ppt fraktur
description
Transcript of ppt fraktur
RESUME ASKEP GADARPADA KLIEN TN.S
DENGAN FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL
Disusun oleh:
Olivia Dapi
Juneydy Ambar
LAPORAN PENDAHULUAN Definisi
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma atau tenaga fisik (Sylvia A Price dan Loorine M Wilson, 1995).
KlasifikasiMenurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia,
clavicula, dan cruris dst). Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri
dari: Fraktur komplit Fraktur tidak komplit
Berdasarkan posisi fragmen : Undisplaced (tidak bergeser) Displaced (bergeser)
Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar: Tertutup Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma. Garis patah melintang. Oblik / miring. Spiral / melingkari tulang. Kompresi Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot
pada insersinya. Misal pada patela.
Berdasarkan kedudukan tulangnya : Tidak adanya dislokasi. Adanya dislokasi
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur : Tipe Ekstensi, trauma terjadi ketika
siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
Tipe Fleksi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
MANIFESTASI KLINIK Nyeri terus menerus Deformitas dapat disebabkan pergeseran
fragmen pada eksremitas. Pemendekan tulang, karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
KOMPLIKASIKomplikasi fraktur menurut Henderson (1995)
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya,
Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
Shock
Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Tromboembolic complicastion,
Infeksi,
Avascular necrosis,
Refleks symphathethic dysthropy,
PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
2. Laboratorium :
test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, laju endap darah (LED)
3. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
4. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
5. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
6. Hitung daerah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).
7. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
RESUME ASKEP UGD DENGAN FRAKTURIdentitas klien
Nama : Tn.S No. RM : 039864
Umur : 50 Tahun Tanggal masuk RS : Senin, 29/04/2013
Agama : Kristen Jam : 21.00
Suku : Minahasa Tanggal pengkajian: Senin, 29/04/2013
Pendidikan : SMA Jam : 22.00
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Alamat : Perum Paniki
Identitas penanggung jawab :
Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Status : Istri klien
Alamat : Perum Paniki
Keluhan utama dan riwayat keluhan utama :
Keluhan utama klien adalah Nyeri pada kaki kanannya dengan P: Nyeri disebabkan karena luka basah pada kaki kanan bawah, Q: terasa senut-senut, R: kaki kanan bawah, S: skala nyeri 5, T: Nyeri dirasakan terutama saat bergerak.
Riwayat keluhan utama adalah klien mengalami kecelakaan pada tanggal 29 April 2013 di daerah Tinoor pada saat klien mengemudikan motor saat pulang kerja.
AirwayTidak ada sumbatan jalan nafas
BreathingBisa bernapas spontan
Sirkulasi TD : 120/80 mmhg Perdarahan :(+)RR : 20x/menit Dehidrasi : (-)SB : 37cN : 88x/menit
DisabilitySensorik dan motorik pada ujung kaki kanan tidak terdapat kelainan.
Alert : 3 , Verbal : 3, Pain : 5 Total : 11Exposure Terdapat luka dibagian kaki kanan bawah. Juga terdapat beberapa luka di bagian tangan. luka basah dikaki kanan bawah dengan diameter 10 cm . Warna kemerahan, terdapat pus, berbau, ada jaringan nekrosis.Fahrenheit
Suhu : 37C
ANALISA DATANyeri b/d fraktur . Data subyektif :
klien mengatakan merasakan sakit pada kaki kanan bawah terutama saat digerakkan
skala nyeri 5 Data obJektif :
klien terlihat meringis
Terdapat luka di kaki kanan bawah.
Gangguan integritas jaringan tulang b/d trauma jaringan.
Data objektif : luka basah dikaki kanan bawah dengan diameter 10
cm Warna kemerahan, terdapat pus, berbau, ada
jaringan nekrosis.
INTERVENSI1. Nyeri akut b/d fraktur Observasi status neurogologis
R/ mengetahui status kesadaran klien Kaji keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval,
perubahan tanda-tanda vital)R/ Menilai perkembangan masalah klien.
Modifikasi lingkunganR/ memberi rasa nyaman bagi klien
Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksiR/ Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.
Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.R/ Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.R/ Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.
Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)R/ Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama
Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.R/ Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.R/ Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.
2. Gangguan integritas jaringan tulang b/d trauma jaringan
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Senin, 29 April 2013
22:10
22:13
1. Mengkaji intensitas nyeri Hasil :P: Nyeri disebabkan
karena luka pada kaki kanan bawah
Q:terasa senut-senut R: Tibia 1/3 distal S: skala nyeri 5T: Nyeri dirasakan
terutama saat bergerak.
2. Observasi TTVHasil:TD : 120/80 mmhgRR : 20x/menitSB : 37cN : 88x/menit
S:Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan kaki terasa senat-senutKlien mengatakan skala nyeri 5Klien mengatakan nyeri terasa saat bergerak
O:Pasien meringisTerdapat luka pada kaki kanan bawah
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Senin, 29 April 2013
22:15
22:16
22:20
Mengkaji status neurologisHasil :Pasien dalam keadaan sadar , sensorik dan motorik pada ujung kaki kanan bawah tidak ada kelainan. Mengatur posisi pasienHasil :Pasien merasa nyaman
Memberi obat asam Mafenamat 500 mg oral.Hasil :Obat telah diberikan.
TTV TD : 120/80 mmhgRR : 20x/menitSB : 37cN: 88x/menitPasien menerima rangsangan pada saat mengkaji sensorik dan motorik.
A: masalah belum teratasi P: Intervensi lanjut