0,05) dan taraf kepercayaan 95% (0,95).10
No Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut
Pilihan JawabanTotal
Ya Tidak Tidak Tahu
n (%) n (%) n (%) n (%)
1. Penggunaan tembakau 140 (100) 0 (0.0) 0 (0.0) 140 (100)
2. Konsumsi alkohol 123 (87.9) 0 (0.0) 2 (1.4) 140 (100)
3. Berusia tua 42 (30.0) 69 (49.3) 29 (20.7) 140 (100)
4. Mengunyah sirih 55 (39.3) 69 (49.3) 16 (11.4) 140 (100)
5. Paparan sinar ultraviolet 115 (82.1) 19 (13.6) 6 (4.3) 140 (100)
6. Infeksi virus 118 (84.3) 18 (!2.9) 4 (2.9) 140 (100)
7. Kurang mengkonsumsi buah dan sayur 53 (37.9) 83 (59.3) 4 (2.9) 140 (100)
8. Makanan dan minuman yang panas 88 (62.9) 43 (30.7) 9 (6.4) 140 (100)
9. Makanan yang pedas 85 (60.7) 32 (22.9) 23 (16.4) 140 (100)
10. Kegemukan 78 (55.7) 38 (27.1) 24 (17.1) 140 (100)
11. Gigi tiruan yang tidak sesuai/pas 93 (66.4) 32 (22.9) 15 (10.7) 140 (100)
12. Oral hygiene yang buruk 124 (88.6) 10 (7.1) 6 (4.3) 140 (100)
13. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kanker 116 (82.9) 6 (4.3) 18 (12.9) 140 (100)
14. Infeksi kronik 126 (90.0) 10 (7.1) 4 (2.9) 140 (100)
Tabel 1. Distribusi jawaban responden tentang pertanyaan mengenai faktor risiko dan konsep diagnosis kanker rongga mulut
Sambungan Tabel 1. Distribusi jawaban responden tentang pertanyaan mengenai faktor risiko dan konsep diagnosis kanker rongga mulut
No. Konsep Diagnosis Kanker Rongga Mulut
Pilihan Jawaban TotalYA TIDAK TIDAK
TAHU
n (%)
n (%)
n (%)
n (%)
15. Kelenjar limfa terasa keras, sakit, bergerak atau tetap merupakan
karakteristik dari adanya kanke rrongga mulut
97(69.3)
26(18.6)
17(12.1)
140(100)
16. Lidah dan dasar mulut merupakan area terbanyak ditemukannya kanker rongga
mulut
129(92.1)
8(5.7)
3(2.1)
140(100)
17. Lesi kanker rongga mulut sebagian besar didiagnosis pada stadium lanjut
41(29.3)
89(63.6)
10(7.1)
140(100)
18. Inspeksi visual merupakan metode skrining yang paling efektif
56(40.0)
59(42.1)
25(17.9)
140(100)
19. Pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala pada stadium awal dari kanker
rongga mulut
79
(56.4)
42(30.0)
19(13.6)
140(100)
20. Deteksi dini kanker rongga mulut dapat meningkatkan kelangsungan hidup bagi
penderitanya
127(90.7)
13(9.3)
0(0.0)
140(100)
21. Eritroplakiadan leukoplakia merupakan lesi yang paling sering muncul berkaitan
dengan adanya kanker rongga mulut
120(85.7)
12(8.6)
8(5.7)
140(100)
Tabel 2. Distribusi jawaban responden mengenai pertanyaan sikap terhadap kanker rongga mulut
No. Sikap terhadap Kanker Rongga Mulut
Pilihan JawabanTotalSetuju Netral Tidak
Setujun
(%)n
(%)n
(%)n
(%)
1. Saya harus memperbaharui pengetahuan saya tentang kanker rongga mulut
140(100.0)
0(0.0)
0(0.0)
140(100)
2. saya harus melakukan pemeriksaan kelenjar limfe pada semua pasien
108(77.1)
29(20.7)
3(2.1)
140(100)
3. Saya harus melaporkan lesi rongga mulut yang mencurigakan kepada dokter gigi atau spesialis
125(89.3)
10(7.1)
5(3.6)
140(100)
4. Saya merasa yakin melakukan diagnosis kanker rongga mulut dari tampakan klinis
19(13.6)
61(43.6)
60(42.9)
140(100)
5.Mahasiswa kepaniteraan harus mampu
untuk memeriksa pasien yang memiliki kanker rongga mulut
77(55.0)
60(42.9)
3(2.1)
140(100)
6.Saya harus mampu memberikan pendidikan untuk menghentikan
penggunaan tembakau
104(74.3)
36(25.7)
0(0.0)
140(100)
7.Saya sebaiknya mengikuti seminar atau pelatihan kanker rongga mulut dalam 5
tahun terakhir.
110(78.6)
30(21.4)
0(0.0)
140(100)
8.Saya harus mampu memberikan
informasi tentang efek penggunaan alkohol
103(73.6)
34(24.3)
3(2.1)
140(100)
9. Saya harus terlatih memeriksa pasien kanker mulut
102(72.9)
38(27.1)
0(0.0)
140(100)
Tabel 3. Distribusi jawaban responden mengenai pertanyaan tindakan terhadap kanker rongga mulut
No
Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan terhadap Kanker
Rongga Mulut
Pilihan Jawaban TotalYa Tidak
n %n % n %
1.
Melaporkan kepada dokter gigi atau spesialis jika mendapat
pasien dengan lesi yang mencurigakan
138 98,5% 2 1,4% 140 100
%
2.Menyarankan untuk melakukan biopsy pada pasien dengan lesi
yang mencurigakan135 96,
4% 5 3,5% 140 100%
3.Mengirformasikan kepada pasien
tentang faktor-faktor risiko kanker rongga mulut
138 98,5% 2 1,4% 140 100
%
4.Menanyakan kepada pasien jika mereka menggunakan tembakau
dalam bentuk apapun 119 85
% 21 15% 140 100%
5. Menanyakan kepada pasien tentang konsumsi alcohol mereka 137 97,
8% 3 2,1% 140 100%
6. Rutin memeriksa rongga mulut pasien secara lengkap 111 79,
2% 29 20,7% 140 100
%
Tingkat Pengetahuan
Sikap Tindakan
Negatif Netral Positif Total Kurang Cukup Baik Total
Rendah 0(0.0)
4(2.9)
23(16.4)
27 (19.3)
0(0.0)
24(17.1)
3(2.1)
27 (19.3)
Sedang 0(0.0)
12(8.6)
52(37.1)
64 (45.7)
0(0.0)
18(12.9)
46(32.8)
64 (45.7)
Tinggi 0(0.0)
3(2.1)
46(32.9)
49(35.0)
0(0.0)
13(9.3)
36(25.8)
49(35.0)
Total 0(0.0)
19 (13.6%)
121 (86.4%)
140 (100%)
0(0.0)
55 (39.3)
85 (60.7%)
140 (100%)
r 0.059 0.081
P-Value 0.491 0.344
Tabel 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan sikap dan tindakan terhadap kanker rongga mulut
Pembahasan• Jumlah responden yang mengetahui faktor risiko
kanker rongga mulut seperti penggunaan tembakau sebanyak 140 (100%), konsumsi alkohol sebanyak 123 (87.9%), paparan sinar ultraviolet (115 atau 82.1%), dan infeksi virus (115 atau 84.3%). Hal ini sejalan dengan penelitian di Kuwait, Kanada, dan Amerika.11
• Jumlah responden yang mengetahui faktor risiko kanker rongga mulut lainnya seperti berusia tua (42 atau 30.0%), mengunyah sirih (55 atau 39.3%), dan kurang mengkonsumsi buah dan sayur (53 atau 37.9%) hanya sedikit. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Alaizari. Padahal, menurut Yellowitz, sebagian besar kanker mulut terjadi pada pasien beruisa 45 tahun atau lebih dengan sebagian besar pasien pada saat didiagnosis berusia sekitar 60 tahun.11
• Sebanyak 124 atau 88.6% responden tahu bahwa oral hygiene juga merupakan faktor risiko dari kanker rongga mulut. Menurut Sirait, kebersihan mulut yang kurang mempunyai risiko kanker rongga mulut dan tenggorokan sebesar 2,34 kali lebih besar dibanding dengan mereka yang kebersihan mulutnya tergolong baik.13
Pembahasan• Hanya 40.0% responden yang mengetahui bahwa
inspeksi visual merupakan metode screening yang paling efektif. Hal ini juga sama dengan penelitian Joseph. Padahal screening visual pada mulut dapat mengurangi mortalitas pada individu yang berisiko tinggi dan memiliki potensi untuk mencegah setidaknya 37.000 kematian akibat kanker mulut di seluruh dunia.5
•Semua (140 atau 100%) responden setuju jika pengetahuan mereka mengenai kanker rongga mulut harus diperbaharui. Temuan pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan dalam penelitian serupa yang dilakukan oleh Alaizari bahwa 69.7% dokter gigi setuju dengan hal tersebut. 12
•Sejumlah besar responden (111 atau 79.28%) dilaporkan melakukan pemeriksaan rongga mulut pada pasien. Hal ini menunjukkan bahwa mereka merasa bertanggung jawab dan ingin terlibat aktif dalam pencegahan kanker mulut melalui deteksi dini.
Pembahasan• Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan sikap karena baik responden yang tergolong berpengetahuan rendah, sedang, maupun tinggi, masing-masing ada yang bersikap netral dan adapula yang bersikap positif (berpengetahuan rendah: 4 netral, 23 positif, berpengetahuan sedang: 12 netral, 52 positif, berpengetahuan tinggi: 3 netral, 46 positif).
• Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan karena baik responden yang tergolong berpengetahuan rendah, sedang, maupun tinggi, masing masing ada yang bertindakan cukup dan adapula yang bertindak baik terhadap kanker rongga mulut (berpengetahuan rendah: 24 cukup, 3 baik, berpengetahuan sedang: 18 cukup, 46 baik, berpengetahuan baik: 13 cukup, 36 baik).
• Hal ini dapat diasumsikan bahwa mereka telah paham tentang cara bersikap dan bertindak yang benar dalam menangani kanker rongga mulut
Simpulan1. •Sebanyak 49 (35.0%) mahasiswa kepaniteraan memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 64 (45.7%) sedang, dan hanya 27 (19.3%) yang memiliki
tingkat pengetahuan rendah tentang kanker rongga mulut.
2. •Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan tentang kanker rongga mulut dengan sikapnya di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Hasanuddin.
3. •Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan tentang kanker rongga mulut dengan tindakannya di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Saran
Diperlukan kesadaran mahasiswa kepaniteran untuk meningkatkan pengetahuan tentang kanker rongga mulut.
Perlu pendekatan kolaboratif dari setiap bagian maupun tenaga kesehatan gigi lainnya dalam memberikan kesempatan untuk mempelajari kesehatan mulut, cara bersikap dan bertindak dalam mendiagnosis lesi oral secara menyeluruh sehingga mereka dapat berlatih dalam mendeteksi kanker mulut pada tahap awal.