Posr Tht Baru Juga
-
Upload
lomboktenun -
Category
Documents
-
view
62 -
download
11
description
Transcript of Posr Tht Baru Juga
POSR THT
GEMILANG KHUSNURROKHMAN
H1A 008 001
1. Seorang anak, 8 tahun, diantarkan ibunya, datang ke dokter dengan keluhan telinga kirinya
sakit. Keluhan ini sudah berlangsung selama 3 bulan, namun hilang timbul. Muncul terutama
apabila anak sedang batuk pilek atau habis berenang. Sebelumnya pasien sudah meminum
obat nyeri antalgin. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak kemarin muncul kotoran dari
telinganya berupa sekret encer berwarna kuning, berbau, dan disertai demam.
a. Daftar masalah
- Anak 8 Tahun, telinga kiri sakit dan sudah 3 bulan sakitnya namun hilang timbul
- Muncul terutama saat sedang batuk pilek dan habis berenang
- Sudah minum obat nyeri antalgin
- Sejak kemarin muncul kotoran dari telinganya berupa sekret berwarna kuning
encer, berbau dan disertai demam
b. Diagnosa Kerja: Otitis Media Supuratif Kronis
c. Tujuan Terapi
- Mengeradikasi kuman penyebab pada telinga kiri
- Menurunkan demam dan menghilangkan nyeri pada telinga kiri
- Membersihkan sekret telinga kiri
d. Golongan obat yang sesuai tujuan terapi
- Mengeradikasi kuman penyebab
Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability
(Kecocokan)
Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili
gram-, antara lain E.coli,
H.influenzae, Klebsiella, Proteus
dan Enterbacter, Salmonella dan
Shigella. Aktif juga mengatasi
gonokokus, dan sejumlah gram +
(Staphylococcus aureus/epiermis).
Amikasin (spektrum kerja paling
luas) dan tobramisin aktif kuat
pada pseudomonas, gentamisin
lebih ringan. Streptomisin,
kanamisin, dan amikasin aktif
terhadap kuman tahan asam (TBC
dan lepra). Tidak aktif terhadap
kuman anaerob.
Aktivitas: baktersidal, dengan
penetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di
dalam sel. Proses translasi (RNA
dan DNA) diganggu, sehingga
biosintesa protein diganggu. Tidak
hanya terjadi pada fase
pertumbuhan kuman, namun juga
termasuk saat kuman membelah
diri.
Memiliki efek sisa setelah selesai
penggunaan obat, efek
antibiotisnya masih ada walaun
kadarnya dalam darah,
berangsur-angsur turun.
“88”
E.S : yang digunakan
secara parenteral dapat
menyebabkan
kerusakan pada organ
pendegaran dan
keseimbangan, akibat
rusaknya saraf
vestibulokoklearis
(N.VIII). Nefrotoksitas
yang reversibel karena
ditimbun dalam sel-sel
tubuler ginjal. Jarang
terjadi blokade
neuromuskuler dengan
kelemahan otot dan
depresi pernafasan.
Toksisitas di atas,
bukan bergantung
dosis, namun pada
lamanya pemakaian
obat dan jenisnya
(Netilmisin efeknya
lebih kurang untuk
menimbulkan
ototoksisitas).
Sebaiknya ditakarkan
1-2x sehari. Pada
penggunaan oral dapat
terjadi nausea, muntah,
diare, khususnya pada
dosis tinggi.
Kehamilan dan
laktasi: dapat melintasi
plasenta, merusak
ginjal dan tuli pada
bayi. Tidak dianjurkan
selama kehamilan.
Streptomisin dan
kanamisin hanya
digunakan
parenteral pada TB,
dikombinasi dengan
rifampisin, INH,
dan pirazin, juga
bersama
benzilpenisilin
berkat efek pada
infeksi streptokokus
atau enterokokus.
Gentamisin dan
tobramisin sering
digunakan dengan
penisilin atau
sefalosporin pada
infeksi
pseudomonas.
Amikasin
dicadangkan untuk
kasus di mana
terdapat resistensi
bagi aminoglosida
lainnya. Pada
pemebrian topikal,
gentamisin,
tobramisin dan
neomisin untuk
salep atau tetes
mata, telinga,
kombinasikan juga
dengan suatu
polipeptida
(polikmisin,
basitrasin).
Framisetin khusus
Sedikit mencapai ASI,
bia digunakan saat
pemberian ASI.
“50”
digunakan secara
topikal.
Kontraindikasi :
bila ada riwayat
alergi pada
aminoglikosida.
“90”
Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan
bakterisidal lemah bila diinjeksikan
secara intravena.
Mekanisme kerjanya: berdasarkan
sintesis protein kuman yang
diganggu. Spektrum kerja luas dan
meliputi banyak cocci gram+ dan
gram-, serta kebanyakan basili,
kecuali pseudomonas dan proteus.
Aktif juga terhadap Chlamydia
trachomatis, Rickettsiae,
Spirochaeta terhadap sifilis dan
frambusia, leptospirae,
Actinomyces, dan beberapa
protozoa (Amoeba).
Farmakokinetik: resorpsi 75% dan
agak lambat saat perut kosong.
Kadar puncak dalam darah 3-4 jam
kemudian. Kecuali, doksisiklin dan
minoksiklin yang diserap baik (90-
100%), dan juga bila ditelan dengan
makanan. Kadar plasma T1/2
tetrasiklin berkisar 9 jam,
minoksikin 18 jam, dan 23 jam
doksisiklin. Memiliki kemampuan
penetrasi yang cukup bak ke dalam
jaringan karena sifat lipofiliknya,
dengan afinitas khusus (tulang,
mata, prostat, gigi, kuku dan kulit
yang meradang. Difusi melalui CSS
buruk, kecuali minoksiklin.
Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,
E.S: Penggunaan oral
dapat menyebabkan
gangguan GIT,
penyebabnya ialah
adanya mukosa
lambung/ perubahan
flora-usus oleh bagian
yang tak diserap,
terutama tetrasiklin.
Hingga dapat
menimbulkan adanya
supra-infeksi oleh
Candida albicans. Efek
lebih sering dan serius
adalah sifat
penyerapannya dalam
tulang dan gigi yang
sedang tumbuh pada
janin anak-anak.
Pembentukan
kompleks tetrasiklin-
kalsiumfosfat dapat
menimbulkan
gangguan pada struktur
kristal dari gigi serta
pewarnaan dengan
titik-titik kuning yang
mudah mengalami
karies. Fotosensitasi,
kulit menjadi peka
cahaya, menjadi
kemerah-merahan,
Indikasi: Infeksi
saluran napas, paru-
paru, ISK, infeksi
kulit dan mata.
Penggunaan pada
acne, , karena
adanya daya
hambat terhadap
akitvitas lipase
untuk
Propionibacter
acnes. Pada
bronkhitis kronis,
adakalanya
dijadikan sebagai
obat profilaksis
serangan akut.
Kontraindikasi:
Sediaan suspensi
atau kapsul yang
sudah lama
tersimpan/ telah
berwarna kuning
tua sampai coklat
Tidak boleh
diminum lagi.
Karena pada
kondisi lembab dan
panas mudah
terurai, terutama
karena cahaya, dan
dapat menjadi
degan kadar dalam urin utama dan
tinggi, doksisiklin dan minoksiklin
terutam diekskresi melalui empedu
dan feses.
“90”
gatal-gatal, dan
sebagainya.
Kehamilan : bisa
menyebabkan
penghambatan tulang
yang mengakibatkan
menjadi lebih rapuh
dan kalsifikasi gigi
terpengaruh secara
buruk, semua
tetrasiklin tidak boleh
diberikan setelah
bulan keempat dari
kehamilan dan pada
anak-anak sampai
usia 8 tahun.
Interaksi: membentuk
kompleks tak larut
dengan sediaan besi,
aluminium, magnesiun
dan kalsium, hingga
resorpsinya dari usus
gagal. Sehigga
tetrasiklin tidak boleh
diminum sambil
minum susu atau
bersama makanan atau
antasida. Kecuali
doksisiklin dan
minoksiklin dapat
ditelan bersama
makanan dan susu.
Tetrasiklin ,oksitetrasik
lin dan minoksiklin
dapat menghambat
hidrolisis dari
conjugated estrogen
dalam usus. Turunnya
kadar estrogen dalam
darah bisa
sangat toksik bagi
ginjal, karena
terurai menjadi epi-
dan
anhidrotetrasiklin.
Tidak boleh
diberikan pada ibu
hamil hingga anak
berusia 8 tahun.
Hipersensitivitas
terhadap tetrasiklin.
“0”
menimbulkan spotting
setelah penggunaan
antikonseptiva yang
berisi etinilestradiol
atau mestranol.
“0”
Makrolida&
Linkomisin
Efek: bakteriostatis, bakteri
gram+, dan spektrum kerja mirip
penisilin-G. Mekanisme kerja,
melalui pengikatan reversibel pada
ribosom kuman, sehingga sintesis
proteinnya dirintangi.
Waktu paruh singkat, hingga perlu
ditakarkan sampai 4x.
Kinetik: tergantung formulasi,
bentuk garam atau ester. Makanan
memperburuk absorbsi, sebaiknya
diminum saat perut kosong, kecuali
diritromisin tidak dipengaruhi oleh
makanan. Kemampuan penetrasi ke
jaringan dan organ baik, kadar
interseluler tinggi. Efek kuman
intrasel tinggi, Legionella,
Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya
di luar sel. Metabolisme semua
makrolida diuraikan dalam hati,
melalui sistem sitokrom P-450,
menjadi metabolit inaktif. Kecuali,
metabolit-OH dari klaritromisin.
Ekskresi berlangsung melalui
empedu dan tinja serta kemih,
terutama dalam bentuk inaktif.
“50”
E.S: Gangguan GIT,
yang terutama nampak
pada eritromisin akibat
penguraiannya oleh
asam lambung. Lebih
jarang nyeri kepala dan
reaksi kulit. Eritromisin
dosis tinggi dapat
menimbulkan ketulian
reversibel, mungkin
akibat pengaruhnya
terhadap SSP. Semua
makrolida dapat
mengganggu fungsi
hati, yang tampak
sebagai peningkatan
nilai-nilai fungsi hati,
nyeri kepala, pusing
dapat terjadi.
Eritromisin dan dapat
mengakibatkan reaksi
alergi.
Interaksi: atas dasar
peningkatan pada
sistem enzim sitokrom
P-450, eritromisin
memperlihatkan
penghambatan
enzimatis dari
metabolisme teofilin,
karbamazepin,
kumarin, rifampisin,
astemizol, terfenadin
Indikasi:
eritromisin
merupakan pilihan
utama pada infeksi
paru-paru dengan
Legionella
pneumophilia
(penyakit veteran),
Mycoplasma
pneumoniae, dan
infeksi usus oleh
Campylobacter
jejuni. Pada infeksi
lain, merupakan
pilihan obat kedua,
bilaman terdapat
resistensi dan suatu
hipersensitivitas
untuk penisilin.
Pada indikasi lain,
seperti sepsis,
endokarditis, dan
pasien dengan
granulositopenia,ata
u lansia, sebaiknya
digunakan yang
bersifat baktersidal,
seperti penisilin dan
sefalosporin. Untuk
derivatnya yang
lebih tahan asam
lambung dan
keluhan GIT nya
dan siklosporin. Nyata
pada dosis besar dan
penggunaan lama.
Hanya klaritromisin
berinteraksi secara
signifikan dengan
karbamazepin.
Ertiromisin dan
klaritromisin
meningkatkan kadar
plasma digoksin
dengan jalan
merintangi sejenis
kuman tertentu dengan
merintangi kuman
tertentu yang
menginkativasi
digoksin dalam usus.
Klaritromisin dan
roxitromisin yang tidak
dapat diberikan
bersamaan dengan
ergotamin, karena
dapat menimbulkan
kejang arteri dan reaksi
iskemia.
Kehamilan dan
laktasi: eritromisin
aman, tapi tidak ada
data untuk derivatnya,
sedangkan
rosirtromisin aman
diminum sambil
memberi ASI.
Klaritromisin ternyata
mengganggu
perkembangan janin
pada binatang coba,
jangan digunakan pada
trimester pertama
lebih ringan, seperti
azitromisin dapat
diberikan, yang
mampu melawan
bakteri gram-,
seperti
Haemophilus
influenzae, infeksi
saluran napas.
Untuk klaritromisin
dan azitromisin
efektif juga
mengatasi kuman
penyerta pada
AIDS, seperti
Toxoplasma gondii
dan
Mycobacterium
avium intercellare.
Kontraindikasi:
Alergi eritromisin,
saat hamil tidak
boleh diberikan
“0”
kehamilan.
“70”
Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap
Enterobacter dan Staph.aureus
dengan merintangi sintesa
polipeptida kuman. Bekerja
bakterisidal terhadap
Strep.pneumoniae,
Neiss.meningitides dan
H.influenzae
Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%
terserap. Difusi ke dalam jaringan,
lumen, dan cairan tubuh baik sekali.
Kecuali ke dalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi.
Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam
hepar, zat ini dirombak 90%
menjadi glukoronida inaktif. Bayi
yang baru dilahirkan, belum cukup
untuk merombak tersebut, maka
mudah mengalami keracunan.
Ekskresi melalui ginjal sebagai
metabolit inaktif, lebih kurang 10%
Rasa ester (palmitat dan stearat)
tidak pahit berlainan dengan
kloramfenikol sebagai basa, maka
sering digunakan sebagai sediaan
suspensi. Ester inaktif ini dalam
usus dihidrolisis oleh lipase dan
menghasilkan basa aktif kembali.
Syarat hidrolisis lengkap ialah
ukuran partikel serbuk yang
digunakan untuk dibuat suspensi,
haru 1-5 mikron. Untuk injeksi
dengan garam-Na dari ester
suksinat yang mudah larut dan
daram jaringan dirombak menjadi
kloramfenikol aktif.
E.S: gangguan GIT,
neuropati optis dan
perifer, radang lingua,
mukosa mulut. Tetapi,
yang sangat berbahaya
ialah depresi sumsum
tulang (Mielodepresi)
yang dapat tampak
dalam bentuk anemia,
dalam 2 bentuk,
penghambatan
pembentukan sel-sel
darah 5 hari setelah
terapi dimulai,
tergantung lama terapi,
dosis dan bersifat
reversibel. Yang kedua,
berupa anemia
aplastik, beberapa
minggu sampai bulan
setelah terapi, maka
tetes mata tidak boleh
digunakan lebih dari 10
hari. Mielodepresi
tidak reversibel namun
jarang. Dapat
menyebabkan
kerusakan sumsum
tulang diduga karena
kloramfenikol menjadi
metabolit aktif yang
toksik karena diuraikan
kuman dalam usus.
Begitupula pada
penggunaan di kulit
dan mata, maka akan
diuraikan oleh sinar
Indikasi: infeksi
tifus, meningitis
(khusus bagi
H.influenzae),
infeksi anaerob
(contoh abses otak
oleh B.fragilis yang
semuanya
digunakan secara
oral. Secara topikal
sebagai salep 3%
dan tetes/ salep
mata, sebagai
pilihan kedua. Jika
fusidat dan
tetrasiklin tidak
efektif hanya pada
konjungtivits
bakterial selama 10
hari. Lebih bai
k salep mata
sebelum tidur 1 dd.
Kontraindikasi:
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi, tetes
telinga (karena zat
pelarut yaitu
propilenglikol
ototoksis pada
telinga. Penderita
neuropati. Penderita
dengan kelainan
darah lainnya.
“90”
UV-A.
Kehamilan dan
laktasi: tidak
dianjurkan, khususnya
selama minggu-minggu
terakhir dari
kehamilan, karena
dapat menimbulkan
sianosis dan hipotermia
neonatus (grey baby
syndrome), melintasi
plasenta, ASI, begitu
pula untuk tiamfenikol
“67”
“55”
Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip
dengan kloramfenikol, efeknya juga
kurang kuat. Resorpsi sangat baik
sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan
pada enzim glukoronidase hepar
hanya 5-10%. Sedangkan
ekskresinya dalam urin tinggi
sebagai zat aktif 65%. Didalam
empedu kadarnya lebih tinggi dari
kloramfenikol.
“80”
E.S: Depresi sumsum
tulang yang reversibel,
jarang meninmbulkan
aplasia sumsum tulang,
lebih sering
eritropoiesis,
leukopenia,
trombositopenia dan
peningkatan kadar
serum besi
“67”
Indikasi: Infeksi
tifus, ISK dan
Infeksi saluran
empedu. Juga pada
Strepto.pyogenes,
haemophilus dan
pneumokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal,
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi.
Penderita dengan
kelainan darah
lainnya.
“67”
Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+
aerob dan anaerob, termasuk
stafilokokus yang resisten untuk
metisilin (MRSA). Biasanya
sebagai lini terakhir, bila antibiotik
lainnya sudah tidak mempan.
Kinetik: resorpsi dari usus buruk,
E.S: Gangguan fungsi
ginjal, terutama pada
penggunaan lama
dengan dosis tinggi,
juga neuropati perifer,
reaksi alergi kulit
menjadi kemerahan
Bisa sebagai
pengganti bagi
pasien yang alergi
penisilin atau
sefalosporin.
Indikasi: kolitis
akibat terapi seperti
namun pada usus yang sakit, seperti
pada enteritis resorpsinya baik.
Kadar terapeutis dalam cairan
pleura, sinovial, dan saluran kemih
tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11
jam. Ekskresi 80% melalui saluran
kemih.
“0”
yang disebut the red
man syndrome, mual,
demam, dan lainnya.
Kombinasi dengan
aminoglikosida
meningkatkan resiko
nefro dan ototoksisitas.
Kehamilan dan
Laktasi: belum ada
data yang menjelaskan,
namun obat ini
mencapai ASI.
“0”
oleh linkomisin,
klindamisin dan
radang pada
mukosa usus oleh
Stafilokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal, alergi
vankomisin,
mengkonsumsi obat
aminoglikosida,
neuropati
Bisa diberikan
oral, ataupun
injeksi
“0”
Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan
menghambat sintesis kuman.
Spektrum kerja sempit dan terbatas
pada kuman gram+ terutama
stafilokokus, juga yang membentuk
penisilinase. Kuman gram- resisten
kecuali Neisseria.
Kinetik: daya penetrasi bagus,
jaringan lunak, otot jantung, tulang,
sendi, mata, pus, sputum, namun ke
CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah
10-12 jam. Ekskresi terutama
melalui empedu dan tinja sebagai
metabolit inaktif.
“0”
E.S: ringan berupa
gangguan GIT, kadang-
kadang reaksi kulit
(eritema, iritasi).
Kehamilan dan
laktasi: pada akhir
kehamilan, dapat
menyebabkan ikterus
pada bayi, dan zat ini
melintasi plaseta dan
ASI.
“0”
Indikasi: secara
oral atau IV pada
infeksi stafilokokus,
khususnya bila
terdapat resistensi
atau
hipersensitivitas
terhadap penisilin
dan lainnya. Secara
topikal bisa
diberikan pada
infeksi stafilokokus
kulit, berupa krim
atau salep dan pada
mata berupa gel.
Resistensi dapat
timbul dengan
cepat. Biasanya
dikombinasi dengan
penisilin atau
eritromisin
Kontraindikasi:
trimester akhir
kehamilan, alergi
asam fusidat.
“0”
Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat
RNA-sintetase, menyebabkan
penghentian sintesis protein kuman.
“0”
E.S: gatal-gatal, nyeri,
rasa terbakar, kulit
kering, dan kemerahan.
Di hidung: bersin,
iritasi, dan gatal-gatal
karena vehiulumnya.
Nefrotoksik, karena
vehikulum dalam salep,
terlalu banyak yang
diserap.
“0”
Kuman gram+,
seperti
Staphy.aureus, Str.
Pyogenes dan
Str.pneumoniae.
tidak aktif terhadap
kuman gram-,
kecuali
H.influenzae dan
Neisseria
gonorrhoea.
Khusus digunakan
secara topikal,
sebagai salep kulit
pada infeksi kuman
gram+, juga sebagai
salep hidung
pembawa-MRSA
untuk eliminasi
kuman resisten ini.
Tidak digunakan
secara sistemik,
karena resorpsi oral
buruk dengan
perombakan yang
pesat.
Kontraindikasi:
gagal ginjal, alergi
terhadap vehikulum
pada pemberian
topikal
“0”
Sefalosporin Sama seperti penisilin yang
memiliki cicnin beta-laktam
sebagai antimikroba. Namun jenis
cincinnya berbeda, yaitu enam
anggota cincin dihidrotiazin yang
E.S: sama dengan
penisilin, namun lebih
ringan. Gangguan GIT
dapat muncul, karena
seperti penisilin,
Secara umum:
sefalosporin
digunakan juga
untuk kanker
payudara.
berbeda dari cincin tiazolidin yang
beranggotakan 5 pada penisilin.
Spektrum kerja luas, meliputi
banyak kuman gram+, dan gram-,
termasuk E.coli, Klebsiella, dan
Proteus. Bersifat baktersidal dalam
fase pertumbuhan kuman, dengan
menghambat sintesis peptidoglikan
yang diperlukan kuman.
Kepekaannya terhadap beta-
laktamase lebih rendah daripada
penisilin.
Generasi I (cephradine,
cepalexin,cefadroxil, dan
cefazolin): aktif terhadap cocci
gram+, (Methicilin-Sensitive
Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenespenicilin-
sensitive Streptococcus
pneumoniae), tidak berdaya
terhadap gonococci, H.influenzae,
Bacteriodes, dan Pesudomonas,
tidak tahan terhadap beta-
laktamase.
Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,
Cefuroxime, Cefoxitin dan
Cefotetan): lebih aktif terhadap
gram- (Contohnya Haemophilus
Influenzae), termasuk gonococci,
H.influenzae, Bacteriodes,serta
kuman-kuman yang resisten dengan
amoksisilin. Agak kuat terhadap
beta-laktamase dan efek terhadap
gram + (Streptokokus dan
stafilokokus)sama. Cefoxitin dan
Cefotetan efektif melawan mikroba
anaerob usus. Cefaclor, mengatasi
bakteri telinga tengah, pari-paru
dan traktus urinarius.
Generasi III (Cefixime, Cefdinir,
sefalospirn ini
mengubah sifat dari
mikroflora menjadi
patogen pada GIT
(diare,bahkan pada
keadaan yang khusus
oleh karena C.difficile
bisa menyebabkan
diare berat,mual,
muntah,anoreksia).
Jarang ada reaksi
alergi, seperti
maculopapular rash
dan urtikaria. Alergi
silang dapat terjadi
pada derivat penisilin
yang molekulnya mirip
dengan generasi
pertama dari
sefalosporin, sehingga
bila alergi pada
penisilin maka ada
kemungkinan besar
untuk alergi pada
sefalosporin generasi
pertama. Sedangkan,
pada pemberian gernasi
kedua,ketiga dan
keempat diyakini lebih
aman. Nefrotoksisitas
lebih sering pada
generasi I, khususnya
sefaloridin, dan
sefalotin dosis tinggi,
selain itu bila
penggunaannya
bersamaan dengan
aminoglikosida dapat
merusak fungsi ginjal,
lebih sering pada lansia
Sefalosporin
dikontaindikasikan
untuk para pasien
dengan alergi
sefalosporin. Selalu
dilakukan
pengecekan atau
ditanyakan
adapakah memliki
alergi terhadap
penisilin dan
sefalosporin.
Karena efek
pemakaian jangka
lama atau
sekundernya dapat
menyebabkan
seseorang menjadi
defisiensi vitamin
K, maka pemberian
sefalosporin pada
pasien hemofilia
dikontraindikasikan
serta pada pasien
yang memiliki
reaksi alergi terkait
obat pada sendi dan
kulit.
Generasi I:
digunakan peroral
pada ISK ringan
dan pilihan kedua
ada infeksi saluran
pernapasan dan kuit
yang tidak begitu
serius, dan bila
terdapat alergi
untuk penisilin
Cefazolin,
dikombinasi dengan
Cefotaxime, Ceftriaxon dan
Ceftazidime): Lebih kuat terhadap
gram- namun lebih pada kuman tipe
enterikus, sedangkan yang lainnya
lebih lemah, lebih luas lagi terhadap
Bacteriodes, dan Pesudomonas.
Resistensi kuat terhadap beta-
laktamase, namun khasiat terhadap
gram+ lebih ringan. Tidak aktif
terhadap Methicilin Resistant
Staphylococcus Epidermis dan
MRSA. Dari semua obat di generasi
ini, Ceftazidime memiliki aktivitas
yang paling bagus untuk mengatasi
organisme gram -, seperti
P.aeruoginosa.
Generasi IV (Cefepime): sangat
resisten terhadap laktamase dan
aktif sekali terhadap pesudomona s
dan gram negatif lainnya serta gram
positif (Methicilin-sensitive
S.aureus, dll).
Diabsorbsi cepat melalui oral dan
lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-
150 menit. Distribusi baik,
meliputi: jaringan dan cairan tubuh,
namun buruk pada otak, mata dan
CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi
lebgkap dan hampir utuh 80%
melaui saluran urinarius, melalui
filtrasi dan sekresi glomeruler.
“100”
dan pada pasien dengan
penurunan fungsi
ginjal. Beberapa obat
bisa menimbulkan
reaksi disulfiram bila
digunakan bersamaan
dengan alkohol, yaitu
sefamandol dan
sefoperazon. Adapun
pada pemberian lama
dapat menyebabkan
superinfeksi karena
pertumbuhan dari
Acinetobacter ,enteroc
occus, dan candida.
Selain sefalosporin
dapat menghancurkan
mikroflora, dapat
menyebabkan
defisiensi vitamin K,
yang dapat
menyebabkan
perdarahan. Pada
pemberian Cefaclor
dapat menimbulkan
reaksi efek samping
pada kulit dan sendi.
Kehamilan dan
Laktasi: mudah
melintasi plasenta,
tetapi kadarnya rendah
dalam darah janin
daripada darah ibunya.
Sefalotin dan sefaleksin
telah digunakan selama
kehamilan tanpa
adanya efek buruk pada
bayi. Kebanyakan
dapat masuk ASI. Yang
masih bisa dianggap
Tobiramisin/
gentamisin,
kombinasi ini
digunakan untuk
spektrum luas
seperti pada ulser
korneal. Spektrum
sefazolin ini aktif
untuk gram+,
seperti penisilinase
oleh
Staphylococcus.
Generasi II dan
III: digunakan
parenteral pada
infeksi serius yang
resisten terhadap
amoksisilin dan
generasi I, juga
dikombinasi dengan
aminoglikosida
(gentamisisn,
tobramisin) untuk
memperluas dan
memperkuat
aktivitasnya.
Profilaksis bedah
jantung, usus,
ginekologi, dan
lainnya. Sefoksitin
dan sefuroksim
(gen.II) dipakai
pada gonore.
Untuk generasi
kedua pemberian
Cefaclor secara oral
digunakan untuk
mengatasi selulitis
sedang preseptal.
Pemberian
aman (lainnya belum
ada data) ialah obat
generasi I, sefaklor,
sefotaksim, seftriakson
dan seftazidim. Hanya
dalam jumlah kecil
yang dianggap aman
bagi bayi.
Penggunaan oral
seperti
sefaleksin,sefaklor dan
sefradin aman, namun
penggunaannya pada
trimester kedua dan
ketiga dapat
menyebabkan alergi,
kemungkinan karena
mensensitasi janin.
Laqinnya sedikit
informasi untuk
sefiksim dan
sefpodoksim.
Sefalosporin injeksi,
sama seperti diatas, dan
diduga pemberiannya
mungkin aman dan
mungkin merupakan
pilihan yang masuk
akal untuk infeksi
berat.
Selama pemberian
menyusui bayi yang
sedang disusui
memiliki potensial
untuk timbulnya flora
normal usus namun
dapat digunakan.
Sefalosporin
(Sefaklor,sefamandole,
sefazolin,sefotaksim,se
parenteral seperti
Cefuroxime
bersamaan dengan
ampislin/sulbactam
direkomendasikan
untuk mengatasi
selulitis preseptal
yang tidak respon
terhadap
pengobatan oral
atau berat.
Generasi III:
Seftriakson dan
sefotaksim sering
dianggap sebagai
obat pilihan
pertama untuk
gonore. Sefokstitin
pada infeksi
Bacteriodes
fragilis.
Ceftazidime,
digunakan sebagai
alternatif obat
topikal dan
Amikacin
intravitreal untuk
mengataso gram
negatif, seperti
P.aeuroginosa pada
endoftalmitis.
Kombinasi antara
Ceftazidime/
Cefixime
dikombinasi dengan
Nafcilin sebagai
terapi selulitis
orbital. Ceftriaxone
yang dikombinasi
dengan Vancomycin
fosiksitin, sefaleksin)
kategori A untuk ibu
menyusui, masuk ke
dalam asi dengan
konsentrasi rendah dan
aman.
“86”
ialah mengatasi
selulitis preseptal
sedang hingga
berat. Untuk
N.gonorrhoeae baik
infeksinya di
konjugtiva, bisa
diberikan
Ceftriaxone secara
intramuskuler.
Selain
pemberiannya
secara IM juga bisa
secara IV pada
pasien gonokokal
neonatorum
oftalmikus.
Cefixime juga dapat
diberikan secara
oral untuk gonore
“75”
Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:
- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307
- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000
- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000
- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035
- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731
- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679
- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000
- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655
- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622
- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573
- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000
- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350
- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200
- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151
- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560
- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800
- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780
- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336
- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737
- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369
- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845
Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif
melawan kuman gram- termasuk
pseudomonas, sedangkan basitrasin
dan gramisidin efektif terhadap
gram +.
Sebagai bakteriosidal, dengan sifat
permukaannya yang melekatkan
diri pada membran sel bakteri ,
sehingga permeabilitas sel
meningkat dan akhirnya selnya
ruptur. Kerjanya tidak bergantung
terhadap membelah tidaknya
kuman tersebut, sehingga dapat
dikombinasi dengan bakteriostatik,
seperti kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Untuk Polymyxin B, merupakan
suatu deterjen kationik atau
surfaktan yang berinteraksi dengan
membran fosfolipid, sehingga
mengganggu integritas osmotik dari
suatu sel bakteri. Peningkatan
permeabilitas ini menyebabkan sel
bakteri mati. Polikmisin B ini
beraksi selektif pada bakteri gram -,
termasuk P.aeuroginosa.
Gramicidin, seperti Polikmisin B,
yang merubah karakteristik
membran sel, sehingga sel tersebut
mati. Perbedaannya dengan
Polikmisin B, Gramisidin lebig
efektif mengatasi bakteria gram
negatif. Obat ini menggantikan
E.S: nefrotoksis bila
diberikan secara
parenteral. Serta
dapat mneybabkan
ototoksis. Efek
samping pada pmberian
topikal okuler ialah
iritsai dan alergi dari
palpebra namun jarang
dan biasanya sedang.
Namun bila diberikan
secara injeksi
subkonjugtival dapat
memberikan rasa nyeri,
kemosis (edema
konjugtiva), dan
nekrosis jaringan.
Kontraindikasinya
ialah bila pada
seseorang yang
intolerasi atau
hipersensitivitas
terhadap obat ini.
“38”
Indikasi: kuman
gram- termasuk
pseudomonas, dan
bebeapa kecil
terhadap gram +..
Kontraindikasi:
tidak ada
gangguan ginjal,
tidak dalam
keadaan hamil,
dan tidak dalam
masa anak-anak.
Serta mudah
menyebabkan
ototoksisitas
Penggunaan Klinis
Polikmisin B ini
tidak digunakan
secara sistemik
karena efek
nefrotoksisitas dan
neurotoksisitasnya
tinggi. Secara
topikal Polikmisin
B ini digunakan
kombinasi dengan
antibakteri lainnya
atau steroids untuk
melindungi infeksi
di kulit dan otitis
eksternal. Secara
okular
pemberiannya juga
basitrasin dalam kombinasi topikal
infeksi okular
“69”
dikombinasikan
dengan antibiotik
lainnya serta atau
dengan steroid.
Biasanya untuk
mengobati infeksi
di konjugtiva,
ataupun palpebra.
Hal ini juga
digunakan sebagai
tindakan prevensi
terhadap konjugtiva
ataupun kornea
yang sedang
kompromis atau
dalam penggunaan
steroid. Pemberian
topikal khusus
untuk mata ialah
dicairkan dari
500000 polimiksin
B sulfat unti dalam
20-50mL akuades
atau air steril atau
sodium-klorida
10000-25000
unit/mL
konsentrasi. Untuk
Pseudomonas
aeruginosa di mata
dengan konsentrasi
0,1%-0,25%
(10000-25000
unit/mL) dalam 1-3
tetes tiap jam,
interval
ditingkatkan sesuai
indikasi.
Tidak ada
keterangan yang
mencantumkan
interaksi obat
“90”
Penisilin Sifat: Bakterisidal
Terutama pada bakteri gram positif
(beberapa pada gram negatif)
Beberapa bekerja spektrum luas dan
beberapa berspektrum sempit
Mekanisme: Menghindarkan
sintesa lengkap dari polimer untuk
membentuk jaringan peptidoglikan
spesifik yang disebut murein. Bila
sel tumbuh dan plasmanya
bertambah atau menyerap air
dengan jalan osmosis, maka
dinding sel yang tak sempurna itu
akan pecah dan bakteri musnah.
Beberapa obat, memiliki
kemampuan tahan laktamase bagi
bakteri penghasil beta-laktamase.
Kombinasi: hanya boleh dengan
golongan dari sulfonamida, dan
laktamase-bloker (merintangi efek
laktamase dengan mengikatnya
membentuk kompleks. Namun
tidak berdaya pada sefalosporinase
tertentu, biasa dikombinasi dengan
ampisilin dan amoksisilin).
“90”
E.S : reaksi alergi
karena hipersensitasi.
Gangguan GIT (diare,
mual, muntah). Dosis
sangat tinggi dapat
menyebabkan
nefrotoksis dan
neurotoksis
Aman : bagi manusia
karena tidak
mengandung murein,
sehingga dinding sel
manusia tetap intak
Interaksi: Lama kerja
diperpanjang oleh
probenesid,
sulfinipirazone,
asetosal dan
indometasin. Efeknya
dikurangi oleh
antibiotika
bakterostatik
(tetrasiklin,
kloramfenikol, dan
makrolida)
“90”
Kontraindikasi:
pada pasien dengan
riwayat alergi
penisilin.
Indikasi: diberikan
pada bakteri gram
+, beberapa pada
gram -, termasuk
Shigella dan
pseudomonas
“100”
Penisilin, karena selain pada anak ini tidak memiliki riwayat alergi penisilin maka
obat dari golongan ini bisa diberikan yang bersifat baktersidal. Selain itu tidak
diberikan dulu obat tetes telinga karena telinga masih mengeluarkan sekret, serta
berspektrum luas dan digunakan sambil menunggu hasil kultur dan diberikan
peroral sambil menunggu sekret telinga berkurang atau mengering dengan
membersihkannya.
- Menurunkan demam dan menghilangkan nyeri
Golongan obat Efficacy Safety Suitability
NSAID Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
Efek samping :
Iritasi saluran GI Ulserasi Perdarahan lambung.
Pasien dengan riwayat gastritis tidak dianjurkan menerima obat ini, atau menerima antasida bila minum NSAID.
SKOR 85 75 70
Kortikosteroid Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Kortikosteroid dapat mempengaruhi banyak sistem, mau efek yang diinginkan untuk terapi serangan akut pada penyakit gout adalah efek anti-inflamasinya.
Obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas
ES:
- Karena pemberian jangka panjang dan dihentikan secara tiba-tiba: insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia, dan malaise.
- ES akibat pengobatan jangka panjang: gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glikosuria, mudah terjadi infeksi terutama TB, perdarahan atau perforasi pada pasien tukak peptic, osteoporosis, miopati yang karekteristik, psikosis, habitus pasien Cushing.
KI:Kontraindikasi relative yaitu diabetes melitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular.
fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, penumpukan kolagen dan pembentukan sikatrik.
SKOR 80 60 50
Asetaminofen Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, menurunkan suhu dengan mekanisme efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini dimetabolisme oleh enzim
Indikasi:
Analgesik dan antipiretik
Tidakmenyebabkan iritasi lambung.
Efek samping:
Reaksi alergi (jarang terjadi): eritema, urtikariam demam, lesi pada mukosa.
Hepatotoksisitas terjadi pada pemberian tunggal 10-15 gram (200-250 mg/KgBB): mual muntah, sakit perut
Hepatotoksitas bertambah jika diberikan bersama barbiturat.
mikrosom hati, 80% dikonjugasi dengan asam glukorunat dan sisanya dengan asam sulfat. Obat ini juga mengalami hidroksilasi. Obat ini diekskresikan melalui ginjal.
99 90 90
- Membersihkan sekret telinga kiri
Dengan menggunakan golongan dari antiseptik
e. Nama obat dari golongan yang sesuai
Kriteria Penisilin G dan V Aminopenisilin (Ampisilin & Amoksisilin)
Sefalosporin Generasi ke-3
Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Suitability Infeksi gonokokus. Penisilin G (benzilpenisilin) 5-10 kali lebih aktif terhadap spesies Neisseria
Infeksi penumokokus Infeksi stafilokokus Sifilis Difteri Infeksi mikroorganisme anaerob
Infeksi saluran napas Infeksi saluran kemihMeningitis Infeksi salmonella
Bermanfaat dalam eradikasi gonokokus
Safety Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil (Penisilin) ;
Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil
Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : cukup aman
Cost Ampisilin kaplet 250 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 26.180,-
Ampisilin kaplet 500 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 41.910,-
Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 1000 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 52.250,-
Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 500 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 33.000,-
Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial) = Rp 21.008,-
Seftriakson serbuk injeksi 1 g/vial (ktk 1 vial @ 10 ml = Rp 10.504,-
Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp 9.547,-
Sefotaksim injeksi 1 g (ktk 2 vial)=
Ampisilin sirup kering 125 mg/5ml (btl 60 ml) Rp 4.400,-
Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 10 x 10 kapsul) = Rp 30.107,-
Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 12 x 10 kapsul) = Rp 36.300,-
Amoksisilin kaplet 500 mg (ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 40.700,-
Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg (ktk 10 vial) = Rp 72.600,-
Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml (btl 60 ml) = Rp 4.070,-
Rp 16.940,- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2
vial)= Rp 82.764,-
Penisilin : Amoksisilin, dipilih karena memiliki daya resorpsi 80% lebih lengkap
dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam darah
dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti kadar PP
20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam jaringan
dan cairan tubuh dengan lebih baik
- Paracetamol, resorpsi lebih cepat di usus, plasma T1/2 nya 1-4 jam. Dalam hati
akan diuraikan menjadi metabolit yang sangat toksis dan diekskresikan melalui
urin sebagai konjugat glukoronida dan sulfat. Bisa diberikan lebih baik daripada
ibuprofen karena ibuprofen ini lebih bisa menyebabkan kelainan GIT, seperti
mual dan muntah, selain itu efek analgetik yang sedikit cukup membantu selain
efek antipiretiknya yang sangat kuat.
BSO : Sirup mudah pemberiannya pada anak-anak, dan tidak sulit ditelan.
- Antiseptika: Larutan H2O2 3% obat ini bekerja relatif lemah dan singkat namun
memiliki sifat baktersidal yang bagus karena oksigen yang dihasilkan oada kontak
dengan jaringan atau zat organis lainnya. Oksigen yang terbentuk ini membantu
secara mekanis pengeluaran jaringan mati dan bakteri, serta untuk mengeluarkan
serumen
f. Bentuk Sediaan Obat dan Harga
- Amoksisilin sirup kering 125mg/5 mL (@60mL = Rp.5.160), Kaplet @500mg
=Rp.518
- Solusio H2O2 3% ( @botol 60cc)
- Parasetamol Sirup 120mg/5mL (@botol 60mL= Rp.3.220)
g. Penghitungan dosis
- Perhitungan dosis anak menurut rumus Young (Amoksisilin)
Da = n / (n+12) X Dosis lazim dewasa
= 8/(8+12) X 500 mg (sekali minum)
=200 mg
Da = n / (n+12) X Dosis dewasa
= 8/(8+12)X 2000mg (sehari)
= 800 mg
Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 8mL (200mg) maka sehari 600 mg,
tidak melebihi dosis maksimal (800mg= 32mL).
Maka untuk kemudahan dapat diberikan 10 mL pada sendok obat pasien
Namun, karena keinginan yang dicapai ialah untuk pasien mendapatkan dosis yang
tepat maka dipilih dengan pembuatan puyer, walaupun sedikit pahit, nantinya saat
puyer dilarutkan bisa dicampur dengan gula tambahan oleh orangtua pasien
- Perhitungan untuk Paracetamol
Untuk anak berumur 8 tahun
Dosis sekali minum : 200mg (lazim)
Dosis sehari : 500mg (lazim)
Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 8mL (200mg) maka sehari 600 mg,
tidak melebihi dosis maksimal (800mg= 32mL).
Maka untuk kemudahan dapat diberikan 10 mL pada sendok obat pasien
h. Penulisan Resep
dr. Miley
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.90 Mataram
Tlp : (0370) 690909
Mataram, 9 Oktober 2011
R/ Syr. Paracetamol 60mL Lag. I
S.p.r.n.t.d.d. C.th. I.p.c
______________________________________ Paraf
R/ Kap. Amoksisilin 200 mg No. II
Sacch.Lact.q.s
m.f.l.a.pulv.d.t.d.no. XXI
S.t.d.d. pulv.I p.c
_________________________________ Paraf
R/ Sol. H2O2 3% 5 cc Lag I
S.b.d.d.gtt. X. Auric Sin
_________________________________ Paraf
Pro : Susan
Umur : 8 Tahun
Alamat : Jl. Yuk mari No.90 Mataram
i. Informasi
- Jangan berenang terlebih dahulu selama 12 hari ini
- Obatnya dihabiskan satu puyer setiap habis makan pagi, siang, dan malam
- Minum Antalginnya dihentikan dan jangan digunakan lagi selama anak masih
dibawah umur 18 tahun
- Jangan langsung di oplos semua, satu puyer saja, lalu dicampur air sekitar satu
sampai dua sendok teh air dan boleh juga dicampurkan gula secukupnya
- Obat antibiotik tersebut harus diminum habis dan sesuai dengan anjuran dokter, 7
hari kemudian datang untuk kontrol (saat 21 bungkus puyer habis) atau keadaan
pasien memburuk
- Pasien hendaknya diberi makanan buah dan sayuran yang banyak dan daging,
misalnya daging ikan
- Pasien menggunakan obat tetes tersebut hanya sampai 5 hari, kemudian bila sudah
tidak ada cairan bisa balik kontrol kembali setelah obat puyer antibiotiknya habis,
nanti akan diberi obat tetes yang lain
- Pasien hendaknya mengkonsumsi parasetamol saat sesudah makan dan tidak
boleh di makan saat sedang perut kosong
- Cara menggunakan tetes telinga pembersih tersebut ialah pasien cuci tangan
terlebih dahulu dengan steril, lalu dengan kepala condong/miring tegak lurus
terhadap ujung penetes dimasukkan secukupnya ke dalam liang telinga dan 10x di
tetesi, kemudian diamkan selama 15- 30 detik lalu keluarkan kembali agar kuman
dan jaringan mati ikut juga keluar beserta sekretnya.
- Tetes telinga H2O2 dihentikan bila sudah tidak keluar sekret lagi
2. Pria, 27 tahun, datang ke puskesmas, dengan keluhan pilek selama dua minggu, ingusnya
kental, dan berbau. Hidung terasa buntu. Pasien juga mengeluhkam nyeri pada kedua daerah
pipi dan pada dahi, terutama pada ujung alis bagian dalam. Nyeri bertambah berat pada posisi
membungkuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan di daerah maksilaris bilateral.
Rinoskopi anterior tampak sekret pada meatus media. Rinoskopi posterior didapatkan post
nasal drip. Suhu tubuh 38.5
a. Daftar Masalah
- Pria 27 Tahun, pilek selama 2 minggu, ingusnya kental dan berbau.
- Hidung buntu
- Nyeri pada kedua pipi dan dahi, terutama pada ujung alis bagian dala,
- Nyeri bertambah berat saat posisi membungkuk
- Nyeri tekan daerah maksilaris bilateral
- Sekret tampak pada meatus media secara rinoskopi anterior
- Rinoskopi posterior terdapat post nasal drip dengan suhu 38.5oC
b. Diagnosis
Sinusitis Maksilaris et Frontalis Akut Bakterialis
c. Tujuan Terapi
- Mengeradikasi kuman penyebab
- Memberikan obat penghilang nyeri pada pasien
- Mengurangi ketersumbatannya
d. Golongan obat yang dipilih
Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability
(Kecocokan)
Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili
gram-, antara lain E.coli,
H.influenzae, Klebsiella, Proteus
dan Enterbacter, Salmonella dan
Shigella. Aktif juga mengatasi
gonokokus, dan sejumlah gram +
(Staphylococcus aureus/epiermis).
Amikasin (spektrum kerja paling
luas) dan tobramisin aktif kuat
pada pseudomonas, gentamisin
lebih ringan. Streptomisin,
kanamisin, dan amikasin aktif
E.S : yang digunakan
secara parenteral dapat
menyebabkan
kerusakan pada organ
pendegaran dan
keseimbangan, akibat
rusaknya saraf
vestibulokoklearis
(N.VIII). Nefrotoksitas
yang reversibel karena
ditimbun dalam sel-sel
tubuler ginjal. Jarang
Streptomisin dan
kanamisin hanya
digunakan
parenteral pada TB,
dikombinasi dengan
rifampisin, INH,
dan pirazin, juga
bersama
benzilpenisilin
berkat efek pada
infeksi streptokokus
terhadap kuman tahan asam (TBC
dan lepra). Tidak aktif terhadap
kuman anaerob.
Aktivitas: baktersidal, dengan
penetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di
dalam sel. Proses translasi (RNA
dan DNA) diganggu, sehingga
biosintesa protein diganggu. Tidak
hanya terjadi pada fase
pertumbuhan kuman, namun juga
termasuk saat kuman membelah
diri.
Memiliki efek sisa setelah selesai
penggunaan obat, efek
antibiotisnya masih ada walaun
kadarnya dalam darah,
berangsur-angsur turun.
“88”
terjadi blokade
neuromuskuler dengan
kelemahan otot dan
depresi pernafasan.
Toksisitas di atas,
bukan bergantung
dosis, namun pada
lamanya pemakaian
obat dan jenisnya
(Netilmisin efeknya
lebih kurang untuk
menimbulkan
ototoksisitas).
Sebaiknya ditakarkan
1-2x sehari. Pada
penggunaan oral dapat
terjadi nausea, muntah,
diare, khususnya pada
dosis tinggi.
Kehamilan dan
laktasi: dapat melintasi
plasenta, merusak
ginjal dan tuli pada
bayi. Tidak dianjurkan
selama kehamilan.
Sedikit mencapai ASI,
bia digunakan saat
pemberian ASI.
“50”
atau enterokokus.
Gentamisin dan
tobramisin sering
digunakan dengan
penisilin atau
sefalosporin pada
infeksi
pseudomonas.
Amikasin
dicadangkan untuk
kasus di mana
terdapat resistensi
bagi aminoglosida
lainnya. Pada
pemebrian topikal,
gentamisin,
tobramisin dan
neomisin untuk
salep atau tetes
mata, telinga,
kombinasikan juga
dengan suatu
polipeptida
(polikmisin,
basitrasin).
Framisetin khusus
digunakan secara
topikal.
Kontraindikasi :
bila ada riwayat
alergi pada
aminoglikosida.
“90”
Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan
bakterisidal lemah bila diinjeksikan
secara intravena.
Mekanisme kerjanya: berdasarkan
sintesis protein kuman yang
diganggu. Spektrum kerja luas dan
E.S: Penggunaan oral
dapat menyebabkan
gangguan GIT,
penyebabnya ialah
adanya mukosa
lambung/ perubahan
Indikasi: Infeksi
saluran napas, paru-
paru, ISK, infeksi
kulit dan mata.
Penggunaan pada
acne, , karena
meliputi banyak cocci gram+ dan
gram-, serta kebanyakan basili,
kecuali pseudomonas dan proteus.
Aktif juga terhadap Chlamydia
trachomatis, Rickettsiae,
Spirochaeta terhadap sifilis dan
frambusia, leptospirae,
Actinomyces, dan beberapa
protozoa (Amoeba).
Farmakokinetik: resorpsi 75% dan
agak lambat saat perut kosong.
Kadar puncak dalam darah 3-4 jam
kemudian. Kecuali, doksisiklin dan
minoksiklin yang diserap baik (90-
100%), dan juga bila ditelan dengan
makanan. Kadar plasma T1/2
tetrasiklin berkisar 9 jam,
minoksikin 18 jam, dan 23 jam
doksisiklin. Memiliki kemampuan
penetrasi yang cukup bak ke dalam
jaringan karena sifat lipofiliknya,
dengan afinitas khusus (tulang,
mata, prostat, gigi, kuku dan kulit
yang meradang. Difusi melalui CSS
buruk, kecuali minoksiklin.
Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,
degan kadar dalam urin utama dan
tinggi, doksisiklin dan minoksiklin
terutam diekskresi melalui empedu
dan feses.
flora-usus oleh bagian
yang tak diserap,
terutama tetrasiklin.
Hingga dapat
menimbulkan adanya
supra-infeksi oleh
Candida albicans. Efek
lebih sering dan serius
adalah sifat
penyerapannya dalam
tulang dan gigi yang
sedang tumbuh pada
janin anak-anak.
Pembentukan
kompleks tetrasiklin-
kalsiumfosfat dapat
menimbulkan
gangguan pada struktur
kristal dari gigi serta
pewarnaan dengan
titik-titik kuning yang
mudah mengalami
karies. Fotosensitasi,
kulit menjadi peka
cahaya, menjadi
kemerah-merahan,
gatal-gatal, dan
sebagainya.
Kehamilan : bisa
menyebabkan
penghambatan tulang
yang mengakibatkan
menjadi lebih rapuh
dan kalsifikasi gigi
terpengaruh secara
buruk, semua
tetrasiklin tidak boleh
diberikan setelah
bulan keempat dari
kehamilan dan pada
adanya daya
hambat terhadap
akitvitas lipase
untuk
Propionibacter
acnes. Pada
bronkhitis kronis,
adakalanya
dijadikan sebagai
obat profilaksis
serangan akut.
Kontraindikasi:
Sediaan suspensi
atau kapsul yang
sudah lama
tersimpan/ telah
berwarna kuning
tua sampai coklat
Tidak boleh
diminum lagi.
Karena pada
kondisi lembab dan
panas mudah
terurai, terutama
karena cahaya, dan
dapat menjadi
sangat toksik bagi
ginjal, karena
terurai menjadi epi-
dan
anhidrotetrasiklin.
Tidak boleh
diberikan pada ibu
hamil hingga anak
berusia 8 tahun.
Hipersensitivitas
terhadap tetrasiklin.
“90” anak-anak sampai
usia 8 tahun.
Interaksi: membentuk
kompleks tak larut
dengan sediaan besi,
aluminium, magnesiun
dan kalsium, hingga
resorpsinya dari usus
gagal. Sehigga
tetrasiklin tidak boleh
diminum sambil
minum susu atau
bersama makanan atau
antasida. Kecuali
doksisiklin dan
minoksiklin dapat
ditelan bersama
makanan dan susu.
Tetrasiklin ,oksitetrasik
lin dan minoksiklin
dapat menghambat
hidrolisis dari
conjugated estrogen
dalam usus. Turunnya
kadar estrogen dalam
darah bisa
menimbulkan spotting
setelah penggunaan
antikonseptiva yang
berisi etinilestradiol
atau mestranol.
“0”
“0”
Makrolida&
Linkomisin
Efek: bakteriostatis, bakteri
gram+, dan spektrum kerja mirip
penisilin-G. Mekanisme kerja,
melalui pengikatan reversibel pada
ribosom kuman, sehingga sintesis
proteinnya dirintangi.
Waktu paruh singkat, hingga perlu
E.S: Gangguan GIT,
yang terutama nampak
pada eritromisin akibat
penguraiannya oleh
asam lambung. Lebih
jarang nyeri kepala dan
reaksi kulit. Eritromisin
Indikasi:
eritromisin
merupakan pilihan
utama pada infeksi
paru-paru dengan
Legionella
pneumophilia
ditakarkan sampai 4x.
Kinetik: tergantung formulasi,
bentuk garam atau ester. Makanan
memperburuk absorbsi, sebaiknya
diminum saat perut kosong, kecuali
diritromisin tidak dipengaruhi oleh
makanan. Kemampuan penetrasi ke
jaringan dan organ baik, kadar
interseluler tinggi. Efek kuman
intrasel tinggi, Legionella,
Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya
di luar sel. Metabolisme semua
makrolida diuraikan dalam hati,
melalui sistem sitokrom P-450,
menjadi metabolit inaktif. Kecuali,
metabolit-OH dari klaritromisin.
Ekskresi berlangsung melalui
empedu dan tinja serta kemih,
terutama dalam bentuk inaktif.
“50”
dosis tinggi dapat
menimbulkan ketulian
reversibel, mungkin
akibat pengaruhnya
terhadap SSP. Semua
makrolida dapat
mengganggu fungsi
hati, yang tampak
sebagai peningkatan
nilai-nilai fungsi hati,
nyeri kepala, pusing
dapat terjadi.
Eritromisin dan dapat
mengakibatkan reaksi
alergi.
Interaksi: atas dasar
peningkatan pada
sistem enzim sitokrom
P-450, eritromisin
memperlihatkan
penghambatan
enzimatis dari
metabolisme teofilin,
karbamazepin,
kumarin, rifampisin,
astemizol, terfenadin
dan siklosporin. Nyata
pada dosis besar dan
penggunaan lama.
Hanya klaritromisin
berinteraksi secara
signifikan dengan
karbamazepin.
Ertiromisin dan
klaritromisin
meningkatkan kadar
plasma digoksin
dengan jalan
merintangi sejenis
kuman tertentu dengan
(penyakit veteran),
Mycoplasma
pneumoniae, dan
infeksi usus oleh
Campylobacter
jejuni. Pada infeksi
lain, merupakan
pilihan obat kedua,
bilaman terdapat
resistensi dan suatu
hipersensitivitas
untuk penisilin.
Pada indikasi lain,
seperti sepsis,
endokarditis, dan
pasien dengan
granulositopenia,ata
u lansia, sebaiknya
digunakan yang
bersifat baktersidal,
seperti penisilin dan
sefalosporin. Untuk
derivatnya yang
lebih tahan asam
lambung dan
keluhan GIT nya
lebih ringan, seperti
azitromisin dapat
diberikan, yang
mampu melawan
bakteri gram-,
seperti
Haemophilus
influenzae, infeksi
saluran napas.
Untuk klaritromisin
dan azitromisin
efektif juga
mengatasi kuman
penyerta pada
merintangi kuman
tertentu yang
menginkativasi
digoksin dalam usus.
Klaritromisin dan
roxitromisin yang tidak
dapat diberikan
bersamaan dengan
ergotamin, karena
dapat menimbulkan
kejang arteri dan reaksi
iskemia.
Kehamilan dan
laktasi: eritromisin
aman, tapi tidak ada
data untuk derivatnya,
sedangkan
rosirtromisin aman
diminum sambil
memberi ASI.
Klaritromisin ternyata
mengganggu
perkembangan janin
pada binatang coba,
jangan digunakan pada
trimester pertama
kehamilan.
“70”
AIDS, seperti
Toxoplasma gondii
dan
Mycobacterium
avium intercellare.
Kontraindikasi:
Alergi eritromisin,
saat hamil tidak
boleh diberikan
“0”
Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap
Enterobacter dan Staph.aureus
dengan merintangi sintesa
polipeptida kuman. Bekerja
bakterisidal terhadap
Strep.pneumoniae,
Neiss.meningitides dan
H.influenzae
Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%
terserap. Difusi ke dalam jaringan,
lumen, dan cairan tubuh baik sekali.
E.S: gangguan GIT,
neuropati optis dan
perifer, radang lingua,
mukosa mulut. Tetapi,
yang sangat berbahaya
ialah depresi sumsum
tulang (Mielodepresi)
yang dapat tampak
dalam bentuk anemia,
dalam 2 bentuk,
penghambatan
Indikasi: infeksi
tifus, meningitis
(khusus bagi
H.influenzae),
infeksi anaerob
(contoh abses otak
oleh B.fragilis yang
semuanya
digunakan secara
oral. Secara topikal
sebagai salep 3%
Kecuali ke dalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi.
Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam
hepar, zat ini dirombak 90%
menjadi glukoronida inaktif. Bayi
yang baru dilahirkan, belum cukup
untuk merombak tersebut, maka
mudah mengalami keracunan.
Ekskresi melalui ginjal sebagai
metabolit inaktif, lebih kurang 10%
Rasa ester (palmitat dan stearat)
tidak pahit berlainan dengan
kloramfenikol sebagai basa, maka
sering digunakan sebagai sediaan
suspensi. Ester inaktif ini dalam
usus dihidrolisis oleh lipase dan
menghasilkan basa aktif kembali.
Syarat hidrolisis lengkap ialah
ukuran partikel serbuk yang
digunakan untuk dibuat suspensi,
haru 1-5 mikron. Untuk injeksi
dengan garam-Na dari ester
suksinat yang mudah larut dan
daram jaringan dirombak menjadi
kloramfenikol aktif.
“90”
pembentukan sel-sel
darah 5 hari setelah
terapi dimulai,
tergantung lama terapi,
dosis dan bersifat
reversibel. Yang kedua,
berupa anemia
aplastik, beberapa
minggu sampai bulan
setelah terapi, maka
tetes mata tidak boleh
digunakan lebih dari 10
hari. Mielodepresi
tidak reversibel namun
jarang. Dapat
menyebabkan
kerusakan sumsum
tulang diduga karena
kloramfenikol menjadi
metabolit aktif yang
toksik karena diuraikan
kuman dalam usus.
Begitupula pada
penggunaan di kulit
dan mata, maka akan
diuraikan oleh sinar
UV-A.
Kehamilan dan
laktasi: tidak
dianjurkan, khususnya
selama minggu-minggu
terakhir dari
kehamilan, karena
dapat menimbulkan
sianosis dan hipotermia
neonatus (grey baby
syndrome), melintasi
plasenta, ASI, begitu
dan tetes/ salep
mata, sebagai
pilihan kedua. Jika
fusidat dan
tetrasiklin tidak
efektif hanya pada
konjungtivits
bakterial selama 10
hari. Lebih bai
k salep mata
sebelum tidur 1 dd.
Kontraindikasi:
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi, tetes
telinga (karena zat
pelarut yaitu
propilenglikol
ototoksis pada
telinga. Penderita
neuropati. Penderita
dengan kelainan
darah lainnya.
“55”
pula untuk tiamfenikol
“67”
Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip
dengan kloramfenikol, efeknya juga
kurang kuat. Resorpsi sangat baik
sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan
pada enzim glukoronidase hepar
hanya 5-10%. Sedangkan
ekskresinya dalam urin tinggi
sebagai zat aktif 65%. Didalam
empedu kadarnya lebih tinggi dari
kloramfenikol.
“80”
E.S: Depresi sumsum
tulang yang reversibel,
jarang meninmbulkan
aplasia sumsum tulang,
lebih sering
eritropoiesis,
leukopenia,
trombositopenia dan
peningkatan kadar
serum besi
“67”
Indikasi: Infeksi
tifus, ISK dan
Infeksi saluran
empedu. Juga pada
Strepto.pyogenes,
haemophilus dan
pneumokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal,
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi.
Penderita dengan
kelainan darah
lainnya.
“67”
Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+
aerob dan anaerob, termasuk
stafilokokus yang resisten untuk
metisilin (MRSA). Biasanya
sebagai lini terakhir, bila antibiotik
lainnya sudah tidak mempan.
Kinetik: resorpsi dari usus buruk,
namun pada usus yang sakit, seperti
pada enteritis resorpsinya baik.
Kadar terapeutis dalam cairan
pleura, sinovial, dan saluran kemih
tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11
jam. Ekskresi 80% melalui saluran
kemih.
“0”
E.S: Gangguan fungsi
ginjal, terutama pada
penggunaan lama
dengan dosis tinggi,
juga neuropati perifer,
reaksi alergi kulit
menjadi kemerahan
yang disebut the red
man syndrome, mual,
demam, dan lainnya.
Kombinasi dengan
aminoglikosida
meningkatkan resiko
nefro dan ototoksisitas.
Kehamilan dan
Laktasi: belum ada
data yang menjelaskan,
namun obat ini
mencapai ASI.
Bisa sebagai
pengganti bagi
pasien yang alergi
penisilin atau
sefalosporin.
Indikasi: kolitis
akibat terapi seperti
oleh linkomisin,
klindamisin dan
radang pada
mukosa usus oleh
Stafilokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal, alergi
vankomisin,
mengkonsumsi obat
aminoglikosida,
neuropati
Bisa diberikan
oral, ataupun
“0” injeksi
“0”
Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan
menghambat sintesis kuman.
Spektrum kerja sempit dan terbatas
pada kuman gram+ terutama
stafilokokus, juga yang membentuk
penisilinase. Kuman gram- resisten
kecuali Neisseria.
Kinetik: daya penetrasi bagus,
jaringan lunak, otot jantung, tulang,
sendi, mata, pus, sputum, namun ke
CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah
10-12 jam. Ekskresi terutama
melalui empedu dan tinja sebagai
metabolit inaktif.
“0”
E.S: ringan berupa
gangguan GIT, kadang-
kadang reaksi kulit
(eritema, iritasi).
Kehamilan dan
laktasi: pada akhir
kehamilan, dapat
menyebabkan ikterus
pada bayi, dan zat ini
melintasi plaseta dan
ASI.
“0”
Indikasi: secara
oral atau IV pada
infeksi stafilokokus,
khususnya bila
terdapat resistensi
atau
hipersensitivitas
terhadap penisilin
dan lainnya. Secara
topikal bisa
diberikan pada
infeksi stafilokokus
kulit, berupa krim
atau salep dan pada
mata berupa gel.
Resistensi dapat
timbul dengan
cepat. Biasanya
dikombinasi dengan
penisilin atau
eritromisin
Kontraindikasi:
trimester akhir
kehamilan, alergi
asam fusidat.
“0”
Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat
RNA-sintetase, menyebabkan
penghentian sintesis protein kuman.
E.S: gatal-gatal, nyeri,
rasa terbakar, kulit
kering, dan kemerahan.
Di hidung: bersin,
iritasi, dan gatal-gatal
karena vehiulumnya.
Nefrotoksik, karena
vehikulum dalam salep,
terlalu banyak yang
diserap.
Kuman gram+,
seperti
Staphy.aureus, Str.
Pyogenes dan
Str.pneumoniae.
tidak aktif terhadap
kuman gram-,
kecuali
H.influenzae dan
Neisseria
gonorrhoea.
“0”
“0”
Khusus digunakan
secara topikal,
sebagai salep kulit
pada infeksi kuman
gram+, juga sebagai
salep hidung
pembawa-MRSA
untuk eliminasi
kuman resisten ini.
Tidak digunakan
secara sistemik,
karena resorpsi oral
buruk dengan
perombakan yang
pesat.
Kontraindikasi:
gagal ginjal, alergi
terhadap vehikulum
pada pemberian
topikal
“0”
Sefalosporin Sama seperti penisilin yang
memiliki cicnin beta-laktam
sebagai antimikroba. Namun jenis
cincinnya berbeda, yaitu enam
anggota cincin dihidrotiazin yang
berbeda dari cincin tiazolidin yang
beranggotakan 5 pada penisilin.
Spektrum kerja luas, meliputi
banyak kuman gram+, dan gram-,
termasuk E.coli, Klebsiella, dan
Proteus. Bersifat baktersidal dalam
fase pertumbuhan kuman, dengan
menghambat sintesis peptidoglikan
yang diperlukan kuman.
Kepekaannya terhadap beta-
laktamase lebih rendah daripada
penisilin.
Generasi I (cephradine,
E.S: sama dengan
penisilin, namun lebih
ringan. Gangguan GIT
dapat muncul, karena
seperti penisilin,
sefalospirn ini
mengubah sifat dari
mikroflora menjadi
patogen pada GIT
(diare,bahkan pada
keadaan yang khusus
oleh karena C.difficile
bisa menyebabkan
diare berat,mual,
muntah,anoreksia).
Jarang ada reaksi
alergi, seperti
maculopapular rash
Secara umum:
sefalosporin
digunakan juga
untuk kanker
payudara.
Sefalosporin
dikontaindikasikan
untuk para pasien
dengan alergi
sefalosporin. Selalu
dilakukan
pengecekan atau
ditanyakan
adapakah memliki
alergi terhadap
penisilin dan
sefalosporin.
Karena efek
cepalexin,cefadroxil, dan
cefazolin): aktif terhadap cocci
gram+, (Methicilin-Sensitive
Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenespenicilin-
sensitive Streptococcus
pneumoniae), tidak berdaya
terhadap gonococci, H.influenzae,
Bacteriodes, dan Pesudomonas,
tidak tahan terhadap beta-
laktamase.
Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,
Cefuroxime, Cefoxitin dan
Cefotetan): lebih aktif terhadap
gram- (Contohnya Haemophilus
Influenzae), termasuk gonococci,
H.influenzae, Bacteriodes,serta
kuman-kuman yang resisten dengan
amoksisilin. Agak kuat terhadap
beta-laktamase dan efek terhadap
gram + (Streptokokus dan
stafilokokus)sama. Cefoxitin dan
Cefotetan efektif melawan mikroba
anaerob usus. Cefaclor, mengatasi
bakteri telinga tengah, pari-paru
dan traktus urinarius.
Generasi III (Cefixime, Cefdinir,
Cefotaxime, Ceftriaxon dan
Ceftazidime): Lebih kuat terhadap
gram- namun lebih pada kuman tipe
enterikus, sedangkan yang lainnya
lebih lemah, lebih luas lagi terhadap
Bacteriodes, dan Pesudomonas.
Resistensi kuat terhadap beta-
laktamase, namun khasiat terhadap
gram+ lebih ringan. Tidak aktif
terhadap Methicilin Resistant
Staphylococcus Epidermis dan
MRSA. Dari semua obat di generasi
ini, Ceftazidime memiliki aktivitas
dan urtikaria. Alergi
silang dapat terjadi
pada derivat penisilin
yang molekulnya mirip
dengan generasi
pertama dari
sefalosporin, sehingga
bila alergi pada
penisilin maka ada
kemungkinan besar
untuk alergi pada
sefalosporin generasi
pertama. Sedangkan,
pada pemberian gernasi
kedua,ketiga dan
keempat diyakini lebih
aman. Nefrotoksisitas
lebih sering pada
generasi I, khususnya
sefaloridin, dan
sefalotin dosis tinggi,
selain itu bila
penggunaannya
bersamaan dengan
aminoglikosida dapat
merusak fungsi ginjal,
lebih sering pada lansia
dan pada pasien dengan
penurunan fungsi
ginjal. Beberapa obat
bisa menimbulkan
reaksi disulfiram bila
digunakan bersamaan
dengan alkohol, yaitu
sefamandol dan
sefoperazon. Adapun
pada pemberian lama
dapat menyebabkan
superinfeksi karena
pertumbuhan dari
pemakaian jangka
lama atau
sekundernya dapat
menyebabkan
seseorang menjadi
defisiensi vitamin
K, maka pemberian
sefalosporin pada
pasien hemofilia
dikontraindikasikan
serta pada pasien
yang memiliki
reaksi alergi terkait
obat pada sendi dan
kulit.
Generasi I:
digunakan peroral
pada ISK ringan
dan pilihan kedua
ada infeksi saluran
pernapasan dan kuit
yang tidak begitu
serius, dan bila
terdapat alergi
untuk penisilin
Cefazolin,
dikombinasi dengan
Tobiramisin/
gentamisin,
kombinasi ini
digunakan untuk
spektrum luas
seperti pada ulser
korneal. Spektrum
sefazolin ini aktif
untuk gram+,
seperti penisilinase
oleh
Staphylococcus.
Generasi II dan
yang paling bagus untuk mengatasi
organisme gram -, seperti
P.aeruoginosa.
Generasi IV (Cefepime): sangat
resisten terhadap laktamase dan
aktif sekali terhadap pesudomona s
dan gram negatif lainnya serta gram
positif (Methicilin-sensitive
S.aureus, dll).
Diabsorbsi cepat melalui oral dan
lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-
150 menit. Distribusi baik,
meliputi: jaringan dan cairan tubuh,
namun buruk pada otak, mata dan
CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi
lebgkap dan hampir utuh 80%
melaui saluran urinarius, melalui
filtrasi dan sekresi glomeruler.
“100”
Acinetobacter ,enteroc
occus, dan candida.
Selain sefalosporin
dapat menghancurkan
mikroflora, dapat
menyebabkan
defisiensi vitamin K,
yang dapat
menyebabkan
perdarahan. Pada
pemberian Cefaclor
dapat menimbulkan
reaksi efek samping
pada kulit dan sendi.
Kehamilan dan
Laktasi: mudah
melintasi plasenta,
tetapi kadarnya rendah
dalam darah janin
daripada darah ibunya.
Sefalotin dan sefaleksin
telah digunakan selama
kehamilan tanpa
adanya efek buruk pada
bayi. Kebanyakan
dapat masuk ASI. Yang
masih bisa dianggap
aman (lainnya belum
ada data) ialah obat
generasi I, sefaklor,
sefotaksim, seftriakson
dan seftazidim. Hanya
dalam jumlah kecil
yang dianggap aman
bagi bayi.
Penggunaan oral
seperti
sefaleksin,sefaklor dan
sefradin aman, namun
penggunaannya pada
III: digunakan
parenteral pada
infeksi serius yang
resisten terhadap
amoksisilin dan
generasi I, juga
dikombinasi dengan
aminoglikosida
(gentamisisn,
tobramisin) untuk
memperluas dan
memperkuat
aktivitasnya.
Profilaksis bedah
jantung, usus,
ginekologi, dan
lainnya. Sefoksitin
dan sefuroksim
(gen.II) dipakai
pada gonore.
Untuk generasi
kedua pemberian
Cefaclor secara oral
digunakan untuk
mengatasi selulitis
sedang preseptal.
Pemberian
parenteral seperti
Cefuroxime
bersamaan dengan
ampislin/sulbactam
direkomendasikan
untuk mengatasi
selulitis preseptal
yang tidak respon
terhadap
pengobatan oral
atau berat.
Generasi III:
Seftriakson dan
trimester kedua dan
ketiga dapat
menyebabkan alergi,
kemungkinan karena
mensensitasi janin.
Laqinnya sedikit
informasi untuk
sefiksim dan
sefpodoksim.
Sefalosporin injeksi,
sama seperti diatas, dan
diduga pemberiannya
mungkin aman dan
mungkin merupakan
pilihan yang masuk
akal untuk infeksi
berat.
Selama pemberian
menyusui bayi yang
sedang disusui
memiliki potensial
untuk timbulnya flora
normal usus namun
dapat digunakan.
Sefalosporin
(Sefaklor,sefamandole,
sefazolin,sefotaksim,se
fosiksitin, sefaleksin)
kategori A untuk ibu
menyusui, masuk ke
dalam asi dengan
konsentrasi rendah dan
aman.
“86”
sefotaksim sering
dianggap sebagai
obat pilihan
pertama untuk
gonore. Sefokstitin
pada infeksi
Bacteriodes
fragilis.
Ceftazidime,
digunakan sebagai
alternatif obat
topikal dan
Amikacin
intravitreal untuk
mengataso gram
negatif, seperti
P.aeuroginosa pada
endoftalmitis.
Kombinasi antara
Ceftazidime/
Cefixime
dikombinasi dengan
Nafcilin sebagai
terapi selulitis
orbital. Ceftriaxone
yang dikombinasi
dengan Vancomycin
ialah mengatasi
selulitis preseptal
sedang hingga
berat. Untuk
N.gonorrhoeae baik
infeksinya di
konjugtiva, bisa
diberikan
Ceftriaxone secara
intramuskuler.
Selain
pemberiannya
secara IM juga bisa
secara IV pada
pasien gonokokal
neonatorum
oftalmikus.
Cefixime juga dapat
diberikan secara
oral untuk gonore
“75”
Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:
- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307
- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000
- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000
- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035
- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731
- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679
- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000
- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655
- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622
- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573
- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000
- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350
- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200
- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151
- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560
- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800
- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780
- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336
- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737
- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369
- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845
Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif
melawan kuman gram- termasuk
pseudomonas, sedangkan basitrasin
dan gramisidin efektif terhadap
gram +.
Sebagai bakteriosidal, dengan sifat
permukaannya yang melekatkan
E.S: nefrotoksis bila
diberikan secara
parenteral. Serta
dapat mneybabkan
ototoksis. Efek
samping pada pmberian
topikal okuler ialah
Indikasi: kuman
gram- termasuk
pseudomonas, dan
bebeapa kecil
terhadap gram +..
Kontraindikasi:
tidak ada
diri pada membran sel bakteri ,
sehingga permeabilitas sel
meningkat dan akhirnya selnya
ruptur. Kerjanya tidak bergantung
terhadap membelah tidaknya
kuman tersebut, sehingga dapat
dikombinasi dengan bakteriostatik,
seperti kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Untuk Polymyxin B, merupakan
suatu deterjen kationik atau
surfaktan yang berinteraksi dengan
membran fosfolipid, sehingga
mengganggu integritas osmotik dari
suatu sel bakteri. Peningkatan
permeabilitas ini menyebabkan sel
bakteri mati. Polikmisin B ini
beraksi selektif pada bakteri gram -,
termasuk P.aeuroginosa.
Gramicidin, seperti Polikmisin B,
yang merubah karakteristik
membran sel, sehingga sel tersebut
mati. Perbedaannya dengan
Polikmisin B, Gramisidin lebig
efektif mengatasi bakteria gram
negatif. Obat ini menggantikan
basitrasin dalam kombinasi topikal
infeksi okular
“69”
iritsai dan alergi dari
palpebra namun jarang
dan biasanya sedang.
Namun bila diberikan
secara injeksi
subkonjugtival dapat
memberikan rasa nyeri,
kemosis (edema
konjugtiva), dan
nekrosis jaringan.
Kontraindikasinya
ialah bila pada
seseorang yang
intolerasi atau
hipersensitivitas
terhadap obat ini.
“38”
gangguan ginjal,
tidak dalam
keadaan hamil,
dan tidak dalam
masa anak-anak.
Serta mudah
menyebabkan
ototoksisitas
Penggunaan Klinis
Polikmisin B ini
tidak digunakan
secara sistemik
karena efek
nefrotoksisitas dan
neurotoksisitasnya
tinggi. Secara
topikal Polikmisin
B ini digunakan
kombinasi dengan
antibakteri lainnya
atau steroids untuk
melindungi infeksi
di kulit dan otitis
eksternal. Secara
okular
pemberiannya juga
dikombinasikan
dengan antibiotik
lainnya serta atau
dengan steroid.
Biasanya untuk
mengobati infeksi
di konjugtiva,
ataupun palpebra.
Hal ini juga
digunakan sebagai
tindakan prevensi
terhadap konjugtiva
ataupun kornea
yang sedang
kompromis atau
dalam penggunaan
steroid. Pemberian
topikal khusus
untuk mata ialah
dicairkan dari
500000 polimiksin
B sulfat unti dalam
20-50mL akuades
atau air steril atau
sodium-klorida
10000-25000
unit/mL
konsentrasi. Untuk
Pseudomonas
aeruginosa di mata
dengan konsentrasi
0,1%-0,25%
(10000-25000
unit/mL) dalam 1-3
tetes tiap jam,
interval
ditingkatkan sesuai
indikasi.
Tidak ada
keterangan yang
mencantumkan
interaksi obat
“90”
Penisilin, pasien tidak memiliki riwayat alergi penisilin maka obat dari golongan
ini bisa diberikan yang bersifat bakterisidal, namun tetap pasien ditanyakan
kembali
SimpatomimetikEfedrin Hidroklorida
AntimuskarinikIpratropium Bromida
Efikasi Bekerja dengan cara
vasokonstriksi pembuluh
darah mukosa yang
kemudian mengurangi
pembengkakan mukosa
nasal. 100
Merupakan senyawa amonium kuartener sintetis dari metilatropin yang menghambat reseptor muskarinik90
Safety Iritasi setempat, mual, sakit
kepala; setelah penggunaan
berlebihan terjadi toleransi,
efek menghilang, kongesti
berulang, juga dilaporkan
efek pada kardiovaskuler 80
Hidung kering dan iritasi hidung, epistaksis90
Suitabilty Indikasi: Kongesti nasal
Kontraindikasi: jangan
digunakan pada pasien
hipertensi
98
Indikasi: Rinorea yang berhubungan dengan rinitis perenialPeringatan: hindari penggunaan di sekitar mata60
Golongan Adrenergika yaitu dekongestan nasal, pasien tidak memiliki riwayat
sakit jantung, maka pasien dapat diberikan obat ini, lalu untuk mengurangi
pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus
Nama
Golongan
Efficacy Safety Suitability Lain-lain
NSAIDs Khasiat analgetik,
antipiretik, dan
antiradang.
Khususnya
asetaminofen
bekerja sebagai lini
pertama
penanganan OA.
Adapun cara
kerjanya : dengan
menghambat ezim
siklooksigenase,
sehingga asam
arakhidonat tidak
berhasil dibentuk
menjadi COX-1,
COX-2 dan COX-
3. Sehingga di
pusat juga bisa
dihambat. Dengan
menghambat
siklooksigenase ini
maka, COX-1 yang
dihambat akan
menyebabkan
penghambatan
proteksi gastro,
meningkatkan
Untuk yang
non selektif
bisa didapat
adanya
kelainan
gastrointestinal,
seperti kelainan
mukosa
lambung, aliran
darah gaster
dan kelainan
regulasi
bikarbonat, dari
sekedar
inflamasi
menjadi ulkus
peptikum yang
mana obatnya
harus diganti,
serta adanya
gangguan
terhadap proses
fisiologis dari
tubuh yang
diatur olehnya
sesuai efikasi
tadi. COX-2
yang mana ini
akan
Indikasi :
OA
RA
Nyeri kankerakibat
metastase tulang
Nyeri kolik dan
saluran kemih
Dismenore
Aspirin pada dosis
rendah
menghambat
tromboksan A2
dengan
menyebabkan efek
antitrombotik.
Kontraindikasi:
Dispepsia
fungsional,
gastritis erosiva,
ulkus peptikum,
ulkus duodenale,
bagi pengguna
penghambat COX-
2 bahaya dengan
agregasi platelet,
vasokonstriksi dan
proliferasi otot
polos meningkat.
Sedangkan COX-2
akan menginduksi
nyeri yang terkait
inflamasi, dan
menghambat
agregasi platelet,
vasodilatasi, dan
terdapat efek anti-
proliferatif otot
polos. COX-3
meningkatkan suhu
tubuh di sentral
(sistem saraf pusat)
menghambat
adanya proses
agregasi
platelet yang
menyebabkan
resiko embolus
meningkat,
sehingga
kejadian
gangguan KV
meningkat.
Untuk COX-3
sepertinya tidak
terlalu
berpengaruh,
namun
asteminofen
yang
menghambat
ini secara
selektif akan
bersifat
hepatotoksik
bila kadarnya
leboh dari 4 g /
hari.
Cox Non
Selektif : (80)
Cox 2 selektif :
(0)
Cox 3 selektif :
(90)
akibat pada sistem
KV yang dapat
menyebabkan
peningkatan
agregasi platelet
yang menyebabkan
embolus.
COX-3 bisa
menyebabkan
hepatotoksik bila
pemakaian dosis
maksimal 4 gr/ hari
(90)
Cox Non
Selektif : (80)
Cox 2 selektif : (0)
Cox 3 selektif :
(90)
Steroid Efek antiradang akibat trauma, alergi, dan infeksi yang didasarkan efek vasokonstriksi
Mengurangi terbentuknya cairan peradangan dan edema setempat
Memiliki daya imunosupresif dan antialergi yang berhubungan dengan kerjanya dengan kerja antiradangnya
Peningkatan glukoneogenesis
ES :
Pada dosis
tinggi terdapat
gejala chusing,
atrofia atau
kelemahan
otot,
osteoporosis,
mengurangi
kecepatan
pertumbuhan,
atrofia kulit,
bersifat
diabetogen,
imunosupresi,
antimitotis
I :
Asma hebat, kolitis ulserosa, crohn disease, kanker setelah x-ray, sebagai antiemetik setelah pengobatan sitostatika, autoimun, sesudah tranplantasi organ
KI :
Osteoporosis, pasien dengan imunokompromise, orang dengan penyakit jantung
Penggunaan :
Intravena,
intraartikuler,
Efek katabol yaitu merintangi pembentukan protein dari asam – asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat
Pengubahan lokasi
posisi lemak tubuh
menjadi tertumpuk
di muka dan
selangkangan
(90)
(0)
intratrakeal,
intradermal,
peroral,
intraaurikuler,
intraorbita,
intranasal
(0)
Opioid Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor – reseptor nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir
Menduduki reseptor yang belum diduduki opioid
Bila digunakan
terus – menerus,
pembentukan
reseptor baru di
stimulasi dan
produksi endorphin
ES :
Supresi SSP dan stimulasi langsung dari CTZ sehingga memicu mual muntah
Dosis tinggi menurunkan aktivitas mental dan motoris
Motilitas berkurang (obstipasi), konstraksi kandung empedu (kolik
I :
Nyeri hebat pasca bedah, nyeri hebat akibat kanker
KI :
Orang dengan kelainan kardiovaskuler
Orang dengan penyakit asma
Kelainan system saraf pusat
di ujung saraf otak
dirintangi,
akibatnya terjadilah
kebiasaan dan
ketagihan
(90)
batu empedu)
Pada system sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, hipertensi, dan bradycardia
Sering timbul
adiksi dan bila
terapi
dihentikan
dapat terjadi
gejala
abstinensia
(0)
Konstipasi
Depresi
Alergi
Penggunaan :
Peroral, subkutan,
dural, epidural,
spinal, subkutan
kontinyu, intravena
(0)
NSAIDs, karena memiliki sifat analgetik yang sedang dan antipiretik yang sedang
dan bekerja cepat, tidak menyebabkan ketergantungan seperti opioid atau rebound
effect seperti pemakaian steroid
e. Nama obat yang dipilih dari :
- Penisilin : untuk spektrum luas dipilih amoksisilin sebagai lini pertama dan
diketahui pasien tidak memiliki riwayat alergi, karena memiliki daya resorpsi 80%
lebih lengkap dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam
darah dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti
kadar PP 20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam
jaringan dan cairan tubuh dengan lebih baik
- Dekongestan Nasal : karena pasien datang ke puskesmas dapat diberikan Efedrin
walaupun resiko ke jantung untuk terjadinya takikardia lebih besar, maka obat ini
hanya diberikan saat pasien membutuhkan saja. Memiliki resorpsi dari usus baik
aksinya bertahan dalam 2-5 jam, dengan plasma T1/2, dengan efek yang muncul
setelah 15-60 menit setelah pemakaian.
Golongan Obat Efficacy Safety Suitability Cost
Salisilat dan derivatnya
AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif
(80)
ES : Iritasi GI tract, hepatotoksik, perdarahan. Gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis yang mempengaruhi ginjal dengan gejala tetani dan perubahan EKG yang khas.
(50)
Indikasi : antipiretik pada dewasa, analgesik pada nyeri tidak spesifik (sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia, mialgia), demam reumatik akut, artritis reumatoid, aspirin dosis kecil sebagai anti agregasi trombositKontraindikasi : kerusakan hati berat/ penyakit hati kronik, hipoprotrombinemia, def. vit K, hemofilia, ulkus peptikum aktif
(50)
Rp. 124,53/tablet
(70)
Para-aminofenol Menghambat biosintesis PG di hipotalamus, diduga melalui penghambatan selektif terhadap isoenzim COX-3
(100)
ES: Nefropati analgesik pada pemakaian jangka panjang, hepatotoksik pada dosis toksik dan pemakaian jangka panjang, reaksi hipersensitif jarang terjadi.
(90)
Indikasi : demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit gigiKontraindikasi : gangguan fungsi hepar dan ginjal, lini pertama OAKI : Hepatitis, sirosis hepatis, dll terkait hepar.Interaksi : Pirazinamid, meningkatkan resiko
Rp. 42,13/tablet
(100)
kerusakan hepar.Pemakaian kronis, pemakaian dengan warfarin, akan meningkatkan efek dari warfarin. Dengan kolesitramin bisa menyebabkan pengurangan absorbsi. (90)
Asam mefenamat AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek sebagai analgetik dan anti inflamasi kurang jika dibanding aspirin
(100)
ES : GI tract (dispepsia, diare, perdarahan mukosa lambung),Reaksi hipersensitifitas (eritema kulit dan bronkokonstriksi), anemia hemolitik
(90)
Indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri traumatik, dismenorea, demam, nyeri pasca persalinanKontraindikasi : tukak lambung/ usus aktif, gangguan hepar atau ginjal.
(99)
Rp. 158,75/tablet
(90)
Diklofenak AINS yang menghambat COX-2- preferentialwaktu paruh singkat, namun diklofenak di akumulasi di cairan sinovial sehingga efek terapi di sendi lebih panjang
ES : mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala, gangguan enzim hati
Indikasi : nyeri/inflamasi pasca trauma, terutama untuk nyeri sendiKontraindikasi : tukak lambung/ usus, hipersensitifitas terhadap diklofenak, gangguan fungsi hepar atau ginjal, gangguan
Rp.792,00/tablet (Pseudogeneric)
(40)
(80) (90)KV
(0)
Ibuprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, onset cepat
(70)
ES : pada saluran cerna efek samping ringan, yang jarang eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, kejadian trombus meningkat
(0)
Indikasi : demam, nyeri ringan sampai sedang, nyeri pasca trauma, nyeri ototKontraindikasi : hipersensitifitas terhadap AINS lain dan aspirin, tukak peptik, gangguan KV
(0)
Rp. 184,39/tablet
(60)
Ketoprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif
(70)
ES : sama dengan AINS lain, terutama gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitifitas.
(90)
Indikasi : mengatasi gejala RA, spondilitis akut, gout dan OAKontraindikasi : hipersensitif terhadap aspirin dan AINS lain, ullkus gastroduodenum, riwayat asma dan alergi
(90)
Rp. 1534,50/tablet
(20)
Indometasin AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifResorpsi baik di usus
(70)
ES : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis. Sakit kepala hebat, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia, reaksi alergi sperti urtikaria, gatal, dan serangan asma.
(20)
Indikasi : digunakan pada spondilitis ankilosa, artritis pirai akut, dan osteoporosis jika AINS yang lain kurang berhasilKontraindikasi : gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung (50)
Rp. 49,51/tablet(80)
Piroksikam Efek : analgetik, antipiretik dan antiinflamasi plasma-T1/2 rata-rata 50 jamKarena lama dalam tubuh, maka pemberian cukup sekali dan memudahkan konsumsi serta kepatuhan pasien. (90)
E.S : meningkatkan resiko terjadinya gastrointestinal dengan tingkat sedang dan reaksi kulit.(90)
Indikasi: untuk meringankan simtom dengan terjadinya ostearthtritis, rheumatoid arthritis dan spondilitis ankilosing, serta nyeri haidKontaindikasi :Alergi piroksikamUlkus peptikum, gangguan GIT lama, seperti gastritis kronis dan lain-lainnyaInteraksi : meningkatkan efek antikoagulan, seperti koumarin, mengurangi ekskresi litium, peningkatan konsentrasi plasma ritonavir
Rp. 131,25/tablet
(70)
Penggunaan :sekali sehari, bisa oral, intramuskuler dan rektal, sehari sekali dan lebih mudah diresorpsi melalui usus dan diperlambat dengan adanya makanan. Baiknya 2 jam setelah makan atau sebelum makan, namun dilihat tanpa resiko keluhan GIT (90)
Meloksikam Preferential COX-2, dengan plasma T1/2 nya 20 jam(80)
Efek samping : pada GIT, namun lebih ringan dibanding dengan piroksikam.(80)
Indikasi : penyakit rematik, spondilitis ankilosing dan osteoarhtritis (short term).Kontraindikasi: Gagal ginjal, gagal jantung(50)
Rp. 1350/tablet (Pseudogeneric)
(30)
-
- Sedangkan untuk panasnya dipilih paraminofenol atau parasetamol
NSAIDs, yag dipilih ialah Asam Mefenamat, diberikan karena pasien merasa
nyerinya yang semakin berat saat membungkuk.
f. BSO dan Harga
- Amoksisilin (Kaplet 500mg @Rp.297,50)
- Efedrin (Tablet 25mg @ Rp.44,24)
- Asam Mefenamat (Kaplet 500mg @Rp.158,75)
- Paracetamol (Tablet 500mg @Rp. 70)
g. Resep
dr. Miley
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.99 Mataram
Tlp : (0370) 690900
Mataram, 19 Oktober 2011
R/ Kap Amoksisilin 500 mg No. XXX
S.t.d.d. Kap. I .P.C
______________________________________ Paraf
R/ Tab Efedrin HCl 25 mg No. V
S.p.r.n.t.d.d.Tab.I p.c
_________________________________ Paraf
R/ Tab Paracetamol 500 mg No. X
S.p.r.n.t.d.d. Tab.I.p.c
_________________________________ Paraf
Pro : Sutijan
Umur : 27 Tahun
Alamat : Jl. dimana No.99 Mataram(6688990)
h.
Informasi
- Obat diminum sampai 10 hari (karena sekalipun telah hilang gejala klinik coba
dilanjutkan untuk mengeradikasi kuman-kuman yang menyebar setempat sinus)
- Efedrin atau obat untuk menghilangkan tersumbat ini harus dihentikan bila
pernapasan telah lancar tidak ada rasa tersumbat
- Begitu pula asam mefenamat dan parasetamol bila nyeri dan demam sudah hilang
pasien tidak usah minum dan bila demamnya sudah hilang
- Pasien sebaiknya beristirahat tirah baring dengan posisi 45 derajat, jangan
mengkonsumsi makan-makanan berminyak, minuman dingin, dan faktor-faktor
atau perihal yang menyebabkan pasien menjadi bersin sebaiknya dihindarkan,
serta hawa atau udara dingin seperti keluar atau menghirup udara malam
sebaiknya dihindari
dr. Miley
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.99 Mataram
Tlp : (0370) 690900
Mataram, 19 Oktober 2011
R/ Kap Asam Mefenamat 500 mg No. X
S.p.r.n.t.d.d. Tab.I.p.c
_________________________________ Paraf
Pro : Sutijan
Umur : 27 Tahun
Alamat : Jl. dimana No.99 Mataram(6688990)
3. Perempuan, 20 tahun, datang ke poli rsu mataram dengan keluhan pilek terutama muncul di
pagi hari, disertai bersin-bersin berkepanjangan. Ingus encer dan bening keluar terus
menerus. Merasa berat dibagian kepala dan gatal pada hidung. Didapatkan riwayat alergi
dalam keluarga. Keluhan ini muncul sejak tiga bulan terakhir, setelah terkena AC di tempat
kerja, dan berkurang saat diluar ruangan. Pemeriksaan fisik demam 38.2. Rinoskopi anterior
didapatkan sekret mukoid encer pada kavum nasi bilateral konka nasal tampak livide.
a. Daftar Masalah :
- Wanita 20 tahun, keluhan pilek terutama muncul di pagi hari, disertai bersin-
bersin berkepanjangan dengan ingus encer dan bening keluar terus-menerus,
merasa berat dibagian kepala dan gatal pada hidung, ada riwayat alergi dalam
keluarga
- Muncul sejak tiga bulan terakhir, muncul saat terkena AC di tempat kerja dan
berkurang setelah diluar ruangan
- Rinoskopi Anterior didapatkan sekret mukoid encer pada kavum nasi bilateral
konka nasal tampak livide
b. Diagnosis :
Rhinitis Alergika
c. Tujuan Terapi
- Mengurangi reaksi alergi, ingus pasien, dan mengurangi paparan
d. Memilih golongan obat sesuai tujuan terapi
- Mengurangi paparan dengan cara berolahraga, memakai jaket, masker, dan minum
hangat
Antihistamin Kortikosteroid Imunoterapi
Efikasi Antihistamin bekerja
secara kompetitif
dengan histamin
reseptor pada sel,
dengan demikian
mencegah kerja
histamin pada organ
target. Antihistamin
juga dapat menghambat
pelepasan mediator
Mencegah inflamasi
dengan menekan sistem
imun. 70
Efek
imunologis yang
terjadi setelah
pemberian
imunoterapi adalah
sebagai berikut:
1. Antibodi penghalang
Imunoterapi
akan menginduksi
IgG spesifik
alergen (IgG4)
inflamasi. Antihistamin
tidak menghilangkan
efek histamin yang telah
timbul sehingga lebih
berguna untuk
pencegahan daripada
pengobatan gejala yang
ditimbulkan oleh
stimulasi histamin.
100
yang berperan
sebagai antibodi
penghalang yang
bersaing dengan
IgE untuk berikatan
dengan alergen.
Sejumlah studi
mengemukakan
bahwa terbukti ada
hubungan antara
pengurangan gejala
alergi dengan
jumlah IgG serum
2. Penurunan IgE
Penurunan secara
bertahap IgE spesifik
alergen pada pemberian
imunoterapi, walau pada
awalnya terjadi
peningkatan. Respons Th 2
terhadap alergen akan
dihambat dan menginduksi
respons Th 1 dengan
peningkatan interferon
(IFN-) dan IL-12.
Perubahan fungsi ini akan
mempengaruhi produksi
IgE, pematangan populasi
sel, penglepasan mediator
oleh sel mast dan basofil.
Akhirnya penurunan IgE
akan menurunkan respons
alergi.
3. Modulasi sel mast dan
basofil
Imunoterapi
memodulasi fungsi sel mast
dan basofil sehingga terjadi
penurunan penglepasan
mediator walaupun terdapat
IgE spesifik pada
permukaannya. Efek ini
ditunjukkan dengan
penurunan penglepasan
histamin pasca imunoterapi
setelah pajanan alergen
spesifik yang didahului
oleh penurunan IgE
spesifik atau peningkatan
IgG spesifik.
4. Peningkatan aktivitas
limfosit T supresor
Imunoterapi akan
mengubah jaringan kerja
pengaturan sel oleh karena
peningkatan aktivitas
limfosit T supresor.
Produksi IgE, pematangan
sel mast, aktifasi makrofag,
penglepasan mediator oleh
sel mast dan basofil akan
berkurang dan
mempengaruhi mekanisme
alergi.
65
Suitability Indikasi: Reaksi alergi;
motion sickness dan
gangguan vestibular;
mual dan muntah hamil.
Kontraindikasi:hati-hati
diberikan pada orang
yang bekerja sebagai
sopir (AH-1 generasi
Dihindari untuk infeksi
nasal dan sebaiknya
dihindari pada pasien
TB paru. Bisa
digunakan untuk rinitis
alergi
90
Indikasi : imunoterapi
adalah untuk penyandang
rhinitis atau asma alergi
yang disebabkan oleh
alergen spesifik. Alergen
yang diberikan tersebut
telah dijamin efektivitas
dan keamanannya melalui
penelitian klinis.
pertama)
100
Imunoterapi juga
diindikasikan sebagai
profilaksis untuk pasien
yang sensitif terhadap
alergen selama musim
pollen atau perrenial.
Kontraindiikasi :
imunoterapi pada asma
adalah sebagai berikut:
1. Keadaan
imunodefisiensi yang
berat
2. Keganasan
3. Kelainan psikiatri yang
berat
4. Pasien tidak patuh
5. Pasien mengalami efek
samping yang berat
yang berulang selama
terapi
6. Asma berat yang tidak
terkontrol dengan
farmakoterapi
7. Keadaan hamil
sebaiknya tidak dimulai
imunoterapi, akan
tetapi bila imunoterapi
telah dilakukan
sebelum kehamilan,
maka dapat diteruskan.
77
Safety Menyebabkan sedasi
untuk AH-1
Tidak untuk AH-2
99
Efek samping lokal
meliputi kekeringan,
iritasi pada hidung dan
tenggorokan (lokal),
epistaksis, ulserasi
Reaksi lokal yaitu
kemerahan dan
pembengkakan pada tempat
suntikan yang menimbulkan
sedikit keluhan.
Pengobatannya dengan
(jarang), perforasi nasal
septal (biasanya setelah
operasi nasal),
peningkatan tekanan
intraokuler atau
glaukoma, sakit kepala,
gangguan penciuman
dan rasa
70
melakukan kompres dingin,
pemberian antihistamin oral
dan pengurangan dosis.
Reaksi vasovagal meliputi
penurunan tekanan darah
dengan perlambatan
frekuensi nadi, kulit
menjadi dingin atau hangat
disertai pengeluaran
keringat tanpa timbul
urtikaria atau angioedema
67
Antihistamin, lebih dipilih daripada kortikosteroid karena efeknya yang timbul
kuat dan biasanya kortikosteroid lebih dipakai saat tidak adanya respon terhadap
obat yang dapat menyebabkan dilatasi mukosa dan antikolinergik topikal tidak
dpilih mengingat pasien yang ditemukan hanya mukosa hiperemsi saja
e. Nama Obat Sesuai Tujuan Terapi :
Obat AH-1 Generasi Pertama Obat AH-1 Generasi Kedua
Efikasi Semua AH-1 memiliki efek
farmakologis dan terapeutik yang
serupa dengan menghambat histamin
secara kompetitif pada reseptor H-1.
AH-1 menghambat efek histamin
pada pembuluh darah, bronkus, dan
berbagai macam otot polos. AH-1
juga bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas atau keadaan
lain yang diseryai pelepasan
hostamin endogen berlebihan. Pada
pemberian oral, AH-1 generasi
pertama umumnya mulai
menimbulkan efek dalam waktu 15-
Semua AH-1 memiliki efek
farmakologis dan terapeutik yang
serupa dengan menghambat
histamin secara kompetitif pada
reseptor H-1. AH-1 menghambat
efek histamin pada pembuluh
darah, bronkus, dan berbagai
macam otot polos. AH-1 juga
bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas atau
keadaan lain yang diseryai
pelepasan hostamin endogen
berlebihan. AH-1 generasi kedua
tidak menembus sawar darah otak
30 menit, efek maksimal sekitar 1
jam, dan efek bertahan selama 4-24
jam.
70
sehingga efek sedasi kecil.
100
Safety Sedasi. Efek toksik ringan dari
penggunaan sistemik meliputi,
eksitasi dan konvulsi pada anak-anak,
hipotensi postural, dan respon alergi
40
Tidak ada efek sedasi. Efek toksik
ringan dari penggunaan sistemik
meliputi, eksitasi dan konvulsi
pada anak-anak, hipotensi
postural, dan respon alergi
99
Suitability Indikasi: Reaksi alergi; motion sickness dan gangguan vestibular; mual
dan muntah hamil.
Kontraindikasi:hati-hati diberikan pada orang yang bekerja sebagai sopir
(AH-1 generasi pertama) 10
- Antihistamin yang dipilih ialah dari generasi kedua, karena selain efek
antikolinergiknya yang tidak ada sehingga pasien yang berada di tempat kerjanya
tidak terganggu dengan keadaan yang mengantuk tidak dijumpai, selain itu kadar
plasma T1/2 nya cukup lama sehingga dosis cukup 1-2x per hari. Maka yang
dipilih ialah Cetirizine, karena kerja kuat dan panjang yaitu dengan T1/2 8-10
jam, bersifat hidrofil tidak memiliki sifat antikolinergis sehingga tidak
menyebabkan pasien mengantuk dan ingus menjadi kental, menghanbat migrasi
dari sel granulasi eosinofil yang berperan pada reaksi alergi lambat. Resiko untuk
memilih loratadine sebenarnya kecil, hanya karena resiko lebih lama di tubuh
maka efek samping terhadap reseptor histamin semakin kuat sehingga efek
pengasaman lambung bisa berkurang bila dipakai dalam jangka waktu lama. Serta
harga Cetirizine lebih, murah dari Loratadine
f. BSO dan Harga
Cetirizine (Tablet 10 mg @ Rp.412,50)
g. Resep
dr. Samson
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.95 Mataram
Tlp : (0370) 690999
Mataram, 29 Oktober 2011
R/ Tab Cetirizine 10 mg No. XXX
S.p.r.n.u.d.d. Tab. I .p.c.o.n
______________________________________ Paraf
Pro : Ayu Ting Ting
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jl. Kemana-kemana No.89 Mataram
h. Informasi
- Obat ini sebenarnya obat selama hidup dan diminum sampai pilek dan bersinnya
hilang. Obat diminum sebaiknya saat ada pilek dan bersin terus-menerus dan
hindari stres
- Minum obat ini terlebih dahulu maka akan turun panasnya bila sampai 3 hari
panas menetap atau semakin panas, atau panasnya turun-naik maka pasien pada
hari ketiga setelah mengkonsumsi pasien ini harus segera balik untuk diperiksa
kembali
- Sebaiknya, berbagai perihal yang mencetuskan pasien bersin dan pilek dihindari
seperti di tempat dingin atau bersuhu dingin, pagi hari bila perlu tunggu saat
matahari terbit baru keluar rumah, serta menghindari/menjarangkan minum
minuman dingin
- Pasien juga disarankan makan-makanan bergizi banyak buah, sayur dan protein
dan tidak terlalu capek agar sistem pertahanan tubuh tidak turun, dan harusnya
pasien membiasakan mengatur waktu olahraga pagi
4. Anak, 5 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pada tenggorokan, terutama pada saat
menelan, disertai demam tinggi 39. Keluhan ini diawali dengan batuk pilek selama 2 hari dan
saat ini sudah mereda. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil tampak hiperemi, membesar
T3-T3.
a. Daftar Masalah
- Anak 5 tahun, keluhan nyeri pada tenggorokan
- Terutama saat menelan
- Demam tinggi 39 derajat Celcius
- Diawali dengan batuk pilek selama 2 hari namun sekarang telah mereda.
- Pada PF tonsil hiperemis dan membesar T3-T3
b. Diagnosis :
dr. Samson
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.95 Mataram
Tlp : (0370) 690999
Mataram, 29 Oktober 2011
R/ Tab Cetirizine 10 mg No. XXX
S.p.r.n.u.d.d. Tab. I .p.c.o.n
______________________________________ Paraf
Pro : Ayu Ting Ting
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jl. Kemana-kemana No.89 Mataram
Tonsilitis Bakterialis Akut
c. Tujuan Terapi :
- Mengeradikasi kuman penyakit
- Menurunkan demam dan nyeri saat menelan
d. Nama Golongan Obat yang sesuai
Nama Efficacy (Kemanjuran) Safety (Keamanan) Suitability
(Kecocokan)
Aminoglikosida Spektrum kerja kuas, banyak bacili
gram-, antara lain E.coli,
H.influenzae, Klebsiella, Proteus
dan Enterbacter, Salmonella dan
Shigella. Aktif juga mengatasi
gonokokus, dan sejumlah gram +
(Staphylococcus aureus/epiermis).
Amikasin (spektrum kerja paling
luas) dan tobramisin aktif kuat
pada pseudomonas, gentamisin
lebih ringan. Streptomisin,
kanamisin, dan amikasin aktif
terhadap kuman tahan asam (TBC
dan lepra). Tidak aktif terhadap
kuman anaerob.
Aktivitas: baktersidal, dengan
penetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di
dalam sel. Proses translasi (RNA
dan DNA) diganggu, sehingga
biosintesa protein diganggu. Tidak
hanya terjadi pada fase
pertumbuhan kuman, namun juga
termasuk saat kuman membelah
diri.
Memiliki efek sisa setelah selesai
penggunaan obat, efek
antibiotisnya masih ada walaun
kadarnya dalam darah,
berangsur-angsur turun.
E.S : yang digunakan
secara parenteral dapat
menyebabkan
kerusakan pada organ
pendegaran dan
keseimbangan, akibat
rusaknya saraf
vestibulokoklearis
(N.VIII). Nefrotoksitas
yang reversibel karena
ditimbun dalam sel-sel
tubuler ginjal. Jarang
terjadi blokade
neuromuskuler dengan
kelemahan otot dan
depresi pernafasan.
Toksisitas di atas,
bukan bergantung
dosis, namun pada
lamanya pemakaian
obat dan jenisnya
(Netilmisin efeknya
lebih kurang untuk
menimbulkan
ototoksisitas).
Sebaiknya ditakarkan
1-2x sehari. Pada
penggunaan oral dapat
terjadi nausea, muntah,
diare, khususnya pada
Streptomisin dan
kanamisin hanya
digunakan
parenteral pada TB,
dikombinasi dengan
rifampisin, INH,
dan pirazin, juga
bersama
benzilpenisilin
berkat efek pada
infeksi streptokokus
atau enterokokus.
Gentamisin dan
tobramisin sering
digunakan dengan
penisilin atau
sefalosporin pada
infeksi
pseudomonas.
Amikasin
dicadangkan untuk
kasus di mana
terdapat resistensi
bagi aminoglosida
lainnya. Pada
pemebrian topikal,
gentamisin,
tobramisin dan
neomisin untuk
salep atau tetes
mata, telinga,
“88”
dosis tinggi.
Kehamilan dan
laktasi: dapat melintasi
plasenta, merusak
ginjal dan tuli pada
bayi. Tidak dianjurkan
selama kehamilan.
Sedikit mencapai ASI,
bia digunakan saat
pemberian ASI.
“50”
kombinasikan juga
dengan suatu
polipeptida
(polikmisin,
basitrasin).
Framisetin khusus
digunakan secara
topikal.
Kontraindikasi :
bila ada riwayat
alergi pada
aminoglikosida.
“90”
Tetrasiklin Khasiat: bakteriostatik dan
bakterisidal lemah bila diinjeksikan
secara intravena.
Mekanisme kerjanya: berdasarkan
sintesis protein kuman yang
diganggu. Spektrum kerja luas dan
meliputi banyak cocci gram+ dan
gram-, serta kebanyakan basili,
kecuali pseudomonas dan proteus.
Aktif juga terhadap Chlamydia
trachomatis, Rickettsiae,
Spirochaeta terhadap sifilis dan
frambusia, leptospirae,
Actinomyces, dan beberapa
protozoa (Amoeba).
Farmakokinetik: resorpsi 75% dan
agak lambat saat perut kosong.
Kadar puncak dalam darah 3-4 jam
kemudian. Kecuali, doksisiklin dan
minoksiklin yang diserap baik (90-
100%), dan juga bila ditelan dengan
makanan. Kadar plasma T1/2
tetrasiklin berkisar 9 jam,
minoksikin 18 jam, dan 23 jam
doksisiklin. Memiliki kemampuan
penetrasi yang cukup bak ke dalam
E.S: Penggunaan oral
dapat menyebabkan
gangguan GIT,
penyebabnya ialah
adanya mukosa
lambung/ perubahan
flora-usus oleh bagian
yang tak diserap,
terutama tetrasiklin.
Hingga dapat
menimbulkan adanya
supra-infeksi oleh
Candida albicans. Efek
lebih sering dan serius
adalah sifat
penyerapannya dalam
tulang dan gigi yang
sedang tumbuh pada
janin anak-anak.
Pembentukan
kompleks tetrasiklin-
kalsiumfosfat dapat
menimbulkan
gangguan pada struktur
kristal dari gigi serta
pewarnaan dengan
Indikasi: Infeksi
saluran napas, paru-
paru, ISK, infeksi
kulit dan mata.
Penggunaan pada
acne, , karena
adanya daya
hambat terhadap
akitvitas lipase
untuk
Propionibacter
acnes. Pada
bronkhitis kronis,
adakalanya
dijadikan sebagai
obat profilaksis
serangan akut.
Kontraindikasi:
Sediaan suspensi
atau kapsul yang
sudah lama
tersimpan/ telah
berwarna kuning
tua sampai coklat
Tidak boleh
diminum lagi.
jaringan karena sifat lipofiliknya,
dengan afinitas khusus (tulang,
mata, prostat, gigi, kuku dan kulit
yang meradang. Difusi melalui CSS
buruk, kecuali minoksiklin.
Ekskresi tetrasiklin melalui ginjal,
degan kadar dalam urin utama dan
tinggi, doksisiklin dan minoksiklin
terutam diekskresi melalui empedu
dan feses.
“90”
titik-titik kuning yang
mudah mengalami
karies. Fotosensitasi,
kulit menjadi peka
cahaya, menjadi
kemerah-merahan,
gatal-gatal, dan
sebagainya.
Kehamilan : bisa
menyebabkan
penghambatan tulang
yang mengakibatkan
menjadi lebih rapuh
dan kalsifikasi gigi
terpengaruh secara
buruk, semua
tetrasiklin tidak boleh
diberikan setelah
bulan keempat dari
kehamilan dan pada
anak-anak sampai
usia 8 tahun.
Interaksi: membentuk
kompleks tak larut
dengan sediaan besi,
aluminium, magnesiun
dan kalsium, hingga
resorpsinya dari usus
gagal. Sehigga
tetrasiklin tidak boleh
diminum sambil
minum susu atau
bersama makanan atau
antasida. Kecuali
doksisiklin dan
minoksiklin dapat
ditelan bersama
makanan dan susu.
Tetrasiklin ,oksitetrasik
lin dan minoksiklin
Karena pada
kondisi lembab dan
panas mudah
terurai, terutama
karena cahaya, dan
dapat menjadi
sangat toksik bagi
ginjal, karena
terurai menjadi epi-
dan
anhidrotetrasiklin.
Tidak boleh
diberikan pada ibu
hamil hingga anak
berusia 8 tahun.
Hipersensitivitas
terhadap tetrasiklin.
“0”
dapat menghambat
hidrolisis dari
conjugated estrogen
dalam usus. Turunnya
kadar estrogen dalam
darah bisa
menimbulkan spotting
setelah penggunaan
antikonseptiva yang
berisi etinilestradiol
atau mestranol.
“0”
Makrolida&
Linkomisin
Efek: bakteriostatis, bakteri
gram+, dan spektrum kerja mirip
penisilin-G. Mekanisme kerja,
melalui pengikatan reversibel pada
ribosom kuman, sehingga sintesis
proteinnya dirintangi.
Waktu paruh singkat, hingga perlu
ditakarkan sampai 4x.
Kinetik: tergantung formulasi,
bentuk garam atau ester. Makanan
memperburuk absorbsi, sebaiknya
diminum saat perut kosong, kecuali
diritromisin tidak dipengaruhi oleh
makanan. Kemampuan penetrasi ke
jaringan dan organ baik, kadar
interseluler tinggi. Efek kuman
intrasel tinggi, Legionella,
Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya
di luar sel. Metabolisme semua
makrolida diuraikan dalam hati,
melalui sistem sitokrom P-450,
menjadi metabolit inaktif. Kecuali,
metabolit-OH dari klaritromisin.
Ekskresi berlangsung melalui
empedu dan tinja serta kemih,
terutama dalam bentuk inaktif.
“50”
E.S: Gangguan GIT,
yang terutama nampak
pada eritromisin akibat
penguraiannya oleh
asam lambung. Lebih
jarang nyeri kepala dan
reaksi kulit. Eritromisin
dosis tinggi dapat
menimbulkan ketulian
reversibel, mungkin
akibat pengaruhnya
terhadap SSP. Semua
makrolida dapat
mengganggu fungsi
hati, yang tampak
sebagai peningkatan
nilai-nilai fungsi hati,
nyeri kepala, pusing
dapat terjadi.
Eritromisin dan dapat
mengakibatkan reaksi
alergi.
Interaksi: atas dasar
peningkatan pada
sistem enzim sitokrom
P-450, eritromisin
memperlihatkan
Indikasi:
eritromisin
merupakan pilihan
utama pada infeksi
paru-paru dengan
Legionella
pneumophilia
(penyakit veteran),
Mycoplasma
pneumoniae, dan
infeksi usus oleh
Campylobacter
jejuni. Pada infeksi
lain, merupakan
pilihan obat kedua,
bilaman terdapat
resistensi dan suatu
hipersensitivitas
untuk penisilin.
Pada indikasi lain,
seperti sepsis,
endokarditis, dan
pasien dengan
granulositopenia,ata
u lansia, sebaiknya
digunakan yang
bersifat baktersidal,
penghambatan
enzimatis dari
metabolisme teofilin,
karbamazepin,
kumarin, rifampisin,
astemizol, terfenadin
dan siklosporin. Nyata
pada dosis besar dan
penggunaan lama.
Hanya klaritromisin
berinteraksi secara
signifikan dengan
karbamazepin.
Ertiromisin dan
klaritromisin
meningkatkan kadar
plasma digoksin
dengan jalan
merintangi sejenis
kuman tertentu dengan
merintangi kuman
tertentu yang
menginkativasi
digoksin dalam usus.
Klaritromisin dan
roxitromisin yang tidak
dapat diberikan
bersamaan dengan
ergotamin, karena
dapat menimbulkan
kejang arteri dan reaksi
iskemia.
Kehamilan dan
laktasi: eritromisin
aman, tapi tidak ada
data untuk derivatnya,
sedangkan
rosirtromisin aman
diminum sambil
memberi ASI.
seperti penisilin dan
sefalosporin. Untuk
derivatnya yang
lebih tahan asam
lambung dan
keluhan GIT nya
lebih ringan, seperti
azitromisin dapat
diberikan, yang
mampu melawan
bakteri gram-,
seperti
Haemophilus
influenzae, infeksi
saluran napas.
Untuk klaritromisin
dan azitromisin
efektif juga
mengatasi kuman
penyerta pada
AIDS, seperti
Toxoplasma gondii
dan
Mycobacterium
avium intercellare.
Kontraindikasi:
Alergi eritromisin,
saat hamil tidak
boleh diberikan
“0”
Klaritromisin ternyata
mengganggu
perkembangan janin
pada binatang coba,
jangan digunakan pada
trimester pertama
kehamilan.
“70”
Kloramfenikol Efek: Bakteriostatis terhadap
Enterobacter dan Staph.aureus
dengan merintangi sintesa
polipeptida kuman. Bekerja
bakterisidal terhadap
Strep.pneumoniae,
Neiss.meningitides dan
H.influenzae
Resorpsi: dari usus cepat, 75-90%
terserap. Difusi ke dalam jaringan,
lumen, dan cairan tubuh baik sekali.
Kecuali ke dalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi.
Plasma T1/2 rata-rata 3 jam. Dalam
hepar, zat ini dirombak 90%
menjadi glukoronida inaktif. Bayi
yang baru dilahirkan, belum cukup
untuk merombak tersebut, maka
mudah mengalami keracunan.
Ekskresi melalui ginjal sebagai
metabolit inaktif, lebih kurang 10%
Rasa ester (palmitat dan stearat)
tidak pahit berlainan dengan
kloramfenikol sebagai basa, maka
sering digunakan sebagai sediaan
suspensi. Ester inaktif ini dalam
usus dihidrolisis oleh lipase dan
menghasilkan basa aktif kembali.
Syarat hidrolisis lengkap ialah
ukuran partikel serbuk yang
digunakan untuk dibuat suspensi,
E.S: gangguan GIT,
neuropati optis dan
perifer, radang lingua,
mukosa mulut. Tetapi,
yang sangat berbahaya
ialah depresi sumsum
tulang (Mielodepresi)
yang dapat tampak
dalam bentuk anemia,
dalam 2 bentuk,
penghambatan
pembentukan sel-sel
darah 5 hari setelah
terapi dimulai,
tergantung lama terapi,
dosis dan bersifat
reversibel. Yang kedua,
berupa anemia
aplastik, beberapa
minggu sampai bulan
setelah terapi, maka
tetes mata tidak boleh
digunakan lebih dari 10
hari. Mielodepresi
tidak reversibel namun
jarang. Dapat
menyebabkan
kerusakan sumsum
tulang diduga karena
kloramfenikol menjadi
metabolit aktif yang
Indikasi: infeksi
tifus, meningitis
(khusus bagi
H.influenzae),
infeksi anaerob
(contoh abses otak
oleh B.fragilis yang
semuanya
digunakan secara
oral. Secara topikal
sebagai salep 3%
dan tetes/ salep
mata, sebagai
pilihan kedua. Jika
fusidat dan
tetrasiklin tidak
efektif hanya pada
konjungtivits
bakterial selama 10
hari. Lebih bai
k salep mata
sebelum tidur 1 dd.
Kontraindikasi:
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi, tetes
telinga (karena zat
pelarut yaitu
propilenglikol
ototoksis pada
telinga. Penderita
haru 1-5 mikron. Untuk injeksi
dengan garam-Na dari ester
suksinat yang mudah larut dan
daram jaringan dirombak menjadi
kloramfenikol aktif.
“90”
toksik karena diuraikan
kuman dalam usus.
Begitupula pada
penggunaan di kulit
dan mata, maka akan
diuraikan oleh sinar
UV-A.
Kehamilan dan
laktasi: tidak
dianjurkan, khususnya
selama minggu-minggu
terakhir dari
kehamilan, karena
dapat menimbulkan
sianosis dan hipotermia
neonatus (grey baby
syndrome), melintasi
plasenta, ASI, begitu
pula untuk tiamfenikol
“67”
neuropati. Penderita
dengan kelainan
darah lainnya.
“55”
Tiamfenikol Spektrum kerja dan sifatnya mirip
dengan kloramfenikol, efeknya juga
kurang kuat. Resorpsi sangat baik
sekali. T1/2 nya 2 jam, pengikatan
pada enzim glukoronidase hepar
hanya 5-10%. Sedangkan
ekskresinya dalam urin tinggi
sebagai zat aktif 65%. Didalam
empedu kadarnya lebih tinggi dari
kloramfenikol.
“80”
E.S: Depresi sumsum
tulang yang reversibel,
jarang meninmbulkan
aplasia sumsum tulang,
lebih sering
eritropoiesis,
leukopenia,
trombositopenia dan
peningkatan kadar
serum besi
“67”
Indikasi: Infeksi
tifus, ISK dan
Infeksi saluran
empedu. Juga pada
Strepto.pyogenes,
haemophilus dan
pneumokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal,
Penderita anemia
aplastik, ibu hamil
dan laktasi.
Penderita dengan
kelainan darah
lainnya.
“67”
Vankomisin Efek: bakterisidal kuman gram+ E.S: Gangguan fungsi Bisa sebagai
aerob dan anaerob, termasuk
stafilokokus yang resisten untuk
metisilin (MRSA). Biasanya
sebagai lini terakhir, bila antibiotik
lainnya sudah tidak mempan.
Kinetik: resorpsi dari usus buruk,
namun pada usus yang sakit, seperti
pada enteritis resorpsinya baik.
Kadar terapeutis dalam cairan
pleura, sinovial, dan saluran kemih
tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11
jam. Ekskresi 80% melalui saluran
kemih.
“0”
ginjal, terutama pada
penggunaan lama
dengan dosis tinggi,
juga neuropati perifer,
reaksi alergi kulit
menjadi kemerahan
yang disebut the red
man syndrome, mual,
demam, dan lainnya.
Kombinasi dengan
aminoglikosida
meningkatkan resiko
nefro dan ototoksisitas.
Kehamilan dan
Laktasi: belum ada
data yang menjelaskan,
namun obat ini
mencapai ASI.
“0”
pengganti bagi
pasien yang alergi
penisilin atau
sefalosporin.
Indikasi: kolitis
akibat terapi seperti
oleh linkomisin,
klindamisin dan
radang pada
mukosa usus oleh
Stafilokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal, alergi
vankomisin,
mengkonsumsi obat
aminoglikosida,
neuropati
Bisa diberikan
oral, ataupun
injeksi
“0”
Asam Fusidat Efek: Bakteriostatis, dengan
menghambat sintesis kuman.
Spektrum kerja sempit dan terbatas
pada kuman gram+ terutama
stafilokokus, juga yang membentuk
penisilinase. Kuman gram- resisten
kecuali Neisseria.
Kinetik: daya penetrasi bagus,
jaringan lunak, otot jantung, tulang,
sendi, mata, pus, sputum, namun ke
CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah
10-12 jam. Ekskresi terutama
melalui empedu dan tinja sebagai
metabolit inaktif.
“0”
E.S: ringan berupa
gangguan GIT, kadang-
kadang reaksi kulit
(eritema, iritasi).
Kehamilan dan
laktasi: pada akhir
kehamilan, dapat
menyebabkan ikterus
pada bayi, dan zat ini
melintasi plaseta dan
ASI.
“0”
Indikasi: secara
oral atau IV pada
infeksi stafilokokus,
khususnya bila
terdapat resistensi
atau
hipersensitivitas
terhadap penisilin
dan lainnya. Secara
topikal bisa
diberikan pada
infeksi stafilokokus
kulit, berupa krim
atau salep dan pada
mata berupa gel.
Resistensi dapat
timbul dengan
cepat. Biasanya
dikombinasi dengan
penisilin atau
eritromisin
Kontraindikasi:
trimester akhir
kehamilan, alergi
asam fusidat.
“0”
Mupirosin Efek: Bakterisidal,menghambat
RNA-sintetase, menyebabkan
penghentian sintesis protein kuman.
“0”
E.S: gatal-gatal, nyeri,
rasa terbakar, kulit
kering, dan kemerahan.
Di hidung: bersin,
iritasi, dan gatal-gatal
karena vehiulumnya.
Nefrotoksik, karena
vehikulum dalam salep,
terlalu banyak yang
diserap.
“0”
Kuman gram+,
seperti
Staphy.aureus, Str.
Pyogenes dan
Str.pneumoniae.
tidak aktif terhadap
kuman gram-,
kecuali
H.influenzae dan
Neisseria
gonorrhoea.
Khusus digunakan
secara topikal,
sebagai salep kulit
pada infeksi kuman
gram+, juga sebagai
salep hidung
pembawa-MRSA
untuk eliminasi
kuman resisten ini.
Tidak digunakan
secara sistemik,
karena resorpsi oral
buruk dengan
perombakan yang
pesat.
Kontraindikasi:
gagal ginjal, alergi
terhadap vehikulum
pada pemberian
topikal
“0”
Sefalosporin Sama seperti penisilin yang
memiliki cicnin beta-laktam
sebagai antimikroba. Namun jenis
cincinnya berbeda, yaitu enam
anggota cincin dihidrotiazin yang
berbeda dari cincin tiazolidin yang
beranggotakan 5 pada penisilin.
Spektrum kerja luas, meliputi
banyak kuman gram+, dan gram-,
termasuk E.coli, Klebsiella, dan
Proteus. Bersifat baktersidal dalam
fase pertumbuhan kuman, dengan
menghambat sintesis peptidoglikan
yang diperlukan kuman.
Kepekaannya terhadap beta-
laktamase lebih rendah daripada
penisilin.
Generasi I (cephradine,
cepalexin,cefadroxil, dan
cefazolin): aktif terhadap cocci
gram+, (Methicilin-Sensitive
Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenespenicilin-
sensitive Streptococcus
pneumoniae), tidak berdaya
terhadap gonococci, H.influenzae,
Bacteriodes, dan Pesudomonas,
tidak tahan terhadap beta-
laktamase.
Generasi II (Cefaclor, Cefprozil,
Cefuroxime, Cefoxitin dan
Cefotetan): lebih aktif terhadap
gram- (Contohnya Haemophilus
Influenzae), termasuk gonococci,
H.influenzae, Bacteriodes,serta
kuman-kuman yang resisten dengan
amoksisilin. Agak kuat terhadap
beta-laktamase dan efek terhadap
E.S: sama dengan
penisilin, namun lebih
ringan. Gangguan GIT
dapat muncul, karena
seperti penisilin,
sefalospirn ini
mengubah sifat dari
mikroflora menjadi
patogen pada GIT
(diare,bahkan pada
keadaan yang khusus
oleh karena C.difficile
bisa menyebabkan
diare berat,mual,
muntah,anoreksia).
Jarang ada reaksi
alergi, seperti
maculopapular rash
dan urtikaria. Alergi
silang dapat terjadi
pada derivat penisilin
yang molekulnya mirip
dengan generasi
pertama dari
sefalosporin, sehingga
bila alergi pada
penisilin maka ada
kemungkinan besar
untuk alergi pada
sefalosporin generasi
pertama. Sedangkan,
pada pemberian gernasi
kedua,ketiga dan
keempat diyakini lebih
aman. Nefrotoksisitas
lebih sering pada
generasi I, khususnya
sefaloridin, dan
Secara umum:
sefalosporin
digunakan juga
untuk kanker
payudara.
Sefalosporin
dikontaindikasikan
untuk para pasien
dengan alergi
sefalosporin. Selalu
dilakukan
pengecekan atau
ditanyakan
adapakah memliki
alergi terhadap
penisilin dan
sefalosporin.
Karena efek
pemakaian jangka
lama atau
sekundernya dapat
menyebabkan
seseorang menjadi
defisiensi vitamin
K, maka pemberian
sefalosporin pada
pasien hemofilia
dikontraindikasikan
serta pada pasien
yang memiliki
reaksi alergi terkait
obat pada sendi dan
kulit.
Generasi I:
digunakan peroral
pada ISK ringan
dan pilihan kedua
ada infeksi saluran
gram + (Streptokokus dan
stafilokokus)sama. Cefoxitin dan
Cefotetan efektif melawan mikroba
anaerob usus. Cefaclor, mengatasi
bakteri telinga tengah, pari-paru
dan traktus urinarius.
Generasi III (Cefixime, Cefdinir,
Cefotaxime, Ceftriaxon dan
Ceftazidime): Lebih kuat terhadap
gram- namun lebih pada kuman tipe
enterikus, sedangkan yang lainnya
lebih lemah, lebih luas lagi terhadap
Bacteriodes, dan Pesudomonas.
Resistensi kuat terhadap beta-
laktamase, namun khasiat terhadap
gram+ lebih ringan. Tidak aktif
terhadap Methicilin Resistant
Staphylococcus Epidermis dan
MRSA. Dari semua obat di generasi
ini, Ceftazidime memiliki aktivitas
yang paling bagus untuk mengatasi
organisme gram -, seperti
P.aeruoginosa.
Generasi IV (Cefepime): sangat
resisten terhadap laktamase dan
aktif sekali terhadap pesudomona s
dan gram negatif lainnya serta gram
positif (Methicilin-sensitive
S.aureus, dll).
Diabsorbsi cepat melalui oral dan
lengkap dari usus. Plasma T1/2 30-
150 menit. Distribusi baik,
meliputi: jaringan dan cairan tubuh,
namun buruk pada otak, mata dan
CSS (Kecuali sefotaksim). Ekskresi
lebgkap dan hampir utuh 80%
melaui saluran urinarius, melalui
filtrasi dan sekresi glomeruler.
“100”
sefalotin dosis tinggi,
selain itu bila
penggunaannya
bersamaan dengan
aminoglikosida dapat
merusak fungsi ginjal,
lebih sering pada lansia
dan pada pasien dengan
penurunan fungsi
ginjal. Beberapa obat
bisa menimbulkan
reaksi disulfiram bila
digunakan bersamaan
dengan alkohol, yaitu
sefamandol dan
sefoperazon. Adapun
pada pemberian lama
dapat menyebabkan
superinfeksi karena
pertumbuhan dari
Acinetobacter ,enteroc
occus, dan candida.
Selain sefalosporin
dapat menghancurkan
mikroflora, dapat
menyebabkan
defisiensi vitamin K,
yang dapat
menyebabkan
perdarahan. Pada
pemberian Cefaclor
dapat menimbulkan
reaksi efek samping
pada kulit dan sendi.
Kehamilan dan
Laktasi: mudah
melintasi plasenta,
tetapi kadarnya rendah
dalam darah janin
daripada darah ibunya.
pernapasan dan kuit
yang tidak begitu
serius, dan bila
terdapat alergi
untuk penisilin
Cefazolin,
dikombinasi dengan
Tobiramisin/
gentamisin,
kombinasi ini
digunakan untuk
spektrum luas
seperti pada ulser
korneal. Spektrum
sefazolin ini aktif
untuk gram+,
seperti penisilinase
oleh
Staphylococcus.
Generasi II dan
III: digunakan
parenteral pada
infeksi serius yang
resisten terhadap
amoksisilin dan
generasi I, juga
dikombinasi dengan
aminoglikosida
(gentamisisn,
tobramisin) untuk
memperluas dan
memperkuat
aktivitasnya.
Profilaksis bedah
jantung, usus,
ginekologi, dan
lainnya. Sefoksitin
dan sefuroksim
(gen.II) dipakai
Sefalotin dan sefaleksin
telah digunakan selama
kehamilan tanpa
adanya efek buruk pada
bayi. Kebanyakan
dapat masuk ASI. Yang
masih bisa dianggap
aman (lainnya belum
ada data) ialah obat
generasi I, sefaklor,
sefotaksim, seftriakson
dan seftazidim. Hanya
dalam jumlah kecil
yang dianggap aman
bagi bayi.
Penggunaan oral
seperti
sefaleksin,sefaklor dan
sefradin aman, namun
penggunaannya pada
trimester kedua dan
ketiga dapat
menyebabkan alergi,
kemungkinan karena
mensensitasi janin.
Laqinnya sedikit
informasi untuk
sefiksim dan
sefpodoksim.
Sefalosporin injeksi,
sama seperti diatas, dan
diduga pemberiannya
mungkin aman dan
mungkin merupakan
pilihan yang masuk
akal untuk infeksi
berat.
Selama pemberian
menyusui bayi yang
sedang disusui
pada gonore.
Untuk generasi
kedua pemberian
Cefaclor secara oral
digunakan untuk
mengatasi selulitis
sedang preseptal.
Pemberian
parenteral seperti
Cefuroxime
bersamaan dengan
ampislin/sulbactam
direkomendasikan
untuk mengatasi
selulitis preseptal
yang tidak respon
terhadap
pengobatan oral
atau berat.
Generasi III:
Seftriakson dan
sefotaksim sering
dianggap sebagai
obat pilihan
pertama untuk
gonore. Sefokstitin
pada infeksi
Bacteriodes
fragilis.
Ceftazidime,
digunakan sebagai
alternatif obat
topikal dan
Amikacin
intravitreal untuk
mengataso gram
negatif, seperti
P.aeuroginosa pada
endoftalmitis.
Kombinasi antara
memiliki potensial
untuk timbulnya flora
normal usus namun
dapat digunakan.
Sefalosporin
(Sefaklor,sefamandole,
sefazolin,sefotaksim,se
fosiksitin, sefaleksin)
kategori A untuk ibu
menyusui, masuk ke
dalam asi dengan
konsentrasi rendah dan
aman.
“86”
Ceftazidime/
Cefixime
dikombinasi dengan
Nafcilin sebagai
terapi selulitis
orbital. Ceftriaxone
yang dikombinasi
dengan Vancomycin
ialah mengatasi
selulitis preseptal
sedang hingga
berat. Untuk
N.gonorrhoeae baik
infeksinya di
konjugtiva, bisa
diberikan
Ceftriaxone secara
intramuskuler.
Selain
pemberiannya
secara IM juga bisa
secara IV pada
pasien gonokokal
neonatorum
oftalmikus.
Cefixime juga dapat
diberikan secara
oral untuk gonore
“75”
Beberapa Sediaan Sefalosporin yang ada generik dengan harganya:
- Sefadroksil sirup kering 125mg/5mL (btl 60 ml) = Rp. 10.122
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk3x10 kapsul) = Rp.18.693
- Sefadroksil kapsul 250mg (ktk 10x10 kapsul) = Rp. 62.307
- Sefadroksil kapsul 500 mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.49.000
- Sefadroksil kapsil 500mg (ktk 10x10 kapsul)= Rp, 98.000
- Sefaklor kapsul 250mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 50.035
- Sefaklor kapsul 500mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 91.731
- Sefaleksin kapsul 250mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 45.679
- Sefaleksin kapsul 500mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp. 84.000
- Sefazolin injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 63.655
- Sefiksim kapsul 100mg (ktk 5x10 kapsul)= Rp.167.622
- Sefiksim kapsul 100 mg (ktk 3x10 kapsul)=Rp. 100.573
- Sefiksim kapsul 50mg (ktk 3x10 kapsul)= Rp. 42.000
- Sefiksim sirup kering 100 mg. 5 mL (btl 30mL)= Rp. 42.350
- Sefiksim 400mg +Azitromisin 1000mg (paket)= Rp. 46.200
- Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp. 12.151
- Sefotaksim injekis 1 g (ktk 2 vial)= Rp.21.560
- Sefotaksim injeksi 1g (ktk 10 vial)= Rp.107.800
- Sefotaksim injeksi 1 g/vial ( ktk 1 vial)= Rp. 10.780
- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 105.336
- Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial)= Rp. 26.737
- Seftriakson serbuk injeksi 1g/vial (ktk 1 vial@10mL)=Rp.13.369
- Sefuroksim serbuk injeksi 750mg/vial (ktk 2 vial@ 10mL)= Rp. 29.845
Polipeptida Efek: Polimiksin hanya aktif
melawan kuman gram- termasuk
pseudomonas, sedangkan basitrasin
dan gramisidin efektif terhadap
gram +.
Sebagai bakteriosidal, dengan sifat
permukaannya yang melekatkan
diri pada membran sel bakteri ,
sehingga permeabilitas sel
meningkat dan akhirnya selnya
ruptur. Kerjanya tidak bergantung
terhadap membelah tidaknya
kuman tersebut, sehingga dapat
dikombinasi dengan bakteriostatik,
seperti kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Untuk Polymyxin B, merupakan
suatu deterjen kationik atau
surfaktan yang berinteraksi dengan
membran fosfolipid, sehingga
mengganggu integritas osmotik dari
suatu sel bakteri. Peningkatan
permeabilitas ini menyebabkan sel
bakteri mati. Polikmisin B ini
beraksi selektif pada bakteri gram -,
E.S: nefrotoksis bila
diberikan secara
parenteral. Serta
dapat mneybabkan
ototoksis. Efek
samping pada pmberian
topikal okuler ialah
iritsai dan alergi dari
palpebra namun jarang
dan biasanya sedang.
Namun bila diberikan
secara injeksi
subkonjugtival dapat
memberikan rasa nyeri,
kemosis (edema
konjugtiva), dan
nekrosis jaringan.
Kontraindikasinya
ialah bila pada
seseorang yang
intolerasi atau
hipersensitivitas
terhadap obat ini.
“38”
Indikasi: kuman
gram- termasuk
pseudomonas, dan
bebeapa kecil
terhadap gram +..
Kontraindikasi:
tidak ada
gangguan ginjal,
tidak dalam
keadaan hamil,
dan tidak dalam
masa anak-anak.
Serta mudah
menyebabkan
ototoksisitas
Penggunaan Klinis
Polikmisin B ini
tidak digunakan
secara sistemik
karena efek
nefrotoksisitas dan
neurotoksisitasnya
tinggi. Secara
topikal Polikmisin
B ini digunakan
termasuk P.aeuroginosa.
Gramicidin, seperti Polikmisin B,
yang merubah karakteristik
membran sel, sehingga sel tersebut
mati. Perbedaannya dengan
Polikmisin B, Gramisidin lebig
efektif mengatasi bakteria gram
negatif. Obat ini menggantikan
basitrasin dalam kombinasi topikal
infeksi okular
“69”
kombinasi dengan
antibakteri lainnya
atau steroids untuk
melindungi infeksi
di kulit dan otitis
eksternal. Secara
okular
pemberiannya juga
dikombinasikan
dengan antibiotik
lainnya serta atau
dengan steroid.
Biasanya untuk
mengobati infeksi
di konjugtiva,
ataupun palpebra.
Hal ini juga
digunakan sebagai
tindakan prevensi
terhadap konjugtiva
ataupun kornea
yang sedang
kompromis atau
dalam penggunaan
steroid. Pemberian
topikal khusus
untuk mata ialah
dicairkan dari
500000 polimiksin
B sulfat unti dalam
20-50mL akuades
atau air steril atau
sodium-klorida
10000-25000
unit/mL
konsentrasi. Untuk
Pseudomonas
aeruginosa di mata
dengan konsentrasi
0,1%-0,25%
(10000-25000
unit/mL) dalam 1-3
tetes tiap jam,
interval
ditingkatkan sesuai
indikasi.
Tidak ada
keterangan yang
mencantumkan
interaksi obat
“90”
Ialah Penisilin, lebih aman bila diberikan pada anak kurang dari 18 tahun
dibanding memberikan ofloksasin yang juga bisa diberikan namun efek samping
terhadap penutupan lempeng epifisis anak yang dibawah 18 tahun lebih besar
sehingga anak tersebut bahaya untuk tidak tumbuh optimal semakin besar
Untuk menurunkan demam dan nyeri saat menelan bisa diberikan para-
aminofenol, karena dengan mengambil dari golongan obat ini didalamnya
terdapat obat yang dapat menurunkan panas dan mengurangi nyeri.
- Tablet Hisap Tenggorok atau lozenges untuk meredakan sakit tenggorokan,
antiseptik kumur belum diberikan karena takutnya anak ini masih belum bisa
berkumur dengan baik, takut nantinya cairan yang dikumurkan tertelan, walaupun
hal ini dipertimbangkan karena efeknya yang cukup lama di atas jaringan dan
mampu mengangkat jaringan mati beerta sel radang dan bakteri di daerah tersebut
yang akan ikut terangkat saat pasien berkumur dan terbuang saat pasien
membuang obat kumur tersebut
e. Nama obat dari masing- masing golongan obat
Kriteria Penisilin G dan V Aminopenisilin (Ampisilin & Amoksisilin)
Sefalosporin Generasi ke-3
Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Golongan antimikroba yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
Suitability Infeksi gonokokus. Penisilin G (benzilpenisilin) 5-10 kali lebih aktif terhadap spesies Neisseria
Infeksi penumokokus Infeksi stafilokokus Sifilis Difteri Infeksi mikroorganisme anaerob
Infeksi saluran napas Infeksi saluran kemihMeningitis Infeksi salmonella
Bermanfaat dalam eradikasi gonokokus
Safety Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil (Penisilin) ;
Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah kecil
Sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi nefrotoksik, Untuk Ibu Hamil Kategori : B Untuk Ibu Menyusui :FDA : cukup aman
Cost Ampisilin kaplet 250 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 26.180,-
Ampisilin kaplet 500 mg ( ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 41.910,-
Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 1000 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 52.250,-
Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 500 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp 33.000,-
Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2 vial) = Rp 21.008,-
Seftriakson serbuk injeksi 1 g/vial (ktk 1 vial @ 10 ml = Rp 10.504,-
Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2 vial)= Rp 9.547,-
Sefotaksim injeksi 1 g (ktk 2 vial)=
Ampisilin sirup kering 125 mg/5ml (btl 60 ml) Rp 4.400,-
Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 10 x 10 kapsul) = Rp 30.107,-
Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk 12 x 10 kapsul) = Rp 36.300,-
Amoksisilin kaplet 500 mg (ktk 10 x 10 kaplet) = Rp 40.700,-
Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg (ktk 10 vial) = Rp 72.600,-
Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml (btl 60 ml) = Rp 4.070,-
Rp 16.940,- Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2
vial)= Rp 82.764,-
Penisilin yang dipilih ialah Amoksisilin dengan spektrum yang luas, diketahui
pasien tidak memiliki riwayat alergi, karena memiliki daya resorpsi 80% lebih
lengkap dibanding ampisilin dan memiliki kadar 2x lipat lebih banyak dalam
darah dibanding ampisilin, selain itu hampir sama dengan ampisilim , seperti
kadar PP 20% dengan T1/2 = 1-2 jam dan memiliki kemampuan difusi ke dalam
jaringan dan cairan tubuh dengan lebih baik
Golongan Obat Efficacy Safety Suitability Cost
Salisilat dan derivatnya
AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif
(80)
ES : Iritasi GI tract, hepatotoksik, perdarahan. Gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis yang mempengaruhi ginjal dengan gejala tetani dan perubahan EKG yang khas.
(50)
Indikasi : antipiretik pada dewasa, analgesik pada nyeri tidak spesifik (sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia, mialgia), demam reumatik akut, artritis reumatoid, aspirin dosis kecil sebagai anti agregasi trombositKontraindikasi : kerusakan hati berat/ penyakit hati kronik, hipoprotrombinemia, def. vit K, hemofilia, ulkus peptikum aktif
(50)
Rp. 124,53/tablet
(70)
Para-aminofenol Menghambat biosintesis PG di hipotalamus, diduga melalui penghambatan selektif terhadap isoenzim COX-3
(100)
ES: Nefropati analgesik pada pemakaian jangka panjang, hepatotoksik pada dosis toksik dan pemakaian jangka panjang, reaksi hipersensitif jarang terjadi.
(90)
Indikasi : demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit gigiKontraindikasi : gangguan fungsi hepar dan ginjal, lini pertama OAKI : Hepatitis, sirosis hepatis, dll terkait hepar.Interaksi : Pirazinamid,
Rp. 42,13/tablet
(100)
meningkatkan resiko kerusakan hepar.Pemakaian kronis, pemakaian dengan warfarin, akan meningkatkan efek dari warfarin. Dengan kolesitramin bisa menyebabkan pengurangan absorbsi. (90)
Asam mefenamat AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek sebagai analgetik dan anti inflamasi kurang jika dibanding aspirin
(70)
ES : GI tract (dispepsia, diare, perdarahan mukosa lambung),Reaksi hipersensitifitas (eritema kulit dan bronkokonstriksi), anemia hemolitik
(90)
Indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri traumatik, dismenorea, demam, nyeri pasca persalinanKontraindikasi : tukak lambung/ usus aktif, gangguan hepar atau ginjal.
(80)
Rp. 158,75/tablet
(70)
Diklofenak AINS yang menghambat COX-2- preferentialwaktu paruh singkat, namun diklofenak di akumulasi di cairan sinovial sehingga efek
ES : mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala, gangguan enzim hati
Indikasi : nyeri/inflamasi pasca trauma, terutama untuk nyeri sendiKontraindikasi : tukak lambung/ usus, hipersensitifitas terhadap
Rp.792,00/tablet (Pseudogeneric)
(40)
terapi di sendi lebih panjang
(80) (90)
diklofenak, gangguan fungsi hepar atau ginjal, gangguan KV
(0)
Ibuprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifEfek analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, onset cepat
(70)
ES : pada saluran cerna efek samping ringan, yang jarang eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, kejadian trombus meningkat
(0)
Indikasi : demam, nyeri ringan sampai sedang, nyeri pasca trauma, nyeri ototKontraindikasi : hipersensitifitas terhadap AINS lain dan aspirin, tukak peptik, gangguan KV
(0)
Rp. 184,39/tablet
(60)
Ketoprofen AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektif
ES : sama dengan AINS lain, terutama gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitifitas.
Indikasi : mengatasi gejala RA, spondilitis akut, gout dan OAKontraindikasi : hipersensitif terhadap aspirin dan AINS lain, ullkus gastroduodenum, riwayat asma dan alergi
Rp. 1534,50/tablet
(20)
(70)(90)
(90)
Indometasin AINS yang bekerja menghambat COX-nonselektifResorpsi baik di usus
(70)
ES : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis. Sakit kepala hebat, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia, reaksi alergi sperti urtikaria, gatal, dan serangan asma.
(20)
Indikasi : digunakan pada spondilitis ankilosa, artritis pirai akut, dan osteoporosis jika AINS yang lain kurang berhasilKontraindikasi : gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung (50)
Rp. 49,51/tablet(80)
Piroksikam Efek : analgetik, antipiretik dan antiinflamasi plasma-T1/2 rata-rata 50 jamKarena lama dalam tubuh, maka pemberian cukup sekali dan memudahkan konsumsi serta kepatuhan pasien. (90)
E.S : meningkatkan resiko terjadinya gastrointestinal dengan tingkat sedang dan reaksi kulit.(90)
Indikasi: untuk meringankan simtom dengan terjadinya ostearthtritis, rheumatoid arthritis dan spondilitis ankilosing, serta nyeri haidKontaindikasi :Alergi piroksikamUlkus peptikum, gangguan GIT lama, seperti gastritis kronis dan lain-lainnyaInteraksi : meningkatkan efek antikoagulan, seperti koumarin, mengurangi ekskresi litium, peningkatan
Rp. 131,25/tablet
(70)
konsentrasi plasma ritonavir
Penggunaan :sekali sehari, bisa oral, intramuskuler dan rektal, sehari sekali dan lebih mudah diresorpsi melalui usus dan diperlambat dengan adanya makanan. Baiknya 2 jam setelah makan atau sebelum makan, namun dilihat tanpa resiko keluhan GIT (90)
Meloksikam Preferential COX-2, dengan plasma T1/2 nya 20 jam(80)
Efek samping : pada GIT, namun lebih ringan dibanding dengan piroksikam.(80)
Indikasi : penyakit rematik, spondilitis ankilosing dan osteoarhtritis (short term).Kontraindikasi: Gagal ginjal, gagal jantung(50)
Rp. 1350/tablet (Pseudogeneric)
(30)
-
Yang dipilih dari golongan NSAIDs ialah Paracetamol resorpsi lebih cepat di
usus, plasma T1/2 nya 1-4 jam. Dalam hati akan diuraikan menjadi metabolit yang
sangat toksis dan diekskresikan melalui urin sebagai konjugat glukoronida dan
sulfat. Bisa diberikan lebih baik daripada ibuprofen karena ibuprofen ini lebih bisa
menyebabkan kelainan GIT, seperti mual dan muntah
- Dipilih vitamin yang mengandung B-kompleks, C, dan mineral seperti Kalsium
dan Zinc.
f. BSO dan Harga
- Amoksisilin sirup kering 125mg/5 mL (@60mL = Rp.5.160), Kaplet@ 500mg
= Rp.518
- Parasetamol Sirup 120mg/5mL (@botol 60mL= Rp.3.220)
- Vitamin Elkana (@Botol 60mL= Rp. 16.700), terdiri dari :
o Dibasic Ca phosphate 200 mg, Ca lactate 100 mg, vit B6 20 mg, vit C 25
mg, vit D3 100 iu. Per 5 mL syr Vit A 2,400 iu, vit B1 4 mg, vit B2 1.2 mg,
vit B6 1.2 mg, vit B12 4 mcg, vit C 60 mg, vit D 400 iu, nicotinamide 16
mg, Ca pantothenate 6 mg, choline 12 mg, inositol 12 mg, Ca gluconate
300 mg, Ca hypophosphite 20 mg, Na hypophosphite 20 mg, l-lysine HCl
200 mg
g. Penghitungan Dosis
- Perhitungan dosis anak menurut rumus Young (Amoksisilin)
Da = n / (n+12) X Dosis lazim dewasa
= 5/(5+12) X 500 mg (sekali minum)
=147,06 mg
Da = n / (n+12) X Dosis dewasa
= 5/(5+12)X 2000mg (sehari)
= 588,24 mg
Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 5,8 mL (147,06mg) maka, tidak
melebihi dosis maksimal (588,24mg= 23mL). Namun, karena keinginan yang dicapai
ialah untuk pasien mendapatkan dosis yang tepat maka dipilih dengan pembuatan
puyer, walaupun sedikit pahit, nantinya saat puyer dilarutkan bisa dicampur dengan
gula tambahan oleh orangtua pasien
- Untuk Parasetamol, umur 5 tahun:
Sekali minum: 100mg (dosis lazim)
Sehari : 200mg (dosis lazim)
Maka dalam 125mg/5mL, maka sekali minum 4 mL (100mg)
h. Resep
dr. Miley
SIP No: 001/002/UP/DINKES
Praktek :
Jl. Kemana-kemana No.90 Mataram
Tlp : (0370) 690909
Mataram, 9 Oktober 2011
R/ Syr Paracetamol 60 mL Lag. I
S.p.r.n.t.d.d. C.th.I. p.c
______________________________________ Paraf
R/ Kap. Amoksisilin 147,06 mg
Sacch.Lact.q.s
m.f.l.a.pulv.d.t.d.no. XXX
S.t.d.d. pulv.I p.c
_________________________________ Paraf
R/ Syr. Elkana 60 mL Lag. I
S.t.d.d. C. a.c
______________________________________ Paraf
Pro : Susan
Umur : 5 Tahun
Alamat : Jl. Yuk mari No.90 Mataram
i. Informasi :
- Minum hangat
- Istirahat cukup
- Makan teratur dan makan buah-buahan dan sayur
- Puyer diminum selama 10 hari, sehari 3 kali dan di tambahkan 1-2 sendok teh
untuk melarutkan puyer yang dibuat dan bisa ditambahkan gula secukupnya.
- Sebelum makan anak diberi vitamin Elkana 3 kali sehari dan 1 sendok yang
diberikan sampai habis
- Saat minum parasetamol dengan sendok yang ada dituangkan sirupnya hingga pas
dibawah garis 5 mL agar pas pada angka 4 mL atau 4 cc
- Bila setelah 10 hari keluhan masih ada diharapkan pasien kontrol kembali
- Menghindari makanan yang dapat mengiritasi tonsil seperti yang pedas, dingin,
dan berminyak