POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA …/Potensi...dan karunianya yang telah melindungi dan...
Transcript of POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA …/Potensi...dan karunianya yang telah melindungi dan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA
MANDHASIYA TAWANGMANGU
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh:
DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS
C9408036
PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan /
diperbuatnya. ( Ali Bin Abi Thalib )
Jalan terbaik dalam mencari kawan adalah kita harus berlaku sebagai kawan.
(Penulis)
Only god can judge me.(Penulis)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :
1. Ayah, Ibu, kakak-kakakku, lini cardina novra murti,
Dian fatima niranti.
2. Veionda putri, Devininta Imami N, Yudiawan,
Warsini kawan kawan UPW 2008 serta dosen
jurusan UPW.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunianya yang telah melindungi dan membimbing sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, tugas akhir ini tidak akan
mungkin dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama
kepada :
1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph. D ,selaku Dekan Fakultas Sastra
danSeni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata yang telah memberikan petunjuk dan saran – saran serta
pengarahan sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.
3. Bapak Drs. Suharyana, Mpd., selaku sekretaris Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata serta pembimbing Tugas akhir yang telah memberikan
bimbingan sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S., M.Hum, selaku pembimbing akademik
yang telah memberi bimbingan serta saran-saran sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Perangkat desa Pancot Tawagmangu yang memberikan informasi dan
warga pancot yang telah mengizinkan melaksanakan observasi.
6. Ayah, Ibu, dan kakak-kakakku yang selalu mensupport dan mendoakan
sehingga dapat terselesaiakan tugas akhir ini.
7. Seluruh mahasiswa – mahasiswi Program Diploma III Usaha Perjalanan
Wisata angkatan 2008 yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tugas Akhir ini masih
belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik, dan saran dari pembaca
akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Damas Priabada Arka P C9408036, 2011. Kajian tentang potensi dan pengembangan
wisata budaya mandhasiya tawangmangu .Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini mengkaji, Kajian tentang latar belakang upacara
bersih desa mandhasiya serta prosesi, potensi dan strategi pengembangan upacara adat
ini beserta kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara bersih desa
mandhasiya.
Penulisan laporan ini disajikan untuk memperoleh gambaran informasi yang
berhubungan dengan Kajian tentang potensi dan pengembangan wisata budaya
mandhasiya tawangmangu dan kendala yang di hadapi dalam upaya pengembangan
wisata budaya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
studi dokumen, wawancara dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.
Metode analisis yang dipakai adalah analisis 4A + 1P dan analisis SWOT
untuk mencari potensi yang dimiliki upacara bersih desa Mandhasiya kemudian
mendiskriptifkan menjadi suatu tujuan wisata budaya.
Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama
memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya,
berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup
dan rejeki. Upacara ini berawal dari acara arak-arakan tarian reyog dilanjutkan
penyiraman batu gilang, kemudian prosesi upacara nadar yaitu pelemparan ayam
hidup yamg akan diperebutkan pengunjung. Hal-hal tersebut berpotensi sebagai
atraksi wisata dengan cara mndatangkan wisatawan dengan strategi pembuatan paket
wisata beserta kendala yang dihadapi seperti perbaikan jalan, dan lain-lain.
Hal ini dapat disimpulan bahwa upacara ini adalah upacara turun temurun
yang bermakna bersyukur kepada alam kemudian dikarenakan adanya atraksi atau
prosesi dari upacara ini yang berpotens sebagai tujuan wisata maka dikembangkanlah
sebagai obyek wisata budaya dan dapat dibuat sebagai paket wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………...……………………...…………...i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING…………..…………….…………….ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN…………………………….………..…………..iii
MOTTO………………………………………………………...............…………….iv
PERSEMBAHAN…………………………………………….………..………….….v
KATA PENGANTAR…………………………………………………....……….….vi
ABSTRAK……………………………………………………………...…………..viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………...…….………ix
BAB I PENDAHULUAN…………………………………..…………..……………..1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………...1
B. Perumusan Masalah………………………………………..…………………4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….……………4
D. Manfaat penelitian……………………………………………….….………..4
E. Kajian Pustaka………………………………………………….………....….5
F. Metode Penelitian……………………………………………….…………..12
G. Sistematika Penelitian …………………………………………………........14
BAB II LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT
MANDHASIYA………………………………………………………….....16
A. Asal usul nama upacara………………………………….……...……………….16
B. Latar Belakang diadakannya upacara……………….….………..…………….....17
C. Maksud, tujuan diadakannya upacara …………………..……….……………....23
D. Penyelenggaraan upacara………….………………...……...……………….…..24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III POTENSI DAN UPAYA PENGEMBANGAN
UPACARA ADAT MANDHASIYA……...………………………………31
A. Potensi Upacara Adat Mandhasiya………………………..………………..……31
B. Rencana Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya..............................40
C. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya..............................47
BAB IV PENUTUP……………………………......…………………………….…..49
A. Kesimpulan …………………………………………..……………….………...49
B. Saran………….……………………….....……………………………..……...51
DAFTAR PUSTAKA………………………………….…………………..………...53
LAMPIRAN……………………………..……………………………….………….54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar informan........................................................................................54
Lampiran 2 Peta Kab. Karanganyar dan Peta wisata Karanganyar.............................55
Lampiran 3 Peta Kecamatan Tawangmangu...............................................................57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR FOTO
Foto 1. prosesi awal upacara yaitu arak-arakan penari reyog………………………..58
Foto 2. penari pengiring yaitu penari barongan...........................................................58
Foto 3. keseragaman pengiring tari reyog...................................................................59
Foto 4. penari pengiring tari reyog (tari jaranan) ………………………………….. 59
Foto 5. seperangkat gamelan pengiring tari reyog…………………………………...60
Foto 6. seperangkat gamelan turun temurun…………………………………………61
Foto 7. atraksi manusia pyramid……………………………………………………..62
Foto 8. reyog dari desa pancot……………………………………………………….62
Foto 9. pengunjung dapat berfoto dengan penari reyog………………………….….63
Foto 10. atraksi reyog naik keatas kepala reyog lain………………………………...63
Foto 11. upacara awal penyiraman batu gilang dipimpin oleh ketua lingkungan...…64
Foto 12. penyiraman batu gilang dan sekitar batu…………………………………...64
Foto 13. pelemparan pertama ayam nadar oleh ketua lingkungan……………...…...65
Foto 14. antusias warga yang akan merebutkan ayam nadar………………………...65
Foto 15. salah seorang warga yang mendapatkan ayam memiliki mitos akan
mendapat berkah……………………………………………………...……...66
Foto 16. saling merebutkan ayam di atap pasar pancot…………………………...…66
Foto 17. wisatawan yang tertarik melihat upacara bersih desa mandhasiya………...67
Foto 18. foto sesaji dan makanan khas upacara…………………….………………..67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN TENTANG POTENSI DAN PENGEMBANGAN
WISATA BUDAYA MANDHASIYA TAWANGMANGU
Damas Priabada Arka P1
Drs. Suharyana, M.Pd2
ABSTRAK
2011. Kajian tentang potensi dan pengembangan wisata
budaya mandhasiya tawangmangu .Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas
Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini mengkaji, Kajian tentang latar belakang
upacara bersih desa mandhasiya serta prosesi, potensi dan strategi
pengembangan upacara adat ini beserta kendala yang dihadapi
dalam pengembangan upacara bersih desa mandhasiya.
Penulisan laporan ini disajikan untuk memperoleh gambaran
informasi yang berhubungan dengan Kajian tentang potensi dan
pengembangan wisata budaya mandhasiya tawangmangu dan
kendala yang di hadapi dalam upaya pengembangan wisata budaya
tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, studi dokumen, wawancara dan studi pustaka. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara
deskriptif.
Metode analisis yang dipakai adalah analisis 4A + 1P dan analisis
SWOT untuk mencari potensi yang dimiliki upacara bersih desa
Mandhasiya kemudian mendiskriptifkan menjadi suatu tujuan
wisata budaya.
Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-
sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan
nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan
dan yang telah member sumber hidup dan rejeki. Upacara ini
berawal dari acara arak-arakan tarian reyog dilanjutkan
penyiraman batu gilang, kemudian prosesi upacara nadar yaitu
1 Mahasiswa Jurusan Usaha Perjalanan Wisata dengan NIM C9408036
2 Dosen Pembibmbing
pelemparan ayam hidup yamg akan diperebutkan pengunjung. Hal-
hal tersebut berpotensi sebagai atraksi wisata dengan cara
mndatangkan wisatawan dengan strategi pembuatan paket wisata
beserta kendala yang dihadapi seperti perbaikan jalan, dan lain-
lain.
Hal ini dapat disimpulan bahwa upacara ini adalah upacara turun
temurun yang bermakna bersyukur kepada alam kemudian
dikarenakan adanya atraksi atau prosesi dari upacara ini yang
berpotens sebagai tujuan wisata maka dikembangkanlah sebagai
obyek wisata budaya dan dapat dibuat sebagai paket wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berwisata atau melakukan suatu perjalanan adalah salah satu tujuan orang
melakukan wisata. Industri pariwisata mendapat prioritas utama dari proses
pambangunan pariwisata karena memiliki peranan penting dan manfaat yang
bermacam-macam yaitu menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat
menanggulangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
daerah tujuan wisata, sehingga dapat merangsang aktifitas pariwisata untuk dapat
berkembang. Sesuai dengan amanat UU Kepariwisataan No 10 Tahun 2009
bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah , seni dan budaya yang dimiliki
Bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan
kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Oleh karena itu dalam pasal 10 ayat 1 UU No 10 Tahun 2009
menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong
penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing di bidang
kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan
Nasional, Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Dalam pengembangan
kepariwisataan, pemerintah berusaha untuk mengarahkan kepada penggalian dan
pembinaan potensi sumber-sumber lahir batin dari alam, peninggalan spiritual
yang bersifaf nasional sehingga dapat menunjang pembangunan bangsa Indonesia
secara kondusif.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bangsa Indonesia memiliki berbagai wisata seperti wisata alam, buatan
dan wisata budaya. Dan salah satu yang memiliki budaya yang menarik adalah
Kota kecil di timur Kota Surakarta yaitu Tawangmangu.
Tawangmangu adalah salah satu kota kecamatan Di Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Tawangmangu dikenal sebagai obyek wisata
pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang dapat ditempuh dengan kendaraan
darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta. Obyek tujuan wisata utama
adalah air terjun Grojogan Sewu dengan tinggi 81 m. Dari Tawangmangu dapat
dimulai pendakian ke puncak Gunung Lawu (Pos Cemorokandang). Selain itu,
dari sini terdapat jalan tembus yang menuju ke Telaga Sarangan di Magetan
melewati Cemorosewu. Tawangmangu berada pada arel pegunungan yang subur
dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Namun kota kecil ini telah terkenal hingga
ke manca negara karena kawasan ini merupakan obyek pariwisata yang cocok
untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata.
Selain wisata alamnya Tawangmangu memiliki satu wisata yang berbeda
dari wisata lain yaitu adalah wisata budaya. Salah satu desa lokal di
Tawangmangu memiliki tradisi yang disebut Mandhasiya. Mandhasiya adalah
upacara sedekah bumi yang dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan bersih
desa. Khususnya di Pancot Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu,
sebelum gerakan bersih desa dilaksanakan warga masyarakat secara gotong
royong mengumpulkan beras yang nantinya akan dimasak menjadi nasi gandik.
Kemudian nasi gandik dibagi-bagikan kepada seluruh warga masyarakat. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat mereka dengan makan nasi gandik akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mendapatkan keselamatan dan terlepas dari malapetaka Upacara ini dikalsanakan
setiap 7 bulan sekali tepatnya hari Selasa Kliwon wuku Mandhasiya. Upacara ini
dilaksanakan di dusun Pancot Tawangmangu, acara dimeriahkan dengan parade
kuda turangga karya dan kesenian reog, acara yang paling meriah adalah
pelepasan ayam kampung yang akan diperebutkan para pengunjung upacara.
Sebelum acara tersebut dilaksanakan penyiraman air badheg atau air tape pada
batu gilang yang berada di sebelah pasar. Batu gilang merupakan legenda yang
ada di Pancot.
Upacara adat tersebut sangatlah berpotensi sebagai tujuan wisata Di
Tawangmangu pada khususnya. Selain prosesi atau acara dari upacara adapt
tersebut yang menarik tetapi ada satu hal yang membuat upacara adapt ini
berbeda, yaitu upacara adat ini dilakukan oleh semua warga dan demi
terselengaranya acara tersebut banyak warga yang tidak melakukan kegiatan
mereka sehari- hari seperti bekerja tetapi mereka mendedikasikan waktu mereka
pada hari itu untuk melakukan prosesi dari awal hingga akhir. Hal tersebut yang
membuat berbeda yaitu rasa cinta mereka terhadap budaya mereka sendiri. Selain
itu untuk memajukan upacara adat tersebut agar dapat dikenal masyarakat luas
maka dalam pengembangannya akan dilakukan upaya pembuatan paket wisata
budaya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyusun tugas akhir
dengan judul “Potensi dan pengembangan Wisata Budaya Mandhasiya
Tawangmangu”. Ini merupakan salah satu langkah strategis yang juga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mendukung dalam penyediaan data dan informasi bagi penyusunan strategi serta
mengantisipasi kedatangan wisatawan dimasa yang akan datang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa latarbelakang upacara adat Mandhasiya?
2. Bagaimana prosesi, potensi dan strategi pengembangan upacara adat
tersebut?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara adat
Mandhasiya menjadi suatu obyek wisata?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah
dirumuskan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui latarbelakang upacara adat Mandhasiya.
2. Untuk menggali dan mengenal bagaimana prosesi potensi dan strategi
pengembangan upacara adat Mandhasiya.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan
upacara adat Mandhasiya menjadi suatu obyek wisata budaya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai referensi dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang upacara adat
Mandhasiya.
2. Manfaat praktis, yaitu memberikan gambaran pada penulis dan
pembaca mengenai potensi yang terdapat dalam upacara adat
Mandhasiya yang dapat dijadikan wisata baru Tawangmangu.
3. Manfaat akademis, yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan pada
umumnya serta untuk mempresentasikan teori-teori yang didapat
selama bangku kuliah terutama tentang wisata budaya yang disini
adalah upacara adat Mandhasiya.
E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Budaya
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup, manusia belajar, berfikir,
merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.
Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan
social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, teknologi, semua itu berdasarkan
budaya.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat secara forma.
Budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan sekelompok orang
dari generasi ke generasi melalui usaha dan kelompok.(Mulyana, Dedi, 1990 ; 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Istilah budaya berasal dari bahasa sansekerta “budayah” yang bearti budi
atau hal-hal yang berhubungan dengan akal budi. Menurut E.B Taylor,
kebudayaan merupakan suatu kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan serta
kebiasaan lain yang didapat manusia dalam masyarakat.
2. Pengertian Wisata budaya
Pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya di suatu
daerah atau tempat seperti adapt istiadat, tata cara kehidupan masyarakat,
peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya .(Mulyana, Dedi,
1990 ; 18)
3. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dalam sementara waktu, dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud dan tujuan bukan untuk
perusahaan (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata sebagai konsumen yang menikmati perjalanan tersebut guna untuk
bertamasya atau rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam
(Oka A.Yoeti, 1993; 109)
Berdasarkan ketentuan W A T A (World Association of Travel Agent :
Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia ) Wisata itu adalah perjalanan keliling
selama lebih dari 3 hari, yang diselenggarakan suatu kantor perjalanan (Travel)
didalam dan yang acaranya antara lain mencangkup melihat lihat diberbagai
tempat atau kota, baik didalam maupun luar negeri. (R.G Soekadijo, 1996; 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata . Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut juga dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata (Oka. A. Yoeti, 2001; 146)
Pengertian pariwisata oleh para ahli memberikan gambaran bahwa
kegiatan pariwisata mencangkup banyak hal seperti orang yang melakukan
perjalanan (wisatawan), tempat yang dikunjungi (objek wisata), waktu, dan biro
perjalanan yang menyelenggarakan perjalanan.
Secara garis besar terdapat beberapa hal unsur-unsur dalam perjalanan :
Terdapat dua tempat atau lebih, ada orang yang melakukan perjalanan tersebut,
ada aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan perpindahan, ada tujuan perjalanan
dan pada koordinasi dan pengorganisasian langkah awal yang harus dilakukan
adalah menginvestasi titik rawan yang dapat menimbulkan komplain, biasanya
berkenaan dengan pemberian pelayanan dan fasilitas.
4. Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu negara
tanpa memandang kewarganegaraan, berkunjung kesuatu tempat pada negara
yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanan dapat
diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini:
a. Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan,
keagamaan dan olah raga
b. Bisnis atau mengunjungi keluarga (Happy Marpaung, 2002; 36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Ogilvie wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat
yaitu pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka
waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka berpergian
mereka mengeluarkan uang ditempat mereka kunjungi tanpa dengan maksud
mencari nafkah ditempat tersebut. (Nyoman.S Pendit, 1986; 32)
5. Pengertian Objek Wisata
Menurut Happy Marpaung objek wisata adalah suatu bentuk atau aktivitas
dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau
pengujung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu. (Happy Marpaung,
2002; 78)
Objek Wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya
tarik untuk dikunjungi wisatawan. (Oka. A. Yoeti, 1983; 95)
6. Bentuk-bentuk Pariwisata
Dilihat dari pembagian kategori bentuk-bentuk pariwisata dengan istilah-
istilah tersebut, agaknya terlalu bersifat teknis. Namun demikian, dilihat dari segi
ekonomi hal ini sangat penting dan perlu. Sebab dari klasifikasi ini, ditentukan
sistem perpajakan dan perhitungan pendapatan dalam industri pariwisata.
Di samping adanya bentuk pariwisata, ada pula jenis pariwisata yang
beraneka ragam. Menurut Nyoman S Pendit, (1986 ; 36 ) jenis-jenis pariwisata
yang terkenal dewasa ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Wisata Budaya (Cultural Tourism), yaitu jenis pariwisata yang
maksud dan tujuan perjalanannya atas dasar keinginan atau adanya
daya tarik seni budaya atau suatu tempat atau daerah. Jadi yang
merupakan objek kunjungannya itu adalah warisan nenek moyang,
misalnya berbentuk benda-benda kuno, seni tari, seni musik atau
kegiatan yang bermotif sejarah dan disamping itu ingin mendapat
kepuasan dari hasil kebudayaan suatu negara.
2. Wisata Kesehatan (Health Tourism), yaitu jenis pariwisata yang
maksud dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka untuk
menyembuhkan suatu penyakit, atau memulihkan kesehatan di
suatu negara misalnya berkunjung ke mata air panas dan mandi
lumpur.
3. Wisata Komersial (Commercial Tourism), yaitu jenis pariwisata
yang maksud dan tujuan perjalanannya dikaitakan dengan kegiatan
perdagangan nasional, internasional misalnya sering diadakannya
kegiatan Expo, Pekan Raya, Pameran Indistri dan lain-lain.
4. Wisata Olahraga (Sport Tourism), yaitu jenis pariwisata yang
maksud dan tujuan perjalanannya untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan untuk melakukan kegiatan olahraga yang disenangi atau
untuk menyaksikan suatu peseta olahraga disuatu tempat atau
negara tertentu.
5. Wisata Konferensi (Conference Tourism), yaitu jenis pariwisata
yang maksud dan tujuan perjalanannya dilakukan untuk suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pertemuan, konferensi, dimana para pesertanya juga memerlukan
fasilitas kepariwisataan seperti transpotasi, akomodasi, serta
pembelian souvenir, sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang
sebagai kenang-kenangan.
6. Wisata Belanja (Shopping Tourism), yaitu jenis pariwisata yang
maksud dan tujuan perjalanannya mengunjungi objek wisata
sekaligus mengunjungi suatu pusat perbelanjaan tradisional, pusat
oleh-oleh, souvenir serta benda-benda pernak-pernik ciri khas
daerah atau negara yang dikunjungi sebagai koleksi pribadi atau
bahkan untuk dijual lagi didaerah atau negara asalnya.
7. Wisata Politik (Political Tourism), yaitu jenis pariwisata yang
maksud dan tujuan perjalananya untuk melihat suatu keadaan
pariwisata atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan yang
diadakan oleh suatu negara.
8. Wisata Rekreasi (Recreational Tourism), yaitu jenis pariwisata
yang maksud dan tujuan perjalanannya untuk mengembalikan
kekuatan fisik maupun mental setelah melakukan pekerjaan atau
tugas rutin.
Jenis pariwisata dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
perkembangan dunia pariwisata baik itu disuatu daerah maupun negara yang ingin
memajukan industri pariwisatanya. Pada dasarnya semua ini tergantung pada
selera atau kreatifitas para ahli professional yang berkecimpung dalam bisnis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
industri pariwisata, termasuk gagasan-gagasan untuk menciptakan bentuk dan
jenis wisata baru tentunya.
Berdasarkan sifat perjalanannya, lokasi dimana perjalanan dilakukan,
wisatawan dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
a. Wisatawan Asing (foreign tourist)
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang dtang
memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara
dimana biasanya tinggal, wisatawan asing disebut juga wisatawan
mancanegara atau disingkat wisman.
b. Domestic Foreign Tourism
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara
karena tugas dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara
dimana ia tinggal.
c. Domestic Tourist
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan
wisata dalam wilayah negara sendiri tanpa melewati perbatasan
negaranya.
d. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu yang karena tugas atau
jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negara sendiri.
e. Transit Tourist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara
tertentu yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan
atau airport atau stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
f. Business Tourist
Orang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan tujuan
wisata tetapi wisata akan dilakukan setelah tujuannya yang utama
selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder,
setalah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan. (A Hari
Karyono, 1997; 21)
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penlitian
Penelitian ini dilakukan di desa Pancot, Kelurahan Kalisoro, Kecamatan
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah pada periode bulan Juli-November
2011 yaitu 26 Juli 2011observasi obyek dan bulan Oktober-November
wawancara.
2. Metode Penelitian
Berdasarkan jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka
metode yang digunakan adalah:
a. Metode wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Endar Sugiarto dan Kusmayadi (2000; 85) wawancara adalah
proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden,
sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan
bertanya langsung kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam
dengan alat perekam. Metode wawancara, disebut juga interview dalam hal ini
dijadikan sebagai cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan
antara peneliti dengan subjek penelitian atau informan. Pada awalnya penyusunan
dilakukan terlebih dahulu pembuatan pedoman wawancara yang berisi garis-garis
besar pertanyaan tentang permasalahan yang akan diteliti. Pemilihan nara sumber
penulis memilih informan yang dianggap lebih tahu dan dipercaya mengetahui
dan menguasai permasalahan yang akan dibahas. Wawancara yang dilakukan
adalah wawancara dengan Ketua Lingkungan desa Pancot yang dipercaya lebih
tau mengenai upacara ini.
b. Metode observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan
mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan
cara ini data yang diperoleh adalah data faktual dan aktual dalam artian data yang
dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. (Endar Sugiarto dan
Kusmayadi, 2000; 84-85)
Dalam penelitian ini observasi dilakukan di desa Pancot kecamatan
Tawangmangu. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran
umum masalah yang dikaji sehingga penelitian akan terarah untuk mendapatkan
deskripsi nyata tentang permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penpenulis mengakaji atau meneliti tentang potensi yang ada didalam pelaksanaan
upacara adat mandhasiya.
c. Studi pustaka
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan yang relevan meliputi literature, referensi maupun
buku-buku yang mendukung penelitian. Studi pustaka merupakan data pendukung
yang dapat digunakan sebagai acuan pembahasan permasalahan dalam penelitian
baik segi instansi terkait maupun yang lain melalui buku-buku untuk mendapatkan
informasi secara menyeluruh. Studi Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara membaca buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti dan data yang diperoleh dari buku-buku teori, perpustakaan
Laboraturium Tour DIII Usaha Perjalanan Wisata maupun informasi dari pihak
pengelola upacara adat Mandhasiya dan pamong desa serta warga Pancot,
Tawangmangu.
3. Teknik Analisis Data
Dengan data yang diperoleh dengan metode-metode tersebut diatas,
peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisa data yang
didapatkan. Teknik deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis,
faktual dan akurat, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
(Endar Sugiarto dan Kusmayadi,2000;29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Data yang ada baik data yang diperoleh secara langsung ataupun tidak
langsung dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan melihat kaitan data yang
diperoleh dengan teori yang ada, sehingga nantinya data yang dipakai sebagai
bahan pembahasan masalah lebih lanjut merupakan data-data yang berkualitas
sehingga dapat menberikan sumbangan pikiran guna pemecahan masalah yang
ada.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian pustaka, metodologi penelitian, analisis dan sistematika penulisan.
Bab II Merupakan pembahasan mengenai potensi yang dimiliki
oleh upacara adat baik itu dari segi, Atraksi, Aksesibilitas, aktivitas,
maupun amenitas dan pengelola dan analisis SWOT serta upaya-upaya
yang perlu dilakukan dalam pengembangan upacara adat Mandhasiya.
BAB III Menguraikan tentang potensi dan pengembangan serta
hambatan dan kendala dalam pengembangan serta cara mengatasi
hambatan tersebut.
BAB IV Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan
terhadap rumusan masalah yang dibahas, saran serta lampiran-lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT MANDHASIYA
A. Asal usul nama upacara adat
Nama upacara Bersih Desa Mandhasiya ini erat hubungannya dengan
nama wuku (nama hari jawa). Oleh karena itu akan diuraikan tentang wuku yang
ada hubungannya dengan cerita rakyat. Secara singkat ceritanya adalah sebagai
berikut: (observasi dan wawancara Bp Saryadi dan Bp Sulardiyanto bulan
November 2011)
Alkisah menurut cerita, Prabu Watugunungadalah seorang raja Gilingwesi
yang beristri Dewi Sinta yang kemudian mempunyai putra dan putrid berjumlah
28 orang. Mereka akan kembali ke khayangan dalam kurun waktu berturut-turut
dalam selang waktu satu Minggu yang berawal dari Sinta dan Berakhir dengan
Watugunung.
Adapun nama wuku dan jumlahnya berdasarkan dari cerita tersebut adalah
30 nama yaitu Ibu, 28 orang anaknya serta ayah. Tiap-tiap wuku berawal dari hari
Minggu dan berakhir pada hari Sabtu.
Dibawah ini akan penulis uraikan nama wuku serta nama “hari” dan
“pasaran” (observasi dan wawancara Bp Saryadi dan Bp Sulardiyanto bulan
November 2011).
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Nama-nama wuku :
Sinta, Landep, Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreng, Warigalit, Warigagung,
Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Lankir, Mandhasiya, Julungpujut,
Pahang, Kuruwelut, Merakeh, Tambir, Medhangkungan, Maktal, Wuye, Menahil,
Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kelawu, Dhukut, Watugunung.
Nama-nama hari :
Minggu neptu (nilai yang ada di hari dan pasaran yang digunakan untukj
menghitung sesuatu hal seperti pernikahan, membuat rumah oleh orang jawa
kuno) atau memiliki nilai 5, Senin neptu 4, Selasa neptu 3, Rabu neptu 7, Kamis
neptu 8, Jumat neptu 6, Sabtu neptu 9.
Nama-nama pasaran:
Pon neptu 7, Wage neptu 4, Kliwon neptu 8, Legi neptu 5, Pahing neptu 9
Upacara tradisional tersebut dinamakan “MANDHASIYA” karena
dilaksanakan pada wuku Mandhasiya tepatnya pada hari Selasa Kliwon.
B. Latar belakang diadakannya upacara Mandhasiya
Pada umumnya masyarakat yang mengadakan upacara tradisional
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap tradisi adat istiadat yang telah
berjalan turun temurun. Upacara tersebut sejak kapan dilaksanakan tidak diketahui
secara pasti. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sejak terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dan Puthut Tetuka yang terlibat
dalam pertempuran dan yang dimenangkan oleh Puthut Tetuka karena Prabu Baka
bersifat serakah. Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-
sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek
moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member
sumber hidup dan rejeki.
Berhubungan dengan cerita rakyat tentang terjadinya upacara Mandhasiya
tak lepas dari suatu derita yang tidak diketahui pengarangnya dan disampaikan
secara turun-temurun dari masyarakat setempat. Adapun ringkasan ceritanya
adalah sebagai berikut :
Kyai Jenta adalah orang pertama yang mendiami Dukuh Pancot (Desa
pancot). Kyai Jenta mau bekerja keras agar masyarakat dukuhnya aman, makmur
dan sejahtera sehingga segala kebutuhannya dapat tercukupi. Dalam hal
membangun Kyai Jenta sangat berhasil sehingga beliau dihormati dan dikenang
oleh rakyatnya. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)
Prabu Baka adalah orang yang memimpin Pedukuhan tersebut, pada suatu
waktu , ia menggunakan kekuasaanya diluar batas peri kemanusiaan sehingga
meresahkan rakyat yang dipimpinnya. Perampasan harta dan penganiayaan bukan
merupakan hal yang haram baginya. Penindasan tersebut memuncak hingga
sampai-sampai Sang Prabu memakan daging manusia.
Asal mula Sang Prabu makan daging manusia adalah sebagai berikut.
Seperti biasanya setiap hari para juru masak menghidangkan masakannya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sang Prabu. Pada suatu hari dirasakan masakan juru masak lebih lezat dari
biasanya. Dalam hal ini Sang Prabu bertanya kepada juru masak tentang apa yang
digunakan bumbu masak sehingga masakan lebih lezat dari biasanya. Karena
takut dan jujurnya juru maka juru masak menceritakan semuanya. Bahwa ketika
sedang memasak, jarinya tersayat pisau sehingga sebagian darah dan daging
jarinya masuk kedalam masakan. Juru masak menceritakan dengan wajah
ketakutan apabila akan diberi hukuman oleh Sang Prabu. Mendengar hal tersebut
Sang Prabu tidak menjadi marah tetapi Sang Prabu menjadi senang serta member
pujian dan terima kasih kepada juru masaknya. Demikianlah cerita dari juru
masak dan selanjutnya Sang Prabu memerintahkan kepada Sang Patih dan
Tumenggung agar pada hari-hari tertentu menyiapkan korban manusia sebagai
santapannya. Pengambilan korban dilaksanakan secara bergilir. Dengan keadaan
tersebut masyarakat menjadi resah dan takut. Suasana Pedukuhan menjadi
mencekam dengan keputusan Sang Prabu Baka. Banyak penduduk yang
mengungsi kedaerah lain demi keselamatan jiwanya.
Keresahan tersebut menimpa Nyai Randha Dhadhapan. Pada suatu saat
undian bergulir pada keliarga Nyai Randha Dhadhapan. Nyai Randha Dhadhapan
adalah seorang janda yang mempunyai seorang anak yang sangat dicintainya. Ia
sangat bingung dan sukar menentukannya apakah dirinya atau anaknya yang akan
diserahkan kepada Sang Prabu. Apabila ia mengorbankan dirinya maka ia tidak
rela anaknya sebatang kara, siapa yang akan mengasuh dan memberinya makan.
Tetapi apabila ia mengorbankan anaknya maka apalah arti hidup bagi Nyai
Randha Dhadhapan jika sampai anaknya menjadikorban. Untuk mencari jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keluar tidak ada jalan lain kecuali ratap tangis dan menyesali hidupnya yang
malang itu.
Dengan ratap tangis dan deraian air mata, siang malam mereka selalu
berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari
mala petaka yang menimpanya. Hari-hari yang dilalui keluarga tersebut selalu
diwarnai dengan kesedihan. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober
2011).
Dibagian Lereng Gunung Lawu di bagian barat terdapat suatu tempat yang
bias digunakan untuk bertapa. Tempat pertapaan itu disebut dengan nama
“Pringgodani”.
Pada suatu hari di Petapaan tersebut ada seorang pemuda yang berwajah
tampan, gagah beran idan berbudi luhur sedang melakukan semedi. Adapun
maksud dan tujuannya tidak lain adalah agar diberikan kekuatan lahir dan bain
oleh Tuhan Yang Maha Esa dehingga dapat digunakan untuk memegakkan
keadilan dan menumpas penindasan yang akan terjadi pada umat manusia.
Pemuda itu bernama Puthut Tetuka. Pada tiap malam ia berjalan-jalan sendirian
dengan tujuan supaya diberi ilham dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa
tentang apa yang harus dilakukannya.ia berjalan-jalan disekitar Pertapaan
sehingga masuk pada sebuah Pedukuhan atau sebuah Desa. Di sana ia mendengar
suara tangisan dari sebuah rumah penduduk tetepi ia tidak menghiraukannya. Pada
malam berikutnyaia berjalan-jalan pada tempat yang sama dan ia pun mendengar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dari tangisan dari rumah yang sama. Barulah pada hari ketiga ia mendekati rumah
tersebut.
Alangkah terkejutnya Nyai Randha Dhadhapan mendengar pintunya
diketuk oleh seseorang. Mereka mengira bahwa tamunya adalah utusan Prabu
Baka yang akan membawa salah satu dari mereka. Setelah mereka mendengar
beberapa pertanyaan dari luar barulah mereka yakin bahwa yang dating bukan
utusan dari Prabu Baka tetapi justru orang yang akan menyelamatkannya. Nyai
Randha Dhadhapan menceritakan kejadian yang menimpa mereka bahwa mereka
akan menjadi santapan Prabu Baka yang serakah. Sebagai Ksatria, Puthut Tetuka
tidak keberatan mengorbankan dirinya sebagai ganti keluarga Nyai Randha
dhadhapan. Keadaan menjadi tenang ketika Puthut Tetuka mengutarakan
maksudnya. Nyai Randha Dhadhapan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berterima kasih kepada Puthut Tetuka.
Seperti biasanya wajib setor manusia tersebut ditentukan waktunya oleh
Prabu Baka. Kali ini pada hari Selasa Kliwon prabu baka memerintahkan kepada
pengawalnya untuk mengambil tumbal dari keluarga Nyai Randha Dhadhapan.
Puthut Tetuka diarak menuju tempat Prabu Baka untuk menjadi santapan. Melihat
wajah tampan dan tubuh yang gagah maka Prabu Baka menyala-nyala nafsu
makannya. Sambil tertawa-tawa Prabu Baka mengiggit-gigit tubuh Puthut Tetuka
dan menyabetkan pedangnya untuk memotong tubuh Puthut Tetuka. Atas
perlindungan Tuhan Yang Maha Esa maka gigitan dan sabetan pedang Prabu
Baka tidak mempan pada tubuh Puthut Tetuka.ia masih berdiri dengan tegap
menghadapi Prabu Baka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Hari Selasa Kliwon adalah hari naas Prabu Baka. Alangkah marahnya ia
melihat hal yang belum pernah terjadi pada hari itu. Prabu Baka terus menyerang
Puthut Tetuka dengan senjatanya yang ampuh dan bermacam-macam. Hal
tersebut mebuat Puthut Tetuka menjadi hilang kesabarannya dan menyerang
Prabu Baka. Terjadilah perang tanding antara keduanya. Penduduk bersorak-sorai
melihat pemandangan tersebut. Karena lelahnya, Prabu Baka lengah, tubuhnya
diinjak-injak dan ditendang-tendang oleh Puthut Tetuka. Tubuh Prabu Baka
dipancatkan kebumi. Lehernya diputar hingga putus. Kepalanya dibantingkan ke
sebuah batu didekatnya sehingga jasadnya hancur menjadi bagian-bagian yang
terpisah dan berserakan. Penduduk bersorak-sorai sambil mengulurkan tangannya
kepada Puthut Tetuka. Peristiwa yang mereka tunggu setelah sekian lama yaitu
hancurnya Prabu Baka yang menindas rakyat. Untuk kelestarian dan kedamaian
masyarakat desa, maka Puthut Tetuka berpesan kepada mereka bahwa setiap hari
Selasa Kliwon wuku Mandhasiya agar diadakan “bersih desa” dengan
menghidangkan sesaji pada tempat tersebut dan dalam waktu itu pula Watu
Gilang (Batu Gilang) disiram dengan Badheg (air tape ketan) dengan tujuan
supaya tempat itu tidak menjadi angker untuk masa yang akan datang. Pada hari
itu juga saat Prabu Baka menjadi Roh menyadari kesalahannya di dunia. Agar
arwahnya diterima tuhan dan sebagai balas budi kepada masyarakat maka
keempat taringnya berubah menjadi bawang merah dan bawang putih sebagai
tanam pokok masyarakat. Hapuslah sudah angkara murka yang dilakukan Prabu
Baka sehingga Pedukuhan menjadi tersebut menjadi aman, makmur, tentram dad
damai. Masyarakat bekerja giat untuk meningkatkan produksi bawang merah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
bawang putihnya. Puthut Tetuka bersyukur kepada Tuhan atas berhasilnya
kewajiban menumpas angkara murka tersebut. Ia segera meninggalkan tempat
kejadian tersebut untuk melanjutkan semedinya.
Dengan adanya cerita rakyat yang diikuti upacara Bersih Desa
Mandhasiya. Cerita tersebut menimbulkan kepercayaan yang cukup kuat kepada
penduduk setempat untuk melaksanakaan upacara adat Mandhasiya. Demikian
pula dengan tanaman bawang merah dan bawang putih yang menjadi tanaman
pokok penduduk secara turun-temurun. Walaupun masyarakat sudah hidup pada
jaman modern sekarang ini, namun masyarakat belum berani meninggalkan
pelaksanaan upacara tersebut.
C. Maksud dan tujuan diadakannya upacara Mandhasiya
Maksud upacara Bersih Desa Mandhasiyaini seolah-olah merupakan
peringatan tentang peristiwa antara Prabu Baka dengan Puthut Tetuka atau
keserakahan dilawan dengan kejujuran yang dimenagkan oleh kejujuran.
Upacara ini lahir terjadinya peristiwa tersebut atau setelah manusia
mempunyai kepercayaan dan kepercayaan tersebut dilatarbelakangi oleh
kebudayaan serta kepercayaan bahwa penghormatan kepada roh nenek moyang
tidak bertentangan dengan agama.
Atas dasar inilah upacara Bersih Desa Mandhasiya dimaksudkan untuk
memberikan pisungsung saji (sesaji) kepada roh Prabu Baka dan Danyang Desa
(roh penguasa desa). Sebab walaupun Prabu Baka semasa hidupnya mengunakan
kekuasaannya di luar batas kemanusiaan namun setelah menjadi roh menyadari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bahwa semasa hidupnya di Pedukuhan yang disengsarakan tersebut dapat subur
makmur.
Masyarakat telah mengenyam hasil dari pertaniannya yang telah menjadi
sumber pokok pencaharian, maka mereka perlu untuk menyajikan sebagian kecil
dari hasilnya sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih atas balas budi yang
menjadi sumber kehidupan itu.
Dalam membinasakan Prabu Baka. Puthut Tetuka mengunakan sebuah
batu yang bernama watu Gilang atau Batu Gilang. Tempat itu setiap upacara
dilaksanakan selalu disiram dengan air tape ketan dengan tujuan agar pada sekitar
batu itu dan semua tanah di Pedukuhan tidak menjadi angker.
Dengan menyelengarakan upacara adat tersebut masyarakat merasa bersih
dari kewajiban dan tangung jawab yang harus dipenuhi terhadap kampung
halamannya. Dan menjaga keselamatan sehari hari dari hal-hal yang tidak
diinginkan. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)
D. Penyelenggaraan upacara Mandhasiya
Upacara penyelenggaraan dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali yaitu 26
Juli 2011 dan menetap yaitu di “Pundhen Bale Pathokan”. Dilaksanakan di tempat
itu karena menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa di tempat itulah
terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dengan Puthut Tetuka dan di tempat itulah
terdapat Batu Gilang. Tempat ini berupa sebuah rumah yang khusus digunakan
sebagai Punden, di depannya terdapat halaman yang saat upacara dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
digunakan sebagai tempat pementasan reog, di tempat itu juga terdapat rumah
yang berisi Batu Gilang. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)
Upacara dilaksanakaan pada hari Selasa Kliwon tepatnya wuku
Mandhasiya. Upacara tersebut dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali dengan dasar
wuku ada 30 nama.
Pada jaman dahulu pelaksanaan upacara tersebut ditangani oleh Pamong
Desa yang pada waktu dulu disebut Petinggi yang dibantu oleh para Bekel yang
jumlahnya ada 10 orang. Pada waktu sekarang masih melestarikan naluri tersebut
bahwa yang menangani pelaksanaan upacara tersebut adalah Kepala Lingkungan
yang dibantu para Ketua RT. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober
2011)
Dua hari sebelum pelaksanaan upacara sudah menjadi kebiasaan
masyarakat setelah mendengar pengumuman dari kepala Lingkungan, mereka
pergi ke tempat Kepala Lingkungan untuk menyerahkan 1 liter belas, kayu bakar
dan sejumlah uang. Penyerahan barang-barang tersebut oleh masyarakat setempat
dinamakan atau dikenal dengan nama cebukan.
Penggunaan bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Beras diolah menjadi gandik atau sesaji lainnya tempat pengolahannya
berada di tempat Kepala Lingkungan. Gandik yang digunakan sebagai
sesaji dan sisanya dibagikan kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar memasak gandik dan sesaji
lainnya.
3. Uang digunakan untuk membeli ketan yang akan dibua menjadi tape
ketan, kambing kendit yaitu kambing jawa yang dibadannya melingkar
warna putih. Beberapa ayam untuk sesaji dan perlengkapan lainnya.
Dalam pembuatan sesaji yang sangat beragam bahan-bahan tersebut
dimasak oleh wanita yang sudah tua yang sudah berpengalaman dikarenakan
pemasak dilarang mencicipi masakan tersebut.
1. Persiapan Upacara Mandhasiya
a. Perlengkapan berupa sesaji
Perlengkapan upacara dapat dibedakan menjadi 9 macam, Sajen diletakkan
pada dua tempat yaitu pada ruangan khusus yang disebut sanggar pada rumah
Kepala Lingkungan dan di tempatkan pada Pundhen Bale Pathokan.
Perlengkapan yang berupa Sajen banyak macamnya diantaranya sebagai berikut :
Gandik, makanan yang terbuat dari beras yang digiling kemudian dibentuk
dengan bentuk tertentu kemudian di tanak atau direbus, pisang kepyok, tape ketan,
pencok bakal, perlengapan sesaji yang berisi sebatang rokok, telur, kacang hijau,
daun sirih dan lain-lain, bothok ares, sayuran dari daging pelepah pisang, kedelai
goreng, kinangan, berisi sirih dan tembakau, kumpang dan beras, tumpeng rakan,
tumpeng dari bahan jagung, daging kambing matang, belulang kambing kaki
kambing, usus dan daging kambing mentah, tempe bakar, pelas dele, kedelai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ditumbuk kemudian dibungkus daun pisang dan direbus, gula kelapa atau gula
jawa, minyak wangi, ayam (godhog, mentah, panggang), degan paes, kelapa muda
yang dihias.
Syarat pembuatan sesaji
- Harus bersih atau suci (mandi keramas dahulu).
- Tidak dalam masa haid (orang tua yang tidak mengalami haid).
- Tidak boleh mencicip.
- Selama memasak tidak boleh berdiri dan bercakap-cakap.
- Memegang sesuatu dalam memasak harus menggunakkan tangan kanan.
- Kayu bakar tidak boleh dilangkahi.
b. Perlengkapan berupa alat
Perlengkapan upacara penyiraman Watu Gilang dengan Bhadeg (air tape
ketan). Alat yang digunakan yaitu air tape ketan yang dimasukkan pada tembaga
yang sudah dipersiapan petugasnya. Perlengapan Bendhe tradisional, Bendhe
adalah sebuah alat music khusus Mandhasiya yang dibunyikan pada waktu-waku
terentu. Perlengkapan pakaian para Danyang Desa, pakaian ersebut dijemur untuk
disanggarkan. Perlengkapan upacara nadar, alat yang digunakan adalah ketupat
atau ketupat luwar, tumpeng, beras kuning dan uang logam. Perlengkapan
Gamelan tradisional, gamelan tersebut merupakan gamelan khusus digunakan
pada waktu upacara adat Mandhasiya secara turun temurun. Dari mana asal usul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
gamelan tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Gamelan tersebut tidak akan
dijual atau diganti karena telah menjadi kegemaran Danyang Desa. Gamelan
tersebut disimpan pada salah satu rumah warga.
Persiapan seni reog, perlengkapan ini disiapkan oleh beberapa warga
karena kelompok yang akan menghiasi atau meramaikan upacara adalah
kelompok dari dalam dusun sendri yang berfungsi sebagai hiburan bari
masyarakat.
Perlengkapan janur kuning, beras kuning dan uang logam, janur kuning,
beras kuning dan uang logam, janur kuning dipergunakan untuk hiasan dan kupat
luwar pada acara pelepasan nadar sadangkan beras kuningdan uang logam
digunakan untuk tabur sebelum dan sesudah upacara penyiraman batu gilang
dengan air tape.
Perlengkapan payung kebesaran, perlengkapan ini berupa payung
diletakkan pada depan Punden Bale Patokan yang jumlahnya dua buah karena
dusun Pancot terdiri dari dua dusun yaitu Pancot Utara dan selatan. (wawancara
dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)
2. Prosesi upacara
a. Upacara pendahuluan
Sehari sebelum pelaksanaan upacara disiapkan sesaji dan pakaian
Danyang Desa pada tempat khusus di rumah Kepala Lingkungan yang disebut
Sangar sesaji. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB ada warga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memukul Bendhe tradisional di sekitar dusun dan tempat-tempat yang dianggap
keramat.yang bertujuan unuk pemberitahuan terhadap warga desa karena
keesokan harinya akan dilaksanakaan upacara Bersih Desa Mandhasiya dengan
permohonan kepada dayang dimohon datang dan tidak menggangu upacara.
b. Puncak acara
Pada hari selasa pagi, Kepala Lingkungan beserta pembantunya
mendatangi Punden Bale Pathokan untuk menyembelih kambing kendit dan
beberapa ayam jantan sebagai sesaji. Kambing dan ayam langsung dimasak di
punden dan dapat dibawa pulang setelah acara selesai. Semua bahan sesaji
disanggarkan di tempat sesaji punden. Dilaksanakan pemberian gandik kepada
masyarakat. Kemudian mengambil gamelan tradisional.
Pada siang hari sekitar pukul 13.00 WIB gamelan mulai dimainkan oleh
masyarakat yang mempunyai keahlian menabuh. Kemudian sekitar pukul 15.00
WIB seni Reyog mulai menari di sekiar jalan desa menuju punden bale pathokan.
Seni Reyog adalah seni yang berupa tarian dengan merak diatas kepala hariamau
diiringi beberapa pendamping tarian yaitu kuda lumping yang ditarikan oleh
wanita dan tarian lainnya. Dengan diiringi alat music kendang, kempul, kenong,
angklung, gong dan alat lainnya saat tarian ini telah sampai di Punden Bale
Pathokan maka disambut suara bendhe tradisional. Terdapat tiga tempat sebagai
pusat acara yaitu, Punden Bale Patokan, Pasar Pancot dan Tempat batu gilang.
Setelah selesainya pentas reyog maka dilaksanakan upacara penyiraman
watu gilang dengan Badheg (air tape ketan) yang didahului oleh penyiraman beras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kuning oleh sesepuh dusun. Acara ini adalah acara inti dari seluruh proses
upacara.
Kemudian dilanjutkan upacara nadar yaitu untuk warga yang memiliki
janji tertentu jika keinginannya tercapai akan mengadakan upacara nadar dengan
menarik kupat luwar yang berisi beras kuning yang artinya lepas dari nadar atau
keluar dari kesulitan hidup.Warga yang melaksanakan upacara nadar maka harus
menyumbangkan ayam yang akan diperebutkan. Acara inilah yang sangat menarik
pengunjung dari luar desa. Ayam dilepaskan di samping atap punden untuk
diperebutkan pengunjung. Acara ini diiringi gamelan dengan irama kebogiro.
c. Mengakhiri upacara
Upacara ini berakhir dengan sendirinya setelah Ketua Lingkungan beserta
para pembantunya menyebarkan uang logam dan beras kuning yang artinya ayam
nadar telah habis.
Sebagai salah satu kekayaan budaya yang berasal dar leluhur maka acara
Bersih Desa Mandhasiya sangat mengakar dimasyarakat. Mereka percaya bahwa
keamanan terjamin setelah dilaksanakannya upacara Mandhasiya tersebut. Oleh
karena itu masyarakat Pancot masih melaksanakaanya sampai sekarang.
Mandhasiya dan desa Pancot adalah saatu rangkaian, sampai saat ini tidak ada
tanda-tanda bahwa upacara adat ini berakhir sejalan dengan berkembangnya
peradaban. Semua peralatan masih dikemas rapi dan dilakukan sesuai alur.
Upacara adat Mandhasiya ini adalah kebangaan warga Pancot. ( wawancara
dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
POTENSI DAN UPAYA PENGEMBANGAN UPACARA ADAT
MANDHASIYA
A. Potensi Upacara Adat Mandhasiya
Dalam upaya mewujudkan suatu wilayah sebagai tujuan wisata, perlu
dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk
ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif
guna mengenali potensi lain yang terpendam. Upaya ini dimaksudkan agar dapat
memperkaya khasanah daya tarik wisata. Tingkat keanekaragaman daya tarik
akan sangat penting artinya bagi kelangsungan industri pariwisata suatu daerah.
Semakin banyak jenis daya tarik yang ditawarkan akan semakin banyak pangsa
yang akan dirambah dan akan lebih punya peluang “memaksa” wisatawan untuk
tinggal lebih lama di suatu tempat.
Di kawasan Tawangmangu, selain suasana alam juga suasana pedesaan
yang masih cukup terasa merupakan potensi lain yang juga layak ditawarkan
sebagai daya tarik wisata. Wilayah pedesaan yang secara geografis dan sosial
berbeda dengan perkotaan, terdapat suasana khusus dan khas. Potensi daya tarik
wisata di kawasan Tawangmangu paling tidak terdapat tiga jenis daya tarik, yaitu
daya tarik budaya upacara adat seperti upacara tradisional dukutan dan upacara
bersih desa Mandhasiya, kesenian local seperti gemelan tradisional, kegiatan
ekonomi khas seperti pusat oleh-oleh pasar wisata Tawangmangu, keramahan
penduduk, dll. daya tarik alam, yaitu keindahan alam pedesaan seperti desa
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pancot, Blumbang, Gondosuli yang sebagian besar warga bermata pencahariaan
sebagai petani sehingga alam pedesaan sangat terasa, karakter khas lingkungan,
dll. daya tarik khusus meliputi event-event khusus seperti pemilihan putra putrid
lawu yang menjadi daya tarik.
Daya tarik budaya dalam bentuk upacara adat bersih desa merupakan daya
tarik unggulan bagi kawasan Tawangmangu khususnya desa Pancot sebagai
daerah tujuan wisata. Pengembangan daya tarik budaya ini harus dilakukan
dengan ekstra hati-hati. (Observasi bulan Juni-November 2011)
Adapun komponen-komponen yang menjadi dasar potensi obyek dan daya
tarik wisata meliputi empat komponen utama (4A) yaitu Atraksi, Aksesibilitas,
Amenitas, dan Aktivitas (Samsuridjal D dan Kaelany HD, 1997: 20-21).
1. Atraksi
Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai
untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi (Nyoman S. Pendit, 2003:19).
Dalam istilah menyebutkan yang dimaksud dengan atraksi atau daya tarik
wisata adalah “The features that attract a tourist to aparticular
destination…They constitute the main reason for travel to the destination.
They are the pull factors tourism” artinya atraksi merupakan aspek yang
menarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tertentu. Atraksi
merupakan salah satu tujuan utama dalam suatu perjalanan dan merupakan
salah satu faktor penarik dalam pariwisata. (Soekadijo, 1996: French,
1996:124).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berikut ini adalah berbagai acara dalam bersih desa Mandhasia yang
menarik untuk dikunjungi, yang pertama adalah kisah dilaksanakannya
upacara adat bersih desa Mandhasia, atraksi reyog dengan penari kuda
lumping serta penari penari lainnya yang diiringi oleh alat musik
tradisional, upacara nadar dengan cara melepaskan ayam atau dilempar ke
atas atap punden dan diperebutkan oleh warga, kemudian kebersamaan
warga yang masih mau melestarikan budayanya agar tidak punah, selain
itu alam pedesaan yang masih asri dengan hamparan saawah yang indah
adalah salah satu hal menarik di tempat ini. (Obsevasi pada bulan
November 2011).
2. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah sarana pendukung yang memberikan kemudahan
untuk mencapai daerah tujuan wisata. Asesibilitas tidak hanya menyangkut
kemudahan transportasi bagi wisatawan tetapi juga waktu yang dibutuhkan
untuk sampai di lokasi. Dengan kata lain aksesibilitas atau disebut juga
keterjangkauan obyek merupakan sarana pendukung untuk mencapai suatu
obyek wisata serta jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai obyek wisata tersebut. Faktor-faktor yang penting di dalam
aksesibilitas meliputi ”... road signage, acces to tourist attractions, and
ground transport,... time taken to reach the destination, the cost of
travelling to destination, and the frequency of transport to the
destination.” Aksesibilitas yang dimaksud meliputi penunjuk jalan, jalan
menuju atraksi wisata, transportasi darat, waktu yang dibutuhkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mencapai obyek, biaya perjalanan menuju obyek dan jumlah transportasi
yang tersedia menuju obyek (French, 1996: 204).
Akses menuju tempat upacara adat Mandhasiya tidak terlalu sulit
karena letaknnya yang hanya sekitar 3 kilometer dari pusat kota
Tawangmangu dan sekitar 46 kilometer dari kota Surakarta. Wisatawan
yang berasal dari arah Solo dapat dicapai dengan menggunakan bus umum
jurusan Tawangmangu dengan harga penumpang umum Rp.6.000.- dan
pelajar Rp.4.000.-. Dari Terminal Tawangmangu pengunjung dapat
menggunakan angkutan desa yang biasa disebut colt disel menuju desa
Pancot dengan membayar antara Rp.2.000-Rp.3.000. Jika menggunakan
kendaraan pribadi dapat dicapai dari Solo melewati Karanganyar,
Karangpandan kemudian Tawangmangu dan langsung menuju desa
Pancot, jika dari arah Matesih dapat melalui jalur Matesih Tawangmangu.
(Observasi pada bulan November 2011).
Untuk kunjungan wisatawan yang berupa group atau rombongan yang
menggunakan transportasi bus pariwisata dapat langsung menuju obyek,
tetapi bus tidak dapat masuk ke dalam desa hanya dapat parkir di jalan
raya karena jalan desa tidak dapat menampung bus pariwisata. Kondisi
jalan menuju lokasi sudah cukup baik dan beraspal walau sedikit
berlubang dan bergelombang tetapi memungkinkan untuk dilalui berbagai
macam alat transportasi temasuk bus pariwisata yang berukuran besar serta
kendaraan pribadi baik mobil maupun motor walaupun tidak sampai ke
area desa pancot untuk bus pariwisata. Papan petunjuk arah menuju obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
juga sudah terpasang cukup baik, sehingga para wisatawan yang
berkunjung dapat dengan mudah untuk menemukan obyek wisata yang
dituju (Tawangmangu). (Obsevasi pada bulan November 2011).
3. Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata
yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan.
Pengertian lain menyebutkan “…basic facilities required by tourist…aminities
do not usually in themselves generate or attract tourist, but the lack of
amenities might cause tourist to avoid a particular destination ’’ artinya
amenitas merupakan fasilitas dasar yang menjadi permintaan wisatawan.
Amenitas biasanya tidak untuk menghasilkan atau menarik wisatawan, tetapi
kurangnya amenitas di suatu obyek wisata dapat mengakibatkan para
wisatawan enggan untuk mengunjungi obyek tersebut. (French, 1996:15).
Berbagai sarana wisata yang harus dibangun atau disediakan oleh daerah
tujuan wisata antara lain adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek
wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap, pengadaan sarana wisata
tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Adapun fasilitas
pendukung dari sekitar obyek upacara adat mandhasiya antara lain hotel,
rumah makan (restaurant), pusat perbelanjaan, bank.
Bahwa pusat perbelanjaan yang ada sebagian besar berlokasi di pusat kota
Tawangmangu yang jaraknya sekitar 2-3 kilometer dari desa Pancot walau
begitu banyak terdapat juga disekitar desa Pancot. Salah satu tempat belanja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang sangat menarik bagi para wisatawan untuk membeli cinderamata adalah
di Pasar Wisata Tawangmangu. Ditempat ini menjual berbagai macam oleh-
oleh khas Tawangmangu serta makanan khas tawangmangu dan buah-buahan.
(Obsevasi pada bulan November 2011).
Akomodasi yang tersedia bagi wisatawan banyak disekitar
desa Pancot. Hal ini disebabkan daerah tersebut adalah kawasan
wisata alam sehingga para wisatawan selain menginap sekaligus
dapat menikmati suasana alam.
Restoran atau rumah makan sangat banyak di sekitar desa,
pengunjung tinggal memilih menu apa yang akan mereka pilih.
Tentu saja sate khas Tawangmangu. (Obsevasi pada bulan
November 2011).
4. Aktivitas
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dapat dilakukan oleh
wisatawan selama berada di suatu daerah wisata. Faktor ini sangat
berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk tinggal lebih lama
ataupun mempercepat kepulangannya. French menyebutkan bahwa
aktivitas adalah “…What the tourist does at the destination area “
atau kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh para wisatawan di
daearah tujuan wisata. (French, 1996:124). Aktivitas juga dapat
berarti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar obyek
wisata, yang berfungsi sebagai penunjang keberlangsungan kegiatan
pariwisata di daerah tersebut serta sebagai wujud partisipasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
industri pariwisata. Menurut Murphy (1995:46) aktivitas dapat
digolongkan menjadi:
a. Sightseeing (melihat-lihat tempat menarik), hiking
(mendaki gunung), photography (fotografi), enjoying the
outdoors. (menikmati udara bebas).
b. Extractive-symbolic, seperti picking berries (memetik
buah), bird hunting (berburu burung).
c. Passive-free play (permainan bebas yang pasif), seperti
resting and relaxing (istirahat dan bersantai), getting away from
the city (pergi jauh dari kota), campin (kemah) cooking,
(memasak), reading (membaca), enjoying camp-fires
(menikmati api unggun), playing cards (bermain kartu).
d. Sociable-learning (pembelajaran social), seperti visiting
friends and relatives (mengunjungi teman dan relasi), meeting
people (menemui seseorang), drinking (minum), partying,
(pesta), nature study (belajar di alam terbuka).
e. Active-expressive, seperti swimming (berenang), canoeing
(bermain kano), beach activities (bermain di pantai) children’s
play (permainan anak-anak) boating (bermain boat).
Adapun berbagai akitivitas yang dapat dilakukan oleh para wisatawan
yang berkunjung ke obyek upacara adat Mandhasiya adalah pertama,
pemandangan alam pedesaan yang asri dan terawat serta hamparan sawah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
hijau di sekeliling desa yang dapat dijadikan tujuan pengunjung untuk berfoto.
Kemudian saat acara upacara adat bersih desa Mandhasiya dilaksanakan terdapat
banyak sekali tontonan yang dapat menjadi sebuah atraksi wisata. Permainan
instrument gamelan turun-temurun yang selalu dipakai saat upacara adat
Mandhasiya sangat menarik. Dijaman sekarang hanya sedikit orang yang mau
mempelajari tentang budaya leluhur tetapi di desa ini yang memainkan instrument
gamelan tersebut adalah anak-anak muda yang mereka sangat cinta terhadap
budaya mereka tradisi mereka. Gamelan tersebut dimainkan saat prosesi tertentu
saja. Setelah itu juga terdapat permainan reog yang diiringi oleh penari kuda
lumping dan yang menarikannya adalah perempuan yang belum dewasa atau
anak-anak, hal ini berarti para warga desa mengajarkan anak-anak mereka dari
kecil tentang budaya mereka sehingga budaya tersebut tidak akan hilan atau
dilupakan. Reog-reog dari desa tersebut memainkan berbagai atraksi seperti
memutar dan berjoged. Selain itu para penari kuda lumping menari dengan
luesnya diiringi seperangkat gamelan. Selain itu penari yang biasa disebut penari
warok yaitu penari dengan wajah garang berwarna merah memakai jenggot dan
kumis tebal menari gagah dengan sesekali melakukan atraksi dalam sirkus seperti
salto, membuat menara manusia, dan lain-lain. Beristirahat di pedesaan sangat
menarik bagi wisatawan dan terdapat di sekitar desa, melihat pembuatan makanan
khas upacara adat yaitu gandik. (Obsevasi pada bulan November 2011).
Selain atraksi tersebut pengunjung dapat melihat sebuah batu yang konon
adalah batu yang dipakai oleh Puthut tetuka untuk benghancurkan kepala prabu
Baka. Batu tersebut saat upacara besih desa disiram dengan air tape ketan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
berfungsi agar tempat tersebut dan sekitar desa tidak dikeramatkan. Kemudian
atraksi sebelum akhir acara yang sangat menarik adalah saat upacara nadar yaitu
orang-orang yang mempunyai keinginan dan keinginanya terpenuhi maka warga
desa tersebut wajib menyumbang ayam yang akan diperebutkan penonton. Hal
inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Karena mereka percaya jika
mendapatkan ayam nadar tersebut maka mendapatkan berkah. Ayam dilempar ke
atap punden kemudian diperebutkan oleh masyarakat, walaupun harus berebut
tetapi sampai saat ini masih banyak warga desa atau pendatang yang akan
merebutkan ayam tersebut. Terakhir dan paling penting adalah rasa persatuan
warga, gotong royong, dan kecintaan warga desa dengan budayanya yang sangat
mengagumkan. Mereka berhenti bekerja saat upacara tersebut dengan tujuan
menyerahkan waktu mereka untuk acara tersebut. Rasa cinta mereka terhadap
budayanya itulah yang mendorong mereka enggan meninggalkan budayanya
tetapi mengajarkan kepada anak cucu mereka agar budaya tersebut tidak mati
dimakan usia. (Obsevasi pada bulan November 2011).
5. Pengelola
Sementara ini pengelola dari Pamong desa atau perangkat desa, Ketua RT
desa Pancot lor (utara) dan desa Pancot kidul (selatan) serta masyarakat desa
Pancot. (Obsevasi pada bulan November 2011).
Potensi dilihat dari analisis SWOT sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Alam sekitar tempat penyelenggaraan upacara bersih desa Mandhasiya
sangat menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang, selain itu terdapat atraksi
tambahan yang berupa ritual yang dapat menarik wisatawan bahkan wisatawan
mancanegara, dalam prosesi terdapat pentas tari reyog yang disini sebagai hiburan
bagi masyarakat, di puncak acara terdapat pelepasan ayam nadar yang dapat
dijadikan hiburan tersendiri. Prosesi awal awal dari untukpacara ini adalah daya
tarik tersendiri seperti acara pemasakan sesaji dan masakan khas yaitu gandik
selain itu pemotongan ayam sesaji dan kambing sesaji adalah atraksi yang
menarik.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu hambatan
datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua kali dalam
satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya obyek-obyek sekitar
harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi promosi wisata,
transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara bersih desa
Mandhasiya ini. Kemudian belum adanya homestay adalah kelemahan di obyek
sehingga wisatawan harus menginap di rumah penduduk.
3. Peluang atau Kesempatan (Oppertunities)
Kekayaan alam yang indah dan masih pedesaan dimungkinkan menarik
wisatawan kota yang ingin merasakan hidup di pedesaan dan berinteraksi
langsung dengan warga desa, selain itu prosesi dari upacara bersih desa
Mandhasiya yang sacral dapat menjadi suatu atraksi wisata yang dapat dijual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menjadi sebuah paket wisata. Animo dari masyarakat atau wisatawan
mancanegara dan wisatawan dalam negeri dapat menjadikan upacara ini sebagai
bahan penelitian budaya atau akademik sehingga dapat mendatangkan wisatawan.
4. Ancaman (Threats)
Suatu daerah tujuan wisata memiliki hal negativ yaitu persaingan dengan
obyek wisata lain dan cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan berkurangnya
pemgumjumg bahkan pembatalan atraksi pendukung.
B. Rencana Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya
Pengembangan kawasan ini juga sudah mulai dipikirkan oleh Pengurus
upacara adat Mandhasiya. Sebagai sarana pendukung juga akan dirancang
pengembangan sebagai tujuan wisata. Untuk memajukan suatu tempat yang
berpotensi sebagai daerah tujuan wisata agar menjadi tempat wisata budaya maka
harus ada suatu strategi pengenalan terhadap obyek tersebut. Obyek yang
berpotensi sebagai tujuan wisata budaya ini dapat dikembangkan sebagai sebuah
paket wisata. Paket wisata tersebut bertujuan membuat pedoman pengembangan
Upacara Adat Mandhasiya agar menjadi Pusat Informasi yang representatif
dengan tujuan masyarakat lebih mencintai warisan budaya, khususnya warisan
budaya Mandhasiya, kecintaan pada warisan budaya Mandhasiya diharapkan
mampu menjadikan masyarakat ikut berperan serta dalam upaya pelestariannya,
khususnya bagi masyarakat sekitar Desa Pancot, Tawangmangu yang hidup di
tempat dimana budaya itu hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Apresiasi terhadap peninggalan budaya Mandhasiya diharapkan dapat
menumbuhkan kebanggan dan jati diri bangsa. Dengan strategi pembuatan suatu
paket wisata yang bertujuan mendatangkan pengunjung agar dapat dijual menjadi
sebuah tujuan wisata. dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar agar
meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki warisan budaya Mandhasiya menjadi
tinggi.
Dibuatnya sebuah paket wisata yang bertujuan mengenalkan budaya bersih
desa Mandhasiya dengan mengikuti semua prosesi yang diperbolehkan oleh
pengelola seperti ikut menari dengan penari reyog dan penari jaranan dengan
diiringi oleh seperangkat gamelan pendukung tari reyog, naik ke atas kepala reyog
juga di perbolegkan, berfoto bersama dengan reyog, melihat upacara penyiraman
batu gilang dan ikut melempar ayam nadar yang ayam tersebut sudah disediakan
oleh pembuat paket yang dana dimasukan dalam harga, setelah acara selesai
wisatawan disuguhi makanan khas yaitu sate landak.
Karena hanya dilaksanakan dua kali dalam setahun bahkan hanya sekali
dalam setahun maka akan dibuat paket alternative yaitu paket wisata napak tilas
dengan tujuan merndatangi tempat tempat seperti punden bale pathokan yaitu
tempat dilaksanakannya upacara puncak bersih desa mandhasiya, batu gilang
yaitu batu yang digunakan oleh puthut tetuka untuk memecahkan kepala prabu
baka. Dean pringgondani yaitu tempat pertapaan puthut tetuka beserta tujuh
pancuran. Paket ini hanya sekedar perencanaan tetrapi sudah dibicarakan dengan
pihak pengelola akan tetapi belum pernah dilaksanakan.
Prosesi Mandhasiya sebagai obyek wisata budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kosep perencanaan paket wisata budaya
a. paket ini meliputi serangkaian adat atau prosesi serta wisata sekeliling
tempat upacara adat Mandhasiya. Untuk kedepannya dengan paket ini diharapkan
upacara adat Mandhasiya semakin dikenal masyarakat luas. Tetapi paket ini
belum teruji dikarenkan masih dalam preoses perencanaan.
b. fasilitas yang terdapat dalam paket wisata ini
mobil Avanza, TV, DVD player, buku panduan acara, snack, makan sesuai
program, dokumentasi, compact disc, P3K, tour leader, guide(mancanegara)
c. Model paket wisata yang dikembangkan beserta itenerynya
Paket half day
Jam 07.00 berangkat dari Solo
Jam 08.30-09.00 tiba di rumah makan sate landak untuk makan pagi
Jam 09.00-10.30 berkunjung ke grojogan sewu
Jam 10.30 dilanjutkan menuju desa Pancot
Jam 10.30-13.00 melihat prosesi penyembelihan ayam, dll
Jam 13.00-14.00 istirahat + makan siang
Jam 14.00-16.30 melihat prosesei dari arak-arakan penari reyog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kemudian melihat uparaca puncak menyiram batu
gilang, dilanjutkan upacara nadar atau melempar
ayam ke atap punden.
Jam 16.30-17.00 persiapan kembali ke Solo
Jam 17.00-19.30 tiba di solo
Paket stay over
Day I
Jam 11.30 berangkat dari Solo
Jam 13.00-14.00 tiba di Tawangmangu + lunch
Jam 14.00-17.00 melihat prosesi pemasakan sesaji
Jam 17.00-18.00 melihat persiapan reyog dan gamelan turun temurun
Jam 18.00-20.00 istirahat + dinner
Jam 20.00-23.00 free program
Jam 23.00-24.00 melihat prosesi pemukulan bendho tradisional
Jam 24.00 istirahat malam ( rumah penduduk)
Day II
Jam 04.00-05.30 persiapan tour hari II +snack
Jam 06.00-09.00 mengikuti upacara di pertapaan pringgondani
Jam 09.00-10.00 breakfast
Jam 10.00-13.00 mengikuti upacara penyembelihan ayam dan
kambing kendit
Jam 13.00-14.00 lunch
Jam 14.00-16.30 mengikuti upacara awal arak-arakan reyog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dilanjutkan penyiraman batu gilang kemudian
upacara nadar hingga selesai
Jam 16.30-17.00 persiapan kembali ke solo
Jam 17.00 berangkat ke Solo
Jam 19.00 tiba di Solo
d. perhitungan harga
biaya tetap paket half day
sewa mobil Rp. 600.000
parkir Rp. 5.000
driver RP. 200.000
tour leader Rp. 200.000
guide Rp. 200.000
doc+buku panduan+CD Rp. 175.000 +
total RP. 1.380.000
biaya tidak tetap
snack @Rp. 10.000
lunch @Rp. 30.000
asuransi @Rp. 50.000 +
total @Rp. 90.000 x 4 pax
Rp. 360.000
Biaya tetap 1.380.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Biaya tidak tetap 360.000 +
Rp. 1.740.000 = profit 10% = 174.000
1.740.000/ 4 pax = @Rp.435.000 + profit
harga per pax = Rp. 600.000
biaya tetap stay over
home stay Rp. 250.000
sewa mobil Rp. 1.200.000
parkir Rp. 10.000
driver Rp. 200.000
tour leader Rp. 300.000
guide Rp. 300.000
doc+buku panduan+CD Rp. 175.000 +
total Rp. 2.435.000
biaya tidak tetap
snack @Rp. 10.000
meals @Rp. 30.000 x 4
asuransi @Rp. 50.000 +
total @Rp. 180.000 x 4pax
Rp. 720.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Biaya tetap 2.435.000
Biaya tidak tetap 720.000 +
Rp. 3.155.000 = profit 10% = 315.000
3.155.000 / 4pax
@789.000 + profit
harga per pax = Rp. 1.105.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya
Upacara Adat Mandhsiya sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar
untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan di Karanganyar,
khususnya di Kota Kecamatan Tawangmangu. Upaya pengembangan tersebut
mengalami berbagai hambatan, sehingga potensi dan aset budaya yang ada di
Kec.Tawangmangu tersebut belum dapat digarap secara maksimal. Salah satu
kendala mendasar dalam upaya pengembangan obyek wisata di kawasan ini
adalah minimnya dana yang tersedia. Kendala lain dari upaya pengembangan
Upacara Adat Mandhasiya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar dan
pengelola bahwa upacara tersebut dapat dijadikan tujuan wisata seperti upacara
ngaben di Bali.
Kurangnya pengetahuan tentang adanya budaya ini kepada masyarakat
luas menjadi hal yang sangat menghambat. Pengenalan terhadap budaya ini di
masyarakat luas sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Di jaman media yang
berkembang seperti sekarang, promosi itu sangat mudah jika pelaku ingin dengan
contoh pembuatan brosur, pemanfaatan media internet dengan membuat suatu
blog tentang budaya Mandhasiya. Karena di media internet sangat minim tentang
uracara tersebut. Suatu daerah tujuan wisata memiliki suatu hal yang negativ,
contohnya adalah naiknya harga dari barang-barang ekonomi, kemudian
masyarakat menjadi seperti mencari keuntunggan, tumbuhnya pedagang.
Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu
hambatan datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua
kali dalam satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya obyek-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
obyek sekitar harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi
promosi wisata, transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara
bersih desa Mandhasiya ini. (Observasi pada bulan November 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upacara Adat Mandhasiya mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan Kabupaten Karamganyar
khususnya Tawangmangu. Di tempat ini terdapat warisan budaya yang harus
senantiasa dijaga dan dilestarikan. Selain wisala alam yang indah di tempat ini
juga terdapat budaya yang sangat menarik. Para wisatawan dapat memahami lebih
jauh tentang asal mula diadakan upacara bersih desa tersebut. Di sini selain
peninggalan budaya yang sangat dijaga juga suasana pedesaan yang masih cukup
terasa, keindahan alam pedesaan serta keramahan penduduk sekitar juga
merupakan daya tarik wisata tersendiri bagi wisata budaya ini.
Pada umumnya masyarakat yang mengadakan upacara tradisional
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap tradisi adat istiadat yang telah
berjalan turun temurun. Upacara tersebut sejak kapan dilaksanakan tidak diketahui
secara pasti. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilaksanakan
sejak terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dan Puthut Tetuka yang terlibat
dalam pertempuran dan yang dimenangkan oleh Puthut Tetuka karena Prabu Baka
bersifat serakah. Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-
sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek
moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member
sumber hidup dan rejeki.
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Upacara ini didahului dengan arak-arakan tarian reyog dengan penari
pengiring kemudian dilanjutkan upacara penyiraman batu gilang dengan air
badheg yang didahului dengan pembacaan doa dan pelemparan beras kuning yang
sebagai pertanda upacara penyiraman akan dimulai. Acara inilah acara inti dari
upacara bersih desa Mandhasiya. Setelah itu dilanjutkan upacara nadar yaitu untuk
yang memiliki keinginan dan keinginanya tercapai maka wajib melaksanakan
upacara ini dengan cara menarik kupat luwar kemudian dilaksanakan pelemparan
ayam di atas punden yang akan diperebutkan pengunjung. Setelah ayam habis
maka ketika lingkungan menyebarkan beras kuning dan uang logam bertanda
upacara selesai.
Pembuatan suatu paket wisata yang bertujuan mendatangkan pengunjung
agar dapat dijual menjadi sebuah tujuan wisata. Dengan meningkatkan taraf hidup
masyarakat sekitar agar meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki warisan
budaya Mandhasiya menjadi tinggi.
Dalam upaya pengembangan obyek wisata ini mengalami berbagai
kendala diantaranya minimnya dana yang tersedia. Kurangnya pengetahuan
tentang adanya budaya ini kepada masyarakat luas menjadi hal yang sangat
menghambat. Pengenalan terhadap budaya ini di masyarakat las sebenarnya dapat
dilakukan dengan mudah. Di jaman media yang berkembang seperti sekarang,
promosi itu sangat mudah jika pelaku mau dengan contoh pembuatan brosur,
pemanfaatan media internet dengan membuat suatu blog tentang budaya
Mandhasiya. Karena di media internet sangat minim tentang uracara tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan yang sedikit banyak dapat menjadi
masukan bagi pihak Pengelola Upacara Bersih desa Mandhasiya dalam upaya
pengembangan kawasan ini menjadi obyek wisata budaya Kabupaten
Karanganyar antara lain pihak pengelola harus melakukan promosi secara gencar.
Kegiatan Promosi baik melalui leaflet, booklet, brosur serta melalui berbagai
media baik media cetak maupun elektronik terutama internet merupakan langkah
yang cukup efektif untuk memasarkan obyek wisata budaya ini kepada publik dan
masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri. Upaya promosi yang gencar
diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga dapat
mendongkrak pendapatan daerah. Dengan menigkatnya pendapatan daerah maka
minimnya dana untuk pengembangan kawasan Wisata Budaya Mandhasiya
dengan sendirinya dapat teratasi.
Berbagai hasil industri kecil seperti cinderamata dapat sebagai alternatif
pekerjaan saat upacara berlangsung. Alternatif tersebut tersebut seharusnya
mampu menjadi cinderamata yang khas bagi wisata budaya Mandhasiya. Kesan
kenangan bagi para wisatawan ketika mengunjungi suatu obyek wisata akan
mereka bawa pulang melalui cinderamata yang mereka beli di obyek tersebut.
Upaya pengelolaan dan pemanfaatan berbagai hasil industri kecil tersebut dapat
dilakukan dengan pembuatan sentra penjualan kerajinan tangan disekitar obyek
wisata. Dengan adanya sentra penjualan kerajinan tangan tersebut selain para
pengrajin dapat dengan mudah untuk memasarkan hasil karya mereka juga dapat
mendukung perkembangan pariwisata di kawasan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Satu hal yang perlu diperbaiki adalah pertama akses jalan menuju tempat
upacara tersebut, diadakannya pelaksanaan upacara ini tanpa harus selasa kliwon
saat wuku Mandhasiya saja tetapi dilaksanakan upacara bayangan sebagai hiburan
wisatawan. Pengelolaan secara optimal di sekitar tempat upacara ini sehingga
dapat mendukung wisata budaya ini. Kemudian pemerintah membuat kalender
pariwisata mengenai upacara ini sebagai promosi ke masyarakat luas, ditambahi
jam dalam sisi transportasi.
Ceritra tentang awal diadakannya upacara ini lebih baik dibuat suatu
pementasan, sebelum acara brosur pelaksanaan disebar ke hotel-hotel dan biro
wisata.