Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

11
Polarisasi ekonomi dan sosial antara kategori kaya dan miskin semakin menguat. Kemiskinan adalah buah globalisasi dan bukan karena kesalahan pelaksanaan pembangunan Oleh afif futaqi 0606096585 Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Misalnya kebutuhan utama atau primeryang munculnya bersumber pada aspek-aspek biologi tubuh manusia yaitu manakan, buang air besar, perlindunagn dari iklim, tempat istirahat, pelepasan dorongan seksual, dan kesehatan yang baik. Selain itu manusia juga memiliki kebutuhan social yang teewujud sebagai hasil akibat dari usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan primer tersebut. Misalnya berkomonikasi dengan sesema, melakukan kegiatan-kegiatan bersama orang lain, keteraturan social dan control social, kepuasana akan benda-benda material serta system pindidikan. Oleh karena itu manusia juga memiliki kebutuhan untuk beradapa yang bercorak atau integartif, yang muncul dan terpancar dari hakekat manusia sebagai mahluk pemikiryang bermoral dan fungsinya mengintegrasi berbagai unsure kebudayaan menjadi seuatu system yang masuk akal bagi para pelakunya. Misalnya dapat membedakan benar atau salah, adil

Transcript of Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

Page 1: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

Polarisasi ekonomi dan sosial antara kategori kaya dan miskin semakin menguat.

Kemiskinan adalah buah globalisasi dan bukan karena kesalahan pelaksanaan

pembangunan

Oleh afif futaqi

0606096585

Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan,

kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Misalnya kebutuhan utama atau

primeryang munculnya bersumber pada aspek-aspek biologi tubuh manusia yaitu

manakan, buang air besar, perlindunagn dari iklim, tempat istirahat, pelepasan dorongan

seksual, dan kesehatan yang baik. Selain itu manusia juga memiliki kebutuhan social

yang teewujud sebagai hasil akibat dari usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan

primer tersebut. Misalnya berkomonikasi dengan sesema, melakukan kegiatan-kegiatan

bersama orang lain, keteraturan social dan control social, kepuasana akan benda-benda

material serta system pindidikan. Oleh karena itu manusia juga memiliki kebutuhan untuk

beradapa yang bercorak atau integartif, yang muncul dan terpancar dari hakekat manusia

sebagai mahluk pemikiryang bermoral dan fungsinya mengintegrasi berbagai unsure

kebudayaan menjadi seuatu system yang masuk akal bagi para pelakunya. Misalnya dapat

membedakan benar atau salah, adil ataukah tidak adil, mengungkapkan perasaan kolektif,

rekreasi, etika, estetika ataupun moral.

Berdasarkan pengkatagorian kebutuhan-kebutuhan manusia di atas. Kita dapat

lebih mudah melihat mana yang orang miskin mana yang orang kaya. Orang-orang kaya

memliki sepenuhnya akan kebutuhan primer mereka. Mereka dapat menikmati makanan

atau minuman terbaik. Tempat-tempat perlindungan yang sangat nyaman yang pastinya

berbeda dengan orang-orang miskin. Orang-orang kaya mendapatkan pelayanan

kesehatan yang lebih baik dari orang miskin. Ataupun ketika mereka sakit mereka dapat

dengan mudah berobat kerumah sakit dengan kepemilikan ekonomi yang berlebih.

Karena kepemilikan faktor ekonomi yang berlebih membuat akses akan pemunuhan

kebutuhan-kebutahan yang bersifat premier menjadi lebih mudah. Dengan di masa

Page 2: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

sekarang ini untuk memenuhi makanan minuman dibutuhkan faktor ekonomi (uang).

Segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan primer itu dengan uang. Untuk membeli

makanan atau minuman, untuk mendapatkan perlindungan dari iklim dlam hal ini rumah

ataupun pelayan kesehatan yang baik seperti yang dijelaskan di atas.

Sedangkan orang-orang yang tergolong miskin yang tidak memiliki faktor

ekonomi tadi misalnya uang- Sebagai alat tukar. Orang miskin tadi mengalami kesulitan

dalam akses seperti memenuhi kebutuhan primer tersebut. Bagaimana dia dapat

mendapatkan makanan ataupun minuman tanpa membeli. Bagaiman dia memiliki tempat

perlindungan serta pelayanan kesehatan yang baik. Dalam hal ini mungkin saja memiki

tetapi pastinya berbeda dengan orang-orang yang tergolong kaya. Mereka memiliki

rumah tapi rumah liar. Rumah-rumah yang di bangun di tanah-tanah milik pemerintah

atau perusahaan. Sehingga menimbulkan pemukiman kumuh, yang di dalamnya memiliki

kepadatan yang sangat tinggi, kondisi- kondisi yang tidak sehat. Berbeda dengan orang-

orang yang tergolong kaya.

Kemudian dalam pemenuhan kebutuhan social mereka. Orang-orang yang

tergolong kaya memiliki kepuasan yang sangat tinggi akan benda-benda material dan

kekayaan. Mereka dapat membeli mobil yang harganya ratusan juta ataupun berlian yang

sangat mahal sebagai status social mereka. Dan salah satu yang paling penting adalah

akses akan pendidikan. Menerut saya pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk

meningkatkan taraf hidup suatu individu atau masyarakat. Dengan mendapatkan

pendidikan yang baik akan menghasilkan individu-indivdu yang dapat tepat guna. Jadi

ketika anak-anak dari golongan kaya tersebut dapat menyekolahkan anaknya di tempat-

tempat pendidikan yang baik. Maka akan terus mengkokohkan generasi kaya selanjutnya.

Sebaliknya ketika anak-anak golongan meskin tidak mendapatkan pendidikian yang baik

maka akan menimbulkan generasi miskin yang baru. Ditambah lagi jika golongan miskin

ini tidak mau merubah keadaanya.

Adanya pengaruh super dan infra struktur yang membuat mereka sulit untuk

merubah keadaanya. Pemerintah memliki banyak kepentingan-kepentingan akan orang-

orang yang tregolong miskin ini. Selain itu sang pemilik kekuasaan atas faktor-faktor

ekonomi membuat mereka semakin tidak dapat merubah keadaanya. Pemerintah kurang

memperhatikan golongan miskin ini yang tidak memiliki modal usaha, misalnya lebih

Page 3: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

memilih system ekonomi yang padat modal, bukan padat karya yang dapat menyerap

banyak orang dari golongan miskin ini sebagai upaya meningkatkan sedikit saja taraf

perekonomian meraka. Setidaknya mereka memiliki pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Tidak seperti system ekonomi yang padat modal yang justru

tidak menyerap banyak tenaga kerja dari golongan miskin. Justru semakin menegaskan

golongan kaya semakin kaya dan golongan miskin semakin miskin. Pemerintah biasanya

memihak orang-orang kaya dalam hal ini adalah sang pemilik modal.yang justru semakin

menekan golongan miskin. Apalagi dengan rancangannya dan disahkanya RUU oleh

super struktur dalam hal ini pemerintah tentang perburuhan yang menguntungkan pihak

sang pemilik modal yaitu infra struktur. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting

dalam proses mengurangi ketimpangan social dan ekonomi tersebut. Untuk itu harus

adanya kerjasama antara super, infra struktur dan masyarakat golongan miskin. Adanya

saling ketergantungan yang bersifat positif. Maksudnya adalah hubungan antara-antara

mereka membuat maju satu sama lain. Misalnya golongan-golongan miskin dalam hal ini

diwakili kaum buruh membutuhkan golongan –golongan kaya dalam hal ini adalah sang

pemilik modal. Begitu juga sebaliknya sang pemilik modal membutuhkan tenaga-tenaga

kaum buruh. Begitu pula dengan pemerintah mendapatkan pajak penghasilan dari sang

pemilik modal. Dan pemerintah sebagai penengah dengan membuat regulasi-regulasi

yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Terutama regulasi yang meningkatkan

proses pembangunan dan mengurangi ketimpangan social ekonomi.

Ditambah lagi golongan-golongan miskin tidak memiliki rasa ingin berprestasi.

Rasa ini sangatlah mempengaruhi kinerja seseorang. Jika seseorang memliki keingina

berprestasi maka dia dapat mengubah kehidupanya. Mungkin saja dari keluarga dari

golongan miskin kemudian karena adanya keinginan untu berprestasi menimbulkan

keingin untuk hidup lebih baik. Orang-orang yang memeliki rasa ini akan berjuan dan

berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Misalnya dalam hal ini adalah

meningkatnya taraf hidup. Tetapi rasa keinginan untuk lebih baik ini hanya dapat

dikembangkan pada tingkat keluarga saja. Karana dengan pendidikan sejak dini yang

ditanamkan dalam suatu keluarag dapat menigkatkan rasa keinginan berprestasi tersebut.

Rasa ini juga bisa ditularkan kekeluarga lain. Keluarga yang tidak atau kurang memeliki

rasa keinginan ini melihat sendiri hasil dari rasa keinginan yang ditimbulkan dari

Page 4: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

keluarga yang berhasil. Begitu seterusnya sampai dalam suatu masyarakat memeliki rasa

keingina untuk berprestasi dan mendorong kepada peningkatan kehidupan dari golongan-

golongan miskin tersebut.

Banyaknya pembangunan-pembangunan yang terjadi di daerah-daerah perkotaan

khusunya Jakarta yang membuat ketimpangan antar golongan kaya dan golongan miskin

yang berada di desa. Sehingga banyak orang-orang dari golongan miskin desa yang ingin

meningkatkan taraf hidupnya dengan pergi ke kota tanpa memiliki modal sehingga

menimbulkan masalah-masalah baru di kota. Bukannya meningkatkan taraf hidup di

daerah perkotaan tetapi justru membawa kebudayaan miskin itu ke kota dan

menimbulkan banyak masalah-masalah. Banyaknya pemukinan kumuh dan liar semakin

negaskan ketimpangan social dan ekonomi yang terjadi antara golangan kaya dan

golongan miskin. Hal ini karena regulasi-regulasi yang dirancang dan di buat pemerintah

tidak menguntungkan semua pihak dan justru semakin mengkokohkan golongan-

golongan kaya tersebut. Pembanguan yang terjadi menjadi focus di daerah-daerah

perkotaan saja. Misalnya dengan dibangunnya banyak pabrik-pabrik dan tempat2tempat

yang menyedot banyak tenaga kerja. Sedangkan di desa sendiri, pembangunan yang

terjadi sangatlah kurang. Misalnya kurangnya perhatian agen-agen pembangunan dalam

hal ini pemerintah pusat maupun desa dalam mengakomodir kebutuhan-kebutuhan desa

untuk melakukan pembangunan. Sehingga golongan miskin yang dari desa merasa

kebutuhan-kebutuhannya tidak dapat di penuhi di desa, dan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan tersebut mereka urbanisasi ke kota dengan harapan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang tidak di dapat desa. Tetapi kenyataanya, dengan terbatasnya

modal dan kemampuan mereka justru tidak mencukupi dalam pemenuhan kebutuhanya

tersebut. Misalnya mereka tinggal di tempat-tempat kumuh yang telah dijelaskan di atas.

Yang merupakan tempat pemukiman golongan miskin desa yang urbanisasi ke kota.

Tetapi pemukiman kumuh juga merupakan salah satu penunjang banyaknya

kebutuhan di kota. Biasanya kebutuhan yang di sector informal. Misalnya saat kita

membutuhkan pelayan jasa cuci baju atau pembersih rumah. Orang-orang dari golongan

miskin yang berada di pemukiman kumuh tersebutlah yang memberikan pelayan tersebut.

Jadi ada hubungan timbal balik antara pemukiman kumuh dan pemukiman orang-orang

dari golongan kaya. Pemukiman kumuh menberikan pelayan jasa di sector informal untuk

Page 5: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

memenuhi kebutuhan pemukiman orang-orang dari golongan kaya dan orang kaya

memberikan penghasil untuk orang-orang golongan miskin tadi. Hubungan-hubungan

timbale balik yang positif ini menjadi salah astu yang dibutuhkan dalam proses

pembangunan dan poses pengurangan ketimpangan social dan ekonomi antara golongan

kaya dan golongan miskin.

Dengan terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan yang positif ini

menyebabkan banyak sekali kegiatan-kegiatan social dan ekonomi. Sehingga pemukiman

kumuh merupakan indicator-indikator kota yang berkembang, maksudnya adalah ketika

kota sedang mengalami perkembangan membutuhkan banyak tenaga kerja di bidang

formal atau informal. Miasalnya buruh, tenaga kerja yang sangat tinggal di daerah-daerah

tersebut. Dengan biaya yang relative murah, golongan miskin dalam hal ini adalah kaum

buruh dan tenaga kerja dapat tinggal dan memenuhi kebutuhannya di dalam pemukimana

kumuh tersebut. Disbanding dengan pemukiman golongan-golongan kaya yang biaya

hidup di daerah tersebut tergolongan mahal. Pemukiman kumuh juga menyediakan

tenaga-tenaga kerja di sector informal dalam mendukung kebutuhan-kebutuhan perkotaan

atau dalam usaha pemenuhan kebutuhan golongan-golongan kaya. Dengan seperti ini

maka perekonomian yang bersifat mikro terbentuk dan pada akhirnya menunjang

perekonomian makro yang mengakibatnya terlaksananya pembangunan.

Jadi untuk mengurangi ketimpangan social dan ekonomi yang terjadi antara

orang-orang golongan kaya dan orang-orang golongan miskin, antara di pemukiman

kumuh dan pemukiman golongan kaya di perlukan pembangunan. Pembangunan disini

tidak harus menghapuskan pemukiman kumuh dan menghilankanya seperti yang marak

terjadi belakang ini. Banyak pemukiman kumuh dibongkar, dibakar dan di jadikan

pemukiman orang-orang dari golongan kaya. Pembangunan yang bersifat peningkatan –

peningkatan. Misalnya peningkatan disarana MCK(mandi, cuci, kakus). MCK merupakan

salah satu sarana yang menunjang tingkat kesehatan. Pemukiman kumuh yang biasanya

memiliki saran MCK “seadanya” yang penting ada. Tanpa melihat kelayakan,

kenyamanan serta kesehatan. Sehingga tingkat kesehatan pada pemukiman tersebut

meningkat. Kemudian peningakatan sarana MCKdiimbangi peningkatan air bersih yang

sangatlah kurang dalam pemukiman kumuh. Peningkatan dalam pembungan limbah dan

sampah rumah tangga dalam pemukiman kumuh juga sangat lah perlu di

Page 6: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

perhatikan.Dengan peningkatan air bersih, MCK, dan pembungan limbah serta sampah

ini dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pemukiman kumuh. Khususnya di

bidang kesehatan. Selain itu juga harus ada peningkatan-peningkatan dalam berbagai

fasilitas umum untuk kegiatan social mereka. Selain peningkatan dalam bentuk fisik

harus ada peningkatan kesadaran akan pentingnya tingkat kesehatan. Sehingga golongan

miskin di pemukiman kumuh sadar akan itu.

Selain itu pembangunan juga membutuhkan revolusi dalam bidang-bidang

kelembagaan misalnya dalam system hokum, politik, keluarga dan motivasi. Sehingga

modal-modal yang diinvestasikan oleh golongan-golongan kaya bisa digunakan dengan

baik dan menjadi lebih prodiktif lagi yang mendorong roda perkonomian. Jika

perekonomian baik maka akan dapat melakukan pembangunan lagi begitu seterusnya.

Selain itu revolusi kelambagaaan juag dapat membuat individu-individu dalam golongan

miskin tadi memiliki keterampilan dan dan keilmuan yang bersifat tekhnis yang berguna

sebagai pembantu proses ekonomi, bisa saja menimbulkan jiwa serta pengetahuan

wiraswasta pada golongan miskin tadi sehingga tidak sangat ketergantungan dengan

golongan kaya. Pembanguan membutuhkan banyak unsure agar pembanguan tersebut

berhasil. Akhirnya ketimpangan yang terjadi antara golongan kaya dan golongan miskin

menjadi berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Polarisasi Ekonomi Dan Sosial Antara Kategori Kaya Dan Miskin Semakin Menguat

Budiman, Arif

1995 Teori pembanguna dunia ketiga. Jakarta, Pt Gramedia Pustaka

Utama

Ritzer, George and Goodman, Douglas J

2004 Teori Sosiologi Modern. Jakarta, Kencana Perdana Media Group

Siahaan, Jokie

2001 Diktat Mata Kuliah Sosiologi Hukum. Depok, Jurusan kriminologi

Marzali, Amri

2005 Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta, Mitra Kencana

Mumtaz, Babar

Why Cities Needs Slums “Just as slums need cities to survive, so

do cities need slums to thrive”

Suparlan, Parsudi

2004 Masyaralat dan Kebudayaan Perkotaan: Perspektif Antropologi

Perkotaan. Jakarta, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu

kepolisian